Vous êtes sur la page 1sur 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Filariasis adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh
infeksi cacing filaria dan ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk diantaranya
Anopheles, Culex, Mansonia dan Aedes. Terdapat tiga spesies cacing
penyebab filariasis, yaitu Wuchereria Bancrofti, Brugia malayi, dan Brugiria
Timori. Cacing tersebut hidup di saluran dan kelenjar getah bening dengan
manifestasi klinik akut berupa demam berulang, peradangan saluran dan
kelenjar getah bening, terutama di daerah pangkal paha dan ketiak tetapi juga
bisa pada bagian tubuh lainnya. Gejala kronis terjadi akibat penyumbatan
aliran limfe terutama di daerah yang sama dengan terjadinya peradangan dan
menimbulkan gejala seperti kaki gajah (elephantiasis), dan hidrokel (Depkes
RI, 2010b).
Menurut data WHO lebih dari 1,4 miliar penduduk tinggal di daerah
yang berisiko terinfeksi filariasis yang tersebar di 73 negara. Sebagian besar
(80%) penduduk tersebut tinggal di 10 negara berikut : Bangladesh, Republik
Demokratik Kongo, Ethiopia, India, Indonesia, Myanmar, Nigeria, Nepal,
Filipina, dan Republik Tanzania. Jumlah penderita filariasis yang sudah
terinfeksi sekitar 120 juta orang dan 40 juta diantaranya mengalami cacat dan
lumpuh. Untuk menghentikan penyebaran penularan, WHO menganjurkan
pengobatan massal bagi semua orang yang memenuhi syarat dimana terjadi
infeksi (WHO, 2014). Program eliminasi filariasis di dunia dimulai
berdasarkan deklarasi WHO pada tahun 2000 sedangkan di Indonesia
program eliminasi filariasis dimulai pada tahun 2002. Untuk mencapai
eliminiasi, Indonesia menetapkan dua pilar yang dilaksanakan yaitu
memutuskan rantai penularan dengan pemberian obat massal pencegahan
filariasis (POMP filariasis) di daerah endemis dan mencegah serta
membatasi kecacatan karena filariasis (Kemenkes RI, 2010b).

1
Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) yang
dilaksanakan pada tahun 2001-2012 di Indonesia terdapat lebih dari 8.000
penderita klinis kronis filariasis (elephantiasis) yang tersebar di seluruh
propinsi. Secara epidemiologi, data ini mengindikasikan lebih dari 60 juta
penduduk berada di daerah yang berisiko tinggi tertular filariasis, dengan 6
juta penduduk diantaranya telah terinfeksi (SDKI, 2012). Sampai tahun 2014
berdasarkan laporan dari masing-masing daerah ditemukan jumlah kasus
kronis filariasis sebanyak 14.932 kasus yang tersebar di 418 kabupaten/kota.
Berdasarkan hasil survei darah jari, sebanyak 235 kabupaten/kota ditetapkan
sebagai daerah endemis di Indonesia (Ditjen PP&PL Kemenkes RI, 2015).
Provinsi Kalimantan Barat merupakan satu di antara provinsi endemis
filariasis atau kaki gajah. Total penderita kaki gajah sekitar 267 orang asal 9
kabupaten dan kota. Kabupaten Kubu Raya merupakan salah satu kabupaten
endemik filarisis. Berdasarkan data tahun 2015, ditemukan sebanyak 56
penderita kaki gajah di Kabupaten Kubu Raya yang tersebar hampir diseluruh
wilayah kecamatan di Kabupaten Kubu Raya. Daerah rentan filariasis dengan
kasus terbanyak yaitu wilayah Puskesmas Teluk Pakedai, Kecamatan Teluk
Pakedai, dengan 30 kasus (Dinkes Kubu Raya, 2016).
Kegiatan pengobatan massal di Puskesmas Teluk Pakedai Kecamatan
Teluk Pakedai telah memasuki tahap II dengan cakupan pengobatan rata-rata
masih dibawah 90%, namun belum diperoleh secara pasti data Microfilaria
rate pasca Pemberian Obat Pencegahan Massal tahap II (Dinkes Kubu Raya,
2016). Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas Puskesmas Teluk
Pakedai, di Puskesmas Teluk Pakedai belum memiliki data epidemiologi
penyebaran penyakit filariasis berdasarkan triangle epidemiologi (host, agent
dan environtment). Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti mengenai
penyebaran filariasis dilihat dari faktor epidemiologi.

1.2. Rumusan Masalah

2
Bagaimana gambaran penyebaran penyakit filariasis pasca pengobatan
massal filariasis tahap II di wilayah kerja Puskesmas Teluk Pakedai Desa
Teluk Gelam Kabupaten Kubu Raya?

1.3. Tujuan Pebelitian


1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui epidemiologi penyebaran filariasis pasca
pengobatan massal filariasis tahap II di wilayah kerja Puskesmas Teluk
Pakedai Kabupaten Kubu Raya dengan melihat aspek manusia dan vektor,
agen parasit, dan lingkungan.
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui aspek parasitologi (positif mikrofilaria) pada
masyarakat yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Teluk Pakedai.
b. Untuk mengetahui aspek entomologi yaitu jenis nyamuk yang terdapat di
lingkungan wilayah kerja puskesmas Teluk Pakedai.
c. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku (PSP)
masyarakat terhadap penyakit filariasis di Puskesmas Teluk Pakedai.
d. Untuk mengetahui kebijakan dan regulasi pemerintah daerah dalam
penanggulangan filariasis.

1.4. Manfaat Penelitian


a. Peneliti
Sebagai sumber informasi ilmiah mengenai gambaran penyakit
filariasis pasca pengobatan massal filariasis tahap II di wilayah kerja
Puskesmas Teluk Pakedai Desa Teluk Gelam Kabupaten Kubu Raya.
b. Tempat penelitian
Dapat mengetahui gambaran penyakit filariasis pasca pengobatan
massal filariasis tahap II di wilayah kerjanya.
c. Institusi pendidikan
Sebagai referensi tambahan terkait filariasis, pengobatan serta
perkembangan hasil pengobatannya.

3
4

Vous aimerez peut-être aussi