Vous êtes sur la page 1sur 43

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis mengucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa

pertolongan-Nya, mungkin penulis tidak akan sanggup menyelesaikan makalah ini

dengan baik.

Makalah ini di susun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari

diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan

terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan walaupun

masih ada kesalahan.

Makalah ini memuat tentang “Asuhan Keperawatan Pre-Eklampsia dan

Eklampsia“dan sengaja dipilih karena menyangkut dengan materi yang akan dibahas

serta untuk memenuhi tugas mata kuliah sistem reproduksi.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada

pembaca. Khususnya untuk mahasiswa. Walaupun makalah ini masih memiliki

kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya agar makalah ini dapat

menjadi lebih baik. Terima kasih.

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan

D. Manfaat

BAB II PEMBAHASAN

BAB IV PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Preeklampsia dan eklampsia merupakan kesatuan penyakit yang

disebabkan oleh kehamilan walaupun belum jelas bagaimana terjadi. Diindonesia

preeclampsia, eklampsia, disamping perdarahan dan infeksi masih merupakan

sebab utama kematian ibu dan sebab kematian perinatal yang tinggi. (professor

dotor dokter sarwono prawirhadjo, DSOG).

Angka kematian Ibu dan bayi saat ini masih sangat tinggi. Terutama untuk

ibu hamil yang tinggal di desa-desa, selain karena pengetahuan ibu hamil yang

kurang dan tidak begitu mengerti tentang kesehatan juga karena perawatan dalam

persalinan masih di tangani oleh petugas non medik dan sistem rujukan yang

belum sempurna. (Prof. dr.H. Muh.Dikman Angsar, SpOG, tahun 2005).

Salah satu penyebab dari tingginya mortalitas dan morbiditas ibu bersalin

adalah hipertensi yang karena tidak di tangani dengan benar berujung pada

preeklsamsia dan eklamsia. Hipertensi dalam kehamilan merupakan 5 – 15 %

penyulit kehamilan. Oleh karena itu, ditekankan bahwa pengetahuan tentang

pengelolaan sindroma preeklamsi ringan dengan hipertensi, odema dan protein

urine harus benar–benar dipahami dan ditangani dengan benar oleh semua tenaga

medis. (Prof. dr.H. Muh.Dikman Angsar, SpOG, tahun 2005).

Preeklampsia adalah penyakit pada wanita hamil yang secara langsung

disebabkan oleh kehamilan. Pre-eklampsia adalah hipertensi disertai proteinuri

dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah

persalinan. Gejala ini dapat timbul sebelum 20 minggu bila terjadi.Preeklampsia

hampir secara eksklusif merupakan penyakit pada multipara.Biasanya terdapat


pada wanita masa subur dengan umur ekstrem yaitu pada remaja belasan tahun

atau pada wanita yang berumur lebih dari 35 tahun.

Eklampsia merupakan kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan

atau nifas, yang ditandai dengan timbulnya kejang dan / atau koma. Biasanya

Sebelumnya wanita hamil itu menunjukkan gejala-gejala pre-eklampsia (kejang-

kejang dipastikan BUKAN timbul akibat kelainan neurologik lain).

B. Tujuan

Mampu menerapkan asuhan keperawatan pasien dengan preeklampsia dan

eklampsi

C. Manfaat

Sebagai salah satu sumber informasi bagi mahasiswa, serta sebagai salah

satu persyaratan dalam untuk memenuhi tugas perkuliahan.


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI

1. Pre eklampsia

Pre-eklampsia atau sering juga disebut toksemia adalah suatu kondisi

yang bisa dialami oleh setiap wanita hamil. Penyakit ini ditandai dengan

meningkatnya tekanan darah yang diikuti oleh peningkatan kadar protein di

dalam urine. Wanita hamil dengan preeklampsia juga akan mengalami

pembengkakan pada kaki dan tangan. Preeklampsia umumnya muncul pada

pertengahan umur kehamilan, meskipun pada beberapa kasus ada yang

ditemukan pada awal masa kehamilan.

Pre-eklampsia dalam kehamilan adalah apabila dijumpai tekanan darah

140/90 mmHg setelah kehamilan 20 minggu (akhir trisemester kedua sampai

trisemester ketiga) atau bisa lebih awal terjadi.

Pre-eklampsia adalah salah satu kasus gangguan kehamilan yang bisa

menjadi penyebab kematian ibu. Kelainan ini terjadi selama masa kehamilan,

persalinan, dan masa nifas yang akan berdampak pada ibu dan bayi.

Hipertensi (tekanan darah tinggi) di dalam kehamilan terbagi atas pre-

eklampsia ringan, preklampsia berat, eklampsia, serta superimposed hipertensi

(ibu hamil yang sebelum kehamilannya sudah memiliki hipertensi dan

hipertensi berlanjut selama kehamilan).

2. Eklampsia

Eklampsia merupakan kondisi lanjutan dari preeklampsia yang tidak

teratasi dengan baik. Selain mengalami gejala preeklampsia, pada wanita yang
terkena eklampsia juga sering mengalami kejang kejang. Eklampsia dapat

menyebabkan koma atau bahkan kematian baik sebelum, saat atau setelah

melahirkan.

Eklampsia berasal dari kata bahasa Yunani yang berarti “halilintar“

karena gejala eklampsia datang dengan mendadak dan menyebabkan suasana

gawat dalam kebidanan. Eklampsia juga disebut sebuah komplikasi akut yang

mengancam nyawa dari kehamilan ditandai dengan munculnya kejang tonik -

klonik, biasanya pada pasien yang telah menderita preeklampsia. (Preeklamsia

dan eklampsia secara kolektif disebutgangguan hipertensi kehamilan

dan toksemia kehamilan.) Prawiroharjo 2005.

Eklampsia adalah kelainan pada masa kehamilan, dalam persalinan

atau masa nifas yang di tandai dengan kejang ( bukan timbul akibat kelainan

saraf ) dan atau koma dimana sebelumnya sudah menimbulkan gejala pre

eklampsia. (Ong Tjandra & John 2008 ).

B. Klasifikasi Pre-Eklampsia dan Eklampsia

1. Pre Eklamsia dibagi menjadi 2 golongan,yaitu:

a. Pre Eklamsia ringan, bila disertai keadaan sebagai berikut:

1) Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi

berbaring terlentang atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih atau

kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih.

2) Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka atau kenaikan berat badan 1

kg atau lebih per minggu.

3) Proteinuria kuantitatif 0,3 gr atau lebih per liter, kwalitatif 1+ atau 2+

pada urin kateter atau midstream


b. Pre Eklamsi berat,bila disertai dengan keadaan sebagai berikut:

1) Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.

2) Proteinuria 5 gr atau lebih per liter.

3) Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam.

4) Adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri di epigas-

trium.

5) Terdapat edema paru dan sianosis.

2. Eklampsia menjadi 3 bagian berdasarkan waktu terjadinya eklampsia, yaitu:

a. Eklampsia gravidarum

Kejadian 50% sampai 60 %

Serangan terjadi dalam keadaan hamil

b. Eklampsia parturientum

Kejadian sekitar 30 % sampai 50 %

Saat sedang inpartu

Batas dengan eklampsia gravidarum sukar di tentukan terutama saat

mulai inpartu

c. Eklampsia puerperium

Kejadian jarang 10 %

Terjadi serangan kejang atau koma seletah persalinan berakhir

Kejang – kejang pada eklampsia terdiri dari 4 tingkat :

a. Tingkat awal atau aura

Berlangsung 30 – 35 detik

Tangan dan kelopak mata gemetar


Mata terbuka dengan pandangan kosong

Kepala di putar ke kanan atau ke kir

b. Tingkat kejang tonik

Berlangsung sekitar 30 detik

Seluruh tubuh kaku : wajah kaku, pernafasan berhenti, dapat diikuti

sianosis, tangan menggenggam, kaki di putar kedalam, lidah dapat

tergigit.

c. Tingkat kejang klonik

Berlangsung 1 sampai 2 menit

Kejang tonik berubah menjadi kejang klonik

Konsentrasi otot berlangsung cepat

Mulut terbuka tertutup dan lidah dapat tergigit sampai putus

Mata melotot

Mulut berbuih

Muka terjadi kongesti dan tampak sianosis

Penderita dapat jatuh, menimbulkan trauma tambahan

d. Tingkat koma

Setelah kejang klonik berhenti penderita menarik nafas

Diikuti,yang lamanya bervariasi

C. Etiologi Pre-Eklampsia dan Eklampsia

1. Pre-Eklampsia

Penyebab preeklamsi sampai sekarang belum di ketahui secara

pasti,tapi pada penderita yang meninggal karena preeklamsia terdapat

perubahan yang khas pada berbagai alat.Tapi kelainan yang menyertai

penyakit ini adalah spasmus arteriole, retensi Na dan air dan coogulasi
intravaskulaer. Walaupun vasospasmus mungkin bukan merupakan sebab

primer penyakit ini, akan tetapi vasospasmus ini yang menimbulkan berbagai

gejala yang menyertai preeklamsi.

Sebab pre eklamasi belum diketahui :

a. Vasospasmus menyebabkan :

Hypertensi

Pada otak (sakit kepala, kejang)

Pada placenta (solution placentae, kematian janin)

Pada ginjal (oliguri, insuffisiensi)

Pada hati (icterus)

Pada retina (amourose)

b. Ada beberapa teori yang dapat menjelaskan tentang penyebab preeklamsia

yaitu

Bertambahnya frekuensi pada primigravida, kehamilan ganda,

hidramnion, dan molahidatidosa

Bertambahnya frekuensi seiring makin tuanya kehamilan

Dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin

dalam uterus

Timbulnya hipertensi, edema, protein uria, kejang dan koma.

c. Factor Perdisposisi Preeklamsi

Molahidatidosa

Diabetes melitus

Kehamilan ganda

Hidrocepalus

Obesitas
Umur yang lebih dari 35 tahun

2. Eklampsia

Menurut Manuaba, IBG, 2001 penyebab secara pasti belum diketahui,

tetapi banyak teori yang menerangkan tentang sebab akibat dari penyakit ini,

antara lain:

a. Teori Genetik

Eklamsia merupakan penyakit keturunan dan penyakit yang lebih

sering ditemukan pada anak wanita dari ibu penderita pre eklamsia.

b. Teori Imunologik

Kehamilan sebenarnya merupakan hal yang fisiologis. Janin yang

merupakan benda asing karena ada faktor dari suami secara imunologik

dapat diterima dan ditolak oleh ibu.Adaptasi dapat diterima oleh ibu bila

janin dianggap bukan benda asing,. dan rahim tidak dipengaruhi oleh

sistem imunologi normal sehingga terjadi modifikasi respon imunologi dan

terjadilah adaptasi.Pada eklamsia terjadi penurunan atau kegagalan dalam

adaptasi imunologik yang tidak terlalu kuat sehingga konsepsi tetap

berjalan.

c. Teori Iskhemia Regio Utero Placental

Kejadian eklamsia pada kehamilan dimulai dengan iskhemia utero

placenta menimbulkan bahan vaso konstriktor yang bila memakai

sirkulasi, menimbulkan bahan vaso konstriksi ginjal. Keadaan ini

mengakibatkan peningkatan produksi renin angiotensin dan

aldosteron.Renin angiotensin menimbulkan vasokonstriksi general,

termasuk oedem pada arteriol. Perubahan ini menimbulkan kekakuan

anteriolar yang meningkatkan sensitifitas terhadap angiotensin


vasokonstriksi selanjutnya akan mengakibatkan hipoksia kapiler dan

peningkatan permeabilitas pada membran glumerulus sehingga

menyebabkan proteinuria dan oedem lebih jauh.

d. Teori Radikal Bebas

Faktor yang dihasilkan oleh ishkemia placenta adalah radikal

bebas. Radikal bebas merupakan produk sampingan metabolisme oksigen

yang sangat labil, sangat reaktif dan berumur pendek. Ciri radikal bebas

ditandai dengan adanya satu atau dua elektron dan berpasangan. Radikal

bebas akan timbul bila ikatan pasangan elektron rusak. Sehingga elektron

yang tidak berpasangan akan mencari elektron lain dari atom lain dengan

menimbulkan kerusakan sel.Pada eklamsia sumber radikal bebas yang

utama adalah placenta, karena placenta dalam pre eklamsia mengalami

iskhemia. Radikal bebas akan bekerja pada asam lemak tak jenuh yang

banyak dijumpai pada membran sel, sehingga radikal bebas merusak sel

Pada eklamsia kadar lemak lebih tinggi daripada kehamilan normal, dan

produksi radikal bebas menjadi tidak terkendali karena kadar anti oksidan

juga menurun.

e. Teori Kerusakan Endotel

Fungsi sel endotel adalah melancarkan sirkulasi darah, melindungi

pembuluh darah agar tidak banyak terjadi timbunan trombosit dan

menghindari pengaruh vasokonstriktor. Kerusakan endotel merupakan

kelanjutan dari terbentuknya radikal bebas yaitu peroksidase lemak atau

proses oksidase asam lemak tidak jenuh yang menghasilkan peroksidase

lemak asam jenuh.


Pada eklamsia diduga bahwa sel tubuh yang rusak akibat adanya

peroksidase lemak adalah sel endotel pembuluh darah.Kerusakan endotel

ini sangat spesifik dijumpai pada glumerulus ginjal yaitu berupa “

glumerulus endotheliosis “. Gambaran kerusakan endotel pada ginjal yang

sekarang dijadikan diagnosa pasti adanya pre eklamsia.

f. Teori Trombosit

Placenta pada kehamilan normal membentuk derivat prostaglandin

dari asam arakidonik secara seimbang yang aliran darah menuju janin.

Ishkemi regio utero placenta menimbulkan gangguan metabolisme yang

menghasilkan radikal bebas asam lemak tak jenuh dan jenuh. Keadaan

ishkemi regio utero placenta yang terjadi menurunkan pembentukan

derivat prostaglandin (tromboksan dan prostasiklin), tetapi kerusakan

trombosit meningkatkan pengeluaran tromboksan sehingga berbanding 7 :

1 dengan prostasiklin yang menyebabkan tekanan darah meningkat dan

terjadi kerusakan pembuluh darah karena gangguan sirkulasi.

g. Teori Diet Ibu Hamil

Kebutuhan kalsium ibu hamil 2 - 2½ gram per hari. Bila terjadi

kekurangan-kekurangan kalsium, kalsium ibu hamil akan digunakan untuk

memenuhi kebutuhan janin, kekurangan kalsium yang terlalu lama

menyebabkan dikeluarkannya kalsium otot sehingga menimbulkan sebagai

berikut : dengan dikeluarkannya kalsium dari otot dalam waktu yang lama,

maka akan menimbulkan kelemahan konstruksi otot jantung yang

mengakibatkan menurunnya strike volume sehingga aliran darah menurun.

Apabila kalsium dikeluarkan dari otot pembuluh darah akan menyebabkan


konstriksi sehingga terjadi vasokonstriksi dan meningkatkan tekanan

darah.

D. PATOFISIOLOGI

1. Pre-Eklampsia

Pada beberapa wanita hamil, terjadi peningkatan sensitivitas vaskuler

terhadap angiotensin II. Peningkatan ini menyebabkan hipertensi dan

kerusakan vaskuler, akibatnya akan terjadi vasospasme. Vasospasme

menurunkan diameter pembuluh darah kesemua organ, fungsi-fungsi organ

seperti plasenta, ginjal, hati dan otak menurun sampai 40-60%. Gangguan

plasenta menimbulkan degenerasi pada plasenta dan kemungkinan terjadi

IUGR dan IUFD pada fetus. Aktivitas uterus dan sensitifitas terhadap

oksitosin meningkat (Maryunani & Yulianingsih, 2010).

Penurunan perfusi ginjal menurunkan GFR dan menimbulkan

perubahan glomerulus, protein keluar melalui urine, asam urat menurun,

garam dan air ditahan, tekanan osmotik plasma menurun, cairan keluar dari

intravaskuler, menyebabkan hemokonsentrasi, peningkatan viskositas darah

dan edema jaringan berat dan peningkatan hematokrit. Pada preeklamsia berat

terjadi penurunan volume darah, edema berat dan berat badan naik dengan

cepat (Maryunani & Yulianingsih, 2010).

Penurunan perfusi hati menimbulkan gangguan fungsi hati, edema

hepar dan hemoragik sub-kapsular menyebabkan ibu hamil mengalami nyeri

epigastrium atau nyeri pada kuadran atas. Ruptur hepar jarang terjadi, tetapi

merupakan komplikasi yang hebat dari preeklamsia, enzim-enzim hati seperti

SGOT dan SGPT meningkat. Vasospasme arteriola dan penurunan aliran

darah ke retina menimbulkan symtom visual skotama dan pandangan kabur.


Patologi yang sama menimbulkan edema serebral dan hemoragik serta

peningkatan iritabilitas susunan saraf pusat (sakit kepala, hiperfleksia, klonus

pergelangan kaki dan kejang serta perubahan efek). Edema paru dihubungkan

dengan edema umum yang berat, kompliksai ini biasanya disebabkan oleh

dekompensasi kordis kiri (Maryunani & Yulianingsih, 2010).

2. Eklampsia

Eklampsia terjadi karena perdarahan dinding rahim berkurang

sehingga plasenta mengeluarkan zat-zat yang menyebabkan ischemia

uteroplasenta dan peningkatan tekanan darah. Terjadinya ischemia

uteroplasenta dan hipertensi menimbulkan kejang atau sampai koma pada

wanita hamil.

Pada eklampsia terjadi spasmus pembuluh darah disertai dengan

retensi garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasmus yang hebat dari

arteriola glomerulus. Pada beberapa kasus lumen arteriola sedemikian

sempitnya sehingga hanya dapat dilalui oleh satu sel darah merah. Jadi jika

semua arteriola dalam tubuh mengalami spasmus, maka tekanan darah dengan

sendirinya akan naik sebagai usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer

agar oksigenisasi jaringan dapat dicukupi.

Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan

penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan interstisial belum diketahui

sebabnya, mungkin disebabkan oleh retensi air dan garam, proteinuria

mungkin disebabkan oleh spasmus Arteriola sehingga terjadi perubahan

glomerulus.

Perubahan pada organ-organ:

a. Perubahan pada otak


Pada eklampsi, resistensi pembuluh darah meninggi, ini terjadi pula

pada pembuluh darah otak. Edema terjadi pada otak yang dapat

menimbulkan kelainan serebral dan kelainan pada visus. Bahkan pada

keadaan lanjut dapat terjadi perdarahan.

b. Perubahan pada rahim

Aliran darah menurun ke plasenta menyebabkan gangguan

plasenta, sehingga terjadi gangguan pertumbuhan janin dan karena

kekurangan oksigen terjadi gawat janin. Pada pre-eklampsi dan eklampsi

sering terjadi bahwa tonus rahim dan kepekaan terhadap rangsangan

meningkat maka terjadilah partus prematurus.

c. Perubahan ada ginjal

Filtrasi glomerulus berkurang oleh karena aliran ke ginjal kurang.

Hal ini menyebabkan filfrasi natrium melalui glomerulus menurun,

sebagai akibatnya terjadilah retensi garam dan air. Filtrasi glomerulus

dapat turun sampai 50% dari normal sehingga pada keadaan lanjut dapat

terjadi oliguria dan anuria.

d. Perubahan pada paru-paru

Kematian wanita pada pre-eklampsi dan eklampsi biasanya

disebabkan oleh edema paru. Ini disebabkan oleh adanya dekompensasi

kordis. Bisa pula karena terjadinya aspires pnemonia. Kadang-kadang

ditemukan abses paru.

e. Perubahan pada mata

Dapat ditemukan adanya edema retina spasmus pembuluh darah.

Pada eklampsi dapat terjadi ablasio retina disebabkan edema intra-okuler

dan hal ini adalah penderita berat yang merupakan salah satu indikasi
untuk terminasi kehamilan. Suatu gejala lain yang dapat menunjukkan arah

atau tanda dari pre-eklampsi berat akan terjadi eklampsi adalah adanya:

skotoma, diplopia, dan ambliopia. Hal ini disebabkan perubahan peredaran

darah dalam pusat penglihatan di korteks serebri atau dalam retina.

f. Perubahan pada keseimbangan air dan elektrolit

Pada pre-eklampsi berat dan pada eklampsi : kadar gula darah naik

sementara asam laktat dan asam organik lainnya naik sehingga cadangan

alkali akan turun. Keadaan ini biasanya disebabkan oleh kejang-kejang.

Setelah konvulsi selesai zat-zat organik dioksidasi sehingga natrium

dilepas lalu bereaksi dengan karbonik sehingga terbentuk

bikarbonat natrikus. Dengan begitu cadangan alkali dapat kembali pulih

normal.

E. Tanda dan Gejala Pre-Eklampsia dan Eklampsia

1. Tanda Pre-Eklampsia

Selain bengkak pada kaki dan tangan, protein pada urine dan tekanan

darah tinggi, gejala preeklampsia yang patut diwaspadai adalah :

a. Berat badan yang meningkat secara drastis akibat dari penimbunan cairan

dalam tubuh

b. Nyeri perut

c. Sakit kepala yang berat

d. Perubahan pada refleks

e. Penurunan produksi kencing atau bahkan tidak kencing sama sekali

f. Ada darah pada air kencing

g. Pusing
h. Mual dan muntah yang berlebihan

i. Udem

j. Hipertensi

k. Proteinuria

Pre-eklampsia ringan Tanda dan gejala :

a. Kenaikan tekanan darah sistole 140 mmHg sampai kurang dari 160

mmHg; diastole 90 mmHg sampai kurang dari 110 mmHg

b. Proteinuria : didapatkannya protein di dalam pemeriksaan urin (air seni)

c. Edema (penimbunan cairan) pada betis, perut, punggung, wajah atau

tangan

Pre-eklampsia Berat

Pre eklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang

ditandai dengan timbulnya tekanan darah tinggi 160/110 mmHg atau lebih

disertai proteinuria dan/atau edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih.

Tanda dan gejala pre-eklampsia berat :

a. Tekanan darah sistolik ? 160 mmHg

b. Tekanan darah diastolik ? 110 mmHg

c. Peningkatan kadar enzim hati dan atau ikterus (kuning)

d. Trombosit < 100.000/mm3

e. Oliguria (jumlah air seni < 400 ml / 24 jam) 6. Proteinuria (protein

dalam air seni > 3 g / L)

f. Nyeri ulu hati

g. Gangguan penglihatan atau nyeri kepala bagian depan yang berat

h. Perdarahan di retina (bagian mata)

i. Edema (penimbunan cairan) pada paru


j. Koma

2. Tanda Eklampsia

Seluruh kejang eklamsia didahului dengan pre eklamsia. Eklamsi

digolongkan menjadi kasus antepartum, intrapartum dan post partum, adapun

tanda dan gejalanya sebagai berikut:

a. Eklamsia ringan

Peningkatan tekanan darah >140/90 mmHg

Keluarnya protein melalui urine (proteinuria) dengan hasil lab

proteinuria kuantitatif (esbach) >=300mg/24 jam

Kenaikan berat badan lebih dari 1 kg seminggu

Bengkak kedua kaki, lengan dan kelopak mata

b. Eklamsi berat

Tekanan darah 160/110 mmHg

Proteinuria kuantitatif > = 2 gr/24 jam

terdapat protein di dalam urine dalam jumlah yang signifikan

Trombosit kurang dari 100.000/mm3

F. Komplikasi Pre-Eklampsia dan Eklampsia

1. Pre-Eklampsia

Komplikasi yang terjadi pada preeklamsia yaitu antara lain (Mitayani,

2009):

a. Pada ibu

1) Eklamsia

2) Solusio plasenta

3) Perdarahan subkapsula hepar

4) Kelainan pembekuan darah


5) HELLP syndrome (hemolisis, elevated, liver, enzymes, dan low

platelet count)

6) Ablasio retina

7) Gagal jantung hingga syok dan kematian.

b. Pada janin

1) Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus

2) Prematur

3) Asfiksia neonatorum

4) Kematian dalam uterus

5) Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal.

2. Eklampsia

Komplikasi yang terberat ialah kematian ibu dan janin, usaha utama

ialah melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita eklampsia.

Berikut adalah beberapa komplikasi yang ditimbulkan pada

preeklampsia berat dan eklampsia :

a. Solutio Plasenta

Biasanya terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut dan lebih

sering terjadi pada pre eklampsia.

b. Hipofibrinogemia

Kadar fibrin dalam darah yang menurun.

c. Hemolisis

Penghancuran dinding sel darah merah sehingga menyebabkan

plasma darah yang tidak berwarna menjadi merah.


d. Perdarahan Otak

Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal

penderita eklampsia.

e. Kelainan Mata

Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung selama

seminggu, dapat terjadi.

f. Edema Paru

Pada kasus eklampsia, hal ini disebabkan karena penyakit jantung.

g. Nekrosis Hati

Nekrosis periportan pada preeklampsia, eklampsia merupakan

akibat vasopasmus anterior umum. Kelainan ini diduga khas untuk

eklampsia,tetapi ternyata juga ditemukan pada penyakit lain.Kerusakan

sel-sel hati dapat diketahui dengan pemeriksaan pada hati,terutama

penentuan enzim-enzimnya.

h. Sindrome Help

Haemolisis, elevatea liver anymes dan low platelet

i. Kelainan Ginjal

Kelainan berupa endoklrosis glomerulus, yaitu pembengkakkan

sitoplasma sel endotial tubulus. Ginjal tanpa kelainan struktur lain,

kelainan lain yang dapat timbul ialah anuria sampai gagal ginjal.

j. Komplikasi lain ;

Lidah tergigit, trauma dan faktur karena jatuh akibat kejang-kejang

preumania

aspirasi, dan DIC (Disseminated Intravascular Coogulation)

Prematuritas
Dismaturitas dan kematian janin intro uteri.

G. Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan pre eklampsia

a. Pencegahan

Pemeriksaan antenatal teratur dan bermutu serta teliti, mengenal

tanda-tanda sedini mungkin(pre elkampsia ringan), lalu diberikan

pengobatan yang cukup supaya penyakit tidak menjadi lebih berat. Harus

selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya pre eklampsia kalau ada

faktor-faktor peredisposisi.Berikan penerangan tentang manfaat istirahat

dan tidur, ketenangan, dan pentingnya mengatur diit rendah garam, lemak,

karbohidrat, tinggi protein dan menjaga kenaikan berat badan yang

berlebihan.

b. Penanganan

Tujuan utama penanganan adalah:

1) Untuk mencegah terjadinya PE dan E

2) Hendaknya janin lahir hidup

3) Trauma pada janin seminimal mungkin

Pada dasarnya penanganan preeklampsia terdiri atas pengobatan

medik dan penanganan obstetrik. Penanganan obstetrik ditujukan untuk

melahirkan bayi pada saat yang optimal yaitu sebelum janin mati dalam

kandungan, tetapi sudah cukup matur untuk hidup diluar uterus. Setelah

persalinan berakhir jarang terjadi eklampsia dan janin yang sudah cukup

matur lebih baik hidup diluar kandungan daripada dalam uterus. Waktu

optimal tersebut tidak selalu dapat dicapai pada penanganan preeklampsia,


terutama bila janin masih sangat prematur. Dalam hal ini diusahakan

dengan tindakan medis untuk dapat menunggu selama mungkin, agar janin

lebih matur.

c. Prinsip penanganan preeklampsia:

1) Melindungi ibu dari efek peningkatan tekanan darah

2) Mencegah progresifitas penyakit menjadi eklampsia

3) Mengatasi atau menurunkan resiko janin (solusio plasenta,

pertumbuhan janin terhambat, hipoksia sampai kematian janin)

4) Melahirkan janin dengan cara yang paling aman dan cepat sesegera

mungkin setelah matur atau imatur jika diketahui bahwa resiko janin

atau ibu akan lebih berat jika persalinan ditunda lebih lama.

2. Penatalaksanaan eklampsia

Prinsip penataksanaan eklamsi sama dengan pre-eklamsi berat dengan

tujuan menghentikan berulangnya serangan konvulsi dan mengakhiri

kehamilan secepatnya dengan cara yang aman setelah keadaan ibu

mengizinkan

a. Penderita eklamsia harus di rAwat inap di rumah sakit

b. Saat membawa ibu ke rumah sakit, berikan obat penenang untuk

mencegah kejang-kejang selama dalam perjalanan. Dalam hal ini dapat

diberikan pethidin 100 mg atau luminal 200mg atau morfin 10mg.

c. Tujuan perawatan di rumah sakit;

Menghentikan konvulsi

Mengurangi vaso spasmus

Meningkatkan diuresis

Mencegah infeksi
Memberikan pengobatan yang tepat dan cepat

Terminasi kehamilan dilakukan setelah 4 jam serangan kejang

terakhir dengan tidak memperhitungkan tuannya kehamilan.

d. Sesampai di rumah sakit pertolongan pertama adalah:

Membersihkan dan melapangkan jalan pernapasan

Menghindari lidah tergigit

Pemberian oksigen

Pemasangan infus dekstrosa atau glukosa 10 %-20%-40%

Menjaga jangan terlalu trauma

Pemasangan kateter tetap(dauer kateter)

e. Observasi ketat penderita:

Dalam kamar isolasi: tenang, lampu redup- tidak terang, jauh dari

kebisingan dan rangsangan.

Dibuat daftar catatan yang dicatat selama 30 menit: tensi, nadi,

respirasi, suhu badan, reflek, dan dieresis diukur. Kalau dapat

dilakukan funduskopi sekali sehari. Juga dicatat kesadaran dan

jumlah kejang.

Pemberian cairan disesuaikan dengan jumlah diuresis, pada

umumnya 2 liter dalam 24 jam.

Diperiksa kadar protein urine 24 jam kuantitatif

H. Pemeriksaan Penunjang

1. Pre Eklampsia

a. Pemeriksaan Laboratorium

1) Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah


Penurunan hemoglobin ( nilai rujukan atau kadar normal

hemoglobin untuk wanita hamil adalah 12-14 gr% )

Hematokrit meningkat ( nilai rujukan 37 – 43 vol% )

Trombosit menurun ( nilai rujukan 150 – 450 ribu/mm3 )

2) Urinalisis

Ditemukan protein dalam urine.

3) Pemeriksaan Fungsi hati

Bilirubin meningkat ( N= < 1 mg/dl )

LDH ( laktat dehidrogenase ) meningkat

Aspartat aminomtransferase ( AST ) > 60 ul.

Serum Glutamat pirufat transaminase ( SGPT ) meningkat (N=

15-45 u/ml)

Serum glutamat oxaloacetic trasaminase ( SGOT ) meningkat

(N= <31 u/l )

Total protein serum menurun ( N= 6,7-8,7 g/dl )

4) Tes kimia darah

Asam urat meningkat ( N= 2,4-2,7 mg/dl )

b. Radiologi

1) Ultrasonografi

Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus.

Pernafasan intrauterus lambat, aktivitas janin lambat, dan volume

cairan ketuban sedikit.

2) Kardiotografi

Diketahui denyut jantung janin lemah


2. Eklampsia

Urine : Protein, reduksi, bilirubin, sedimen urin.

Darah : Trombosit, ureum, kreatinin, SGOT, LDH dan bilirubin

I. Asuhan Keperawatan Pada PreEklamsi :

1. Pengkajian

a. Data Biografi

Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida ,< 20 tahun atau > 35

tahun, Jenis kelamin.

b. Riwayat Kesehatan

1) keluhan Utama : biasanya klirn dengan preeklamsia mengeluh demam,

sakit kepala

2) Riwayat kesehatan sekarang : terjadi peningkatan tensi, oedema,

pusing, nyeri epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur.

c. Riwayat kesehatan sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler

esensial, hipertensi kronik, DM.

d. Riwayat kehamilan : riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa,

hidramnion serta riwayat kehamilan dengan pre eklamsia atau eklamsia

sebelumnya.

e. Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok

maupun selingan.

f. Psiko sosial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan

kecemasan, oleh karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi

resikonya.
g. Riwayat Kehamilan

Riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta

riwayat kehamilan dengan eklamsia sebelumnya.

h. Riwayat KB

Perlu ditanyakan pada ibu apakah pernah / tidak megikuti KB jika

ibu pernah ikut KB maka yang ditanyakan adalah jenis kontrasepsi, efek

samping. Alasan pemberhentian kontrasepsi (bila tidak memakai lagi)

serta lamanya menggunakan kontrasepsi

i. Pola aktivitas sehari-hari

1) Aktivitas

Gejala :biasanya pada pre eklamsi terjadi kelemahan,

penambahan berat badan atau penurunan BB, reflek fisiologis +/+,

reflek patologis -/-.

Tanda : pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka

2) Sirkulasi

Gejala :biasanya terjadi penurunan oksegen.

3) Abdomen

Gejala : Inspeksi :biasanya Perut membuncit sesuai usia

kehamilan aterm, apakah adanya sikatrik bekas operasi atau tidak.

Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi edema.

1. Leopold I : biasanya teraba fundus uteri 3 jari di bawah proc.

Xyphoideus teraba massa besar, lunak, noduler.

2. Leopold II : teraba tahanan terbesar di sebelah kiri, bagian – bagian

kecil janin di sebelah kanan.

3. Leopold III : biasanya teraba masa keras, terfiksir.


4. Leopold IV : biasanya pada bagian terbawah janin telah masuk

pintu atas panggul

Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal

distress

Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat

pemberian SM (jika refleks +)

4) Eliminasi

Gejala :biasanya proteinuria + ≥ 5 g/24 jam atau ≥ 3 pada tes

celup, oliguria

5) Makanan / cairan

Gejala :biasanya terjadi peningkatan berat badan dan

penurunan , muntah-muntah.

Tanda :biasanya nyeri epigastrium,

6) Integritas ego

Gejala : perasaan takut.

Tanda : cemas

7) Neurosensori

Gejala :biasanya terjadi hipertensi

Tanda :biasanya terjadi kejang atau koma

8) Nyeri / kenyamanan

Gejala :biasanya nyeri epigastrium, nyeri kepala, sakit kepala,

ikterus, gangguan penglihatan.

Tanda :biasanya klien gelisah,


9) Pernafasan

Gejala :biasanya terjadi suara nafas antara vesikuler, Rhonki,

Whezing, sonor.

Tanda :biasanya ada irama teratur atau tidak, apakah ada bising

atau tidak.

10) Keamanan

Gejala :apakah adanya gangguan pengihatan, perdarahan

spontan.

11) Seksualitas

Gejala : Status Obstetrikus

2. Diagnosa Keperawatan Prioritas yang Mungkin Muncul :

a. Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan penurunan

fungsi organ ( vasospasme dan peningkatan tekanan darah )

b. Resiko tinggi terjadinya fetal distress pada janin berhubungan dengan

perubahan pada plasenta

c. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan kontraksi uterus dan

pembukaan jalan lahir.

d. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

Ketidakmampuan dalam memasukkan/mencerna makanan karena faktor

biologi.

e. Gangguan psikologis ( cemas ) berhubungan dengan koping yang tidak

efektif terhadap proses persalinan.


3. Intervensi / Perencanaan

a. Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan penurunan

fungsi organ (vasospasme dan peningkatan tekanan darah)

Tujuan : Tidak terjadi kejang pada ibu

Kriteria Hasil :

Kesadaran : compos mentis, GCS : 15 ( 4-5-6 )

Tanda-tanda vital : TD : 100-120/70-80 mmHg, Suhu: 36-37 C, Nadi :

60-80 x/mnt, RR : 16-20 x/mnt.

Intervensi Rasional
1. Monitor tekanan darah tiap 4 1. Tekanan diastole > 110 mmHg dan
jam sistole 160 atau lebih merupkan
indikasi dari PIH.
2. Catat tingkat kesadaran pasien 2. Penurunan kesadaran sebagai
indikasi penurunan aliran darah
otak
3. Kaji adanya tanda-tanda 3. Gejala tersebut merupakan
eklampsia ( hiperaktif, reflek manifestasi dari perubahan
patella dalam, penurunan pada otak, ginjal, jantung dan paru
nadi,dan respirasi, nyeri yang mendahului status kejang.
epigastrium dan oliguria
4. Monitor adanya tanda-tanda 4. Kejang akan meningkatkan
dan gejala persalinan atau kepekaan uterus yang akan
adanya kontraksi uterus. memungkinkan terjadinya
persalinan.
5. Kolaborasi dengan tim medis 5. Anti hipertensi untuk menurunkan
dalam pemberian anti tekanan darah dan SM untuk
hipertensi dan SM mencegah terjadinya kejang

b. Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin berhubungan dengan

perubahan pada plasenta.

Tujuan : Tidak terjadi foetal distress pada janin

Kriteria Hasil :

DJJ (+) : 12-12-12

Hasil NST : Normal

Hasil USG : Normal


Intervensi Rasional
1. Monitor DJJ sesuai indikasi 1. Peningkatan DJJ sebagai indikasi
terjadinya hipoxia, prematur dan
solusio plasenta
2. Kaji tentang pertumbuhan 2. Penurunan fungsi plasenta
janin mungkin diakibatkan karena
hipertensi sehingga timbul IUGR
3. Jelaskan adanya tanda-tanda 3. Ibu dapat mengetahui tanda dan
solutio plasenta ( nyeri gejala solutio plasenta dan tahu
perut, perdarahan, rahim akibat hipoxia bagi janin
tegang, aktifitas janin turun
4. Kaji respon janin pada ibu 4. Reaksi terapi dapat menurunkan
yang diberi anti hipertensi dan pernafasan janin dan fungsi
SM jantung serta aktifitas janin
5. Kolaborasi dengan medis 5. USG dan NST untuk mengetahui
dalam pemeriksaan USG dan keadaan/kesejahteraan janin
NST

c. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan kontraksi uterus dan

pembukaan jalan lahir.

Tujuan : Tidak terjadi nyeri atau ibu dapat mengantisipasi nyerinya

Kriteria Hasil :

Skala nyeri ibu berkurang

Ibu mengerti penyebab nyerinya

Ibu mampu beradaptasi terhadap nyerinya

Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat intensitas nyeri 1. Ambang nyeri setiap orang
pasien berbeda ,dengan demikian akan
2. Jelaskan penyebab nyerinya dapat menentukan tindakan
3. Ajarkan ibu mengantisipasi perawatan yang sesuai dengan
nyeri dengan nafas dalam bila respon pasien terhadap nyerinya.
HIS timbul 2. Ibu dapat memahami penyebab
4. Bantu ibu dengan nyerinya sehingga bisa kooperatif
mengusap/massage pada 3. Dengan nafas dalam otot-otot
bagian yang nyeri dapat berelaksasi , terjadi
vasodilatasi pembuluh darah,
expansi paru optimal sehingga
kebutuhan 02 pada jaringan
terpenuhi
4. untuk mengalihkan perhatian
pasien
d. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

Ketidakmampuan dalam memasukkan/mencerna makanan karena faktor

biologi.

Tujuan : nafsu makan meningkat atu normal

Kriteria hasil :

BB meningkat atau normal

tidak ada tanda-tanda mal nutrisi

Intervensi Rasional
1. Kaji adanya alergi makanan 1. Untuk mengetahui apakah pasien
2. Anjurkan pasien untuk ada alergi makanan
meningkatkan intake Fe 2. intake fe dapat meningkatkan
3. Berikan substansi gula kekuatan tulang
4. Berikan makanan yang terpilih 3. substansi gula dapat
(sudah dikonsultasikan dengan meningkatkan energi pasien
ahli gizi) 4. Untuk memenuhi status gizi
5. Ajarkan pasien bagaimana pasien
membuat catatan makanan 5. Catatan harian makanan dapat
harian mengetahui asupan nutrisi pasien

e. Gangguan psikologis ( cemas ) berhubungan dengan koping yang tidak

efektif terhadap proses persalinan

Tujuan :Setelah dilakukan tindakan perawatan kecemasan ibu berkurang

atau hilang

Kriteria Hasil :

Ibu tampak tenang

Ibu kooperatif terhadap tindakan perawatan

Ibu dapat menerima kondisi yang dialami sekarang

Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat kecemasan ibu 1. Tingkat kecemasan ringan dan
sedang bisa ditoleransi dengan
pemberian pengertian sedangkan
yang berat diperlukan tindakan
medikamentosa
2. Jelaskan mekanisme proses 2. Pengetahuan terhadap proses
persalinan persalinan diharapkan dapat
mengurangi emosional ibu yang
maladaptive.
3. gali dan tingkatkan mekanisme 3. Kecemasan akan dapat teratasi
koping ibu yang efektif jika mekanisme koping yang
dimiliki ibu efektif
4. Beri support system pada ibu 4. ibu dapat mempunyai motivasi
untuk menghadapi keadaan yang
sekarang secara lapang dada
asehingga dapat membawa
ketenangan hati

4. Implementasi

Setelah rencana keperawatan ditetapkan maka langkah selanjutnya

diterapkan dalam bentuk tindakan nyata.Implementasi merupakan pelaksanaan

perencanaan keperawatan oleh perawat dan klien.hal-hal yang harus

diperhatikan ketika melakukan implementasi adalah intervensi yang dilakukan

sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi, penguasaan keterampilan

interpersonal, intelektual dan teknikal. Intervensi harus dilakukan dengan

cermat dan efisien pada waktu dan situasi yang tepat.Keamanan fisik dan

psikologis harus dilindungi dan didokumentasikan dalam dokumentasi

keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan. (La Ode Jumadi Gaffar, 1995:

64).

5. Evaluasi

Hasil yang diharapkan dari pemberian asuhan keperawatan pada anak

dengan physical abuse antara lain :

a. Anak mengenali perlunya atau mencari perlindungan untuk mencegah dan

mengatasi physical abuse.


b. Keluarga berpartisipasi sebagai fungsi modal peran sebagai orang tua yang

positif dan efektif

c. Keluarga mampu menjaga situasi yang dapat menimbulkan stress.

d. Keluarga dan anak mampu mengembangkan strategi pemecahan masalah.

J. Asuhan Keperawatan Pada Eklampsia

1. Pengkajian

a. Identitas umum ibu

Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida , ≥ 35 tahun

b. Data riwayat kesehatan

1) Riwayat kesehatan sekarang

a) Ibu merasa sakit kepala di daerah prontal

b) Terasa sakit di ulu hati/nyeri epigastrium

c) Gangguan virus : penglihatan kabur, skotoma dan diplopia

d) Mual dan muntah, tidak ada nafsu makan

e) Gangguan serebral lainnya : terhuyung-huyung, refleks tinggi,dan

tidak tenang

f) Edema pada ekstremitas

g) Tengkuk terasa berat

h) Kenaikan BB mencapai 1 kg seminggu

2) Riwayat kesehatan dahulu

a) Kemungkinan ibu menderita penyakit hipertensi sebelum hamil

b) Kemungkinan ibu mempunyai riwayat preeklampsia pada

kehamilan terdahulu

c) Biasanya mudah terjadi pada ibu dengan obesitas


d) Ibu mungkin pernah menderita penyakit ginjal kronis

3) Riwayat kesehatan keluarga

Kemungkinan mempunyai riwayat preeklampsia dan

eklampsia dalam keluarga

4) Riwayat perkawinan

Riwayat terjadi pada wanita yang menikah usia 20 tahun atau

35 tahun

c. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum : baik, cukup, lemah

2) Kesadaran : composmentis, samnolen, delirium, koma

3) TTV : TD : ≥ 140 / 110 mmHg N : 80 – 90 x/mnt S : 36 – 37 ºC, RR :

16 – 20 x/mnt

4) Kepala : sakit kepala, wajahedema

5) Mata : konjunctiva sedikit anemis, edema pada retina

6) Pencernaan abdomen : nyeri daerah epigastrium, anoreksiam,mual

dan muntah

7) Ekstremitas : edema pada kaki dan tanganjuga pada jari-jari

8) Sistem pernafasan : hiper efleksia, klonus pada kaki

9) Genitourenaria : oliguria, proteinuria

10) Pemeriksaan janin : bunyi jantung janin (DJJ) tidak teratur, gerakan

janin melemah
d. Pola aktivitas sehari-hari

1) Nutrisi

Kekurangan / kelebihan nutrisi dapat menyebabkan kelainan.

Pada persalinan dikhawatirkan menjadi penyulit bagi ibu dan akan

membahayakan ibu dan bayi

2) Aktivitas

Untuk mengetahui aktivitas yang telah dilakukan ibu

menjelang proses persalinan

3) Istirahat

Ditanyakan untuk persiapan tenaga mengejan ibu, istirahat

yang cukup menjelang persalinan akan mempermudah proses

persalinan

4) Personal hygiene

Ditanyakan personal hygiene ibu terutama menjelang

persalinan. Hal ini perlu untuk mengurangi terjadinya infeksi

e. Pemeriksaan penunjang

1) Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah

Urinalis (ditemukan atau tidaknya protein dalam urin)

2) Pemeriksaan fungsi hati

Bilirubin meningkat (N=< 1 mg/dl)

LDH (laktat dehidrogenase) meningkat

Aspartat aminomtransferase (AST) > 60 ul

Serum glutamat pirufat transaminase (SGPT) meningkat (N= 15-

45 u/ml)
Serum glutamat oxaloacetic transminase (SGOT) meningkat (N=<

31 u/l)

Total protein serum menurun (N= 6,7-8,7 g/dl)

Tes kimia darah : Asam urat meningkat (N=2,4-2,7 mg/dl)

f. Pemeriksaan radiologi

1) Ultrasonografi

Ditemukan retraksi pembunuhan janin intrauterus. Pernafasan

intrauterus lambat, aktifitas janin lambat, dan volume cairan ketuban

sedikit

2) Kardiotografi

Diketahui denyut jantung bayi lemah

g. Data sosial ekonomi

Eklamsi lebih banyak terjadi pada wanita dan golongan ekonomi

rendah, karena mereka kurang mengkonsumsi makanan yang

mengandung protein dan juga melakukan perawatan antenatal yang

teratur.

h. Data psikologis

Biasanya ibu eklamsi ini berada dalam kondisi yang labil dan

mudah marah, ibu merasa khawatir akan keadaan dirinya dan keadaan

janin yang ada dalam kandungannya, dia takut anaknya nanti lahir cacat

atau meninggal dunia sehingga ia takut untuk melahirkan.

2. Diagnosa Keperawatan yang munkin muncul

a. Perubahan perfusi jaringan/organ berhubungan dengan

hipertensi,vasospasme dan perdarahan.


b. Penurunan Curah jantung berhubungan dengan terapi anti hipertensi,

proses penyakit.

c. Resiko terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan penurunan

fungsi organ (vasospasme dan peningkatan tekanan darah)

d. Cemas berhubungan dengan Koping individu/ keluarga tidak efektif.

3. Intervensi / Perencanaan

a. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipertensi,vasospasme

dan perdarahan.

Tujuan : Mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat

Intervensi Rasional
1. Kaji adanya perubahan tanda- 1. Rasional : Data tersebut berguna
tanda vital. dalam menentukan perubahan
2. Kaji daerah ekstremitas perfusi
dingin,lembab,dan sianosis 2. Rasional : Ekstremitas yang
3. Catat adanya penurunan haluaran dingin,sianosis menunjukan
Urin <400 ml/24 jam, laporkan penurunan perfusi jaringan
jika proteinuria ≥ +2 atau 3. Rasional : Pengeluaran urin
pengeluaran urin normal lebih dari 40ml/jam.
berkurang(≤250ml/ 8jam) 4. Rasional : Kenyamanan fisik
4. Berikan kenyamanan dan istirahat memperbaiki kesejahteraan
pasien istirahat mengurangi
komsumsi oksigen

b. Penurunan curah jantung berhubungan dengan terapi hipertensi,proses

penyakit.

Tujuan : Mempertahankan curah Jantung yang maksimal

Intervensi Rasional
1. Observasi tanda-tanda vital 1. Rasional : Untuk mengetahui
2. Berikan O2 sesuai anjuran keadaan umum pasien dalam
3. Berikan kenyamanan dan menentukan tindakan
istirahat pada pasien dengan selanjutnya
memberikan asuhan 2. Rasional : Terapi oksigen
keperawatan individual meningkatkan suplai oksigen ke
4. Hindari makanan tinggi garam jantung
5. Kolaboratif: pemberian 3. Rasional : Kenyamanan fisik
antihipertensi sesuai indikasi akan memperbaiki kesejahteraan
dokter pasien dan mengurangi
kecemasan,istirahat mengurangi
komsumsi oksigen miokard
4. Rasional : Mengurangi risiko
peningkatan tekanan darah
5. Rasional : Menurunkan risiko
gagal ventrikel kiri &
perdarahan otak.

c. Resiko terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan penurunan fungsi

organ (vasospasme dan peningkatan tekanan darah).

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi kejang pada

ibu

Intervensi Rasional
1. Monitor tekanan darah tiap 4 1. Rasional : bila ada peningkatan
jam TD merupakan indikasi
2. Catat tingkat kesadaran pasien terjadinya kejang
3. Kaji adanya tanda-tanda 2. Rasional : Penurunan kesadaran
eklampsia ( hiperaktif, reflek sebagai indikasi penurunan aliran
patella dalam, penurunan darah otak.
nadi,dan respirasi, nyeri 3. Rasional : Gejala tersebut
epigastrium dan oliguria ). merupakan manifestasi dari
4. Monitor adanya tanda-tanda perubahan pada otak, ginjal,
dan gejala persalinan atau jantung dan paru yang
adanya kontraksi uterus. mendahului status kejang
5. Kolaborasi dengan tim medis 4. Rasional : Kejang akan
dalam pemberian anti meningkatkan kepekaan uterus
hipertensi dan SM yang akan memungkinkan
terjadinya persalinan
5. Rasional : Anti hipertensi untuk
menurunkan tekanan darah dan
SM untuk mencegah terjadinya
kejang
d. Cemas berhubungan dengan koping yang tidak efektif

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan kecemasan ibu berkurang

Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat kecemasan ibu 1. Rasional : Tingkat kecemasan
2. Jelaskan mekanisme proses ringan dan sedang bisa
persalinan ditoleransi dengan pemberian
3. Tingkatkan mekanisme koping pengertian sedangkan yang berat
ibu yang efektif diperlukan tindakan
4. Beri support system pada ibu medikamentosa
2. Rasional : Pengetahuan terhadap
proses persalinan diharapkan
dapat mengurangi emosional ibu
yang maladaptive
3. Rasional : Kecemasan akan dapat
teratasi jika mekanisme koping
yang dimiliki ibu efektif
4. Rasional : ibu dapat mempunyai
motivasi untuk menghadapi
keadaan yang sekarang secara
lapang dada asehingga dapat
membawa ketenangan hati.

4. Implementasi

Setelah rencana keperawataan tersusun, selanjutnya diterapkan

tindakan nyata untuk mencapai hasil yang ditunggu berkurangnya atau

hilangnya masalah ibu. Padatahap implementasi ini terdiri atas beberapa

kegiatan, diantatanya validasi rencana keperawatan, serta melanjutkan

pengumpulan data. Dalam implementasi keperawatan,tindakan harus cukup

mendetail dan jelas supaya semua tenaga keperawatan dapat menjalankan

dengan baik dalam waktu yang ditentukan. Perawat dapat melaksnakan

langsung atau bekerjasama dengan tenaga medis lainnya.


5. Evaluasi

Evaluasi keperawatan merupakan kegiatan akhir dari proses

keperawatan dimana perawat menilai hasil yang diharapkan terhadap

perubahan diri ibu dan menilai sejauh mana masalah ibu tersebut dapat

diatasi. Disamping itu , perawat juga memberikan umpan balik atau

pengkajian ulang, seandainya tujuan utama belum tercapai,maka dalam hal

ini proses keperawatan dapat dimodifikasi


BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, odema, dan

protein urine yang timbul karena kehamilan, penyakit ini umumnya terjadi dalam

trisemster ke-3 kehamilan. Preeklampsia juga merupakan penyulit kehamilan

yang akut dan dapat menyebabkan kematian pada ibu dan bayi pada masa ante,

intra dan post partum. Pre eklamsi merupakan suatu kondisi spesifik kehamilan

dimana hipertensi terjadi setelah minggu ke-20 pada wanita yang sebelumnya

memiliki tekanan darah normal. Preeklampsia adalah suatu penyakit vasospastik,

yang melibatkan banyak system yang ditandai oleh hemokonsentrasi, hipertensi,

dan proteinuria (Bobak, 2004).

Eklamsia adalah kejang yang dialami oleh ibu hamil pada usia kehamilan

8-9 bulan. Eklamsia disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya keracunan

pada saat mengkonsumsi obat-obatan dan penyakit darah tinggi yang diderita

oleh ibu hamil. Selain faktor medisa tersebut, eklamsia bisa disebabkan juga oleh

faktor psikis dari sang ibu yaitu, faktor trauma atau ketakutan saat kehamilan

sebelumnya.

B. Saran

1. Diharapkan kepada mahasiswa dapat mempelajari dan memahami tentang

penyakit pre-eklampsia dan Eklampsia serta untuk pencegahannya.

2. Dalam bidang keperawatan, mempelajari suatu penyakit itu penting dan

diharapkan kepada mahasiswa mampu membuat konsep teoritis suatu penyakit

tersebut beserta asuhan keperawatannya.


3. Dalam penyusunan makalah kami menyadari bahwa makalah ini sangatlah

kurang dari kesempurnaan, maka dari itu kami mengaharapkan kritik dan

saran yang membangun agar dalam penyusunan makalah selanjutnya dapat

lebih baik
DAFTAR PUSTAKA

Hamilton,P.M.1995.Dasar-dasar keperawatan Maternitas.Jakarta : EGC

Doenges, M.E.1999.Rencana asuhan perawatan maternal/bayi.edisi 2.Jakarta : EGC

Reeder,Martin dan grifin kontak.1997.Maternity Nursing: Family new born and

women and helath care.8th edisi.Philadephia : Lippincot

Price, S.A.1999.Patofisiologis.edisi 4.Jakarta : EGC

Chapman, Vicky. (2006). Asuhan Kebidanan Persalinan & Kelahiran.Jakarta :EGC

Himpunan Kedokteran Feto Maternal POGI. (2006). Pedoman Pengelolaan

Hipertensi dalam Kehamilan di Indonesia, edisi (2). Kelompok Kerja Penyusun

Prawirohardjo, S. (2008).Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP

Vous aimerez peut-être aussi