Vous êtes sur la page 1sur 10

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................. 1
DAFTAR ISI... 2
BAB I : PENDAHULUAN. 3
A. LATAR BELAKANG. 3
B. RUMUSAN MASALAH. 3
C. TUJUAN 4
D. MANFAAT.. 4

BAB II : PEMBAHASAN. 5
A. Konsep Teori... 5
1. Konsep Berfikir Kritis.. 5
2. Komponen Berfikir Kritis. 6
3. Berfikir Kritis Perlu Bagi Perawat....... 7
4. Argumentasi Berfikir Kritis...... 7
5. Elemen Berfikir Kritis.. 8
8. Indikator Berfikir Kritis... 8

BAB IV : KASUS.... 9
A. Contoh Kasus.... 9
B. Pembahasan Kasus.... 9

BAB III : PENUTUP.... 12


1. SIMPULAN...... 12
2. SARAN. 12

Bab I
Pendahuluan

A. Latar belakang
Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial untuk
kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan lainnya. Berpikir
kritis telah lama menjadi tujuan pokok dalam pendidikan sejak 1942. Penelitian dan berbagai
pendapat tentang hal itu, telah menjadi topik pembicaraan dalam sepuluh tahun terakhir ini.
Strategi pengajaran berpikir kritis pada program sarjana kedokteran yang dilakukan di
setiap Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan adalah memberikan penilaian menggunakan pertanyaan
yang memerlukan ketrampilan berpikir pada level yang lebih tinggi dan belajar ilmu dasar
menggunakan kasus klinik untuk mata kuliah yang sudah terintegrasi menggunakan blok yang
berbasis pada sistem organ. Setelah kuliah pendahuluan, mahasiswa diberikan kasus klinik serta
sejumlah pertanyaan yang harus dijawab beserta alasan sebagai penugasan. Jawaban
didiskusikan pada pertemuan berikutnya untuk meluruskan adanya kesalahan konsep dan
memperjelas materi yang belum dipahami oleh mahasiswa. Hasilnya menunjukkan bahwa
mahasiswa pada program tersebut menunjukkan prestasi yang lebih baik dalam mengerjakan
soal-soal hafalan maupun soal yang menuntut jawaban yang memerlukan telaah yang lebih
dalam. Mahasiswa juga termotivasi untuk belajar.
B. Rumusan masalah
1. Apakah definisi dari berfikir kritis?
2. Bagaimana komponen, indikator, dan pengukuran dari berfikir kritis?
3. Apa saja model berpikir kritis dalam keperawatan?
4. Bagaimana analisa berpikir kritis?
5. Apa contoh kasus yang menerapkan berpikir kritis?
6. Bagaimana pembahasan mengenai kasus tersebut?

3
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas remidi mata kuliah Ilmu Keperawatan Dasar 1
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui definisi dari berfikir kritis
b. Mengetahui komponen,indikator,dan pengukuran dari berfikir kritis
c. Mengetahui pentingnya berpikir kritis dalam keperawatan
d. Mengetahui analisa berpikir kritis
e. Mengetahui contoh kasus yang menerapkan berpikir kritis
f. Mengetahui pembahasan mengenai kasus tersebut

D.Manfaat
Dapat mengetahui dan memberikan contoh berpikir kritis dalam keperawatan.

Bab II
Pembahasan

A. Konsep Teori
1. Konsep Berpikir Kritis
Definisi berpikir kritis cukup bervariasi, beberapa ahli seperti Paul, Bandman, Stander
mempunyai rumusan berpikir kritis masingmasing. Menurut Paul (2005) berpikir kritis adalah
suatu seni berpikir yang berdampak pada intelektualitas seseorang, sehingga bagi orang yang
mempunyai kemampuan berpikir kritis yang baik, akan mempunyai kemampuan intelektualitas
yang lebih dibandingkan dengan orang yang mempunyai kemampuan berpikir yang rendah.
Menurut Bandman (1988), berpikir kritis adalah pengujian secara rasional terhadap ideide,
kesimpulan, pendapat, prinsip, pemikiran, masalah, kepercayaan dan tindakan. Stander (1992)
berpendapat bahwa berpikir kritis adalah suatu proses pengujian yang menitikberatkan pendapat
tentang kejadian atau fakta yang mutakhir dan menginterpretasikannya serta mengevaluasi
pendapat-pendapat tersebut untuk mendapatkan suatu kesimpulan tentang adanya perspektif atau
pandangan baru. Paul (2005) mengemukakan bahwa berpikir kritis merupakan dasar untuk
mempelajari setiap disiplin ilmu. Suatu disiplin ilmu merupakan suatu kesatuan sistem yang
tidak terpisah sehingga untuk mempelajarinya membutuhkan suatu ketrampilan berpikir tertentu.
Menurut Ennis (1996) berpikir kritis adalah suatu proses, sedangkan tujuannya adalah
membuat keputusan yang masuk akal tentang apa yang diyakini atau dilakukan. Berpikir kritis
adalah berpikir pada tingkat yang lebih tinggi, karena pada saat mengambil keputusan atau
menarik kesimpulan merupakan control aktif yaitu reasonable, reflective, responsible, dan
skillful thinking.Proses berpikir ini dilakukan sepanjang waktu sejalan dengan keterlibatan kita
dalam pengalaman baru dan menerapkan pengetahuan yang kita miliki, kita menjadi lebih
mampu untuk membentuk asumsi, ide-ide dan membuat kesimpulan yang valid, semua proses
tersebut tidak terlepas dari sebuah proses berpikir dan belajar.
Definisi para ahli tentang berpikir kritis sangat beragam namun secara umum berpikir
kritis merupakan suatu proses berpikir kognitif dengan menggabungkan kemampuan intelektual
dan kemampuan berpikir untuk mempelajari berbagai disiplin ilmu dalam kehidupan, sehingga
bentuk ketrampilan berpikir yang dibutuhkan pun akan berbeda untuk masingmasing disiplin
ilmu.
Berpikir berpikir kritis merupakan konsep dasar yang terdiri dari konsep berpikir yang
berhubungan dengan proses belajar dan krisis itu sendiri sebagai sudut pandang selain itu juga
membahas tentang komponen berpikir kritis dalam keperawatan yang didalamnya dipelajari
krakteristik, sikap dan standar berpikir kritis, analisis, pertanyaan kritis, pengambilan keputusan
dan kreatifitas dalam berpikir kritis.

2. Komponen berpikir kritis


Pendapat mengenai komponen berpikir kritis juga sangat bervariasi. Para ahli membuat
konsensus tentang komponen inti berpikir kritis seperti interpretasi, analisi, evaluasi, inference,
explanation dan self regulation (APPA, 1990).
Definisi dari masingmasing komponen tersebut adalah :
1. Interpretasi, kemampuan untuk mengerti dan menyatakan arti atau maksud suatu pengalaman
yang bervariasi luas, situasi, data, peristiwa, keputusan, konvesi, kepercayaan, aturan, prosedur
atau kriteria.
2. Analysis, kemampuan untuk mengidentifikasi maksud dan kesimpulan yang benar di dalam
hubungan antara pernyataan, pertanyaan, konsep, deskripsi atau bentuk pernyataaan yang
diharapkan untuk manyatakan kepercayaan, keputusan, pengalaman, alasan, informasi atau
pendapat.
3. Evaluasi, kemampuan untuk menilai kredibilitas pernyataan atau penyajian lain dengan
menilai atau menggambarkan persepsi seseorang, pengalaman, situasi, keputusan, kepercayaan
dan menilai kekuatan logika dari hubungan inferensial yang diharapkan atau hubungan
inferensial yang aktual diantara pernyataan, deskripsi, pertanyaan atau bentukbentuk
representasi yang lain.
4. Inference, kemampuan untuk mengidentifikasi dan memilih unsur-unsur yang diperlukan
untuk membentuk kesimpulan yang beralasan atau untuk membentuk hipotesis dengan
memperhatikan informasi yang relevan.
5. Explanation, kemampuan untuk menyatakan hasil proses reasoning seseorang, kemampuan
untuk membenarkan bahwa suatu alasan berdasar bukti, konsep, metodologi, suatu kriteria
tertentu dan pertimbangan yang masuk akal, dan kemampuan untuk mempresentasikan alasan
seseorang berupa argumentasi yang meyakinkan.
6. Self- regulation, kesadaran seseorang untuk memonitor proses kognisi dirinya, elemen
elemen yang digunakan dalam proses berpikir dan hasil yang dikembangkan, khususnya dengan
mengaplikasikan ketrampilan dalam menganalisis dan mengevaluasi kemampuan diri dalam
mengambil kesimpulan dengan bentuk pertanyaan, konfirmasi, validasi atau koreksi terhadap
alasan dan hasil berpikir (APPA, 1990).

3. Berpikir kritis perlu bagi perawat


1. Penerapan profesionalisme.
2. Pengetahuan tehnis dan keterampilan tehnis dalam memberikan askep. Seorang
pemikir yang baik tentu juga seorang perawat yang baik.Diperlukan perawat,
karena:

a) perawat setiap hari mengambil keputusan


b) perawat menggunakan keterampilan berfikir :
1. menggunakan pengetahuan dari berbagai subjek dan lingkungannya
2. menangani perubahan yang berasal dari stressor lingkungan
3. penting membuat keputusan.

4. Argumentasi dalam keperawatan


Sehari-hari perawat dihadapkan pada situasi harus berargumentasi untuk menenukan,
menjelaskan kebenaran, mengklarifikasi isu, memberikan penjelasan,mempertahankan terhadap
suatu tuntutan/tuduhan. Argumentasi Badman and Badman (1988) terkait dg .konsep berfikir
dalam keperawatan :
1. Berhubungan dengan situasi perdebatan.
2. Debat tentang suatu isu
3. Upaya untuk mempengaruhi individu/kelompok
4. Penjelasan yang rasional

Perawat berfikir kritis pada setiap langkah proses keperawatan.Pengkajian :


1. mengumpulkan data dan validasi
2. Perawat melakukan observasi berfikir kritis dalam pengumpulan data.
3. Mengelola dan menggunakan ilmu-ilmu lain yang terkait.
4. Perumusan diagnosa keperawatan : Tahap pengambilan keputusan yang paling kritis.
5. Menentukan masalah dan argumen secara rasional

5. Elemen berpikir kritis


Berbagai elemen yang digunakan dalam penelitian dan komponen, pemecahan masalah,
keperawatan serta kriteria yang digunakan dengan komponen keterampilan dan sikap berpikir
kritis.
Elemen berpikir kritis antara lain:

1. Menentukan tujuan
2. Menyususn pertanyaan atau membuat kerangka masalah
3. Menujukan bukti
4. Menganalisis konsep
5. Asumsi

6. Indikator Berpikir Kritis


Adapun indicator dan sub-indikator menurut kesepakatan secara internasional dari para pakar
mengenai berpikir kritis (Anderson, 2003) adalah :
a. Interpretasi (interpretation)
1. Pengkategorian
2) Mengkodekan/membuat makna kalimat
3) Pengklasifikasian makna

b. Analisis (analysis)
1) Menguji dan memeriksa ide-ide
2) Mengidentifikasi argument
3) Menganalisis argument

c. Evaluasi (evaluation)
1) Mengevaluasi dan memepertimbangkan klain/pernyataan
2) Mengevaluasi dan mempertimbangkan argumen

d. Penarikan kesimpulan (inference)


1) Menyangsikan fakta atau data
2) Membuat berbagai alternative konjektur
3) Menjelaskan kesimpulan

e. Penjelasan (explanation)
1) Menuliskan hasil
2) Mempertimbangkan prosedur
3) Menghadirkan argument

f. Kemandirian (self-regulation)
1) Melakukan pengujian secara mandiri
2) Melakukan koreksi secara mandiri
8

BAB III
KASUS
A. Kasus
AKAN MENGAMBIL TINDAKAN NAMUN TERHALANG OTORITAS
Seorang perawat berada dalam situasi ketika pasien mengalami hipotensi dan dia ingin menolong
pasien. Tetapi, dia tidak bisa melakukan itu tanpa perintah dokter. Karena itu adalah kewenangan
dokter. Sementara dokter tidak ada di tempat.

B. Pembahasan
1. Rumusan Masalah

Apakah perawat harus mengambil tindakan untuk menolong pasien menormalkan tekanan
darahnya atau tidak?

1. Argumen
Hipotensi merupakan penyakit tekanan darah rendah yang biasanya ditandai dengan kondisi
pasien yang melemah, kepala pusing dan pembuluh darah pasien biasanya mengendur.
Perawat harus melakukan tindakan dasar atau melakukan pertolongan pertama pada pasien
agar kondisi pasien tidak menjadi lebih parah. Jika tidak segera ditolong bisa menyebabkan
kondisi yang lebih parah dan bisa berakibat fatal. Kemudian setelah itu perawat sesegera
mungkin menghubungi dokter agar mendapatkan perintah untuk melakukan proses penanganan
pasien selanjutnya.

2. Deduksi
Pada pasien yang menderita hipotensi, sebaiknya perawat melakukan memberikan
pertolongan dasar yaitu, pemeriksaan fisik pasien (suhu, tekanan darah, umur, dan denyut nadi),
pasien diberi minum air, pasien ditidurkan dengan posisi kepala lebih rendah misalnya dengan
tidak diberi bantal agar suplai oksigen ke otak lebih lancar, dan setelah melakukan pertolongan
dasar kepada pasien perawat segera menghubungi (menelepon) dokter.
3. Induksi
Pertolongan dasar seperti pemeriksaan fisik pasien (suhu, tekanan darah, dan denyut nadi),
pasien diberi minum air, dan pasien ditidurkan dengan posisi kepala lebih rendah misalnya
dengan tidak diberi bantal agar suplai oksigen ke otak lebih lancar, harus dilakukan oleh perawat
jika menghadapi pasien dengan keadaan hipotensi serta tak lupa segera menghubungi
(menelepon) dokter jika dokter tidak ada di tempat setelah melakukan pertolongan dasar.

4. Evaluasi
- Melakukan pertolongan dasar tanpa menelepon dokter
Positif :

Kondisi pasien akan lebih cepat membaik dan hipotensi yang diderita pasien tidak akan
bertambah parah
Kelancaran suplai oksigen pada otak pasien dapat teratasi dengan cepat dan tepat
Tidak akan membahayakan jiwa pasien

Negatif :

Pasien tidak tertangani dengan sempurna karena penanganan yang dilakukan masih
sangat dasar (setengah-setengah)

- Melakukan pertolongan dasar kemudian segera menelepon dokter


Positif :

Dokter dapat langsung memberikan perintah untuk menginjeksi pada pasien


Waktu dan tenaga yang dibutuhkan lebih efisien, karena penanganan yang dilakukan
tidak harus menunggu kedatangan dokter melainkan melalui perintah dokter lewat
telepon
Pasien dapat langsung diinjeksi atau diberi obat atau ditolong atau ditangani tanpa harus
menunggu kedatangan dokter
Mempercepat memulihkan kondisi pasien

Negatif :

Jika kasus tersebut terjadi pada daerah terpencil yang alat komunikasi masih minim atau
sulit, maka penanganan pasien dapat tertunda
Harus mengeluarkan biaya untuk menghubungi dokter

- Menelepon Dokter untuk mendapat perintah penanganan pasien


Positif :

Dokter dapat memberikan perintah untuk menangani pasien meski itu melalui telepon

Negatif :
Waktu dan tindakan kurang efisien karena tindakan dasar belum dilakukan perawat pada
pasien tersebut
Harus mengeluarkan biaya untuk menghubungi dokter

10
- Menunggu kedatangan dokter
Positif :

Penanganan pasien dapat lebih intensif dan akurat


Ketika dokter datang, dapat langsung dilakukan injeksi obat-obatan untuk mengatasi
hipotensi yang dialami pasien

Negatif :

Bila dokter berada dalam jarak yang jauh dan tidak segera datang, maka kondisi pasien
dapat menjadi lebih parah karena tidak segera ditangani
Membahayakan jiwa pasien karena dapat berakibat fatal (pasien tidak tertolong) jika
masih menunggu dokter

- Melakukan injeksi secara langsung tanpa menunggu dokter


Positif :

Pasien tertangani dengan baik


Suplai injeksi obat-obatan dapat membantu mengurangi hipotensi yang terjadi pada
pasien

Negatif :

Perawat dapat disalahkan atau ditegor karena melakukan injeksi tanpa menunggu dokter
Perawat tidak menghargai wewenang dokter
Perawat melanggar undang-undang

5. Keputusan
Perawat harus melakukan pertolongan dasar pada pasien, yaitu dengan pemeriksaan fisik pasien
(suhu, tekanan darah, dan denyut nadi), lalu pasien diberi air minum, dan pasien ditidurkan
dengan posisi kepala lebih rendah misalnya dengan tidak diberi bantal agar suplai oksigen ke
otak lebih lancar. Kemudian, setelah melakukan pertolongan dasar kepada pasien perawat segera
menghubungi (menelepon) dokter yang bersangkutan sehingga perawat tersebut dapat segera
menerima perintah dari dokter untuk melakukan injeksi obat-obatan atau penanganan yang lain.
11
BAB IV
Penutup

A. Kesimpulan
Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial untuk
kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan lainnya. Berpikir
kritis telah lama menjadi tujuan pokok dalam pendidikan sejak 1942. Keterampilan kongnitif
yang digunakan dalam berpikir kualitas tinggi memerlukan disiplin intelektual, evaluasi diri,
berpikir ulang, oposisi, tantangan dan dukungan.
Sebagai perawat atau tenaga kesehatan, kita dituntut untuk selalu berpikir kritis untuk
menangani pasien. Dalam hal ini, kritis yang dimaksud harus tetap berada dalam jalur yang ada
sesuai dengan tugas dan peran perawat. Selain itu, tugas dan peran perawat juga harus
diseimbangkan dengan tenaga medis lain, misalnya dengan tugas dan wewenang dokter.
Seorang perawat tidak memiliki wewenang menginjeksikan obat-obatan kepada pasien
tanpa melalui perintah dokter. Bila hal ini terjadi, perawat tersebut dapat dituntut pidana karena
melanggar undang-undang. Di zaman yang serba canggih ini, perintah penanganan atau
penginjeksian pasien tidak harus dilakukan dokter ketika bertatap muka saja. Tetapi, dapat
melalui telepon. Hal ini dapat meningkatkan efisiensi terhadap waktu dan tenaga yang
dibutuhkan.
B. Saran
Saran penulis, sebagai tenaga kesehatan, perawat sedapat mungkin harus selalu berpikir
kritis dalam penanganan pasien tentunya tetap beracuan pada tugas dan peran perawat itu sendiri

http://syafirayanuari10.blogspot.co.id/2013/10/berfikir-kritis-dalam-keperawatan.html

Vous aimerez peut-être aussi