Vous êtes sur la page 1sur 24

REKAPITULASI PASIEN STROKE

1. Jenis kelamin

Jenis kelamin

54
52
50
48
46
44
Laki-laki Perempuan
Jenis kelamin 53 47

Berdasarkan gambar diketahui sebagian besar pasien stroke adalah laki-

laki yaitu sebesar 53 persen dan perempuan sebesar 47 persen. Hal ini

menunjukkan bahwa laki-laki berpotensi lebih besar terkena stroke

dibandingkan dengan perempuan.

2. Usia

Usia

40

20

0
<=50 51 - 60 61 - 70 > 70
Usia 14 33 29 24

Berdasarkan usia diketahui sebagian besar penderita stroke berusia antara

51 – 60 tahun yaitu sebesar 33 persen, kemudian antara 61 – 70 tahun sebesar


29 persen, lebih dari 70 tahun sebesar 24 persen dan sisanya sebesar 14 persen

adalah responden dengan usia kurang dari 50 tahun. Angka tersebut

menunjukkan bahwa prevalensi penyakit stroke meningkat seiring dengan

bertambahnya usia pada pasien.

3. Lama perawatan

Lama perawatan

> 6 hari < 3 hari


24% 21%

3 - 6 hari
55%

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar pasien stroke menjalani

perawatan antara 3 – 6 hari yaitu sebsar 55 persen, kemudian lebih dari 6 hari

sebsear 24 persen dan sisanya 21 persen adalah pasien stroke yang menjalani

perawatan kurang dari 3 hari.

4. Keadaan saat pulang

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar pasien stroke atau sebesar

77 persen dalam kondisi membaik saat pulang menjadi perawatan. Namun


demikian terdapat 11 persen pasien yang tidak mengalami perubahan, 8 persen

justru semakin memburuk dan 3 persen mengambil keputusan untuk pindah

ahli rawat bedah syaraf.

Keadaan Saat Pulang

3%
Membaik
9%
11%
Tidak berubah

77% Meningkat

Pindah ahli rawat


bedah syaraf
5. Faktor Resiko

a. Hipertensi

Hipertensi merupakan salah satu faktor resiko terjadinya stroke. Hasil

penelitian menunjukkan terdapat 61 persen pasien yang menderita stroke

karena hipertensi dan 39 persen bukan karena faktor tersebut.

b. DM
Faktor lain yang mempengaruhi terjadinya stroke adalah karena DM

dan hal tersebut terjadi pada 90 % persen pasien yang diteliti.

c. Jantung

Faktor lain yang memberikan resiko terjadinya stroke pada seseorang

adalah jantung dan berdasarkan rekapitulasi diketahui sebanyak 97 persen

menyatakan bahwa stroke yang mereke derita adalah karena jantung.

d. Stroke

Hasil rekapitulasi menunjukkan sebanyak 57 persen pasien berpotensi

menderita stroke dan 43 menyatakan tidak berpotensi terkena stroke.

e. TIA

Transient ischemic attack (TIA) atau sering disebut stroke ringan

adalah kekurangan darah pada sistem saraf yang berlangsung singkat,

biasanya kurang dari 24 jam atau bahkan hanya dalam beberapa menit.

Kondisi ini terjadi saat bagian otak tidak mendapat pasokan darah yang

cukup. Hasil rekapitulasi menunjukkan sebagian pasien atau sebesar 95

persen tidak mengalami gejala TIA atau keurangan darah pada sistem saraf

dan hanya 5 orang yang mengalami kondisi tersebut.

f. PAD
Penyakit Arterial Peripheral (PAD) merupakan gejala kelumpuhan

yang berpotensi menimbulkan stroke. Hasil rekapulasi menunjukkan 96

orang pasien stroke tidak memiliki faktor pemicu tersebut dan hanya 4

persen yang memiilki gejala kelumpuhan yang bisa mengakibatkan stroke.

g. Merokok

Merokok merupakan salah satu faktor risiko terbesar untuk

stroke. Merokok dapat berkontribusi pada risiko stroke serta

serangan transient ischemic (TIA), yang merupakan stroke kecil yang

dapat sembuh. Perokok yang menderita TIA, stroke, atau silent

stroke pasti berisiko stroke-nya kambuh kembali atau lebih parah jika

mereka terus merokok. Hasil rekapitulasi menunjukkan sebanyak 64

persen adalah mereka yang tidak merokok dan 36 persen merupakan

pasien yang memiliki kebiasaan merokok.

h. Dislipidemia

Dislipidemia merupakan kelainan metabolisme lipid (=lemak)

yang ditandai dengan peningkatan kadar kolesterol total, trigliserida,

kolesterol LDL dan/atau penurunan kadar kolesterol HDL dalam darah.

Dislipidemia harus diterapi karena merupakan faktor penting dalam

terjadinya aterosklerosis, yang akhirnya dapat menyebabkan Penyakit

Jantung Koroner (PJK) dan Stroke. Hasil rekapitulasi menunjukkan

sebagian besar pasien atau sebanyak 97 persen tidak mengalami kelainan

dislipidemia dan hanya 3 mengalami kondisi tersebut.


i. Alkohol

Meskipun alkohol dalam jumlah sedang dapat melindungi dari

stroke, namun asupan yang berlebihan dapat meningkatkan risiko stroke.

Hasil survey menunjukkan sebanyak 96 persen merupakan pasien yang

tidak mengkonsumsi alkohol dan hanya 4 persen yang pernah

mengkonsumsi alkohol.

j. Polisitemia

Polisitemia adalah suatu keadaan yang menghasilkan tingkat

peningkatan sirkulasi sel darah merah dalam aliran darah. Orang dengan

polisitemia memiliki peningkatan hematokrit, hemoglobin, atau jumlah sel

darah merah di atas batas normal melebihi 6 juta/ mm atau hemoglobinnya

melebihi 18 g/dl. gejala polisitemia diawali dengan ditemukannya

gumpalan darah yang tebentuk hampir diseluruh pembuluh darah, baik itu

di lengan, kaki, jantung, otak, atau paru-paru. Gumpalan darah ini dapat

menghalangi aliran darah yang berasal dari hati (sindrom Budd-Chiari).

Jika gumpalan darah terdapat di jantung dapat menyebabkan serangan

jantung, sedangkan jika gumpalan darah terdapat di otak dapat

menyebabkan stroke. Dan secara keseluruhan dari hasil rekapitulasi

menunjukkan semua pasien tidak mengalami gejala polisitemia.

k. konsumsi obat antikoagulan

Obat antikoagulan mengurangi penggumpalan darah (koagulasi

artinya penggumpalan). Obat ini diperlukan jika gumpalan darah terlalu

banyak, karena gumpalan darah dapat menghalangi pembuluh darah dan


menyebabkan kondisi stroke. Antikoagulan menurunkan risiko stroke

pada orang yang memiliki atrial fibrillation. Berdasarkan rekapitulasi

diketahui sebanyak 92 persen tidak mengkonsumsi obat antikoagulan dan

hanya 8 persen yang mengkonsumsi obat tersebut.

l. konsumsi obat anti trombosis

Penggunaan obat anti trombosis bertujuan mempengaruhi proses

trombosis atau mempengaruhi pembentukan bekuan darah (clot)

intravaskular. Berdasarkan rekapitulasi diketahui sebanyak 90 persen

tidak mengkonsumsi obat anti trombosis dan hanya 10 persen yang

mengkonsumsi obat tersebut.

m. Anemia

Anemia umum terjadi pada orang dewasa. Kekurangan sel darah merah

atau rendahnya tingkat hemoglobin dan protein dalam sel darah merah,

cenderung berdampak pada munculnya pusing. Namun lebih dari itu,

anemia pada orang dewasa ternyata juga memiliki risiko dua kali lipat

sebagai pemicu stroke. Berdasarkan rekapitulasi data diketahui secara

keseluruhan atau 100 persen pasien tidak mengalami gejala anemia.

n. Hamil

Banyak wanita mengalami komplikasi selama masa kehamilan.

Faktor-faktor yang muncul selama kehamilan dan memberikan kontribusi

terhadap peningkatan risiko stroke adalah kegemukan, kurangnya aktivitas

fisik, diabetes, tekanan darah tinggi (preeklampsia) serta gangguan


pembekuan darah. Berdasarkan rekapitulasi dapat diketahui bahwa secara

keseluruhan atau 100 persen pasien tidak dalam kondisi hamil.

Hamil 100 0

Anemia 100 0

Konsumsi obat anti trombosis 90 10

Konsumsi obat antikoagulan 92 8

polisitemia 100 0

Alkohol 96 4

Dislipidemia 97 3

Merokok 64 36

PAD 96 4

TIA 95 5

Stroke 43 57

Jantung 97 3

DM 90 10

Hipertensi 39 61

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Tidak Ya

6. Letak lesi

Ventikel Letak Lesi


1%

Tentorial
36%

Lakunar
63%
Rekapitulasi menunjukkan bahwa sebagian besar pasien memiliki stroke

berjenis lakunar yaitu sebesar 63 persen, tentorial sebsear 36 persen dan

sisanya 10 persen adalah ventikel.

7. Letak Perdarahan

Berdasarkan rekapitulasi data menunjukkan letak perdarahn sebagian

besar pasien adalah Lobar yaitu sebanyak 41 persen, kemudian IVH sebanyak

27 persen, Talamus sebesar 17 persen dan sisanya satu persen masing-masing

pada Parietal Bilateral, Temporoparietal Sinitra, Ganglia Basalis, Pars

Temporalis dan SH, ICH.

Letak perdarahan
1% 1% 1% 1%
1%
17% 37%

41%

IVH Lobar Talamus


Parietal Bilateral Temporoparietal Sinitra Ganglia Basalis
Pars Temporalis SH, ICH

8. Jumlah perdarahan (cc)

Pendarahan otak dapat disebabkan oleh berbagai macam sebab antara

lain stroke. Hasil rekapitulasi menunjukkan sebagian besar responden atau

sebanyak 98 persen merupakan pasien dengan jumlah perdarahan kurang dari

20 cc dan 2 persen lebih dari 20 cc.


Perdarahan

2%

< 20 cc
> 20 cc
98%

9. Onset

Onset

4% 5%
8%
< 6 jam
45%
16% 6 - 24 jam
1 hari
2 hari

22% 3 hari
> 3 hari

Stroke merupakan penyakit serebrovaskular yang memiliki gejala onset

mendadak. Penanganan sedini mungkin dipengaruhi oleh onset serangan

stroke namun yang menjadi kendala saat ini adalah keterlambatankedatangan

pasien stroke ke rumah sakit. Hasil rekapitulasi menunjukkan sebanyak 45

persen mengalami onset kurang dari 6 jam, kemudian 22 persen mengalami


onset antara 6 – 24 jam, dan 16 persen mengalami onset setelah 1 hari. Selain

itu terdapat 8 pasien yang mengalami onset setelah 2 hari, 5 persen setelah lebih

dari 3 hari dan 3 orang sampai dengan 3 hari.

10. > 6 jam, alasan :

Terdapat berbagai alasan mengapa onset pada pasien terjadi lebih dari 6

jam. Hasil rekapitulasi menunjukkan sebanyak 37 persen menyatakan kejadian

lebih dari 6 jam karena ketidaktahuan, kemudian 24 persen menyatakan tidak

adanya alat transportasi dan 18 persen masing-masing karena jauhnya jarak

dengan rumah sakit dan menunggu keluarga. Selain itu terdapat 2 persen

pasien menyatakan bahwa kejadian karena tidak adanya informasi tentang

kejadian stroke dan 1 persen menyatakan karena mereka memiliki untuk

dirawat dirumah.

alasan kejadian >6 jam

2% 1%

18% 18% Menunggu keluarga


Ketidaktahuan
Transportasi
24%
37% Jarak dengan RS
Tidak ada informasi
Rawat di rumah
11. Gejala klinis kejadian stroke

Terdapat berbagai macam gejala klinis yang mengiringi kejadian stroke.

Hasil rekapitulasi menunjukkan gejala kliniks paling nyata pada pasien adalah

kondisi lemah separuh pada tubuh yang diambil oleh 63 persen pasien. Selain

itu kondisi lain yang juga mengiri kejadian stroke adalah terjadinya sakit kepala

yang diderita oleh 55 persen pasien, kemudian 40 persen menunjukkan gejala

klinis kejadian stroke adalah penurunan kesadaran.

Gejala Klinis Terjadinya Stroke


Tidak Ya

hilang ingatan 100 0


vertigo 95 5
kejang 94 6
kesemutan separuh 90 10
kehilangan koordinasi 89 11
lemah separuh 37 63
kesulitan menelan 90 10
disatria/pelo 72 28
afasia 77 23
asimetris wajah 82 18
muntah 80 20
sakit kepala 45 55
penurunan kesadaran 60 40

Hasil rekapitulasi juga menunjukkan gejala klinis lain yang ditunjukkan

oleh pasien adalah terjadinya disatria/pelo pada 28 persen pasien, afasia

dialami oleh 23 persen pasien, muntah oleh 20 persen pasien, asimetris wajah

sebanyak 18 persen, kehilangan koordinasi sebesar 11 persen, kesemutan

separoh dan kesulitan menelan masing-masing sebesar 10 persen, kejang


sebesar 6 persen, vertigo sebesar 5 persen dan tidak ada satupun yang

menderita hilangan ingatan yang menunjukkan gejala klinis kejadian stroke.

12. Tekanan Darah Masuk dan Keluar Pada Pasien Stroke

Hipertensi sering di jumpai pada pasien stroke dan sebagian besar pasien

stroke mengalami peningkatan tekanan darah sistolik diatas 140 mmHg. Hasil

rekapitulasi menunjukkan saat pasien datang sebagian besar atau sebesar 86

persen memiliki tekanan darah yang cukup tinggi berkisar antara 130/80 dan

tertinggi adalah 190/100. Setelah menjalani asuhan keperawatan tekanan darah

sebagian besar responden mengalami penurunan. Hasil rekapitulasi

menunjukkan sebesar 64 persen memiliki tekananan darah normal saat keluar

dari rumah sakit.

Tekanan Darat Masuk dan Keluar pada Pasien

90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Normal Tinggi
Tekanan darah masuk 36 64
Tekanan darah keluar 86 14
13. GCS

GCS (Glasgow Coma Scale) yaitu skala yang digunakan untuk menilai

tingkat kesadaran pasien, (apakah pasien dalam kondisi koma atau tidak)

dengan menilai respon pasien terhadap rangsangan yang diberikan. Hasil

pemeriksaan tingkat kesadaran berdasarkan GCS disajikan dalam simbol E,

Vdan M.

GCS Pasien

GCS_M Keluar

GCS_V Keluar

GCS_E Keluar

GCS_M Masuk

GCS_V Masuk

GCS_E Masuk

0% 20% 40% 60% 80% 100%

Sopor Semi-coma Coma

Berdasarkan hasil rekapitulasi dapat diketahui saat pasien pertama kali

masuk tingkat kesadaran pasien dalam kondisi koma dimana 100 persen pasien

tingkat kesadaran motoriknya dalam kondisi koma, kemudian 64 persen dilihat

dari kesadaran matanya (E) dalam kondisi semi koma dan 60 persen kesadaran

verbalnya dalam kondisi sopor. Sedangkan saat pula, kesadaran sebagian

besar pasien untuk kesadaran matanya (kemampuan membuka mata) dalam

kondisi semi koma yaitu sebesar 78 persen, kesadaran verbalnya dalam kondisi
sopor yaitu sebesar 63 persen dan kesadaran motorinya dalam kategori sopor

yaitu sebsear 86 persen.

14. Letak Lesi

120

100 99 99 99 99
96 97 95 95 94
90
80
75
70
60

40
30
25
20
10
4 5 5 6
1 1 1 1 3
0
I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII

Ya Tidak

15. Motorik Hemiparesis

Hemiparesis adalah istilah medis untuk menggambarkan suatu kondisi

adanya kelemahan pada salah satu sisi tubuh atau ketidakmampuan untuk

menggerakkan anggota tubuh pada satu sisi. Istilah ini berasal dari kata hemi

yang berarti separuh, setengah, atau satu sisi dan paresis yang berarti

kelemahan. Hasil rekapitulasi menunjukkan sebagian besar responden

mengalami penurunan motorik hemipraesis dextra sebesar 41 persen, 28 persen

sinistra, 3 persen masing bilateral dan tetraparesis.


Motorik Hemiparesis

100
80
60
40
20
0
dextra sinistra bilateral Tetraparesis
Tidak 59 72 97 97
Ya 41 28 3 3

16. Sensorik Hemihipestesi

Sensorik hemihipestesi
Tidak Ya

0 3

100 90
97

10

Hipo Hiper Normal

Hemihipestesi (gangguan sensorik pada separuh bagian tubuh) yang

meliputi : rasa kesemutan, rasa penebalan atau mati rasa pada bagian tubuh

tertentu. Hasil rekapitulasi menunjukkan sebanyak 100 persen menunjukkan


pasien tidak mengalami hemihipestesi hipo, hiper dan hampir semuanya atau

90 persen menyatakan Sensorik Hemihipestesi dalam kondisi normal.

17. Otonom

Rekapitulasi menunjukkan sebagian besar sebagian pasien atau sebanyak

99 persen tidak megnalami retensi urin dan retensi dan hampir semuanya atau

sebesar 88 persen dalam kondisi normal.

1 9
100%
80%
60% 88
99 94
40%
20%
12
0%
Retensi Urin Retensi Alvi Normal
Tidak Ya

18. Siriraj Score Masuk

Stroke secara umum diklasifikasikan menjadi stroke iskemik dan

hemoragik. Diagnosis yang benar dalam membedakan jenis stroke sangat

diperlukan karena perbedaan tatalaksana. Siriraj Stroke Score (SSS)

merupakan instrumen diagnostik yang dikembangkan untuk dapat

membedakan jenis stroke. Nilai skor Siriraj lebih dari 1 (satu) mengindikasikan

perdarahan intraserebral supratentorial, sedangkan nilai di bawah -1 (minus

satu) mengindikasikan infark serebri.


Siriraj Score Masuk

Intraserebral
supratentorial
25%

Infark serebri
75%

19. Gajah Mada Score

Gajah Mada Score

1%

15% 22%
SH, IVH
20%
SNH
Isemik
Perdarahan
42%
SH
Untuk membedakan jenis atau penyebab stroke salah satunya bisa

menggunakan algoritma stroke Gadjah Mada (ASGM). Rekapitulasi data

menunjukkan sebagian besar pasien atau sebesar 42 persen mengalami stroke

disebabkan oleh iskemik, kemudian 20 persen karena perdarahan, 22 pesen

karena stroke non hemoragik (SNH), 12 persen adalah stroke hemoragik (SH)

dan hanya 1 persen aadalah stroke hemoragik dengan IVH.

20. NIHSS

National Institutes of Health Stroke Scale (NIHSS)adalah alat ukur

kuantitatif yang sering digunakan untuk mengukur kecacatan stroke.

NIHSS

140
120
100
80
60
40
20
0
Ringan Sedang Sedang - Stroke
berat berat
NIHSS Keluar 17 54 19 10
NIHSS Masuk 3 70 13 14

Rekapitulasi data menunjukkan saat masuk kondisi sebagian besar pasien

memiliki angka NIHSS dalam kondisi sedang sebesar 70 persen, stroke berat

sebesar 14 persen, stroke sedang berat sebesar 13 persen dan hanya 3 persen
dalam kondisi ringan. Sedangkan setelah melakukan asuhan keperawatan,

kondisi NIHSS pasien saat keluar dalam kondisi sedang sebesar 54 persen,

sedang berat sebesar 19 persen, ringan sebesar 17 persen dan stroke berat

sebesar 10 persen.

21. MMSE

MMSE merupakan pemeriksaan status mental singkat yaitu antara 5-10

menit mencakup penilaian orientasi, registrasi, perhatian dan kalkulasi,

mengingat kembali serta bahasa. Rekapitulasi data menunjukkan sebagian

besar pasien memiliki MMSE dalam kondisi Midl Cognitive Impairment (CI)

yatiu sebesar 57 persen, Moderate CI sebesar 21 persen, Severe CI sebesar 15

persen dan Normal sebesar 7 persen.

Normal, 7

Severe CI,
15
Moderate
Midl CI, 21
Cognitive
Impairment
(CI), 57
22. MoCA0Inn

23. Barthel Index

Indeks Barthel merupakan suatu instrument pengkajian yang

berfungsi mengukur kemandirian fungsional dalam hal perawatan diri dan

mobilitas serta dapat juga digunakan sebagai kriteria dalam menilai

kemampuan fungsional bagi pasien-pasien yang mengalami gangguan

keseimbangan. Hasil rekapitulasi menunjukkan sebagian besar pasien saat

masuk dalam kondisi ketergantungan berat yaitu sebesar 49 persen, kemudian

ketergantungan sedang sebesar 25 persen, ketergantungan total sebesar 19

persen dan hanya 7 persen yang masih bisa mandiri. Setelah menjalani

perawatan, pasien yang mengalami ketergantungan berat sebesar 46 persen,

ketertangungan total sebesar 34 persen, mandiri sebesar 16 persen dan sisanya

4 persen masih memiliki ketergantungan sedang.


100
90
80 46
70
60
50
40 34
30 4 49
20 16 25 19
10 7
0
Mandiri Ketergantungan Ketergantungan Ketergantungan
sedang berat total

BARTHEL INDEX_Masuk BARTHEL INDEX_Keluar

24. Komplikasi

Semua penyakit jika dibiarkan terlalu lama tanpa adanya tindakan untuk

mencegah dan mengobati penyakit tersebut tentunya akan menimbulkan

komplikasi, demikian juga dengan stroke. Hasil rekapitulasi data menunjukkan

secara keseluruhan atau sebesar 100 persen pasien tidak mengalami komplikasi

ulkus dekubitus, DVT dan Sepsis. Sedangkan pasien yang mengalam

komplokasi HAP sebesar 4 persen, stress ulcer sebesar 3 persen dan hanya 1

persen yang mengalmi komplikasi ISK.


100 0 0 0
1
99
3
98 4

97 100 100 100


99
96
97
95 96

94
HAP ISK ULKUS DVT SEPSIS STRESS
DEKUBITUS ULCER

Tidak Ya

25. Diagnosa

Secara keseluruhan setelah dilakukan pemeriksaan maka terdapat

diagnosa stroke pada masing-masing pasien. Hasil rekapitulasi menunjukkan

sebagian besar pasien atau sebanyak 63 persen didiagnosa menderita Stroke

Non Hemoragik. Kemudian terdapat 20 persen adalah stroke hemoragik, 4

persen stroke hemoragik dengan ganggungan ICH (Intracerebral

Haemorrhage), 3 persen masing-masing stroke non hemogarik dengan HT dan

Strok hemoragik dengan IVH. Dan sisanya masing-masing 1 persen adalah

pasien dengan diagnosa Strok Non Hemoragik dengan trombositosis, SH

Afasia, hemiparese dextra, SH dengan hipetensi, SNH dengan tetraparee

spatik, retensiurin dan SNH HPD.


SNH + Trombositosis 1

SNH + HT 3

SH, afasia, hemiparese dextra 1

SH, Hipertensi 1

SNH, tetraparee spastik, retensiurin 1

SH, ICH 4

SNH, Hidrochepalus 0

SNH, Konvulsi 2

SNH HPD 1

SH, IVH 3

SNH 63

SH 20

0 10 20 30 40 50 60 70

Diagnosa

Vous aimerez peut-être aussi