Vous êtes sur la page 1sur 10

Bagian Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher (THT-KL)

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


Padang

Tumor Sinus Paranasal Dengan Perluasan Intrakranial


dan Metastasis ke Paru
M. Abduh Firdaus, Sukri Rahman

ABSTRAK
Keganasan hidung dan sinus paranasal (sinonasal) merupakan tumor yang jarang ditemukan,
hanya merupakan 1% dari seluruh tumor ganas di tubuh dan 3 % dari keganasan di kepala dan leher.
Diagnosis secara dini dan pengobatan sampai saat ini masih merupakan tantangan. Pasien dengan tumor
sinonasal biasanya datang pada stadium yang sudah lanjut, dan umumnya sudah meluas ke jaringan
sekitarnya. Tidak jarang keluhan utama pasien justru akibat perluasan tumor seperti keluhan mata dan
kepala dan bahkan gejala akibat metastsis jauh. Prognosis keganasan ini umumnya buruk. Hal ini karena
anatomi sinus yang merupakan rongga yang tersembunyi dalam tulang, yang tidak akan dapat dideteksi
dengan pemeriksaan fisik biasa dan sering asimptomatik pada stadium dini serta lokasinya yang
berhubungan erat dengan struktur vital.
Dilaporkan satu kasus tumor sinus paranasal pada seorang lali-laki berusia 52 tahun yang telah
mengalami perluasan ke intrakranial dan metastasis ke paru.

Kata kunci : tumor sinonasal, perluasan intrakranial, metastasis paru.

ABSTRACT
Malignancies of the nasal cavity and paranasal sinuses (sinonasal) are rare, comprising only 1 % of
all human malignancies and only 3 % of those arising in the head and neck. Early diagnosis and treatment
are still a challenge. A patient with sinonasal tumors usually comes at the advanced stage, and generally has
spread to surrounding tissue. Not infrequently the patient's main complaint due to the expansion of the
tumors such as eye or head complaints and sometimes even result of distant metastases. It has been
associated with a poor prognosis. This is because the anatomy of the sinuses, which is a hidden cavity in the
bone, which can not be detected by regular physical examination, tend to be asymptomatic at early stages,
and located close anatomic proximity to vital structures.
A case of paranasal sinus tumors in a 52-year-old man who has experienced intracranial expansion
and pulmonary metastases is reported.

Keywords: sinonasal tumor, intracranial expansion, pulmonary metastases.


Bagian Telinga Hidung namun
Tenggorok Bedah Kepala
kontak
Leher (THT-KL)
PENDAHULUAN 1%),1,2 dengan Fakultas Kedokteran dengan
perbandingan laki- Universitas Andalas debu kayu
Tumor Padang diketahui
laki dan perempuan
hidung dan sinus merupakan
2:1.2
paranasal (sinonasal) Kegana
Data di faktor risiko
merupakan tumor san sinonasal
bagian THT utama yang
yang jarang merupakan
FKUI/RSCM selama berhubunga
ditemukan dan keganasan yang
10 tahun, n dengan
sampai saat ini jarang terjadi,
keganasan ini keganasan
diagnosis secara dini hanya 1% (0,2 -
menduduki urutan ini.
dan pengobatan 1%) dari
ke tiga terbanyak Mulculnya
masih merupakan seluruh
setelah karsinoma keganasan
tantangan. Gejala dan keganasan di
nasofaring dan biasanya
tandanya hampir tubuh, dan 3%
limfoma malignum sekitar 40
sama dengan proses dari keganasan
non Hodgkins di tahun
inflamasi daerah di kepala dan
kepala leher,2 setelah
hidung dan sinus, leher.5,7
sedangkan di kontak
sehingga pasien Keganasan
RS.Dr.M. Djamil pertama.
biasanya datang sinonasal lebih
belum ada Peningkatan
sudah dalam stadium sering pada
penelitian, namun risiko
lanjut. Keganasan ini laki-laki dengan
dari penelusuran keganasan
juga merupakan perbandingan
rekam medis ini juga
tumor yang sulit laki-laki dengan
pasien, selama 6 didapatkan
untuk diobati perempuan 2:1.
bulan sejak 1 pada
sehingga Keganasan ini
Januari 2006 pekerja
prognosisnya sering sering
bagian THT-KL pemurnian
buruk. Keadaan ini terdiagnosis
RS.Dr. M. Djamil nikel dan
disebabkan lokasi pada usia 50
telah merawat 10 pabrik
anatomi hidung dan sampai 70
kasus baru pigmen
sinus paranasal yang tahun.2,5
keganasan hidung kromat.
berdekatan dengan Lebih
dan sinus Disamping
struktur-struktur kurang 60%
paranasal, selama itu,
vital seperti dasar keganasan ini
tahun 2004 dan dilaporkan
berasal dari
tengkorak, otak, mata 2005 merawat 37 bahwa
sinus maksila,
dan arteri kasus baru kontak
dikuti kavum
karotis.1,2,3,4,5 keganasan hidung dengan
nasi 20-30%,
Kegansan dan sinus formaldehid
sinus etmoid
hidung dan sinus paranasal. , diisoprofil
10-15% dan
paranasal hanya Beberapa sulfat,
sinus sfenoid
merupakan 1% dari penelitian dikloroetil
dan sinus
seluruh tumor ganas epidemiologi sulfide dan
frontal 1%. Bila
di tubuh, dan 3 % menunjukkan merokok
tumor kavum
dari keganasan di adanya hubungan juga
nasi tidak
kepala dan leher, antara tingginya meningkatk
dimasukkan
sinus maksila insiden keganasan an risiko
maka, 77%
merukan tempat ini dengan terpapar timbulnya
berasal dari
tersering (60-80%) bahan -bahan kimia keganasan
sinus maksila,
diikuti kavum nasi karsinogen dan ini.7
22% dari sinus
20-30% dan sinus serbuk kayu.1,2,6 etmoid dan 1% ANATOMI
etmoid ±15%,
EPIDEMIOLOGI dari sfenoid dan
sedangkan sinus Sin
DAN ETIOLOGI frontal.
frontal dan sfenoid us paranasal
Keganasan ini
sangat jarang dan rongga
dengan angka
dijumpai (kurang hidung
yang tinggi
dari berbatasan
ditemukan di
dengan
Jepang, China
struktur-
dan India.7
struktur
Penyeb
vital yang
ab pasti belum
akan
diketahui,
terlibat
apabila tumor ke fossa superior dari
telah meluas. kranial garis ini
Kavum nasi anterior. berhubungan
merupakan Lamina dengan
saluran nafas papirasea prognosis yang
yang terletak merupakan lebih buruk
paling atas dan dinding karena
mukosanya lateral berdekatan
terdiri dari etmoid, yang dengan mata,
kombinasi epitel membatasiny fossa
kubik dan epitel a dengan pterigopalatina
bertingkat toraks orbita. dan fossa
bersilia. Mukosa Kerusakan infratemporal,
hidung terdiri dinding ini sehingga
dari kelenjar akan penyebarannya
mukus, kelenjar menyebabkan ke fossa kranial
ludah minor, perluasan dan organ sekitar
melanosit dan tumor ke lebih mudah.9
epitel penghidu orbita, dan (gambar 2).
di bagian harus
superior. Rongga menjadi
hidung di garis pertimbangan
tengah dibagi pada saat
oleh septum. dilakukan
Batas superior tindakan
dari kavum nasi operasi. Atap
adalah sinus etmoid
etmoid dan dibentuk oleh
bagian inferior fovea
berbatasan etmoidalis,
dengan palatum yang
durum. Dinding merupakan
lateral rongga bagian dasar Gambar 1. Anatomi
rongga hidung dan Gamb
hidung juga terkorak yang ar 2.
merupakan tipis.7 sinus paranasal.9
Öhngr
dinding medial en
sinus maksila. Sinus
maksila dibagi line.5
Sinus sfenoid
berada di menjadi dua bagian
oleh garis imajiner Keganas
superior dan
yang ditarik dari an pada sinus
posterior dari
kantus medial ke sphenoid
rongga hidung.5,8
angulus mandibula biasanya
(gambar 1)
(ÖÖ hngren line) unresectable
Komplek
menjadi karena letak
s etmoid terdiri
suprastruktur dan anatominya yang
dari 3-18 sel yang
infrastruktur. Tumor rumit. Nervus
berada diantara
yang berasal optikus, arteri
orbita. Sisi kanan
dan sisi kiri
dihubungkan
oleh fossa
kribriformis.
Fossa
kribriformis
merupakan salah
satu landmark
pada penentuan
stadium tumor.
Kerusakan fossa
ini akan
menyebabkan
perluasan
langsung tumor
2
Bagian Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher (THT-KL)
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Padang

karotis dan sinus kavernosus sangat dekat dengan Rongga hidung dan sinus etmoid
sinus ini, bahkan kadang-kadang mengalami T1 Tumor terbatas pada satu sisi dengan
dehiscent.9 atau tanpa invasi ke tulang.
Meskipun tumor di rongga hidung dan T2 Tumor telah mengenai dua sisi dengan
sinus paranasal memiliki pertumbuhan lokal yang atau tanpa perluasan ke jaringan sekitar
ekstensif, namun penyebaran melalui aliran limfe di kompleks nasoetmoid dengan atau
dan darah jarang terjadi.9 Tumor yang lanjut dapat tanpa invasi tulang.
meluas ke kelenjar getah bening retrofaring, T3 Tumor telah meluas ke dinding medial
buccinator, submandibula dan jugular superior. atau lantai orbita, sinus maksila,
Metastasis jauh paling sering ke paru.10 palatum atau fossa kribriformis.
STADIUM T4a Tumor telah mengenai orbita anterior,
kulit hidung atau pipi, perluasan
Penilaian stadium tumor menggunakan minimal ke fossa kranial anterior,
klasifikasi AJCC (American Joint Committee on pterygoid plates, sinus sfenoid atau sinus
Cancer) edisi ke-6 tahun 2002, yang frontal.
mengklasifikasikan tumor berdasarkan ukuran T4b Tumor telah mengenai apeks orbita,
tumor primer (T), metastasis kelenjar getah dura, otak, fossa kranial media, saraf
bening regional (N) dan metastasis jauh (M).11 kranial selain N.V2, nasofaring atau
Penentuan tumor primer bersadarkan clivus.
inspeksi, palpasi dan pemeriksaan neurologi saraf Metastasis ke kelenjar getah bening
kranial. Pemeriksaan dengan endoskopi regional (N)
dianjurkan. Pemeriksaan pencitraan baik NX Pembesaran kelenjar getah bening (KGB)
Computed Tomography scan (CT scan) atau regional tidak dapat dinilai.
Magnetic Resonance Imaging (MRI) diperlukan N0 Tidak terdapat pembesaran KGB
untuk mendapatkan stadium yang akurat sebelum N1 Metastasis ke KGB singel ipsilateral
pengobatan.11 dengan diameter terpanjang ≤3 cm.
Penilaian pembesaran kelenjar getah N2 Metastasis ke KGB singel ipsilateral lebih
bening leher dilakukan dengan palpasi dan dari 3 cm tapi tidak lebih dari 6 cm,
pencitraan, sedangkan metastasis jauh ditentukan atau multiple ipsilateral ≤6 cm atau
dengan berbagai pemeriksaan seperti radiologi, bilateral atau kontralateral ≤6 cm.
kimia darah dan pemeriksaan lain sesuai N2a Metastasis ke KGB singel ipsilateral lebih
indikasi.11 dari 3 cm tapi tidak lebih dari 6 cm.
Klasifikasi menurut AJCC 2002 sebagai berikut: N2b Metastasis ke KGB multipel ipsilateral ≤
Tumor Primer (T) 6 cm.
TX Tumor primer tidak dapat dinilai N2c Metastasis ke KGB bilateral atau
T0 Tidak terdapat tumor primer Tis kontralateral ≤6 cm.
Carcinoma in situ N3 Metastasis ke KGB dengan diameter
Sinus maksila terpanjang > 6 cm.
T1 Tumor terbatas pada mukosa sinus maksila, Metastasis jauh(M)
tidak terdapat erosi atau destruksi tulang. MX Metastasis jauh tidak dapat ditentukan.
T2 Tumor menyebabkan erosi atau destruksi M0 Tidak terdapat metastasis jauh.
tulang termasuk perluasan ke palatum M1 Terdapat metastasis jauh.
durum, dan/ atau meatus medius namun Stadium tumor
tidak terdapat perluasan ke dinding Stadium 0 Tis N0 M0
posterior sinus maksila dan fossa pterigoid. Stadium I T1 N0 M0
T3 Tumor telah mengenai tulang dinding Stadium II T2 N0 M0
posterior sinus maksila, jaringan subkutan, Stadium III T3 N0 M0
dinding medial atau lantai orbita, fossa T1 N1 M0
pterigoid, sinus etmoid. T2 N1 M0
T4a Tumor telah mengenai orbita anterior, kulit T3 N1 M0
pipi, pterygoid plates, fossa Stadium IVA T4a N0 M0
infratemporal, fossa kribriformis, sinus T4a N1 M0
sfenoid atau sinus frontal. T1 N2 M0
T4b Tumor telah mengenai apeks orbita, dura, T2 N2 M0
otak, fossa kranial media, saraf kranial T3 N2 M0
selain N. Maksilaris (V2), nasofaring atau T4a N2 M0
clivus. Stadium IVB T4b setiap N M0
Setiap T N3 M0
Stadium IVC Setiap T setiap N M1
3
Bagian Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher (THT-KL)
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Padang

DIAGNOSIS Meskipun jarang ditemukan,


pemeriksaan kelenjar getah bening harus
Diagnosis ditegakkan berdasarkan
dilakukan. Cantuù G dkk14 melaporkan dari 305
anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang.
kasus tumor ganas sinus etmoid dan 399 kasus
Pemeriksaan nasoendoskopi dan sinuskopi dapat
tumor ganas sinus maksila mendapatkan
menemukan tumor dalam stadium dini. CT Scan
pembesaran KGB leher masing-masing 1,6 %
merupakan sarana terbaik dalam melihat
dan 8,3%.
perluasan tumor dan destruksi tulang.12 Foto
Tidak jarang pasien datang dengan
polos paru diperlukan untuk melihat metastasis
keluhan akibat metastasis jauh, sehingga
tumor ke paru. Diagnosis pasti ditegakkan
pemeriksaan adanya metastasis jauh
berdasarkan pemeriksaan histopatologi. 1,12
diperlukan. Salem L dkk seperti dikutip Smith
Gejala Klinis GA dkk15 mendapatkan metastasis ke paru
2,6% dan metastasis ke tulang 1,94%. New GB
Gejala tergantung asal tumor primer dan
seperti dikutip Smith GA dkk 15 juga
arah perluasannya, tumor dalam sinus maksila
melaporkan bahwa paru merupakan lokasi
biasanya tanpa gejala. Gejala timbul setelah tumor
metastasis jauh yang paling sering. Metastasis
telah mendestruksi tulang dan meluas ke kavum
jauh juga dapat terjadi ke pleura, hepar,
nasi, rongga mulut, pipi atau orbita.12
perikardium, ginjal, limpa dan tulang
Berdasarkan perluasan tumor gejala
belakang.15
dapat dikategorikan sebagai :12
1. Gejala nasal, berupa obstruksi hidung Pemeriksaan Radiologi
unilateral dan rinore, kadang disertai darah
Pemeriksaan radiologi merupakan
atau epistaksis. Desakan pada hidung
menyebabkan deformitas. bagian yang sangat penting pada diagnosis,
2. Gejala orbital, perluasan ke arah orbita dapat staging dan follow up keganasan sinonasal.
menimbulkan gejala diplopia, proptosis, Pemeriksaan CT scan memberikan gambaran
oftalmoplegia, gangguan visus dan epifora. yang baik mengenai lokasi dan perluasan
Sabharwal KK dkk13 yang mengevaluasi CT tumor, CT scan dapat menentukan adanya erosi
scan pasien dengan proptosis, mendapatkan atau destruksi tulang. CT scan dengan kontras
sebagian besar proptosis akibat keganasan. akan memberikan gambaran perluasan tumor
Keganasan pada sinus maksila merupakan ke organ sekitarnya.5
penyebab terbanyak di luar tumor mata. Di sisi lain MRI, memberikan
3. Gejala oral, menimbulkan penonjolan atau gambaran yang lebih jelas batas tumor dengan
ulkus di palatum atau di prosesus alveolaris, jaringan lunak di sekitarnya. MRI sangat
sering nyeri gigi sebagai gejala awal yang membantu dalam menentukan perluasan
membawa pasien ke dokter tumor ke orbita, dura, otak, arteri karotis dan
sinus kavernosus.5
4. Gejala fasial, perluasan tumor ke anterior
menimbulkan penonjolan pada pipi, disertai Satu laporan yang membandingkan
nyeri, anestesia atau parastesia. CT scan dengan MRI, medapatkan bahwa MRI
5. Gejala intrakranial, perluasan ke intrakranial lebih superior untuk menilai perluasan tumor
menyebabkan sakit kepala yang hebat, disamping juga dapat membedakan massa
oftalmoplegi, gangguan visus, kadang dapat tumor dari sekret atau mukosa yang
timbul liquore serta mengenai saraf-saraf mengalami inflamasi.16
kranial. Biopsi
Pemeriksaan Fisik Apabila lokasi tumor telah dapat
Pemeriksaan kepala dan leher yang diidentifikasi, selanjutnya dibutuhkan
lengkap harus dilakukan. Pemeriksaan dilakukan pemeriksaan histopatologi jaringan. Biopsi
meliputi daerah sinonasal, mata, saraf kranial dan jaringan dilakukan dengan teknik yang paling
nasoendoskopi untuk menilai adanya masa tumor. tidak invasif tetapi mendapatkan jaringan yang
Meskipun tidak patognomonis, kebas atau cukup representatif untuk diperiksa.
hipostesia di infraorbita (N.V2) atau supraorbita Menghindari biopsi terbuka dengan alasan 1)
(N.V3) harus dicurigai adanya perluasan suatu akan menyebabkan gangguan keutuhan
keganasan. Selain itu tanda lain yang dapat struktur anatomi dan batas tumor, 2)
ditemukan berupa proptosis, kemosis, gangguan kemungkinan sel tumor mengkontaminasi
fungsi otot ektraokuler, penonjolan massa di pipi, jaringan normal dan 3) menyebabkan
massa di ginggiva atau ginggivobukal serta lokalisasi tumor dan batas-batas tumor
kelainan pada gigi atas.1 terganggu yang menyulitkan pada saat
operasi.5
4
Bagian Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher (THT-KL)
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Padang

Pendekatan endoskopi melalui hidung Untuk tujuan ini radioterapi dan/ atau
(nasoendoskopi) merupakan teknik yang optimal kemoterapi merupakan modalitas yang sering
untuk biopsi tumor sinonasal. Kelebihan teknik ini digunakan untuk mengurangi morbiditas
adalah visualisasi yang lebih baik, morbiditas lokal.5,17,18
yang minimal, perubahan pada jaringan tumor Berbagai teknik pembedahan
dan organ sekitar minimal. Tumor kecil di dinding dilakukan untuk pengangkatan tumor
lateral sinus maksila dapat dicapai dengan sinonasal. Jenis operasi yang dilakukan
melakukan antrostomi meatus medius dan tergantung pada lokasi dan perluasan tumor.
visualisasi dengan endoskop 30 0 atau 700, biopsi Tumor yang berasal dari sinus maksila
dilakukan dengan forseps jerapah.5 diangkat dengan maksilektomi. Beberapa jenis
Apabila tumor terbatas pada kavum nasi, maksilektomi dengan terminologi yang
biopsi lokal di poliklinik dapat dilakukan dengan beragam telah dilaporkan, namun secara
memastikan sebelumnya bahwa tidak ada umum dapat dikelompokkan menjadi
hubungan dengan cairan serebrospinal dan tidak maksilektomi terbatas, maksilektomi subtotal
mengandung vaskularisasi yang banyak. Pada dan maksilektomi total.5
tumor dengan vaskularisasi yang banyak, Maksilektomi terbatas merupakan
diperlukan pemeriksaan pencitraan tambahan teknik yang paling sering dilakukan.
sebelum dilakukan biopsi.5 Maksilektomi terbatas adalah pengangkatan
Pada kasus tumor sinus maksila yang satu dinding dari sinus maksila, biasanya
tidak dapat dicapai melalui hidung, biopsi dinding medial atau lantai sinus maksila.
dilakukan dengan punksi fossa kanina dan dengan Maksilektomi medial salah satu bagian dari
bantuan endoskop.5 teknik ini dilakukan pada tumor yang terbatas
pada dinding medial sinus maksila, tumor
HISTOPATOLOGI
kavum nasi dan sinus etmoid. Pada teknik ini
Karsinoma sel skuamosa merupakan semua dinding medial sinus maksila, lamina
gambaran histopatologi yang paling sering pada papirasea dan sinus etmoid diangkat. 5
keganasan sinonasal (lebih dari 80% kasus). Tumor yang lebih luas diangkat
Disamping karsinoma sel skuamosa, keganasan dengan maksilektomi subtotal yaitu tindakan
sinonasal juga dapat berupa adenokarsinoma, mengangkat paling tidak dua dinding sinus
adenoid sistik karsinoma, melanoma maligna, maksila termasuk palatum durum. Sedangkan
neuroblastoma olfaktori, karsinoma tidak maksilektomi total merupakan tindakan yang
berdiferensiasi dan limfoma serta sarkoma.5,7 jarang dilakukan yaitu pengangkatan semua
sinus maksila. Eksenterasi orbita sering
PENATALAKSANAN dilakukan pada maksilektomi total, yaitu pada
Pilihan terapi pada keganasan sinonasal 71% kasus.5
bersifat individual. Ada beberapa hal yang harus PROGNOSIS
dipertimbangkan pada pemilihan terapi yaitu 1)
histopatologi tumor, 2) stadium tumor, 3) Prognosis keganasan sinus paranasal
kemungkinan dapat direseksi secara komplit, 4) pada umumnya kurang baik, karena sebagian
keadaan umum pasien, 5) morbiditas yang besar pasien datang pada stadium lanjut.
ditimbulkan dan risiko yang mungkin terjadi, 6) Sampai beberapa dekade terakhir belum
kemungkinan rekonstruksi dan fungsi setelah tampak peningkatan yang bermakna terhadap
operasi, 7) keadaan sosioekonomi pasien, 8) angka bertahan hidup pada seluruh keganasan
kemampuan ahli bedah dan 10) harapan pasien.5 hidung dan sinus paranasal. Angka bertahan
Usaha kuratif hanya memungkinkan pada hidup 5 tahun rata-rata untuk seluruh
tumor yang dapat diangkat secara komplit. Pada keganasan sinus maksila antara 20 -50%, hal
kasus ini pengobatan dilakukan dengan yang sama juga berlaku untuk sinus paranasal
pengangkatan tumor secara lengkap tanpa terapi yang lain.2,5
tambahan. Namun kasus keganasan sinonasal Popovicć D dkk18 melaporkan angka
umumnya datang dengan stadium yang lanjut, bertahan hidup 5 tahun untuk keganasan
sehingga membutuhkan terapi multi modalitas.5 hidung, sinus maksila dan etmoid berturut-
Öperasi pengangkatan tumor dan turut 45, 38, dan 13 %.
radioterapi masih merupakan modalitas utama. Terdapatnya metastasis ke KGB dan
Namun demikian beberapa penulis melaporkan metastasis jauh merupakan faktor yang
penggunaan kemoterapi dan radiasi memberi memperburuk prognosis pasien.14,19,20
manfaat pada keganasan yang lebih lanjut. Terapi LAPORAN KASUS
paliatif merupakan tujuan utama pada kasus yang
sudah mengalami perluasan, unresectable, Seorang pasien laki-laki umur 52
metastasis jauh dan keadaan fisik yang buruk. tahun pada tanggal 6 Maret 2006 dikonsulkan
5

Vous aimerez peut-être aussi