Vous êtes sur la page 1sur 9

SAP NEFROTIK SINDROME

PAKET PENYULUHAN

Topik : Nefrotik Sindrom


Satuan : Pasien, keluarga pasien dan pengunjung
Tempat : Ruang Penyuluhan IRNA IV RSSA Malang
Hari : Jumat, 30 Mei 2014
Waktu : 30 menit
Penyuluh : Tim PKRS IRNA IV

A. LATAR BELAKANG
Nefrotik Sindrom adalah suatu jenis gangguan yang menyerang organ ginjalterutama pada
nefron-nefron ginjal yang menjadi pertanda bahwa organ ginjal tidak berfungsi
dengan normal. Nefrotik Sindrom merupakan suatu jenis gangguan pada organ ginjal yang
menyebabkan tubuh mengeluarkan terlalu banyak protein ke dalam urin karena pembuluh darah
kecil dalam ginjal mengalami kerusakan sehingga tidak dapat menjalankan fungsinya dengan
baik, seperti menyaring limbah dan kelebihan air dari dalam darah. Oleh karena itu, kadar
protein dalam urin dan kadar kolestrol menjadi tinggi, sedangkan kadar protein dalam darah
menjadi rendah (Sudoyo, Aru, Dkk. 2006).
Angka kejadian NS di Amerika dan Inggris berkisar antara 2-7 per 100.000 anakberusia di
bawah 18 tahun per tahun, sedangkan di Indonesia dilaporkan 6 per 100.000 anak per tahun,
dengan perbandingan anak laki-laki dan perempuan 2:1. Di Departemen Ilmu Kesehatan Anak
FKUI/RSCM Jakarta, sindrom nefrotik merupakan penyebab kunjungan sebagian besar pasien
di poliklinik khusus Nefrologi, dan merupakan penyebab tersering gagal ginjal anak yang
dirawat antara tahun 2000-2008.
Di RSUD Dr. Saiful Anwar , kejadian penyakit Nefrotik Sindrom pada anak-anak masih
tergolong tinggi. Masih banyak ditemukan kasus Nefrotik Sindrom pada anak yang dirawat di
ruang 7B IRNA IV.
Berdasarkan uraian diatas, maka kami tertarik untuk memberikan penyuluhan mengenai
Nefrotik Sindrom.
B. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan keluarga pasien dan pengunjung dapat mengerti dan
memahami tentang Nefrotik Sindrom.

C. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


Setelah diberikan penyuluhan mengenai Nefrotik Sindrom, keluarga pasien dan pengunjung
dapat :
1. Menjelaskan pengertian Nefrotik Sindrom
2. Menjelaskan penyebab Nefrotik Sindrom
3. Menyebutkan klasifikasi Nefrotik Sindrom
4. Menyebutkan tanda dan gejala Nefrotik Sindrom
5. Menyebutkan penatalaksanaan Nefrotik Sindrom
6. Menyebutkan komplikasi dari Nefrotik Sindrom

D. SASARAN
Keluarga pasien dan pengunjung.

E. MATERI (TERLAMPIR)
1. Pengertian Nefrotik Sindrom
2. Penyebab Nefrotik Sindrom
3. Klasifikasi Nefrotik Sindrom
4. Tanda dan gejala Nefrotik Sindrom
5. Penatalaksanaan Nefrotik Sindrom
6. Komplikasi Nefrotik Sindrom

F. METODE
1. Ceramah
2. Tanya Jawab

G. MEDIA
1. Leaflet
2. LCD dan Laptop

H. KEGIATAN PENYULUHAN
No. Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan peserta
1. 5 menit Pembukaan :
1. Mengucapkan salam pembuka 1. Menjawab salam
2. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkan
3. Menjelaskan maksud dan tujuan 3. Mendengarkan
dilakukan penyuluhan
4. Menanyakan kepada peerta sejauh 4. Menjawab pertanyaan
mana pemahaman tentang materi penyuluh
yang akan disampaikan
2. 15 menit Pelaksanaan :
1. Menjelaskan pengertian Nefrotik 1. Memperhatikan
Sindrom
2. Menjelaskan penyebab Nefrotik 2. Memperhatikan
Sindrom
3. Menyebutkan klasifikasi Nefrotik 3. Memperhatikan
Sindrom
4. Menyebutkan tanda dan gejala 4. Memperhatikan
Nefrotik Sindrom
5. Menyebutkan penatalaksanaan 5. Memperhatikan
Nefrotik Sindrom
6. Menyebutkan komplikasi dari 6. Memperhatikan
Nefrotik Sindrom
3. 10 menit Penutup :
1. Menggali pengetahuan peserta 1. Menjelaskan tentang
tentang materi yang telah materi Nefrotik Sindrom
disampaikan. yang telah disampaikan.
2. Mendengarkan
2. Menyimpulkan hasil kegiatan
penyuluhan 3. Menjawab salam
3. Mengucapkan salam penutup

I.KRITERIA EVALUASI
1.Evaluasi Proses
a.Kegiatan penyuluhan dihadiri 5 peserta.
b.Media yang digunakan adalah leaflet, lcd dan laptop.
c.Waktu penyuluhan selama 30 menit.
d.Penyelenggaraan penyuluhan diadakan di ruang penyuluhan IRNA IV RSUD Dr.SAIFUL
ANWAR MALANG.
e. Penyaji diharapkan menguasai materi dengan baik.
f. Pengorganisasian penyuluhan dipersiapkan beberapa hari sebelum penyuluhan.
g. Seluruh peserta hadir mengikuti penyuluhan dan tidak ada yang meninggalkan tempat
penyuluhan sebelum kegiatan penyuluhan selesai dilakukan.
h. Diharapkan semua peserta aktif dan antusias mengikuti proses penyuluhan sampai kegiatan
penyuluhan selesai.

2. Evaluasi Hasil
a. Setelah dilakukan penyuluhan tentang Nefrotik Sindrom diharapkan beberapa peserta mampu :
- Menjelaskan pengertian Nefrotik Sindrom
- Menjelaskan penyebab Nefrotik Sindrom
- Menyebutkan klasifikasi Nefrotik Sindrom
- Menyebutkan tanda dan gejala Nefrotik Sindrom
- Menjelaskan penatalaksanaan Nefrotik Sindrom
- Mneyebutkan komplikasi dari Nefrotik Sindrom
b. Setelah dilakukan penyuluhan tentang Nefrotik Sindrom diharapkan keluarga pasien dan
pengunjung mengerti dan memahami tentang Nefrotik Sindrom serta diharapkan dapat
melakukan perubahan perilaku hidup yang lebih sehat untuk mencegah terjadinya Nefrotik
Sindrom.
Lampiran Materi

NEFROTIK SINDROM
1. Pengertian Nefrotik Sindrom
Nefrotik Sindrom adalah merupakan kumpulan gejala yang disebabkan oleh adanya injury
glomerular yang terjadi pada anak dengan karakteristik; proteinuria, hypoproteinuria,
hypoalbuminemia, hyperlipidemia dan edema. (Suriadi, 2006)
Sindroma nefrotik adalah suatu sindroma yang ditandai dengan proteinuria, hipoalbuminemia,
hiperlipidemia, dan edema. Sindrom ini dapat terjadi karena adanya faktor yang menyebabkan
premeabilitas glomerulus. (Hidayat, A.Aziz, 2011)

2. Penyebab Nefrotik Sindrom


Sebab penyakit sindrom nefrotik yang pasti belum diketahui, namun akhir-akhir ini
dianggap sebagai suatu penyakit autoimun. Jadi merupakan suatu reaksi antigen-antibodi.
Umumnya para ahli membagi etiologinya menjadi:
a. Sindrom nefrotik bawaan
Diturunkan sebagai resesif autosomal atau karena reaksi maternofetal. Gejalanya adalah
edema pada masa neonatus. Sindrom nefrotik jenis ini resisten terhadap semua
pengobatan. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah pencangkokan ginjal pada masa
neonatus namun biasanya tidak berhasil. Prognosis buruk dan biasanya penderita
meninggal dalam bulan-bulan pertama kehidupannya.
b. Sindrom nefrotik sekunder
Disebabkan oleh:
1) Malaria kuartana atau parasit lain.
2) Penyakit kolagen seperti lupus eritematosus diseminata, purpura anafilaktoid.
3) Glumeronefritis akut atau glumeronefritis kronis, trombisis vena renalis.
4) Bahan kimia seperti trimetadion, paradion, penisilamin, garam emas, sengatan lebah,
racun oak, dan air raksa.
5) Amiloidosis, penyakit sel sabit, hiperprolinemia, nefritis membranoproliferatif
hipokomplementemik.
c. Sindrom nefrotik idiopatik ( tidak diketahui sebabnya )
Berdasarkan histopatologis yang tampak pada biopsi ginjal dengan pemeriksaan mikroskop
biasa dan mikroskop elektron, Churg dkk membagi dalam 4 golongan yaitu: kelainan
minimal, nefropati membranosa, glumerulonefritis proliferatif dan glomerulosklerosis fokal
segmental.

3. Klasifikasi Nefrotik Sindrom


Whaley dan Wong (1999 : 1385) membagi tipe-tipe sindrom nefrotik:
a. Sindrom Nefrotik Lesi Minimal ( MCNS : minimal change nephrotic syndrome).
Kondisi yang sering menyebabkan sindrom nefrotik pada anak usia sekolah.
Anak dengan sindrom nefrotik ini, pada biopsi ginjalnya terlihat hampir normal bila dilihat
dengan mikroskop cahaya.
b. Sindrom Nefrotik Sekunder
Terjadi selama perjalanan penyakit vaskuler seperti lupus eritematosus
sistemik, purpura anafilaktik, glomerulonefritis, infeksi system endokarditis, bakterialis dan
neoplasma limfoproliferatif.
c. Sindrom Nefrotik Kongenital
Faktor herediter sindrom nefrotik disebabkan oleh gen resesif autosomal. Bayi
yang terkena sindrom nefrotik, usia gestasinya pendek dan gejala awalnya adalah edema
dan proteinuria. Penyakit ini resisten terhadap semua pengobatan dan kematian dapat
terjadi pada tahun-tahun pertama kehidupan bayi jika tidak dilakukan dialysis.

4. Tanda dan gejala Nefrotik Sindrom


Tanda dan gejala yang muncul pada anak yang mengalami Sindrom nefrotik
adalah: (Ngastiyah, 2005)
a. Oedem umum ( anasarka ), terutama jelas pada muka dan jaringan periorbital.
b. Proteinuria dan albuminemia.
c. Hipoproteinemi dan albuminemia.
d. Hiperlipidemi khususnya hipercholedterolemi.
e. Lipid uria.
f. Mual, anoreksia, diare.
g. Anemia, pasien mengalami edema paru.

5. Penatalaksanaan Nefrotik Sindrom


a. Tirah baring
Diperlukan tirah baring selama masa edema parah yang menimbulkan keadaan tidak
berdaya dan selama infeksi yang interkuten. Juga dianjurkan untuk mempertahankan tirah baring
selama diuresis jika terdapat kehilangan berat badan yang cepat.
b. Diit
Pada beberapa unit masukan cairan dikurangi menjadi 900 sampai 1200 ml/ hari dan
masukan natrium dibatasi menjadi 2 gram/ hari. Jika telah terjadi diuresis dan edema
menghilang, pembatasan ini dapat dihilangkan. Usahakan masukan protein yang seimbang dalam
usaha memperkecil keseimbangan negatif nitrogen yang persisten dan kehabisan jaringan yang
timbul akibat kehilangan protein. Diit harus mengandung 2-3 gram protein/ kg berat badan/ hari.
Anak yang mengalami anoreksia akan memerlukan bujukan untuk menjamin masukan yang
adekuat.
c. Perawatan kulit
Edema masif merupakan masalah dalam perawatan kulit. Trauma terhadap kulit dengan
pemakaian kantong urin yang sering, plester atau verban harus dikurangi sampai minimum.
Kantong urin dan plester harus diangkat dengan lembut, menggunakan pelarut dan bukan dengan
cara mengelupaskan. Daerah popok harus dijaga tetap bersih dan kering dan scrotum harus
disokong dengan popok yang tidak menimbulkan kontriksi, serta hindarkan menggosok kulit.
d. Perawatan mata
Tidak jarang mata anak tertutup akibat edema kelopak mata dan untuk mencegah alis
mata yang melekat, mereka harus diswab dengan air hangat.
e. Kemoterapi:
1) Prednisolon digunakan secra luas. Merupakan kortokisteroid yang mempunyai efek
samping minimal. Dosis dikurangi setiap 10 hari hingga dosis pemeliharaan sebesar 5 mg
diberikan dua kali sehari. Diuresis umumnya sering terjadi dengan cepat dan obat
dihentikan setelah 6-10 minggu. Jika obat dilanjutkan atau diperpanjang, efek samping
dapat terjadi meliputi terhentinya pertumbuhan, osteoporosis, ulkus peptikum, diabetes
mellitus, konvulsi dan hipertensi.
2) Jika terjadi resisten steroid dapat diterapi dengan diuretika untuk mengangkat cairan
berlebihan, misalnya obat-obatan spironolakton dan sitotoksik ( imunosupresif ). Pemilihan
obat-obatan ini didasarkan pada dugaan imunologis dari keadaan penyakit. Ini termasuk
obat-obatan seperti 6-merkaptopurin dan siklofosfamid.
f. Penatalaksanaan krisis hipovolemik
Anak akan mengeluh nyeri abdomen dan mungkin juga muntah dan pingsan. Terapinya
adalah dengan memberikan infus plasma intravena, serta monitor nadi dan tekanan darah.
g. Pencegahan infeksi
Anak yang mengalami sindrom nefrotik cenderung mengalami infeksi dengan
pneumokokus, kendatipun infeksi virus juga merupakan hal yang menganggu pada anak dengan
steroid dan siklofosfamid.
h. Perawatan spesifik
Meliputi mempertahankan grafik cairan yang tepat, penimbangan harian, pencatatan
tekanan darah dan pencegahan dekubitus.
i. Dukungan bagi orang tua dan anak
Orang tua dan anak sering kali tergangu dengan penampilan anak. Pengertian akan
perasan ini merupakan hal yang penting. Penyakit ini menimbulkan tegangan yang berat pada
keluarga dengan masa remisi, eksaserbasi dan masuk rumah sakit secara periodik. Kondisi ini
harus diterangkan pada orang tua sehingga mereka mereka dapat mengerti perjalanan penyakit
ini. Keadaan depresi dan frustasi akan timbul pada mereka karena mengalami relaps yang
memaksa perawatan di rumah sakit.

6. Komplikasi dari Nefrotik Sindrom


a. Infeksi sekunder mungkin karena kadar imunoglobulin yang rendah akibat hipoalbuminemia.
b. Shock : terjadi terutama pada hipoalbuminemia berat (< 1 gram/100ml) yang menyebabkan
hipovolemia berat sehingga menyebabkan shock.
c. Trombosis vaskuler : mungkin akibat gangguan sistem koagulasi sehingga terjadi peninggian
fibrinogen plasma.
d. Komplikasi yang bisa timbul adalah malnutrisi atau kegagalan ginjal.
(Rauf, .2002 : .27-28).

DAFTAR PUSTAKA

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit Edisi 2. Jakarta: EGC.


Hidayat, A. Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta:
Salemba Medika.
Muttaqin, Arif. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan.
Jakarta: Salemba Medika.
Suriadi .2006. Asuhan Keperawatan Anak Edisi 2. Jakarta: CV Sagung.
Sudoyo, Aru, Dkk. 2006. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Depertemen
Ilmu penyakit Dalam FKUI.

Vous aimerez peut-être aussi