Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
NPM : 417.C.0006
A. Definisi
Bronkopneumonia adalah suatu cadangan pada parenkim paru yang
meluas sampai bronkioli atau dengan kata lain peradangan yang terjadi pada
jaringan paru melalui cara penyebaran langsung melalui saluran pernapasan
atau melalui hematogen sampai ke bronkus. (Sujono Riyadi dan Sukarmin,
2009).
Bronkopneumonia adalah merupakan peradangan pada parenkim paru
yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, ataupun benda asing yang
ditandai dengan gejala panas yang tinggi, gelisah, dispnea, napas cepat dan
dangkal, muntah, diare, serta batuk kering dan produktif. (A. Aziz Alimul
Hidayat, 2008).
Bronkopneumoni adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai
pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di
dalam bronchi dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya.
(Smeltzer & Suzanne C, 2005)
Bronkopneumonia adalah bronkiolus terminal yang tersumbat oleh
eksudat, kemudian menjadi bagian yang terkonsolidasi atau membentuk
gabungan di dekat lobulus, disebut juga pneumonia lobaris (Wong, 2008).
Kesimpulannya bronkopneumonia adalah jenis infeksi paru yang
disebabkan oleh agen infeksius dan terdapat di daerah bronkus dan sekitar
alveoli.
B. Etiologi
Secara umun individu yang terserang bronchopneumonia diakibatkan
oleh adanya penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi
organisme patogen. Orang yang normal dan sehat mempunyai mekanisme
pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yang terdiri atas : reflek glotis
dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia yang menggerakkan kuman
keluar dari organ, dan sekresi humoral setempat.
Timbulnya bronchopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri, jamur,
protozoa, mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia. (Sandra M. Nettiria, 2005)
antara lain:
1. Bakteri seperti Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella.
2. Virus seperti Legionella pneumoniae.
3. Jamur seperti Aspergillus spesies, Candida albicans.
4. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam paru-
paru.
5. Terjadi karena kongesti paru yang lama.
Sebab lain dari pneumonia adalah akibat flora normal yang terjadi
pada pasien yang daya tahannya terganggu, atau terjadi aspirasi flora
normal yang terdapat dalam mulut dan karena adanya pneumocystis
cranii, Mycoplasma. (Smeltzer & Suzanne C, 2004 dan Sandra M.
Nettina, 2005)
C. Epidemologi
Insiden penyakit ini pada negara berkembang hampir 30% pada anak-
anak di bawah umur 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi, sedangkan
di Amerika pneumonia menunjukkan angka 13% dari seluruh penyakit
infeksi pada anak di bawah umur 2 tahun.
Infeksi saluran napas bawah masih tetap merupakan masalah utama
dalam bidang kesehatan, baik di negara yang sedang berkembang maupun
yang sudah maju. Dari data SEAMIC Health Statistic 2001 influenza dan
pneumonia merupakan penyebab kematian nomor 6 di Indonesia, nomor 9 di
Brunei, nomor 7 di Malaysia, nomor 3 di Singapura, nomor 6 di Thailand dan
nomor 3 di Vietnam. Laporan WHO 1999 menyebutkan bahwa penyebab
kematian tertinggi akibat penyakit infeksi di dunia adalah infeksi saluran
napas akut termasuk pneumonia dan influenza. Insidensi pneumonia komuniti
di Amerika adalah 12 kasus per 1000 orang per tahun dan merupakan
penyebab kematian utama akibat infeksi pada orang dewasa di negara itu.
Angka kematian akibat pneumonia di Amerika adalah 10 %.Di Amerika
dengan cara invasif pun penyebab pneumonia hanya ditemukan 50%.
Penyebab pneumonia sulit ditemukan dan memerlukan waktu beberapa hari
untuk mendapatkan hasilnya, sedangkan pneumonia dapat menyebabkan
kematian bila tidak segera diobati, maka pada pengobatan awal pneumonia
diberikan antibiotika secara empiris.
Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes tahun 2001, penyakit
infeksi saluran napas bawah menempati urutan ke-2 sebagai penyebab
kematian di Indonesia. Di SMF Paru RSUP Persahabatan tahun 2001 infeksi
juga merupakan penyakit paru utama, 58 % diantara penderita rawat jalan
adalah kasus infeksi dan 11,6 % diantaranya kasus nontuberkulosis, pada
penderita rawat inap 58,8 % kasus infeksi dan 14,6 % diantaranya kasus
nontuberkulosis. Di RSUP H. Adam Malik Medan 53,8 % kasus infeksi dan
28,6 % diantaranya infeksi nontuberkulosis. Di RSUD Dr. Soetomo Surabaya
didapatkan data sekitar 180 pneumonia komuniti dengan angka kematian
antara 20 - 35 %. Pneumonia komuniti menduduki peringkat keempat dan
sepuluh penyakit terbanyak yang dirawat per tahun.
D. Patofisiologi
Kuman berlebihan
dibronkus
Proses peradangan
Peradangan vaskuler
dan penurunan O2
Akumulasi sekret di
bronkus berlebih
Kuman berlebihan
dibronkus
Proses peradangan
Peradangan vaskuler
dan penurunan O2
Gangguan ventilasi
Penurunan O2 dalam
arteri
Retraksi dada
Dilatasi pembuluh
darah
Eksudat masuk ke
alveoli
Gangguan disfungsi
gas
Gangguan pertukaran
gas
peningkatan flora
normal di usus
Peristaltik usus
meningkat
Malabsorpsi
Risiko kekurangan
volume cairan
5. Ds : Virus, bakteri, jamur Kebutuhan
nutrisi kurang
Do : dari kebutuhan
tubuh
Iritasi saluran nafas
atas
Kuman berlebihan
dibronkus
Proses peradangan
Peradangan vaskuler
dan penurunan O2
Mocus di bronkus
meningkat
Anoreksia
Intek menurun
Kebutuhan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh
6. Ds : Virus, bakteri, jamur Hipertermi
Do :
Peradangan
Hipertermi
J. Diagnosa Keperawatan
Nutrition Monitoring
a. BB pasien dalam batas normal
b. Monitor adanya penurunan berat badan
c. Monitor tipe dan jumlahaktivitas yang biasadilakukan
d. Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan
e. Monitor lingkungan selama makan
f. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam
makan
g. Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
h. Monitor turgor kulit
i. Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah
j. Monitor mual dan muntah
k. Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht
l. Monitor makanan kesukaan
m. Monitor pertumbuhan dan perkembangan
n. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan
konjungtiva
o. Monitor kalori dan intake nuntrisi
p. Catatadanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan
cavitas oral.
q. Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet
7.
6. Hipertermi berhubungan NOC NIC
dengan penyakit
Thermoregulation Fever treatment
bronkopneumonnia
Kriteria Hasil: a. Monitor suhu sesering mungkin
- Suhu tubuh dalam b. Monitor IWL
rentang normal c. Monitor warna dan suhu kulit
- Nadi dan RR dalam d. Monitor tekanan darah, nadi dan RR
rentang normal e. Monitor penurunan tingkat kesadaran
- Tidak ada perubahan f. Monitor WBC, Hb, dan Hct
warna kulit dan tidak g. Monitor intake dan output
ada pusing h. Berikan anti piretik
i. Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demam
Selimuti pasien
j. Lakukan tapid sponge
k. Kolaborasi pemberian cairan intravena
l. Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
m. Tingkatkan sirkulasi udara
n. Berikan pengobatan untuk mencegah terjadinya menggigil
o. Temperature regulation
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta.