Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PLAN OF DEVELOPMENT
ANDALUSIA FIELD, BLOCK XYZ
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan segala
berkat, karunia, damai sejahtera dan sukacita yang luar biasa sehingga kami dapat
menyelesaikan Laporan Plan of Development dalam acara Plan of
DevelopmentCompetition pada Oil and Gas Intelectual Parade (OGIP) 2013. Laporan ini
disusun untuk memenuhi persyaratan lomba Plan of Development Competition OGIP 2013.
Laporan ini merupakan laporan akhir dari pelaksanaan PLAN DEVELOPMENT BLOK
XYZ LAPANGAN ANDALUSIA, yang dilaksanakan berdasarkan Surat Perlombaan
Plan of Development Competition OGIP 2013 pada tanggal 13 Februari 2013.
Penghargaan dan ucapan terima kasih yang tulus kami sampaikan kepada semua
pihak khususnya kepada Tim POD UPN Veteran Yogyakarta, Tim Pembimbing POD
UPN Veteran Yogyakarta yang terdiri dari staf Dosen dan alumni, atas segala bantuan,
dukungan dan kerjasamanya yang baik dalam penyediaan data, diskusi, saran serta
monitoring kualitas (quality control) pengolahan data POD selama ini sehingga studi dapat
berjalan dengan baik dan lancar.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kelemahan yang ada di
laporan ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
semua pihak demi pembuatan laporan yang lebih baik kedepan. Harapan kami semoga hasil
studi ini bisa bermanfaat untuk Studi POD dan bisa menjadi tambahan wawasan dan
pengetahuan bagi siapa saja yang membaca.
i
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR GAMBAR ix
2.1.1.Fisiografi Regional 2
2.3.1.Batuan Induk 11
2.3.2.Migrasi 11
2.3.3.Batuan Reservoar 12
2.3.4.Batuan Tudung 12
2.3.5.Jenis Perangkap 12
iii
4.2.5. Setting Packer 41
5.5.2. Jepitan 52
5.5.3. Kick 52
5.7.2.2. Litologi 57
iv
5.7.2.3. Loss Sirkulasi 57
5.7.3.2. Litologi 59
5.7.4.2. Litologi 60
5.7.4.3. Kick 60
5.9. Lain-Lain 62
6.1.1. Wellhead 66
6.2.1. Separator 66
6.3.1. Compressor 69
8.4.1. Meteorologi 87
8.4.2. Oceanografi 88
dan Arus) 89
8.4.4. Gelombang 89
8.4.7. Ikan 91
8.5. Pelaksanaan 97
vi
8.6.3. Pembuatan Terumbu Karang 103
9.2. Proses Restorasi Pada Site Pemboran dan Abandont Well 109
DAFTAR PUSTAKA
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Barito 14
Gambar 4.3. Vertical Lift Performance Curve sumur GRD-3 Setelah Stimulasi 37
Gambar 4.4. Vertical Lift Performance Curve sumur GRD-4 Setelah Stimulasi 37
Gambar 8.2. Windrose di Daerah Selat Makassar Kiri dan Kanan Maret 2008
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel VI-4. Production Schedule & Assumption Simulasi GAP pada Lapangan
Andalusia 63
Tabel VI-5. Surface Equipment Simulasi GAP pada Lapangan Andalusia 63
xi
Tabel VI-3 Kehilangan Tekanan Pada PIPELINE-1 67
GRD-4 70
xii
BAB I
EXECUTIVE SUMMARY
Lapangan Andalusia, Blok XYZ yang terletak di lepas pantai Selat Makasar
diprediksikan akan mulai diproduksikan awal bulan Januari 2010. Untuk
mengantarkanproduksi gas dari Production Platform menuju Terminal Cordoba
diperlukan pipa alir bawah laut sepanjang 300 km. Untuk mencapai target produksi
sebesar 100 MMscfd dengan tekanan separator pada Terminal Cordoba sebesar 350
psig, diperlukan pipa alir berdiameter 18.
Lokasi pengembangan lapangan termasuk ke dalam Cekungan Barito di
Kalimantan Selatan bagian tenggara. Dari hasil analisa G&G, lapisan batu gamping
yang terdapat dalam Formasi Berai berpotensi menjadi batuan reservoir pada Cekungan
Barito. Sedangkan lapisan penutup atau tudungnya berasal dari lapisan lempung yang
tebal dari Formasi Warukin Bawah. Tipe perangkap yang menjadi tempat
terakumulasinya hidrokarbon merupakan tipe struktur antiklinal. Dari hasil perhitungan
volumetrik didapatkan besar OGIP untuk Lapangan Andalusia sebesar 310 Bscf untuk
kedalaman sampai 4478 ft dan 362 Bscf untuk kedalaman sampai 4600 ft (GOC)
Proyek pengembangan Lapangan Andalusia mencakup desain surface
production facilities dari PQ (Process/Quarter) Platform menuju ORF (Onshore
Receiving Facilities) di Cordoba yang terdiri dari beberapa kegiatan utama, diantaranya:
1. Melakukan acidizing untuk ke-empat sumur existing serta menambah sumur
produksi baru pada 1 Januari 2013.
2. Memasang kompresor untuk mencapai target produksi pada 1 Januari 2014.
Dalam pengembangan tahap awal (POD I) Lapangan Andalusia, dilakukan
prediksi menggunakan 5 jenis skenario pengembangan. Skenario terpilih merupakan
skenario ke-tiga (menambah satu sumur produksi & satu kompresor) yang paling
memenuhi aspek keekonomian dan teknis. Dari hasil prediksi produksi, RF yang
diperoleh sebesar 94,38%.
Analisa keekonomian dari POD I Andalusia menunjukkan bahwa ROR dari proyek ini
sebesar 17%. Serta POT yang dibutuhkan yaitu selama 5 tahun 9 bulan. NPV yang
dihasilkan sebesar 75.94 MMUS$.
1
BAB II
GEOLOGICAL FINDING & REVIEWS
Gambar 2.1.
Peta Fisiografi Regional Kalimantan
2
Gambar 2.2.
Keterangan Peta Fisiografi Regional Kalimantan
Gambar 2.3.
Peta Geologi Regional Kalimantan
4
2.1.2. Tatanan Tektonik Cekungan Barito
Pulau Kalimantan merupakan pulau terbesar yang menjadi bagian dari Lempeng
mikro Sunda. Menurut Tapponnir (1982) lempeng Asia Tenggara ditafsirkan sebagai
fragmen dari lempeng Eurasia yang melejit ke Tenggara sebagai akibat dari tumbukan
kerak Benua India dengan kerak Benua Asia, yang terjadi kira-kira 40 50 juta tahun
yang lalu. Fragmen dari lempeng Eurasia ini kemudian dikenal sebagai lempeng mikro
Sunda yang meliputi semenanjung Malaya, Sumatra, Jawa, Kalimantan Selatan dan
Kalimantan Tengah. Adapun batas-batas yang paling penting disebalah Timur adalah :
1. Komplek subduksi Kapur Tersier Awal yang berarah Timurlaut, dimulai dari
Pulau Jawa dan membentuk pegunungan Meratus sekarang.
2. Sesar mendatar utama di Kalimantan Timur dan Utara(Gambar 2.5)
3. Jalur subduksi di Kalimantan Utara, Serawak, dan Laut Natuna, Jalur ini dikenal
dengan jalur Lupar.
Cekungan ini terletak diantara dua elemen yang berumur Mesozoikum (Paparan
Sunda di sebelah barat dan Pegunungan Meratus yang merupakan jalur melange
tektonik di sebelah timur). Orogenesa yang terjadi pada Plio-Plistosen mengakibatkan
bongkah Meratus bergerak ke arah Barat. Akibat dari pergerakan ini sedimen-sedimen
dalam Cekungan Barito tertekan sehingga terbentuk struktur perlipatan. Cekungan
Barito memperlihatkan bentuk cekungan asimetrik yang disebabkan oleh adanya gerak
naik dan gerak arah barat dari Pegunungan Meratus. Sedimen- sedimen Neogen
ditemukan paling tebal sepanjang bagian timur Cekungan Barito, yang kemudian
menipis ke Barat.
Menurut After Satyana and Silitonga, (1994) secara keseluruhan sistem
sedimentasi yang berlangsung pada cekungan ini melalui daur genang laut dan susut
laut yang tunggal, dengan hanya ada beberapa subsiklus yang sifatnya lokal dan kecil.
Formasi Tanjung yang berumur Eosen menutupi batuan dasar yang relatif landai,
sedimen-sedimennya memperlihatkan ciri endapan genang laut yang diendapkan pada
lingkungan deltaik air tawar sampai payau. Formasi ini terdiri dari batuan-batuan
sedimen klastik berbutir kasar yang berselang-seling dengan serpih dan kadangkala
batubara. Pengaruh genang laut marine bertambah selama Oligosen sampai Miosen
Awal yang mengakibatkan terbentuknya endapanendapan batugamping dan napal
(Formasi Berai). Pada Miosen Tengah-Miosen Akhir terjadi susut laut yang
mengendapkan Formasi Warukin. Pada Miosen Akhir ini terjadi pengangkatan yang
5
membentuk Tinggian Meratus, sehingga terpisahnya Cekungan Barito, Subcekungan
Pasir dan Subcekungan Asam-Asam (Gambar 2.4).
Gambar 2.4
Barito Basin-Makassar Straitcross-section
Gambar 2.5.
Elemen Tektonik Kalimantan
6
2.1.3. Stratigrafi Regional
Urutan stratigrafi daerah cekungan Barito menurut N. Sikumbang dan R.
Heryanto (1994), yaitu cekungan Barito terdiri dari batuan termuda aluvium dan
endapan gambut yang berada diatas Formasi Dahor dan tersusun dari batupasir kuarsa
lepas berbutir sedang, lempung, dan juga dijumpai lignit serta konglomerat, berumur
Plio-Plistosen.
Batuan dasar Cekungan Barito adalah batuan Pra-Tersier terdiri dari batuan beku
bersifat granitik dan andesitik serta batuan malihan terdiri dari perselingan batulanau
dengan batupasir halus sampai kasar dengan sisipan konglomerat dan breksi. Diatas
batuan Pra-Tersier ini diendapkan batuan sedimen Tersier yang terdiri dari tua ke muda
yaitu:
1. Formasi Tanjung 4. Formasi Dahor
2. Formasi Berai 5. Endapan Kuarter (Aluvium).
3. Formasi Warukin
Kontak antara batuan Pra-Tersier dan batuan sedimen Tersier ialah kontak
ketidakselarasan umur, tetapi di beberapa tempat tertentu terdapat kontak ketidakselarasan
tektonik.
Susunan stratigrafi dapat dibagi tiga, pra-Tersier, Tersier dan Kuarter. Setiap satuan
diberi nama dan diperkirakan secara litostratigrafi berdasarkan tata-nama yang telah
berlaku di daerah Cekungan Kalimantan Selatan yang mengikuti rekomendasi Sandi
Stratigrafi Indonesia (1975). Tatanan stratigrafi regional dari tua ke muda, adalah sebagai
berikut :
1. Formasi Tanjung
Diendapkan pada kala Eosen, terletak tidak selaras di atas batuan dasar yang yang
merupakan batuan beku dan metamorf berumur Pra-Tersier. Pada bagian bawah
formasi ini terdiri dari konglomerat, batupasir, batulempung dan sisipan batubara,
sedangkan bagian atas terdiri dari batulempung dan napal dengan sisipan batupasir
dan batugamping. mengandung fosil. Formasi Tanjung terendapkan dalam lingkungan
fluviatil sampai dengan laut dangkal, ketebalannya sampai 750 m.
2. Formasi Berai
Diendapkan selaras diatas Formasi Tanjung pada kala Oligosen hingga Miosen
Bawah, terdiri dari Anggota Berai Bawah yang disusun oleh napal, batulanau,
7
batugamping dan sisipan batubara; Anggota Berai Tengah dicirikan oleh batugamping
masif dengan interklas napal; dan Anggota Berai Atas tersusun oleh serpih dengan
sisipan batugamping berselingan dengan napal, batulempung napalan dan sedikit
batubara. Formasi ini terendapkan dalam lingkungan neritik dengan ketebalan sekitar
1000 m.
3. Formasi Warukin
Diendapkan selaras di atas Formasi Berai pada kala Miosen Tengah hingga Miosen
Atas, terdiri dari Anggota Warukin Bawah yang disusun oleh napal, batulempung, dan
siispan batupasir. Anggota Warukin Tengah relative sama dengan Warukin Bawah,
hanya pada batupasirnya menjadi tebal dan banyak dijumpai lapisan tipis batubara
yang tebal hingga 20 meter dan juga batupasir dan batulempung karbontan. Formasi ini
diendapkan pada lingkungan paralik hingga delta pada fase regresi dengan ketebalan
sekitar 400 meter.
4. Formasi Dahor
Di atas Formasi Warukin diendapkan secara tidak selaras Anggota Layang Formasi
Dahor, berumur Pliosen. Anggota Layang terdiri atas konglomerat aneka bahan
berkomponen semua batuan lebih tua dengan ukuran kerikil-bongkah. Sedimen pada
formasi ini diendapakan ke dalam rapidly subsiding basin akibat pengangkatan
kontinental bagian barat dan pengangkatan Penggunungan Meratus di bagian timur Di
atas Anggota Layang Formasi Dahor terendapkan Formasi Dahor, berumur Plio -
Plistosen Awal. Formasi Dahor terdiri atas batupasir kuarsa lepas berbutir sedang
terpilah buruk, konglomerat lepas dengan komponen kuarsa, batulempung lunak,
setempat dijumpai lignit dan limonit, Formasi ini diendapkan di lingkungan paralik-
lagunal dengan ketebalan sekitar 250 m.
5. Endapan Alluvium
Terdiri dari hasil rombakan batuan yang lebih tua, berupa material berukuran kerakal
hingga lempung, menumpang tidak selaras di atas Formasi Dahor. Secara
keseluruhan, sistem sedimentasi yang berlangsung di cekungan ini melalui siklus
transgresi dan regresi serta beberapa sub siklus yang bersifat lokal. Turunnya bagian
tengah cekungan dan erosi yang aktif di bagian Tinggian Meratus menyebabkan
pengendapan sedimen yang banyak, membentuk urutan endapan paralik hingga delta.
Hal tersebut juga tercermin endapan batubara yang relatif tebal pada Formasi
Warukin.
8
Gambar 2.6.
Tektonostratigrafi dari Cekungan Barito
9
gaya tekanan(compressional) yang mengakibatkan sesar-sesar naik dan perlipatan
berarahsejajar dengan Pegunungan Meratus.
Gambar 2.7.
Tatanan Tektonik Cekungan Barito
Gaya tekanan ini juga berpengaruh dalampembentukan basement reversal yaitu
paleo basement low menjadi recentbasement high yang ternyata menjadi tempat-tempat
paling potensial untukakumulasi hidrokarbon. Diintegrasikan dengan saat pembentukan
hidrokarbonternyata patahan dan lipatan yang terbentuk oleh gaya tekanan pada Plio-
Pleistosen sangat berperan dalam migrasi dan pemerangkapan hidrokarbon di Cekungan
Barito ini.
10
basement maupun sedimen yang ada diatasnya sehinggaterdapat beberapa keungkinan
yang membuat batuan-batuan tersebut dapat bertindaksebagai bagian dari sistem
hidrokarbon tersebut.
2.3.2. Migrasi
Proses ini merupakan perpindahan minyak dan gas bumi dari batuan induk menuju
ke lapisan reservoar untuk dikonsentrasikan di dalamnya, dan pergerakan minyak dan gas
bumi akan berhenti setalah mencapai perangkap reservoar
Migrasi hidrokarbon di Cekungan Barito dapat ditafsirkan sebagai migrasilateral dan
atau migrasi vertikal. Migrasi lateral terjadi pada bagian dalam cekungan.Akibat migrasi
ini, terjadi pengisian hidrokarbon pada perangkap-perangkap stratigrafi. Migrasi secara
11
vertikal terjadi melaluibidang patahan dan bidang ketidakselarasan antara batuan dasar
dengan lapisan sedimendiatasnya. Migrasi sekunder memegang peranan penting dalam
proses akumulasi danpemerangkapan hidrokarbon mengingat posisi perangkap merupakan
daerah tinggian.
12
Gambar 2.8.
Petroleum System Cekungan Barito
13
Gambar 2.9.
Penampang Geologi dengan Generasi Hidrokarbon Cekungan Barito
Tektonik di cekungan Barito sangat penting peranannya mulai dari pembentukan
hidrokarbon (penurunan yang menambah kedalaman penimbunan), pengangkatan dan
perlipatan (pembentukan struktur perangkap hidrokarbon dan sarana migrasi (sesar-sesar
sebagai jalur migrasi dari batuan induk kebatuan reservoar).
14
2.5. Analisa Petrofisika
Gambar 2.10.
Data well logging sumur Granada-1 Lapangan Andalusia
Log Sumur Granada-1 merupakan sumur referensi pada penelitian yang dilakukan
kali ini. Sumur ini menembus satu lapisan. Pada sumur granada satu ini data log yang
tersedia yaitu log GR, SP, Caliper, ILD, SNP, Sonic dan Density. Dari data log tersebut
akan dapat diketahui litologi penyusun dan zona prospek hidrokarbon beserta kualitas
properti yang terkandung didalamnya seperti nilai porositas, permeabilitas dan saturasinya.
Berdasarkan hasil analisa petrofisika yang dilakukan didapatkan hasil padaSumur
Granada-1, memiliki pola elektrofacies berbentuk blocky atau cylindricaldengan litologi
batugamping. Zona prospek hidrokarbon terdapat pada interval 3985-4265 m,
diperlihatkan dengan adanya bentuk crossover pada nilai log NPHI danlog Rhob. Dari
15
hasil perhitungan evaluasi formasi yang telah dilakukan pada sumursatu, diketahui nilai
properti dari sumur granada satu ini dengan nilai porositas sebesar 15,18 %, Vsh 14,0%
dan Sw 54,1 %. Dengan menggunakan formula Dunes and Coates(dalam Usman Ahmed,
1991) menggunakan parameter porositas efektif dan Sw yang didapatkan dari analisa
petrofisika maka bisa didapatkan nilai permeabilitas dari zona prospek di Sumur Granada-
1.
2 (1 )
1/2 = 100. (2.1)
Gambar 2.11.
Data well logging sumur Granada-2 Lapangan Andalusia
Log sumur Granada-2 merupakan sumur yang terletak sekitar 2,6 km sebelah barat
laut dari sumur Granada-1. Ketersedian data pada sumur ini hanya berupa data logGR,
Caliper, LLS, LLD, DRH, CNL dan Litho Density. Dari data tersebut didapatkan informasi
zona prospek berada di interval 4400 - 4500 litologi penyusun lapisan ini adalah
16
batugamping dengansisipan shale dengan bentuk elektrofacies yang irregular. Berdasarkan
hasil analisa petrofisika yang telah dilakukan didapatkan hasil, nilai porositas efektifnya
sebesar 13,938 %, Vsh 23,2 %, Sw 75,8% dan permeabilitas 78,67086 md.
Gambar 2.12.
Data well logging sumur Granada-3 Lapangan Andalusia
Log sumur Granada-3 merupakan sumur yang terletak sekitar 1,8 km
sebelahtenggara dari sumur Granada-1. Ketersedian data pada sumur ini hanya berupa data
logGR,SP, Caliper, Rxo, LLD, HLLD, HRHO, TNPH, HDRH, dan DTC. Dari data
tersebut didapatkan informasi zona prospekberada di interval 4185 - 4585 litologi
penyusun lapisan ini adalah batugamping dengan bentuk elektrofacies yang blocky atau
17
cylindrical.Berdasarkan hasil analisa petrofisika, didapatkan nilai porositas efektif 5,940
%, Vsh 14.5 %, Sw 32,3 % dan permeabilitasnya sebesar 86,06637 md.
Gambar 2.13.
Data well logging sumur Granada-4 Lapangan Andalusia
Log sumur Granada-4 merupakan sumur yang terletak sekitar 1,3 km sebelah barat
dari sumur Granada-1. Ketersedian data pada sumur ini hanya berupa data logGR, SP,
Caliper, Rxo, HLLS, HLLD, HRHO, TPNH, HDRH, dan DTC. Dari data tersebut
didapatkan informasi zona prospekberada di interval 4220 - 4540 litologi penyusun lapisan
ini adalah batugamping dengan bentuk elektrofacies yang blocky atau cylindrical.Dari
perhitungan dan analisa yang telah dilakukan, didapatkan nilai porositas efektifnya sebesar
3,151 %, Vsh 19,2 %, Sw 12,8% dan permeabilitas 82,0877 md. Dari log resistivitas
18
HLLD terlihat perubahan nilai resistivitas yang mulai terjadi pada interval 4530 m yang
diidentifikasi sebagai Last Known Gas berada.
Gambar 2.14.
Korelasi Struktur dari Sumur Grd-1, Grd-2, Grd-3, dan Grd-4
Dari keempat log sumur yang disediakan yaitu Sumur Granada-1, Sumur Granada-
2, Sumur Granada-3, dan Sumur Granada-4, untuk menginterpretasikan geometri dari
reservoir yang berada dibawah permukan, dilakukan korelasi struktur dengan datum yang
digunakan adalah Rata-rata permukaan air laut. Korelasi ini gunanya adalah untuk
mengetahui kondisi bawah permukaan yang terjadi pada kondisi sekarang, dan juga
berguna untuk menginterpretasikan bagaimana bentuk geometri dari reservoirnya. Untuk
dapat mengkorelasikan satu sumur dengan sumur yang lain, faktor yang penting untuk
diamati adalah pola elektrofacies dan diintegrasi dengan referensi geologi regional
mengenai lingkungan pengendapan pada daerah tersebut. Berdasarkan hal itu, pada Sumur
Granada-1, Sumur Granada-3, dan Sumur Granada-4 memperlihatkan geometri suatu deep
water carbonate yang terisi oleh batugamping dengan pola elektrofasies blocky atau
cylindrical.Selain itu, terjadi perubahan fasies yang dapat dilihat dari perubahan pola
elektrofasies pada Sumur Granada-2. Dimana Sumur Granada-2 memperlihatkan suatu
19
bentuk geometri turbidite silisiclastic yang terisi oleh batugamping dengan sisipan shale
dengan pola elektrofasies irregular.
Gambar 2.15.
Peta Kedalaman Top Struktur Lapangan Andalusia
20
Gambar 2.16.
Peta Kedalaman Bottom Struktur Lapangan Andalusia
Bentukan antiklin yang terdapat didaerah telitian merupakan salah satu jenis
perang-kap yang bisa diinformasikan dari peta kedalaman struktur dan merupakan
perangkap yang potensial untuk menjadi tempat terakumulasinya hidrokarbon.
21
menentukan lingkungan pengendapan danmerupakan salah satu faktor penting dalam
perhitungan volumetric untuk mengetahuijumlah cadangan hidrokarbon. Ketebalan dari
reservoir batugamping didapatkan dari hasil pembacaan interval dari data log sumur. Pada
sumur granada, batugampig yang terbentuk pada lapisan ini menunujukan pola
elektrofasies yang berbentuk blocky dengan nilai GR yang sangat rendah dan defleksi
kurva log yang kearah kiri.
Gambar 2.17.
Peta Isopach Net-lime Lapisan Reservoir
Gambar diatas merupakan gambar Peta IsopachNet-lime pada lapisan reservoir.
Pada zona reservoir disusun oleh batugamping yang dari kurva log GR menunjukan pola
blocky. Dari bentuk elektrofacies blockyyang ditunjukan dari kurva log GR pada sumur
granada, diinterpretasikan sebagai fasiesdeep water carbonate. Secara keseluruhan sistem
pengendapan yang dibentuk lapisan reservoir ini merupakan endapan yang terbentuk pada
sistem endapan deep water di lingkungan laut.
22
Gambar 2.18.
Peta distribusi properti reserveoir, dari pojok kiri terus berjalan searah jarum jam
berurutan peta distribusi Vshale, Porositas Efektif, Saturasi, dan Permeabilitas
Peta distribusi properti reservoir merupakan gambaran penyebaran dari properti
yang terkandung dari suatu reservoir diantaranya Vshale, porositas, permeabilitas dan
saturasi yang bisa dijadikan sebagai parameter kualitas reservoir. Untuk membuat peta
distribusi ini dilakukan intrapolasi dan ekstrapolasi dari nilai-nilai properti yang telah
didapatkan dari hasil analisa petrofisika log sumur granada lapisan reservoir. Dari model
yang tergambarkan pada peta distribusi diatas terlihat pola dari properti reservoir yang
dikontrol oleh lingkungan pengendapannya. Nilai Vshale pada lapisan reservoir yang
disusun oleh litologi batugamping berkisar antara 0,232 - 0,140 % dengan nilai porositas
efektif diantara 15,183,151 %, permeabilitas pada kisaran 78,67086139,7211 md. Untuk
nilai saturasi oil yang tersebar pada peta diatas adalah antara 0,7580,128.
23
2.7.3. Peta Netpay dan Perhitungan IGIP
Peta Netpay merupakan peta yang menggambarkan ketebalan batugamping yang
mengandung hidrokarbon. Peta ini merupakan gabungan dari peta kedalaman struktur,
peta isopach netlime dan LKG. Dari gabungan peta tersebut akan diketahui seberapa besar
luasan dan volume bulk dari reservoir yang mengandung hidrokarbon, yang nantinya
berguna untuk perhitungan IGIP. Dalam melakukan perhitungan luasan netpay dilakukan
dengan cara memplotkan peta netpay dengan kertas millimeter kalkir dan didapatkan nilai
luasan untuk masing-masing kontur luasan.
Gambar 2.19.
Peta NetPay untuk Lapisan Reservoir
Sebelum melakukan perhitungan IGIP, diperlukan nilai volume dari luasan kontur
peta Netpay. Untuk mendapatkan nilai volume tersebut digunakan rumus trapezoidal dan
pyramidal. Rumus trapezoidal digunakan apabila hasil dari perbandingan luasan nilai
kontur An terhadap A(n+1) lebih besar dari 0.5. dan apabila perbandingan antara luasan
An terhadap A(n+1) lebih kecil dari 0.5 maka rumus pyramidal yang akan digunakan.
24
h
Trapezoidal = 2 (An + An+1 ) (2.2)
h
Pyramidal = 3 (An + An+1 ) + An x An+1 (2.3)
Keterangan:
An : Luas bidang yang dihitung
An+1 : Luas yang posisinya di bawah luas yang dihitung pada tabulasi data
h : Selang interval kontur bawah dan atas.
Setelah didapatkan Volume bulk, kemudian langkah selanjutnya adalah melakukan
perhitungan IGIP untuk diketahui jumlah cadangan awal dari reservoir yang dimiliki.
Untuk melakukan perhitungan ini digunakan persamaan volumetric IGIP, dengan
dimasukan faktor porositas efektif, volume bulk, dan saturasi air didalamnya.
43560 x Vb x x (1Sw )
IGIP = Bgi
(2.3)
Keterangan:
IGIP : Volume hidrokarbon mula-mula (a) STB atau (b) STM3
Vb : Volume reservoir, (a) acre-ft atau (b) m3
: Porositas Batuan
Sw : Saturasi air
(1-Sw) : Saturasi hidrokarbon (Sh)
Bgi : Faktor volume formasi gas mula-mula, (a) Bbl/STB atau (b) m3/STM3
43560 : konstanta konversi, bbl/acre-ft
Tabel I-1
Hasil dari perhitungan IGIP pada lapisan reservoir
Volume
Area Luas Luas Selang
An/An- Reservoi IGIP
Bidang Bidang Sebenarnya Kedalama Rumus
1 r (MSCF)
Kontur Kontur (acre) n (feet)
(acre.ft)
A0 50.99 5600.517 - - - -
Trapezoida
A1 35.39 3887.082 0.694 100 474380
l
Trapezoida 347734359
A2 25.52 2803.004 0.721 100 334504
l
A3 15.08 1656.321 0.591 100 Pyramidal 220467
A4 0 0 0 100 Pyramidal 55211
Total Volume
1084562
Reservoir
Dari hasil perhitungan didapatkan hasil pada lapisan satu memiliki jumlah cadangan
IGIP sebesar 347.734.359.247 SCF.
25
2.7.4. Peta Pore Volume dan Rekomendasi Lokasi Titik Sumur Infil Baru.
Peta pore-volume merupakan Peta yang dihasilkan dari perkalian peta isoporositas
dengan peta net-pay. Dari peta ini, akan diketahui dimana lokasi dengan karakteristik
reservoir yang baik dengan jumlah volume yang besar. Berdasarkan dari peta pore volume
ini, direkomendasikan titik sumur infil yang baru yang berada pada koordinat X=577567,
Y=9607544.
Gambar 2.20.
Peta Pore Volume yang Menunjukan Lokasi Sumur Infill yang Baru
26
3.2.2. Karakteristik Batuan
Tabel III-2
Data Log Setiap Sumur di Lapangan Andalusia
Jenis Log Granada - 1 Granada - 2 Granada - 3 Granada - 4
Sp
Gamma Ray
Resistivity caliper
Short Normal
Deep Laterolog
Density
SNP
Sonic
Density Caliper
LLS
DRH
CNL
Lithodensity
Rxo
HLLD
HRHQ
TNPH
HDRH
DTC
GRI
GRL
Berdasarkan hasil analisa log yang dilakukan pada tiap tiap sumur akumulasi gas
berada pada lapisan batugamping. Porositas rata-rata reservoir secara keseluruhan sebesar
16,41% dan saturasi air sebesar 0,26%.
Berdasarkan hasil analisa uji sumur, jenis batuan reservoir pada lapangan ini
memiliki tipe dual porosity: (1) porositas matriks dan (2) porositas rongga. Input data
untuk perhitungan porositas berupa porositas dari log density, neutron dan sonic. Porositas
29
total diperoleh dari cross plot antara density-neutron. Jika kondisi lubang bor nya jelek,
porositas sonic log dapat digunakan.
Gambar 3.3.
Rata-Rata Sifat Fisik Batuan pada Lapangan Andalusia
Gambar 3.4.
Permeabilitas Relatif hasil Analisa Inti Batuan
3.2.3. Karakteristik Fluida
Komposisi fluida didapat dari analisa yang dilakukan terhadap GRD 1, GRD 2
GRD 3 (DST#1) dan GRD 4 (DST #1& DST#2). Rata-rata kandungan gas didominasi
oleh metana 97 %, CO2 0,57 %, N2 0,24 %, tanpa kandungan H2S dan sisanya
kondensat 1,4 %.
30
3.2.2. Karakteristik Batuan
Tabel III-2
Data Log Setiap Sumur di Lapangan Andalusia
Jenis Log Granada - 1 Granada - 2 Granada - 3 Granada - 4
Sp
Gamma Ray
Resistivity caliper
Short Normal
Deep Laterolog
Density
SNP
Sonic
Density Caliper
LLS
DRH
CNL
Lithodensity
Rxo
HLLD
HRHQ
TNPH
HDRH
DTC
GRI
GRL
Berdasarkan hasil analisa log yang dilakukan pada tiap tiap sumur akumulasi gas
berada pada lapisan batugamping. Porositas rata-rata reservoir secara keseluruhan sebesar
16,41% dan saturasi air sebesar 0,26%.
Berdasarkan hasil analisa uji sumur, jenis batuan reservoir pada lapangan ini
memiliki tipe dual porosity: (1) porositas matriks dan (2) porositas rongga. Input data
untuk perhitungan porositas berupa porositas dari log density, neutron dan sonic. Porositas
29
total diperoleh dari cross plot antara density-neutron. Jika kondisi lubang bor nya jelek,
porositas sonic log dapat digunakan.
Gambar 3.3.
Rata-Rata Sifat Fisik Batuan pada Lapangan Andalusia
Gambar 3.4.
Permeabilitas Relatif hasil Analisa Inti Batuan
3.2.3. Karakteristik Fluida
Komposisi fluida didapat dari analisa yang dilakukan terhadap GRD 1, GRD 2
GRD 3 (DST#1) dan GRD 4 (DST #1& DST#2). Rata-rata kandungan gas didominasi
oleh metana 97 %, CO2 0,57 %, N2 0,24 %, tanpa kandungan H2S dan sisanya
kondensat 1,4 %.
30
Tabel III-3
Komposisi Gas dari Hasil DST Setiap Sumur
GRD-4 GRD-4
GRD-1 GRD-3
Komponen _DST#1 _DST#2
%Mol %Mol %Mol %Mol
methana 97.69 98.35 97.65 97.59
ethana 0.23 0.27 0.23 0.23
propana 0.43 0.28 0.43 0.43
iso-butana 0.18 0.15 0.19 0.18
N- buthana 0.21 0.13 0.21 0.21
iso-pentana 0.11 0.09 0.11 0.11
n-pentana 0.07 0.05 0.07 0.07
n-hexana 0.07 0.06 0.08 0.07
n-heptane 0.07 0.1 0.07 0.08
n-oktana 0.04 0.06 0.04 0.04
n-nonana 0.01 0.02 0 0.01
n-decana 0 0.01 0 0
CO2 0.71 0.1 0.71 0.75
H2S 0 0 0 0
N2 0.18 0.32 0.21 0.23
31
Gambar 3.5.
Hasil Perhitungan PVT
3.2.4. Well Testing
Data pengujian sumur menunjukan test dilakukan pada GRD-1, GRD-3 dan GRD-
4. Pada sumur GRD 1 dilakukan dua DST yaitu DST#1 dan DST#3. Untuk DST#1 test
dilakukan dengan choke 3/8; ; dan didapatkan laju alir masing-masing 4,69
MMSCF: 6,89 MMSCFD dan 9,22 MMSCFD. Tekanan masingmasing 1487, 1249 dan
919 psig. Untuk DST#3 dilakukan dengan choke 3/8 dan didapatkan laju alir 4,65 dengan
tekanan 1435 psig.
Data GRD4 DST#1 didapatkan tekanan alir sebesar 1499,39 psi dengan laju alir
15,539 MMSCF. Dari hasil pressure build up test didapatkan harga k sebesar 576 md dan
tekanan sebesar 1500 psi. Pada kurva derivatif menunujukan adanya efek dual porosity.
Efek ini menunjukan bahwa lapisan memiliki porositas primer dan sekunder. Pada horner
plot didapatkan Skin antara 1800-1830.
Data GRD3 DST#1 didapatkan hasil dengan dua kali build up dengan flow after
flow test diantaranya. Pada build up pertama didapatkan tekanban 1385 psig pada build up
2 didapatkan tekanan 913 psia. Pada kurva derivativ semilog 1 didapatkan k 21409 md dan
skin 175. Pada semilog 2 didapatkan k 2070 md dan skin 190. Pada horner plot didapatkan
32
k sebesar 2070 md dan skin sebesar 195. Pada AOF estimation didapatkan hasil sebesar
187916 Mscf/D.
33
BAB IV
RESERVES & PRODUCTION FORECAST
34
dengan frekuensi kumulatif 50% yang berarti memiliki peluang 50% untuk muncul.
Terakhir, Possible reserve memiliki nilai cadangan dengan frekuensi kumulatif 90% yang
berarti hanya memiliki 10% peluang untuk muncul.
Namun sesuai dengan kasus yang diberikan, dikarenakan keterbatasan data untuk
melakukan perhitungan makan perhitungan cadangan terambil hidrokarbon menggunakan
metode probabilistik tidak dapat dilakukan.
35
Gambar 4.1.
Inflow Performance Curve sumur GRD-3 Setelah Stimulasi
Gambar 4.2.
Inflow Performance Curve sumur GRD-4 Setelah Stimulasi
36
Tabel IV-1
Deliverability dari Setiap Sumur Sebelum maupun Setelah Stimulasi
Reservoir Performance
C (Mscfd/psi2) n
GRD-3 7.6379 0.66505
Stimulated GRD-3 8.1939 0.66505
GRD-4 0.6459 0.83594
Stimulated GRD-4 0.7066 0.83594
Berikut merupakan hasil simulasi VLP dari kedua sumur setelah dilakukan stimulasi.
Gambar 4.3.
Vertical Lift Performance Curve sumur GRD-3 Setelah Stimulasi
Gambar 4.4.
Vertical Lift Performance Curve sumur GRD-4 Setelah Stimulasi
37
Berdasarkan analisa data dari hasil pengujian sumur, dapat dilakukan validasi
terhadap model tersebut.
Tabel IV-2
Validasi Model Sumur Terhadap Data Test
Prosper Stimulated %
Real Data % Error
Model Model Error
Granada-3
AOF 186.77 190.316 1.86% 204.17 8.52%
Q @ Pwh = 1323.7 29.07 28.974 -0.33% 32.76 11.26%
Granada-4
AOF 217.95 217.996 0.02% 238.493 8.61%
Q @ Pwh = 1600 14.9 13.75 -8.4% 16.193 7.98%
System Option
System type Production
Optimization method Production
PVT Model Black Oil
Prediction On
Prediction method Pressure and Temperature
Water vapour No Calculation
Temperature model Rough approximation
Tabel IV-4
Production Schedule & Assumption Simulasi GAP pada Lapangan Andalusia
Production Schedule & Assumption
Reservoir Model Mbal Tank Model
Well Model Prosper Well Model
GRD-3 & GRD-4 only
Initial Production date 1 January 2010
Well numbers 4 - 6 Gas Producer
38
Sales point 100 MMscfd @ 350 psig
Cordoba Terminal
Tabel IV-5
Surface Equipment Simulasi GAP pada Lapangan Andalusia
Surface Equipment
GRD-1 GRD-2 GRD-3 GRD-4
KB (feet) 41 89 50 50
GL (feet) 196 203 170 205
Water Deph (feet) 237 292 220 255
251 Feet
Average Water Depth
0.077 km
Konfigurasi data Mbal dan Prosper diset sesuai dengan constrain prediction seperti
terlihat pada tabel IV-3 & 4. Berdasarkan batasan tersebut, integrated model diprediksikan
mulai dari awal tahun 2010 sampai akhir tahun 2027.
Gambar 4.5.
Integrated Production Model Lapangan Andalusia
39
Tabel IV-6
Production Scenario
Additional Comp. Field Gp (BScf) @ RF (%) @
Scenario well Inst. Life
schedule Schedule Plateau 2027 Plateau 2027
(year)
Base Case (4 wells) - - 3 146 254 47.14% 82.08%
Case I (4 wels +
- 01/01/13 5 129 299 41.48% 96.30%
compressor)
Case II (4 + 1 wells) 01/01/13 - 4 182 255 58.86% 82.24%
Case III (4 + 1 wels +
01/01/13 01/01/14 6 256 293 82.44% 94.38%
compressor)
Case IV (4 + 2 wels) 01/01/13 - 4 183 255 58.92% 82.32%
Case V (4 + 2 wels +
01/01/13 01/01/13 6 256 296 82.54% 95.35%
compressor)
40
Pada lapangan Andalusia dengan Blok X,Y,Z dan sumur GRD-1, GRD-2. GRD-3
serta GRD-4 menggunakan tubing completion tipe single completion. Single Completion
yaitu metode komplesi ini hanya memiliki satu buah lapisan produkstif sehingga
penggunaan tubing juga hanya sebuah. Ukuran ID diameter tubing sebesar 5,5 inch.
41
BAB V
DRILLING & COMPLETION
Gambar 5.1.
Peta Lokasi Lapangan Andalusia
42
Gambar 5.2.
Korelasi kedalaman Sumur Granada
Tim pemboran terlebih dahulu membuat drilling prognosis sebelum melakukan
operasi pemboran agar dipersiapkan segala sesuatunya dengan matang dan berjalan lancar
seuai dengan yang direncanakan yaitu dengan merencanakan BHA dan pahat yang
digunakan sesuai dengan kekerasan formasi yang akan dibor, lumpur pemboran dan bahan
additive yang sesuai dengan kondisi formasi yang akan ditembus, casing program yaitu
grade, berat dan thread yang akan digunakan dan semen serta kombinasi additive yang
digunakan. Perencanaan desain sumur selanjutnya yaitu sumur GR-5 menggunakan data
berdasarkan offset well disekitar yaitu GR-1 dan GR-3 un
Berdasarkan peta pore volume (gambar 5.3), rekomendasi untuk melakukan operasi
pemboran pada koordinat X : 577567 Y : 9607544, dimana lokasi ini meiliki karakteristik
reservoir yang baik dan jumlah volume yang besar.
43
Gambar 5.3.
Peta Pore Volume Untuk Rekomendasi Sumur Baru
44
3. Lapangan Gas : Selat Makassar, Kalimantan Selatan
3. Koordinat diatas tanah : X :577567
Y :9607544
4. Elevasi/Ground Level (GL) : -200 ft MSl
5. Target Bor : Target reservoir pada kedalaman 3900 4300 ft
6. Tinggi Lantai bor : 50 ft
7. Rig/Pemikik : N-110 M /PT. steel
8. Rencana Kedalaman Akhir : 5010 ft
12. Klasifikasi : Produksi
13. Perkiraan Hari Kerja : 30 hari
14. Rencana Waktu Tajak : 1 Januari 2014
15. Sandi perkiraan : -
16. Perintah kerja : -
17. Mata Anggaran : -
45
Tabel V-1
Desain Casing Sumur Yang Direncanakan Per Trayek
MD
LITO SUSUNAN DESKRIPSI
FORMASI KB/SB
LOGI CASING FORMASI
(ft)
(ft)
Alluvium
Terdiri dari material lepas yang
belum terkonsolidasi yang merupakan
rombakan dari formasi yang lebih tua
(mulai dari kerakal sampai lempung)
Dohor 550/300 ft terdiri atas batupasir kuarsa lepas
20 Conductor
Shoe @300 berbutir sedang terpilah buruk dan
konglomerat lepas dengan komponen
kuarsa, batulempung lunak, setempat
dijumpai lignit dan limonit
Upper Warukin 1250 Warukin Atas dicirikan lapisan
/1000 ft 13 3/8Casing
Shoe @ 1500 batubara yang tebal hingga 20 meter
dan juga batupasir dan batulempung
Base Warukin
karbonatan
2250/
2000 ft Warukin Bawah yang disusun oleh
napal, batulempung dan sisipan
TOL 7 @ batupasir. Warukin Tengah relatif
3500
sama dengan Warukin Bawah, hanya
9 5/8 Casing pada batupasirnya menjadi tebal dan
shoe @ 3700 banyak dijumpai lapisan tipis
batubara.
46
2. Pasang Conductor pipe 20dengan hammer di kedalaman 50 ft . Spud in.
3. Bor formasi dengan pahat 17 menggunakan tricone bit sampai kedalaman 1510 ft,
survey setiap 500 ft. Pasang dan semen Selubung 13 3/8 di kedalaman 1500 ft
(Casing shoe point) dengan guide shoe, float collar dan pasang 3 centralizer setiap
casing. Pasang casing head dan tes tekanan 1000 psi selama 15 menit.
4. Pasang BOP 13 3/8, annular preventer dan chokes manifold. Tes BOP 5000 psi,
annular preventer 2500 psi, choke manifold 5000 psi.
5. Pasang BHA dan bit 12 , tag semen dan tes 1500 psi. Bor float collar dan tes casing
1500 psi.Bor guide shoe 13 3/8 dan formasi dengan pahat 12 1/4 sampai 10 ft, tes
11 EMW.
6. Bor formasi dengan pahat 12 1/4 menggunakan bit tricone sampai kedalaman 3710
ft, masuk dan semen selubung 9 5/8 di kedalaman 3700 ft (casing shoe point) dengan
guide shoe, float collar dan pasang 3 centralizer setiap casing. Pasang casing head dan
tes tekanan 1500 psi selama 15 menit.
7. Pasang BOP 9 5/8, annular preventer dan chokes manifold. Tes BOP 5000 psi,
annular preventer 2500 psi, choke manifold 5000 psi.
8. Pasang BHA dan bit 8 1/2, tag semen dan tes 2000 psi. Bor float collar dan tes casing
2000 psi.Bor guide shoe 13 3/8 dan formasi dengan pahat 12 1/4 sampai 10 ft, tes
12 EMW.
9. Bor dengan pahat 8 menggunakan tricone. sampai kedalaman 5010 ft.Masuk dan
semen liner 7 di kedalaman 5000 ft (casing shoe point) dengan guide shoe, float collar
dan pasang 3 centralizer setiap casing. TOL di kedalaman 3500 ft. Pasang packer pada
kedalaman 60 ft didalam liner 7.
10. Rig down
5.4.2.Program Pahat
Pahat yang direncanakan pada sumur GR-5 menggunakan milled tooth tricone bit
karena berdasarkan formasi yang akan ditembus tidak terlalu keras (dominasi shale dan
unconsolidated sand, sedikit batu bara dan batu karbonat) sedangkan pada lapisan
reservoir (batu karbonat yang tidak terlalu keras) juga memakai tricone bit karena proses
geologi yang cepat dan tidak terkompaksi dengan baik yang berisi gas. Berikut adalah
table rencana casing yang akan digunakan.
47
Tabel V-2
Rencana Program Pahat Sumur GR-5
3700 - 5010 8 1/2 5-12 90-160 1.2.7 Tricone bit Bor semen,
formasi
5.4.3.Program BHA
Komposisi BHA yang digunakan pada sumur GR-5 terdiri dari drill pipe, drill
collar dan aksesoris. BHA yang digunakan merupakan BHA sumur vertikal. Berikut
adalah rencana BHA yang akan digunakan tiap trayek pemboran.
Tabel V-3
Rencana Program BHA Sumur GR-5
Trayek - 17 1/2 12 1/4 8 1/2
48
5.4.4.Program Lumpur Pemboran
Program Lumpur pemboran merupakan program hidrolika dan komposisi lumpur
yang akan digunakan sesuai dengan karakteristik formasi yang ditembus. Pada sumur GR-
5 menggunakan Salt Base Mud karena mudah didapat dilaut namun tetap memperhatikan
kadar garam yang diperbolehkan mengingat akan garam yang dikandung menyebabkan
korosi.
Pada trayek casing conductor 20 tidak menggunakan lumpur karena casing dipasang
dengan cara ditumbuk dengan MENCK 270 T hydraulic hammer. Untuk trayek casing
surface 13 3/8menggunakan spud mud pada tahap awal karena formasi yang ditembus
adalah lapisan alluvium yang mudah runtuh, setelah melewati formasi tersebut kemudian
menggunakan lumpur Salt Base Mud agar dapat mengangkat cutting dengan baik dan
menghindari dari pelarutan (lapisan shale dan karbonat) dengan penambahan additive dan
perawatan secara intensive untuk menstabilkan lumpur pemboran. Berikut adalah mud
program yang akan digunakan pada sumur GR-5.
Tabel V-4
Rencana Program Lumpur Pemboran Sumur GR-5
Interval - 0-1510 ft 1500-3710 ft 3700-5010 ft
Jenis Lumpur - SBM- SBM- SBM- Attapulgit-
Bentonite- Attapulgit- Causatic Soda-
Causatic Causatic Soda- Starch-Barite
Soda Starch
49
5.4.5. Program Casing
Dalam melakukan desain casing diperlukan data-data seperti tekanan formasi,
tekanan rekah, desitas lumpur dan lain-lain. Data-data tersebut dapat diperoleh dari offset
well atau analisa well log sehingga didapat memilih grade dan berat casing (burst, collapse
dan tension) yang sesuai dengan spesifikasi operasi dengan memperhitungkan keamanan
dan efisiensi keekonomian. Pada casing conductor 20, casing dipasang dengan cara
ditumbuk dengan MENCK 270 T hydraulic hammer denan 120 hit/ft.
Tabel V-5
Rencana Program Casing Sumur GR-5
Casing 20 13.3/8 95/8 7
Stove pipe K-55 K-55 L-80
Interval (ft) 0-300 0-1500 0-3700 3500-5000
Berat, ppf - 54.5 36 23
Jenis koneksi - BTC BTC BTC
Yield Strength Body
- 853 564 532
(1000 lbs)
Joint Strength (1000lbs) - 1038 755 565
Burst Resistance, psi - 2730 3520 6340
Collapse Resistance, psi - 1130 2020 3830
Coupling OD, inch 20 13 3/8 9 5/8 7
Nominal ID, inch 19.124 12.615 8.921 6.366
Densitas Lumpur
- 9 9.2 10
@casing, ppg
Densitas Lumpur Next
- 9.2 9.7 11
TD, ppg
Perkiraan Tekanan @
- 1637 2880 2842
TD, psi
Perkiraan tekanan @
- 702 1638 3146
Shoe, psi
NI - 1.7 1.2 2.2
NC - 1.6 1.2 1.2
NJ - 10 11 19.9
50
5.4.6. Program Semen
Semen digunakan untuk memperkuat casing dan mengisolasi casing dari formasi,
untuk volume semen diberikan excessived volum sebesar 100 % karena faktor keamanan.
Semen yang digunakan adalah kelas G. Berikut adalah tabel program semen yang akan
digunakan untuk sumur GR-5.
Tabel V-6
Rencana Program Semen Sumur GR-5
Hole Size 20 17 1/2 12 1/4 8 1/2
Stove pipe
Interval (ft) - 0-1510 0-3710 3700-5010
Tipe Slurry - Lead Lead Lead
Densitas Semen (ppg) - 13 13 15.8
Semen Yang
- 734 701 310
Dibutuhkan (sacks)
Tipe Slurry - Tail Tail Tail
Densitas Semen (ppg) - 15.8 15.8 16.2
Semen Yang
- 171 186 217
Dibutuhkan (sacks)
Fluid Loss - 100 ml/30 120 ml/30 <50 ml/30
Thickening Time (jam) - 4-6 4-6 4-8
Compressive Strength,
- 1700 2000 2200
psi @24 jam
Additive - Accelerator Dispersant Fluid Loss Agents
51
memudahkan dalam meningkatkan kualitas semen pada casing dan dapat melanjutkan
pemboran pada trayek berikutnya.
5.5.2. Jepitan
Di kedalaman sekitar 1500 - 4000 ft merupakan lapisan warukin bawah yang
disusun oleh napal, batulempung dan sisipan batupasir yang mempunyai sifat swelling
yang berpotensi terjadinya pipa terjepit sehingga perlu di antisipasi untuk menghindari
jepitan pada saat pemboran, yaitu dengan menggunakan inhibitive mud atau KCL polimer.
5.5.3. Kick
Problem kick kemungkinan ditemukan di zona antiklin yang bertekanan tinggi
yaitu pada kedalaman 3900-4100 ft karena menembus batu karbonat yang berisi gas yang
dapat menurunkan tekanan lumpur pemboran sehingga mengakibatkan kick karena gas
tercampur dengan lumpur pemboran. Lakukan pemasangan casing sebelum menembus
antiklin sehingga dapat menaikkan densitas lumpur pemboran untuk menyeimbangkan
tekanan formasi.
52
Tajak sumur GR-5 (1 -1-2014, 09:00 WIB
Depth (ft)
0 Tow, construction,
heavy lift, Skid Rig
RIH Driven 20" Casing ( 300
500 ft)
17-1/2" drill hole
1000
RIH 13-3/8" Casing +
1500
12-1/4" drill hole section -
2000
RIH 9-5/8"Casing +
2500
3500
5000
0
1-Jan-14
10
10-Jan-14
20
20-Jan-14 30
30-Jan-14 40
10-Feb-14 50
20-Feb-14
Day ( hari )
Gambar 5.4.
Rencana Waktu Pemboran Sumur GR-5
Tabel V-7
Rencana Waktu Pemboran
53
Run and Cement 9 5/8" Casing (0-3700') 3710 2.3 18.45
Drill 8-1/2" 3700' to 5010' (One bit run) 5010 2.19 20.64
Trip out of the Hole 5010' 5010 0.95 21.59
Logging (3900-TD') 5010 2.84 24.43
Run and Cement 7" Liner (3500'-5000') 5010 2.84 27.27
Well Test 5010 0.75 28.02
Completion 5010 1.63 29.65
N/D BOP and N/U X-mastree, Rig down 5010 0.38 30.03
Total 30.03
Tabel V-8
Rencana Biaya Untuk Pemboran Sumur GR-5
Deskripsi Jenis Biaya Harga Hrg/unit Qty Hr Sub total Total
SITE COSTS
1. Site Planning Surveys 10000 10,000
2. Site Construction 1,816,079 1,816,079
3. Site Reinstatement 15,000 15,000 1,841,079
RIG COST
1. Rig Operating Day 14,500 30.03 435435
Rate
2. Rig Mob/ Demob 690000 690000
3. Additonal Rig Charge 94,027 94,027
4. Supervision 1931 30.03 57988 1,277,450
TANGIBLES
1. Casing 251712 251712
2. Well Head & 84775 84775
Accecories
3. Other Tangible 25000 25000 361487
MATERIAL/SUPPLIES
1. Rock Bits 218428 218428
2. Mud Products 350000 350000
3. Cement Products 250000 250000
4. Solid Control 25000 25000
Consumable
6. Other 35000 35000
Materials/Supplies
7. Fuel & Lubes 180000 180000 1058428
TRANSPORTATION
1. Air Support General 48447 48447
2. General 181474 181474
Shipping/Freight/Costums
3. Equipment Transport Load 300000 300000 529921
SERVICES
1. Communication General 1500 30.03 45045
54
Services
2. Logging (Wire Line) 305000 305000
3. Solids Control 46406 46406
Equipment
4. Fishing 20000 20000
5. Mud Logging Unit&Personel 1610 30.03 48348.3
6. Mud Engineering 1371 30.03 41171.13
7. Cementing 80000 30.03 2402400
8. Jars & Shock Subs 30000 30.03 900900
9. Down Hole Tools 65000 65000
10. Surveying ( Inc 23525 23525
Personnel)
12. Other Equipment Miscellaneous 6192 6192
Rental
13. Other Services 750000 750000 4653987.43
BASE EXPENSES
1. Crane Hire 450 30.03 13513.5
2. Local Labour/ Land 150 30.03 4504.5
Lease
3. Base Run Costs & 1570 30.03 47147.1
Maintanance
4. Security 1820 30.03 54654.6 119819.7
OFFICERS/HEADS
(DRILLING)
1. Office Costs Drill 50000 50000 50000
Management
OFFICERS/HEADS
(PETROLEUM ENG)
1. Petroleum eng WLT Planning 25000 25000 25000
GEOLOGICAL
SURVICES
1. Well Site Geology 100 30.03 3003
2. Geochemistry 10000 10000
3. Biostratigraphic 8000 8000
Analysis
4. Data Transmission 90 30.03 2702.7
5. Geology Dept 1600 30.03 48048 71753.7
Overheads
TOTAL WELL COST 9,988,926
ESTIMATE
55
5.7.1. Persiapan Tajak
Sebelum tajak pastikan lokasi pemboran, logistik dan transportasi, rig dan semua
peralatan telah siap. pastikan juga semua peralatan dan material, termasuk suku cadang
telah siap di lokasi dan lakukan checklist persiapan tajak, yaitu :
1. Setelah Rig-Up, periksa kembali dan konfirmasikan segala hal yang berhubungan
dengan space-out BOP dan Well Head, seperti kedalaman air laut, ketinggian
drill floor ke sea level.
2. Periksa dan lakukan functional test terhadap peratalan Rig, diyakinkan berfungsi
dengan baik.
3. Lakukan inspeksi (safety check list dari instansi yang berwenang) masalah
keselamatan instalasi pengeboran, peralatan pemadam kebakaran dan peralatan
keselamatan kerja, termasuk peralatan pendeteksi gas beracun H2S, Co2 dan
Breathing aparatus.
4. Periksa semua tanki lumpur dan peralatan solid control dalam kondisi kerja yang
baik.
5. Periksa persediaan spare part pompa lumpur, komponen rig, dan persediaan mud
screen.
6. Periksa semua peralatan komunikasi, yakinkan berfungsi dengan baik.
7. Periksa dan pastikan semua komponen Pahat dan Crossover yang dibutuhkan untuk
merangkai BHA telah tersedia dan dalam kondisi baik.
8. Pastikan semua peralatan dan material sudah tersedia di well site dan dalam kondisi
baik. Pastikan alat untuk peralatan fishing tersedia komplit dan dalam kondisi yang
baik.
9. Siapkan dan pasang handling tools untuk masuk rangkaian BHA dan Casing semua
trayek.
10. Periksa seluruh system sambungan dan diuji sampai tekanan kerja.
11. Lakukan safety meeting di lokasi untuk memastikan seluruh personil dapat
mengetahui tanggung jawab, prosedur dan keselamatan kerja.
12. Pastikan semua material (Mud chemical, casing, dll.) serta peralatan untuk
kebutuhan sumur telah tersedia
56
Pahat : 17 TriconeIADC 117
Parameter : WOB 2 - 5,000 lbs, 90-200 RPM, 700-750 GPM
BOP : 21 1/4 Annular, Pipe ram, Blind ram 10,000 PSI
Casing : 13 3 / 8, 54.5 ppf, K-55, BTC, casing shoe @ 1500 ft
5.7.2.2. Litologi
Pada trayek ini akan menembus lapisan dohor sampai upper warukin. Lapisan
warukin terdiri dari batupasir dan batulempung karbonatan yang poros, dijumpai pada
kedalaman 1000-1500 ft yang berpotensi menyebabkan loss sirkulasi pada saat menembus
lapisan upper warukin terdapat batu karbonat yang poros.
57
2. Loss > 100 barel per hari (bukan total loss)
a. Lanjut bor ketika mempersiapkan LCM
b. Spot 20 bbl 75 ppb LCM pill dan POOH sampai diatas pill
c. Stop sirkulasi, tetap putar pipa, tunggu sampai 15 menit
d. RIH kembali kedasar lubang dan lanjut bor
e. Di dasar zona loss jika masih terjadi loss maka hentikan drilling
f. Spot 75 ppb LCM pill (kedalaman zona loss + 25%) dan POOH sampai diatas
pill
g. Hentikan sirkulasi dan tetap putar pipa dan tunggu sampai 1 jam agar LCM
masuk kedalam zona loss.
h. RIH kembali ke dasar lubang dan lanjut bor, ulangi bila perlu
3. Total Loss, tidak ada aliran balik
a. Hentikan pemboran dan sirkulasi. Tetap jaga agar pipa berputar
b. Aktifkan trip tank, isi backside dengan air
c. Spot 50 bbl 75 ppb LCM pill dan POOH sampai diatas pill
d. Hentikan sirkulasi dan tetap putar pipa dan tunggu sampai 1 jam agar LCM
masuk kedalam zona loss, monitor static loss.
e. RIH kembali ke dasar lubang
f. Coba untuk melakukan pemompaan dengan normal, jika ada aliran balik >2 5%
tangani seperti kasus nomor 2, jika aliran balik < 25% ulangi tahap a-e.
g. Jika menggunakan LCM tidak berhasil maka dapat dilakukan dengan squezze
plug .
h. Usaha terakhir dalam penanganan loss adalah dengan langsung mengganti
lumpur dengan air laut dan blind drill sampai TD. Pompakan 30 bbl air laut,
sweep Hi-Vis setiap setengah stand sebelum melakukan penyambungan.
Kemudian pasang casing.
58
Casing : 9 5/8,36 ppf, K-55, BTC, casing shoe @ 3700
5.7.3.2. Litologi
Pada trayek ini akan menembus warukin bawah pada kedalaman sampai kedalaman
3700 ft yang didominasi oleh batulempung dan sisipan batupasir yang mempunyai sifat
swelling yang berpotensi terjadinya pipa terjepit sehingga perlu di antisipasi untuk
menghindari jepitan pada saat pemboran, yaitu dengan menggunakan inhibitive mud.
59
5.7.4.Trayek Lubang 8 1/2
Kedalaman akhir proyek : + 5010 ft
Lumpur : Salt base Mud SG 9 11 ppg.
Pahat : 8 1/2 Tricone IADC 127
Parameter : WOB 5 - 12,000 lbs, 90-160 RPM, 700-750 GPM
BOP : Annular, Pipe ram, Blind ram 13.5/8- 10,000 PSI
Casing : Liner 7, L-80, 23 ppf, BTC, casing shoe @ 5000
ft, TOL @ 3500 ft
5.7.4.1. Operasi Pemboran
1. Bor dengan pahat 8 menggunakan tricone. sampai kedalaman 5010 ft.Masuk dan
semen liner 7 di kedalaman 5000 ft (casing shoe point) dengan guide shoe, float
collar dan pasang1 centralizer setiap joint. Pasang liner 7 dengan menggunakan
string (6 drill collar dan 5 drill pipe)
2. Sirkulasikan kemudian pasang hanger dengan TOL di kedalaman 3500 ft.
3. Logging lapisan produktif. Kemudian lakukan completion.
4. Rig down
5.7.4.2. Litologi
Pada trayek ini akan menembus lapisan berai yang merupakan lapisan reservoir
yang berisi gas yang memiliki perbedaan gradient tekanan formasi yang tinggi dengan
gradient tekanan normal. Pada trayek ini berpotensi overpressured dan dapat menyebabkan
kick sehingga perlu penambahan densitas lumpur untuk menyeimbangkan tekanan
formasi.
5.4.3. Kick
Pada trayek ini adalah formasi berai merupakan zona reservoir yang memiliki
ketebalan formasi sekitar 1000 ft. Didominasi oleh batukarbonat yang berisi gas, lapisan
ini merupakan lapisan target, namun karena isi fluida berupa gas yang memiliki perbedaan
gradien tekanan dengan gradien tekanan normal yang berisi fluida air, sehingga memiliki
potensi bertekanan tinggi saat menembus lapisan ini. Untuk mengendalikan penurunan
tekanan lumpur pemboran akibat masuknya gas kedalam lubang bor saat menembus
lapisan ini maka lumpur pemboran ditambahkan barite untuk menambah densitas lumpur
pemboran sehingga dapat mengimbangi tekanan. Jika terjadi kick maka lakukan shut in
well sesuai dengan prosedur, yaitu:
60
1. Ketika terdapat indikasi adanya kick, yaitu saat pemboran berlangsung mungkin
terdapat aliran balik, hentikan pemboran, angkat string dengan pompa dalam kondisi
hidup sampai tool joint diatas rig floor.
2. Matikan pompa dan cek jika ada aliran balik, jika positif:
3. Buka chock line
4. Tutup BOP
5. Tutup chock
6. Laporkan kepada supervisor dan catat plot grafik SIDP, cek kenaikan volume lumpur
61
12. Jika terjadi kick langsung tutup BOP, matikan pompa kemudian cek apakah
ada aliran di flow line, jika ada aliran buka chock, normalkan bottomhole
pressure.
13. Penyimpangan program atau pola yang telah di tentukan harus mendapat
persetujuan Pimpinan.
14. Peralatan Safety (BOP, BPM, Relif Valve pompa Lumpur) harus diperiksa dan
di uji sesuai dengan tekanan kerja peralatan tersebut setiap setelah pemasangan
(sebelum mengebor trayek baru), di bawah pengawasan Company Man dan
diyakinkan teruji dengan baik.
15. Waspada terhadap kemungkinan terjadinya hilang sirkulasi, jepitan,
overpressured dan masalah limbah pemboran.
16. Seluruh program material dapat berubah, tergantung pada kondisi pemboran.
17. Buat berita acara tajak sumur dan berita acara penyelesaian/penutupan sumur.
5.9. Lain-Lain
1. Pengelolaan Lumpur dilaksanakan oleh Mud Engineer disupervisi oleh Company
Man.
2. Deskripsi serbuk bor dan batuan oleh Wellsite Geologist , serta laporan dibuat
sesuai standar
3. Penyemenan dilaksanakan oleh Cementing Services dibawah pengawasan
Company Man.
4. Ikuti SOP pada setiap pelaksanaan kerja, utamakan keselamatan kerja serta cegah
pencemaran lingkungan.
5. Apabila ada perubahan yang prinsip dari program ini harus dikomunikasikan
kepada TIM dan mendapat persetujuan dari Pimpinan Pusat.
62
6. Pada saat melakukan services Engine , pelumas harus di tampung dalam Drum dan
tidak diperkenankan ada ceceran minyak pelumas.Semua air limbah tidak di
perbolehkan di buang.
63
BAB VI
PRODUCTION FACILITIES
Tahap yang dilalui setelah ditemukannya cadangan gas adalah melakukan kegiatan
eksploitasi gas tersebut sesuai dengan kebutuhan konsumen. Untuk dapat
mempoduksikannya dengan optimum, ekonomis, dan tetap mempertimbangkan faktor
keamanannya maka perencanaaan fasilitas produksi dan fasilitas penunjang merpakan hal
yang sangat penting. Surface facilities merupakan cakupan seluruh peralatan yang
digunakan untuk menyalurkan gas yang diproduksi mulai dari kepala sumur, fasilitas
pemisah, hingga sampai pada konsumen sesuai dengan permintaan kosumen. Adanya
penambahan fasilitas penunjang tergantung dari kebutuhan konsumen untuk memperoleh
gas dengan jumlah yang konstan hingga selang waktu yang cukup lama. Di bawah ini
merupakan layout fasilitas produksi Lapangan Andalusia.
Gambar 6.1.
Layout Fasilitas Produksi
64
Gambar 6.2.
Surface Facilities Design
Lapangan Andalusia memiliki 4 sumur yang produksi dan rencana akan menambah
dua sumur lagi dan satu sumur injeksi. Dengan jarak yang cukup besar antara lapangan
Andalusia dan cordoba, maka perlua adanya compressor untuk mempertahankan besarnya
kebutuhan konsumen.
Kriteria yang harus dipenuhi fasilitas produksi dan penunjang antara lain:
- Mempunyai performa yang efisien selama pengoperasian dan memenuhi
kebutuhan selama periode operasi.
- Telah memiliki sertifikat berfungsinya alat.
- Pihak ketiga dalam hydrotesting.
- Separator yang memiliki Migas SKPP.
- Didesain untuk modular skip package.
Tabel VI-1
Rencana Surface facilities
No Peralatan dan Spesifikasi Jumlah
1 Separator 2
2 Gas scrubber 1
3 Glycol contactor 1
65
4 Kompressor 1
6 Pump ijection 1
7 Glycol treatment 1
8 Flare 1
9 Safety environment
66
1). Inlet Separation Element
Peralatan didepan lubang inlet yang dapat berupa Deflector plate atau Centrifugal
device dimana pemisahan untuk pertama kali terjadi. Deflector plate dapat berbentuk suatu
plate atau piringan. Fluida yang masuk ke separator menumbuk deflektor sehingga cairan
jatuh ke dasar vessel dan gas mengalir disekeliling deflector.
Pada centrifugal device, fluida yang masuk dialirkan memutari dinding silinder
kecil sehingga terjadi gaya centrifugal yang besarnya dapat mencapai 500 kali gaya
gravitasi. Dalam hal separator spherical atau vertikal, dinding silinder dapat
merupakan dinding vesselnya sendiri. Gaya centrifugal menyebabkan cairan bersama-
sama jatuh kedalam settling section didasar vessel.
2). Settling Section
Berfungsi untuk menghilangkan turbulensi aliran fluida dan mengendapkan
padatan yang diikuti cairan didasar vessel berdasarkan gravitasi. Settling section berupa
ruang yang cukup luas untuk mengendapkan cairan, sering diperlengkapi dengan peralatan
pembantu seperti Quieting plate atau Buffles yang disebut dengan Scrubbing. Separator
dengan centrifugal device dan settling section yang cukup luas umumnya menghasilkan
cairan di stock tank yang lebih stabil daripada separator dengan scrubbing.
3). Mist Extractor/Eliminator
Dipasang dilubang outlet yang berfungsi untuk memisahkan partikel - partikel
cairan yang tidak dapat dipisahkan oleh gravitasi. Partikel - partikel cairan yang kecil
hampir tidak mempunyai perbedaaan gravitasi dengan gas, partikel-partikel ini akan
terkumpul di mist extractor sampai ia cukup besar untuk jatuh ke settling section. Mist
extractor umumnya dibuat dari susunan kawat stainless steel membentuk jaringan.
4). Peralatan Control dan Safety seperti level control, pressure control, liquid dump
valve, gas back pressure, valve, safety relief valve, pressure gauge, gauge glass,
instrument gas regulator, dan pipa-pipa atau tubing.
Fluida masuk ke dalam separator vertikal dengan tangensial melalui inlet diverter
yang menyebabkan pemisahan awal oleh tiga kegiatan secara bersam-sama yaitu : gravity
settling, centrifugation, dan impingement dari fluida yang masuk kembali ke separator
shell dalam lapisan yang tipis.
Gas dari bagian pemisahan awal mengalir keatas, sedangkan cairan jatuh ke dasar
vessel. Baffle digunakan sebagai pemisahan antara akumulasi cairan dan pemisahan awal
untuk menjaga agar level control cairan tidak diganggu oleh permukaan cairan itu sendiri
dan membebaskan gas yang terlarut. Titik-titik kecil cairan yang dibawa selama naiknya
67
gas dipisahkan dalam centrifugal baffles terletak dekat top vessel. Akhirnya, mist extractor
pada gas outlet menghilangkan titik-titik cairan dari gas dalam ukuran micron. Partikel-
partikel cairan bersatu dan terakumulasi, sampai cukup berat untuk kemudian jatuh
kedalam akumulasi cairan.
Separator vertikal digunakan untuk sumur-sumur dengan GOR rendah sampai
sedang, dimana diharapkan diperoleh hasil cairan yang banyak.
Gambar 6.3.
Vertical Separator
6.2.2. Gas Scrubber
Scrubber berfungsi untuk menangkap mist (kabut kondensat) yang terbawa oleh
gas. Butiran kabut tersebut akan menempel dan jatuh ke bawah setelah terkumpul cukup
banyak. Diharapkan setelah dari scrubber dihasilkan gas yang kering.
68
Gambar 6.4.
Gas Scrubber
6.3. Fasilitas Tambahan
6.3.1. Compressor
Kompresor diperlukan untuk menaikkan tekanan alir dalam pipa, terutama dalam
pipa distribusi/transmisi yang berjarak panjang, dimana kehilangan tekanan sangat besar.
Disamping itu kompressor juga diperlukan pada Gathering station yang kadang tidak
mampu memenuhi laju produksi yang diinginkan kedalam pipa transmisi, pada
Repressuring atau Recycling station yang merupakan bagian integral dari proyek
secondary recovery, dan pada Storage field atau Bottle storage.
Stasiun kompresor merupakan salah satu bagian dari unit transportasi gas, yang
berfungsi untuk menambah tekanan alir dari gas yang melewati flowline. Kompresor itu
sendiri merupakan vacum pump, yang tipe-tipenya dipilih berdasarkan kapasitas dan
besarnya kerja yang dapat dilakukannya.
Untuk menambah daya tekan (kompresi) yang lebih tinggi dapat dihubungkan dua
kompresor centrifugal secara seri. Kompresor centrifugal digerakkan dengan listrik atau
turbin gas, dimana penggunaan turbin gas lebih baik bilamana kelebihan gas terdapat pada
lapangan tersebut, atau untuk mengontrol kapasitas, dan bilamana kapasitas dari satu unit
digunakan secara umum pada suatu stasiun kompresor. Dapat digunakan ukuran kecil atau
sedang dimana setiap single unit dapat menghasilkan tenaga diatas 50 m3/min, dengan
pemberian tekanan diatas 7 atm gauge pada 20 hp dan putaran diatas 200 rpm. Mesin
kompressor dan mesin gas dapat diletakkan terpisah dengan penggunaan sistem
pendinginan langsung atau digunakan sistem pendingin berputar.
69
Gambar 6.5.
Kompressor
Gambar 6.6.
Glycol Contactor
70
6.3.3. Single Buoy Mooring
Single Buoy Mooring ini ditambahkan untuk menampung kondensat yang
terproduksi sehingga dapat dijual. Penambahan ini dikarenakan kebutuhan akan media
penampung yang kemungkinan membutuhkan biaya besar bila ingin dikirimkan secara
langsung ke daratan.
Gambar 6.7.
Single Buoy Mooring
71
Gambar 6.8.
Gas Pipeline
Tabel VI-2
Panjang Pipa Produksi
Pipeline Panjang (km)
PL-1 0.2
PL-2 0.2
RISER-1 0.077
PL-3 159.723
PL-4 159.723
RISER-2 0.077
TOTAL PIPELINE 320
72
6.4.2. Pressure Loss Pada Pipa Produksi Permukaan
Tabel VI-3
Kehilangan Tekanan Pada PIPELINE-1
dP dP dP dP
Gravity Friction Acceleration
(psi) (psi) (psi) (psi)
0.18 0 0.18 0
0.18 0 0.18 0
0.18 0 0.18 0
0.18 0 0.18 0
0.64 0 0.64 0
0.8 0 0.8 0
1.69 0 1.65 0.04
0.03 2 0.03 0
0 2 0.03 0
0 2 0.02 0
0 2 0.02 0
0 2 0.01 0
0.15 2 0.01 0
0.11 2 0.01 0
0.06 1.17 0 0
0.04 1.63 0 0
0.02 1.63 0 0
0 1.51 0 0
0 1.51 0 0
Tabel VI-4
Kehilangan Tekanan Pada PIPELINE-2
dP dP dP dP
Gravity Friction Acceleration
(psi) (psi) (psi) (psi)
0.18 0 0.18 0
0.18 0 0.18 0
0.18 0 0.18 0
73
0.17 0 0.17 0
0.63 0 0.63 0
0.79 0 0.79 0
1.74 0 1.7 0.04
0.03 2 0.03 0
0 2 0.03 0
0 2 0.02 0
0 2 0.02 0
0 2 0.01 0
0.02 2 0.01 0
0 2 0.01 0
0 1.17 0 0
0 1.63 0 0
0 1.63 0 0
0 1.51 0 0
0 1.51 0 0
Tabel VI-5
Kehilangan Tekanan Pada PIPELINE-3
dP dP dP dP
Gravity Friction Acceleration
(psi) (psi) (psi) (psi)
146.45 0 146.44 0.02
146.46 0 146.44 0.02
146.51 0 146.49 0.02
141.33 0 141.31 0.02
141.35 0 141.34 0.02
103.69 0 103.68 0.01
74.47 0 74.46 0.01
54.83 0 54.82 0
43.91 0 43.91 0
36.78 0 36.78 0
28.41 0 28.41 0
21.1 0 21.1 0
74
13.55 0 13.55 0
10.99 0 10.99 0
0.61 0 0.61 0
1.21 0 1.21 0
0.75 0 0.75 0
0.55 0 0.55 0
0.55 0 0.55 0
Tabel VI-6
Kehilanagn Tekanan Pada PIPELINE-4
dP dP dP dP
Gravity Friction Acceleration
(psi) (psi) (psi) (psi)
206.93 0 206.88 0.05
206.94 0 206.88 0.05
207.03 0 206.98 0.05
197.79 0 197.74 0.05
196.91 0 196.87 0.05
133.71 0 133.68 0.02
89.61 0 89.6 0.01
62.96 0 62.96 0.01
49.09 0 49.08 0
40.37 0 40.37 0
30.51 0 30.51 0
22.21 0 22.21 0
13.97 0 13.97 0
11.26 0 11.26 0
0.61 0 0.61 0
1.22 0 1.22 0
0.75 0 0.75 0
0.55 0 0.55 0
0.55 0 0.55 0
75
Tabel VI-7
Kehilangan Tekanan Pada RISER-1
dP dP dP dP
Gravity Friction Acceleration
(psi) (psi) (psi) (psi)
2.14 2 0.13 0
2.14 2 0.13 0
2.14 2 0.13 0
2.13 2 0.12 0
2.13 2 0.12 0
2.08 2 0.08 0
2.05 2 0.05 0
2.04 2 0.03 0
2.03 2 0.03 0
2.02 2 0.02 0
2.02 2 0.02 0
2.01 2 0.01 0
2.01 2 0.01 0
2.01 2 0.01 0
1.17 1.17 0 0
1.63 1.63 0 0
1.63 1.63 0 0
1.51 1.51 0 0
1.51 1.51 0 0
Tabel VI-8
Kehilangan Tekanan Pada RISER-2
dP dP dP dP
Gravity Friction Acceleration
(psi) (psi) (psi) (psi)
-3.84 -3.91 0.07 0
-3.84 -3.91 0.07 0
-3.84 -3.91 0.07 0
76
-3.77 -3.83 0.06 0
-2.67 -2.76 0.09 0
-2.03 -2.11 0.08 0
-1.45 -1.52 0.07 0
-1.35 -1.4 0.05 0
-1.3 -1.34 0.04 0
-1.26 -1.3 0.03 0
-1.23 -1.25 0.03 0
-1.2 -1.22 0.02 0
-1.18 -1.19 0.01 0
-1.18 -1.19 0.01 0
-0.79 -0.79 0 0
-1.06 -1.06 0 0
-1.07 -1.08 0 0
-1.01 -1.01 0 0
-1.01 -1.01 0 0
Tabel VI-9
Kehilangan Tekanan Pada Choke GRD-1, GRD-2, GRD-3, GRD-4
Well Name dP choke 1 (psi) dP choke 2 (psi) dP choke 3 (psi)
GRD-1 696.93 426.27 116.47
GRD-2 696.93 426.27 91.1
GRD-3 696.93 426.75 91.1
GRD-4 315.81 157.38 38.5
77
BAB VII
FIELD DEVELOPMENT SCENARIO
78
Skenario pengembangan lapangan disimulasikan menggunakan Integrated
Production Modelling GAP Software, dengan memperhitungkan model reservoir
berdasarkan Mbal Tank Model dan model sumur Prosper Well Performance.
Gambar 7.1.
Production Forecast
Hasil analisa prediksi forecast dipilih skenario keempat yaitu menambah satu sumur
dan menambah kompresor. Pada grafik hasil prediksi kumulatif dan laju alir gas dapat
dianalisa bahwa pada tahun 2018 sudah tidak ada laju alir gas. Kumulatif produksi terus
meningkat hingga pada kondisi plateau pada rahun 2018 dengan kumulatif produksi
sebesar 255,574 MMscf.
79
Gambar 7.2.
Grafik Average gas production dan Reservoir Pressure
Berdasarkan grafik hasil forecast pada reservoir pressure dan avg gas production
dapat dianalisa bahwa pada tahun 2018 tekanan reservoar telah mencapai minimum dan
Avg gas production telah mencapai pada kondisi plateau pada tahun 2018. Pada grafik ini
dengan jelas menunjukan penurunan tekanan reservoar berpengaruh secara signifikan
terhadap jumlah rata rata gas yang terproduksi.
80
Gambar 7.3.
Grafik oil production dan water production
Pada avg oil production dan avg water production dapat dianalisa hingga tahun 2018
terjadi penurunan laju produksi minyak. Hingga tahun 2018 tidak ada laju a;ir yang
menunjukan tidak adanya air yang terproduksi. Hasil analisa ini akan digunakan lebih
lanjut untuk penentuan tenaga dorong pada reservoar. Untuk asumsi awal tenaga
pendorong reservoar dianggap depletion drive dilihat dari tidak adanya air yang
terproduksi. Akan tetapi jika dikorelasikan dengan data log menunjukan adanya saturasi
air, kemungkinan aquifer dengan jumlah kecil. Analisa ini perlu dikaji lebih lanjut untuk
validitasnya dengan bertambah lengkapnya data.
81
BAB VIII
HEALTH SAFETY AND ENVIRONMENT AND COORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY
Health, Safety, and Environment (HSE) sangat penting dalam industri migas.
Slogan Safety First yang digunakan oleh seluruh perusahaan migas sangat erat berkaitan
dengan aspek HSE ini. Kesehatan pekerja, keselamatan pekerja, dan juga efek samping
terhadap lingkungan sekitar akan menjadi prioritas utama perusahaan dalam
mengembangkan lapangan tersebut. Pembangunan industri pada sektor usaha bidang
perminyakan adalah suatu upaya pemerintah dalam meningkatkan devisa negara dan bila
ditinjau dari segi pola kehidupan masyarakat sangat berhubungan langsung dengan
peningkatan kebutuhan barang dan jasa, pemakaian sumber-sumber energi, dan sumber
daya alam. Penggunaan sumber daya alam secara besarbesaran tanpa mengabaikan
lingkungan dapat mengakibatkan berbagai dampak negatif yang terasa dalam jangka
pendek maupun dalam jangka panjang.
Pembangunan berkelanjutan merupakan suatu upaya dan pendekatan dalam
pemanfaatan sumber daya alam yaitu suatu pembangunan yang berusaha memenuhi
kebutuhan generasi sekarang tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk
memenuhi kebutuhan mereka. Sebagaimana dikemukakan oleh Hadi (2001) menyatakan
bahwa pembangunan berkelanjutan secara implisit juga mengandung arti untuk
memaksimalkan keuntungan pembangunan dengan tetap menjaga kualitas sumber daya
alam Pengelolaan lingkungan bagi industri di bidang usaha migas merupakan hal
terpenting dari suatu kegiatan usaha yang harus dilakukan agar industri tetap berjalan dan
berkelanjutan.
Pembangunan industri yang berkelanjutan mencakup tiga aspek yaitu lingkungan
(environment), ekonomi (economy) dan sosial/ kesempatan yang sama bagi semua orang
(equity) yang dikenal sebagai 3E. Aspek lingkungan tidak berdiri sendiri namun sangat
terkait dengan dua aspek lainnya. Dalam kegiatan internal industri, peluang untuk
memadukan aspek lingkungan dan ekonomi sangat besar, tergantung cara mengelola
lingkungan dengan bijak dan menguntungkan. Faktor sosial yang sebagian besar
menyangkut masyarakat sekitar atau di luar industri juga sangat terkait dalam pengelolaan
lingkungan. Kaitan aspek lingkungan dengan ekonomi dan sosial dalam kegiatan industri
82
migas merupakan hal pokok dalam menjaga dan 16 meningkatkan kualitas kesehatan dan
keselamatan masyarakat sekitar. Untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia dan
meningkatkan kualitas kehidupan, dengan meminimalkan pemakaian sumber daya alam
dan bahan-bahan beracun, memperkecil timbulan limbah dan pencemar selama daur hidup
produk sehingga tidak mengorbankan generasi mendatang dalam memenuhi kebutuhannya
(Purwanto, 2005). Menurut Syafrudin (2005) dampak pencemaran terhadap badan air yang
dihasilkan dari limbah industri, dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Zat organik terlarut
2. Zat Padat tersuspensi
3. Nitrogen dan phospor
4. Minuman dan bahan-bahan terapung
5. Logam berat cyanida dan racun organik
6. Warna kekeruhan
7. Organic tracer
8. Bahan yang tidak mudah mengalami dekomposisi biologis (refactory subtances)
9. Bahan yang mudah menguap (volatile materialis). Sistem Manajemen Lingkungan
(SML).
Yang efektif menyediakan kerangka kerja dan proses yang terorganisir yang
mengintegrasikan perencanaan, pelaksanaan, tindakan perbaikan dan tinjauan pengelolaan.
Sistem Manajemen Lingkungan menyediakan detail-detail spesifik dan instruksi-instruksi
yang berhubungan dengan struktur organisasi, personalia, prosedur, pelatihan dan
penelitian yang kesemuanya memainkan peran dalam mengontrol dan meminimalkan
dampak negatif akibat operasional pabrik pada lingkungan (Soetrisnanto, 2005).
Permasalahan umum bila ditinjau dari keberadaan kondisi lingkungan di kecamatan
Pulau Sebuku pada lokasi setelah kegiatan penambangan batubara saat ini sangat
memprihatinkan, karena batas kemampuan daya dukung dan daya tamping lingkungan
sudah tidak seimbang. Hal tersebut secara langsung maupun tidak langsung berdampak
terhadap menurunnya kualitas lingkungan hidup. Permasalahan lain yang memberi
dampak besar terhadap lingkungan oleh kegiatan industri Migas adalah limbah cair dan air
limbah karena mudah terkontaminasi dan larut terbawa aliran air permukaan yang
selanjutnya menuju ke badan sungai. Dimana air limbah yang dihasilkan kurang dikelola
dengan baik akibatnya berpengaruh pada pencemaran ke media lingkungan. Menyadari
bahwa permasalahan kerusakan lingkungan hidup yang demikian kompleks, diperlukan
kebijakan dan strategi untuk meningkatkan penanganan terpadu dengan melibatkan
83
stakeholders dan instansi teknis terkait bersama-sama untuk mencegah, menanggulangi
dan memulihkan kerusakan lingkungan tersebut.
Salah satu upaya program pemerintah untuk melakukan pengawasan bagi pelaku
usaha pertambangan terhadap masalah pencemaran dan kerusakan lingkungan adalah
dengan mengikutsertakan melalui kegiatan PROPER (Program Penilaian Peringkat
Kinerja) terhadap pengelolaan lingkungan hidup. Untuk mewujudkan hal ini pemerintah
telah berupaya mengelola lingkungan untuk mencegah dan mengurangi laju penurunan
kualitas dan fungsi lingkungan, namun kenyataannya belum mampu mengimbangi laju
penurunan kualitas lingkungan. Pemerintah memperhatikan kondisi perubahan alam yang
menghawatirkan ini sehingga mengeluarkan kebijakan Undang- Undang 23 Tahun 1997
tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Sebagaimana didefinisikan dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tersebut,
pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan
hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan,
pemulihan, pengawasan dan pengendalian lingkungan hidup, dengan sasaran tercapainya
keselarasan hubungan antara manusia dengan lingkungan hidup; terkendalinya
pemanfaatan sumber daya secara bijaksana; dan terwujudnya manusia Indonesia sebagai
insan lingkungan. Berdasarkan hal tersebut diatas maka diperlukan suatu penelitian untuk
mengevaluasi pelaksanaan pengelolaan lingkungan yang dilakukan oleh PT.
UPNVeteranYogyakarta Petroleum sebagaimana yang tercantum dalam kajian
Environmental Baseline Assessment (EBA).
84
digunakan sebagai singkatan untuk mencakup semua dimensi meramalkan dampak
yang meliputi:
Sifat perubahan (apa yang dipengaruhi dan bagaimana);
Ukurannya, skala atau intensitas;
batas geografisnya dan distribusi;
durasi, frekuensi, reversibilitas, dll, dan
Jika relevan, kemungkinan dampak yang terjadi sebagai akibat dari disengaja
atau tidak direncanakan peristiwa.
85
2. Sebagai media informasi bagi masyarakat yang berada diwilayah sekitar lokasi
operasi mengenai dampak lingkungan serta tindakan peminimalisiran dampak
oleh pihak Kontrak Karya Kerjasama (KKKS).
Gambar 8.1.
Peta Lokasi Lapangan Andalusia
Dari existing well yang telah ada terdapat 4 sumur eksplorasi dengan nama sumur
Granada 1, Granada 2, Granada 3, dan Granada 4 yang dahulu telah beroperasi sejak tahun
2005. Dengan total kedalaman permukan laut rata-rata 193 feet (MSL) serta jarak rata-
rata2 antar sumur sekitar 1,52 km. Pangkalan logistik untuk kegiatan pengeboran
eksplorasi akan disuplai dari X Company di Balikpapan, yang terletak sekitar 320 km
dari Blok Sebuku.
86
awal bulan Januari 2010. Untuk mengantarkan produksi gas dari Production Platform
menuju Terminal Cordoba diperlukan pipa alir bawah laut sepanjang 300 km Deskripsi
dasar menggambarkan karakteristik lingkungan dan sosial di daerah, dengan fokus pada
proyek zona pengaruh yang ditentukan dari pemodelan potensi Dampak dari program
pengembangan lapangan yang di usulkan. Selain itu, Pertimbangan juga diberikan kepada
karakteristik di daerah Terminal Cordova (Senipah, Muara Jawa) relevan untuk memasok /
mendukung kegiatan untuk program seperti dijelaskan di atas.
8.4.1. Meteorologi
Dari hasil pemantauan Stasiun Meteorologi Stagen, selama tahun 2007, suhu rata-
rata di Kotabaru dan sekitarnya berkisar antara 25,9oC sampai dengan 27,6o C. Suhu udara
maksimum tertinggi terjadi pada bulan Januari (33,3oC). Sedangkan suhu udara minimum
terendah terjadi pada bulan Maret (23,0oC). Rata-rata curah hujan di Kabupaten Kotabaru
berkisar 3,0 mm 17,6 mm. Jumlah hari hujan terbanyak terjadi pada bulan Juni (28 hari),
sebaliknya jumlah hari hujan terendah terjadi pada bulan September (10 hari).
Lokal data meteorologi (angin) yang diperoleh dari Asia Pasifik data Research
Center (APDRC) untuk koordinat 118,6 E Bujur, Lintang 2,1 S. Sementara kedua
Maret dan Oktober memiliki angin yang signifikan dari timur dan barat, angin naik
diagram (Gambar 8.2) menunjukkan pengaruh yang kuat tambahan angin dari barat daya
pada Maret 2008 dan dari timur laut pada bulan Oktober. Kecepatan angin rata-rata
berkisar 5-16 km / jam. maksimum angin kecepatan biasanya 29-67 km / jam.
Gambar 8.2.
Windrose di daerah Selat Makasar kiri dan kanan Maret 2008 Oktober 2008
windrose
87
8.4.2. Oceanografi
Selat Makassar merupakan bagian utama dalam transfer air dan panas dari Pasifik
ke Samudera Hindia, melalui laut Indonesia. Transfer tersebut bermulai dari Pasifik ke
Samudera Hindia melalui laut Indonesia mempengaruhi panas dan air tawar anggaran dari
kedua lautan serta memiliki efek pada iklim global (field, et al., 2000).
8.4.4. Gelombang
Gelombang data yang digunakan untuk menggambarkan karakteristik gelombang
pada perairan sebelah barat Kabupaten Mamuju adalah hasil output model Weather
Climate Range European Moderate Forecast (ECMWF). Model gelombang output series
(1989-2008) yang tersedia di bagian utara-selatan sepanjang 118,5 E mulai dari S -1.5
ke -3 S adalah di tepi barat perairan Kabupaten Mamuju dan disajikan pada Gambar 3-6.
Waktu serangkaian karakteristik gelombang sepanjang ini menunjukkan bagian selama
1989-2002 tinggi gelombang signifikan bervariasi antara 0,3 sampai <0,4 m dan pada saat
periode yang sama, periode rata-rata gelombang bervariasi antara> 4 detik untuk> 4,5
detik. Namun, dari 2003 hingga 2008, dengan tinggi gelombang signifikan meningkat
menjadi 0,4 m sampai 0,45 m dan periode gelombang rata-rata juga meningkat menjadi 5
detik menjadi 5,25 detik. Selain itu, arah gelombang rata-rata bervariasi antara 180 derajat
ke 200 derajat (selatan ke selatan-arah tenggara) dari tahun 1989 hingga 2008, kecuali
88
pada bulan November 1997 untuk Agustus 1998 di mana arah gelombang rata-rata adalah
100 derajat ke 150 derajat (selatan-barat daya).
Ketinggian gelombang signifikan adalah 0,3 hingga 0,5 m di Maret 2008 April,
kemudian mulai untuk meningkatkan mencapai nilai tertinggi 0,7-0,9 m pada bulan Juli
2008; menurun sekitar 0,3 -0, .4 m pada bulan Desember 2008 dan berfluktuasi secara
tiba-tiba pada bulan Januari dan Februari 2009. Periode gelombang rata-rata bervariasi
antara 4,5-6,5 detik dalam Maret hingga Mei 2008, 5,0-5,4 detik di bulan Juni sampai
September 2008 dan 4,5-6,5 sec dari Oktober 2008 hingga Februari 2009. Arah
gelombang yang bervariasi antara 150 derajat (selatan-barat daya) pada bulan Maret
sampai Oktober 2008 untuk 200 derajat-250 derajat (berbalik sedikit ke barat) pada bulan
November 2008 untuk Februari 2009.
Dampak dari peristiwa badai tidak dapat dilihat dari hasil ECMWF model keluaran
tahun 1989-2008 (Gambar 8.3) dan Maret 2008 hingga Februari 2009. Alasan untuk ini
adalah bahwa data angin yang digunakan untuk memprediksi tinggi gelombang
merupakan angin rata-rata mingguan. Akibatnya, peristiwa badai yang biasanya
berlangsung selama durasi yang relatif pendek.
Gambar 8.3.
Waktu serangkaian karakteristik gelombang: (i) tinggi gelombang signifikan (atas),
(ii) rata-rata periode gelombang (tengah), dan (iii) rata-rata arah gelombang (lebih
rendah) sepanjang bagian utara-selatan yang diperoleh dari Climate European
Rentang Moderate Prakiraan Cuaca (ECMWF)
89
8.4.5. Kualitas Air dan Sedimen
Untuk kualitas air harus dilakukannya sampling air dan sedimen (pada dasar
permukaan) yang secara umum dilakukan oleh pihak ketiga (kontraktor) misal Elnusa,
Succofindo, dan Perusahaan penyedia jasa oil and gas service. Dalam hal ini untuk
kualitas air laut, sampel air laut dikumpulkan dari kedalaman berikut di dalam air dengan
kedalaman :
Sampling pada permukaan air laut dengan kedalaman 10 m ;
Sampling Pada kedalaman menengah air laut 50 m
Sampling Pada kedalaman dasar air laut 100 m
Kualitas air sekitar lokasi proyek terutama dalam pemenuhan standar air laut diatur
dalam Keputusan Menteri Lingkungan Nomor 51 Tahun 2004 (Terlampir). Sampel air
Kolom dilakukan untuk menentukan fisik Air ini, kimia serta parameter biologi penting
untuk memeriksa kualitas lingkungan sekitarnya. Sebagian besar parameter telah
dilakukan analisis di laboratorium. Kolom air teknik sampling adalahn diperlukan untuk
menjaga kualitas nyata dan kondisi lingkungan dari sampel. Sampel air yang disimpan
dalam lingkungan tertentu dan kemudian adalah menjadi analisis di laboratorium dengan
teknik yang tepat. Sedangkan untuk sedimen Kelimpahan bahan organik mudah terurai
muncul untuk mempromosikan mengurangi kondisi. Dengan adanya bahan organik,
bakteri dan mikroorganisme sekutu menciptakan mengurangi kondisi. Kondisi tersebut
dipelihara oleh organik tertentu senyawa, besi besi, mangan berkurang, hidrogen sulfida,
dan lainnya anorganik konstituen dari sedimen.
90
8.4.7. Ikan
The kelautan kondisi ALKI (Alur Laut Kepulauan Indonesia / Indonesia Melalui
Arus) melalui Sulawesi dan Makassar Selat membawa larva dan plankton dari Pasifik ke
Samudera Hindia dan cenderung merupakan jalur migrasi bagi paus dan spesies lumba-
lumba (Kreb dan Budiono, 2005). Studi di sepanjang East air laut Kalimantan telah
ditemukan kelimpahan Cetacea dan data sementara untuk Selat Makassar dan Barat
Sulawesi terbatas dapat diharapkan bahwa cetacea, terutama lumba-lumba spesies dapat
ditemui di perairan lepas pantai dari Blok Sebuku dan
sekitar pulau-pulau yang berdekatan. Lepas pantai, spesies tersebut mungkin
termasuk botol tersebut Lumba-lumba (Tursiops truncatus), lumba-lumba spinner
(Stenella longirostris), Lumba-lumba kerdil spinner (Stenella l. roseiventris) dan lumba-
lumba Indo-Pasifik botol (Tursiops aduncus). Dekat pantai dan di sekitar pulau-pulau, ini
mungkin termasuk Irrawaddy lumba-lumba, ikan paus pembunuh (Pseudorca crassidens)
dan Lumba-lumba Finless (Neophocaena phocaenoides).
91
luas sekitar 17,88 dari luas total Kabupaten Kotabaru hanya dihuni sekitar 2,90
persen penduduk.
Besarnya jumlah penduduk di kecamatan Pulau Laut Utara menyebabkan
kepadatan penduduk kecamatan tersebut menjadi sangat tinggi yaitu 474 penduduk
per Km2. Disisi lain, Kecamatan Hampang yang luasnya 17,88 persen dari total
luas Kabupaten Kotabaru merupakan kecamatan dengan kepadatan terendah yang
hanya dihuni 5 penduduk per Km2. Kepadatan penduduk tertinggi Kabupaten
Kotabaru terdapat di Kecamatan Pulau Sembilan dengan besar 1.242 penduduk per
Km2. Banyaknya rumahtangga pada tahun 2007 tercatat sebesar 65.570
rumahtangga dengan ratarata besarnya anggota rumah tangga 4 orang. (Rincian
pada Gambar 8. 4)
Gambar 8.4.
Kepadatan Populasi Penduduk Kabupaten Kotabaru (Sumber BPS 2007)
b) Ketenagakerjaan
Tenaga kerja merupakan salah satu motor penggerak pembangunan. Pada
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kotabaru pada tahun 2007
terdaftar 5.472 orang pencari kerja dengan 639 orang berpendidikan SD, 559 orang
92
berpendidikan SMP, 3.216 orang berpendidikan SMU, 284 orang berpendidikan
sarjana muda /DIII dan 774 orang berpendidikan sarjana. Banyaknya tenaga kerja
yang terdaftar pada tahun 2007 meningkat daripada tahunsebelumnya yang hanya
sebanyak 2.231 orang. (Rincian Tenaga Kerja Kabupaten Kotabaru pada gambar
8.5)
Gambar 8.5.
Daftar Pencari Kerja Menurut Tingkat Pendidikan
c) Pendidikan
Keberhasilan pembangunan suatu daerah sangat dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan penduduknya. Peningkatan mutu pendidikan harus diimbangi pula
dengan penyediaan sarana pendidikan dan tenaga guru. Fasilitas pendidikan yang
tersedia di Kabupaten Kotabaru antara lain 131 buah sekolah TK, 241 buah SD, 52
buah SMP, 24 buah SMU serta 5 buah SMK; dengan tenaga guru tercatat sebanyak
504 orang guru TK, 2.286 orang guru SD, 639 orang guru SMP, 389 orang guru
SMU serta 94 orang guru SMK. Dari Dinas Pendidikan Kabupaten Kotabaru
93
diperoleh pula data jumlah murid TK sebanyak 6.547 orang. Ditingkat SD jumlah
murid sebanyak 36.075 orang, ditingkat SMP jumlah murid 7.723. Sedangkan
untuk tingkat SMU dan SMK masingmasing berjumlah 3.994 orang murid dan
1.070 orang murid.
Disamping itu terdapat pula sarana pendidikan yang dikelola oleh
Departemen Agama. Dari Kantor Departemen Agama Kabupaten Kotabaru
diperoleh data jumlah sarana pendidikan yang dikelola oleh Departemen Agama di
wilayah Kabupaten Kotabaru antara lain 14 buah Raudatul Athfal/Bustanul Athfal
dengan jumlah guru sebanyak 56 orang dan murid sebanyak 697 orang; 7 buah
Madrasah Ibtidaiyah jumlah guru sebanyak 96 orang dan murid sebanyak 1.342
orang; 12 buah Madrasah Tsanawiyah jumlah guru sebanyak 211 orang dan murid
sebanyak 2.270 orang serta 2 buah Madrasah Aliyah jumlah guru sebanyak 69
orang dan murid sebanyak 689 orang. (Gambar 8.6)
Gambar 8.6.
Tingkat dan Sebaran Pendidikan di Kabupaten Kotabaru
d) Agama
Sesuai dengan falsafah negara, pelayanan kehidupan beragama dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa senantiasa dikembangkan dan
94
ditingkatkan untuk membina kehidupan masyarakat dan mengatasi berbagai
masyarakat sosial budaya yang mungkin dapat menghambat kemajuan bangsa.
Sarana peribadatan yang ada di Kabupaten Kotabaru tahun 2007 semakin
meningkat. Tahun 2007 terdapat 278 buah Masjid, 324 buah Langgar, 26 buah
Musholla, 14 buah Gereja Katholik, 24 buah Gereja Protestan dan 16 buah Pura.
Selama tahun 2006 Kantor Departemen Agama Kabupaten Kotabaru mencatat
2.485 pernikahan. Perkara yang diterima Pengadilan Agama Kabu-paten Kotabaru
selama tahun 2007 tercatat sebanyak 373 kasus, sedangkan sisa perkra tahun lalu
sebanyak 43 perkara dan perkara yang diselesaikan sebanyak 329 kasus . Jemaah
haji tahun 2007 tercatat 230 orang, 189 orang diantaranya berasal dari kecamatan
Pulau Laut Utara. Pengadilan Agama Kabupaten Kotabaru juga mencatat jenis
perkara terbanyak yang diterima adalah gugatan cerai sebanyak 213 perkara
disusul cerai talak sebanyak 62 perkara. (Gambar 8.7)
Gambar 8.7.
Jumlah Penduduk dan Pemeluk Agama Kabupaten Kotabaru
95
e) Kesehatan
Ketersediaan sarana kesehatan merupakan salah satu upaya peningkatan
pelayanan kesehatan. Sarana kesehatan yang tersedia di Kabupaten Kotabaru
antara lain berupa 23 buah Puskesmas, 69 buah Puskesmas Pembantu, 14 buah
Balai Pengobatan swasta. Disamping itu ada 6 buah apotek dengan 2 orang tenaga
apoteker dan 7 orang tenaga asisten apoteker. Disamping penyediaan sarana
kesehatan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, usaha
penyediaan tenaga medis juga ditingkatkan. Tenaga medis yang berada di
Kabupaten Kotabaru antara lain 33 orang dokter umum dan 22 orang dokter gigi.
Selain itu ada pula 105 orang perawat dan 82 orang bidan. Dari Dinas Kesehatan
Kabupaten Kotabaru diperoleh informasi, selama tahun 2006 penyakit yang paling
banyak diderita oleh masyarakat Kotabaru adalah infeksi pada saluran pernapasan
atas/ ISPA sebanyak 28,84%. (Gambar 8.8)
Gambar 8.8.
Daftar Penyakit dan Presentasenya
96
8.5 Pelaksanaan
Untuk menjamin agar semua limbah yang dihasilkan dari semua kegiatan UPN
Veteran Yogyakarta Petroleum dapat dikelola dengan baik dan tidak mencemari
lingkungan, maka UPN memiliki Sistem Pengelolaan Limbah. Gambaran umum mengenai
Rencana Pengelolaan limbah UPN Veteran Yogyakarta Petroleum dapat dilihat pada
Gambar 8.9. Pengelolaan limbah meliputi pengelolaan limbah B3, non B3,
B3 NON-B3
Pengumpul
Bioremedi Metal/
Limbah
TPS Limbah
Junk
yard
TPA Limbah
Gambar 8.9.
Rencana Pengelolaan Limbah UPN Petro
97
merupakan fluida yang memiliki kandungan kimia dari aditif-aditif yang ditambahkan saat
pemboran berlangsung. Cutting sendiri merupakan serbuk batuan akibat tergerusnya
batuan formasi dan disirkulasikan oleh fluida pemboran menuju permukaan, hal ini
menyebabkan cutting yang juga memiliki kandungan kimia dari bawah permukaan juga
akan terkontaminasi oleh kandungan kimia fluida pemboran. Pertimbangan dari
pembuangan fluida pemboran dan cutting adalah proses dari peralatan treatment yang
berkelanjutan sehingga fluida pemboran dan cutting dapat aman dibuang tanpa
mengganggu lingkungan. berdasarkan kep. No-03/BAPEDAL/09/1995, parameter yang
dianalisa dari Drill Cutting TCLP (Toxicity Characteristic Leaching Procedure) dan pH.
Parameter TCLP yang dites adalah Arsen, Barium, Boron, Cadmium, Chromium, Copper,
Lead, Mercury, Selenium, Silver, Zinc. Jenis lumpur pemboran yang digunakan pada
pengembangan lapangan ini sebagai berikut.
Tabel VIII-1
Rencana Program Lumpur Pemboran Sumur GR-5
Interval 0-1510 ft 1500-3710 ft 3700-5010 ft
Jenis Lumpur SBM- SBM- SBM-
Bentonite- Attapulgit- Attapulgit-
Causatic Causatic Soda- Causatic Soda-
Soda Starch Starch-Barite
Langkah kerja cutting SBM dengan cara bioremediasi adalah sebagai berikut :
1. Cutting SBM yang TPH < 15% dibawa ke BA (Bioremediation Area ).
2. Cutting dimasukkan kedalam cutting bin/ cutting bag.
3. Cutting yang berada di dalam cutting bin / cutting bag disebarkan secara merata
kedalam pit/ pada permukaan tanah yang dipadatkan.
98
4. Selanjutnya cutting yang berada didalam pit diberi tambahan/ campuran bulking
agent berupa sekam dan atau pasir. Proses pencampuran dengan menggunakan
traktor.
5. Setelah diberi tambahan bulking agent selanjutnya dilakukan proses pembajakan
dengan mesin pembajak agar bulking agent dan cutting tercampur.
6. Setelah dilakukan pembajakan maka diberi tambahan nutrisi berupa Urea, TSP,
KCL.
7. Melakukan penyiraman untuk menjaga kelembaban tanah, dalam melakukan
penyiraman diperlukan peralatan sistem irigasi.
8. Dilakukan proses pembajakan kembali untuk mengatasi terjadinya kekurangan
oksigen. Semakin sering dilakukan pembajakan laju biodegradasi semakin
meningkat.
9. Dilakukan proses pemantauan secara rutin dan kontinyu setiap 2 minggu sekali.
Pemantauan dilakukan untuk mengetahui konsentrasi hidrokarbon didalam tanah
terkontaminasi.
10. Untuk mengetahui konsentrasi hidrokarbon (TPH) didalam tanah terkontaminasi
berkurang atau < 1% membutuhkan waktu 3-6 bulan.
11. Setelah dilakukan pemantauan maka dilakukan pengukuran konsentrasi TPH. Jika
konsentrasi TPH < 1% maka cutting yang berada didalam pit diberi tambahan
mikroba dengan cara disemprotkan. Tetapi jika konsentrasi TPH > 1% maka
dilakukan pembajakan kembali sampai konsentrasi TPH < 1%.
12. Selanjutnya setelah konsentrasi TPH < 1% dan sesuai dengan baku mutu lingkungan
maka dapat dibuang kelingkungan sehingga dapat ditanami tanaman penghijauan
serta dapat digunakan sebagai material penimbun.
99
Gambar 8.10.
Bioremediasi
c) Pengelolaan Limbah B3 dan non B3
Limbah organik merupakan limbah yang membusuk dan dapat terurai oleh
mikroorganisme. Macam-macam limbah organik yaitu Sisa Makanan, Metabolisme
Manusia, Kertas, Kardus, Puntung Rokok, Kayu, Daun. Sampah organik bisa ditimbun di
trash pit atau dibakar di incenetor, tergantung jenis sampah yang dihasilkan. Sampah basah
(limbah dapur, sisa makanan) dibuang di trash pit. Sampah kering bisa dibuang di trash pit
atau dibakar di incinerator. Proses incinerator adalah proses tempat pembakaran limbah
domestik yang berupa kertas, kardus, tissue, puntung rokok. Limbah non B3 yang dibakar
di incinerator yaitu limbah organik sebanyak 90 % dan anorganik sebanyak 10 %. Dari
hasil pembakaran incinerator menimbulkan emisi udara yang di periksa per 3-6 bulan,
parameter yang diukur adalah CO dan temperatur. Pembakaran incinerator terdapat 2
ruangan yaitu primary room dan secondary room. Pembakaran dilakukan diruang primary
room dengan temperatur 6000C 8000C, kemudian asap yang ditimbulkan dari proses
incinerator disaring di secondary room dengan temperatur 8000C 10000C, sebelum asap
keluar ke alam bebas, cerobong asap disemprot air agar dapat mengurangi emisi udara, air
dari hasil emisi udara tersebut dibuang kelingkungan, acuan baku mutu yang dikeluarkan
oleh KLH. Incinerator yang dipantau yaitu abu, kemudian abu diolah berdasarkan standar
baku mutu (KLH), baru dibuang kelingkungan dengan cara abu disaring, sedangkan abu
halus dengan cara TCLP (Toxicity Characteristic Leaching Procedure) kemudian abu
kasar dibuat batako. Berdasarkan SOP dari KLH daya tampung incinerator 15 Kg/jam
dalam sekali rolling dan dalam sehari hanya bisa melakukan pembakaran sebanyak 75
Kg/hari dan dibagi menjadi 5 kali rolling.
100
Sedangkan Limbah B3 yg akan di bakar menggunakan incinerator antara lain
cutting bag, sarung tangan yang tercampur oli SOBM, kain, plastik, serbuk gergaji, dan
absorben. Sebelum dibakar limbah-limbah yang tercampur dengan tumpahan minyak/oli
dari SOBM harus dibersihkan dahulu dari sisa-sisa minyak dengan menampung di sebuah
kotak/drum hitam (storage) yg kemudian minyak akan diserap menggunakan absorben
agar tidak kontak langsung dengan lingkungan. Setelah limbah bersih dari sisa-sisa
minyak maka akan langsung dimasukan ke dalam incinerator sedangkan minyak hasil dari
penisiran akan dikirim ke Junk Yard. Proses pembakaran tidak berbeda jauh dengan proses
pembakaran limbah organik tetapi hasil dari pembakaran limbah B3 tidak bisa di daur
ulang. Hasil pembakaran dari limbah B3 akan di tampung di dalam drum hitam dan
kemudian akan di kirim ke Junk Yard dan dari Junk Yard akan di kirim ke Pengolahan
Limbah B3 seperti PPLI.
d) Pengelolaan Emisi Udara
Pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dari
komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara turun
sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi
fungsinya (PP No. 41 Tahun 1999, Sekertaris Negara PROF. DR. H. Muladi S.H.).
Sumber utama emisi:
1. Kompresor turbin
2. Generator turbine
3. Boiler/heater
4. Well testing
5. Drilling dan peralatan atau transportasi yang berkaitan dengan logistik
6. Venting
7. Oily Water Treatment Unit (OWTU)
8. Figitve emissions
9. Oil Spill incidents dan Bioremediasi
Gas H2S merupakan gas beracun yang berasal dari formasi bawah permukaan dan
sering dijumpai pada lokasi pemboran. Gas ini sangat berbahaya karena sangat beracun
dan sangat mudah terbakar. Gas ini dapat membunuh apabila dijumpai pada konsentrasi
yang tinggi dan tidak melaksanakan SOP yang tepat. Gas CO2 juga berasal dari bawah
permukaan dan sangat sensitif terhadap isu polusi udara secara global. Walaupun tidak
101
terlalu berbahaya, namun gas CO2 juga merupakan salah satu poin dari HSE yang paling
penting.
e) Kebisingan
Polusi suara dapat terjadi akibat peralatan-peralatan berat yang bekerja pada proses
pengembangan lapangan. Tingkat kebisingan tersebut akan diukur dan dipantau serta
diberikan jarak aman (embarkasi) sehingga dapat ditentukan batas aman baik bagi pekerja
maupun bagi warga sekitar yang dekat dengan dengan daerah operasi karena dapat
berpotensi mengganggu warga, bahkan pada level yang terlampau tinggi dapat
membahayakan pendengaran tenaga kerja dan warga. Tingkat kebisingan tempat kerja
untuk 8 jam per hari (24 jam) tidak boleh melebihi 85 dba. Tingkat kebisingan melebihi 85
dba akan menurunkan daya pendengaran tenaga kerja dan warga sekitar, oleh karena itu
alat pelindung telinga wajib dikenakan bagi para tenaga kerja.
102
Teknologi transplanstasi karang (coral transplantation) adalah usaha
mengembalikan terumbu karang melalui pencangkokan atau pemotongan karang hidup
untuk ditanam di tempat lain atau di tempat yang karangnya telah mengalami kerusakan,
bertujuan untuk pemulihan atau pembentukan terumbu karang alami. Terumbu karang
buatan (artificial reef) dibuat untuk meniru terumbu karang alami untuk
mengumpulkan/mendapatkan spesies target tertentu.
Terumbu buatan yang dimasukkan kedalam suatu perairan secara langsung akan
menambah habitat bagi biota laut ditempat tersebut. Penambahan ini berlangsung dengan
bertambahnya luasan dan ruang yang disebabkan oleh adanya suatu struktur tertentu yang
dimasukkan ke dalam kolam perairan. Penambahan luasan dan ruang ini akan lebih
memperbesar kesempatan bagi biota laut dalam mencari tempat tinggal, baik dengan jalan
menempel maupun, memanfaatkan ruang yang ada.
103
1 cm agar mempunyai ikatan Karang Bahan-bahan yang diperlukan untuk pembuatan
terumbu karang buatan dengan beton ringan adalah kerikil, semen dan air. Kerikil
sebaiknya dari batu pecah ukuran 0.5 1 cm agar mempunyai ikatan yang lebih kuat.
Semen yang digunakan yakni portland cement tipe II atau lebih tinggi karena akan dipakai
untuk lingkungan laut. Terumbu karang buatan yang dibuat terdiri dari 4 kepingan/elemen
beton yang digabung membentuk piramida terpotong. Kepingan/elemen beton penyusun
modular terumbu karang buatan dengan tinggi 60 cm, lebar bawah 60 cm, lebar atas 30 cm
dan ketebalan 5 cm. Tulangan yang dipergunakan dalam membentuk kepingan/elemen
modular terumbu karang karang minimal berdiameter 6 mm yang dibentuksesuai dengan
pola kepingan/elemen.
Peralatan pokok yang digunakan adalah cetakan dan pengaduk beton. Cetakan
dibuat dari bahan kayu atau plat besi yang dibuat sesuai dimensi kepingan/elemen modular
terumbu karang yakni 60x60x5 cm. Untuk kepentingan praktis cetakan sebaiknya dibuat
beberapa unit sekaligus sehingga mempercepat proses pencetakan. Penggunaan plastik cor
pada cetakan juga akan membantu mempermudah ketika cetakan/bekisting dilepaskan.
Cetakan disiapkan diatas plastik cor, siapkan tulangan dari besi berdiameter 6 mm
atau lebih sesuai bentuk cetakan. Jumlah tulangan disesuaikan dengan dimensi beton.
Karena pembuatan modular beton terdiri dari 4 kepingan/elemen yang dirakit menjadi satu
maka perlu disiapkan lubang dan pen sehingga mempermudah dalam perakitan modular
dan tentunya dengan memperhatikan ketahanan hasil perakitan modular terumbu karang
buatan. Selain itu perlu disiapkan pegangan pada tiap kepingan sebelum pelaksanaan
pengecoran. Campuran beton digunakan 1:2:3 setelah melakukan pengecoran pada cetakan
dilakukan perawatan coran dengan menutupi coran dengan karung goni basah atau
dilakukan penyiraman setiap hari. Pelepasan beton dari cetakan dilakukan setelah
mencapai umur coran 7 hari, kemudian disimpan ditempat yang teduh dan pada umur 21
hari dapat dilakukan pengangkutan ke lokasi.
Terumbu karang buatan yang telah disiapkan di lokasi, terlebih dahulu
lembaran/kepingan terumbu karang dirakit terlebih dahulu menjadi modular terumbu
karang. Pengangkutan ke lokasi area penempatan terumbu karang harus memperhatikan
kemampuan kapasistas kapal yang digunakan dan penempatan terumbu karang buatan
selama pengangkutan untuk menghindari kerusakan yang dapat terjadi. TOR Artificial Reef
and Coral Transplantation 8 Ketepatan lokasi penempatan terumbu karang di dasar laut
ditentukan terlebih dahulu menggunakan alat bantu kompas atau GPS dan echosounder.
104
Peluncuran modular terumbu karang diikat dengan seutas tali dan diturun secara perlahan
dan hati-hati hingga mencapai dasar perairan.
105
BAB IX
ABANDONMENT AND SITE RESTORATION PLAN
Jika gas sudah tidak komersial lagi untuk diproduksikan atau sumur sudah tidak
dapat lagi berproduksi maka akan dilakukan plug dan abandonment. Menurut peraturan
pemerintah agar dilakukan penyemenan plug disetiap lapisan poros yang mengandung gas
atau hidrokarbon dan setiap lapisan yang bertekanan tinggi 100 ft diatas dan 100 ft
dibawah zona yang akan diplug. Pada sumur ini akan dilakukan plug dan abandonment
dengan prosedur sebagai berikut :
1. Lakukan plug penyemenan 100 ft diatas perforasi dan 100 ft dibawah perforasi.
2. Lakukan plug penyemenan sedalam 100 ft pada kedalaman 2500 ft.
3. Lakukan plug dengan penambahan 10 sacks semen dipermukaan seabed.
4. Lepas semua peralatan permukaan.
Prosedur penutupan sumur mengikuti prosedur penutupan sumur produksi pada
umumnya, yaitu menggunakan tipe, jumlah dan penempatan (termasuk ketinggian bagian
atas dan bawah) penutup (plugs) tertentu, dengan jenis, kualitas dan kuantitas semen
tertentu berdasarkan perhitungan. Jenis semen yang digunakan harus memiliki tipe yang
kuat dan tidak bocor untuk digunakan pada sumur injeksi. Metode yang digunakan
sebelum ditempatkan penutup (plugs) adalah menempatkan sumur ke dalam kondisi
kesetimbangan.
106
1. Pemasangan cement retainer dan sumbat semen,. Cement retainer harus memiiki
kontrol tekanan balik yang efektif dan harus dipasang minimum 50 feet dan 100 feet di
atas sepatu casing. Sumbat semen harus dipasang setidaknya 100 feet di bawah sepatu
casing dan sedikitnya 50 kaki di atas retainer.
2. Apabila terjadi atau diduga akan terjadi kondisi sirkulasi yang hilang, permanent
type bridge plug dapat dipasang pada 150 feet di atas sepatu casing dengan sumbat
semen minimal 50 feet di atas bridge plug. Bridge plug ini harus di uji sesuai
ketentuan.
3. Penyumbatan atau pengisolasian interval perforasi sumbatan semen harus dipasang
dengan metoda pendorong dan seluruh perforasi yang belum disemen tekan. Sumbat
semen harus menjangkau 100 feet di atas interval perforasi sampai dengan 100 feet di
bawah interval perforasi atau sampai sumbat casing terdekat. Sebagai pengganti dari
penempatan sumbat dapat dilakukan metode berikut.
Cement retainer dan sumabt semen harus dipasang. Cement retainer tersebut harus
memiliki kontrol tekanan balik yang efektif dan harus dipasang minimum 100
kaku di atas puncak interval perforasi. Sumbat semen harus menjangkau setidak-
tidaknya 100 feet di bawah inteval perforasi dan 50 kaku di atas retainer.
Permanent-type bridge plug harus dipasang pada 150 feet di atas puncak dari
inteval perforasi dengan minimum 50 feet semen di atas bridge plug
Sumbat semen yang panjangnya harus dipasang dengan metoda pendorong
dengan dasar sumbat tersebut pada jarak 100 feet di atas puncak interval perforasi.
Penyumbat tunggul casing apabila casing dipotong dan dicabut maka tunggil
casing harus disumbat denga cara Tunggul di dalam rangkaian casing harus
disumbat dengan sumbat semen yang menjangkau sedikitnya 100 feet diatas dan
100 feet dibawah tunggul. Sebagai pengganti pemasangan sumbat semen yang
menutup tunggul. Bila tunggul berada di bawah casing yang lebih besar,
penyumbatan zona atau pengisoalasian lubang terbuka harus dilakukan.
4. Penyumbatan ruang annulus, ruang annulus manapun yang berhubungan dengan
sembarang lubang terbuka yang mencapai mud line harus disumbat sedikitnya dengan
semen sedalam 200 feet.
5. Sumbat permukaan, sumbat semen yang sedikitnya memiliki panjang 150 kaki harus
dipasang dengan puncak penyumbat berada pada 150 kaki di bawah mud line. Sumbat
harus ditempatkan pada casing terkecil yang mencapai mud line.
107
6. Penempatan sumbat. Penempatan dan lokasi sumbat pertama di bawah sumbat
permukaan harus ditunjang oleh salah satu metoda di bawah ini :
Operator harus melaksanakan uji beban seberat minimum 15.000 pound pada
sumbat cement retainer, atau bridge plug. Semen yang dipasang di atas sumbat
pemisah atau retainer tidak perlu diuji.
Operator harus melaksanakan uji tekan sumbat semen dengan tekanan minimum
1000 psi dengan hasil yang tidak boleh kurang dari 10 % dari tekanan uji selama
15 menit per perioda.
7. Cairan yang tinggal di dalam lubang, setiap interval berturut-turut dari lubang di antara
berbagai sumbat semen harus diisi cairan dengan berat jenis yang cukup agar
mempunyai tekanan hidrostatik yang cukup melebihi tekanan formasi terbesar dalam
interval-interval antara sumbat pada saat ditinggalkan
8. Pembersihan lokasi, sluruh wellhead (kepala sumur), casing (selubung), tiang pancang,
dan gangguan yang lain harus disingkirkan sampai kedalaman sedikitnya 15 kaku di
bawah mud line. Lokasi tersebut harus bebas dari segala macam gangguan.
Gambar 9.1.
Well Skecth Granada
108
9.2 Proses Restorasi Pada Site Pemboran dan Abandont Well
Proses restorasi lokasi pemboran dan abandon well adalah proses mengembalikan
kondisi lingkungan seperti semula sebelum dilakukan operasi pemboran dan produksi.
Limbah pemboran cair di groundpit harus diolah sampai memenuhi baku mutu limbah
yang diizinkan. Groundpitharus dalam kondisi kering dan ditimbun. Cutting hasil
pemboran biasa digunakan untuk menimbun groundpit, namun sebelum digunakan harus
diolah terlebih dahulu dan dibersihkan dari bahan-bahan beracun.
109
Tabel X-1
Jadwal Pelaksanaan Skenario 1
Tabel X-2
Jadwal Pelaksanaan Skenario 2
110
BAB X
PROJECT SCHEDULE & ORGANIZATION
Tabel X-3
Jadwal Pelaksanaan Skenario 3
111
Tabel X-4
Jadwal Pelaksanaan Skenario 4
Tabel X-5
Jadwal Pelaksanaan Skenario 5
112
BAB XI
LOCAL CONTENT
113
3. Barang Diberdayakan, berisi daftar barang kebutuhan kegiatanoperasional
Kontraktor KKS yang telah diproduksi di dalamnegeri dan TKDN salah satu
pabrikan telah mencapai minimal5% (lima persen), namun belum ada pabrikan
denganpencapaian TKDN 25% (dua puluh lima persen).
4. Jasa Dalam Negeri, berisi daftar jasa yang telah pernahdiselesaikan oleh
Perusahaan Dalam Negeri dan PerusahaanNasional di wilayah negara Republik
Indonesia dalam kurunwaktu 7 (tujuh) tahun terakhir, dengan pencapaian
TKDNminimal 30% (tiga puluh persen).
C. Pada dasarnya proses pengadaan dilakukan denganmetode pelelangan terbatas bagi
barang Produksi DalamNegeri. Panitia Pengadaan mengundang semua pabrikandalam
negeri atau agen tunggal yang bertindak sebagaidistributor tunggal yang ditunjuk oleh
pabrikan dalam negeriyang tercantum dalam buku APDN, dengan pencapaianTKDN
minimal 15% (lima belas persen).
114
BAB XII
COMMERCIAL
BIAYA INVESTASI
Pemboran
Andalusia-A1 : 10.25 MMUS$
Andalusia-A2 : 7.25 MMUS$
Andalusia-A3 : 7.85 MMUS$
Andalusia-A4 : 9.35 MMUS$
Andalusia-A5 : 10 MMUS$
115
Fasilitas Produksi
Wellhead Tower :3 MMUS$
Production/Quarters Platform : 40 MMUS$
Compression : 10 MMUS$
Pipeline (300 km x 18) : 216.45MMUS$
Onshore Facilities :2 MMUS$
Tabel XII-1
Analisis Keekonomian
ROR 17%
POT 5.824106648 Years
NPV $ 75.94 MM
PIR 1.173515504
DPIR 0.240211618
Government Take $ 1,199.78 MM
Contractor Take $ 849.95 MM
Recoverable Gas 256,217.23 MMSCF
116
Gambar 12.1.
Flow Project PSC Contract
12.3. Analisis Sensitivitas
Nilai harga gas, produksi, pengeluaran untuk modal dan operasional pada
kenyataannya berubah-rubah terhadap waktu. Nilai harga gas tergantung dari
ketetapan pemerintah dan juga kesepakatan antara seller dan buyer dari gas itu sendiri.
Produksi gas dari reservoir secara alamiah akan terus menurun tapi kita harus dapat
memanajemen produksi tersebut agar dapat konstan memenuhi kebutuhan. Perubahan
harga dan produksi akan berdampak pada perubahan gross revenue. Besarnya
117
pengeluaran baik modal maupun operasional juga tergantung dari dinamika di
lapangan. Parameter parameter keekonomian yang digunakan berdasarkan peramalan
yang merupakan pendekatan pendekatan dari segi teknis. Hal tersebut menyebabkan
apabila lapangan dinyatakan terbukti secara ekonomis, tetap ada faktor ketidakpastian
yang harus diperhitungkan terutama untuk lapangan yang baru yang belum pernah
berproduksi. Berikut adalah hasil dari analisa sensitivitas lapangan kami.
Gambar 12.2.
Spider Diagram (NPV)
Gambar 12.3.
Spider Diagram (ROR)
118
12.4. Analisis Ekonomi
Dengan ini kita dapat mengetahui bahwa lapangan ini cukup berprospek untuk
dikembangkan dengan nilai ROR sebesar 17%. Masa pengembalian modal selama 5 tahun
9 bulan NPV yang dihasilkan 75.94 MMUS$.
119
BAB XIII
CONCLUSION AND RECOMMENDATION
13.1. Kesimpulan
1. Pada lapangan Andalusia dari hasil perhitungan volumetrik didapatkan hasil
Original Gas in Place (OGIP) sebesar 310 Bscf.
2. Berdasarkan kajian geologi, reservoir, dan produksi serta keekonomian, lapangan
Andalusia layak untuk dikembangkan dengan scenario pengembangan lapangan
yang dipilih adalah Skenario 3, yaitu menambah satu sumur produksi dan satu
kompresor.
3. Kumulatif produksi pada lapangan Andalusia yang dihasilkan dari Skenario 3
adalah sebesar 293 Bscf dengan Recovery Factor sebesar 94,38%.
4. Skenario 3 menghasilkan ROR sebesar 17%. Masa pengembalian modal selama 5
tahun 9 bulan NPV yang dihasilkan 75.94 MMUS$.
5. Pengelolaan lingkungan yang dilakukan yaitu Bioremidiasi untuk drill cutting,
pemanfaatan limbah organic untuk pupuk kompos, pengurangan emisi udara
dengan pengurangan gas flare, kebisingan udara dengan penentuan jarak aman
(embarkasi), limbah B3 dikumpulkan dan dikemas untuk dikirim ke pengolahan
limbah B3.
6. CSR (Corporate Social Responsibility) yang dikembangkan yaitu pembudidayaan
terumbukarang pada perairan Tanjng Batu dengan tujuan peningkatan ekonomi
serta daya tarik wisata masyarakat.
7. Abandonment disesuaikan pada peraturan dan standar yang berlaku pada ketentuan
migas, sedangakan untuk site restoration menggunakan tanaman setempat yang
dikembangkan sehingga dapat tumbuh dengan baik sesuai karakteristik lingkungan.
13.2. Rekomendasi
1. Melakukan uji sumur terhadap seluruh sumur yang dilakukan acidizing untuk
mengevaluasi performance sumur yang bersangkutan.
2. Melakukan studi lebih lanjut terhadap kemungkinan adanya water aquifer melalui
data produksi dan pengujian water content (salinity) sehingga dapat dilakukan
evaluasi terhadap harga OGIP.
3. Membuat desain kompresor yang lebih detail dan akurat sesuai offtake target.
120