Vous êtes sur la page 1sur 15

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KASUS SEPSIS NEONATORUM

Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas Sistem Reproduksi Semester 6

DosenPembimbing :

Ns. Sinta Wahyu Sari, S.Kep

Disusun Oleh :

HUBAIDILLAH

NIM 2010.01.088

PROGAM STUDY S1 KEPERAWATAN

STIKES HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG

PAJARAKAN - PROBOLINGGO
2013

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
Sepsis neonatorum adalah infeksi yang masuk kedalam tubuh
secara langsung yang dapat menimbulkan gejala klinis yang besar.(dr.ida
ayu Chandra nita manuaba kebidanan edisi.2006)

Sepsis neonatorum adalah infeksi bakteri pada aliran darah pada


bayi selama empat minggu pertama kehidupan. Insiden sepsis bervariasi
yaitu antara 1 dalam 500 atau 1 dalam 600 kelahiran hidup (Bobak, 2005).

Sepsis adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan


respons sistemik terhadap infeksi pada bayi baru lahir (Behrman, 2000).
Sepsis adalah sindrom yang dikarekteristikkan oleh tanda-tanda klinis dan
gejala-gejala infeksi yang parah yang dapat berkembang kearah septikemia
dan syok septik (Dongoes, 2000)

B. Insiden

Sepsis terjadi pada kurang dari 1% bayi baru lahir tetapi


merupakan penyebab dari 30% kematian pada bayi baru lahir. Infeksi
bakteri 5 kali lebih sering terjadi pada bayi baru lahir yang berat badannya
kurang dari 2,75 kg dan 2 kali lebih sering menyerang bayi laki-laki.

C. Etiologi

a. Perdarahan

b. virus

c. Infeksi pada uterus atau plasenta

d. Ketuban pecah dini (KPD) (sebelum 37 minggu kehamilan)


e. Ketuban pecah terlalu cepat saat melahirkan (18 jam atau lebih
sebelum melahirkan)

f. Proses kelahiran yang lama dan sulit. Faktor- factor yang


mempengaruhi kemungkinan infeksi secara umum berasal dari tiga
kelompok, yaitu :

1. Faktor Maternal

a. Status sosial-ekonomi ibu, ras, dan latar belakang.


Mempengaruhi kecenderungan terjadinya infeksi dengan alasan
yang tidak diketahui sepenuhnya. Ibu yang berstatus sosio-
ekonomi rendah mungkin nutrisinya buruk dan tempat tinggalnya
padat dan tidak higienis. Bayi kulit hitam lebih banyak mengalami
infeksi dari pada bayi berkulit putih.

b. Status paritas (wanita multipara atau gravida lebih dari 3)


dan umur ibu (kurang dari 20 tahun atua lebih dari 30 tahun

c. Kurangnya perawatan prenatal.

d. Ketuban pecah dini (KPD)

e. Prosedur selama persalinan.

2. Faktor Neonatatal

a. Prematurius ( berat badan bayi kurang dari 1500 gram),


merupakan faktor resiko utama untuk sepsis neonatal. Umumnya
imunitas bayi kurang bulan lebih rendah dari pada bayi cukup
bulan. Transpor imunuglobulin melalui plasenta terutama terjadi
pada paruh terakhir trimester ketiga. Setelah lahir, konsentrasi
imunoglobulin serum terus menurun, menyebabkan
hipigamaglobulinemia berat. Imaturitas kulit juga melemahkan
pertahanan kulit.
b. Defisiensi imun. Neonatus bisa mengalami kekurangan
IgG spesifik, khususnya terhadap streptokokus atau Haemophilus
influenza. IgG dan IgA tidak melewati plasenta dan hampir tidak
terdeteksi dalam darah tali pusat. Dengan adanya hal tersebut,
aktifitas lintasan komplemen terlambat, dan C3 serta faktor B tidak
diproduksi sebagai respon terhadap lipopolisakarida. Kombinasi
antara defisiensi imun dan penurunan antibodi total dan spesifik,
bersama dengan penurunan fibronektin, menyebabkan sebagian
besar penurunan aktivitas opsonisasi.

c. Laki-laki dan kehamilan kembar. Insidens sepsis pada


bayi laki- laki empat kali lebih besar dari pada bayi perempuan.

3. Faktor Lingkungan

a. Pada defisiensi imun bayi cenderung mudah sakit


sehingga sering memerlukan prosedur invasif, dan memerlukan
waktu perawatan di rumah sakit lebih lama. Penggunaan kateter
vena/ arteri maupun kateter nutrisi parenteral merupakan tempat
masuk bagi mikroorganisme pada kulit yang luka. Bayi juga
mungkin terinfeksi akibat alat yang terkontaminasi.

b. Paparan terhadap obat-obat tertentu, seperti steroid, bis


menimbulkan resiko pada neonatus yang melebihi resiko
penggunaan antibiotik spektrum luas, sehingga menyebabkan
kolonisasi spektrum luas, sehingga menyebabkan resisten berlipat
ganda.

c. Kadang- kadang di ruang perawatan terhadap epidemi


penyebaran mikroorganisme yang berasal dari petugas ( infeksi
nosokomial), paling sering akibat kontak tangan.
d. Pada bayi yang minum ASI, spesies Lactbacillus dan
E.colli ditemukan dalam tinjanya, sedangkan bayi yang minum
susu formula hanya didominasi oleh E.colli.

D. Patofisiologi

Terlampir

E. Klasifikasi

1. Sepsis dini :terjadi 7 hari pertama kehidupan. Karakteristik : sumber


organisme pada saluran genital ibu dan atau cairan amnion, biasanya
fulminan dengan angka mortalitas tinggi.

2. Sepsis lanjutan/nosokomial : terjadi setelah minggu pertama


kehidupan dan didapat dari lingkungan pasca lahir. Karakteristik :
Didapat dari kontak langsung atau tak langsung dengan organisme
yang ditemukan dari lingkungan tempat perawatan bayi, sering
mengalami komplikasi. (Vietha, 2008)

F. Manifestasi Klinik

Menurut Arief, 2008, manifestasi klinis dari sepsis neonatorum adalah


sebagai berikut:

1. Umum : panas (hipertermi), malas minum, letargi, sklerema

2. Saluran cerna: distensi abdomen, anoreksia, muntah, diare,


hepatomegali

3. Saluran nafas: apnoe, dispnue, takipnu, retraksi, nafas cuping hidung,


merintih, sianosis
4. Sistem kardiovaskuler: pucat, sianosis, kulit lembab, hipotensi,
takikardi, bradikardi

5. Sistem syaraf pusat: iritabilitas, tremor, kejang, hiporefleksi, malas


minum, pernapasan tidak teratur, ubun-ubun membonjol

6. Hematologi: Ikterus, splenomegali, pucat, petekie, purpura, perdarahan

G.Pemeriksaan Penunjang
Kultur darah
Dilakukan dalam 24 48 jam untuk menjelaskan jumlah dan jenis
bakteri yang ada dan kerentanannyaterhadap terapi antibiotika.
Pungsi lumbal dan sensitivitas cairan serebrospinal (CSS)
Jumlah rata-rata leukosit di dalam CSS bayi baru lahir adalah
sel/mm3 dan kisaran normal dapat mencapai 20 sel/mm3. Kadar
protein CSF pada bayi cukup bulan adalah 90mg/dl dan 120
mg/dl pada bayi kurang bulan. Pungsi lumbal traumatik dapat
memberikan hasil yang tidak dapat diintepretasikan, karena
penggunaan faktor koreksi yang berdasarkan pada jumlah eritrosit
di dalam CSF dan di dalam cairan perifer sering tidak adekuat
untuk menentukan jumlah leukosit dan kadar protein yang
sebenarnya didalam CSS.
Kultur urin
Urin untuk pemeriksaan aglutinasi lateks dan kultur juga dapat
dilakukan.
Rontgen dada dilakukan bila ada gejala respirasi.

H. Penatalaksanaan

1. Diberikan kombinasi antibiotika golongan Ampisilin


dosis 200 mg/kg BB/24 jam i.v (dibagi 2 dosis untuk neonatus
umur <> 7 hari dibagi 3 dosis), dan Netylmycin (Amino glikosida)
dosis 7 1/2 mg/kg BB/per hari i.m/i.v dibagi 2 dosis (hati-hati
penggunaan Netylmycin dan Aminoglikosida yang lain bila
diberikan i.v harus diencerkan dan waktu pemberian sampai 1
jam pelan-pelan).

2. Dilakukan septic work up sebelum antibiotika diberikan


(darah lengkap, urine, lengkap, feses lengkap, kultur darah, cairan
serebrospinal, urine dan feses (atas indikasi), pungsi lumbal dengan
analisa cairan serebrospinal (jumlah sel, kimia, pengecatan Gram),
foto polos dada, pemeriksaan CRP kuantitatif).

3. Pemeriksaan lain tergantung indikasi seperti pemeriksaan


bilirubin, gula darah, analisa gas darah, foto abdomen, USG kepala
dan lain-lain.

4. Apabila gejala klinik dan pemeriksaan ulang tidak


menunjukkan infeksi, pemeriksaan darah dan CRP normal, dan
kultur darah negatif maka antibiotika diberhentikan pada hari ke-7.

5. Apabila gejala klinik memburuk dan atau hasil


laboratorium menyokong infeksi, CRP tetap abnormal, maka
diberikan Cefepim 100 mg/kg/hari diberikan 2 dosis atau
Meropenem dengan dosis 30-40 mg/kg BB/per hari i.v dan
Amikasin dengan dosis 15 mg/kg BB/per hari i.v i.m (atas indikasi
khusus).

6. Pemberian antibiotika diteruskan sesuai dengan tes


kepekaannya. Lama pemberian antibiotika 10-14 hari. Pada kasus
meningitis pemberian antibiotika minimal 21 hari.Pengobatan
suportif meliputi : Termoregulasi terapi oksigen/ventilasi
mekanik,terapisyok,koreksimetabolikasidosis,terapihipoglikemi/hi
perglikemi, transfusi darah, plasma, trombosit, terapi kejang,
transfusi tukar
ASKEP SEPSIS NEONATORUM

.1 Pengkajian
A. Biodata
Umur neonatus (0 28 hari)
Jenis kelamin laki-laki
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Panas
2. Riwayat Kehamilan
Demam pada ibu (>37,9C).
Riwayat sepsis GBS pada bayi sebelumnya.
Infeksi pada masa kehamilan.
3. Riwayat Persalinan
Persalinan yang lama.
Ruptur selaput ketuban yang lama (>18 jam).
Persalinan prematur (<37 minggu).
4. Riwayat atau adanya faktor resiko
Prematuritas/BBLR/BBLSR.
Skor APGAR 5 menit rendah (<6).
Jenis kelamin laki-laki (laki-laki 4 kali lebih sering terkena sepsis dari
pada perempuan).
C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Lemah, Koma.
2. Inspeksi
Kepala: ubun-ubun membonjol.
Muka: pucat, sianosis.
Mata: gerakan mata abnormal.
Kulit: ptekie.
3. Palpasi
Distensi abdomen.
Pemeriksaan ekstremitas: tremor, kejang.
5. Auskultasi
Sistem pernafasan: nafas tidak teratur, merintih, takipneu.
6. Laboratorium
Hitung darah lengkap (HDL).
Nilai HDL yang paling penting ialah hitung sel darah putih (SDP). Bayi
yang mengalami sepsis biasanya menunjukkan penurunan nilai SDP,
yakni <5000 mm3.
Trombosit
Nilai normal 150.000 300.000 mm3. Pada sepsis nilai trombosit
menurun.

DIAGNOSA

1.Hipertermia b/d efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada


hipotalamus, perubahan pada reagulasi temperatur.

2. Resiko terhadap perubahan perfusi jaringan b/d reduksi aliran


darah.
3. Resiko terhadap kekurangan volume cairan b/d peningkatan
permeabilitas kapiler.
4. Resiko gangguan pertukaran gas b/d edema pada paru-paru.
5. Pola nafas tidak efektif b/d perubahan pada suplai O2.
6. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d kondisi yang
mempengaruhi masukan nutrisi.
7.gangguan kesadaran b/d penurunan kesadaran
1.Diagnosa : Hipertermia berhubungan dengan kerusakan control suhu
sekunder akibat infeksi atau inflamasi

a. Kriteria Hasil

1. Suhu tubuh berada dalam batas normal (Suhu normal 36,5o-37o


C)

2. Nadi dan frekwensi napas dalam batas normal (Nadi neonatus


normal 100-180 x/menit, frekwensi napas neonatus normal 30-
60x/menit)

b. Intervensi dan Rasional

1. Monitoring tanda-tanda vital setiap dua jam dan pantau warna


kulit

R/ Perubahan tanda-tanda vital yang signifikan akan


mempengaruhi proses regulasi ataupun metabolisme dalam tubuh.

2. Observasi adanya kejang dan dehidrasi

R/ Hipertermi sangat potensial untuk menyebabkan kejang yang


akan semakin memperburuk kondisi pasien serta dapat
menyebabkan pasien kehilangan banyak cairan secara evaporasi
yang tidak diketahui jumlahnya dan dapat menyebabkan pasien
masuk ke dalam kondisi dehidrasi.

3. Berikan kompres denga air hangat pada aksila, leher dan lipatan
paha, hindari penggunaan alcohol untuk kompres.

R/ Kompres pada aksila, leher dan lipatan paha terdapat pembuluh-


pembuluh dasar besar yang akan membantu menurunkan demam.
Penggunaan alcohol tidak dilakukan karena akan menyebabkan
penurunan dan peningkatan panas secara drastis.

Kolaborasi
4. Berikan antipiretik sesuai kebutuhan jika panas tidak turun

R/ Pemberian antipiretik juga diperlukan untuk menurunkan panas


dengan segera.

2. Diagnosa :Kekurangan volume cairan berhubungan dengan


kehilangan sekunder akibat demam

a. Kriteria Hasil

1. Suhu tubuh berada dalam batas normal (Suhu normal 36,5o-37o


C)

2. Nadi dan frekwensi napas dalam batas normal (Nadi neonatus


normal 100-180 x/menit, frekwensi napas neonatus normal 30-
60x/menit)

3. Bayi mau menghabiskan ASI/PASI 25 ml/6 jam

b. Intervensi dan Rasional

1. Monitoring tanda-tanda vital setiap dua jam dan pantau warna


kulit

R/ Perubahan tanda-tanda vital yang signifikan akan


mempengaruhi proses regulasi ataupun metabolisme dalam
tubuh.

2. Observasi adanya hipertermi, kejang dan dehidrasi.

R/ Hipertermi sangat potensial untuk menyebabkan kejang


yang akan semakin memperburuk kondisi pasien serta dapat
menyebabkan pasien kehilangan banyak cairan secara
evaporasi yang tidak diketahui jumlahnya dan dapat
menyebabkan pasien masuk ke dalam kondisi dehidrasi.
3. Berikan kompres hangat jika terjadi hipertermi, dan
pertimbangkan untuk langkah kolaborasi dengan memberikan
antipiretik.

R/ Kompres air hangat lebih cocok digunakan pada anak


dibawah usia 1 tahun, untuk menjaga tubuh agar tidak terjadi
hipotermi secara tiba-tiba. Hipertermi yang terlalu lama tidak
baik untuk tubuh bayi oleh karena itu pemberian antipiretik
diperlukan untuk segera menurunkan panas, misal dengan
asetaminofen.

4. Berikan ASI/PASI sesuai jadwal dengan jumlah pemberian


yang telah ditentukan

R/ Pemberian ASI/PASI sesuai jadwal diperlukan untuk


mencegah bayi dari kondisi lapar dan haus yang berlebih.

3. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan


penurunan volume bersirkulasi akibat dehidrasi

a. Kriteria Hasil

1. Tercapai keseimbangan ai dalam suang interselular dan


ekstraselular

2. Keadekuatan kontraksi otot untuk pergerakan

3. Tingkat pengaliran darah melalui pembuluh kecil ekstermitas


dan memelihara fungsi jaringan

b. Intervensi dan Rasional

1. perawatan sirkulasi (misalnya periksa nadi perifer,edema,


pengisian perifer, warna, dan suhu ekstremitas)

R/ meningkatkan sirkulasi arteri dan vena


2. pantau perbedaan ketajaman/tumpul dan panas/dingin

R/ mengetahui sensasi perifer, kemungkinan parestesia

3. pantau status cairan

R/ mengetahui keseimbangan antara asupan dan haluaran

DAFTAR PUSTAKA

(dr.ida ayu Chandra nita manuaba kebidanan edisi.2006)

Buku ajar keperawatan


maternitas/pengarang,bobak,lowdermik,Jensen,alih bahasa ,maria
A.wijayarani,peterI,Anugerah :editor edisi bahasa Indonesia,renata
kolamasari-edisi 4-jakarta:EGC,2004
Patofisiologi Buku ajar keperawatan
maternitas/pengarang,bobak,lowdermik,Jensen,alih bahasa ,maria
A.wijayarani,peterI,Anugerah :editor edisi bahasa Indonesia,renata
kolamasari-edisi 4-jakarta:EGC,2004

Doengoes, 1999 .Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. Jakarta


:EGC

Harianto, Agus. 2008. Sepsis Neonatorum. Akses internet di


http://www.pediatrik.com/artikel/sepsis-neonatorium

Novriani, Erni. 2008. Sepsis Neonatorum. Akses Internet di


http://cemolgadis-melayu.blogspot.com/2008/12/kepanak-sepsis.html

Nurcahyo. 2000. Sepsis Neonatorum. Akses internet di


http://www.indonesiaindonesia.com/images_greenish/misc/navbits_fi
nallink.gif

Vous aimerez peut-être aussi