Vous êtes sur la page 1sur 7

ISSN 2301-7287

Jurnal Ilmu Budidaya Tanaman 
Volume 3, Nomor 2, Oktober 2014

POPULASI BAKTERI DAN JAMUR PADA RIZOSFER CAISIM


(Brassica juncea L.) YANG DITANAM DI TANAH DIKONTAMINASI
INSEKTISIDA ORGANOKLORIN SETELAH APLIKASI KONSORSIA
MIKROBA DAN KOMPOS
Hindersah, R., Rachman, W., Fitriatin, B.N., dan D. Nursyamsi

ANALISIS PELUANG KEJADIAN DERET HARI KERING SELAMA


MUSIM TANAM DI KOTA AMBON
Laimeheriwa, S.

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BUNCIS TEGAK


(Phaseolus vulgaris L.) AKIBAT PEMBERIAN PUPUK KOTORAN HEWAN
DAN BEBERAPA PUPUK ORGANIK CAIR
Nurmayulis, Fatmawaty, A.A., dan D. Andini

EFIKASI EKSTRAK DAUN PEPAYA TERHADAP Nezara viridula L.


{HEMIPTERA : PENTATOMIDAE) PADA POLONG KACANG PANJANG
Hasinu, J.V., Rumthe, R..,Y dan R. Laisow

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI JAZIRAH


LEITIMUR PULAU AMBON
Haumahu, J.P.

UJI EKSTRAK DAUN PEPAYA (Carica papaya) TERHADAP LARVA


Plutella xylostella (Lepidoptera: Plutellidae)
Siahaya, V.G., dan R.Y. Rumthe

PENGARUH SISTEM INTERCROP PADI GOGO DAN RUMPUT


TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI GOGO
Ahadiyat, Y.R., Harjoso, T., dan Ismangil

TINGKAT KESESUAIAN LAHAN BAGI TANAMAN PADI


BERDASARKAN FAKTOR IKLIM DAN TOPOGRAFI DI KABUPATEN
MERAUKE
Mahubessy, R.C.

Halaman Ambon, ISSN


Agrologia Vol. 3 No. 2
75 – 131 Oktober 2014 2301-7287
Agrologia, Vol.3, No.2, Oktober 2014, Hal. 91-96

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BUNCIS TEGAK


(Phaseolus vulgaris L.) AKIBAT PEMBERIAN PUPUK KOTORAN HEWAN
DAN BEBERAPA PUPUK ORGANIK CAIR

Nurmayulis1, A. A. Fatmawaty2 dan D. Andini3


1
Staf Pengajar Jurusan Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
2
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Banten
Jl. Raya Ciptayasa Km. 01, Ciruas Serang 42182 - Banten Telp. 0254 - 281055. Fax: 0254 – 282507,
e-mail: bptp banten@litbang.pertanian.go.id
3
Alumni Jurusan Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Jl. Raya Jakarta Km 4 Pakupantan Serang Banten Telp. 0254-280330, Fax. 0254-281254,
e-mail: upik_nurma@yahoo.co.id

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian jenis pupuk kotoran hewan dan beberapa pupuk
organik cair terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman buncis tegak (Phaseolus vulgaris). Penelitian dilakukan bulan
Mei - Juli 2013 di Kampung Kopi Desa Sukalaba, Kecamatan Gunungsari, Serang Banten. Penelitian ini
menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang disusun secara faktorial dengan tiga ulangan. Jenis pupuk kotoran
hewan sebagai faktor pertama terdiri dari tiga taraf, yaitu pupuk kotoran sapi, pupuk kotoran ayam dan pupuk
kotoran kambing. Pupuk organik cair sebagai faktor kedua terdiri dari empat taraf, yaitu M-Bio, Extragen, Terobos
dan Poc Nasa. Hasil penelitian menunjukkan pengaruh berbeda tidak nyata baik secara mandiri maupun interaksi
antara jenis pupuk kotoran hewan dan beberapa pupuk organik cair terhadap semua paramaeter pengamatan.

Kata kunci: Buncis tegak, Kupuk kotoran hewan, Pupuk organik cair

GROWTH AND YIELD OF THE KIDNEY BEAN FOLLOWING CATTLE MANURE


AND SOME ORGANIC LIQUID FERTILIZER APPLICATION

ABSTRACT

The purpose of this research was to find out the interaction effect between animal manure and some organic liquid
on growth and yield of kidney beans. The research was conducted from May to July 2013 in Kampung Kopi, Desa
Sukalaba, Kecamatan Gunungsari, Serang, Banten. The experiment was set up in Factorial Completely
Randomized Block Design with three replicates to test three kinds of cattle manure i.e. cow manure, chicken
manure and goat manure; and four kind of organic liquid fertilizers i.e M-Bio, Extragen, Terobos and Poc Nasa.
The result of this research demonstrated that there was no interaction effect between the two treatment factors on all
of growth and yield parameters measured. Neither manure nor liquid fertilizer also had no effect on growt and yield
of kidney bean.

Key words: Kidney bean, Cattle manure, Organic liquid fertilizer

PENDAHULUAN katan produktivitas buncis melalui budidaya


pertanian dengan mengoptimalkan sumber-
Produktivitas buncis Nasional tahun daya lokal yang ada, yaitu dengan meman-
2009 mencapai 9,48 ton ha-1, namun pada faatkan kotoran hewan dan menggunakan
tahun 2010 produktivitas buncis mengalami pupuk organik cair untuk pemupukan agar
sedikit penurunan menjadi 9,22 ton ha-1 (BPS, memperoleh hasil tanaman buncis yang
2011). Sedangkan menurut data BPS, (2010), optimal guna memenuhi kebutuhan pangan,
produktivitas buncis di Banten tahun 2010 khususnya kebutuhan protein nabati.
hanya mencapai 6,468 ton ha-1. Kondisi
tersebut mendorong perlunya usaha pening-
91 
 
Nurmayulis dkk., 2014. Pertumbuhan dan Hasil Tanaman … 

Pupuk kotoran hewan banyak polong per tanaman, bobot polong per
mengandung air dan lendir, bila terkena udara tanaman dan per petak yang lebih tinggi dari
maka akan terjadi pergerakan-pergerakan pada tidak menggunakan M-Bio berturut-
sehingga keadaanya menjadi keras, selanjut- turut perbedaannya yaitu sebesar 16,3%,
nya air tanah dan udara yang akan melapukan 25,9% dan 22%.
pupuk menjadi sukar menembus/merembes
ke dalamnnya. Dalam keadaan demikian METODOLOGI
peranan jasad renik sangat penting untuk
mengubah bahan-bahan yang terkandung Penelitian telah dilaksanakan pada
dalam pupuk menjadi zat-zat hara yang bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di Desa
tersedia dalam tanah untuk mencukupi Sukalaba Kecamatan Gunungsari Kabupaten
kebutuhan pertumbuhan tanaman (Sutedjo, Serang Provinsi Banten. Bahan yang
2010). Sifat biologis tanah menurun sehingga digunakan dalam penelitian ini adalah benih
aktivitas jasad renik dalam tanah terganggu. buncis tegak Varietas Balitsa 2, kotoran sapi,
Dengan demikian, proses penguraian bahan kotoran ayam, kotoran kambing, M-Bio,
organik tanah terhambat dan tingkat Exragen, Terobos, Poc Nasa, air dan tanah.
kesuburan tanah menurun (Cahyono, 2003). Alat yang digunakan adalah cangkul, polybag
Menyebabkan produksi pertanian menurun, dengan diameter 40 cm, meteran, penggaris,
kondisi seperti ini dapat merugikan petani. timbangan, kamera digital, leaf area meter,
Pupuk organik cair merupakan salah oven, papan label dan selang panjang 20 m.
satu jenis pupuk yang banyak beredar di Perlakuan yang dicobakan adalah
pasaran. Pupuk organik cair kebanyakan pupuk kotoran hewan sebagai faktor pertama
diaplikasikan melalui daun atau disebut terdiri dari 3 taraf, yaitu J₁ = Pupuk kotoran
sebagai pupuk cair foliar yang mengandung sapi, J₂ = Pupuk kotoran ayam, dan J₃ =
hara makro dan mikro esensial (N, P, K, S, Pupuk kotoran kambing, sedangkan pupuk
Ca, Mg, B, Mo, Cu, Fe, Mn, dan bahan organik cair sebagai faktor kedua terdiri dari
organik). Pupuk organik cair mempunyai 4 taraf, yaitu P₁ = M-Bio, P₂ = Extragen, P3 =
beberapa manfaat di antaranya dapat Terobos, dan P4 = Poc Nasa. Tiap kombinasi
mendorong dan meningkatkan pembentukan perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga
klorofil daun dan pembentukan bintil akar terdapat 36 satuan percobaan. Berdasarkan
pada tanaman leguminosae sehingga perlakuan yang dicobakan maka penelitian
meningkatkan kemampuan fotosintesis dirancang menggunakan Rancangan Acak
tanaman dan penyerapan nitrogen dari udara, Kelompok (RAK), disusun secara faktorial.
dapat meningkatkan vigor tanaman sehingga Data hasil pengamatan dilakukan analsis
tanaman menjadi kokoh dan kuat, ragam (Anova) dan uji lanjut menggunakan
meningkatkan daya tahan tanaman terhadap uji Duncan Multiple Range Tes (DMRT) taraf
kekeringan, cekaman cuaca dan serangan nyata 5 %.
patogen penyebab penyakit, merangsang Pesiapan Media Tanam
pertumbuhan cabang produksi, serta
meningkatkan pembentukan bunga dan bakal Sebelum tanah diisi ke dalam polybag,
buah, serta mengurangi gugurnya daun, tanah terlebih dahulu digemburkan dengan
bunga dan bakal buah (Anonim, 2004). cara dicangkul, kemudian tanah dimasukan ke
M-Bio merupakan salah satu pupuk dalam polybag berdiameter 40 cm dan tinggi
organik cair yang merupakan kultur 40 cm. Isi tanah sampai 13 kg, dengan setiap
campuran mikroba yang menguntungkan. perlakuan 4 polybag. Letakan polybag sesuai
Menurut Hodiyah et al., (2007), penggunaan denagn denah percobaan yang telah dibuat
M-Bio dapat meningkatkan hasil pada dengan jarak antara plot 20 cm dan jarak
tanaman buncis kultivar Derby. Dengan antar ulangan 100 cm.
aplikasi M-Bio, dapat menghasilkan jumlah

92 
 
Agrologia, Vol.3, No.2, Oktober 2014, Hal. 91-96

Setelah selesai membuat media tanam, kulitnya agak kasar, biji dalam polong belum
diberikan aplikasi pupuk kotoran hewan menonjol dan polongnya belum berserat serta
dengan masing-masing jenis sesuai per- bila dipatahkan akan menimbulkan bunyi
lakuan. Kebutuhan pupuk kotoran sapi 97,5 g meletup. Pelaksanaan panennya dapat di-
polybag-1, kotoran ayam 130 g polybag-1 dan lakukan secara bertahap setiap 3 hari sekali.
kotoran kambing 97,5 g polybag-1. Pupuk Pemetikan dihentikan setelah 10 kali panen.
diberikan seminggu sebelum tanam, dengan
Pengamatan
cara ditugal pada lubang tanam.
Parameter yang diamati adalah tinggi
Penanaman dan Pemeliharaan tanaman dilakukan pada umur 7, 14, 21, 28
Penanaman buncis tegak dilakukan dan 35 hari setelah tanam (HST); luas daun
dengan cara ditugal, dengan kedalaman tanam dan bobot kering tanaman dilakukan pada 35
berkisar 3-8 cm. Benih dimasukkan ke dalam HST, sedangkan jumlah polong dan obot
lubang tanam dan setiap lubang diisi satu biji, polong basah dilakukan setiap kali panen (10
kemudian tutupi kembali dengan tanah kali panen).
gembur setebal 2 cm. Penanaman dilakukan
pada pagi atau sore hari dan langsung HASIL DAN PEMBAHASAN
disiram. Pemeliharaan meliputi penyulaman,
penyiangan gulma, pembumbunan, penyi- 1. Tinggi Tanaman
raman dan pemupukan serta pengendalian
Hasil sidik ragam parameter tinggi
hama dan penyakit.
tanaman buncis tegak pada umur 7, 14, 21, 28
Panen dan 35 HST menunjukkan pemberian pupuk
Pemanenan dapat dilakukan pada saat kotoran hewan dan organik cair tidak
tanaman berumur 49 hari dan polong berpengaruh nyata nyata (Tabel 1).
menunjukkan ciri-ciri, yaitu warna polong
masih agak muda dan suram, permukaan

Table 1. Hasil Analisis Ragam Tinggi Tanaman Buncis Tegak Pada Umur 7, 14, 21, 28 dan 35
HST

Tinggi Tanaman
Perlakuan
7 HST 14 HST 21 HST 28 HST 35 HST
Pupuk kotoran hewan tn tn tn tn tn
Pupuk organik cair tn tn tn tn tn
Interaksi tn tn tn tn tn
Keterangan : tn = tidak nyata

Hal ini disebabkan karena ketersedian itu menyebabkan ketersediaan unsur hara di
unsur hara yang kecil di dalam tanah dan dalam tanah belum mampu menunjang
rendahnya dosis pupuk yang digunakan pertumbuhan tanaman. Pada awal penanaman
sehingga mempengaruhi pertumbuhan tidak menggunakan pupuk anorganik
tanaman. Tawakkal, (2009) mengemukakan sehingga pertumbuhan kurang optimal karena
bahwa pupuk organik umumnya mengandung pupuk kotoran hewan hanya mengandung
unsur hara dalam tanah yang relatif kecil dan nutrisi yang relatif rendah sehingga perlu
biasanya lambat tersedia di dalam tanah ditambahkan pupuk anorganik pada awal
sehingga proses pelepasan unsur harapun penanaman sebagai starter. Ini sesuai dengan
terlambat, pelepasan unsur hara yang lambat pendapat Suwahyono, (2011) mengemukakan

93 
 
Nurmayulis dkk., 2014. Pertumbuhan dan Hasil Tanaman … 

bahwa penggunaan pupuk kotoran hewan 2). Hal ini menunjukkan bahwa semua
akan menguntungkan jika pada aplikasinya perlakuan yang dicobakan memberikan
dicampurkan atau dipadukan dengan pupuk pengaruh yang sama terhadap luas daun
anorganik, terutama pada lahan kering atau tanaman buncis. Fenomena ini diduga karena
lahan yang miskin unsur hara karena jumlah dan ukuran daun dipengaruhi oleh
kandungan nutrisi pada pupuk kotoran hewan ketersediaan unsur hara dan lingkungan, yang
relatif rendah. Pada saat penelitian curah mempunyai pengaruh nyata terhadap laju
hujan relatif kecil dan penyinaran matahari pertumbuhan daun. Adanya faktor lingkungan
cukup kuat sehingga pertumbuhan tanaman yang kurang mendukung seperti cahaya
buncis tegak terganggu dan pemberian pupuk matahari, kondisi penyinaran yang optimum
tidak berpengaruh dan penyerapan unsur hara dibutuhkan oleh tanaman khususnya daun
di dalam tanah terhambat. Menurut Lakitan, untuk kegiatan fotosintesis, selain itu
(2008) bahwa unsur hara sangat penting serangan hama di lapangan akan mem-
untuk pertumbuhan dan hasil tanaman dimana pengaruhi terhadap pertumbuhan luas daun,
penyerapan unsur hara secara umum lebih di mana serangan hama mengakibatkan daun
lambat dan sulit dibandingkan penyerapan air tanaman menjadi kerdil, dan berlubang
oleh akar. Menurut Gardner, (1991) sehingga akan berpengaruh terhadap proses
mengemukakan bahwa syarat-syarat per- fotosintesis, suatu difisiensi N juga
kecambahan meliputi keadaan temperatur, menyebabkan pengurangan luas daun karena
cahaya, gas senyawa kimia eksogen dan air. menuanya daun-daun yang lebih bawah
Apabila salah satu komponen tersebut kurang (Franklin, 1991). Nitrogen merupakan unsur
menguntungkan bagi biji, maka akan hara yang penting untuk meningkatkan
menyebabkan perkecambahan menjadi tidak pertumbuhan tanaman, dapat menyehatkan
optimal. pertumbuhan daun, daun tanaman lebar
dengan warna yang lebih hijau dan pada
2. Luas Daun
umumnya sangat diperlukan untuk pem-
Hasil analisis ragam luas daun bentukan atau pertumbuhan bagian-bagian
pertanaman buncis tegak menunjukkan bahwa vegetatif tanaman, seperti daun, batang dan
pemberian pupuk kotoran hewan dan pupuk akar (Sutedjo, 2010).
organik cair tidak perpengaruh nyata (Tabel

Table 2. Hasil Analisis Ragam Luas Daun, Bobot Kering Jumlah Polong, dan Bobot Polong
Kering Tanaman Buncis.

Respons
Perlakuan Bobot Kering Jumlah Bobot Polong
Luas Daun
Tanaman Polong Basah
Pupuk kotoran hewan tn tn tn tn
Pupuk organik cair tn tn tn tn
Interaksi tn tn tn tn
Keterangan : tn = tidak nyata

3. Bobot Kering Tanaman dicobakan memberikan pengaruh yang sama


Hasil analisis ragam bobot kering terhadap bobot kering tanaman buncis.
pertanaman buncis tegak menunjukan bahwa Fenomena ini terjadi akibat faktor lingkungan
pemberian pupuk kotoran hewan dan pupuk yaitu kurangnya interval penyiraman dengan
organik cair tidak berpengaruh nyata (table kondisi curah hujan yang rendah. Junita et al.,
2). Hal ini berarti semua perlakuan yang (2002) menyatakan bahwa cekaman air yang

94 
 
Agrologia, Vol.3, No.2, Oktober 2014, Hal. 91-96

terjadi pada pertumbuhan vegetatif mem- Hal ini diduga akibat keadaan
batasi pertumbuhan tajuk dan bobot kering lingkungan yang kurang mendukung dan
tajuk yang dihasilkan lebih rendah di- kekurangan unsur hara terutama nitrogen
bandingkan tanaman yang disiram setiap hari. sehingga tanaman ada yang kerdil dan jumlah
polong yang terbentuk ditentukan oleh
4. Jumlah Polong
ginofora yang mampu menembus tanah dan
Hasil analisis ragam jumlah polong mampu membentuk polong. Hal ini diperkuat
pertanaman buncis tegak menunjukan bahwa oleh Fachruddin, (2000) mengemukakan
pemberian pupuk kotoran hewan dan pupuk bahwa sifat morfologis/fisiologis sebagai gen
organik cair tidak berpengaruh nyata (Tabel tunggal. Hasil yang tidak berpengaruh nyata
2). Hal ini berarti semua perlakuan yang pada tanaman hasil per sampel tidak
dicobakan memberikan pengaruh yang sama maksimal dan merata, diduga bintil akar yang
terhadap jumlah polong tanaman buncis. terbentuk tidak efektif dikarenakan tanaman
Hal ini diduga karena faktor kerdil, klorosis gejala kekurangan nitrogen.
lingkungan seperti angin kencang dan Djuariah, (2008) mengemukakan bahwa
penyinaran matahari yang kuat yang panjang polong dan diameter polong buncis
membuat sebagian bunga tanaman buncis akan lebih kecil pada dataran yang lebih
tegak menjadi rontok, dan ada bunga yang rendah dibandingkan dengan dataran yang
terserang hama sehingga berpengaruh lebih tinggi, hal ini diduga karena lingkungan
terhadap hasil dari tanaman buncis tegak tempat tumbuh yang kurang optimal.
tersebut. Menurut Gardner et al., (1991)
jumlah polong lebih dipengaruhi oleh KESIMPULAN
penyerapan cahaya, selain itu kemungkinan
rendahnya dosis pupuk yang digunakan Pemberian pupuk kotoran hewan dan
sehingga berpengaruh terhadap hasil tanaman pupuk organik cair berbagai jenis, tidak
buncis tegak yang kurang optimal dan berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman,
penyebab lain adalah terjadinya penguapan jumlah daun, luas daun, panjang akar, bobot
unsur-unsur yang terdapat dalam bahan basah tanaman, bobot kering tanaman, jumlah
organik. Menurut Tawakkal, (2009) semakin polong pertanaman dan bobot polong basah
tinggi pemberian pupuk organik yang pertanaman tanaman buncis tegak.
diberikan mampu meningkatkan produksi
sampai titik optimum, sedangkan menurut DAFTAR PUSTAKA
Cahyono, (2007) jika kondisi tumbuhan
tanaman baik maka polong yang terbentuk Anonim. 2004. Pupuk Organik Cair, Aplikasi
dapat menghasilkan biji yang penuh, dan Manfaatnya. Agromedia Pustaka.
kecepatan pembentukan polong dan Jakarta.
pembesaran biji akan semakin cepat setelah
proses pembentukan bunga berhenti. BPS Propinsi Banten. 2010. Produksi
Tanaman Hortikultura (Tanaman
5. Bobot Polong Basah Sayuran, Buah-buahan, Hias, dan
Hasil sidik ragam bobot polong basah Obat-obatan) Provinsi Banten 2010.
pertanaman buncis tegak menunjukan bahwa Badan Pusat Statistik. Provinsi
pemberian pupuk kotoran hewan dan pupuk Banten.
organik cair tidak berpengaruh nyata (Tabel
2). Hal ini berarti semua perlakuan yang BPS Republik Indonesia. 2011. Statistik
dicobakan memberikan pengaruh yang sama Tanaman Sayuran dan Buahan
terhadap jumlah bobot polong basah tanaman Semusim Indonesia 2010. Badan
buncis tegak. Pusat Statistik. Jakarta.

95 
 
Nurmayulis dkk., 2014. Pertumbuhan dan Hasil Tanaman … 

Cahyono, B. 2003. Kacang Buncis: Teknik Junita, F., Muhartini, S., dan Kastono, D.
Budidaya dan Analisis Usaha Tani. 2013. Pengaruh Frekuensi Penyiraman
Kanisius. Yogyakarta. dan Takaran Pupuk Kandang terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Pakchoi.
Cahyono, B. 2007. Budidaya Buncis. Pustaka Jurnal Ilmu Pertanian 9 (1)
Nusantara. Yogyakarta.
Lakitan, B. 2008. Dasar-Dasar Fisiologi
Djuariah, D. 2008. Penampilan Lima Kultivar Tumbuhan. Raja Grafindo Persada.
Kacang Buncis Tegak di Dataran Jakarta.
Rendah. Jurnal Agrivigor 8(1): 64-73.
Sutedjo, M.M. 2010. Pupuk dan Cara
Fachruddin, L. 2000. Budidaya Kacang- Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta.
kacangan. Kanisus. Yogyakarta.
Suwahyono, U. 2011. Petunjuk Praktis
Franklin. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Penggunaan Pupuk Organik Secara
Universitas Indonesia. Universitas Efektif dan Efisien. Penebar Swadaya.
Indonesia Press. Jakarta.

Gardner, F.P., Pearce, R.B dan R.L. Mitchell. Tawakkal, I. 2009. Respon Pertumbuhan dan
1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Produksi Beberapa Varietas Kedelai
Universitas Indonesia. Press. Jakarta. (Glycine max L. Merr) Terhadap
Pemberian Pupuk Kandang Kotoran
Hodiyah, I., Kurniati, F dan P. Puspita. Sapi. Skripsi. Departemen Budidaya
2007. Pertumbuhan dan Hasil Pertanian. Universitas Sumatra Utara.
Tanaman Buncis (Phaseolus vulgaris Medan.
L.) yang diberi Kotoran Ayam
Difermentasi ‘’M-BIO’’. Fakultas
Pertanian, Universitas Siliwangi.
Tasikmalaya.

96 
 

Vous aimerez peut-être aussi