Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
MAKALAH
Disusun Oleh :
KELOMPOK 4
ChitraAyu S
Deri Ruli Ediana
Gita Komara
NurmanArip
Segala puji bagi Allah SWT Tuhan seluruh alam, atas rahmat dan hidayahNya kami
GOLONGAN NARKOTIK DAN NON NARKOTIK”. Makalah ini disusun untuk memenuhi
Makalah ini berisi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan analgetik dan
antipiretik. Semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha
kita. Amin.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
BAB II........................................................................................................................................ 3
PENUTUP................................................................................................................................ 13
A. Kesimpulan ..................................................................................................................... 13
B. Saran ................................................................................................................................ 13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
B. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan analgesik, dan antipiretik.
2. Mengetahui macam-macam obat dari analgesik, dan antipiretik.
3. Mengetahui kegunaan obat dari analgesik, dan antipiretik.
4. Mengetahui mekanisme dari kerja obat-obat tersebut
1
C. Mekanisme Penulisan
Sistematika dalam penulisan makalah ini terdiri dari 3 bab utama yang
terdiri dari bab pertama yaitu pendahuluan, bab kedua yaitu tinjauan teoritis
dan bab ketiga atau bab terakhir yaitu penutup.
Bab pertama yaitu pendahuluan, terdiri dari latar belakang. Kemudian
yang kedua yaitu tujuan penulisan, tujuan penulisan membahas mengenai
untuk apa penulis membuat makalah ini. Yang ketiga mekanisme penulisan.
Bab kedua yaitu tinjauan teoritis, tinjauan teoritis membahas mengenai
definisi analgetik dan antipiretik, kegunaan analgetik dan antipiretik,
mekanisme kerja analgetik dan antipiretik, dan macam-macam analgetik dan
antipiretik.
Bab ketiga yaitu penutup. Penutup berisi tentang kesimpulan akhir dari
pembahasan yang sudah dibuat. Penulisan kesimpulan singkat dan jelas, tidak
panjang seperti pembahasan. Kesimpulan biasanya berisi fakta, pendapat,
alasan pendukung mengenai tanggapan suatu objek. Bisa dikatakan bahwa
kesimpulan merupakan pendapat akhir dari suatu uraian berupa informasi.
2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
3
memperkuat analgetik dapat dikombinasikan dengan co-analgetikum,
seperti psikofarmaka (amitriptilin, levopromazin atau prednisone).
Zat-zat ini memiliki daya menghalangi nyeri yang kuat sekali
dengan tingkat kerja yang terletak di Sistem Saraf Pusat. Umumnya
mengurangi kesadaran (sifat meredakan dan menidurkan) dan
menimbulkan perasaan nyaman (euforia). Dapat mengakibatkan toleransi
dan kebiasaan (habituasi) serta ketergantungan psikis dan fisik (ketagihan
adiksi) dengan gejala-gejala abstinensia bila pengobatan dihentikan. Semua
analgetik narkotik dapat mengurangi nyeri yang hebat, teteapi potensi.
Onzer, dan efek samping yang paling sering adalah mual, muntah,
konstipasi, dan mengantuk. Dosis yang besar dapat menyebabkan hipotansi
serta depresi pernafasan.
Morfin dan petidin merupakan analgetik narkotik yang paling
banyak dipakai untuk nyeri walaupun menimbulkan mual dan muntah.
Obat ini di Indonesia tersedia dalam bentuk injeksi dan masih merupakan
standar yang digunakan sebagai pembanding bagi analgetik narkotika
lainnya. Selain menghilangkan nyeri, morfin dapat menimbulkan euphoria
dan ganguan mental
Khusus untuk tramadol secara kimiawi memeng tergolong
narkotika tetapi menurut undang-undang tidak sebagai narkotik, karena
kecil kemungkinan menimbulkan ketergantungan.
b. Analgesik Non – Narkotik
Terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja
sentral. Obat- obat ini dinamakan juga analgetika perifer, karena tidak
mempengaruhi Sistem Saraf Pusat, tidak menurunkan kesadaran atau
mengakibatkan ketagihan. Semua analgetika perifer juga memiliki kerja
antipiretik, yaitu menurunkan suhu badan pada keadaan demam, maka
disebut juga analgetik antipiretik. Khasiatnya berdasarkan rangsangannya
terhadap pusat pengatur kalor di hipotalamus, yang mengakibatkan
vasodilatasi perifer (di kulit) dengan bertambahnya pengeluaran kalor dan
disertai keluarnya banyak keringat.
4
Efek analgetik timbul karena mempengaruhi baik hipotalamus atau
di tempat cedera. Respon terhadap cedera umumnya berupa inflamasi,
udem, serta pelepasan zat aktif seperti brandikinin, PG, dan histamine. PG
dan brankinin menstimulasi ujung saraf perifer dengan membawa implus
nyeri ke SSP. AINS dapat menghambat sintesis PG dan brankinin sehingga
menghambat terjadinya perangsangan reseptor nyeri. Obat-obat yang
banyak digunakan sebagai analgetik dan antipiretik adalah golongan
salisilat dan asetaminofen (parasetamol). Golongan salisilat dapat
mengiritasi lapisan mukosa lambung. Organ yang peka pada efek ini akan
mengalami mual setelah minum aspirin.
c. Antipiretik
Obat antipiretik adalah obat untuk menurunkan panas. Hanya
menurunkan temperatur tubuh saat panas tidak berefektif pada orang
normal. Dapat menurunkan panas karena dapat menghambat prostatglandin
pada CNS.
5
undang Narkotika dan penggunaannya diawasi dengan ketat oleh Dirjen
POM.
Secara kimiawi, obat-obat ini dapat dibagi dalam beberapa kelompok
sebagai berikut:
1. Alkaloid candu alamiah dan sintesis morfin dan kodein, heroin,
hidromorfon, hidrokodon, dan dionin.
2. Pengganti-pengganti morfin yang terdiri dari :
a. Petidin dan turunannya, fentanil dan sufentanil.
b. Metadon dan turunannya: dekstromoramida, bezitramida,
piritramida, dan d-ptopoksifen.
Mekanisme kerja : Kerja mirip morfin lengkap, sedatif lebih lemah.
Indikasi : Detoksifikas ketergantungan morfin, Nyeri hebat pada
pasien yang di rumah sakit.
Efek samping : Depresi pernapasan, konstipasi, gangguan SSP,
hipotensi ortostatik, mual dam muntah pada dosis awal
c. Fentanil
Mekanisme kerja : Lebih poten dari pada morfin. Depresi
pernapasan lebih kecil kemungkinannya.
Indikasi : Medikasi praoperasi yang digunakan dalan anastesi.
Efek samping : Depresi pernapasan lebih kecil kemungkinannya.
Rigiditas otot, bradikardi ringan
d. Fenantren dan turunannya levorfenol termasuk pula pentazosin.
e. Kodein
Mekanisme kerja : Sebuah prodrug 10% dosis diubah menjadi
morfin.
Kerjanya disebabkan oleh morfin. Juga merupakan antitusif
(menekan batuk).
Indikasi : Penghilang rasa nyeri minor
Efek samping : Serupa dengan morfin, tetapi kurang hebat pada
dosis yang menghilangkan nyeri sedang. Pada dosis tinggi,
toksisitas seberat morfin
6
Antagonis-antagonis morfin adalah zat-zat yang dapat melawan efek-
efek samping dari analgetik narkotik tanpa mengurangi kerja analgesiknya
dan terutama digunakan pada overdosis atau intoksiaksi dengan obat-obat
ini. Zat-zat ini sendiri juga berkhasiat sebagai analgetik, tetapi tidak dapat
digunakan dalam terapi, karena dia sendiri menimbulkan efek-efek samping
yang mirip dengan morfin, antara lain depresi pernafasan dan reaksi-reaksi
psikotis. Yang sering digunakan adalah nalorfin dan nalokson. Efek-efek
samping dari morfin dan analgetika sentral lainnya pada dosis biasa adalah
gangguan-gangguan lambung, usus (mual, muntah, obstipasi), juga efek-
efek pusat lainnya seperti kegelisahan, sedasi, rasa kantuk, dan perubahan
suasana jiwa dengan euforia. Pada dosis yang lebih tinggi terjadi efek-efek
yang lebih berbahaya yaitu depresi pernafasan, tekanan darah turun, dan
sirkulasi darah terganggu. Akhirnya dapat terjadi koma dan pernafasan
terhenti. Efek morfin terhadap Sistem Saraf Pusat berupa analgesia dan
narkosis.
Analgesia oleh morfin dan opioid lain sudah timbul sebelum penderita
tidur dan seringkali analgesia terjadi tanpa disertai tidur. Morfin dosis kecil
(15-20 mg) menimbulkan euforia pada penderita yang sedang menderita
nyeri, sedih dan gelisah. Sebaliknya, dosis yang sama pada orang normal
seringkali menimbulkan disforia berupa perasaan kuatir atau takut disertai
dengan mual, dan muntah. Morfin juga menimbulkan rasa kantuk, tidak
dapat berkonsentrasi, sukar berfikir, apatis, aktivitas motorik berkurang,
ketajaman penglihatan berkurang, ektremitas terasa berat, badan terasa
panas, muka gatal dan mulut terasa kering, depresi nafas dan miosis. Rasa
lapar hilang dan dapat muntah yang tidak selalu disertai rasa mual. Dalam
lingkungan yang tenang orang yang diberikan dosis terapi (15-20 mg)
morfin akan tertidur cepat dan nyenyak disertai mimpi, nafas lambat
danmiosis. Antara nyeri dan efek analgetik (juga efek depresi nafas) morfin
dan opioid lain terdapat antagonisme, artinya nyeri merupakan antagonis
faalan bagi efek analgetik dan efek depresi nafas morfin. Bila nyeri sudah
dialami beberapa waktu sebelum pemberian morfin, efek analgetik obat ini
tidak begitu besar. Sebaliknya bila stimulus nyeri ditimbulkan setelah efek
7
analgetik mencapai maksimum, dosis morfin yang diperlukan untuk
meniadakan nyeri itu jauh lebih kecil. Penderita yang sedang mengalami
nyeri hebat dan memerlukan mofin dengan dosis besar untuk
menghilangkan rasa nyerinya, dapat tahan terhadap depresi nafas morfin.
Tetapi bila nyeri itu tiba-tiba hilang, maka kemungkinan besar timbul gejala
depresi nafas oleh morfin.
8
Gejala pertama keracunan salisilat adalah muntah, mual dan
tinitus (hingga kadang-kadang tuli) disusul diare, pusing hingga
konvulsi. Gejala tersebut disertai alkalosis atau asidosis dan
perdarahan di bawah kulit. Alergi terhadap salisilat memberi gejala
edema di muka, mulut dan mata. Gejala lain yang perlu diperhatikan
adalah perdarahan, antara lain dari lambung.
Pemakaian golongan salisilat terutama sebagai penghilang
nyeri ringan misalnya sakit gigi, sakit kepala, selesma dengan
demam, rematik dengan demam dan peradangan sendi. Sering obat
ini diberikan dalam paduan misalnya APC, Kafenol dan sejenis obat
anti flu.
Asam salisilat diberikan secara lokal sebagai salep atau bedak
untuk penyakit kulit dan infeksi jamur. Metilsalisilat dipakai untuk
“minyak angin”, seperti salonpas dan obat gosok masuk angin.
b. Para Amino Fenol
Golongan obat ini adalah Fenacetin dan Asetaminofen (
parasetamol ) hanya berfungsi sebagai analgesik dan antipiretik.
Sejak tahun 1966 fenasetin sudah tidak boleh digunakan lagi karena
dalam tubuh fenasetin diubah menjadi zat beracun yaitu N- asetil –
para aminofenol. Asetaminofen banyak digunakan sekarang antara
lain karena tidak menimbulkan iritasi lambung namun apabila
digunakan dalam jangka lama dapat menimbulkan kerusakan sel
darah, hati dan ginjal, ketegangan hingga kepada konvulsi
c. Pyrazolon
Kekuatan obat ini sama dengan salisilat namun obat ini agak
toksik ( beracun ) yang dapat menimbulkan agranulositosis dengan
gejala demam tinggi, luka di tenggorokan, erupsi kulit dengan
pigmentasi, karenanya banyak negara yang melarang penggunaannya.
Obat ini dapat diberikan dengan suntikan intra muskuler. Obat jenis
ini dijual bebas dengan nama Antalgin, dipyron,
metamisol.doloneurobion, fastalgin dll.
9
d. Asam Organik lainnya
Golongan obat ini umumnya digunakan sebagai obat analgesik
dan antiinflamasi untuk rematoid artritis pengganti obat
kortikosteroid seperti prednisone. Obat ini dijual dengan nama
generik Indometasin, fenoprofen,ibuprofen dls. Efek samping
penggunaan obat ini antara lain.: Gangguan saluran cerna, Vertigo
dan kelelahan, hipertensi dan hiperglikemi.
e. Obat pirai
Pirai adalah penyakit pada sendi yang ditimbulkan
tertimbunnya asam urat (purin) terutama di sendi ,ginjal dan kulit
karena kegagalan metabolisme purin dalam tubuh. Obat pirai yang
banyak digunakan adalah allupurinol, zyloric dan indometasin yang
bersifat urikosurik ( mengeluarkan asam urat melalui kencing).
3. Antipiretik
Macam-macam obat Antipiretik:
a. Benorylate
Benorylate adalah kombinasi dari parasetamol dan ester aspirin. Obat
ini digunakan sebagai obat antiinflamasi dan antipiretik. Untuk
pengobatan demam pada anak obat ini bekerja lebih baik dibanding
dengan parasetamol dan aspirin dalam penggunaan yang terpisah.
Karena obat ini derivat dari aspirin maka obat ini tidak boleh
digunakan untuk anak yang mengidap Sindrom Reye.
b. Fentanyl
Fentanyl termasuk obat golongan analgesik narkotika. Analgesik
narkotika digunakan sebagai penghilang nyeri. Dalam bentuk sediaan
injeksi IM (intramuskular) Fentanyl digunakan untuk menghilangkan
sakit yang disebabkan kanker.
Menghilangkan periode sakit pada kanker adalah dengan
menghilangkan rasa sakit secara menyeluruh dengan obat untuk
mengontrol rasa sakit yang persisten/menetap. Obat Fentanyl
digunakan hanya untuk pasien yang siap menggunakan analgesik
10
narkotika. Fentanyl bekerja di dalam sistem syaraf pusat untuk
menghilangkan rasa sakit. Beberapa efek samping juga disebabkan
oleh aksinya di dalam sistem syaraf pusat. Pada pemakaian yang lama
dapat menyebabkan ketergantungan tetapi tidak sering terjadi bila
pemakaiannya sesuai dengan aturan. Ketergantungan biasa terjadi jika
pengobatan dihentikan secara mendadak. Sehingga untuk mencegah
efek samping tersebut perlu dilakukan penurunan dosis secara
bertahap dengan periode tertentu sebelum pengobatan dihentikan.
c. Piralozon
Di pasaran piralozon terdapat dalam antalgin, neuralgin, dan novalgin.
Obat ini amat manjur sebagai penurun panas dan penghilang rasa
nyeri. Namun piralozon diketahui menimbulkan efek berbahaya yakni
agranulositosis (berkurangnya sel darah putih), karena itu penggunaan
analgesik yang mengandung piralozon perlu disertai resep dokter.
2. Analgetik Oploid
Mekanisme kerja utamanya ialah dalam menghambat enzim
sikloogsigenase dalam pembentukan prostaglandin yang dikaitkan dengan
kerja analgesiknya dan efek sampingnya. Kebanyakan analgesik OAINS
diduga bekerja diperifer . Efek analgesiknya telah kelihatan dalam waktu
11
satu jam setelah pemberian per-oral. Sementara efek antiinflamasi OAINS
telah tampak dalam waktu satu-dua minggu pemberian, sedangkan efek
maksimalnya timbul bervariasi dari 1-4 minggu. Setelah pemberiannya
peroral, kadar puncaknya NSAID di dalamdarah dicapai dalam waktu 1-3
jam setelah pemberian, penyerapannya umumnya tidak dipengaruhi oleh
adanya makanan. volume distribusinya relatif kecil (<0.2 L/kg) dan
mempunyai ikatan dengan protein plasma yang tinggi biasanya (>95%).
Waktu paruh eliminasinya untuk golongan derivat arylalkanot sekitar 2-5
jam, sementara waktu paruh indometasin sangat berpariasi diantara individu
yang menggunakannya, sedangkan piroksikam mempunyai waktu paruh
paling panjang (45 jam). Harus hati-hati menggunakan analgesik ini karena
mempunyai risiko besar terhadap ketergantungan obat(adiksi) dan
kecenderungan penyalahgunaan obat. Obat ini hanya dibenarkan untuk
pengobatan insidentil pada nyeri hebat (trauma hebat, patah tulang, nyeri
infark jantung,kolik batu empedu/batu ginjal). Tanpa indikasi kuat, tidak
dibenarkan penggunaannya secara kronik, disamping untuk mengatasi nyeri
hebat, penggunaan narkotik diindikasikan pada kanker stadium lanjut karena
dapat meringankan penderitaan. Fentanil dan alfentanil umumnya
digunakan sebagai pramedikasi dalam pembedahan karena dapat
memperkuat anestesi umum sehingga mengurangi timbulnya kesadaran
selama anestesi.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Analgetik adalah adalah obat yang mengurangi atau melenyapkan rasa
nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Antipiretik adalah obat yang
menurunkan suhu tubuh yang tinggi. Jadi analgetik-antipiretik adalah obat
yang mengurangi rasa nyeri dan serentak menurunkan suhu tubuh yang tinggi.
Analgetik atau analgesik, merupakan obat untuk mengurangi atau
menghilangkan rasa sakit atau obat-obat penghilang nyeri tanpa
menghilangkan kesadaran dan akhirnya akan memberikan rasa nyaman pada
orang yang menderita.
Macam-macam anlgetik-antipiretik, terdiri dari analgesik narkotik dan
anlgesik non narkotik. contok analgetik narotik adalah kodein, heroin dll.
contoh analgetik non narkotik adalah salisilat, para amino fenol, pyrazolon dll.
B. Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
Diphalma, J. R., Digregorio, G. J. 1986. Basic Pharmacology in Medicine. 3th ed. New
York: Mcgraw-hill Publishing Company.
Ganong, William F, 2003. Fisiologi Saraf & Sel Otot. Dalam H. M. Djauhari
Goodman and Gilman, 2007, Dasar Farmakologi Terapi, Edisi 10, diterjemahkan oleh
Amalia, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Lukmanto, H., 1986, Informasi Akurat Produk Farmasi di Indonesia, Edisi II, Jakarta.
Siswandono dan Soekardjo, B., (2000). Kimia Medisinal. Edisi 2. Surabaya: Airlangga
University Press.
Sunaryo, Wilmana. 1995. Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Jakarta: Penerbit FK UI.
Tjay dan K .Rahardja. 2007. Obat-Obat Penting . Jakarta; PT Elex Media Komputindo.
14