Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
OLEH KELOMPOK 6:
HANIFA YATNI
M. ILHAM
NANDA PERNADES
TETE MARDANI
YOSI NOFITA SARI
Puji syukur kelompok ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberi
karunia-Nya kepada kelompok sehingga dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Rhinitis Alergi”.
kelompok
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang
Rongga hidung dilapisi oleh mukosa yang secara histologik dan fungsional
dibagi atas mukosa pernapasan (mukosa respiratori) dan mukosa hidung (mukosa
olfaktori).Mukosa pernapasan terdapat pada sebagian besar pada rongga hidung
dan permukaannya dilapisi oleh epitel torak berlapis semu (pseudo stratified
columnar ephitelium) yang mempunyai silia dan diantaranya terdapat sel-sel
goblet.Alergi hidung adalah keadaan atopi yang aling sering dijumpai, menyerang
20% dari populasi anak-anak dan dewasa muda di ‘’ Utara dan Eropa Barat. Di
tempat lain, alergi hidung dan penyakit atopi lainnya kelihatannya lebih rendah,
terutama pada negara-negara yang kurang berkembang. Penderita Rhinitis
alergika akan mengalami hidung tersumbat berat, sekresi hidung yang berlebihan
atau rhinore, dan bersin yang terjadi berulang cepat.
B. Tujuan
TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi
B. Etiologi
Rhinitis alergi adalah penyakit peradangan yang diawali oleh dua tahap
sensitisasi yang diikuti oleh reaksi alergi. Reaksi alergi terdiri dari dua fase
yaitu :
a. Immediate Phase Allergic Reaction, Berlangsung sejak kontak
dengan allergen hingga 1 jam setelahnya.
b. Late Phase Allergic Reaction, Reaksi yang berlangsung pada dua
hingga empat jam dengan puncak 6-8 jam setelah pemaparan dan
dapat berlangsung hingga 24 jam.
Berdasarkan cara masuknya allergen dibagi atas :
a. Alergen Inhalan, yang masuk bersama dengan udara pernafasan,
misalnya debu rumah, tungau, serpihan epitel dari bulu binatang serta
jamur.
b. Alergen Ingestan, yang masuk ke saluran cerna, berupa makanan,
misalnya susu, telur, coklat, ikan dan udang.
c. Alergen Injektan, yang masuk melalui suntikan atau tusukan, misalnya
penisilin atau sengatan lebah
d. Alergen Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit atau
jaringan mukosa, misalnya bahan kosmetik atau perhiasan
Dengan masuknya allergen ke dalam tubuh, reaksi alergi dibagi menjadi tiga
tahap besar :
a. Respon Primer, terjadi eliminasi dan pemakanan antigen, reaksi non
spesifik.
b. Respon Sekunder, reaksi yang terjadi spesifik, yang membangkitkan
system humoral, system selular saja atau bisa membangkitkan kedua
system terebut, jika antigen berhasil dihilangkan maka berhenti pada
tahap ini, jika antigen masih ada, karena defek dari ketiga mekanisme
system tersebut maka berlanjut ke respon tersier.
c. Respon Tersier , Reaksi imunologik yang tidak meguntungkan.
C. Patofisiologi
D. Manifestasi Klinis
Gejala klinis yang khas adalah terdapatnya serangan bersin yang berulang-
ulang terutama pada pagi hari, atau bila terdapat kontak dengan sejumlah debu.
Gejala lainnya adalah keluar ingus (rinore) yang encer dan banyak. Hidung
tersumbat, mata gatal dan kadang-kadang disertai dengan keluarnya air mata.
Beberapa gejala lain yang tidak khas adalah allergic shiner bayangan gelap
di bawah mata yang disebut.allergic salute Gerakan mengosok-gosokan hidung
pada anak- anak allergi crease, timbulnya garis pada bagian depan hidung.
E. Pemeriksaan penunjang
1. Tes Alergi
Tes ini dilakukan untuk menegakkan bukti secara objektif akan adanya
penyakit atopi. Ia juga dapat menentukan agen penyebab reaksi alergi
tersebut, yang akan dapat membantu dalam penanganan secara spesifik.
Terdapat dua tipe pemeriksaan yang sering digunakan bagi menilai secara
kausatif maupun kuantitatif sensitifitas suatu alergen: tes kulit dan esai
serumin vitro (in vitro serum assay).
a. Tes Kulit
Dapat dilakukan secara epikutan, intradermal atau kombinasi
keduanya.
b. Tes cukit kulit (tes tusuk) merupakan tes kulit secara epikutan yang
paling sering digunakan. Secara umumnya tes ini tergolong cepat,
spesifik, aman dan ekonomis. Dengan adanya sistem tes multipel yang
tersedia, tes ini mudah dilaksanakan dan prosedurnya selalu tidak
pernah berubah. Namun bila hasil tes ini diragukan, selanjutnya
dilakukan tes secara intradermal.Tes cukit kulit secara intradermal
menggunakan pengenceran berseri yang kuantitatif 1:5 merupakan tes
pilihan bagi kebanyakan ahli spesialis THT setelah dilakukan tes cukit
kulit secara epikutan. Tipe tes yang dikenal sebagai intrader
maldilutional testing (IDT), dulunya dikenal sebagai serialendpoint
titration (SET) ini sangat berguna dalam menentukan tahap sensitifitas
alergen, dan dalam rangka itu, amat bermanfaat dalam penentuan
terapi imunal yang tepat dan aman bagi penderita rhinitis alergi.
c. Tes in vitro
Tes ini melibatkan IgE serum yang spesifik dengan alergen dan
merupakan teknik yang mudah dikerjakan serta akurat dalam
mendeteksi adanya pengaruh atopi pada pasien dengan rhinitis alergi.
Teknologi in vitrojuga sudah sangat dikembangkan sedemikian rupa
sehingga efektifitasnya sudah kurang lebih sama dengan tes cukit kulit.
Tes ini aman, murah dan cukup spesifik sehingga penderita tidak perlu
bebas dari pengaru hantihistamin atau obat-obat lain pada saat pada
saat pemeriksaan dijalankan, yang kalau pada tes cukit kulit, dapat
mengganggu penilaian.Tes ini juga sangat mudah dan cepat dikerjakan
sehingga menjadi pilihan dalam menangani pasien anak-anak maupun
dewasa yang disertai gangguan anxietas. Walaupun tes in vitro yang
pertama yaitu radio allergosorbent test (RAST) sudah tidak dikerjakan
lagi, terminologi RAST ini masih digunakan secara umum dalam
menjelaskan pemeriksaan IgE spesifik darah. Saat ini, sudah banyak
tipe esai in vitro yang ditinggalkan, karena peralihan ke tipebaru yang
lebih cepat, dapat diandalkan dan lebih efisien contohnya Immuno
Cap. Dengan tidak menggunakan tes yang dapat diandalkan, dapat
berakibat buruk kepada diagnosis atopi yang seterusnya membawa
kepada penanganan yang tidak adekuat.
F. Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan medis
a. Pengobatan, penggunaan obat antihistamin H-1 adalah obat
yang sering dipakai sebagai lini pertama pengobatan rhinitis
alergi atau dengan kombinasi dekongestan oral. Obat
Kortikosteroid dipilih jika gejala utama sumbatan hidung akibat
repon fase lambat tidak berhasil diatasi oleh obat lain
b. Tindakan Operasi (konkotomi) dilakukan jika tidak berhasil
dengan cara diatas
c. Penggunaan Imunoterapi.
2) Penetalaksanaan keperawatan
a. Instruksikan pasien yang allergik untuk menghindari allergen atau
iritan spt (debu, asap tembakau, asap, bau, tepung, sprei)
b. Sejukkan membran mukosa dengan menggunakan sprey nasal salin.
c. Melunakkan sekresi yang mengering dan menghilangkan iritan.
d. Ajarkan tekhnik penggunaan obat-obatan spt sprei dan serosol.
e. Anjurkan menghembuskan hidung sebelum pemberian obat apapun
terhadap hidung
G. Komplikasi
H. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Terdiri dari Nama, Umur, Jenis kelamin, suku bangsa, Agama,
pendidikan, pekerjaan, status, Alamat.
b. Identitas penanggung jawab
Terdiri dari nama, umur, alamat, hubunganya dengan pasien,
pekerjaan.
c. Riwayat kesehatan
a) Riwayat Penyakit Sekarang
Mengungkapkan keluhan yang paling sering dirasakan oleh klien
Biasannya pada klien rhinitis alergi. Klien mengeluh hidung
tersumbat, bersin-bersin ,sakit kepala, keluar ingus (rinore) yang
encer dan banyak., mata gatal dan kadang-kadang disertai
dengan keluarnya air mata
b) Riwayat Penyakit Dahulu
Biasannya pada klien rhinitis alergis adanya riwayat penyakit ,
sebelumnya.
c) Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat keluarga dihubungkan dengan dengan
kemungkinan adanya penyakit keturunan, kecenderungan alergi
dalam satu keluarga, penyakit menular akibat kontak langsung
maupun tak langsung antar anggota keluarga. Apakah ada
keluarga menderita penyakit yg sama dengan klien .
d. Keluhan utama
Bersin-bersin, hidung mengeluarkan sekret, hidung tersumbat, dan
hidung gatal
e. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum pasien
TTV : TD , Nadi, RR, Suhu
Pemeriksaan head to toe
Kepala : rambut (warna , bentuk, kuantitas ), simetris atau tidak,
apakah ada pembengkakan, lesi bau, kulit kepala bersih/ tdk.
Mata : simetris / tdk, konjungtiva anemis, sklera ikterik/ tdk,
reflek pupil, pergeseran bola mata, keadaan mata merah.
Hidung : simetris / tdk, fungsi penciuman, apakah ada
peradangan, polip, mukosa lembab, hidung tersumbat, warna
merah, ada sekret.
Mulut : kotor/tdk, warna bibir, kering, pecah-pecah, gusi
berdarah/tdk, apakah tonsil meradang, fungsi pengecapan, warna
mukosa mulut, apakah ada stomatitis.
Telinga : simetris / tdk, apakah ada peradangan, fungsi
pendengaran, apakah ada serumen, cairan.
Leher : apakah ada benjolan , JVP, nyeri tekan, apakah ada
pembesaran kelenjar tiroid, hangat/ tdk
Dada : simetris / tdk, pergerkan dinding dada, bunyi irama
jantung, apakah ada nyeri tekan, bunyi jantung, apakh ada
murmur
Payudara : apakah ada pembesaran , apakah ada benjolan, warna
Abdomen : simetris / tdk, bentuk perut, nyeri tekan , bising usus,
ada edema,.
Jantung : apakah ada ictus cordis, apakah ada suara S1 dan S 2 ,
murmur
Genitalia : apakah adanya lesi, eritema, fisura, apakah ada
hemoroid hernia, kesulitan Bak, Bab.
2. Diagnosa
1. Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi /adanya
secret yang mengental
2. Gangguan pola istirahat berhubungan dengan penyumbatan pada
hidung
3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nfsu
makan menurun
3. Rencana keperawatan
No Diagnosa Noc Nic
1. Ketidakefektifan NOC : NIC :
jalan nafas Respiratory status : Airway
berhubungan Airway Patency Management
dengan Posisikan pasien
obstruksi untuk
Kriteria Hasil :
/adanya secret memaksimalkan
yang mengental menunjukkan jalan ventilasi
nafas paten ( klien Auskultasi suara
tidak merasa tercekik , nafas , catat adanya
irama nafas , frekuensi suara nafas
pernafasan dalam tambahan 3.
rentang normal , tidak Berikan
ada suara nafas bronkodilator bila
abnormal ) perlu
bernafas dengan muda Anjurkan pasien
mendemonstrasikan minum air hangat
batuk efektif dan suara Kolaborasikan
nafas yang bersih dengan dokter
dalam pemberian
analgesik
A. Kesimpulan
B. Saran