Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
1. BREAST
http://www.slideshare.net/DahviniaDevan/breast-infections
www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/mastitis-pencegahan-dan-penanganan
Perkenalan diri
ANAMNESA
o Identitas pasien (nama, usia, pekerjaan, alamat, menikah)
o Keluhan utama? Nyeri pada payudara kanan/kiri?
o Sejak kapan?
o Nyeri seperti apa?
o Nyeri saat disentuh?
o Terus menerus atau hilang timbul?
o Disertai bengkak? Apakah terasa kencang, kulit menebal?
o Ada gatal/tidak?
o Ada benjolan di payudara atau tidak?
o Demam? Menggigil? Mual? Muntah? Lemas?
o Sekarang sedang menyusui atau tidak? Sudah berapa lama dan seberapa
sering menyusui? Lebih sering di payudara kanan atau kiri?
o Susu keluar banyak atau tidak? Perlu memeras ASI atau tidak?
o Ada cairan keluar dari puting atau kulit di sekitar payudara? Warna, bau,
kental/cair? Keluar spontan atau dengan memencet puting?
o Sudah minum obat apa saja?
o RPD, RPK, kebiasaan merokok, alkohol, obat?
PEMERIKSAAN FISIK
o Penjelasan prosedur, cuci tangan, minta pasien membuka bajunya
o Inspeksi (posisi duduk)
Tangan di samping, tangan bertolak pinggang, tangan diangkat ke
depan, tangan diangkat ke atas Tampak payudara kanan/kiri
simetris/tidak, kemerahan, bengkak, kontur (skin dimpling/tidak),
nipple areola complex (retraksi/tidak)
o Palpasi (dimulai dari payudara sehat)
Posisi pasien berbaring, taruh tangan di belakang kepala pasien
Circular/ up and downward
Teraba hangat & nyeri tekan umumnya di semua regio
Nipple areola complex
KBG aksila, infraklavikula, supraklavikula
EDUKASI
o Non medikamentosa
Kompres payudara dengan handuk hangat
Posisi menyusui dengan benar (AMUBIDA)
Menyusui sampai kosong dan bergantian payudara
Jika tidak diobati dapat mungkin terjadi abses
o Medikamentosa
Analgetik
Na diclofenac 3 x 50 mg
Antipiretik
Paracetamol 2 x 500 mg
Antibiotik
Amoxicillin-clavulanic acid
TMP-SMX 2 x 160 mg selama 7 hari
RINGKASAN :
1. Buka baju
2. INSPEKSI
2. Salaman untuk periksa KGB AKSILA lakukan kanan kiri. KGB teraba atau tidak.
Benjolan, ukuran, jumlah, mobilitas.
2. PALPASI PAYUDARA
2. KATETER
Identitas pasien
Perkenalan diri dan penjelasan prosedur. Tujan dari pemasangan kateter adalah
untuk menampung kencing pasien, pasien akan merasakan kelegaan apablila
keluhannya susah BAK. Komplikasi dari pemasangan kateter adalah adanya
perdarahan, ruptur uretra, balon pecah, buli berdarah.
Meminta ijin pada pasien dan meminta pasien utk melepaskan celana
Mempersiapkan alat-alat: (+ boleh minta asisten?)
o Catheter no. 14/16/18
o Urine bag
o Container urine
o Handschoen steril
o Kassa steril
o Betadine
o Duk steril bolong
o Pinset
o Xylocaine gel
o Syringe 10 ml
o Aquadest
o Micropore/ plester
Prosedur:
a. CUCI TANGAN! PAKAI GLOVES! Semua alat sudah disiapkan.
b. Cek balon kateter dan sambungkan ke urine bag
c. Berdiri di sebelah kanan pasien
d. Tangan kiri memegang penis pasien dan diarahkan keatas
e. Lakukan desinfeksi dengan kapas sublimate dimulai dari gland penis dan
memutar hingga pangkal 2-3x. Bersihkan juga daerah sekitar dengan
betadine secara sirkular
f. Pasang duk steril bolong pada daerah genitalia
g. Pegang penis tegak lurus dengan tangan kiri dan masukan xylocaine gel
lewat MUE dengan menggunakan tangan kanan
h. Masukkan kateter secara perlahan sampai full dan urin keluar (pasien
dianjurkan untuk menarik nafas).
i. Kembungkan balon kateter dengan aquadest 20 ml
j. Tarik kateter sedikit demi sedkiti sampai terdapat tahanan. Apabila terdapat
tahanan, artinya kateter sudah masuk ke dalam kandung kemih.
k. Lepaskan duk steril
l. Fiksasi kateter pada inguinal dengan micropore
Setelah urine keluar : catat ukuran kateter, jumlah air pada balon, jumlah urin
output, dan warna urin.
Edukasi : urin bag/kantong urin harus diletakan di tempat yang lebih rendah, jangan
terinjak ataupun tertarik
Penggantian selang kateter +/- 5hari.
3. HERNIA
ANAMNESA
o Identitas pasien (nama, usia, pekerjaan, alamat, menikah)
o Keluhan utama? Benjolan di lipat paha kanan/kiri atau buah zakar
kanan/kiri?
o Benjolan muncul sejak kapan?
o Sebesar apa benjolannya?
o Semakin sering muncul akhir-akhir ini atau tidak?
o Pada saat apa saja benjolan itu muncul? (batuk, mengedan, angkat berat)
o Dapat masuk sendiri saat tiduran atau harus dimasukkan dengan jari?
o Nyeri atau tidak?
o Ada gangguan BAB?
o Ada gangguan BAK? (nokturia, frequency, disuria, dribbling, straining, dll)
o Demam? Mual? Muntah? Nyeri perut?
o RPD, RPK, kebiasaan merokok, alkohol, obat?
o Kalo anak-anak: Lahir normal/prematur?
PEMERIKSAAN FISIK
o KU, kesadaran, TTV
o Inspeksi: Tampak benjolan di lipat paha/skrotum, hiperemis, edema, MUE di
ujung penis atau tidak
o Palpasi:
Nyeri tekan abdomen, distensi
Cek kedua testis terlebih dahulu ada atau tidak
Teraba benjolan pada lipat paha/skrotum konsistensi kenyal,
permukaan rata, batas atas tidak tegas, ukuran ... cm, nyeri tekan
Finger test Masukkan benjolan ke kanalis inguinalis. Minta pasien
untuk mengedan/batuk. Jika benjolan teraba di ujung jari berarti
HIL, jika di samping jari berarti HIM.
Oklusi test Letakkan jari di atas annulus inguinalis interna, minta
pasien mengedan/batuk. Jika benjolan keluar berarti HIM, jika tidak
keluar berarti HIL.
Transiluminasi test
8. Perkenalan diri (Pagi ibu/bapak, saya dr. _______, dengan anak namanya siapa?)
9. Inform consent:
Saya bermaksud u/ memeriksa anak ibu
Px tidak nyaman
Bersedia?/-
Ada yang mau ditanyakan?
10. Anamnesa:
Identitas (Nama?, Umur?, Lk/Pr?, )
Keluhan utama:
Benjolan di lipat paha / buah zakar? Kanan/kiri/keduanya? Hilang
timbul? Sejak ___ SMRS?
Dapat dimasukkan/-?
Riwayat kelahiran: lahir premature/-, lahir normal/-
Tanda obstruksi: muntah, susah flatus/BAB
Tanda strangulata: makin rewel ga anaknya mengeluh sakit sekali? Demam?
Benjolan ada perubahan warna memerah?
4. Pemeriksaan fisik:
a. Menggunakan APD, CUCI TANGAN, di RUANGAN HANGAT, SUPINE
b. TTV
c. St. lokalis: regio ___
Inspeksi: inguinal asimetris/ simetris, benjolan di skrotum/ inguinal
yang hilang timbul hilang saat supine/istirahat, muncul saat
menangis, tanda strangulata (edema dan bercak kemerahan pada
benjolan), apakah ada benjolan
Palpasi: Nyeri tekan/-, benjolan berapa besar?, dapat dimasukkan/-, anak
besar (Berdiri & valsalva-batuk) bila bayi (menangis) keluar masuk/-,
silk glove sign jarak dari tuberkulum pubis (origo muskulus
abductor longus minta pasien abduksi kaki tangan) dan SIAS
linea ligamentum inguinale nya 1 jari diatasnya deep
inguinal ring (teraba spermatic cord)
Tidak melakukan finger test dan ziemans
5. Diagnosa kerja hernia inguinalis lateralis dextra/sinistra
6. Rencana tatalaksana menjelaskan kepada orang tua ini perlu rujuk sp.BA sesegera
mungkin untuk dilakukan herniotomi resiko strangulata tinggi karena gagal
nutup prosesus vaginalis, anak kecil inguinal ring kecil
7. Berterima kasih, buang APD, cuci tangan , tulis rekam medis
1. Perkenalan diri (Pagi ibu/bapak, saya dr. _______, dengan anak namanya siapa?)
2. Inform consent:
Saya bermaksud u/ memeriksa anak ibu menegakkan diagnosis
Px tidak nyaman
Bersedia?/-
Ada yang mau ditanyakan?
3. Anamnesa:
Identitas (Nama?, Umur?, Lk/Pr?, )
Keluhan utama:
PEMBESARAN BUAH ZAKAR Kanan/kiri/keduanya? Hilang
timbul? Sejak ___ SMRS?
Dapat dimasukkan/-?
Riwayat kelahiran: lahir premature/-, lahir normal/-
4. Pemeriksaan fisik:
Menggunakan APD, CUCI TANGAN, di RUANGAN HANGAT, SUPINE
TTV
St. lokalis: regio ___
Inspeksi: skrotum simetris/-, skrotum mana yang membesar
Palpasi: melakukan palpasi lunak, batas atas (+)
Transillumination test ruangan gelap
5. Diagnosa kerja hydrocele dextra/sinistra/bilateral
6. Rencana tatalaksana menjelaskan kepada orang tua ini menunggu hingga umur 2
tahun bila tidak mengecil/hilang sendiri ligasi tinggi karena akibat belum
menutup prosesus vaginalis cairan di tunika vaginalis
7. Berterima kasih, buang APD, cuci tangan , tulis rekam medis
4. APP
ANAMNESA
o Identitas pasien (nama, usia, pekerjaan, alamat, menikah)
o Keluhan utama? Nyeri di perut kanan bawah?
o Awalnya nyeri dimana? Menjalar kemana?
o Sejak kapan?
o Nyeri seperti apa?
o Terus menerus atau hilang timbul?
o Lebih enakan jika posisi apa? Lebih nyeri saat apa? (batuk/dunphy sign)
o Skala nyeri?
o Demam sejak kapan? Demam dulu atau nyeri perut dulu?
o Mual? Muntah? Nafsu makan menurun?
o Siklus menstruasi teratur atau tidak? HPHT? Keputihan? Riwayat KB?
o Gangguan BAB? Darah? Kentut?
o Gangguan BAK? Nyeri?
o RPD, RPK, kebiasaan?
PEMERIKSAAN FISIK
o KU, kesadaran, TTV
o Inspeksi: Datar/ cembung, luka
o Auskultasi: Bising usus meningkat/normal/menurun
o Palpasi: Nyeri tekan ada/tidak? (>2 regio suspek peritonitis difus) dimana?
massa, distensi, defans muskular, nyeri lepas (rebound tenderness), rovsing
sign, blumberg sign
o Perkusi: Timpani/ dull
o Psoas sign
o Obturator sign
o Rectal touche
5. HECTING
Identitas pasien
Perkenalan diri dan penjelasan prosedur
Mempersiapkan alat-alat:
o Gloves steril
o Spuit 3 cc
o Lidocaine 2% 1 amp
o Bisturi, scalpel
o Needle holder
o Klem lurus
o Benang + jarum
o Duk steril
o Alcohol swabs + betadine
o Pinset anatomis & sirurgis
o Kassa + poliflix
Prosedur:
o CUCI TANGAN! PAKAI GLOVES!
o Pasang bisturi ke scalpel menggunakan klem lurus
o Pasang benang, masukkan lidocaine ke spuit
o Tindakan antiseptik
o Pasang duk steril
o Anestesi lokal dengan infiltrasi dengan 1 tusukan namun berbagai arah
o Cek masih nyeri atau tidak dengan pinset
o Lakukan insisi (elips)
o Jahit dengan teknik simple interrupted suture
o Bersihkan daerah suture
o Tutup dengan kassa + poliflix
Edukasi :
o Jangan basah
o Jika ada rembesan, demam kontrol dokter
o Kontrol untuk lepas jahitan +/- 10-14 hari ke dokter lagi medical mini
notes halaman 10
6. CEDERA KEPALA
Cara Baca CT Scan :
CT scan contrast ato bukan
Coronal ato axial ( dari atas)
Identitas
Hipodens, hiperdens ( putih)
Blood : hiperdens
Scalp : caput hematom?
Tulang : fraktur?
Parenkim : perdarahan ?
Volume perdarahan : (jumlah slice x panjang x lebar) : 2
i. Diukur dari gambar terbesar
ii. Dibagi 2 kalo . ga usah dibagi kalo 1
Midline shift?
Airway : GCS <8 INTUBASI
Breathing : perhatikan RR, harus beri Oksigen
Circulation : nadi, tensi, akral. Terapi cairan RL 1-2 L
Disability : cek GCS, pupil, motorik (+sensorik)
Exposure
Jangan lupa pasang kateter dan NGT
Indikasi Operasi :
Volume masa hematom mencapai lebih dari 40 ml di daerah supratentorial atau lebih dari
20 cc di daerah infratentorial
Kondisi pasien yang semula sadar semakin memburuk secara klinis, serta gejala dan tanda
fokal neurologis semakin berat
Terjadi gejala sakit kepala, mual, dan muntah yang semakin hebat
Pendorongan garis tengah sampai lebih dari 3 mm
Terjadi kenaikan tekanan intrakranial lebih dari 25 mmHg.
Terjadi penambahan ukuran hematom pada pemeriksaan ulang CT scan
Terjadi gejala akan terjadi herniasi otak
Terjadi kompresi / obliterasi sisterna basalis
Untuk gambaran SDH, EDH, SAH, ICH lihat di PPT ya beserta penjelasannya :D
Inspeksi : Kesan datar, warna kulit sama dengan sekitar, tidak tampak massa tumor,
hematom tidak ada, edema tidak ada
Palpasi : Nyeri tekan tidak ada, buli-buli tidak teraba, massa tumor tidak teraba.
Penis
Inspeksi : Warna lebih gelap dari sekitarnya, tampak penis sudah disunat, Ostium Urethra
Eksterna di ujung penis, massa tumor tidak ada, hematom tidak ada. Kateter? Sikatriks?
Palpasi : Tidak teraba massa tumor, tidak nyeri tekan
Scrotum
Inspeksi : Warna lebih gelap dari sekitarnya, hematom tidak ada, udem tidak ada, massa
tumor tidak ada.
Palpasi : Tampak dua buah testis, kesan normal, massa tumor tidak ada, nyeri tekan tidak
ada.
Perineum
Inspeksi : Warna sama dengan sekitar, tidak tampak massa tumor, hematomtidak ada,
edema tidak ada
Palpasi : Tidak teraba massa tumor, tidak nyeri tekan
Rectal Toucher
Jelaskan prosedur, minta ijin, buka celana, posisikan pasien dalam posisi litotomi, pasang
glove double, gel.
Inspeksi : melihat massa/ tidak? Hiperemis ada/ tdk? hemoroid eksterna, fistula, abses,
fisura, bekas operasi,
Masuk :
Tonus Sphincter ani kuat/tdk,ampulla recti collaps/ tdk, mukosa licin/tdk,
nyeri tekan ada / tdk? Massa ada/tdk : kalau ada massa : jam berapa
(prostat jam 12), bentuknya apa? Permukaan? konsistensi nya apa?
Berbatas ttegas/tdk? Ukuran? Mobile/tdk?
Teraba pole atas prostat, sulcus medianus teraba, ukuran laterolateral ... cm
konsistensi kenyal, permukaan rata, simetris, nyeri tekan tidak ada. Nodul
ada/tdk.
N : TERABA HINGGA BAGIAN POOL PROSTAT / Bagian atas prostat
nya.
Keluar :
Handscoon : faeces tidak ada, lendir tidak ada, darah tidak ada
DIAGNOSIS : RETENSI URIN BERULANG ET CAUSA SUSPECT BENIGN PROSTATE
ENLARGEMENT.
KALAU SEMISALNYA: ADA POST TRAUMA (MAU ITU SADDLE BACK ATAU APA, ITU CURIGA
RUPTUR URETRA YA PUNGSI)
GEJALA: ada 4 1. Acute meatal bleeding dengan riwayat trauma lower abdomen atau pelvis,
2. pada complete sama sekali ga bisa kencing dengan tanda2 retensi urin , bisa ada bladder
nya penuh, bisa di palpasi dan nyeri,
3. Ada scrotal hematoma
4. Di RT : high position prostate
Penunjang yang diberikan : uretrography bipolar untuk melihat ruptur nya dimana.
Pada parsial : masih bisa pipis tapi tidak maksimal .
INDIKASI PUNGSI aspirasi suprapubic: diagnosis isk pada anak apabila sample urin tidak bisa,
trauma uretra luas, jika ada sumbatan uretra, phimosis, uretritis dan parauretritis,
Kontra indikasi : buli2 kecil atau tidak teraba. Jaringan parut pada lower abdomen tempat
pungsi, jika ada tumor kandung kencing.
Prosedur : siapkan alat2 : kain, kasa steril, betadine, duk steril, jarum suntik syringe 3cc sama
yang 22/20 G kasa, infus set, dan tempat penampungan betadine. Kidney bean, underpad,
syringe 3cc
Inform consent : gk boleh kateter takut strikture urethra (jaringan parut di saluran kencing)
Suntik 2cm diatas simfisis pubis, nanti urin akan naik sendiri, dengan ketentuan penyuntikan
tidak boleh tegak lurus, (10-20 derajt ke arah kepala). Jika tidak berhasil, tidak boleh angkat
sampe semua keangkat, tapi sampe subkutan saja, tidak boleh lebih dari 3x.
TIROID
Cuci tangan
Perkenalkan diri, menjelaskan prosedur, dan meminta persetujuan
Melakukan inspeksi dari depan pasien dan minta pasien kepala agak mendongak ke atas
Lalu minta pasien menelan air bila mengikuti itu adalah tiroid
Pembesaran kelenjar tiroidnya, adakah massa terlihat (difus / multi nodul), edema, warna
kulit
Minta pasien untuk menelan, apabila mengikuti gerakan menelan, maka itu benar kelenjar tiroid
Massa (difus / multinodul, konsistensi, lokasi, ukuran, mobility, batas, permukaan rata atau
bergerinjil-gerinjil, nyeri tekan, panas, batas)
Nilai kulit
Periksa KGB
Preaurikular, submandibula, submental
10. BURN
Luka bakar luka yang disebabkan oleh api / penyebab lain.
Etiologi :
- flame : kebakaran api ditubuh
- flash : jilatan api ke tubuh
- scald : terkena air panas
- kontak dengan benda panas
- sengatan listrik
- bahan kimia
- sunburn
Patofisiologi :
a. zona koagulasi rusak irreversibel saat terjadi trauma luka bakar
b. zona stasis : area yang mengelilingi zona nekrotik, terjadi kerusakan vaskular dan
kebocoran pembuluh darah
c. zona hiperemia : vasodilatasi akibat inflamasi
Fase luka bakar
- fase akut / shock : ancama gangguan airway, breathing, circulation
- fase subakut setelah fase shock terataso : kerusakan / kehilangan jaringan akibat
kontak dengan sumber panas. Luka menyebabkan proses inflamasi disertai dengan
eksudasi protein plasma dan infeksi yang dapat menimbulkan sepsis.
- Fase lanjut : terjadi setelah penutupan luka sampai terjadi maturasi. Masalah yg
mungkin muncul : jar. Parut, kontraktur, dan deformitas.
Obat topikal :
Luka bebas infeksi; mengurangi rasa nyeri; dapat menembus scar; mempercepat epitelisasi.
Jenis :
silver sulfadiazine : prevent and treat infections derajat 2-3, diberikan 2x/hari.
Memiliki sifat bakteriostatik, daya tembus efektif u/ semua kuman, tdk
menimbulkan resistensi, relatif aman utk digunakan.
Moist exposure burn ointment : MEBO/SIBRO
Antibiotik
Antiseptik : iodium povidon (betadin)
Kompress nitras argenti
Pembedahan : eskarekromi
Dilakukan pada luka bakar derajat 3 yang melingkar di ekstremitas / tubuh karena
mengganggu sirkulasi.
Derajat 2 deep dan derajat 3 dilakukan skin graft u/ mencegah keloid dan jar.parut,
biasanya sebelum hari ke 10.
patensi airway smua dikasi O2, klo ga intubasi O2 face mask. chin lift jaw thrust
dengan kontrol servikal, bersihkan dari benda asing, gcs <= 8 definitive airway
B : bentuk simetris (kecuali terjadi fraktur iga/flail chest), gerak tidak simetris, tertinggal
pada bagian sakit, nafas cepat dan dangkal, VBS kiri menurun, SaO2 dapat menurun/normal.
- Inspeksi : depan belakang .Luka, warna kulit, memar, frekuensi napas, Deviasi trakea :
tension trakea terdorong ke sisi sehat
- Palpasi : Ekspansi tidak simetris Bagian yang sakit gerakannya tertinggal dan fremitus
hantarannya lebih rendah di sisi sakit, intercostal dapat normal atau melebar,
- Perkusi : hipersonor
- Auskultasi : bunyi napas melemah hingga tidak terdengar
2. Chest Tube
1. Tentukan tempat insersi, biasanya setinggi putting (sela iga V) anterior linea
midaksilaris pada area yang terkena
2. Siapkan pembedahan dan tempat insersi ditutup dengan kain
3. Anestesi lokal kulit dan periosteum iga
4. Insisi transversal (horizontal) 2-3 cm pada tempat yang telah ditentukan dan
diseksi tumpul melalui jaringan subkutan, tepat di atas iga
5. Tusuk pleura parietal dengan ujung klem dan masukkan jari ke dalam tempat
insisi untuk mencegah melukai organ yang lain dan melepaskan perlekatan,
bekuan darah, dll
6. Klem ujung proksimal tube torakostomi dan dorong tube ke dalam rongga pleura
sesuai panjang yang diinginkan hingga lubang terakhir berada di rongga pleura
7. Cari adanya fogging pada chest tube pada saat ekspirasi atau dengar aliran
udara
8. Sambung ujung tube torakostomi ke WSD
9. Jahit tube di tempatnya
10. Tutup dengan kain/kasa dan plester
FLAIL CHEST
RINGKASAN
1. Perkenalkan diri
2. Jelaskan prosedur pemeriksaan
3. Minta pasien membuka baju
4. INSPEKSI : depan belakang, DEFIASI TRAKEA
1. Bentuk tidak simetris
2. Ekspansi dada tidak simetris
3. Retraksi, menggunakan otot dada
5. PALPASI :
1. Ekspansi dada tidak simetris / tertinggal saat inspirasi ekspirasi
2. Taktil fremitus (77) menurun pada sisi yang terkena.
6. PERKUSI
Lakukan pada minimal 4 posisi di anterior dan posterior.. Kalau timpani meningkat pada sisi
yang terserang min 3 dari 4 maka +
Batas PARU HEPAR!! Hilang
7. AUSKULTASI
Decreased breath sound pada lokasi yang terserang
HEMATOTHORAX
RINGKASAN :
Pneumothorax
Pneumothorax simple :
WSD di ICS 4/5 anterioraxila sesuai untuk kasus multiple injury, pasien yang
akan ditransfer jarak jauh
<20% stabil tanpa keluhan konservatif rawat jalan kontrol 2-3 hari
Pneumothorax Tension :
1. dekompresi segera dengan large bore needle insertion ukuran 16 (selag iga II atau
III, linea midklavikula) dengarkan suara paru setelah pemasangan x ray dada
rujuk BTKV
2. WSD
12. FRAKTUR
ANAMNESA
Pemeriksaan Fisik
Diagnosis:
TATALAKSANA
Fraktur klavikula
o Biasanya menggunakan broad arm sling atau figure of 8 selama 2 minggu
o Dilakukan pada fraktur klavikula 1/3 tengah atau pada fraktur bagian lateral & medial yang
undisplaced
o Figure of 8:
Posisikan kedua tangan pasien lurus ke bawah dan badan tegak
Kalungkan kain panjang di leher dan kedua ujungnya diarahkan melalui ketiak ke arah
belakang
Masukkan kedua ujung kain ke bagian kain di belakang leher
Tarik kuat dan ikat dengan simpul
o X-ray rules of two (views, joints, sides in children, times)
Sprain ankle
o RICE:
Rest your ankle by not walking on it. Limit weight bearing.
Ice it to keep down the swelling. Don't put ice directly on the skin (use a thin piece of cloth
such as a pillow case between the ice bag and the skin) and don't ice more than 20 minutes
at a time to avoid frost bite.
Compression can help control swelling as well as immobilize and support your injury.
Elevate the foot by reclining and propping it up above the waist or heart as needed.
o Figure of 8
Posisikan kaki pasien pada posisi sesuai anatomis
Pertahankan posisi kaki dengan menahan tumit pasien sambil membalut dengan verban
elastis
Balut melalui punggung dan telapak kaki kemudian mengarah ke distal tungkai bawah
Ulang kembali ke punggung kaki dan seterusnya
FRAKTUR TERBUKA
Sindroma Kompartemen
Kondisi dimana terjadi peningkatan tekanan intersitial di dalam ruangan yang terbatas, yaitu di
dalam kompartemen osteofascial yang tertutup (berisi otot, saraf, pembuluh darah), serta dibatasi
oleh tulang, intraoseous membran, dan fascia.
Etiologi
Gejala 5P:
PEMERIKSAAN PENUNJANG
23 X-ray photos - AP/Lateral/oblique
24 MRI/USG untuk lihat ada tendon rupture/ga
PENATALAKSANAAN
25 Cuci tangan
26 Pakai sarung tangan
Prinsip pembidaian - imobilisasi, mengurangi nyeri,
mencegah kerusakan lanjut, mencegah laserasi kulit krn
27
patahan tulang, mencegah fraktur tertutup jd terbuka.
Mencegah hambatan aliran darah,
Total:
Fraktur Splint
1. Menyapa pasien
2. Informed consent
3. Pastikan primary survey aman (ABCDE)
4. Mendapatkan keluhan utama, biomechanical trauma (mekanisme), terkena daerah apa saja
5. Mendapatkan riwayat penyakit sekarang
6. Mendapatkan riwayat penyakit dahulu
7. Mendapatkan riwayat keluarga
8. Mendapatkan riwayat sosial
9. Pemeriksaan tanda vital
10. Pemeriksaan muskuloskeletal:
- Inspeksi (look)
i. Deformitas, edema, perdarahan aktif, perbedaan antara tungkai kiri dan kanan
- Palpasi (feel)
i. Nyeri sumbu, krepitasi, nyeri tekan, pulsasi arteri
- Move
i. Functio lesa ROM (evaluasi fungsi struktur otot atau nervus yang terkait),
kekuatan motorik, sensibilitas
- NVD (neurovascular disturbance): arteri, vena, nervus
11. Meminta data hasil pemeriksaan penunjang x-ray
12. Menuliskan hasil diagnosis dengan benar
- Lokasi (diafisis, metafisis, epifisis, intraartikular, fraktur dislokasi)
- Nama tulang, dextra/ sinistra
- Ekstensi (komplit inkomplit)
- Konfigurasi (transversal, oblik, spiral, kominutif)
- Displacement (translasi, angulasi, rotasi, panjang)
- Hubungan fraktur dengan dunia luar (terbuka, tertutup)
- Komplikasi
- Contoh: Fraktur diafisis 1/3 proximal tibia dekstra, komplit- kominutif, dengan
angulasi medial, tertutup.
13. Melakukan pembidaian dengan benar
- Siapkan alat-alat
i. Bidai panjang
ii. Bidai pendek
iii. Kain bantalan
iv. Kain pembalut
- Syarat pembidaian:
i. 2 sisi
ii. 2 sendi
iii. 2 ekstremitas (anak)
iv. 2 jejas (bagian proksimal jejas)
v. 2 waktu (foto serial)
14. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan
15. Memilih bidai yang tepat ukurannya
16. Cuci tangan
17. Melakukan pemasangan bidai 2 sisi pada bagian yang terkena
18. Memeriksa hasil pemasangan (terlalu kencang/mudah lepas)
19. Melakukan penilaian NVD setelah pemasangan bidai (pulsasi, edema, sensasi rasa, suhu, dan
gerakan compartment syndrome)
20. Mengedukasi pasien untuk mengimobilisasi tulang yang patah
21. Bersihkan alat yang sudah dipakai
22. Berterima kasih kepada pasien
23. Menulis di medical record
13. ILEUS OBSTRUKTIF