Vous êtes sur la page 1sur 7

Abdul Rohim Analisa Kandungan

UJI FITOKIMIA, TOKSISITAS SERTA ANTIOKSIDAN EKSTRAK PROPOLIS


PEMBUNGKUS MADU LEBAH Trigona Incisa DENGAN METODE 2,2-diphenyl-1-
picrylhidrazyl (DPPH)

THE PHYTOVHEMICAL TEST, BRINE SHRIMP LETHALITY TEST, AND ACTIVITY


ANTIOXIDANT FROM EXTRACTS OF PROPOLIS Trigona Incisa WITH 2,2-Diphenyl-1-
Picrylhidrazyl (DPPH) METHOD

Aswin Thamrin1, Erwin1*, Syafrizal2


1
Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Mulawarman Samarinda
2
Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Mulawarman Samarinda
*Corresponding Author : winulica@yahoo.co.id

ABSTRACT
Phytochemical test, test the mortality of larvae shrimp (Brine Shrimp Lethality Test) and test the antioxidant
activity of secondary metabolites extract of propolis Trigona Incisa been done. Based on the test results of
phytochemical screening of secondary metabolites contained in propolis extracts showed that the crude extract contains
phenolic compounds and alkaloids. Ethanol fraction containing alkaloids and phenolic compounds. Ethyl acetate
fraction containing alkaloid compounds. Mortality of shrimp larvae test performed to determine the toxicity values
propolis extract obtained values of 50% Lethal Concentration (LC50) at 249.6079 ppm for ethanol fraction as the most
active fraction. Based on the test of antioxidant activity with DPPH values obtained Inhibition Concentration 50%
(IC50) in the crude extract of 139.47 ppm ethanol, ethanol fraction at 109.44 ppm, 91.42 ppm ethyl acetate fraction and
vitamin C amounted to 59.44 ppm , It can be stated that the most active fraction is the fraction of ethyl acetate with
IC50 value of 91.42 ppm..

Keywords : Propolis, Trigona Incisa, Antioxidant Activity.

PENDAHULUAN langsung, namun karena sifatnya yang lengket


Antioksidan merupakan substansi nutrisi pada suhu ruang menyebabkan kesulitan dalam
maupun non-nutrisi yang terkandung dalam mengkonsumsinya. Propolis mentah dapat
bahan pangan, yang mampu mencegah atau diproses menjadi bubuk propolis atau dengan
memperlambat terjadinya reaksi oksidasi dalam mengekstrak propolis cair sebelum dikonsumsi.
tubuh. Antioksidan sangat bermanfaat bagi Eksraksi propolis dilakukan dengan metode
kesehatan dan kosmetik serta berperan penting ekstraksi kimia (Winarno, 1981).
dalam mempertahankan mutu produk pangan. Menurut Sarwono (2001), propolis banyak
(Heo dkk., 2005 dan Tamat dkk., 2007). Propolis mengandung senyawa organik, diantaranya yaitu
merupakan salah satu bahan yang mengandung damar malam, minyak yang mudah menguap dan
antioksidan alami dari senyawa metabolit mineral. Berdasarkan penelitian sebelumnya hasil
sekunder berupa fenol dan flavonoid. Menurut analisis fitokimia pada ekstrak etanol propolis
Robinson (1995) dikutip Jaya et al., (2006) positif mengandung senyawa flavonoid dan
menjelaskan bahwa kemampuan propolis sebagai fenolik (Sholikhah, 2012). Dalam dunia
antioksidan dapat menangkap radikal hidroksi pengobatan, propolis juga dapat digunakan untuk
dan superoksida kemudian menetralkan radikal mengobati saluran pernapasan karena
bebas, sehingga melindungi sel dan mempunyai sifat antibakteri.
mempertahankan keutuhan struktur sel dan Berdasarkan uraian di atas, perlu dilakukan
jaringan serta dapat melindungi membran lipid penelitian untuk mengetahui jenis senyawa
terhadap reaksi yang merusak. metabolit sekunder yang terkandung di dalam
Menurut Krell (1996) dikutip Lasmayanty propolis, fraksi apa yang paling aktif terhadap
(2007), lebah Trigona Incisa tidak populer karena larva udang (Artemia salina L.) melalui uji BSLT
produktivitas madunya sangat rendah, namun (Brine Shrimp Lethality Test), dimana akan
propolis yang dihasilkannya lebih banyak ditentukan efektivitas daya racun dari setiap
dibandingkan dengan lebah jenis lainnya. fraksi (Meyer dkk., 1982) serta untuk mengetahui
Propolis mentah dapat dikonsumsi secara besarnya aktivitas antioksidan dengan metode

54 Kimia FMIPA Unmul


Jurnal Kimia Mulawarman Volume 14 Nomor 1 November 2016 P-ISSN 1693-5616
Kimia FMIPA Unmul E-ISSN 2476-9258

peredaman radikal 2,2-diphenyl-1-picrylhidrazyl ekstrak dengan menggunakan desikator selama 7


(DPPH) dari ekstrak propolis hari. Kemudian diambil 100 ml dan diuapkan
kembali dengan rotari evaporator hingga kental
METODOLOGI PENELITIAN sehingga diperoleh ekstrak kasar etanol.
Pengambilan sampel propolis dilakukan Selanjutnya ekstrak kasar etanol tersebut
secara manual. Tahap selanjutnya adalah sampel difraksinasi. Caranya adalah sebagai berikut:
kemudian dimaserasi dengan pelarut etanol 70 % ekstrak kasar etanol yang telah bebas etanol
dan dipekatkan dengan menggunakan rotari ditambahkan campuran etanol dan etil asetat
evaporator dan di diamkan di dalam desikator dengan perbandingan (v/v). Fraksinasi dilakukan
selanjutnya dirotari evaporator kembali untuk dengan corong pisah, sehingga diperoleh 2 fraksi,
mandapatkan ekstrak kasar/total. Kemudian yaitu fraksi etanol dan faksi etil asetat. Fraksi etil
ekstrak kasar/total difraksinasi menjadi fraksi asetat dipekatkan dengan rotari evaporator dan
etanol dan fraksi etil asetat. Setelah didapatkan disebut sebagai ekstrak fraksi etil asetat,
ekstrak kasar dan kedua fraksi, kemudian akan dilakukan berulang sebanyak 3 kali fraksinasi
dilakukan analisis fitokimia dan uji mortalitas sehingga di dapatkan 3 hasil ekstrak fraksi etil
larva udang (brine shrimp lethality test) serta asetat. Selanjutnya fraksi etanol yang tersisa
akan dilakukan uji aktivitas antioksidan dengan kemudian dipekatkan dengan rotari evaporator
menggunakan metode peredaman radikal bebas dan hasilnya disebut sebagai ekstrak fraksi
2,2-diphenyl-1-picrylhidrazyl (DPPH) dengan etanol.
menggunakan alat spektrofotometer. Pada ekstrak kasar dan kedua fraksi (fraksi
Alat etil asetat dan fraksi etanol) kemudian akan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian dilakukan analisis fitokimia dan uji mortalitas
ini adalah rotari evaporator, beaker gelas, larva udang (brine shrimp lethality test).
erlenmeyer, gelas ukur, corong, corong pisah, Selanjutnya ekstrak kasar dan kedua fraksi
neraca analitik, tabung reaksi, pipet volume, dilakukan uji aktivitas antioksidan dengan
saringan, panci, gelas, pipet tetes, mikropipet menggunakan metode peredaman radikal bebas
ukuran 100-1000 µL, labu ukur, batang 2,2-diphenyl-1-picrylhidrazyl (DPPH) dengan
pengaduk, kertas saring Whatman no.1, menggunakan spektrofotometer.
aluminium foil, lampu TL, hot plate, freezer dan Analisis Fitokimia
spektrofotometer UV-Vis. 1. Uji Alkaloid (Uji Meyer’s dan
Bahan Dragendroff)
Bahan-bahan yang digunakan adalah Ekstrak kasar etanol propolis dan fraksi-
propolis, etanol, etil asetat, kloroform, heksana, fraksinya ditambahkan 10 mL kloroform-
dietil eter, H2SO4, asam asetat glasial, amoniak, lalu disaring kedalam tabung reaksi.
Bi(NO3)3.5H2O, HgCl2, HNO3 pekat, KI, FeCl3, Filtrat ditambah dengan beberapa tetes asam
HCl, serbuk Mg, aquades, air laut, DMSO, DPPH sulfat 2 M dan dikocok sehingga terbentuk dua
(2,2-diphenyl-1-picrylhidrazyl) dan Vitamin C. lapisan. Lapisan asam (terdapat pada bagian atas)
dipipet ke dalam tabung reaksi lain, lalu
Prosedur Penelitian ditambah pereaksi Meyer’s (5 gram KI dilarutkan
Persiapan Sampel dalam 90 mL air dan ditambahkan perlahan-lahan
Propolis Trigona Incisa yang diambil dari HgCl2 sambil diaduk dan diencerkan sampai
Kebun Raya Samarinda didiamkan selama volume 100 mL) dan pereaksi Dragendroff
semalam. Setelah didiamkan akan mengeras atau (campuran Bi(NO3)3.5H2O dalam asam nitrat dan
memadat dan setelah memadat dihaluskan. larutan KI). Adanya alkaloid ditunjukkan dengan
Ekstraksi Senyawa Metabolit Sekunder terbentuknya endapan putih dengan pereaksi
Sampel propolis yang telah dihaluskan Meyer’s dan endapan jingga sampai merah coklat
ditimbang sebanyak 100 gr kemudian dimaserasi dengan pereaksi Dragendroff (Darwis, 2000).
dengan etanol 70 % sebanyak 250 mL dengan 2. Uji Saponin/Uji Forth
kurun waktu selama 3-7 hari (Ditjen POM, Ekstrak kasar etanol propolis dan fraksi-
1986). Terlebih dahulu dilakukan pengenceran fraksinya diekstraksi dengan dietil eter sebanyak
etanol 96 % menjadi 70 % dengan menggunakan tiga kali, dari fraksi ekstrak tersebut dihasilkan
labu takar. Kemudian disaring dan pelarut fraksi yang larut dalam dietil eter dan yang tidak
diuapkan dengan rotari evaporator. Selanjutnya larut dalam dietil eter. Fraksi yang tidak larut
menguapkan pelarut aquadest yang ada dalam dalam dietil eter kemudian ditambahkan air

Kimia FMIPA Unmul 55


Abdul Rohim Analisa Kandungan

kurang lebih 5 mL dalam tabung reaksi kemudian menentukan nilai Lethality Consentration LC50.
dikocok. Ekstrak positif mengandung saponin Kontrol dikerjakan sama dengan perlakuan
jika timbul busa dengan ketinggian 1-3 cm yang sampel, tetapi tanpa penambahan ekstrak kasar.
bertahan selama 15 menit (Kadarisman, 2000). Ekstrak sampel yang sukar larut dapat
3. Uji Steroid dan Triterpenoid/ Uji ditambahkan DMSO 1 % satu sampai tiga tetes
Lieberman-Burchard (Kadarisman, 2000). Setiap sampel dilakukan uji
Ekstrak kasar etanol propolis dan fraksi- mortalitas sebanyak tiga kali (triplo). Ekstrak
fraksinya yang larut dalam dietil eter dari uji fraksi etil asetat dan fraksi etanol juga dilakukan
saponin dipisahkan, lalu dtambah dengan uji mortalitas larva udang (Brine Shrimp
CH3COOH glasial dan H2SO4 pekat. Larutan Lethality Test) dengan prosedur yang sama
dikocok perlahan dan dibiarkan selama beberapa seperti pada ekstrak kasar (Wijaya, 2006). Data
menit. Steroid memberikan warna biru atau hijau, yang diperoleh dimasukkan ke dalam lembar
sedangkan triterpenoid memberikan warna merah pengamatan.
atau ungu ( Kadarisman, 2000).
4. Uji Flavonoid Uji Aktivitas Antioksidan
Ekstrak kasar etanol propolis dan fraksi- Uji peredaman pereaksi DPPH dilakukan
fraksinya ditambah dengan 100 mL air panas, dengan mengacu pada metode (Bouftira, 2007)
dididihkan selama 5 menit, kemudian disaring. menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada
Filtrat sebanyak 5 mL ditambah sedikit serbuk suhu kamar (25oC) pada panjang gelombang 516
Mg dan 1 mL HCl pekat, kemudian dikocok nm dan larutan DPPH (2,2-diphenyl-1-
kuat-kuat. Uji positif ditunjukkan oleh picrylhidrazyl) digunakan sebagai radikal bebas
terbentuknya warna merah, kuning, atau jingga serta vitamin C sebagai pembanding.
(Chozin, 1996). 1. Penyiapan Larutan DPPH
5. Uji Fenol Kristal DPPH ditimbang sebanyak 8 mg
Ekstrak kasar etanol propolis dan fraksi- dan dilarutkan dengan 100 mL etanol di dalam
fraksinya ditambahkan beberapa tetes FeCl3 1 % labu ukur gelap sehingga didapatkan larutan
dalam air atau etanol. Ekstrak positif DPPH dengan konsentrasi 0,08 mg/mL yang
mengandung fenolik apabila menghasilkan warna digunakan pada pengujian. Larutan disimpan
hijau, merah, ungu, biru atau hitam pekat pada tempat tertutup rapat dan terlindung dari
(Kadarisman, 2000). cahaya.
2. Penentuan Panjang Gelombang Serapan
Uji Mortalitas Larva Udang (Brine Shrimp Maksimum DPPH
Lethality Test) Pipet sebanyak 1 mL larutan DPPH 0,08
Sebanyak 10 mg telur udang (Artemia mg/mL dan ditambahkan dengan 1 mL etanol.
salina L.) ditambahkan 100 mL air laut yang Setelah dibiarkan selama 30 menit ditempat gelap
telah disaring. Selanjutnya diberi pencahayaan serapan larutan diukur dengan spektrofotometer
lampu TL agar menetas sempurna. Setelah 48 UV-Vis pada panjang gelombang 516 nm untuk
jam telur udang menetas dan siap untuk di uji mendapatkan panjang gelombang maksimum.
cobakan (Kadarisman, 2000). 3. Pembuatan Konsentrasi Ekstrak Sampel
Ditimbang ekstrak kasar sebanyak 0,2 gr Ekstrak ditimbang 20 mg, kemudian
dan dilarutkan dengan air laut hingga volumenya dilarutkan dengan etanol sampai volumenya 40
mencapai 100 mL dalam labu ukur, untuk mL. Dengan demikian diperoleh konsentrasi
membuat konsentrasi sampel 2000 ppm. Sampel larutan ekstrak sampel (ekstrak kasar etanol dan
dengan konsentrasi 1000 ppm; 500 ppm; 250 masing-masing fraksi) yaitu 500 ppm. Kemudian
ppm; 125 ppm; 62,5 ppm; 31,2 ppm; 15,6 ppm ekstrak kasar dan masing-masing fraksi dengan
dan 7,8 ppm dibuat dari pengenceran sampel dari konsentrasi 500 ppm diencerkan untuk
konsentrasi 2000 ppm. Masing-masing sampel mendapatkan konsentrasi 10, 25, 50, 75 dan 100
kemudian dipipet sebanyak 2500 µL dan ppm dengan menggunakan mikro pipet dan
dimasukkan kedalam tabung reaksi, kemudian masing-masing konsentrasi dibuat 3
ditambah 2500 µL air laut yang berisi 10 larva pengulangan.
udang pada setiap sampel sehingga volume
sampel menjadi setengahnya (1000 ppm; 500
ppm; 250 ppm; 125 ppm; 62,5 ppm; 31,2 ppm; 4. Pembuatan Konsentrasi Vitamin C
15,6 ppm dan 7,8 ppm). Jumlah larva udang yang (Pembanding)
mati dihitung setelah 24 jam dan dianalisa untuk

56 Kimia FMIPA Unmul


Jurnal Kimia Mulawarman Volume 14 Nomor 1 November 2016 P-ISSN 1693-5616
Kimia FMIPA Unmul E-ISSN 2476-9258

Vitamin C baku ditimbang sebanyak 10 AKN = Absorbansi control negatif (berisi 1 ml


mg dan dilarutkan dengan etanol sampai metanol + 1 ml DPPH)
volumenya 10 mL menggunakan labu ukur, (Karamac dkk., 2002).
sehingga didapat larutan induk vitamin C dengan
konsentrasi 1000 ppm, kemudian diambil 1 mL HASIL DAN PEMBAHASAN
larutan induk vitamin C dan dilarutkan dengan Uji Fitokimia
etanol sampai volumenya 10 mL menggunakan Berdasarkan uji skrining fitokimia ekstrak
labu ukur coklat, sehingga didapat konsentrasi kasar, fraksi etanol dan fraksi etil asetat dari
vitamin C 100 ppm. Setelah itu, dari konsentrasi propolis yang diperoleh adalah sebagai berikut:
vitamin C 100 ppm dibuat seri konsentrasi
larutan vitamin C dengan konsentrasi berturut- Tabel 1. Hasil Uji Fitokimia dari Ekstrak Kasar dan
turut 5, 10, 15, 20 dan 25 ppm dengan Kedua Fraksi Propolis
menggunakan mikro pipet dan masing-masing Jenis Ekstraksi
konsentrasi dibuat 3 pengulangan. Uji Fitokimia Ekstrak Fraksi Fraksi Etil
Kasar Etanol Asetat
Penentuan Persen Peredaman
Alkaloid + + +
1. Sampel propolis
Masing-masing konsentrasi ekstrak (10, Fenolik + + -
25, 50, 75 dan 100 ppm) dipipet sebanyak 1 mL
Steroid - - -
dan dimasukan ke dalam tabung reaksi.
Kemudian ditambahkan 1 mL larutan DPPH - - -
Flavonoid
0,024 mg/mL, dihomogenkan dan diinkubasi
selama 30 menit ditempat gelap. Selanjutnya Saponin - - -
diukur absorbansinya dengan spektrofotometer
Triterpenoid - - -
UV-Vis pada panjang gelombang maksimum.
2. Vitamin C (Pembanding)
Masing-masing konsentrasi vitamin C Berdasarkan hasil dari uji fitokimia pada
(konsentrasi 1, 1,5, 2, 2,5, 3 ppm) dipipet ekstrak kasar etanol, fraksi etanol dan fraksi etil
sebanyak 1 mL dan dimasukan ke dalam tabung asetat propolis Trigona Incisa, dapat diketahui
reaksi. Kemudian ditambahkan 1 mL larutan jenis metabolit sekundernya sesuai dengan tabel
DPPH 0,024 mg/mL, dihomogenkan dan 4.2. Pada ekstrak kasar diketahui positif
diinkubasi selama 30 menit ditempat gelap. mengandung alkaloid, fenolik, dan saponin. Pada
Selanjutnya diukur absorbansinya dengan fraksi etanol diketahui positif mengandung
spektrofotometer UV-Vis pada panjang alkaloid dan fenolik, sedangkan pada fraksi etil
gelombang maksimum. asetat diketahui hanya positif mengandung
alkaloid saja.
Analisis Data
Nilai dengan kematian 50% dalam 1 hari Uji Mortalitas Larva Udang (BSLT)
(LC50 dalam unit waktu) ditentukan dengan Berdasarkan uji mortalitas larva udang
menggunakan Analisis Probit SAS. Efektivitas (BSLT) ekstrak kasar, fraksi etanol dan fraksi
dari fraksi-fraksi terhadap larva (Artemia salina etil asetat dari propolis yang diperoleh adalah
L.) dinyatakan dalam LC50 (ppm) 24 jam setelah sebagai berikut:
perlakuan.
Presentase aktivitas antioksidan dari Tabel 2. Hasil Uji Mortalitas Larva Udang (BSLT)
ekstrak dalam menangkap atau meredam radikal dari Ekstrak Kasar dan Kedua Fraksi
bebas DPPH yang dinyatakan dalam % inhibisi, Jenis Ekstrak Nilai LC50 (ppm)
yang diperoleh dengan menggunakan rumus : Ekstrak kasar 355,46
%AA = 100 – {[(AB – AA)] x 100 / AKN} Fraksi etanol 249,60
Keterangan : Fraksi etil asetat 276,35
%AA = Persentase aktivitas antioksidan
AA = Absorbansi blanko (berisi 1 ml ekstrak Menurut Mc Laughlin (1998) dalam
dalam metanol + 1 ml metanol) pengamatan potensi bioaktivitas ini dilakukan
AB = Absorbansi sampel (berisi 1 ml ekstrak berdasarkan nilai Lethal Concentration 50 %
dalam metanol + 1 ml DPPH) (LC50) yaitu suatu nilai yang menunjukkan

Kimia FMIPA Unmul 57


Abdul Rohim Analisa Kandungan

konsentrasi zat toksik yang dapat mengakibatkan karena nilai LC50 yang dihasilkan kurang dari
kematian organisme sampai 50 %. Apabila LC50 1.000 ppm.
< 30 ppm maka ekstrak sangat toksik dan
berpotensi mengandung senyawa bioaktif Uji Aktivitas Antioksidan
antikanker. Meyer (1982) menyebutkan tingkat Berdasarkan uji aktivitas antioksidan
toksisitas suatu ekstrak : ekstrak kasar, fraksi etanol dan fraksi etil asetat
LC50 ≤ 30 ppm = Sangat toksik dari propolis yang diperoleh adalah sebagai
31 ppm ≤ LC50 ≤ 1.000 ppm = Toksik berikut:
LC50 > 1.000 ppm = Tidak toksik
Tabel 3. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan dari
Berdasarkan hasil uji mortalitas larva Ekstrak Kasar dan Kedua Fraksi Propolis
udang dari ekstrak kasar etanol diperoleh nilai Jenis Ekstrak Nilai IC50 (ppm)
LC50 355,4602 ppm; pada ekstrak fraksi etanol Ekstrak kasar 139,47
diperoleh nilai LC50 249,6079 ppm dan pada Fraksi etanol 109,44
ekstrak fraksi etil asetat diperoleh nilai LC 50 Fraksi etil asetat 91,42
276,3536 ppm. Nilai ini menunjukkan bahwa
pada konsentrasi tersebut, ekstrak sampel mampu Berdasarkan hasil analisa data dengan
membunuh larva udang sampai 50 % populasi. menggunakan regresi linear sederhana sehingga
Nilai LC50 dari uji mortalitas larva udang diperoleh grafik linear dan persamaan regresi
diperoleh dengan menggunakan Analisis Probit linear antara konsentrasi ekstrak kasar etanol,
SAS. fraksi etanol dan fraksi etil asetat dari sampel
Berdasarkan data tersebut menunjukkan propolis dengan persen peredaman radikal DPPH
bahwa fraksi etanol memiliki bioaktivitas paling (%AA) dapat dilihat pada lampiran 15,16,17 dan
tinggi terhadap larva udang yang ditunjukkan vitamin C sebagai pembanding pada lampiran 18.
dengan nilai LC50 paling kecil yaitu 249,6079 Parameter yang digunakan untuk uji
ppm. Nilai ini menunjukkan bahwa pada penangkapan radikal DPPH adalah nilai IC 50
konsentrasi 249,6079 ppm fraksi etanol mampu (Inhibition Concentration 50). Nilai IC 50
membunuh larva udang sampai 50 % populasi. didefinisikan sebagai besarnya konsentrasi
Semakin kecil nilai LC50 (Lethal Concentration ekstrak yang dapat menghambat aktivitas radikal
50 %) dari suatu sampel maka semakin tinggi bebas DPPH sebesar 50 %. Dimana nilai IC 50
toksisitasnya. diperoleh dari suatu persamaan regresi linear
Tingginya toksisitas dari fraksi etanol yang menyatakan hubungan antara konsentrasi
terhadap larva udang jika dibandingkan dengan ekstrak uji dengan persen penangkapan radikal.
ekstrak kasar dan fraksi etil asetat diperkirakan Nilai IC50 yang semakin kecil menunjukkan
karena konsentrasi kandungan senyawa alkaloid aktivitas antioksidan pada bahan yang diuji
yang cukup tinggi, hal tersebut dikarenakan pada semakin besar. Untuk melihat besarnya nilai IC 50
fraksi etanol senyawa alkaloid lebih aktif dalam dari masing-masing ekstrak serta vitamin C,
fase yang polar. dapat dilihat pada grafik berikut ini:
Pada ekstrak kasar nilai LC50 diperoleh
sebesar 355,4602 ppm yang berarti bioaktivitas 139.47
pada ekstrak kasar lebih rendah dibandingkan 150 109.44
91.42
dengan fraksi etanol dan fraksi etil asetat. Hal ini
100 59.44
dimungkinkan karena rendahnya konsentrasi
pelarut yang terkandung didalam ekstrak kasar 50
tersebut.
Walaupun tingkat toksisitas dari ekstrak 0
kasar dan fraksi etil asetat lebih kecil dari Ekstrak Fraksi Fraksi Vitamin
toksisitas fraksi etanol, namun semua ekstrak ini Kasar Etanol Etil C
tetap dikatakan toksik karena berdasarkan studi asetat
Nilai IC50
yang dilakukan Meyer (1982), senyawa kimia
dikatakan berpotensi aktif bila mempunyai nilai
Gambar 1. Grafik nilai IC50 pada ekstrak kasar,
LC50 kurang dari 1.000 ppm. Dengan demikian fraksi etanol, fraksi etil asetat dan
dapat dikatakan bahwa ekstrak kasar etanol, vitamin C
fraksi etanol dan fraksi etil asetat berpotensi aktif

58 Kimia FMIPA Unmul


Jurnal Kimia Mulawarman Volume 14 Nomor 1 November 2016 P-ISSN 1693-5616
Kimia FMIPA Unmul E-ISSN 2476-9258

Pada gambar 1, dapat dilihat bahwa nilai yang bersifat polar maupun non polar sehingga
IC50 dari ekstrak kasar dan kedua fraksi yaitu menyebabkan aktivitas antioksidannya menurun.
fraksi etanol dan fraksi etil asetat semuanya lebih Jika hasil uji aktivitas antioksidan
besar dari vitamin C yang digunakan sebagai dihubungkan dengan nilai LC50 yang diperoleh,
pembanding, hal ini dikarenakan ekstrak propolis dapat diketahui bahwa fraksi etil asetat memiliki
bukan merupakan senyawa murni tetapi masih aktivitas antioksidan paling kuat dengan nilai
mengandung senyawa-senyawa lain yang IC50 91,42 ppm dan nilai LC50 yang diperoleh
kemungkinan tidak memiliki daya aktivitas dari fraksi etil asetat adalah 276,3536 ppm. Dari
antioksidan. Semakin kecil nilai IC50 berarti hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pada
semakin tinggi aktivitas antioksidan. Secara konsentrasi 91,42 ppm, fraksi etil asetat mampu
spesifik, suatu senyawa dikatakan sebagai menangkap radikal DPPH sebesar 50%. Dalam
antioksidan sangat kuat apabila nilai IC50 ≤ 50 hal ini fraksi etil asetat mempunyai aktivitas
ppm, kuat apabila nilai IC50 antara 50-100 ppm, antioksidan lebih besar dibandingkan dengan
sedang apabila nilai IC50 antara 101-150 ppm dan fraksi etanol dan ekstrak kasar. Sedangkan nilai
lemah apabila nilai IC50 lebih dari 151 ppm. LC50 yang diperoleh, menunjukkan bahwa pada
Berdasarkan klasifikasi di atas, dapat konsentrasi 276,3536 ppm fraksi etil asetat
disimpulkan bahwa pada ekstrak kasar dan fraksi mampu membunuh larva udang sampai 50%
etanol memiliki potensi antioksidan yang populasi. Artinya dapat dikatakan bahwa fraksi
dikategorikan sedang dikarenakan nilai IC50 etil asetat dikategorikan bersifat toksik karena
untuk ekstrak kasar yaitu sebesar 139,47 ppm dan nilai LC50 dibawah dari 1000 ppm. Hasil analisis
untuk fraksi etanol nilai IC50 yaitu sebesar 109,44 untuk fraksi etanol memiliki nilai IC50 sebesar
ppm, sedangkan untuk fraksi etil asetat 109,44 ppm, sehingga aktivitas antioksidan yang
dikategorikan sebagai antioksidan kuat dimiliki pada fraksi etanol dikategorikan sedang,
dikarenakan memiliki nilai IC50 sebesar 91,42 dikarenakan nilai IC50 untuk fraksi etanol berada
ppm. pada rentang 101-150 ppm. Akan tetapi pada
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat fraksi etanol ini masih belum baik untuk
dikatakan bahwa fraksi etil asetat memiliki digunakan sebagai antioksidan, karena dilihat
aktivitas antioksidan paling kuat jika dari nilai LC50 yang diperoleh adalah 249,6079
dibandingkan dengan ekstrak kasar dan fraksi ppm. Hal ini menunjukkan bahwa fraksi etanol
etanol. Hal ini dikarenakan pada fraksi etil asetat dikategorikan masih bersifat toksik, karena nilai
kemungkinan terdapat kandungan senyawa aktif LC50 masih dibawah 1000 ppm. Sedangkan pada
yang berbeda dengan ekstrak lainnya dan jumlah ekstrak kasar, nilai IC50 yang diperoleh adalah
yang berbeda pula (Yulianti, 2013). Dimana 139,47 ppm. Sehingga dapat dikatakan bahwa
dalam penelitian ini untuk fraksi etil asetat, daya aktivitas antioksidan yang dimiliki pada
senyawa metabolit sekundernya yaitu alkaloid ekstrak kasar dikategorikan sedang dan nilai
diduga terkonsentrasi, sehingga daya aktivitas LC50 yang diperoleh adalah sebesar 355,4602
antioksidannya paling kuat. Untuk fraksi etanol ppm. Jadi dapat dikatakan bahwa pada ekstrak
memiliki aktivitas antioksidan yang hampir kasar juga tidak baik digunakan sebagai
mendekati fraksi etil asetat, yaitu memiliki daya antioksidan karena dilihat dari nilai LC50 yang
antioksidan sedang. Fraksi etanol mengandung diperoleh sangat tinggi dan dan dikategorikan
senyawa metabolit sekunder alkaloid dan fenolik, masih bersifat toksik.
dimana kekuatan antioksidan pada fraksi etanol Salah satu senyawa yang berpotensi
ini dikategorikan sedang. Hal ini kemungkinan sebagai antioksidan adalah senyawa alkaloid,
terjadi dikarenakan adanya senyawa alkaloid dan karena pada umunya alkaloid mencakup senyawa
fenolik yang belum terkonsentrasi. Sedangkan bersifat basa yang mengandung satu atau lebih
untuk ekstrak kasar etanol yang juga atom nitrogen, biasanya dalam gabungan, sebagai
mengandung senyawa alkaloid dan fenolik bagian dari sitem siklik. Alkaloid seringkali
memiliki tingkat aktivitas antioksidan yang sama beracun bagi manusia tetapi banyak yang
dengan fraksi etanol yaitu dikategorikan sedang. mempunyai kegiatan fisiologi yang menonjol,
Hal ini dimungkinkan terjadi karena adanya jadi dapat digunakanakan secara luas dalam
aktivitas antioksidan yang tidak sinergis terhadap bidang pengobatan (Harborne, 1996).
fraksi etanol yang dimana senyawa metabolit Sebagian alkaloid juga memiliki kemampuan
sekundernya masih bercampur baik senyawa sebagai antioksidan, contohnya indol alkaloid
seperti strisin dan brusin bila dilihat dari

Kimia FMIPA Unmul 59


Abdul Rohim Analisa Kandungan

strukturnya dapat menghambat O2 serat kafein IC50 yang diperoleh adalah 139,47 ppm, untuk
dapat bertindak sebagai perdam hidroksil radikal. fraksi etanol yang diperoleh adalah 109,44
Senyawa berbasis nitrogen dari bahan alam ppm dan fraksi etil asetat yang diperoleh
berpotensi menghambat berbagai proses adalah 91,42 ppm.
oksidatif. Senyawa radikal turunan dari senyawa
amina memiliki tahap terminasi yang sangat DAFTAR PUSTAKA
lama, dengan demikian mampu menghentikan Achmad, S. A. 1986. Kimia Organik Bahan
reaksi rantai radikal secara efisien. Berikut adalah Alam. Jakarta: Karunika.
prediksi mekanisme reaksi peredaman radikal Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia.
bebas oleh golongan senyawa alkaloid secara Bandung: Penerbit ITB.
rumus umumnya. Mahani. et al. 2011. Keajaiban Propolis Trigona.
Pustaka Bunda. Jakarta.
DPPH DPPH-H Sholikhah, M. 2012. Analisis Fitokimia dan Uji
R
Daya Antimikroba Ekstrak Produk
Sarang Lebah Trigona incisa Terhadap
R N R
H R Streptococcus sobinus dan Candida
albicans. Skripsi Fakultas Matematika
R-RH R-R R-R dan Ilmu Pengetahuam Alam
:UNMUL.
Gambar 2. Prediksi reaksi dari peredaman radikal Suranto, A. 2007. Dahsyatnya Propolis Untuk
bebas oleh golongan senyawa alkaloid Menggempur Penyakit. PT. Agromedia
secara rumus umum. Pustaka, Jakarta.

Hidrokuonin Kuonin

Gambar 3. Prediksi reaksi dari peredaman radikal


bebas oleh golongan senyawa fenolik
secara rumus umum.

KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil dari uji fitokimia
didapatkan hasil diantaranya, pada ekstrak
kasar dan fraksi etanol yaitu alkaloid dan
fenolik, sedangkan pada fraksi etil asetat
hanya terdapat alkaloid saja.
2. Berdasarkan hasil uji mortalitas larva udang
(BSLT) didapatkan nilai LC50 untuk masing-
masing ekstrak yaitu , untuk ekstrak kasar
nilai LC50 yang diperoleh 355,4602 ppm,
fraksi etanol yang diperoleh 249,6079 ppm
dan pada fraksi etil asetat yang diperoleh
276,3536 ppm.
3. Berdasarkan uji aktivitas antioksidan dengan
metode DPPH didapatkan nilai IC50 masing-
masing ekstrak yaitu, untuk ekstrak kasar nilai

60 Kimia FMIPA Unmul

Vous aimerez peut-être aussi