Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Amputasi dapat diartikan sebagai tindakan memisahkan bagian tubuh sebagian atau seluruh
bagian ekstremitas. Tindakan ini merupakan tindakan yang dilakukan dalam kondisi pilihan
terakhir manakala masalah organ yang terjadi pada ekstremitas sudah tidak mungkin dapat
diperbaiki dengan menggunakan teknik lain, atau manakala kondisi organ dapat membahayakan
keselamatan tubuh klien secara utuh atau merusak organ tubuh yang lain seperti dapat
menimbulkan komplikasi infeksi. Kegiatan amputasi merupakan tindakan yang melibatkan
beberapa sistem tubuh seperti sistem integumen, sistem persyarafan, sistem muskuloskeletal dan
sisten cardiovaskuler. Labih lanjut ia dapat menimbulkan masalah psikologis bagi klien atau
keluarga berupa penurunan citra diri dan penurunan produktifitas. Penyebab / faktor
predisposisi terjadinya amputasi Tindakan amputasi dapat dilakukan pada kondisi Fraktur
multiple organ tubuh yang tidak mungkin dapat diperbaiki, Kehancuran jaringan kulit yang tidak
mungkin diperbaiki, Gangguan vaskuler/sirkulasi pada ekstremitas yang berat,Infeksi yang berat
atau beresiko tinggi menyebar ke anggota tubuh lainnya,Adanya tumor pada organ yang tidak
mungkin diterapi secara konservatif Deformitas organ.
Adanya kecenderungan yang terus naik setiap tahunnya atas penderita kecacatan yang
mengalami amputasi di Indonesia Pada akhir tahun 2009 menunjukkan data terjadinya kasus
amputasi anggota gerak bawah kaki adalah sebesar 25% per tahunnya, yang terbagi untuk
amputasi kaki diatas lutut atau prothese jenis above knee amputation (AKA) sebesar 18% dan
amputasi dibawah lutut atau prothese jenis below knee amputation (BAK) sebesar 7%.
Sedangkan kejadian amputasi pada anggota gerak atas (tangan) sebesar 15%, yang terbagi
amputasi dibawah siku tangan atau prothese jenis below elbow amputation (BEA) sebesar 10%
dan amputasi diatas siku tangan atau prothese jenis above elbow amputation (AEA) sebesar 5%.
Berdasarkan data dari rekam medik RS Fatmawati jakarta di ruang Orthopedi periode Januari
2010 s/d Mei 2010 berjumlah 323 yang mengalami gangguan muskuloskletel, termasuk yang
mengalami amputasi berjumlah 31 orang (5,59%).
Di Sumatra utara selama periode bulan januari 2007 sampai 2009 telah datang kasus patah
tulang yang harus diamputasi ke RSUP HAM Medan. Jumlah 864 kasus dimana 463 (53,6%)kasus
yang baru datang belum lewar satu minggu setelah kecelakaan. 401 (46,6%) kasus lagi datang ke
RS lebih dari satu minggu setelah kecelakaan semua golongan pada kelompok kasus yang
terlantar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Medis
2.1.1 Defenisi
Amputasi adalah pembuangan suatu anggota badan atau suatu penumbuhan dari badan
Amputasi adalah pengangkatan melalui bedah atau traumatic
Amputasi adalah tindakan pembedahan dengan membuang bagian tubuh.
2.1.5 Etiologi
Indikasi utama bedah amputasi adalah karena :
1. Iskemia karena penyakit reskularisasi perifer, biasanya pada orang tua, seperti klien dengan
artherosklerosis, Diabetes Mellitus.
2. Trauma amputasi, bisa diakibatkan karena perang, kecelakaan, thermal injury seperti
terbakar, tumor, infeksi, gangguan metabolisme seperti pagets disease dan kelainan kongenital.
2.1.6 Komplikasi
Komplikasi amputasi meliputi perdarahan, infeksi, dan kerusakan kulit.Karena ada pembuluh
darah besar yang dipotong, dapat terjadi perdarahan masif. Infeksi merupakan infeksi pada
semua pembedahan ; dengan peredaran darah buruk atau kontaminasi luka setelah amputasi
traumatic, resiko infeksi meningkat. Penyembuhan luka yang buruk dan iritasi akibat prostesis
dapat menyebabkan kerusakan kulit.
2.1.7 Penatalaksanaan
Amputasi dianggap selesai setelah dipasang prostesis yang baik dan berfungsi.
Ada 2 cara perawatan post amputasi yaitu :
1. Rigid dressing
Yaitu dengan menggunakan plaster of paris yang dipasang waktu dikamar operasi.Pada waktu
memasang harus direncanakan apakah penderita harus immobilisasi atau tidak. Bila tidak
diperlukan pemasangan segera dengan memperhatikan jangan sampai menyebabkan konstriksi
stump dan memasang balutan pada ujung stump serta tempat-tempat tulang yang menonjol.
Keuntungan cara ini bisa mencegah oedema, mengurangi nyeri dan mempercepat posisi berdiri.
Setelah pemasangan rigid dressing bisa dilanjutkan dengan mobilisasi segera, mobilisasi setelah 7
– 10 hari post operasi setelah luka sembuh, setelah 2 – 3 minggu, setelah stump sembuh dan
mature. Namun untuk mobilisasi dengan rigid dressing ini dipertimbangkan juga faktor usia,
kekuatan, kecerdasan penderita, tersedianya perawat yang terampil, therapist dan prosthetist
serta kerelaan dan kemauan dokter bedah untuk melakukan supervisi program perawatan. Rigid
dressing dibuka pada hari ke 7 – 10 post operasi untuk melihat luka operasi atau bila ditemukan
cast yang kendor atau tanda-tanda infeksi lokal atau sistemik.
2. Soft dressing
Yaitu bila ujung stump dirawat secara konvensional, maka digunakan pembalut steril yang rapi
dan semua tulang yang menonjol dipasang bantalan yang cukup. Harus diperhatikan penggunaan
elastik verban jangan sampai menyebabkan konstriksi pada stump. Ujung stump dielevasi dengan
meninggikan kaki tempat tidur, melakukan elevasi dengan mengganjal bantal pada stump tidak
baik sebab akan menyebabkan fleksi kontraktur. Biasanya luka diganti balutan dan drain dicabut
setelah 48 jam. Ujung stump ditekan sedikit dengan soft dressing dan pasien diizinkan secepat
mungkin untuk berdiri setelah kondisinya mengizinkan. Biasanya jahitan dibuka pada hari ke 10 –
14 post operasi.Pada amputasi diatas lutut, penderita diperingatkan untuk tidak meletakkan
bantal dibawah stump, hal ini perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya kontraktur.
Diagnosa Keperawatan II :
Nyeri, (akut) berhubungan dengan cedera fisik/ jaringan dan trauma saraf, dampak psikologi
terhadap kehilangan bagian tubuh
Tujuan :
Nyeri hilang/terkontrol
Kriteria hasil :
Menyatakan nyeri hilang/terkontrol
Tampak rileks dan mampu tidur/istirahat dengan tepat.
Perencanaan/Pelaksanaan :
a. Catat lokasi dan intesitas nyeri (skala 0-10) selidiki perubahan karakteristik nyeri, contoh
kebas, kesemutan.
Rasional :
Membantu dalam evaluasi kebutuhan dan keektifan intervensi. Perubahan dapat
mengindikasikan terjadinya komplikasi , contoh nekrosis/infeksititif.
b. Tinggikan bagian yang sakit dengan meninggikan kaki tempat tidur atau menggunakan
bantal/guling untuk amputasi tungkai atas.
Rasional :
Mengurangi terbentuknya edema dengan peningkatan aliran balik vena, menurunkan kelelahan
otot dan tekanan kulit/jaringan.
c. Berikan tindakan kenyamanan (contoh ubah posisi sering, pijatan punggung) dan aktivitas
teraupetik.dorong penggunaan teknik manajemen stress (contoh latihan nafas dalam, visualisasi,
pedoman khayalan) dan sentuhan teraupetik.
Rasional :
Mengfokuskan kembali perhatian, meningkatkan relaksasi, dapat meningkatkan kemampuan
koping dan dapat menurunkan terjadinya nyeri fantom tungkai.
d. Berikan pijatan lembutan pada puntung sesuai toleransi bila balutan telah dilepas.
Rasional :
Meningkatkan sirkulasi, menurunkan tegangan otot.
e. Berikan obat sesuai indikasi, contoh analgesic, relaksan otot, intruksi pada APD.
Rasional :
Menurunkan nyeri/spasme otot.catatan: APD menentukan obat tepat waktu yang mencegah
feluktuasi nyeri sehubungan denga tegangan/spasme.
Evaluasi :
Hilangkan rasa nyeri.
Diagnosa Keperwatan III :
Perfusi jaringan, perubahan ; perifer, resiko tinggi terhadap penurunan aliran darah vena/
arterial ; edema jaringan, pembentukan hematoma.
Tujuan :
Komplikasi tercegah atau minimal
Kriteria hasil :
Mempertahankan perfusi jaringan adekuat dibuktikan dengan nadi perifer teraba dan kulit
hangat/ kering.
Perencanaan / Pelaksanaan :
a. Lakukan pengkajian neuro vaskuler periodic, contoh sensasi, gerakan, nadi, warna kulit dan
suhu.
Rasional :
Edema jaringan pasca operasi pembentukan hematoma, atau balutan terlalu ketat dapat
mengganggu sirkulasi pada puntung, mengakibatkan nekrosis jaringan.
b. berikan tekanan langsung pada sisi pendarahan, bila terjadi pendaran. Hubungi dokter dengan
segera.
Rasional :
Tekanan langsung pada pendarahan dapt diteruskan dengan penggunaan balutan serat
pengaman dengan balutan elastis bila pendarahan terkontrol.
c. Evaluasi tungkai bawah yang tak dioperasi untuk adnya inflamasi, tanda human positif.
Rasional :
Peningkatan insiden pembentukan thrombus pada pasien dengan penyakit vaskuler perifer
sebelumnya/ perubahan diabetic.
d. Berikan cairan IV / produk darah sesuai indikasi
Rasional :
Mempertahankan volume sirkulasi untuk memaksimalkan perfusi jaringan
Evaluasi :
Tidak terjadinya komplikasi.
Diagnosa Keperawatan IV :
Infeksi, resiko tinggi terhadap ketidak adekuatan pertahanan primer ( kulit robek, jaringan
traumatik) prosedur invasif ; terpajan pada lingkungan, penyakit kronis, perubahan status
nutrisi.
Tujuan :
Mobilitas/ fungsi ditingkatkan kembali atau dikompensasi.
Kriteria hasil :
Mencapai penyembuhan tepat pada waktunya, bebas drainase purulen atau eritema ; dan tidak
demam.
Menunjukkan keinginan berpartisipasi dalam aktivitas
Perancanaan/ Pelaksanaan :
a. pertahankan teknik antiseptic bila mengganti balutan/ merawat luka.
Rasional :
Meminimalkan kesempatan introduksi bakteri
b. Infeksi balutan dan luka, perhatikan karateristik drainase.
Rasional :
Deteksi dini terjadinya infeksi memberikan kesempatan untuk intervensi tepat waktu dan
mencegah kuomplikasi lebih serius (contoh, osteomielitis)
c. Pertahankan potensi dan pengosongan alat drainase secara rutin.
Rasional :
Hemovac, drain jakson-pratt membantu membuang drainase, meningkatkan penyebuhan luka dan
mnurunkan resiko infeksi.
d. Tutup balutan dengan plastic bila menggunakan pispot atau bila inkontinensia
Rasional :
Mencegah kontaminasi pada amputasi tungkai bawah
e. Berikan antibiotic sesuai indikasi
Rasional :
Antibiotic spectrum luas dapat digunakan secara profilaktif atau terapi antibiotic mungkin
disesuaikan terhadap organisme khusus.
Evaluasi :
Meningkatkan mobilitas/kemampuan fungsi.
Diagnosa Keperawatan V :
Mobilitas fisik, kerusakan berhubungan dengan kehilangan tungkai (terutama ekstremitas
bawah) ; nyeri/ ketidaknyamanan, gangguan perceptual ( perubahan rasa keseimbangan.
Tujuan :
Mempertahankan posisi fungsi.
Kriteria hasil :
Menunjukkan teknik atau prilaku yang memampukan tindakan aktivitas.
Menyatakan pemahaman situasi individual, program pengobatan, dan tindakan keamanan.
Perancanaan /Pelaksanaan :
a. Bantu latihan rentang gerak khusus untuk area yang sakit dan yang tak sakit mulai secara dini
pada tahap pasca operasi.
Rasional :
Mencegah kontraktur, perubahan bentuk, yang dapat terjadi dengan cepat dan dapat
memperlambat penggunaan prostese.
b. Dorong latihan aktif/ isometric untuk paha atas dan lengan atas.
Rasional :
Meningkatkan kekuatan otot untuk membantu pemindahan/ ambulasi.
c. intruksikan pasien untuk berbaring dengan posisi tengkurap sesuai toleransi sedikitnya dua
kali sehari dengan bantal dibawah abdomen dan puntung ekstremitas bawah.
Rasional :
Menguatkan otot ekstensor dan mencegah kontrakrur fleksi pada panggul
d. Berikan gulungan untuk paha sesuai indikasi
Rasional :
Mencegah rotasi eksternal puntung tungkai bawah
e. Tunjukkan atau Bantu teknik pemindahan dan penggunaan alat mobilitas, contoh trapeze,
kruk atau walker.
Rasional :
Membantu perawatan diri dan kemandirian pasien.Teknik pemindahan yang dapat mencegah
cedera abrasi dari kulit karena lari cepat.
Evaluasi :
memberikan teknik atau prilaku yang memampukan tindakan aktivitas
Diagnosa Keperawatan VI :
Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurang terpajan/ mengingat, salah interpretasi informasi.
Tujuan :
Prosedur bedah, prognosis, dan program terapetik dipahami.
Kriteria hasil :
Melakukan dengan benar prosedur tertentu dan menjelaskan alas an tindakan.
Menyatakan pemahaman kondisi/ proses penyakit dan pengobatan.
Perencanaan /pelaksanaan :
a. Intruksikan perawatan balutan/luka, inspeksi puntung menggunakan cermin untuk semua
semua area, pijat kulit, dan tutup puntung dengan tepat.
Rasional :
Meningkatkan perawatan diri kompeten ; membantu penyembuhan dan pemasangan prostese
dan menurunkan potensial untuk komplikasi.
b. Tunjukkan perawatan alat prostesi. Tekankan pentingnya pemeliharaan rutin/ pemasangan
ulang periodic.
Rasional :
Dorong pemasangan tepat, menurunkan resiko komplikasi dan memperpanjang hidup prostese.
c. tekankan pentingnya diet seimbang dan pemasukan cairan adekuat.
Rasional :
Memenuhi kebutuhan nutrient untuk regerasi jaringan/ penyembuhan, membantu dalam
mempertahankan volume sirkulasi dan fungsi organ normal, dan mempertahankan berat tepat
(berat badan mengubah pengaruh pemasangan prostese).
d. Anjurkan penghentian merokok.
Rasional :
Merokok berpotansi untuk vasokonstriksi verifier, gangguan sirkulasi juga oksigenasi jaringan.
Evaluasi :
Memberikan informasi tentang prosedur bedah atau prognosis dan kebutuhan pengobatan