Vous êtes sur la page 1sur 23

Minimasi Limbah

Aki
Aki
ACCU(mulator) atau sering disebut aki,
adalah salah satu komponen utama dalam
kendaraan bermotor, baik mobil atau
motor, semua memerlukan aki untuk
dapat menghidupkan mesin mobil
(mencatu arus pada dinamo stater
kendaraan). Aki mampu mengubah tenaga
kimia menjadi tenaga listrik. Di pasaran
saat ini sangat beragam jumlah dan jenis
aki yang dapat ditemui.
Bagian dari aki
Aki

Aki merupakan komponen


pencatu daya dalam kendaraan
bermotor. Sampai saat ini
komponen utamanya masih
terbuat dari logam timbal (Pb)
dan belum ada alternatif yang
mampu menggantikannya.
Gambar aki
1.Reaksi pada Aki
Sebagai pencatu daya, di dalam aki
timbul
reaksi kimia sebagai berikut :
Anoda :
Pb(s) + SO4(aq)2- PbSO4(s) + 2e-
Katoda :
PbO2(s) + 4H+ (aq) + SO4(aq)
2-+ 2e- PbSO4(s) + 2H2O(l)
Pb(s) + PbO2(s) + 2H2SO4 (aq)
PbSO4(s) + 2H2O(l)
Jenis dan Model
Menghemat aki
Bila mana aki yang setelah kurang lebih satu tahun kita pakai
mulai rewel alias 'zwak', ada beberapa tips yang dapat dicoba
untuk lebih memperlama umur aki, mengingat harganya cukup
mahal.
Sebelum 'disetrum' ulang, buang seluruh cairan asam sulfat yang
tersisa dalam aki. Lalu dibilas dengan air murni sebanyak empat kali,
dan isi dengan cairan accu zuur. Setelah itu dapat 'disetrum'. Pada
pemakaian normal, aki dapat bertahan selama satu sampai tiga
bulan.

Atau dapat juga setelah mobil atau motor diparkir, lepaskan salah
satu kabel pada kutub positif aki, sehingga pada aki tak ada arus
yang benar-benar mengalir. Dan sebaiknya jangan menyalakan
perlengkapan yang memerlukan arus (radio atau tape) saat
mobil sedang tidak dijalankan.

Dan sebelum terjadi dua hal di atas, perawatan dan pengecekan


terhadap tinggi permukaan air aki harus diperhatikan. Dan selain itu
juga massa jenis air aki juga harus diukur dengan hidrometer secara
berkala.
Daur Ulang Aki
Usaha daur ulang aki bekas telah banyak
dilakukan oleh industri rumah tangga dan
kecil tersebar di berbagai tempat, biasanya
tempat-tempat yang terpencil. Industri daur
ulang aki jarang yang dilakukan oleh industri
skala menengah-besar, hal ini dikarenakan
usaha menengah-besar memerlukan biaya
mobilisasi pengumpulan aki bekas yang
besar untuk memenuhi kapasitasnya
sehingga dirasakan lebih menguntungkan
menerima hasil daur ulang setengah jadi
industri kecil, untuk diproses lebih lanjut
menjadi produk murni, maupun bahan baku
impor (saat ini dilarang).
Industri daur ulang aki bekas ini apabila tidak
ditata dan tanpa penggunaan teknologi yang tepat
akan berakibat buruk terhadap lingkungan dan
kesehatan manusia dalam pengumpulan,
pengangkutan maupun prosesnya. Pencemaran dari
usaha daur ulang aki bekas ini adalah :

- Pencemaran udara yang berasal dari asap dan


debu yang mengandung logam berat Pb.
- Bau sulfur yang spesifik.
- Limbah cair yang mengandung asam sulfat
Kegiatan daur ulang ini rasanya tidak mungkin
dilarang, hal ini dikarenakan daur ulang aki
merupakan mata pencaharian dan dirasakan sangat
menguntungkan oleh para pendaur ulang.

Dilain pihak kesadaran akan bahaya dari racun


logam berat timbal (Pb) yang termasuk bahan
beracun berbahaya (B3) masih belum disadari oleh
kebanyakan masyarakat terutama para pendaur
ulang. Oleh karena itu perlu adanya kerjasama
masyarakat - pemerintah sehingga terbentuk
kinerja daur ulang yang akrab lingkungan.
Daur ulang aki ditujukan untuk
mengambil logam timbal (Pb) atau
disebut juga ingot dan plastik box,
untuk dimanfaatkan kembali.

Teknologi yang digunakan juga


bermacam-macam dari yang sangat
sederhana hingga teknologi tinggi,
tetapi pada dasarnya logam timah
diambil dengan cara reduksi-oksidasi
(redoks) unsur timbal yang ada di
dalam
Dari proses daur ulang tersebut dihasilkan
2 jenis material
yaitu :
1. Logam/Ingot timbal dimanfaatkan oleh :
- pabrik aki sebagi sel aki baru
- pabrik cat
- pabrik tabung TV
- keramik dan isolasi radio aktif

2. Plastik box dimanfaatkan oleh:


- pabrik aki
- pabrik plastik
Didalam melakukan daur ulang timah dikenal
beberapa alternatif teknologi. Pemilihan teknologi
ini akan menentuan disain peralatan yang akan
dipergunakan. Namun secara umum dalam usaha
daur ulang timah dikenal teknolog sebagai berikut:

a. Elektrokimia,
Yang dimaksud proses elektrokimia yaitu
melakukan leaching segala metal maupun ion Pb
menjadi Pb2+ selanjutnya dengan proses
elektrolisis Pb2+ diubah menjadi Pb metal. Proses
ini jarang dilakukan oleh industri kecil menengah
maupun rumah tangga di Indonesia hal ini
dikarenakan biaya investasi serta operasional yang
mahal.
b. Proses Redoks
Proses redoks dipergunakan reaktor, yang
berbentuk kupola maupun rotary kiln. Proses ini
menggunakan karbon/arang serta udara sebagai
reduktor dan oksidator untuk melelehkan sel aki
menjadi timah cair. Suhu diperlukan untuk
melelehkan timah sehingga akan terpisah antara
timah dan pengotor diantaranya sulfur.

Suhu operasi terjadi lebih dari 500O C. Proses ini


banyak dilakukan di Indonesia, baik dengan
teknologi yang sangat sederhana maupun yang
sudah maju.
Teknologi

Indonesia saat ini biasanya hanya berupa


kubangan di dalam tanah yang disebut
kuwen. Prinsip operasi dari kuwen
adalah dengan mencampur arang dan sel
aki kemudian arang dinyalakan dengan
menambah udara dari blower. Setelah sel
timah mencair dipisahkan untuk dicetak.
Debu logam berat berhamburan sehingga
mencemari lingkungan.
Teknologi tradisional tersebut sangat tidak aman karena
polusi udara yang mengandung logam berat (B3) timah,
sehingga membahayakan bagi para pendaur ulang sendiri
maupun lingkungan.

Disamping itu gas-gas sisa pembakaran SOx maupun NOx


selain mengakibatkan pencemaran udara juga akan
menimbulkan bau spesifik sulfur.

Untuk mengurangi pencemaran maka harus dilakukan


pengisolasian sumber dampak, yaitu dengan
memasang cerobong beserta perangkap
debu. Bangunan cerobong bisa dibuat dari batu bata
yang di plaster. Ceroong ini bekerja karena ada tarikan
vent serta efek chime.

Modifikasi
Dengan Memasang Cerobong Dan
Modifikasi Kuwen
Perangkap Debu
Proses redoks dengan menggunakan kuwen adalah proses
batch, apabila menggunakan proses kontinyu maka diperlukan
reaktor yang berupa kiln maupun kupola. Dengan
menggunakan kiln atau kupola memudahkan isolasi debu yang
keluar saat pengecoran.

Debu keluar bersama-sama dengan gas hasil pembakaran masih


mempunyai suhu yang tinggi (+ 450oC), sehingga perlu
didinginkan.
Blower
Unit perangkap
Vent debu
Kuwen sebagai
tempat masak
tanah
Bangunan
cerobong
Pendinginan dapat berupa pendinginan udara maupun
pendinginan air. Pemanfaatan panas gas hasil
pembakaran adalah untuk pemanasan awal udara umpan.
Kelebihan panas dapat diturunkan dengan memasang
kolom sprayer air. Kolom sprayer bermanfaat juga
sebagai peralatan untuk menurunkan kandungan debu di
dalam aliran gas tersebur. Debu di dalam air dapat
dipisahkan dengan saringan, sementara air dapat
disirkulasi.

Slag yang merupakan hasil samping dari pengecoran


adalah campuran dari arang, besi serta komponen kecil
lainnya dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengisi
pengganti pasir dalam pembuatan bahan bangunan.
Disain kiln maupun kupola terdiri dari bagian :
- Tahan panas terbuat dari bata tahan api
- Ruang bakar / ruang reaksi
- Tuyer sebagai tempat pemasukan udara
- Inlet sebagai tempat pemasukan bahan baku :
arang, sel aki

- Out let yang terdiri dari tiga bagian yaitu :


o tempat pengeluaran produk
o pembuangan gas sisa pembakaran/ sisa reaksi
o pengeluaran slag

2. Limbah Yang Dihasilkan


Untuk mengetahui limbah yang dihasilkan dapat
dipahami melalui proses yang dipergunakan. Di Indonesia
industri daur ulang baik skala kecil maupun menengah
lebih banyak menggunakan sistem redoks.

Sifat-sifat limbah adalah sebagai berikut :


a. Gas dan bau, cemaran ini berupa gas-gas sisa hasil
pembakaran, SO2, debu, Pb dan lain lain.
b. Padat, berupa slag sisa daur ulang. Slag ini dapat
dipergunakan sebagai bahan pengganti pasir maupun batu
dalam bahan bangunan.
c. Limbah cair, limbah cair berupa asam sulfat biasanya limbah
ini sudah tercecer di pengumpul maupun sumber.
Bahan dan Alat
Dalam melakukan daur ulang timah dari aki bekas
dengan menggunakan reaktor, diperlukan perangkap
debu, sehingga debu-debu yang terkumpul akan mudah
dikendalikan. Jenis-jenis perangkap debu antara lain :
a. Cyclone
b. Bag filter
c. Scrubber
d. Electric Precipitator

Jenis peralatan tersebut dapat dikombinasikan satu


sama lain, tergantung dari ukuran partikel, jumlah
partikel, kondisi operasi. Disamping untuk menurunkan
tingkat pencemaran debu, juga menurunkan suhu serta
kadar sulfur dalam aliran udara hasil pembakaran.
Peralatan-peralatan tersebut diatas biasanya sebagian besar
terbuat dari metal/besi kecuali untuk bag filter ditambah filter
yang terbuat dari polyester maupun serat yang lain. Penggunaan
perangkap debu Electric Precipitator (EP) dapat mengurangi
tingkat polusi debu sampai 99% tetapi memerlukan catu daya
DC yang besar, operasionalnya mahal sehingga akan sulit bagi
IKM menggunakan alat ini.

Prinsip kerja dari cyclone adalah debu yang terdapat di dalam


aliran gas berputar menuruti bodi cyclone. Dalam perputaran
tersebut debu akan collapse dan jatuh. Sehingga gas yang keluar
akan lebih bersih. Bag filter akan menyaring debu dengan
diameter tertentu berdasar pada ukuran lubang mesh filter yang
dipasang.

Scrubber bekerja dengan memanfaatkan prinsip cylone dan


semburan air dan NaOH. Dengan adanya putaran gas dan
semburan cairan tersebut maka debu akan turun disamping itu
SOx yang terikut dalam gas akan bereaksi dengan soda untuk
membentuk garam Na2SO4. Campuran air NaOH dapat
disirkulasi.

Vous aimerez peut-être aussi