Vous êtes sur la page 1sur 5

Patogenesis dan Patofisiologi Acute Kidney Injury

Penghujung modul renal, malah dapat dua LTM... Ini ltm ke empat part 1 ya teman2 :)
semoga bermanfaat

1. PENDAHULUAN

Seorang laki-laki berusia 50 tahun datang ke UGD dengan keluhan panas tinggi, sakit
kepala, dan menggigil sejak 4 hari yang lalu diserta kencing berwarna merah kehitaman.
Sejak kemarin sore, ia tidak buang air kecil dan mulai merasakan sesak napas. Dua
minggu sebelumnya, laki-laki tersebut pergi untuk keperluan dinas di Papua selama 2
hari.

Warna urin yang merah kehitaman menunjukkan sebuah kondisi patologis yang terjadi
dalam tubuh laki-laki tersebut, khususnya pada sistem urinarianya. Begitu pula anuria,
seseorang yang tidak bisa buang air kecil ada dalam kondisi emergensi yang harus
segera ditangani. Adapun penyakit yang dapat menimbulkan manifestasi seperti laki-
laki tersebut adalah acute kidney injury. Berikut pembahasan mengenai
patofisiologinya.

2. PEMBAHASAN

Acute kidney injury (AKI) adalah kelainan ginjal akut berupa penurunan fungsi filtrasi
ginjal secara cepat. Kelainan ini ditandai dengan meningkatnya kadar zat-zat sisa
metabolisme di plasma darah yang seharusnya diekskresikan lewat urin, seperti
kreatinin dan ureum.1,2,3 Fungsi filtrasi ginjal yang diperankan oleh korpus renalis
atau badan malphigi ini digambarkan dengan besaran laju filtrasi glomerulus (LFG).
Normalnya, laju filtrasi glomerulus adalah 125 ml/menit.4

Filtrasi dapat terjadi akibat adanya gaya-gaya dan tekanan yang bekerja di glomerulus.
Adapun tekanan glomerulus, sangat tergantung pada aliran darah ke ginjal atau renal
blood flow (RBF) dan dikontrol oleh kombinasi tahanan arteriol aferen maupun eferen.1
Pada pasien dengan AKI, penurunan RBF oleh berbagai sebab, menyebabkan fungsi
filtrasi ini terganggu, sehingga ditemukan penurunan nilai LFG.1 Penurunan fungsi
ginjal secara tiba-tiba dapat disebabkan oleh berbagai hal yang terdapat dalam tabel 1
berikut ini.

Tabel 1. Penyebab Acute Kidney Injury

Disorder

Examples

Hypovolemia
Volume loss via the skin, gastrointestinal tract, or kidney. Hemorrhage. Sequestration of
extracellular fluid (burns, pancreatitis, peritonitis).

Cardiovascular failure

Impaired cardiac output (infarction, tamponade). Vascular pooling (anaphylaxis, sepsis,


drugs).

Extrarenal obstruction

Urethral occlusion: vesical, pelvic, prostatic, or retroperitoneal neoplasms. Surgical


accident. Medication. Calculi. Pus, blood clots.

Intrarenal obstruction

Crystals (uric acid, oxalic acid, sulfonamides, methotrexate).

Bladder rupture

Trauma.

Vascular diseases

Vasculitis. Malignant hypertension. Thrombotic thrombocytopenia purpura.


Scleroderma. Arterial or venous occlusion.

Glomerulonephritis

Immune complex disease. Anti-GBM disease.

Interstitial nephritis

Drugs. Hypercalcemia. Infections. Idiopathic.

Postischemic

All conditions listed above under hypovolemia and cardiovascular failure.


Pigment-induced

Hemolysis (transfusion reaction, malaria). Rhabdomyolysis (trauma, muscle disease,


coma, heat stroke, severe exercise, potassium or phosphate depletion).

Poison-induced

Antibiotics. Contrast material. Anesthetic agents. Heavy metals. Organic solvents.

Pregnancy-related

Septic abortion. Uterine hemorrhage. Eclampsia.

Sumber: Pathophysiology of disease.

Etiologi AKI dapat digolongkan menjadi tiga mekanisme utama yaitu: kerusakan pada
prerenal, intrarenal, dan postrenal. Pada kerusakan prerenal, LFG turun akibat
turunnya perfusi renal, sementara fungsi glomerulus dan tubulus masih normal. Pada
etiologi intrarenal, kerusakan terjadi di ginjal itu sendiri. Penyebabnya dikelompokkan
menjadi dua hal yang lebih spesifik yaitu penyakit inflamasi (mencakup vaskulitis,
glomerulonefritis, dan drug-induced injury) dan nekrosis tubular akut (meliputi
iskemia, keracunan, dan hemolisis). Etiologi ketiga yang terjadi di postrenal,
menyebabkan peningkatan tekanan pada tubulus sehingga menurunkan tekanan
filtrasi. Biasanya hal ini disebabkan oleh adanya obstruksi, misalnya batu saluran
kemih.2

Jika tidak dilakukan tatalaksana, semua AKI akan berujung pada nekrosis tubular akut
yang ditandai oleh pengelupasan epitel tubulus renal. AKI bisa saja bersifat reversibel
maupun irreversibel, tergantung pada rentang waktu untuk intervensi antara onset awal
dengan kemunculan nekrosis tubular akut. Adapun mekanisme molekuler yang
bertanggungjawab dalam perkembangan nekrosis tubular akut masih belum pasti. Yang
ada saat ini adalah teori tubular dan teori vaskular yang sementara dijadikan dasar
patofisiologi dari AKI.2

Pada teori tubular, disebutkan bahwa oklusi dari lumen tubulus oleh debris seluler
membentuk sedimen atau silinder yang meningkatkan tekanan intratubular. Tekanan
ini kemudian mengimbangi tekanan perfusi dan menurunkan tekanan filtrasi netto di
glomerulus. Hal ini tentu saja akan menurunkan LFG. Sementara itu, pada teori
vaskular, disebutkan bahwa penurunan tekanan perfusi renal dari kombinasi
vasokonstriksi arteriol aferen dan vasodilatasi arteriol eferen akan menurunkan tekanan
perfusi glomerular sehingga LFG turun. Kedua mekanisme ini sama-sama dapat
menyebabkan AKI dan bervariasi pada masing-masing individu, tergantung pada sebab
dan waktu presentasinya. Sitokin dan peptida endogen seperti endotelin dan regulasi
produksinya yang berada di tingkat gen, dapat menjadi alasan mengapa ada pasien yang
terkena AKI dan ada yang tidak, serta ada yang sembuh dari AKI dan ada yang tidak.1,2

Intinya, seluruh etiologi AKI dapat sama-sama berakibat pada penurunan aliran darah
ke ginjal yang berujung pada penurunan LFG. Penurunan aliran darah ke ginjal dapat
menyebabkan iskemia dan kematian sel. Iskemia ini dapat menimbulkan efek kaskade,
termasuk di dalamnya produksi oksigen radikal bebas, sitokin, enzim, aktivasi endotel
dan leukosit. Iskemia juga dapat mengaktifkan koagulasi dan menginisiasi apoptosis.
Hal ini akan terus terjadi walaupun aliran darah ke ginjal sudah terestorasi.1 Dengan
kata lain, keadaan jaringan yang hipoksia menyebabkan kerusakan dari sel tubulus dan
mengganggu taut antar sel yang menjadikan tubulus menjadi bocor dan filtrat
glomerulus keluar dari lumen. Ditambah lagi terdapat disregulasi elemen yang
menyebabkan kebocoran tubulus. Hal ini semakin menurunkan efektivitas LFG. Di
samping itu, sel tubulus yang mati akan mengelupas dan membentuk silinder yang
dapat mengobstruksi saluran dan akan semakin menurunkan LFG hingga terjadi
oligouria.1,2

Manifestasi Klinis AKI

Gejala awal yang timbul adalah fatigue dan malaise sebagai akibat dari hilangnya
kemampuan untuk mengeksresikan air, garam, dan zat sisa dari ginjal. Tanda lain dari
hilangnya kemampuan ini adalah dyspnea, orthopnea (dyspnea saat berbaring), bunyi
ronkhi basah, dan edema perifer. Perubahan status mental juga dapat terjadi sebagai
efek toksik dari uremia dan peningkatan zat sisa nitrogenus dan asam fixed lain pada
otak.2

Manifestasi klinis dari AKI tergantung pada staging dan juga riwayat pasien tersbeut.
Pasien dengan hipoperfusi renal (AKI prerenal) akan mengalami prerenal azotemia,
yaitu kondisi dimana blood urea nitrogen (BUN) naik tanpa ada nekrosis tubular. Jika
langsung mendapat penanganan, kondisi ini dapat membaik, namun jika tidak akan
berlanjut ke nekrosis tubular akut.2

3. PENUTUP

Dari sekian gejala AKI yang timbul dan dapat digali dari anamnesis serta pemeriksaan
fisik, dibutuhkan pemeriksaan penunjang guna mempertajam diagnosis AKI.

4. REFERENSI
1. Workeneh BT. Acute kidney injury. [internet]. 2013 [updated 2013 Nov 25; cited 2014
Feb 26] Available from: http://emedicine.medscape.com/article/243492-
overview#aw2aab6b2b4

2. McPhee SJ, Hammer GD. Pathophysiology of disease: an introduction to clinical


medicine. 6th ed. New York: McGraw-Hill; 2010.

3. Chaundhry S. Acute kidney injury (AKI). [internet]. [cited 2014 Feb 26] Available
from: http://www.pathophys.org/aki/

4. Tortora GJ, Derrickson B. Principles of anatomy and physiology. 13th ed. Asia: John
Wiley & Sons; 2011.
Oleh Dianita Susilo Saputri pada 1:05 AM

Vous aimerez peut-être aussi