Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
B. Tujuan Penulisan
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
3
Secara garis besar, stroke dibagi menjadi 2 yaitu :
B. Etiologi
4
Beberapa keadaan di bawah ini dapat menyebabkan thrombosis otak:
a. Aterosklerosis
Aterosklerosis merupakan suatu proses dimana terdapat suatu
penebalan dan pengerasan arteri besar dan menengah seperti koronaria,
basilar, aorta dan arteri iliaka (Ruhyanudin, 2007). Aterosklerosis adalah
mengerasnya pembuluh darah serta berkurangnya kelenturan atau
elastisitas dinding pembuluh darah. Manifestasi klinis atherosklerosis
bermacam-macam. Kerusakan dapat terjadi melalui mekanisme berikut:
1.) Lumen arteri menyempit dan mengakibatkan berkurangnya aliran
darah.
2.) Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadi trombosis.
3.) Merupakan tempat terbentuknya thrombus, kemudian
melepaskan kepingan thrombus (embolus).
4.) Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma kemudian
robek dan terjadi perdarahan.
b. Hyperkoagulasi pada polysitemia
Darah bertambah kental, peningkatan viskositas/ hematokrit meningkat
dapat melambatkan aliran darah serebral.
c. ) Arteritis( radang pada arteri )
d.) Emboli
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak
oleh bekuan darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari
thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral.
Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30
detik.
Beberapa keadaan dibawah ini dapat menimbulkan emboli:
1.) Katup-katup jantung yang rusak akibat Rheumatik Heart Desease
(RHD).
2.) Myokard infark
3.) Fibrilasi. Keadaan aritmia menyebabkan berbagai bentuk pengosongan
ventrikel sehingga darah terbentuk gumpalan kecil dan sewaktu-waktu
5
kosong sama sekali dengan mengeluarkan embolus-embolus kecil.
4.) Endokarditis oleh bakteri dan non bakteri, menyebabkan terbentuknya
gumpalan-gumpalan pada endocardium.
2. Haemorhagi
Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan
dalam ruang subarachnoid atau kedalam jaringan otak sendiri. Perdarahan
ini dapat terjadi karena atherosklerosis dan hypertensi. Akibat pecahnya
pembuluh darah otak menyebabkan perembesan darah kedalam parenkim
otak yang dapat mengakibatkan penekanan, pergeseran dan pemisahan
jaringan otak yang berdekatan, sehingga otak akan membengkak, jaringan
otak tertekan, sehingga terjadi infark otak, oedema, dan mungkin herniasi
otak.
3. Hipoksia Umum
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia umum adalah:
a. Hipertensi yang parah.
b. Cardiac Pulmonary Arrest
c. Cardiac output turun akibat aritmia
4. Hipoksia Setempat
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia setempat adalah:
a. Spasme arteri serebral, yang disertai perdarahan subarachnoid
b. Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migrain
6
1. Kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh (hemiparese atau
hemiplegia)
2. Lumpuh pada salah satu sisi wajah Bells Palsy
3. Tonus otot lemah atau kaku
4. Menurun atau hilangnya rasa
5. Gangguan lapang pandang Homonimus Hemianopsia
6. Gangguan bahasa (Disatria: kesulitan dalam membentuk kata;
afhasia atau disfasia: bicara defeksif/kehilangan bicara)
7. Gangguan persepsi
8. Gangguan status mental
9. Vertigo, mual, muntah, atau nyeri kepala
D. Patofisiologi
Hipertensi kronik menyebabkan pembuluh arteriola yang
berdiameter 100-400 mcmeter mengalami perubahan patologik pada
dinding pembuluh darah tersebut berupa hipohialinosis, nekrosis
fibrinoid serta timbulnya aneurisma tipe Bouchard. Arteriol-arteriol dari
cabang-cabang lentikulostriata, cabang tembus arterio talamus (talamo
perforate arteries dan cabang-cabang paramedian arteria vertebro-
basilaris mengalami perubahan-perubahan degenaratif yang sama.
Kenaikan darah yang abrupt atau kenaikan dalam jumlah yang
secara mencolok dapat menginduksi pecahnya pembuluh darah terutama
pada pagi hari dan sore hari.
Jika pembuluh darah tersebut pecah, maka perdarahan dapat berlanjut
sampai dengan 6 jam dan jika volumenya besar akan merusak struktur
anatomi otak dan menimbulkan gejala klinik.
7
area yang disuplai oleh pembuluh darah yang tersumbat. Suplai darah ke
otak dapat berubah (makin lmbat atau cepat) pada gangguan lokal
(thrombus, emboli, perdarahan dan spasme vaskuler) atau oleh karena
gangguan umum (hipoksia karena gangguan paru dan jantung).
Atherosklerotik sering/ cenderung sebagai faktor penting terhadap
otak, thrombus dapat berasal dari flak arterosklerotik, atau darah dapat
beku pada area yang stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau
terjadi turbulensi.
Thrombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa
sebagai emboli dalam aliran darah. Thrombus mengakibatkan; iskemia
jaringan otak yang disuplai oleh pembuluh darah yang bersangkutan dan
edema dan kongesti disekitar area. Area edema ini menyebabkan
disfungsi yang lebih besar daripada area infark itu sendiri.
Edema dapat berkurang dalam beberapa jam atau kadang-kadang
sesudah beberapa hari. Dengan berkurangnya edema pasien mulai
menunjukan perbaikan. Oleh karena thrombosis biasanya tidak fatal, jika
tidak terjadi perdarahan masif. Oklusi pada pembuluh darah serebral
oleh embolus menyebabkan edema dan nekrosis diikuti thrombosis.
Jika terjadi septik infeksi akan meluas pada dinding pembukluh
darah maka akan terjadi abses atau ensefalitis, atau jika sisa infeksi
berada pada pembuluh darah yang tersumbat menyebabkan dilatasi
aneurisma pembuluh darah. Hal ini akan menyebabkan perdarahan
cerebral, jika aneurisma pecah atau ruptur.
Perdarahan pada otak lebih disebabkan oleh ruptur arteriosklerotik
dan hipertensi pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas
akan menyebabkan kematian dibandingkan dari keseluruhan penyakit
cerebro vaskuler, karena perdarahan yang luas terjadi destruksi massa
otak, peningkatan tekanan intracranial dan yang lebih berat dapat
menyebabkan herniasi otak.
Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak, hemisfer
otak, dan perdarahan batang otak sekunder atau ekstensi perdarahan ke
8
batang otak. Perembesan darah ke ventrikel otak terjadi pada sepertiga
kasus perdarahan otak di nukleus kaudatus, talamus dan pons.
Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat berkembang anoksia
cerebral. Perubahan disebabkan oleh anoksia serebral dapat reversibel
untuk jangka waktu 4-6 menit. Perubahan irreversibel bila anoksia lebih
dari 10 menit. Anoksia serebral dapat terjadi oleh karena gangguan yang
bervariasi salah satunya henti jantung.
Selain kerusakan parenkim otak, akibat volume perdarahan yang
relatif banyak akan mengakibatkan peningian tekanan intrakranial dan
mentebabkan menurunnya tekanan perfusi otak serta terganggunya
drainase otak. Elemen-elemen vasoaktif darah yang keluar serta kaskade
iskemik akibat menurunnya tekanan perfusi, menyebabkan neuron-
neuron di daerah yang terkena darah dan sekitarnya tertekan lagi.
Jumlah darah yang keluar menentukan prognosis. Apabila volume
darah lebih dari 60 cc maka resiko kematian sebesar 93 % pada
perdarahan dalam dan 71 % pada perdarahan lobar. Sedangkan bila
terjadi perdarahan serebelar dengan volume antara 30-60 cc diperkirakan
kemungkinan kematian sebesar 75 % tetapi volume darah 5 cc dan
terdapat di pons sudah berakibat fatal. (Misbach, 1999 cit Muttaqin
2008).
9
E. Pathway
10
BAB II
STUDI KASUS
A. Kasus
Tn.B (72 tahun) di bawa ke IGD RS.Tugurejo Semarang,namun dari RS.
Tugurejo dirujuk ke RS. Dr Kariadi Semarang. Di diagnosa Stroke
Hemoragik,keluhan yang dirasakan Tn.B adalah sesak nafas sejak
seminggu sebelum masuk RS,Tn. B juga mengeluh badannya meriang,10
jam sebelum dibawa ke RS kesadaran Tn.B menurun,terdengar suara
ngorok ,di sertai hipersalivasi. Tn.B mempunyai riwayat hipertensi sejak 7
tahun lalu dan belum pernah mengecek ke puskesmas,setiap hari merokok
6 batang linthingan. TD:170/105 mmHg, N:100x/mnt, S:370
C,RR:33x/mnt. Suara tambahan ronchi,stridor,GCS:spoor(7) E1M4V2.
Bising usus: 32x/mnt,akral dingin,Px CT-Scan PSA(perdarahan sub
arakhnoid), kepala mesochepal.
B. PENGKAJIAN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. B
No.Rm : B301197
Umur : 72 Th
Agama : Islam
Pekerjaan : Petani
11
Pendidikan : SD
Nama : Ny. S
Umur : 45 th
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
12
penurunan kesadaran.Klien dirujuk ke rumah saki Dr. Kariadi
pada tanggal 22 Juni 2005,jam 06.30 WIB.
A. Vital Signs
Nadi : 100x/menit
Suhu : 370 C
RR : 33x/menit
B. Kesadaran : Spoor
GCS :7
1. Eye :1
2. Motorik : 4
3. Verbal :2
C. Keadaan Umum
1. Nyeri : P: -
Q:-
R:-
13
S:-
T:-
3. Sikap : Ngorok
D. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
a. Bentuk : Mesochepal
2. Rambut
a. Warna : Hitam
b. Bentuk : Lurus
3. Mata
d. Pupil : Isokor
e. Kelainan :-
f. Data tambahan :-
14
4. Hidung
5. Telinga
c. Gigi : Bersih
7. Leher
15
8. Thorax
a. Jantung :
4. Perkusi : Sonor
b. Paru
2. Kualitas : Dalam
6. Inspeksi : Simetris
8. Perkusi : Vesikuler
9. Auskultrasi : Stridor,ronkhi
c. Abdomen
16
4. Ascites : Tidak ada
7. Perkusi : Timpani
d. Urogenital
e. Kulit
f. Ektremitas
1. Kekuatan otot : 1 1
1 1
4. Akral : Dingin
17
5. Capillary refill time : < 3 detik
3. Pola eliminasi
18
Selama sakit : keluarga klien hanya berbaring ditempat
tidur
19
Sebelum sakit : keluarga klien mengatakan klien sudah
menikah selama kurang lebih 20 tahunan dan memiliki 5
orang anak,4 orang cucu,dan 2 orang cicit
Selama sakit :-
Selama sakit :-
Sebelum sakit : keluarga klien mengatakan solat 5 waktu dan aktif dalam peng
Selama sakit :-
F. Data Penunjang
Hb 12-15 gr % 15,10
Ht 15-33 mg/dL 29
20
Eritrocit L 4,5 6,5 juta/mmk 4,7
Pemeriksaan Hasil
Temperature 37 C
FiO2 48%
Hb 15,10 g/dl
Ph(37 C) 7,46
PCO2 (37 C) 29,2 mmhg
PO2 (37 C) 128mmhg
Ph (corrected) 7,392 mmhg (normal : 7,37-
PCO2 (corrected) 7,45)
PO2 (corrected) 30mmhg (normal : 35 45)
HCO3 133mmhg (normal : 83 108)
TCO3 18,3 mmol/L (normal : 18-23)
BE 19,20
BE Efective -4,5 mmol/L (normal : -2-3)
SBC -6,7
O2 Saturasi 21,5mmol/L
99% (normal : 95-98), setelah
21
A=ADO2 pemberian 8 liter /menit
RI 174,9
1,23
Infus RS 20 tpm - - -
Diet : - Susu
- Air putih
22
C. ANALISA DATA
Do:
-RR : 33 x/menit
-Terpasang O2 sungkup 8
L/menit
Do:
23
-TD : 170/105 mmHg
Do:
-Klien mengalami
penurunan kesadaran
E. PRIORITAS UTAMA
24
F. INTERVENSI KEPERAWATAN
25
22 Juni Ketidakefektifa Setelah dilakukan - Intracranial
2005/ n perfusi tindakan keperawatan Pressure (ICP)
jaringan otak selama 1x24 Monitoring(2590)
09.30
b.d Hipertensi jam,diharapkan
1. Monitor
Ketidakefektifan perfusi
tekanan perfusi
jaringan otak b.d
serebral
Hipertensi
(00201),kriteria hasil: 2. Catat respon
klien terhadap
- Tissue Perfusion:
stimuli
Cerebal (0406)
3. Monitor
1. Tekanan darah dalam
tekanan
rentang normal
intrakranial klien
2. Menunjukkan fungsi dan respon
sensori motor yang neurology
utuh:tingkat kesadaran terhadap aktivitas
membaik,tidak ada
4. Monitor jumlah
gerakan-gerakan
drainage cairan
involunter
serebrospinal
5. Monitor intake
dan output cairan
6. Kolaborasi
pemberian
26
antibiotic
7. Minimalkan
stimuli dari
lingkungan
4. Dampingi klien
dan bantu klien
pada saat
mobilisasi dan
bantu penuhi
27
ADLs klien
28
G. IMPLEMENTASI
-S: 37 C
-N: 90
x/menit
RR:33x/menit
22 Juni -Monitoring
2005/ O2 S:-
10.00 O:
-Terpasang
O2 sungkup
8L/menit
Ketidakefektifan
10.40 -Pemeriksaan
perfusi jaringan S:-
CT-Scan
otak b.d
O: Hasil
Hipertensi
pemeriksaan
CT-Scan
29
menunjukkan
adanya
perdarahan
sub arakhnoid
-memberikan S:-
terapi injeksi
O:-klien
Captropil
kooperatif
3x6,25
S:-
-Memberikan
terapi injeksi O:-klien
pirasetam kooperatif
3x5 ml
S:-
22 Juni Hambatan -Memberikan
O:
2005/ mobilitas fisik makan lewat
b.d Intoleransi NGT -keluarganya
11.30
aktivitas (susu,air dan klien
putih hangat) kooperatif
30
22 Juni S:-
2005/
Pola nafas tidak -Memberikan O:
13.00 efktif b.d terapi injeksi
-klien terlihat
Kerusakan sabutamol
sesaknya
neurologis 3x1 ml
berkurang
22 Juni
-Melakukan
2005/ S:-
suctioning
13.30 O: -TD
160/100
mmHg
N:90x/mnt
RR: 30x/mnt
-klien
kooperatif
31
H. EVALUASI
-RR: 32 x/mnt
A:-Masalah belum
teratasi
P:-Lanjutkan intervensi
-Memberikan terapi O2
sungkup 8 L/mnt
-Memberikan terapi
injeksi Salbutamol 3x1ml
-Melakukan
suctioning,untuk
mengurangi secret atau
mengatasi hipersalivasi
Ketidakefektifan
22 Juni
perfusi jaringan otak S:-
2005/
b.d Hipertensi
O:-Klien mengalami
13.30
penurunan kesadaran
-Hasil CT-Scan
menunjukkan adanya
perdarahan sub
32
arakhnoid(PSA)
P: Lanjutkan intervensi
-Memberikan terapi
injeksi Captropil 3x6,25
mg
-Memberikan terapi
injeksi pirasetam 3x1 ml
-Terpasang O2 sungkup
8L/mnt
-Terpasang NGT
P:Lanjutkan intervensi
-Memberikan makan
33
lewat selang NGT
34
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
35
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, dkk. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Monica Ester,Yasmin.Jakarta:EGC
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid Kedua. Jakarta: Media
Aesculapius FKUI
Persarafan.Jakarta:Salemba Medika
Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC
36