Vous êtes sur la page 1sur 3

Identitas Jurnal:

Erbay, Filiz., dogru, S. Sunay Yildirim. (2010). The effectiveness of creative drama education on the
teaching of social communication skills in mainstreamed students. Procedia Social and Behavioral
Sciences, 2, 4475–4479. Vacational Education Faculty, Selcuk University, Konya, 42039, Turkey.

Abstrak:

The present study was conducted in order to evaluate the effectiveness of creative drama education
on teaching the social communication skills of greeting, joining the group and initiating a conversation
in preschool level disabled students integrated into mainstream education. A six-year-old hearing
impaired female student attending the nursery class of a primary school administered by the
Provincial Directorate of National Education in the Province of Konya was included in the study. The
“Social Communication Skills Evaluation Observation Form”, which was developed by the researchers,
was used as the data collection tool As the result of the study, it was found that creative drama
education had a significant positive effect on the social communication skills of the subject.

Keywords: Social Communication; creative drama; mainstreamed.

Identifikasi Masalah:

Jurnal ini membahas mengenai betapa pentingnya keterampilan social baik bagi anak normal maupun
anak berkebutuhan khusus agar bisa mengakomodasi kehidupannya di masyarakat. Penulis
menjelaskan bahwa anak-anak yang memiliki keterampilan sosial berhasil membangun hubungan,
berbagi, mematuhi peraturan, bersikap peka terhadap orang lain, dan mengendalikan perasaan
negatif. Ketika anak-anak ini bertambah dewasa, mereka dapat menjalin hubungan baik dengan orang
lain, bekerja sama, bahagia dan sukses dalam hidup mereka, menghormati hak dan perasaan orang
lain, menolak tuntutan yang tidak benar untuk diri mereka sendiri, dan mengajukan permohonan
bantuan dari orang lain jika diperlukan.

Dalam jurnal ini disebutkan salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengembangkan
keterampilan social pada anak, yaitu dengan menggunakan drama kreatif. Berbagai penelitian
menunjukkan bahwa drama jauh lebih berguna bagi anak-anak berkebutuhan khusus daripada anak-
anak normal dalam belajar dan mengekspresikan diri. Hal ini dikarenakan anak-anak berkebutuhan
khusus memiliki masalah dalam hal kedisiplinan karena mereka mudah merasa bosan. Melalui drama,
anak-anak berkebutuhan khusus memperoleh kesempatan untuk merasakan, memecahkan dan
menjelaskan masalah sesuai kemampuan mereka sendiri. Penerapan metode drama memberi
pengalaman dan pembelajaran mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan,
kepercayaan diri mereka terhadap diri mereka sendiri dan keikutsertaan mereka dalam kelompok,
serta memiliki kepuasan terhadap keikutsertaannya. Selain itu, imajinasi anak juga akan berkembang
melalui cerita, mereka bisa belajar untuk siap menghadapi pengalaman baru dan dapat menjadi dasar
untuk komunikasi verbal.

Tujuan Penelitian:

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh pelatihan drama kreatif terhadap
keterampilan sosial anak-anak yang memiliki kesulitan belajar yang menerima pelatihan integrasi di
lembaga pendidikan pra-sekolah. Kemudian menguji pengaruh pelatihan drama kreatif terhadap
kemampuan mereka untuk saling menyapa, keterlibatan mereka dalam kelompok, dan kemampuan
untuk memulai komunikasi yang merupakan keterampilan komunikasi social pada anak.

Metodologi:

Penelitian ini menggunakan desain eksperimen. Kelompok kerja penelitian ini terdiri dari anak-anak
berusia enam-tujuh tahun yang memiliki kesulitan belajar di Konya Provincial Directorate of National
Education. Anak-anak yang termasuk dalam kelompok kerja terdiri dari lima orang, diantaranya
terdapat tiga anak perempuan dan dua anak laki-laki yang memiliki kesulitan belajar yang
mengunjungi pusat rehabilitasi swasta, menerima pendidikan integrasi tingkat pra-sekolah dan tidak
kompeten dalam keterampilan komunikasi sosial. Anak-anak dengan ketidakmampuan belajar dipilih
dengan model seleksi sampel.

Pengumpulan data dilakukan dua tahap dengan metode pre-test dan post-test menggunakan
instrument penelitian berupa "Formulir Observasi dalam Menilai Keterampilan Komunikasi Sosial"
menggunakan 3 point skala likert, yaitu selalu dilakukan, kadang dilakukan, dan tidak pernah
dilakukan. Post-test dilakukan setelah pelatihan berjalan selama sepuluh minggu. Signifikansi
perbedaan antara titik rata-rata pretest dan posttest dievaluasi menggunakan uji Wilcoxon signed-
rank.

Berdasarkan jurnal tersebut, peneliti juga merujuk kepada sumber lain untuk mendukung
penelitiannya. Hal ini dilakukan salah satunya untuk mengetahui perilaku yang terkait dengan banyak
keterampilan komunikasi sosial anak, seperti saling menyapa, mendengarkan, memulai dan menjaga
percakapan, mengajukan pertanyaan, memperkenalkan diri, berterima kasih, membantu, meminta
bantuan, berbagi, meminta maaf, bertanggung jawab dalam kelompok, bekerja sama,
mengungkapkan perasaan dan pendapat. Kemudian, program drama kreatif selama 10 minggu sudah
dipersiapkan yang terdiri dari beberapa kegiatan seperti studi gerak, pantomim, memainkan peran,
improvisasi dan menciptakan drama dari cerita.

Hasil penelitian:

Penelitian ini menunjukkan bahwa pelatihan drama kreatif mendukung keterampilan anak-anak yang
memiliki kesulitan belajar yang menghadiri kelas integrasi dalam hal saling menyapa, keikutsertaan
dalam kelompok, dan memulai komunikasi lebih dulu.

Peneliti juga kembali merujuk kepada sumber lain untuk mendukung penelitiannya. Kajian pustaka
yang menjadi pendukung penelitiannya ini diantaranya, De La Cruz (1995) yang menetapkan bahwa
pelatihan drama kreatif yang diberikan kepada 35 anak yang memiliki kesulitan belajar memberi
pengaruh positif terhadap keterampilan sosial dan kemampuan bahasa verbal anak-anak.

Selain itu, ada juga pernyataan dari Conroy yang menekankan bahwa drama kreatif efektif untuk anak-
anak prasekolah yang berkebutuhan khusus, terutama dalam mengembangkan perilaku sosial (dikutip
oleh. Önder, 2002). Terdapat interaksi kelompok yang menjadi dasar pada drama kreatif. Tidak
mungkin menyebutnya drama kreatif tanpa kelompok apapun. Oleh karena itu, anak-anak dengan
atau tanpa kebutuhan khusus secara spontan memperoleh banyak penerimaan sosial dalam proses
drama seperti berbagi, bekerja sama, ketertiban, keterampilan dalam berkomunikasi, menunggu
giliran, mengetahui dan menggunakan perasaan mereka sendiri, menyesuaikan diri dengan
lingkungan sosial di tempat mereka berada.

Terdapat pula hasil penelitian Jackson dan Bynum (1997) mengungkapkan bahwa pelatihan drama
memberikan kontribusi positif terhadap interaksi sosial anak-anak dengan gangguan emosional dan
kelainan perilaku. Colston (1985) juga menetapkan bahwa pelatihan drama kreatif menyebabkan
perubahan positif pada kemampuan komunikasi verbal dan sosial dari orang-orang berbeda usia yang
memiliki gangguan dasar perkembangan (dikutip oleh. Özdemir, 2003).

Ada juga hasil penelitian Önalan Akfirat (2004) yang meneliti pengaruh pelatihan drama kreatif
terhadap pengembangan keterampilan sosial dari 10 anak tuna rungu antara usia 10 dan 12 tahun.
Onalan Akfirat juga menggunakan kelompok eksperimen yaitu kelompok pretest-posttest dalam
penelitiannya. Kesimpulan dari penelitiannya adalah pelatihan drama kreatif menekankan bahwa
keterampilan dalam "Memperkenalkan dirinya kepada orang lain ketika bertemu pertama kali" dan
"berterima kasih ketika dia dibantu” efektif dalam pembelajaran mereka.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Barnes (1998) menekankan bahwa anak-anak tuna rungu yang
menerima pelatihan drama kreatif lebih berhasil dalam perkembangan sosial, emosional dan kognitif
daripada mereka yang tidak menerimanya, kemudian diperkuat dengan penelitian Wagner (1983)
yang menekankan bahwa drama kreatif mengembangkan keterampilan sosial, keterampilan bermain
bagi remaja autistik, serta penelitian Roth yang menekankan bahwa sebuah studi pertunjukan yang
dia tampilkan dengan metode drama untuk orang-orang cacat mental dapat meningkatkan
kemampuan bahasa, motorik, sosial, dan kognitif mereka. (Dikutip dalam. Önalan Akfirat, 2004).

Kesimpulan dan Rekomendasi:

Berdasarkan jurnal tersebut kesimpulan yang didapatkan adalah, anak-anak yang memiliki kesulitan
belajar memperoleh keterampilan komunikasi sosial melalui kegiatan drama.

Berdasarkan hasil penelitian ini, berikut rekomendasi dapat diberikan:

 Pembelajaran tentang drama kreatif dapat diselenggarakan untuk guru prasekolah dan guru
pelatihan khusus, mereka dapat difasilitasi untuk mengetahui drama kreatif lebih dekat dan
untuk membuat penerapan yang baru dengan mengkombinasikannya dengan bidang mereka
sendiri.
 Mempersiapkan buku, materi, dan CD latihan yang meliputi kegiatan drama untuk guru di
kelas integrasi dan memberikannya kepada para guru agar dapat dipergunakan.
 Penelitian ini hanya mempelajari keterampilan komunikasi sosial anak-anak yang memiliki
kesulitan belajar. Untuk penelitian selanjutnya, dapat mempertimbangkan pengembangan
keterampilan lainnya ataupun jenis kebutuhan khusus lainnya.
 Penelitian terkait drama kreatif ini dapat dilakukan pada kelompok yang memiliki jenis
kebutuhan khusus lainnya
 Efisiensi pelatihan ini dapat diuji.

Vous aimerez peut-être aussi