Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
K7414039 / PAK B
AUDIT FRAUD
PEMBAHASAN
DEFINISI
Fraud auditing atau audit kecurangan adalah upaya untuk mendeteksi dan mencegah
kecurangan dalam transaksi-transaksi komersial. Untuk dapat melakukan audit kecurangan terhadap
pembukuan dan transaksi komersial memerlukan gabungan dua keterampilan, yaitu sebagai auditor
yang terlatih dan kriminal investigator. Kecurangan (Fraud) perlu dibedakan dengan kesalahan
(Errors). Kesalahan dapat dideskripsikan sebagai “Unintentional Mistakes” (kesalahan yang tidak
di sengaja). Kesalahan dapat terjadi pada setiap tahapan dalam pengelolaan transaksi terjadinya
transaksi, dokumentasi, pencatatan dari ayat-ayat jurnal, pencatatan debit kredit, pengikhtisaran
proses dan hasil laporan keuangan. Kesalahan dapat dalam banyak bentuk matematis. Kritikal, atau
dalam aplikasi prinsip-prinsip akuntansi. Terdapat kesalahan jabatan atau kesalahan karena
penghilangan / kelalaian, atau kesalahan dalam interprestasi fakta. “ Commission ” merupakan
kesalahan prinsip (error of principle), seperti perlakuan pengeluaran pendapatan sebagai pengeluaran
modal. Sedangkan “ Omission ” berarti bahwa suatu item tidak dimasukkan sehingga menyebabkan
informasi tidak benar. Apabila suatu kesalahan adalah disengaja, maka kesalahan tersebut merupakan
kecurangan (fraudulent). Istilah “Irregulary” merupakan kesalahan penyajian keuangan yang
disengaja atas informasi keuangan.
4. Tantangan (Challenge) Karyawan yang bosan dengan lingkungan kerja mereka dapat mencari
stimulasi dengan berusaha untuk “memukul sistem”, sehingga mendapatkan suatu arti
pencapaian (a sense of achievement), atau pembebasan frustasi (relief of frustation).
Sedangkan faktor lain atau sebagai tambahan, dapat pula terjadi karena ada gejala-gejala dari
pihak manajemen atau karyawan, antara lain:
1. Gejala Kecurangan Manajemen
Departemen akuntansi kekurangan staff.
Tingkat komplain yang tinggi terhadap organisasi/perusahaan dari pihak konsumen,
pemasok atau badan otoritas.
Kekurangan kas secara tidak teratur dan tidak terantisipasi
Penjualan/laba menurun sementara itu utang dan piutang dagang meningka
Perusahaan mengambil kredit sampai batas maksimal untuk jangka waktu yang lama
Terdapat kelebihan persediaan yang signifikan
Terdapat peningkatan jumlah ayat jurnal penyesuaian pada akhir tahun buku
2. Gejala Kecurangan Karyawan
Pembuatan ayat jurnal penyesuaian tanpa otorisasi manajemen dan tanpa
perincian/penjelasan pendukung
Pengeluaran tanpa dokumen pendukung
Pencatatan yang salah/tidak akurat pada buku jurnal/besar
Penghancuran, penghilangan, pengrusakan dokumen pendukung pembayaran
Kekurangan barang yang diterima
Kemahalan harga barang yang dibeli
Faktur ganda dan penggantian mutu barang
JENIS-JENIS KECURANGAN
1. Pelaporan keuangan yang curang
Pelaporan keuangan yang curang adalah salah saji atau pengabadian jumlah atau
pengungkapan yang disengaja dengan maksud menipu para pemakai laporan itu. Sebagian besar
kasus melibatkan salah saji jumlah yang disengaja, bukan pengungkapan.
Meskipun kebanyakan kasus pelaporan keuangan yang curang melibatkan upaya melebihi
sajikan laba entah dengan melebih sajikan aset dan laba atau dengan mengabaikan kewajiban dan
beban, perusahaan juga sengaja merendahkan sajikan laba. Dalam perusahaan tertutup, hal ini
mungkin dilakukan dalam upaya mengurangi pajak penghasilan. Pengaturan laba (earning
management) menyangkut tindakan manajemen yang sengaja untuk memenuhi tujuan laba.
Perataan laba (income smooting) merupakan salah satu bentuk pengaturan laba di mana
pendapatan dan beban ditukar-tukar di antara periode-periode untuk mengurangi fluktuasi laba.
Salah satu teknik untuk meratakan laba adalah dengan mengurangi nilai persediaan dan aset lain
perusahaan yang diperoleh pada saat akuisisi, yang menghasilkan laba yang lebih tinggi ketika
aset tersebut nanti dijual.
2. Penyalahgunaan aset
Penyalahgunaan (misappropriation) aset adalah kecurangan yang melibatkan pencurian
aset, entitas. Dalam banyak kasus, tetapi tidak semua, jumlah yang terlibat tidak material
terhadap laporan keuangan. Istilah penyalahgunaan atau misaproprisasi aset biasanya digunakan
untuk mengacu pada pencurian yang melibatkan pegawai dan orang lain dalam organisasi.
Rizal Adhetya Kurniawan
K7414039 / PAK B
Penyalahgunaan aset biasanya dilakukan pada tingkat hierarki organisasi yang lebih rendah.
Namun, dalam beberapa kasus yang heboh, manajemen puncak terlibat dalam pencurian aktia
perusahaan. Karena manajemen memiliki kewenangan dan kendali yang lebih besar atas aktiva
organisasi, penyelewengan yang melibatkan manajemen puncak dapat menyangkut jumlah yang
signifikan.
Ini terkait dengan fraud dalam pembajakan dan pencurian informasi penting milik perusahaan.
6. Information Technology
IT fraud meliputi hacking, mail-bombing, spamming, domain name hijacking, server takeovers,
denial of service, internet money laundering, electronic eavesdropping, electronic vandalism and
terrorrism.
Pemeriksa intern harus menyadari iklim organisasi secara menyeluruh dan potensial untuk
kecurangan. Khusunya harus waspada pada area yang sensitif untuk ditelaah lebih dalam. Beberapa
contoh berikut mengungkap ketidakberesan:
1. Modal kerja yang tidak cukup.
Hal ini dapat menunjukkan masalah seperti ekspansi yang berlebihan, penurunan pendapatan,
transfer atau pemindahan dana ke perusahaan yang lain, kredit yang tidak memadai, dan
pengeluaran yang berlebihan. Pemeriksa intern berhati-hati terhadap pengalihan dana ke
penggunaan pribadi melalui metode-metode seperti penjualan yang tidak tercatat dan
pengeluaran yang fiktif.
2. Perputaran yang cepat dalam posisi keuangan.
Kehilangan personil akuntansi dan keuangan dan yang penting dapat menandai kinerja yang tidak
memadai dan mengakibatkan kelemahan dalam pengendalian intern. Akuntabilitas untuk dana
dan sumber daya yang lain harus ditetapkan ketika pemberhentian kerja.
3. Penggunaan procuremen pemasokan sendiri (sole-source procurement).
Praktik-praktik procuremen yang baik mendorong kompetisi untuk memastikan bahwa
organisasi memperoleh material atau peralatan yang diperlukan dengan harga yang paling baik.
Procuremen pemasokan sendiri, apabila tidak cukup dijustifikasi menunjukkan favoritisme atau
pembayaran kembali (kickbacks) yang potensial.
4. Biaya perjalanan yang berlebihan
Dalam menelaah perjalanan, auditor perlu berhati-hati untuk perjalanan yang tidak diotorisasi
atau pribadi, dan perjalanan atau biaya-biaya lain yang tidak disokong.
5. Pemindahan dana antara perusahaan afiliasi atau divisi
Suatu pola pemindahan dana antar perusahaan atau divisi mungkin menunjukkan pinjaman yang
tidak diotorisasi, penutupan kekurangan, atau pengendalian yang tidak memadai atas dana.
6. Perubahan auditor luar.
Dalam kasus tertentu, perubahan auditor luar dapat menunjukkan perbedaan opini mengenai
metode yang sesuai dalam menangani transaksi tertentu. Mungkin terdapat suatu keengganan
dari manajemen untuk mengungkapkan masalah atas kejadian yang penting.
7. Biaya konsultan atau honor legal yang berlebihan
Hal ini dapat merupakan indikasi adanya penyalahgunaan dalam memperoleh jasa yang
dilakukan diluar, favoritisme, dan masalah yang tidak diungkapkan dalam organisasi yang
memerlukan pekerjaan legal ekstensif.
8. Kecenderungan yang menurun dalam angka dan rasio financial
Kecenderungan yang menurun dapat merupakan gejala kerugian yang signifikan, pengalihan
dana dan sumber daya, dan pengendalian yang tidak memadai atas operasi.
9. Benturan kepentingan (Conflict of interest)
Rizal Adhetya Kurniawan
K7414039 / PAK B
Benturan kepentingan yang dilaporkan Auditor harus sadar mengenai desas-desus atau alasan-
alasan dari pertentangan kepentingan yang berhubungan dengan pemekerjaan luar, pengaturan
pemasok, dan hubungan antara karyawan. Transaksi perusahaan dengan pejabat atau karyawan
harus secara hati-hati diteliti dengan cermat.
KARAKTERISTIK PRIBADI
Kecurangan ini akan tercermin melalui timbulnya karakteristik tertentu, baik yang merupakan
kondisi/keadaan lingkungan, maupun perilaku seseorang. Karakterikstik yang bersifat kondisi/situasi
tertentu, perilaku/kondisi seseorang personal tersebut dinamakan Red Flag (Fraud Indicators).
Meskipun timbulnya Red Flag tersebut tidak selalu merupakan indikasi adanya kecurangan,
namun Red Flag ini biasanya selalu muncul di setiap kasus kecurangan yang terjadi. Pemahaman dan
analisis lebih lanjut terhadap Red Flag tersebut dapat membantu langkah selanjutnya untuk
Rizal Adhetya Kurniawan
K7414039 / PAK B
memperoleh bukti awal atau mendeteksi adanya kecurangan. Berikut ini adalah tanda peringatan dini
dari perilaku pribadi adalah:
Pribadi atau kerugian keuangan yang besar
Gaya hidup yang mahal
Perjudian yang ekstensif
Investasi yang abesar
Pemakaian alkohol atau obat keras yang berlebihan
Masalah pribadi atau keluarga yang signifikan
Hubungan yang dekat dengan pelanggan
Kerja lembur yang berlebihan dan tidak melakukan cuti
Latar belakang dan referensi yang dipertanyakan
Cuti sakit yang berlebihan
Perasaan dibayar tidak sepadan dengan tanggungjawab
Keinginan besar untuk memukul sistem (beat the syestem)
Peminjaman reguler dalam jumlah kecil dari teman kerja
Menolak meninggalkan catatan penyimpanan selama hari yang bersangkutan.
cek yang digunakan untuk pembayaran. Dalam contoh yang lain, petugas gaji dapat melebihi gaji
karyawan dan mengantongi kelebihan gaji tersebut.
6. Penyalahgunaan kartu kredit
Kartu kredit mungkin digunakan untuk melakukan pembelian pribadi atau mungkin dipinjamkan
kepada orang lain untuk mendapatkan imbalan. Juga biaya yang dibayar oleh kartu kredit
perusahaan dapat secara simultan diklaim dan diganti melalui cek.
1. Skeptisme profesional
Pikiran yang selalu mempertanyakan, yaitu berpikir secara kritis selama melaksanakan
audit baik dalam mengidentifikasi risiko kecurangan maupun dalam mengevaluasi bukti
audit.
Evaluasi kritis atas bukti audit, yakni bahwa dalam menemukan salah saji yang material
akibat kecurangan, auditor menyelidiki secara mendalam serta mencari bukti tambahan
yang diperlukan.
2. Sumber informasi untuk menilai risiko kecurangan
Komunikasi di antara tim audit
Pengajuan pertanyaan kepada manajemen
Faktor risiko
Prosedur analitis
Informasi lainnya
cukup kuat. Dalam hal ini, auditor boleh jadi tetap melakukan audit kecurangan tanpa harus
melakukan klarifikasi atas identitas pelapor, yaitu:
Uji sumber pengaduan (misal: cek identitas, kredibilitas, kemampuan mengetahui kecurangan
tersebut, dan keandalan dari si pelapor/pengadu)
Tentukan apakah pelapor mengetahui informasi dari tangan pertama (secara pribadi mengetahui
terjadinya kecurangan) atau dari pihak lain
Tentukan apa motif dari pelapor (balas dendam, cemburu, jengkel, uang)
Waspada, apabila pelapor meminta uang sebelum memberi penjelasan lebih jauh (jangan
memberikan uang sebelum informasi yang akurat diberikan dan dikonfirmasi dengan saksi yang
dapat dipercaya dan dengan dokumen)
Uji lebih jauh dugaan kecurangan tersebut dengan sumber independen dan dokumen
Jangan mengambil tindakan disiplin tanpa catatan lengkap mengenai tuduhan kecurangan,
termasuk identitas pelapor dan keterangan tertulisnya (keterangan lisan tidak cukup)
Konfirmasi tuduhan tersebut melalui dokumen dan pengakuan/testimony (tertulis dan berkaitan
dengan) saksi-saksi lain yang mengetahuinya
Lakukan pendekatan dengan pemasok atau pihak-pihak lain yang diduga terlibat untuk
memperoleh jawaban dan kerjasama mereka
Lakukan interview terhadap karyawan yang diduga terlibat untuk mengetahui versinya mengenai
dugaan kecurangan tersebut (misalnya, apakah pemasok yang mengajukan penawaran atau
karyawan yang menetapkan harga dari pemasok)
Referensi:
https://www.academia.edu/14379106/Audit_Kecurangan_7
https://www.academia.edu/19626899/BAB_11_AUDITING_KECURANGAN_ARENS_ERLANG
GA_
https://www.academia.edu/9731733/audit_fraud