Vous êtes sur la page 1sur 20

JAN

28

KTI Jiwa Defisit Perawatan Diri


BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gangguan jiwa adalah sindrom pola prilaku dan psikologik seseorang secara klinis cukup
bermakna, penderitaan (distress) di dalam satu atau lebih fungsi yang penting bagi manusia,
sebagai tambahan disimpulkan bahwa disfungsi dalam segi perilaku, psikologik atau biologik.
Dan gangguan itu tidak semata-mata terletak dalam hubungan antara orang itu dengan
masyarakat (Depkes RI, 2006).
Seiring dengan semakin bertambahnya tahun dan semakin meningkatnya perkembangan
teknologi, baik dalam bidang ekonomi, politik dan sosial ternyata dapat menimbulkan dampak
yang akan menyebabkan nilai-nilai manusia secara utuh akan bergeser sedikit demi sedikit yang
akhirnya nilai tersebut akan hilang dengan sendirinya.
Dampak yang dihasilkan ternyata akan mengarah kepada gangguan jiwa,

dimana manusia tidak mampu untu mengendalikan dirinya secara keseluruhan

baik secara fisik maupun psikologi.

Berdasarkan data klien yang dirawat di Rumah Sakit Jiwa Provinsi NTB, untuk klien
dengan Defisit Perawatan Diri: Pada tahun 2011, didapatkan 617 jiwa dari jumlah keseluruhan
yaitu 5207 jiwa menderita Defisit Perawatan Diri. Pada tahun 2012, didapatkan data penderita
gangguan jiwa Defisit Perawatan Diri sebanyak 966 jiwa dari jumlah keseluruhan yaitu 5554
jiwa (RSJP NTB).
Dari data tersebut menunjukkan adanya peningkatan penderita Defisit Perawatan Diri yang
dirawat inap di Rumah Sakit Jiwa Provinsi NTB yang dilihat dari tahun ke tahun, oleh karena itu
dengan masih tingginya angka kesakitan ini, maka didalam penanganan pasien gangguan jiwa
diperlukan kemampuan seperti pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan pelayanan
kesehatan baik secara berkesinambungan, sehingga dapat mempertahankan dan meningkatkan
derajat kesehatan secara optimal.
Lingkungan tempat tinggal merupakan faktor yang paling mendukung dalam mewujudkan
perkembangan fisik, intelektual dan emosional serta apabila keadaan lingkungan yang
memungkinkan untuk mewujudkan perkembangan tersebut akan memberikan pengaruh terhadap
kesehatan jiwa seseorang. Dengan adanya pengaruh modernisasi, teknologi unsur budaya dari
luar suatu persaingan dalam hidup akan menyebabkan individu, keluarga, dan masyarakat
mencari jalan keluar dengan cara apapun yang dapat memenuhi tuntutan kehidupan, salah satu
dari gangguan jiwa tersebut adalah gangguan halusinasi seperti halusinasi pengelihatan.
Sehubungan dengan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengangkat kasus Defisit
Perawatan Diri sebagai judul Proposal.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka penulis merumuskan masalah bagaimana pola
asuhan keperawatan dengan tepat dan benar yang meliputi:
1. Bagaimana melakukan pengkajian yang baik dan benar pada klien
dengan gangguan Defisit Perawatan Diri
2. Bagaimana merumuskan diagnosa keperawatan yang baik dan benar pada klien
dengan gangguan Defisit Perawatan Diri
3. Bagaimana menyusun rencana asuhan keperawatan yang baik dan benar pada klien
dengan gangguan Defisit Perawatan Diri.
4. Bagaimana melakukan implementasi asuhan keperawatan yang baik dan benar pada klien
dengan gangguanDefisit Perawatan Diri
5. Bagaimana mengevaluasi dan menilai tingkat keberhasilan dengan baik dan benar pada
klien dengan gangguanDefisit Perawatan Diri.
6. Bagaimana mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan Defisit
Perawatan Diri.

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan Defisit
Perawatan Diri dengan menggunakan proses keperawatan sebagai metode pemecahan masalah.
1.3.2 Tujuan Khusus
Diharapkan bagi penulis mampu:
a. Melakukan pengkajian data pada pasien dengan gangguan Defisit Perawatan Diri dengan baik
dan benar.
b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan gangguan Defisit Perawatan
Diri dengan baik dan benar.
c. Menyusun rencana keperawatan dengan masalah gangguan Defisit Perawatan Diri dengan baik
dan benar.
d. Melakukan tindakan keperawatan pada pasien dengan gangguan Defisit Perawatan Diri dengan
baik dan benar.
e. Melakukan evaluasi pada pasien dengan gangguan Defisit Perawatan Diri dengan baik dan
benar.
f. Melakukan Pendokumentasi pada pasien dengan gangguan Defisit Perawatan Diri dengan baik
dan benar.

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan
Dapat memberikan masukan tentang pentingnya perawatan pada klien gangguan jiwa sehingga
dapat digunakan sebagai acuan bagi penulis selanjutnya.
1.4.2 Bagi Rumah Sakit Jiwa Provinsi NTB
Dapat meningkatkan penatalaksanaan tindakan keperawatan bagi kasus-kasus jiwa khususnya
yang berhubungan dengan perubahan sensori persepsi pada kasus Defisit Perawatan Diri yang
saat ini sering kita jumpai terjadi dimasyarakat.

1.5 Metode Pengambilan Data


1.5.1 Wawancara
Wawancara merupakan suatu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan tanya
jawab dengan klien, keluarga klien, masyarakat, dokter, perawat dan tenaga kesehatan lain untuk
memperoleh data atau informasi yang diperlukan.
1.5.2 Observasi
Observasi ini dilakukan dengan melakukan pemeriksaan fisik dan pengamatan langsung
pada keadaan umum.
Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi dilakukan dengan cara mempelajari status klien, dokumentasi
perawatan medik atau dokumen lain yang sah.
1.5.4 Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan dilakukan dengan cara memilih buku, makalah maupun jurnal yang
berhubungan dengan halusinasi sebagai teori.

1.6 Sistematika Penulisan


Proposal ini terdiri dari 2 bab, untuk mempermudah pembahasan isi proposal ini maka
penulis memberikan gambaran singkat isi proposal ini yaitu:
BAB 1 : Pendahuluan
Terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan,
manfaat dan sistematika penulisan.

BAB 2 : Tinjauan Pustaka


a. Konsep dasar menguraikan tentang pengertian, penyebab, gejala dan tanda, prosedur, diagnostik,
penatalaksanaan asuhan keperawatan.
b. Konsep dasar asuhan keperawatan menguraikan tentang pengkajian, diagnosa keperawatan,
rencana asuhan keperawatan, tindakan keperawatan dan evaluasi.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Defisit Perawatan Diri
2.1.1 Definisi
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai kondisi
kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika
tidak dapat melakukan perawatan diri
(Depkes 2010).
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan
diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 208).
Menurut Poter dan Perry (2008), personal hygine adalah

suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk

kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana
seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya.

Personal hygine berasal dari bahasa yunani yang berarti personal yang artinya perorangan
danhygine berarti sehat. Kebersihan perorangan adalah suatu tindakan untuk memelihara
kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. (Tarwoto 2008).

2.1.2 Etiologi
Menurut Tarwoto dan Wartonah, (2010) Penyebab kurang perawatan diri adalah sebagai berikut :
1. Kelelahan fisik.
2. Penurunan kesadaran.
Menurut Depkes (2010), penyebab kurang perawatan diri adalah:
1. Faktor prediposisi
a. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif terganggu.
b. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri.
c. Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang menyebabkan
ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
d. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi lingkungan
mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.

2. Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presiptasi deficit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi,
kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami individu sehingga
menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.
Menurut Depkes (2010) Faktor – faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah:
1. Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan
adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
2. Praktik Sosial
Pada anak–anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi
perubahan pola personal hygiene.
3. Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat
mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
4. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan
kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan
kakinya.

5. Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.
6. Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti
penggunaan sabun, sampo dan lain–lain.
7. Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu/sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk
melakukannya.
Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene:
1. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan
perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering terjadi adalah : Gangguan integritas kulit,
gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.
2. Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa
nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan
interaksi sosial.

2.1.3 Tanda dan Gejala


Menurut Depkes (2010) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah :
1. Fisik
a. Badan bau, pakaian kotor.
b. Rambut dan kulit kotor.
c. Kuku panjang dan kotor.
d. Gigi kotor disertai mulut bau.
e. Penampilan tidak rapi.
2. Psikologis
a. Malas, tidak ada inisiatif.
b. Menarik diri, isolasi diri.
c. Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
3. Sosial
a. Interaksi kurang.
b. Kegiatan kurang.
c. Tidak mampu berperilaku sesuai norma.
d. Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak
mampu mandiri.
Data yang biasa ditemukan dalam deficit perawatan diri adalah :
1. Data subyektif
a. Pasien merasa lemah
b. Malas untuk beraktivitas
c. Merasa tidak berdaya.
2. Data obyektif
a. Rambut kotor, acak – acakan
b. Badan dan pakaian kotor dan bau
c. Mulut dan gigi bau.
d. Kulit kusam dan kotor
e. Kuku panjang dan tidak terawatt

2.1.4 Rentang Respon Perawatan Diri


Menurut Keliat (2009) Rentang respon perawatan diri pada pasien adalah sebagai berikut:

Adaptif Maladaptif

Pola perawatan diri Kadang perawatan diri Tidak melakukan


seimbang kadang tidak perawatan saat stress

Keterangan:
1. Pola perawatan diri seimbang, saat klien mendapatkan stresor dan mampu untuk berprilaku
adaptif, maka pola perawatan yang dilakukan klien seimbang, klien masih melakukan perawatan
diri.
2. Kadang perawatan diri kadang tidak, saat klien mendapatkan stresor kadang – kadang klien
tidak memperhatikan perawatan dirinya,
3. Tidak melakukan perawatan diri, klien mengatakan dia tidak peduli dan tidak bisa melakukan
perawatan saat stresor.

2.1.5 Klasifikasi Defisit Perawatan Diri


Menurut Nurjannah (2008) Ada beberapa jenis defisit perawatan diri :
1. Kurang perawatan diri : mandi / kebersihan.
Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas
mandi/kebersihan diri.
2. Kurang perawatan diri : mengenakan pakaian / berhias. Kurang perawatan diri(mengenakan
pakaian) merupakan gangguan kemampuan memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.
3. Kurang perawatan diri : Makan
Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk menunjukkan aktivitas
makan.
4. Kurang perawatan diri : toileting
Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan atau
menyelesaikan aktivitas toileting sendiri.

2.1.6 Dampak Defisit Perawatan Diri Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia.
Menurut Keliat (2009), dampak Defisit Perawatan Diri terhadap pemenuhan kebutuhan dasar
manusia adalah:

1. Nutrisi
Individu dengan deficit perawatan diri biasanya memiliki pola hidup yang tidak teratur, sehingga
ia kurang memperhatikan terhadap dirinya dan akhirnya keinginan individu untuk makan tidak
ada, sehingga terjadi gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi.
2. Istirahat dan Tidur
Klien tidak mempunyai motivasi untuk merawat diri sehingga lebih sering malas-malasan dalam
bentuk aktifitas yang kurang serta pola tidur yang tidak teratur.
3. Personal hygiene
Kurangnya minat individu untuk mengurus dirinya sendiri sehingga individu tidak atau kurang
perhatian dan motivasi terhadap perawatan dirinya sendiri.
4. Kebutuhan aman
Kurangnya perawatan diri akan mempengaruhi status kesehatan pasien, pasien mudah untuk
terkena berbagai jenis penyakit akibat deficit perawatan diri
5. Komunikasi
Individu dengan defisit perawatan diri cenderung untuk menyendiri, inkoherent, kadang sulit
untuk memulai percakapan sehingga timbul gangguan komunikasi.
6. Sosialisasi
Individu dengan Defisit perawatan diri cenderung asyik dengan dirinya sendiri dan bersikap
masa bodoh terhadap lingkungan sehingga individu menarik diri dan berinteraksi sosial
terganggu.
7. Kebutuhan spiritual
Individu dengan deficit perawatan diri cenderung bermalas-malasan sehingga individu tidak
menyadari keberadaan dan kehilangan kontrol hidupnya. Akibatnya individu terputus dengan
sesama atau dengan tuhan sebagai sumber kehidupan, harapan dan kepercayaan. Dampaknya
adalah spiritual terganggu.
8. Aktualisasi diri
Individu dengan kecemasan semakin meningkat dan berlanjut, cenderung bersikap masa bodoh
terhadap lingkungan dan dirinya sendiri serta individu tersebut tidak mampu mengambil
keputusan yang logis dalam menggunakan pencapaian dalam aktivitas diri serta individu tersebut
tidak mampu mengambil keputusan yang logis dalam menggunakan pencapaian dalam aktivitas
diri.

2.1. Konsep Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Defisit Perawatan Diri


2.2.1 Pengkajian
a. Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan, terhadap
pengkajian terdiri dari pengumpulan data, pengelompokkan data dan analisa data.
Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial dan spiritual, dimana
pengumpulan data dilakukan pada saat klien masuk dan dilanjutkan secara terus menerus selama
keperawatan berlangsung (Stuart dan Sudden, 2005).
Cara pengkajian lain berfokus pada (5) lima dimensi: Fisik, Emosional, Intelektual, Sosial dan
Spiritual.
Isi pengkajian meliputi:
1. Identitas Klien
Biodata klien yang meliputi : nama, umur, jenis kelamin, alamat, tanggal masuk rumah sakit,
nomor register dan tanggal pengkajian.
2. Keluhan Utama
Klien dibawa kerumah sakit pada umumnya karena Defisit dalam merawat diri, dari perawatan -
perawatan diri yang biasa dilakukan, dan sekarang jarang dilakukan dengan diawali masalah
seperti senang menyendiri, tidak mau banyak berbicara dengan orang lain, terlihat murung.
3. Faktor Predisposisi
a. Pada umumnya klien pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu.
b. Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri.
c. Pengobatan sebelumnya kurang berhasil.
d. Harga diri rendah, klien tidak mempunyai motivasi untuk merawat diri
e. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan yaitu perasaan ditolak, dihina, dianiaya, dan
saksi penganiyaan
f. Ada anggota keluarga yang pernah mengalami gangguan jiwa.
g. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan yaitu kegagalan yang dapat menimbulkan
frustasi.
4. Pemeriksaan Fisik
Pengkajian fisik difokuskan pada system dan fungsi organ; yang meliputi :
a. Ukur dan observasi tanda–tanda vital, tekanan darah, nadi, suhu, dan pernapasan klien.
b. Ukur tinggi badan dan berat badan klien
c. Keluhan fisik: biasanya tidak ada keluhan fisik.
5. Aspek Psikososial
a. Gambaran diri: pada umumnya klien bisa menerima anggota tubuh yang dimiliki.
b. Identitas diri: klien mengetahui status dan posisi klien sebelum dirawat.
c. Peran: klien tidak mampu melaksanakan perannya sebagaimana mestinya, baik peran dalam
keluarga ataupun dalam kehidupan masyarakat.
d. Ideal diri: klien memiliki harapan untuk segera sembuh dari penyakitnya, dan kembali hidup
normal seperti sebelum klien sakit.
e. Harga diri: klien mengalami harga diri rendah berhubungan dengan kegagalan yang terjadi
dimasa lampau dan klien merasa tidak dihargai oleh orang lain.
6. Status Mental
a. Penampilan: penampilan klien tidak rapi, misalnya rambut acak–acakan, kancing baju tidak
tepat, dan baju tidak pernah diganti.
b. Pembicaraan: pembicaraan yang ditemukan pada klien yaitu pembicaraan yang berbelit-belit.
c. Aktivitas motorik: klien mengalami tegang, gelisah dan agitasi.
d. Alam perasaan: putus asa atau sedih dan gembira yang berlebihan.
e. Afek: labil yaitu emosi yang cepat berubah – ubah.
f. Interaksi selama wawancara: Biasanya klien menunjukkan kurang kontak mata dan kadang-
kodang menolak bicara dengan orang lain.
g. Persepsi: Biasanya gangguan persepsi terutama halusinasi pendengaran, klien biasanya
mendengan suara-suara yang mengancam, sehingga klien cenderung menyendiri, pandangan
kosong, kadang-kadang bicara sendiri, sering menyendiri dan melamun,.
h. Proses pikir:
1) Arus pikiran
Sirkumtansial yaitu pembicaraan yang berbelit tetapi sampai dengan tujuan pembicaraan dan
perseverasi yaitu pembicaraan yang diulang berkali – kali. Selain sirkumtansial dan perseverasi
klien dengan halusinasi visual biasanya juga mengalami gangguan dalam bentuk Blocking,
yaitu jalan pikiran tiba-tiba berhenti atau berhenti di tengah sebuah kalimat. Pasien tidak dapat
menerangkan kenapa ia berhenti.
2) Bentuk pikiran
Klien lebih sering diam dan larut dengan menyendiri, bersikap seperti malas-malasan
3) Isi pikiran
Klien merasa lebih senang menyendiri daripada berkumpul dengan orang lain. Klien suka
membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal atau marah, klien
biasanya waham curiga atau phobia.
4) Tingkat kesadaran dan orientasi tempat dan waktu baik.
5) Memori: memori klien biasanya baik.

7. Kebutuhan persiapan pulang


a. Makan: Klien tidak bisa mengambil makanan sendiri, makanan berceceran, dan makan tidak
pada tempatnya
b. Buang air besar / buang air kecil: Ketidakmampuan eliminasi secara mandiri, ditandai dengan
buang air besar atau buang air kecil tidak pada tempatnya, dan tidak membersihakan diri dengan
baik setelah BAB/BAK
c. Mandi: klien biasanya jarang mandi, gangguan kebersihan diri, rambut kotor, gigi kotor, kulit
berdaki dan bau, serta kuku panjang dan kotor
d. Berpakaian / berhias: klien biasanya jarang mengganti pakaian, biasanya pakaian tidak
sesuai,rambut acak-acakan, pakain kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, pada pasien laki-
laki bercukur, pada pasien perempuan tidak berdandan.
e. Istirahat dan tidur: biasanya istirahat dan tidur klien terganggu.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan adalah identifikasi atau penilaian terhadap pola respon klien baik
aktual atau potensial (Stuart dan Sudden, 2005). Rumusan diagnosa dapat menggunakan PE yaitu
permasalahan (P) yang berhubungan dengan etiologi (E) dan keduanya ada hubungan sebab
akibat secara ilmiah. Rumusan PES sama dengan PE hanya ditambah symtom (S) atau gejala
sebagai data penunjang dalam perawatan jiwa ditemukan diagnosa anak beranak (pohon
masalah), dimana jika etiologi sudah diberikan tindakan dan permasalahan belum selesai maka P
dijadikan etiologi pada diagnosa yang baru, demikian seterusnya. Hal ini dapat dilakukan karena
permasalahan tidak disebabkan oleh suatu etiologi yang sama sehingga walaupun etiologi sudah
diberi tindakan maka permasalahan belum selesai. Untuk jalan keluarnya jika permasalahan
tersebut menjadi etiologi maka tindakan diberikan secara tuntas.
Setelah selesai pengkajian dilakukan maka data yang terkumpul tersebut dianalisa sehingga
dapat dirumuskan keperawatan yang ada dan selanjutnya dibuat rencana keperawatan masalah
yang dapat dirumuskan pada umumnya dari apa yang klien perlihatkan sampai dengan adanya
deficit perawatan diri.
Gambar 2.2 : Pohon Masalah
(Keliat Budi Ana,
Gkk,: 2005)
Diagnosa Keperawatan antara lain :
1. Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri
2. Defisit Perawatan Diri : kebersihan diri, berdandan, makan, BAB/BAK
2.2.3. Rencana tindakan keperawatan
Rencana tindakan keperawatan terdiri dari tiga aspek yaitu tujuan umum, tujuan khusus
dan rencana tindakan keperawatan.
Tujuan umum berfokus pada penyelesaian permasalahan (P) dari diagnosa tertentu. Tujuan
khusus berfokus pada penyelesaian etiologi (E) dari diagnosa tertentu. Tujuan khusus merupakan
rumusan kemampuan klien yang harus dicapai atau dimiliki klien. Kemampuan ini dapat
bervariasi sesuai dengan masalah dan kebutuhan klien. Umumnya kemempuan pada tujuan
khusus dapat dibagi jadi tiga aspek (Stuart dan Sudden, 2005) yaitu kemampuan kognitif yang
diperlukan untuk menyelesaikan etiologi dari diagnosa keperawatan.
Tabel 2.1. Rencana Keperawatan
No Diagnosa Perencanaan Rasional
Keperawatan Tujuan Intervensi
1 Penurunan TUM: a. Berikan salam setiapHubungan
kemampuan danKlien dapatberinteraksi. terapeutik antara
motivasi meningkatkan minat b. Perkenalkan nama, namaklien dan
merawat diri dan motivasinyapanggilan perawat danperawat dibina
untuk tujuan perawatatas saling
memperhatikan berkenalan. percaya.
kebersihan diri c. Tanyakan nama dan
panggilan kesukaan klien.
TUK 1: d.Tunjukan sikap jujur dan
Klien dapat menepati janji
membina
No Diagnosa Perencanaan Rasional
Keperawatan Tujuan Intervensi
hubungan salingsetiap kali berinteraksi.
percaya dengane. Tanyakan perasaan dan
perawat. masalah yang dihadapi
klien.
f. Buat kontrak interaksi
yang jelas.
g. Dengarkan ungkapan
perasaan klien dengan
empati.
h. Penuhi kebutuhan dasar
klien
TUK 2: a. Berikan informasi tentangPengenalan
Klien dapat pentingnya kebersihaninformasi
mengenal tentang diri tentang
pentingnya b. Bina hubungan salingkebersihan diri
kebersihan diri. percaya dengandapat
menggunakan prinsipmeningkatkan
komunikasi terapeutik. kemampuan
c. Diskusikan bersama klienpasien untuk
pentingnya kebersihankebersihan diri
diri dengan carasecara mandiri
menjelaskan pengertian
tentang arti bersih dan
tanda-
No Diagnosa Perencanaan Rasional
Keperawatan Tujuan Intervensi
tanda bersih.
d.Dorong klien untuk
menyebutkan 3 dari 5
tanda kebersihan diri.
e. Diskusikan fungsi
kebersihan diri dengan
menggali pengetahuan
klien terhadap hal yang
berhubungan dengan
kebersihan diri.
f. Bantu klien
mengungkapkan arti
kebersihan diri dan tujuan
memelihara kebersihan
diri.
g. Beri reinforcement positif
setelah klien mampu
mengungkapkan arti
kebersihan diri.
h. Ingatkan klien untuk
memelihara kebersihan
diri seperti: mandi 2 kali
pagi dan sore, sikat gigi
minimal 2 kali
NO Diagnosa Perencanaan Rasional
Keperawatan Tujuan Intervensi
sehari (sesudah makan
dan sebelum tidur),
keramas dan menyisir
rambut, gunting kuku jika
panjang.
TUK 3: a. Motivasi klien untukMembantu klien
Klien dapatmandi. melakukan
melakukan b. Beri kesempatan untukperawatan diri
kebersihan dirimandi, beri kesempatansecara tepat dan
dengan bantuanklien untukmenyadari
perawat. mendemonstrasikan carakemampuan
memelihara kebersihanklien dalam
diri yang benar. perawatan diri.
c. Anjurkan klien untuk
mengganti baju setiap
hari.
d.Kaji keinginan klien
untuk memotong kuku
dan merapikan rambut.
Kolaborasi dengan
perawat ruangan untuk
pengelolaan fasilitas
perawatan
NO Diagnosa Perencanaan Rasional
Keperawatan Tujuan Intervensi
kebersihan diri, seperti
mandi dan kebersihan
kamar mandi.
e. Bekerjasama dengan
keluarga untuk
mengadakan fasilitas
kebersihan diri seperti
odol, sikat gigi, shampoo,
pakaian ganti, handuk dan
sandal.
TUK 4: a. Monitor klien dalamDengan
Klien dapatmelakukan kebersihanpeningkatan diri
melakukan diri secara teratur,secara mandiri
kebersihan ingatkan untuk mencuciakan
perawatan diri secararambut, menyisir, gosokmeningkatkan
mandiri. gigi, ganti baju dan pakaistatus kesehatan
sandal. pasien

TUK 5: a. Beri reinforcement positifMeningkatkan


Klien dapatjika berhasil melakukankemandirian
mempertahankan kebersihan diri. klien dalam
kebersihan diri merawat diri
secara mandiri.

NO Diagnosa Perencanaan Rasional


Keperawatan Tujuan Intervensi
TUK 6: a. Jelaskan pada keluargaKeluarga adalah
Klien dapattentang penyebab kurangorang terdekat
dukungan keluargaminatnya klien menjagadari pasien yang
dalam meningkatkankebersihan diri. dapat membuat
kebersihan diri. b. Diskusikan bersamapasien merasa
keluarga tentangnyaman
tindakanyang telah
dilakukan klien selama di
RS dalam menjaga
kebersihan dan kemajuan
yang telah dialami di RS.
c. Anjurkan keluarga untuk
memutuskan memberi
stimulasi terhadap
No Diagnosa Perencanaan Rasional
Keperawatan Tujuan Intervensi
2 Defisit TUM: 1. Melatih pasien cara-caraDengan secara
Perawatan Pasien tidak perawatan kebersihanmandiri mampu
Diri : mengalami defisit diri merawat diri dapat
kemajuan yang telah
kebersihan diri,
perawatan diri a. Menjelasan pentingnyameningkatkan
dialami di RS.
berdandan, menjaga kebersihan diri. kebersihan diri
d.Jelaskan pada keluarga
makan, TUK 1: b. Menjelaskan alat-alatklien
tentang manfaat sarana
BAB/BAK Pasien mampu untuk menjaga
yang lengkap dalam
melakukan kebersihan diri
menjaga kebersihan diri
kebersihan diri c. Menjelaskan cara-cara
klien.
secara mandiri melakukan kebersihan
e. Anjurkan keluarga
diri
NO Diagnosa Perencanaan Rasional
d. Melatih pasien
Keperawatan Tujuan Intervensi
mempraktekkan cara
untuk menyiapkan
menjaga kebersihan diri sarana
dalam menjaga
TUK 2: Melatih pasienMeningkatkan
kebersihan diri.
Pasien mampuberdandan/berhias kebersihan dan
Diskusikan bersama
melakukan Untuk pasien laki-lakikerapian klien
keluarga cara membantu
berhias/berdandan latihan meliputi:
klien dalam menjaga
secara baik a. Berpakaian
kebersihan diri.
b. Menyisir
g. Diskusikan dengan
keluarga mengenai hal
NO Diagnosa Perencanaan Rasional
yang dilakukan misalnya:
Keperawatan Tujuan Intervensi
mengingatkan waktu
rambut
mandi, sikat gigi, mandi,
c. Bercukur
keramas, dan lain-lain.
Untuk pasien wanita,
latihannya meliputi :
a. Berpakaian
b. Menyisir rambut
c. Berhias
TUK 3: 1. Melatih pasien makanDengan secara
Pasien mampusecara mandiri mandiri mampu
makan dengan baik Menjelaskan caramemenuhi
mempersiapkan makan kebutuhan makan
b. Menjelaskan carasecara baik akan
makan yang tertib memperbaiki pola
Menjelaskan caramakan pasien
Sumber:
merapihkan peralatan
makan setelah makan Rusdi,
d. Praktek makan sesuai 2009
dengan
NO Diagnosa Perencanaan Rasional
Keperawatan Tujuan Intervensi
tahapan makan yang
baik
TUK 4: 1. Mengajarkan pasienMeningkatkan
Pasien mampu melakukan BAB/BAKkemampuan
2.2.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah : inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik,
tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada Nursing Orders
untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang
spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor–faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan
klien (Iyer et al 2010).
Tujuan pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan
yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan
memfasilitasi koping.
Perencanaan tindakan keperawatan akan dapat dilaksanakan dengan baik jika klien mempunyai
keinginan untuk berpatisipasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan. Tindakan yang
dilakukan bertujuan membantu individu memenuhi kebutuhan yang tidak dapat dipenuhinya
sendiri serta mengarahkan dan membantu dalam mengatasi permasalahan yang dihadapinya.

2.2.5 Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkelenjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan
pada klien. Evaluasi dilaksanakan terus menerus pada respon klien terhadap tindakan
keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi dapat dibagi jadi dua yaitu: Evaluasi proses atau
formatif dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan.
Evaluasi hasil atau sumatif dilakukan dengan membandingkan respon klien.
Evaluasi dapat dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP, sebagai pola fikir.
S = respon subyektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
O= respon obyektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
A= analisa ulang atas data subyektif dan obyektif untuk menyimpulkan apakah masalah masih tetap
atau muncul masalah baru atau ada data yang kontradiksi dengan masalah yang ada.
P= perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon klien.
Rencana tindak lanjut dapat berupa :
1. Rencana teruskan, jika masalah tidak berubah.
2. Rencana di modifikasi jika masalah tetap, semua tindakan sudah dijalankan tetapi hasil belum
memuaskan.
3. Rencana dibatalkan jika ditemukan masalah baru dan bertolak belakang dengan masalah yang
ada serta diagnosa lama dibatalkan. (Stuart dan Laria, 2005)

2.2.6 Dokumentasi Keperawatan


Adalah kegiatan pendokumentasian keperawatan mencakup rencana secara sistematis.
Semua kegiatan dalam kegiatan kontrak perawat-klien dalam kurun waktu tertentu, secara jelas,
lengkap dan objektif. Hal ini bertujuan untuk memberi kemudahan dalam memberikan asuhan
keperawatan dan jaminan mutu, disamping pencatatan, kegiatan pendokumentasian keperawatan
juga mencakup penyimpangan atau pemeliharaan hasil pencatatan dan pendokumentasian pada
anggota sesama tim kesehatan untuk kepentingan pengelolaan klien serta kepada aparat penegak
hukum bila diperlukan untuk pembuktian (Dongoes, 2006).

Vous aimerez peut-être aussi