Vous êtes sur la page 1sur 4

ACTIVITY BASED COSTING ( ABC )

PT. KFC memproduksi 2 macam produk, yang diberi kode KF dan FC. Taksiran biaya yang
berkaitan dengan proses produksi kedua produk tersebut adlah sebagai berikut:

Keterangan KF FC
Unit yang diproduksi 10.000 unit 20.000 unit
Jam tenga kerja langsung per unit produk 4 jam 2 jam
Jam kerja mesin per unit produk 2 jam 4 jam
Kebutuhan bahan per unit produk 2 kg 1 kg
Harga bahan langsung per kg Rp. 20.000,00 Rp. 10.000,00
Upah tenaga kerja langsung per jam Rp. 5.000,00 Rp. 5.000,00

Biaya overhead menurut kelompok aktivitas dan pemicu biaya aktivitas (cost driver activity)
pada periode tersrbut adalah sebagai berikut:

Kelompok aktivitas Biaya aktivitas Pemicu biaya aktivitas


a. Tenaga listrik Rp. 40.000.000,00 Jam kerja langsung
b. Pemeliharaan Rp. 70.000.000,00 Jam kerja mesin
c. Penanganan material Rp. 60.000.000,00 Banyaknya bahan
d. Inspeksi Rp. 30.000.000,00 Unit produksi
Total Rp. 200.000.000,00

Berdasarkan data tersebut diatas, jika dihitung biaya produksi perunit untuk masing-masing
produk dengan metode konvensional atau tradisional, dimana biaya overhead pabrik dibebankan
dengan tariff berdasarkan jam kerja langsung akan menghasilkan jumlah sebagai berikut.

Biaya bahan baku langsung

Produk Kebutuhan/produk Harga Biaya/unit produk


KF 2 kg Rp. 20.000,00 Rp. 40.000,00
FC 1 kg Rp. 10.000,00 Rp. 10.000,00

Setiap unit KF membutuhkan 2 kg bahan baku dengan harga Rp. 20.000,00 per kg, sedangkan
setiap 1 unit FC membutuhkan 1 kg bahan baku dengan harga Rp. 10.000,00 per kg. maka, biaya
bahan baku perunit KF adalah sebesar Rp. 40.000,00 dan sebesar Rp. 10.000,00 perunit FC.

[Type text] Page 1


Biaya Tenaga Kerja Langsung

Produk JKL per unit produk Upah / JKL Biaya / Unit Produk
KF 4 jam Rp 5.000,00 Rp 20.000,00
FC 2 jam Rp 5.000,00 Rp 10.000,00

Setiap unit KF membutuhkan 2 JKL (jam kerja langsung) dengan upah sebesar Rp 5.000,00
per JKL, sedangkan setiap 1 unit FC membutuhkan 2 JKL dengan upah Rp 5.000,00 per JKL. Maka,
biaya tenaga kerja langsung per unit KF adalah sebesar Rp 20.000,00 dan sebesar Rp 10.000,00 per
unit FC.

Biaya Overhead yang dikeluarkan untuk memproduksi seluruh produk tersebut adalah sebesar
Rp 200.000,00. Dimana dasar penetapan biaya overhead adalah berdasarkan jam kerja langsung
(JKL), sedangkan jumlah jam kerja langsung yang diperlukan untuk menghasilkan 10.000 unit KF
dan 20.000 unit FC adalah sebesar 40.000 JKL (20.000 unit x 2 JKL) untuk FC. Atau total sebesar
80.000 JKL. Itu berarti tariff biaya overhead pabrik dibebankan sebesar Rp 200.000.000,00 : 80.000
JKL = Rp 2.500,00 per JKL. Dengan tarif biaya overhead sebesar Rp 25.000,00 per JKL maka biaya
overhead yang dibebabnkan kepada setiap unit produk adalah sebagai berikut:

Produk JKL per unit produk Tarif / JKL Biaya / Unit Produk
KF 4 jam Rp 2.500,00 Rp 10.000,00
FC 2 jam Rp 2.500,00 Rp 5.000,00

Dengan perhitungan seperti di atas maka besarnya biaya produksi per unit produk dengan
metode biaya tradisional atau konvensional adalah sebagai berikut:
Jenis biaya KF FC
Biaya Bahan Baku Rp 40.000,00 Rp 10.000,00
Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 20.000,00 Rp 10.000,00
Biaya Overhead Pabrik Rp 10.000,00 Rp 5.000,00
Biaya Produksi Per Unit Produk Rp 70.000,00 Rp 25.000,00

Jika biaya overhead yang dikeluarkan oleh PT. KFC tersebut di atas dihitung dengan
menggunakan metode activity based costing maka akan menghasilkan alokasi sebagai berikut:
Kelompok Aktivitas Biaya Aktivitas Pemicu Biaya Aktivitas Tarif Persatuan
a. Tenaga Listrik Rp 40.000.000,00 80.000 jam kerja langsung Rp 500,00/ jkl
b. Pemeliharaan Rp 70.000.000,00 100.000 jam kerja mesin Rp 700,00 / jkm
c. Penanganan Material Rp 60.000.000,00 40.000 banyaknya bahan Rp 1.500,00 / kg bahan
d. Inspeksi Rp 30.000.000,00 30.000 unit produksi Rp 1.000,00 / unit produk
Total Rp 200.000.000,00

Jumlah jam kerja langsung yang diperlukan untuk menghasilkan 10.000 unit KF dan 20.000
unit FC adalah sebesar 40.000 JKL untuk FC (10.000 unit x 4 JKL) dan sebesar 40.000 JKL (20.000
unit x 2 JKL) untuk FC. Atau total sebesar 80.000 JKL.

[Type text] Page 2


Jumlah jam kerja mesin (JKM) yang diperlukan untuk setiap unit KF adalah sebesar 2 JKM
maka total JKM yang dibutuhkan untuk memproduksai 10.000 unit KF adalah sebesar 20.000 JKM (2
JKM x 10.000 unit), sedangkan jumlah jam kerja mesin (JKM) yang diperlukan untuk setiap FC
adalah sebesar 4 JKM maka total JKM yang dibutuhkan untuk memproduksi 20.000 unit FC adalah
sebesar 80.000 JKM (4 JKM x 20.000 unit). Maka, total JKM yang diperlukan untuk memproduksi
kedua produk tersebut adalah sebesar 100.000 JKM.
Setiap unit KF membutuhkan 2 kg bahan baku maka bahan baku total yang dibutuhkan untuk
memproduksi 10.000 unit produk adalah sebesar 20.000 kg bahan baku, sedangkan setiap FC
membutuhkan 1kg bahan baku, maka bahan baku total yang dibutuhkan untuk memproduksi 20.000
unit produk adalah sebesar 20.000 kg bahan baku. Berarti, bahan baku yang dibutuhkan untuk
memproduksi kdeua produk tersebut adalah sebesar 40.000 kg bahan baku.
Selain itu, biaya inspeksi total adalah sebesar Rp 30.000.000,00 sedangkan produk yang
dihasilkan adalah sebesar 30.000 unit produk (10.000 unit KF dan 20.000 unit FC) maka biaya
inspeksi yang dialokasikan adalah sebesar Rp 1.000,00 per unit produk.
Berdasarkan pemicu biaya dari setiap kelompok aktivitas di dalam biaya overhead tersebut
diatas, diketahui bahwa besarnya tariff Rp 500,00 per jam kerja langsung untuk aktivitas tenaga listrik
(Rp 40.000.000,00 : 80.000 JKL) dan sebesar Rp 700,00 per jam kerja mesin (Rp 70.000,00 :100.000
JKM), sebesar Rp 1.500,00 per kg bahan baku (Rp 60.000,00 : 40.000 kg bahan) serta sebesar Rp
1.000,00 per unit produk (Rp 30.000.000,00 : 30.000 unit produk).
Alokasi Biaya Per Produksi
Kelompok Aktivitas Tarif Persatuan
KF FC
a. Tenaga Listrik Rp 500,00 / jkl Rp 2.000,00 Rp 1.000,00
b. Pemeliharaan Rp 700,00 / jkm Rp 1.400,00 Rp 2.800,00
c. Penanganan Material Rp 1.500,00 / kg bahan Rp 3.000,00 Rp 1.500,00
d. Inspeksi Rp 1.000 / unit produk Rp 1.000,00 Rp 1.000,00
Total Rp 7.400,00 Rp 6.300,00

Karena, setiap unit KF membutuhkan 4 JKL maka biaya tenaga listrik yang dialokasikan
untuk KF adalah sebesar Rp 2.000,00 per unit KF (Rp 500,00 x 4 JKL), sedangkan setiap unit FC
membutuhkan 2 JKL maka biaya tenaga listrik yang dialokasikan untuk FC adalah sebesar Rp
1.000,00 per unit KF (Rp 500,00 x 2 JKL).

Karena setiap unit KF membutuhkan 2 JKM maka biaya pemeliharaan yang dialokasikan
untuk KF adalah sebesar Rp 1.400,00 per unit KF (Rp 700,00 x 2 JKM), sedangkan setiap unit FC
membutuhkan 4 JKM maka biaya pemeliharaan yang dialokasikan untuk FC adalah sebesar Rp
2.800,00 per unit KF (Rp 700,00 x 4JKM).

Karena setiap unit KF membutuhkan 2 kg bahan maka biaya penaganan material yang
dialokasikan untuk KF adalah sebesar Rp 3.000,00 per unit KF (Rp 1.500,00 x 2 kg), sedangkan
setiap unit FC membutuhkan 1 kg bahan maka biaya penaganan material yang dialokasikan untuk FC
adalah sebesar Rp 1.500,00 per unit KF (Rp 1.500,00 x 4JKM).

[Type text] Page 3


Dengan alokasi biaya overhead per unit produk seperti terlihat dalam daftar di atas maka
biaya produksi untuk setiap unit produk dengan metode activity based costing adalah sebagai berikut
ini:

Jenis Biaya KF FC
Biaya Bahan Baku 40.000,00 10.000,00
Biaya Tenaga Kerja Langsung 20.000,00 10.000,00
Biaya Overhead Pabrik 7.400,00 6.300,00
Biaya Produksi Per Unit Produk 67.400,00 26.300,00

Jika dibuat table perbandingan biaya produksi menurut metode tradisional dan metode ABC,
akan terlihat sebagai berikut:

Tradisional ABC
jenis biaya
KF FC KF FC
biaya bahan baku 40.000,00 10.000,00 40.000,00 10.000,00
biaya tenaga kerja langsung 20.000,00 10.000,00 20.000,00 10.000,00
biaya overhead pabrik 10.000,00 5.000,00 7.400,00 6.300,00
biaya produksi per unit produk 70.000,00 25.000,00 67.400,00 26.300,00

Dari tabel perhitungan di atas, terlihat bahwa perbedaan pokok antara metode tradisional dan
metode ABC terletak pada alokasi biaya overhead, sedangkan biaya bahan baku dan biaya tenaga
kerja langsung akan menghasilkan alokasi biaya yang sama, untuk kedua metode. Metode tradisional
menetapkan biaya produksi sebesar Rp70.00,00 per unit KF dan sebesar Rp25.000,00 per unit FC ,
sedangkan sistem ABC menetapkan biaya produksi sebesar Rp67.400,00 per unit KF dan sebesar
Rp26.300,00 per unit FC. Jadi, terjadi perubahan di dalam biaya produksi per unit untuk kdeua produk
tersebut.
Dengan sitem tradisional, PT. KFC mungkin menetapkan harga jual sebesar Rp71.000,00 per
unit KF dan sebesar Rp26.000,00 per unit FC, karena tingkat persaingan yang ketat. Dengan
demikian, perusahaan memperoleh laba kotor sebesar RP1.000,00 per unit produk. Jika PT.KFC
dalam tingkat kompetisi yang sangat ketat maka dengan sistem ABC perusahaan dapat menetapkan
harga jual sebesar Rp70.000,00 per unit KF dan sebesar Rp27.000,00 per unit FC.

Kapan sistem ABC diperlukan?


Jika perusahaan menghadapi persaingan yang sangat ketat dengan para pesaingnya dan
penetapan harga jual akan sangat berpengaruh pada keunggulan bersaing maka penggunaaan system
ABC akan sangat diperlukan. Karena, sistem ABC menghasilkan penetapan biaya produksi yang lebih
akurat dibanding dengan sistem tradisional maka dapat menolong perusahaan dalam mengelola
keunggulan kompetitif yang dimilikinya. Dengan kemampuan menentukan biaya produksi yang lebih
akurat maka penentuan harga jual per jenis produk pun akan lebih tepat, sehingga perusahaan tidak
salah menetapkan harga jual yang komptetitif untuk suatu jenis produk tertentu.
Jika perusahaan memiliki diversitas produk yang sangat tinggi dalam hal volume, ukuran, dan
kompleksitas produk maka penggunaan sistem ABC akan sangat bermanfaat. Terutama jika biaya
untuk mengimplementasikannya lebih rendah dibanding dengan manfaatnya

[Type text] Page 4

Vous aimerez peut-être aussi