Vous êtes sur la page 1sur 18

MAKALAH

SISTEM IMUN DAN HEMATOLOGI

ASKEP RHINITIS ALERGI

OLEH KELOMPOK 6:
HANIFA YATNI
M. ILHAM
NANDA PERNADES
TETE MARDANI
YOSI NOFITA SARI

DOSEN :Ns.IBRAHIM, S.Kep, M. Biomed

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES SYEDZA SAINTIKA
PADANG
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kelompok ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberi
karunia-Nya kepada kelompok sehingga dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Rhinitis Alergi”.

Dalam menyelesaikan makalah ini, kelompok dapat menerima bantuan,


dukungan, dan kerja sama yang baik dari berbagai pihak yang terkait sehingga
pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-
pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tugas makalah ini .

Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu diharapkan


mendapatkan masukan-masukan dan motivasi dari pembaca dalam
penyempurnaan ataupun perbaikan sehingga makalah ini dapat menjadi lebih
baik, walaupun masih ada kekurangan kiranya dapat memberikan manfaat kepada
pembaca ataupun pihak yang membutuhkan .

Dalam penyusunan makalah masih terdapat banyak kekurangan. Untuk itu,


penulis sangat mengharapkan kritik dan saran demi penyempurnaan makalah ini.

Padang, 2 juni 2017

kelompok
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 4


A. Latar Belakang ............................................................................. 4
B. Tujuan .......................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN TEORITIS .......................................................... 5
A. Definisi ........................................................................................ 5
B. Etiologi ........................................................................................ 5
C. Patofisiologi ................................................................................. 6
D. Manifestasi Klinis ........................................................................ 8
E. Pemeriksaan penunjang ............................................................. 10
F. Penatalaksanaan ......................................................................... 12
G. Komplikasi ................................................................................. 12
H. Asuhan Keperawatan ................................................................. 13
BAB III PENUTUP............................................................................. 18
A. Kesimpulan ................................................................................ 18
B. Saran .......................................................................................... 18
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rongga hidung dilapisi oleh mukosa yang secara histologik dan fungsional
dibagi atas mukosa pernapasan (mukosa respiratori) dan mukosa hidung (mukosa
olfaktori).Mukosa pernapasan terdapat pada sebagian besar pada rongga hidung
dan permukaannya dilapisi oleh epitel torak berlapis semu (pseudo stratified
columnar ephitelium) yang mempunyai silia dan diantaranya terdapat sel-sel
goblet.Alergi hidung adalah keadaan atopi yang aling sering dijumpai, menyerang
20% dari populasi anak-anak dan dewasa muda di ‘’ Utara dan Eropa Barat. Di
tempat lain, alergi hidung dan penyakit atopi lainnya kelihatannya lebih rendah,
terutama pada negara-negara yang kurang berkembang. Penderita Rhinitis
alergika akan mengalami hidung tersumbat berat, sekresi hidung yang berlebihan
atau rhinore, dan bersin yang terjadi berulang cepat.

B. Tujuan

a. Untuk mengetahui definisi dari rhinitis alergi.


b. Untuk mengetahui etiologi dari rhinitis alergi.
c. Untuk mengetahui patofisiologi rhinitis alergi.
d. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari rhinitis alergi.
e. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari rhinitis alergi
f. Untuk mengetahui penatalaksaan rhinitis alergi.
g. Untuk mengetahui komplikasi dari rhinitis alergi.
h. Untuk mengetahui askep rhinitis alergi.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi

Rhinitis alergi adalah penyakit peradangan yang disebabkan oleh reaksi


alergi pada pasien-pasien yang memiliki atopi, yang sebelumnya sudah
tersensitisasi atau terpapar dengan allergen (zat/materi yang menyebabkan
timbulnya alergi) yang sama serta meliputi mekanisme pelepasan mediator kimia
ketika terjadi paparan ulangan dengan allergen yang serupa (Von Pirquet, 1986).
Rhinitis alergi adalah kelainan pada hidung dengan gejala-gejala bersin-
bersin, keluarnya cairan dari hidung, rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa
hidung terpapar dengan allergen yang mekanisme ini diperantarai oleh IgE (WHO
ARIA tahun 2001).Rhinitis adalah suatu inflamasi ( peradangan ) pada membran
mukosa di hidung. (Dipiro, 2005 ).
Rhinitis adalah istilah untuk peradangan mukosa.Menurut sifatnya dapat
dibedakan menjadi dua yaitu Rhinitis akut (coryza, commond cold) merupakan
peradangan membran mukosa hidung dan sinus-sinus aksesoris yang disebabkan
oleh suatu virus dan bakteri.Penyakit ini dapat mengenai hampir setiap orang pada
suatu waktu dan sering kali terjadi pada musim dingin dengan insidensi tertinggi
pada awal musim hujan dan musim semi.

B. Etiologi

Rhinitis alergi adalah penyakit peradangan yang diawali oleh dua tahap
sensitisasi yang diikuti oleh reaksi alergi. Reaksi alergi terdiri dari dua fase
yaitu :
a. Immediate Phase Allergic Reaction, Berlangsung sejak kontak
dengan allergen hingga 1 jam setelahnya.
b. Late Phase Allergic Reaction, Reaksi yang berlangsung pada dua
hingga empat jam dengan puncak 6-8 jam setelah pemaparan dan
dapat berlangsung hingga 24 jam.
Berdasarkan cara masuknya allergen dibagi atas :
a. Alergen Inhalan, yang masuk bersama dengan udara pernafasan,
misalnya debu rumah, tungau, serpihan epitel dari bulu binatang serta
jamur.
b. Alergen Ingestan, yang masuk ke saluran cerna, berupa makanan,
misalnya susu, telur, coklat, ikan dan udang.
c. Alergen Injektan, yang masuk melalui suntikan atau tusukan, misalnya
penisilin atau sengatan lebah
d. Alergen Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit atau
jaringan mukosa, misalnya bahan kosmetik atau perhiasan

Dengan masuknya allergen ke dalam tubuh, reaksi alergi dibagi menjadi tiga
tahap besar :
a. Respon Primer, terjadi eliminasi dan pemakanan antigen, reaksi non
spesifik.
b. Respon Sekunder, reaksi yang terjadi spesifik, yang membangkitkan
system humoral, system selular saja atau bisa membangkitkan kedua
system terebut, jika antigen berhasil dihilangkan maka berhenti pada
tahap ini, jika antigen masih ada, karena defek dari ketiga mekanisme
system tersebut maka berlanjut ke respon tersier.
c. Respon Tersier , Reaksi imunologik yang tidak meguntungkan.

C. Patofisiologi

Rinitis alergi merupakan suatu penyakit inflamasi yang diawali dengan


tahapb sensitisasi dan diikuti dengan tahap provokasi/ reaksialergi alergi teriri dari
2 faseyaitu alergi fase cepat (rafs) yang berlangsung sejak kontak dengan alergen
sampai 1 setelahnya dan late phase allergicreaction atau Reaksi Alergi Fase
Lambat (RAFL)yang berlangsung 2-4 jam dengan puncak 6-8 jam (fase hipr-
raktifitas) setelah pemaparan dan dapat berlangsung sampai 24-48 jam.
Pada kontak pertama dengan alergen atau tahap sensitisasi, makrofag atau
monosit yang berperan sebagai sel penyaji (Antigen Presenting Cell/APC) akan
menangkap alergen yang menempel di permukaan mukosa hidung. Setelah
diproses, antigen akan membentuk fragmen pendek peptida dan bergabung
dengan molekul HLA kelas II membentuk komplek peptida MHC kelas II (Major
Histo Compatibility Complex) yang kemudian dipresentasikan pada sel Thelper
(Th 0). Kemudian sel penyaji akan melepas sitokin seperti interleukin 1 (lL 1)
yang akan mengaktifkan Th0 untuk berproliferasi menjadiTh 1 dan Th 2. Th 2
akan menghasilkan berbagai sitokin seperti lL 3, lL 4, lL 5 danlL 13. lL 4 dan lL
13 dapat diikat oleh reseptornya di permukaan sel limfosit B,sehingga sel limfosit
B menjadi aktif dan akan memproduksi Imunoglobulin E (lgE). lgE di sirkulasi
darah akan masuk kejaringau9uin dan diikat oleh reseptor lg E dipermukaan sel
mastosit atau basofil (sel mediator) sehingga ke dua sel ini menjadi aktif.
Proses ini disebut sensitisasi yang menghasilkan sel mediator yang
tersensitisasi. Bila mukosa yang sudah tersensitisasi terpapar dengan alergen yang
sama, maka kedua rantai lg E akan mengikat alergen spesifik dan terjadi
degranulasi(pecahnya dinding sel) mastosit dan basofil dengan akibat terlepasnya
mediator kimia yang sudah terbentuk (Preformed Mdiators) terutama histamin.
Selain histamin juga dikeluarkan Newly Formed Mediators antara lain
prostaglandin D2 (PGD2),Leukotrien D4 9LT D4), Leukotrien C4 (LT C4),
bradikinin, Platelet ActivatingFactor (PAF) dan berbagai sitokin.(lL3, lL4, lL6,
lL6, (PAF) dan berbagai sitokin.(lL3, lL4, lL5, lL6, GM-CSF (Granulocyte
Macrophage Colony Stimulating Fakor)dll.Inilah yang disebut Reaksi Alergi Fase
Cepat (RAFC).
Histamin akan merangsang reseptor H1 pada ujung saraf vidianus
sehingga menimbulkan rasa gatal pada hidung dan bersin. Histamin juga akan
menyebabkan kelenjar klukosa dan sel goblekmengalami hipersekresi dan
permeabilitas kapiler meningkat sehingga terjadi rinore. Gejala lain adalah gidung
tersumbat akibat vasodilatasi sinosoid. Selain histamin merangsang ujung saraf
Vidianus, juga mengakibatkan rangsangan pada klukosa hidung sehingga teri
pengeluaran InterCelluler Adhesion Molecule 1 (lCAM 1).
Pada RAFC, sel mastosit juga akan melepaskan molekul komotaktik yang
menyebabkan akumulasi sel eosinofil dan netrofil di jaringan target. Respons ini
tidak berhenti sampai disini saja, tetapi gejala akan berlanjut dan mencapai
puncak 6 8 jamsetelah pemaparan. Pada RAFL ini ditandai dengan penambahan
jenis dan jumlah selinflamasi seperti eosinofil, limfosit, netrofil, basofil dan
mastosit di mukosa hidungserta peningkatan sitokin seperti seperti IL3, IL4, IL5
dan Granulocyte MacrophagColony Stimulating Factor (GMCSF) dan ICAM 1
pada sekret hidung. Timbulnyagejala hiperaktif atau hiperrresponsif hidung akibat
peranan eosinofil dan mediatorinflamasi dari granulnya seperti Eosiniphilic
derived protein (EDP), Major BasicProtein (MPB) dan Eosinophilic peroxidase
(EPO). Pada fase ini, selain factorspesifik apat memperberat gejala seperti asap
rokok, bau yang merangsang,perubahan cuaca dan kelembaban udara yang tinggi.

D. Manifestasi Klinis

Gejala klinis yang khas adalah terdapatnya serangan bersin yang berulang-
ulang terutama pada pagi hari, atau bila terdapat kontak dengan sejumlah debu.
Gejala lainnya adalah keluar ingus (rinore) yang encer dan banyak. Hidung
tersumbat, mata gatal dan kadang-kadang disertai dengan keluarnya air mata.
Beberapa gejala lain yang tidak khas adalah allergic shiner bayangan gelap
di bawah mata yang disebut.allergic salute Gerakan mengosok-gosokan hidung
pada anak- anak allergi crease, timbulnya garis pada bagian depan hidung.

Macam-Macam Rinitis alergi.


Berdasarkan waktunya, Rhinitis Alergi dapat di golongkan menjadi:
1. Rinitis alergi musiman (Hay Fever)
Biasanya terjadi pada musim semi. Umumnya disebabkan kontak dengan
allergen dari luar rumah, seperti benang sari dari tumbuhan yang
menggunakan angin untuk penyerbukannya, debu dan polusi udara atau
asap.
a. Gejala:
Hidung, langit-langit mulut, tenggorokan bagian belakang dan mata
terasa gatal, baik secara tiba-tiba maupun secara berangsur-angsur.
Biasanya akan diikuti dengan mata berair, bersin-bersin dan hidung
meler. Beberapa penderita mengeluh sakit kepala, batuk dan mengi
(bengek); menjadi mudah tersinggung dan deperesi; kehilangan nafsu
makan dan mengalami gangguan tidur.Terjadi peradangan pada kelopak
mata bagian dalam dan pada bagian putih mata (konjungtivitis).Lapisan
hidung membengkak dan berwarna merah kebiruan, menyebabkan
hidung meler dan hidung tersumbat.
b. Pengobatan
Pengobatan awal untuk rinitis alergika musiman adalah
antihistamin.Pemberian antihistamin kadang disertai dengan
dekongestan (misalnya pseudoephedrine ataufenilpropanolaminn) untuk
melegakan hidung tersumbat.Pemakaian dekongestan pada penderita
tekanan darah tinggi harus diawasi secara ketat.Bisa juga diberikan obat
semprot hidung natrium kromolin; efeknya terbatas pada hidung dan
tenggorokan bagian belakang.Jika pemberian antihistamin dan kromolin
tidak dapat mengendalikan gejala-gejala, maka diberikan obat semprot
kortikosteroid. Jika obat semprot kortikosteroid masih juga tidak
mampu meringankan gejala, maka diberikan kortikosteroid per-oral
selama kurang dari 10 hari.

2. Rinitis alergi yang terjadi terus menerus (perennial)


Disebabkan bukan karena musim tertentu ( serangan yang terjadi
sepanjang masa (tahunan)) diakibatkan karena kontak dengan allergen
yang sering berada di rumah misalnya kutu debu rumah, bulu binatang
peliharaan serta bau-bauan yang menyengat.
a. Gejala
Hidung, langit-langit mulut, tenggorokan bagian belakang dan mata
terasa gatal, baik secara tiba-tiba maupun secara berangsur-angsur.
Biasanya akan diikuti dengan mata berair, bersin-bersin dan hidung
meler. Beberapa penderita mengeluh sakit kepala, batuk dan mengi
(bengek); menjadi mudah tersinggung dan deperesi; kehilangan nafsu
makan dan mengalami gangguan tidur. Jarang terjadi konjungtivitis.
Lapisan hidung membengkak dan berwarna merah kebiruan,
menyebabkan hidung meler dan hidung tersumbat. Hidung tersumbat
bisa menyebabkan terjadinya penyumbatan tuba eustakius di telinga,
sehingga terjadi gangguan pendengaran, terutama pada anak-anak. Bisa
timbul komplikasi berupa sinusitis (infeksi sinus) dan polip hidung.
b. Pengobatan
Pengobatan awal untuk rinitis alergika musiman adalah
antihistamin.Pemberian antihistamin kadang disertai dengan
dekongestan (misalnya pseudoefedrin atau fenilpropanolaminn) untuk
melegakan hidung tersumbat. Pemakaian dekongestan pada penderita
tekanan darah tinggi harus diawasi secara ketat. Bisa juga diberikan
obat semprot hidung natrium kromolin; efeknya terbatas pada hidung
dan tenggorokan bagian belakang. Jika pemberian antihistamin dan
kromolin tidak dapat mengendalikan gejala-gejala, maka diberikan obat
semprot kortikosteroid; tidak dianjurkan untuk memberikan
kortikosteroid per-oral (melalui mulut).
Obat tetes atau obat semprot hidung yang mengandung dekongestan
dan bisa diperoleh tanpa resep dokter, sebaiknya digunakan tidak terlalu
lama karena bisa memperburuk atau memperpanjang peradangan
hidung. Kadang perlu dilakukan pembedahan untuk membuang polip
atau pengobatan terhadap infeksi sinus.

E. Pemeriksaan penunjang

1. Tes Alergi
Tes ini dilakukan untuk menegakkan bukti secara objektif akan adanya
penyakit atopi. Ia juga dapat menentukan agen penyebab reaksi alergi
tersebut, yang akan dapat membantu dalam penanganan secara spesifik.
Terdapat dua tipe pemeriksaan yang sering digunakan bagi menilai secara
kausatif maupun kuantitatif sensitifitas suatu alergen: tes kulit dan esai
serumin vitro (in vitro serum assay).
a. Tes Kulit
Dapat dilakukan secara epikutan, intradermal atau kombinasi
keduanya.
b. Tes cukit kulit (tes tusuk) merupakan tes kulit secara epikutan yang
paling sering digunakan. Secara umumnya tes ini tergolong cepat,
spesifik, aman dan ekonomis. Dengan adanya sistem tes multipel yang
tersedia, tes ini mudah dilaksanakan dan prosedurnya selalu tidak
pernah berubah. Namun bila hasil tes ini diragukan, selanjutnya
dilakukan tes secara intradermal.Tes cukit kulit secara intradermal
menggunakan pengenceran berseri yang kuantitatif 1:5 merupakan tes
pilihan bagi kebanyakan ahli spesialis THT setelah dilakukan tes cukit
kulit secara epikutan. Tipe tes yang dikenal sebagai intrader
maldilutional testing (IDT), dulunya dikenal sebagai serialendpoint
titration (SET) ini sangat berguna dalam menentukan tahap sensitifitas
alergen, dan dalam rangka itu, amat bermanfaat dalam penentuan
terapi imunal yang tepat dan aman bagi penderita rhinitis alergi.
c. Tes in vitro
Tes ini melibatkan IgE serum yang spesifik dengan alergen dan
merupakan teknik yang mudah dikerjakan serta akurat dalam
mendeteksi adanya pengaruh atopi pada pasien dengan rhinitis alergi.
Teknologi in vitrojuga sudah sangat dikembangkan sedemikian rupa
sehingga efektifitasnya sudah kurang lebih sama dengan tes cukit kulit.
Tes ini aman, murah dan cukup spesifik sehingga penderita tidak perlu
bebas dari pengaru hantihistamin atau obat-obat lain pada saat pada
saat pemeriksaan dijalankan, yang kalau pada tes cukit kulit, dapat
mengganggu penilaian.Tes ini juga sangat mudah dan cepat dikerjakan
sehingga menjadi pilihan dalam menangani pasien anak-anak maupun
dewasa yang disertai gangguan anxietas. Walaupun tes in vitro yang
pertama yaitu radio allergosorbent test (RAST) sudah tidak dikerjakan
lagi, terminologi RAST ini masih digunakan secara umum dalam
menjelaskan pemeriksaan IgE spesifik darah. Saat ini, sudah banyak
tipe esai in vitro yang ditinggalkan, karena peralihan ke tipebaru yang
lebih cepat, dapat diandalkan dan lebih efisien contohnya Immuno
Cap. Dengan tidak menggunakan tes yang dapat diandalkan, dapat
berakibat buruk kepada diagnosis atopi yang seterusnya membawa
kepada penanganan yang tidak adekuat.

F. Penatalaksanaan

1) Penatalaksanaan medis
a. Pengobatan, penggunaan obat antihistamin H-1 adalah obat
yang sering dipakai sebagai lini pertama pengobatan rhinitis
alergi atau dengan kombinasi dekongestan oral. Obat
Kortikosteroid dipilih jika gejala utama sumbatan hidung akibat
repon fase lambat tidak berhasil diatasi oleh obat lain
b. Tindakan Operasi (konkotomi) dilakukan jika tidak berhasil
dengan cara diatas
c. Penggunaan Imunoterapi.

2) Penetalaksanaan keperawatan
a. Instruksikan pasien yang allergik untuk menghindari allergen atau
iritan spt (debu, asap tembakau, asap, bau, tepung, sprei)
b. Sejukkan membran mukosa dengan menggunakan sprey nasal salin.
c. Melunakkan sekresi yang mengering dan menghilangkan iritan.
d. Ajarkan tekhnik penggunaan obat-obatan spt sprei dan serosol.
e. Anjurkan menghembuskan hidung sebelum pemberian obat apapun
terhadap hidung

G. Komplikasi

a. Polip hidung. Rinitis alergi dapat menyebabkan atau menimbulkan


kekambuhan polip hidung.
b. Otitis media. Rinitis alergi dapat menyebabkan otitis media yang
sering residif dan terutama kita temukan pada pasien anak-anak.
c. Sinusitis kronik
d. Otitis media dan sinusitis kronik bukanlah akibat langsung dari rinitis
alergi melainkan adanya sumbatan pada hidung sehingga menghambat
drainase

H. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
a. Identitas klien
Terdiri dari Nama, Umur, Jenis kelamin, suku bangsa, Agama,
pendidikan, pekerjaan, status, Alamat.
b. Identitas penanggung jawab
Terdiri dari nama, umur, alamat, hubunganya dengan pasien,
pekerjaan.
c. Riwayat kesehatan
a) Riwayat Penyakit Sekarang
Mengungkapkan keluhan yang paling sering dirasakan oleh klien
Biasannya pada klien rhinitis alergi. Klien mengeluh hidung
tersumbat, bersin-bersin ,sakit kepala, keluar ingus (rinore) yang
encer dan banyak., mata gatal dan kadang-kadang disertai
dengan keluarnya air mata
b) Riwayat Penyakit Dahulu
Biasannya pada klien rhinitis alergis adanya riwayat penyakit ,
sebelumnya.
c) Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat keluarga dihubungkan dengan dengan
kemungkinan adanya penyakit keturunan, kecenderungan alergi
dalam satu keluarga, penyakit menular akibat kontak langsung
maupun tak langsung antar anggota keluarga. Apakah ada
keluarga menderita penyakit yg sama dengan klien .

d. Keluhan utama
Bersin-bersin, hidung mengeluarkan sekret, hidung tersumbat, dan
hidung gatal
e. Pemeriksaan fisik
 Keadaan umum pasien
 TTV : TD , Nadi, RR, Suhu
 Pemeriksaan head to toe
 Kepala : rambut (warna , bentuk, kuantitas ), simetris atau tidak,
apakah ada pembengkakan, lesi bau, kulit kepala bersih/ tdk.
 Mata : simetris / tdk, konjungtiva anemis, sklera ikterik/ tdk,
reflek pupil, pergeseran bola mata, keadaan mata merah.
 Hidung : simetris / tdk, fungsi penciuman, apakah ada
peradangan, polip, mukosa lembab, hidung tersumbat, warna
merah, ada sekret.
 Mulut : kotor/tdk, warna bibir, kering, pecah-pecah, gusi
berdarah/tdk, apakah tonsil meradang, fungsi pengecapan, warna
mukosa mulut, apakah ada stomatitis.
 Telinga : simetris / tdk, apakah ada peradangan, fungsi
pendengaran, apakah ada serumen, cairan.
 Leher : apakah ada benjolan , JVP, nyeri tekan, apakah ada
pembesaran kelenjar tiroid, hangat/ tdk
 Dada : simetris / tdk, pergerkan dinding dada, bunyi irama
jantung, apakah ada nyeri tekan, bunyi jantung, apakh ada
murmur
 Payudara : apakah ada pembesaran , apakah ada benjolan, warna
 Abdomen : simetris / tdk, bentuk perut, nyeri tekan , bising usus,
ada edema,.
 Jantung : apakah ada ictus cordis, apakah ada suara S1 dan S 2 ,
murmur
 Genitalia : apakah adanya lesi, eritema, fisura, apakah ada
hemoroid hernia, kesulitan Bak, Bab.
2. Diagnosa
1. Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi /adanya
secret yang mengental
2. Gangguan pola istirahat berhubungan dengan penyumbatan pada
hidung
3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nfsu
makan menurun
3. Rencana keperawatan
No Diagnosa Noc Nic
1. Ketidakefektifan NOC : NIC :
jalan nafas Respiratory status :  Airway
berhubungan Airway Patency Management
dengan  Posisikan pasien
obstruksi untuk
Kriteria Hasil :
/adanya secret memaksimalkan
yang mengental  menunjukkan jalan ventilasi
nafas paten ( klien  Auskultasi suara
tidak merasa tercekik , nafas , catat adanya
irama nafas , frekuensi suara nafas
pernafasan dalam tambahan 3.
rentang normal , tidak  Berikan
ada suara nafas bronkodilator bila
abnormal ) perlu
 bernafas dengan muda  Anjurkan pasien
 mendemonstrasikan minum air hangat
batuk efektif dan suara  Kolaborasikan
nafas yang bersih dengan dokter
dalam pemberian
analgesik

2. Gangguan pola NOC : Sleep enhancement


tidur  jelaskan
 Anxiety control
berhubungan pentingnya tidur
 Comfort level
dengan yang adekuat
penyumbatan Kriteria Hasil :  ciptakan
pada hidung lingkungan yang
 Jumlah jam tidur klien
nyaman
dalam batas normal
 fasilitasi untuk
 Perasaan fress sesudah
mempertahankan
tidur
aktifitas sebelum
 Pola tidue, kualitas
tidur (membaca)
dalam batas normal
 Kolaborasi
 Tidak sering terbangun
dalam pemberian
pada malam hari
obat tidur
 Klien dapat istirahat
dengan tenang
 Klien tidak gelisah

3. Gangguan NOC : Nutrition Management


nutrisi kurang Nutritional Status : food and
 Kaji adanya alergi
dari kebutuhan Fluid Intake makanan
berhubungan
 Kolaborasi dengan
dengan nfsu Kriteria Hasil :
ahli gizi untuk
makan menurun  Adanya peningkatan
menentukan jumlah
berat badan sesuai
kalori dan nutrisi
dengan tujuan
yang dibutuhkan
pasien.
 Nafsu makan membaik
 Anjurkan pasien
 Keadaan umum
untuk
membaik
meningkatkan
 Klien tampak mau
protein dan vitamin
makan
C
 Yakinkan diet yang
dimakan
mengandung tinggi
serat untuk
mencegah
konstipasi
 Berikan makanan
yang terpilih (
sudah
dikonsultasikan
dengan ahli gizi)
 Monitor jumlah
nutrisi dan
kandungan kalori
 Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi
 Kaji kemampuan
pasien untuk
mendapatkan
nutrisi yang
dibutuhkan
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Rhinitis adalah suatu inflamasi ( peradangan ) pada membran mukosa


di hidung.Rhinitis adalah peradangan selaput lendir hidung. Berdasarkan cara
masuknya allergen dibagi atas :
a. Alergen Inhalan, yang masuk bersama dengan udara pernafasan,
misalnya debu rumah, tungau, serpihan epitel dari bulu binatang serta
jamur
b. Alergen Ingestan, yang masuk ke saluran cerna, berupa makanan,
misalnya susu, telur, coklat, ikan dan udang
c. Alergen Injektan, yang masuk melalui suntikan atau tusukan, misalnya
penisilin atau sengatan lebah
d. Alergen Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit atau
jaringan mukosa, misalnya bahan kosmetik atau perhiasan

B. Saran

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini belum sempurna


baik dari segi materi maupun dari segi penulisannya, kedepannya penulis
akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan makalah di atas dengan
sumber - sumber yang lebih banyak yang dapat di pertanggung jawabkan.

Vous aimerez peut-être aussi