Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
DAN
ASUHAN KEPERAWATAN
PROLAPS UTERI
Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas Sistem Reproduksi II
Semester 6
Dosen Pembimbing :
Ns. Sinta Wahyusari, S. Kep
Disusun Oleh :
LULU WATI
(2010.01.095)
Prolapsus uteri adalah turunnya uterus dari tempat yang biasa oleh
karena kelemahan otot atau fascia yang dalam keadaan normal
menyokongnya. Atau turunnya uterus melalui dasar panggul atau hiatus
genitalis (Wiknjosastro, 2008).
Prolaps uteri terjadi karena kelemahan ligamen endopelvik
terutama ligamentum tranversal dapat dilihat pada nullipara dimana terjadi
elangosiokoli disertai prolapsus uteri tanpa sistokel tetapi ada
enterokel.Pada keadaan ini fasia pelvis kurang baik pertumbuhannya dan
kurang ketegangannya.(Widjaja, 2002).
Prolapsus uteri adalah keadaan yang terjadi akibat otot penyangga
uterus menjadi kendor sehingga uterus akan turun atau bergeser kebawah
dan dapat menonjol keluar dari vagina.
II. Insiden
Defek jaringan penyokong pelvis relatif sering dan meningkat
seiring usia dan paritas. Di Amerika Serikat, studi dari 16.000 paien
menunjukkan frekuensi prolaps uteri sebesar 14,2%. Rerata usia
dilakukannya bedah untuk prolaps organ uteri adalah 54,6 tahun.
Perbedaan frekuensi berdasar ras diperkirakan berhubungan dengan
komponen genetik. Prolaps uteri paling sering terjadi pada multipara
(sekitar >50%) dan wanita menopause. Prolaps terkadang terjadi pada
wanita nullipara atau wanita muda (sekitar 2% untuk prolaps simtomatik)
dan jarang terjadi pada neonatus.
III. Etiologi
Kondisi yang berhubungan dengan prolaps uteri antara lain:
- Trauma obstetrik (meningkat dengan multiparitas, ukuran janin
lahir per vaginam) akibat peregangan dan kelemahan jaringan
penyokong pelvis
- Kelemahan kongenital dari jaringan penyokong pelvis
(berhubungan dengan spina bifida pada neonatus)
- Penurunan kadar estrogen (contohnya menopause) berakibat
hilangnya elastisitas struktur pelvis
- Peningkatan tekanan intraabdominal, contohnya obesitas, penyakit
paru kronik, asma
- Varian anatomi tertentu seperti wanita dengan diameter transversal
pintu atas panggul yang lebar atau pintu atas panggul dengan
orientasi vertikal yang kurang, serta uterus yang retrograde.
IV. Patofiologi
Prolapsus uteri terdapat dalam berbagai tingkat ,dari yang palingringan
sampai prolapsus uteri totalis.Terutama akibatpersalinan,khususnya persalinan
pervagina yang susah dan terdapatnya kelemahan-kelemahan ligament yang
tergolong dalam fasia endopelviks dan otot-otot serta fasia-fasia dasar
panggul.Juga dalam keadaan tekanan intraabdominal yang meningkat dan kronik
akan memudahkan penurunan uterus,terutama apabila tonus otot-otot mengurang
seperti pada penderita dalam menopause.
Serviks uteri terletak diluar vagina,akan tergeser oleh pakaian
wanitatersebut.dan lambat laun menimbulkan ulkus yang dinamakan
ulkusdekubitus.Jika fasia di bagian depan dinding vagina kendor biasanyatrauma
obstetric,ia akan terdorong oleh kandung kencing sehinggamenyebabkan
penonjolan dinding depan vagina kebelakang yangdinamakan sistokel.Sistokel
yang pada mulanya hanya ringan saja,dapatmenjadi besar karena persalinan
berikutnya yang kurang lancar,atau yangdiselesaikan dalam penurunan dan
menyebabkan urethrokel.Urethrokel harus dibedakan dari divertikulum
urethra.Pada divertikulum keadaan urethra dan kandung kencing normal hanya
dibelakang urethra ada lubang yang membuat kantong antara urethra dan
vagina.kekendoran fasia dibagian belakang dinding vagina oleh trauma
obstetric atau sebab-sebablain dapat menyebabkan turunnya rectum kedepan dan
menyebabkan dinding belakang vagina menonjol kelumen vagina yang dinamakan
retrokel.Enterokel adalah hernia dari kavum Douglasi.Dinding vagina bagian
belakang turun dan menonjol ke depan. Kantong hernia ini dapat berisi usus atau
omentum.
V. Manifestasi klinis
Gejala sangat berbeda-beda dan bersifat individual. Kadang kala
penderita PRyang satu dengan prolaps yang cukup berat tidak mempunyai
keluhan apapun, sebaliknya penderita lain dengan prolaps ringan
mempunyi banyak keluhan.
Keluhan-keluhan yang hampir selalu dijumpai (Wiknjosastro, 2005) :
1) Perasaan adanya suatu benda yang mengganjal atau menonjol di
genitalia eksterna
2) Rasa sakit di panggul dan pinggang (backache). Biasanya jika
penderita berbaring, keluhan menghilang atau menjadi kurang .
3) Sistokel dapat menyebabkan gejala-gejala:
a. Miksi sering dan sedikit-sedikit. Mula-mula pada siang
hari, kemudian bila lebih berat juga pada malam hari;
b. Perasaan seperti kandung kencing tidak dapat dikosongkan
seluruhnya;
c. Stress incontinence, yaitu tidak dapat menahan kencing jika
batuk mengejan. Kadang- kadang dapat terjadi retensio
uriena pada sistokel yang besar sekali.
4) Rektokel dapat menjadi gangguan pada defekasi:
a. Obstipasi karena faeses berkumpul dalam rongga rektokel
b. Baru dapat defeksi, setelah diadakan tekanan pada rektokel
dari vagina.
5) Prolapsus uteri dapat menyebabkan gejala sebagai berikut:
a. Pengeluaran serviks uteri dari vulva mengganggu penderita
waktu berjalan dan bekerja. Gesekan porio uteri oleh celana
menimbulkan lecet sampai luka dan dekubitus pada porsio
uteri
b. Leukorea karena kongesti pembuluh darah di daerah
serviks, dan karena infeksi serta luka pada porsio uteri
6) Enterokel dapat menyebabkan perasaan berat di rongga panggul
dan rasapenuh di vagina.
b. Data Obyektif
Sebelum Operasi:
- Nyeri bila benjolan tersentuh.
- Pucat, gelisah.
- Spasme otot.
- Demam.
- Dehidrasi.
- Terdengar bising usus pada benjolan.
Sesudah operasi:
- Terdapat luka pada selangkangan.
- Puasa.
- Selaput mukosa mulut kering.
- Anak / bayi rewel.
2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan Backache(rasa sakit di panggul
dan pinggang)
b. Gangguan eliminas urine berhubungan dengan miksi sering.
c. Resiko infeksi berhubungan dengan Port dentry dengan
kuman.
d. Gangguan eliminasi Alvi berhubungan dengan obstruksi
feses direktum.
e. Gangguan ADL berhubungan dengan gangguan saat
beraktifitas.
3. Intervensi keperawatan .
a. Diagnosa 1: Nyeri berhubungan dengan Backache(Rasa sakit
dipanggul dan pinggang)
Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24
jam nyeri pasien berkurang atau hilang.
Kriteria Hasil:
Pasien mengatakan / tidak ada keluhan nyeri pada
panggul dan pinggang
Pasien nampak tenang
Ekspresi wajah tenang
Intervensi :
1. Tanyakan pasien tentang nyeri,tentukan karakteristik
nyeri.
Rasional: Nyeri sebagai pengalaman subjktiv dan harus
digambarkan oleh pasien.
2. Pantau dan catat karakteristik nyeri,catat laporan verbal
dan non verbal ex: gelisah ,menangis.
Rasional: Variasi penampilan dan perilaku pasien
karena nyeri terjadi sebagai temuan
pengkajian,pernafasan meningkat karena adanya cemas.
3. Beriakan lingkungan yang tenang,aktivitas perlahan,
tindakan tenang dan dengan percaya.
Rasional: Menurunkan rangsangan dimana ansietas dan
keterbatasan kemampuan koping dan keputusan situasi
ini.
4. Bantu melakukan teknik relaksasi ex:nafas dalam dan
perilaku distraksi ex: mengajak pasien jalan-jalan.
Rasional: Nafas dalam,perilaku distraksi adalah suatu
teknik yang dapat menurunkan nyeri.
b. Diagnosa 2: Gangguan eliminas urine berhubungan dengan
miksi sering. Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan
selama 2x24 jam gangguan eliminasi urien teratasi.
Kriteria Hasil:
frekuensi miksi 7-8x perhari.
Klien dapat bak dengan berkemih.
Intervensi:
1. Ukur dan catat urine setiap kali berkemih
Rasional : Untuk mengetahui adanya perubahan warna
dan untuk mengetahui input/out put.
2. Anjurkan untuk bekemih setiap 7-8x perhari.
Rasional: Untuk mencegah terjadinya penumpukan
urine dalam vesika urinaria.
3. Pasang kateter
Rasional: Untuk mampermudah haluaran urine.
4. Batasi input cairan yang masuk.
Rasional: Menurunkan resiko kelebihan cairan.
c. Diagnosa 3: Resiko infeksi berhubungan dengan Port
dentry dengan kuman.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperewatan selama 2x24
jam,diharapkan infeksi tidak terjadi.
Kriteria Hasil:
Bebas dari infeksi,tidak deman.
Leokosit normal.
Intervensi:
1. Anjurkan dan gunakan teknik mencuci tangan dengan cermat
dan pembuangan pengalas kotoran, pembalut perineal dan
linen terkontaminasi dengan tepat.
Rasional: Membantu mencegah atau membatasi penyebaran
infeksi.
2. Kaji suhu tubuh pasien setiap 4 jam dan lapor jika suhu diatas
38,50 C
Rasional: Tanda vital menandakan adanya perubahan di
dalam tubuh.
3. Anjurkan pasien sering mengganti pakaiannya dengan yang
bersih.
Rasional: untuk mengurangi port dentriy kuman.
4. Dorong masukkan cairan oral dan diet tinggi protein, vitamin
C dan besi.
Rasional: mencegah dehidrasi ; memaksimalkan volume,
sirkulasi dan aliran urin, protein dan vitamin C diperlukan
untuk pembentukan kolagen, besi diperlukan untuk sintesi
hemoglobin.
DAFTAR PUSTAKA