Vous êtes sur la page 1sur 36

Batu Buli-buli (Batu Kandung Kemih)

Batu Buli-buli atau Batu Kandung Kemih adalah batu yang tidak normal di
dalam saluran kemih yang mengandung komponen kristal dan matriks organik
tepatnya pada vesika urinari atau kandung kemih. Batu kandung kemih sebagian
besar mengandung batu kalsium oksalat atau fosfat

Batu vesika urinaria terutama mengandung kalsium atau magnesium dalam


kombinasinya dengan fosfat, oksalat, dan zat-zat lainnya.

Etiologi
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan batu kandung kemih
adalah :

 Faktor Endogen, Faktor genetik, familial, pada hypersistinuria,


hyperkalsiuria dan hiperoksalouria.
 Faktor Eksogen, Faktor lingkungan, pekerjaan, makanan, infeksi dan
kejenuhan mineral dalam air minum.
 Faktor lainnya, Infeksi, stasis dan obstruksi urine, keturunan, air minum,
pekerjaan, makanan atau penduduk yang vegetarian lebih sering menderita
batu saluran kencing atau buli-buli.

Batu kandung kemih dapat disebabkan oleh kalsium oksalat atau agak jarang
sebagai kalsium fosfat. Batu vesika urinaria kemungkinan akan terbentuk apabila
dijumpai satu atau beberapa faktor pembentuk kristal kalsium dan menimbulkan
agregasi pembentukan batu proses pembentukan batu kemungkinan akibat
kecenderungan ekskresi agregat kristal yang lebih besar dan kemungkinan sebagai
kristal kalsium oksalat dalam urine.

Dan beberapa medikasi yang diketahui menyebabkan batu ureter pada banyak
klien mencakup penggunaan obat-obatan yang terlalu lama seperti antasid,
diamox, vitamin D, laksatif dan aspirin dosis tinggi.
Menurut Smeltzer bahwa, batu kandung kemih disebabkan infeksi, statis urin dan
periode imobilitas (drainage renal yang lambat dan perubahan metabolisme
kalsium).

Patofisiologi

Penyebab spesifik dari batu kandung kemih adalah bisa dari batu kalsium oksalat
dengan inhibitor sitrat dan glikoprotein. Beberapa promotor (reaktan) dapat
memicu pembentukan batu kemih seperti asam sitrat memacu batu kalsium
oksalat. Aksi reaktan dan intibitor belum di kenali sepenuhnya dan terjadi
peningkatan kalsium oksalat, kalsium fosfat dan asam urat meningkat akan
terjadinya batu disaluran kemih.
Adapun faktor tertentu yang mempengaruhi pembentukan batu kandung kemih,
mencangkup infeksi saluran ureter atau vesika urinari, stasis urine, priode
imobilitas dan perubahan metabolisme kalsium. Telah diketahui sejak waktu yang
lalu, bahwa batu kandung kemih sering terjadi pada laki-laki dibanding pada
wanita, terutama pada usia 60 tahun keatas serta klien yang menderita infeksi
saluran kemih.

Kelainan bawaan atau cidera, keadan patologis yang disebabkan karena infeksi,
pembentukan batu disaluran kemih dan tumor, keadan tersebut sering
menyebabkan bendungan. Hambatan yang menyebabkan sumbatan aliran kemih
baik itu yang disebabkan karena infeksi, trauma dan tumor serta kelainan
metabolisme dapat menyebabkan penyempitan atau struktur uretra sehingga
terjadi bendungan dan statis urin. Jika sudah terjadi bendungan dan statis urin
lama kelamaan kalsium akan mengendap menjadi besar sehingga membentuk
batu.

Proses pembentukan batu ginjal dipengaruhi oleh beberapa faktor yang kemudian
dijadikan dalam beberapa teori :

 Teori Supersaturasi
Tingkat kejenuhan komponen-komponen pembentuk batu ginjal
mendukung terjadinya kristalisasi. Kristal yang banyak menetap
menyebabkan terjadinya agregasi kristal dan kemudian menjadi batu.

 Teori Matriks
Matriks merupakan mikroprotein yang terdiri dari 65 % protein, 10 %
hexose, 3-5 hexosamin dan 10 % air. Adanya matriks menyebabkan
penempelan kristal-kristal sehingga menjadi batu.

 Teori Kurangnya Inhibitor


Pada individu normal kalsium dan fosfor hadir dalam jumlah yang
melampaui daya kelarutan, sehingga membutuhkan zat penghambat
pengendapan. fosfat mukopolisakarida dan fosfat merupakan penghambat
pembentukan kristal. Bila terjadi kekurangan zat ini maka akan mudah
terjadi pengendapan.

 Teori Epistaxy
Merupakan pembentuk batu oleh beberapa zat secara bersama-sama. Salah
satu jenis batu merupakan inti dari batu yang lain yang merupakan
pembentuk pada lapisan luarnya. Contoh ekskresi asam urat yang berlebih
dalam urin akan mendukung pembentukan batu kalsium dengan bahan urat
sebagai inti pengendapan kalsium.

 Teori Kombinasi
Batu terbentuk karena kombinasi dari bermacam-macam teori diatas
Faktor Predisposisi

a. Riwayat pribadi tentang batu kandung kemih dan saluran kemih


b. Usia dan jenis kelamin
c. Kelainan morfologi
d. Pernah mengalami infeksi saluran kemih
e. Makanan yang dapat meningkatkan kalsium dan asam urat
f. Adanya kelainan pada ginjal dan saluran kemih
g. Masukan cairan kurang dari pengeluaran
h. Profesi sebagai pekerja keras
i. Penggunaan obat antasid, aspirin dosis tinggi dan vitamin D terlalu lama.

Manifestasi Klinik

Ketika batu menghambat dari saluran urin, terjadi obstruksi, meningkatkan


tekanan hidrostatik. Bila nyeri mendadak terjadi akut disertai nyeri tekan
disaluran osteovertebral dan muncul mual muntah maka klien sedang mengalami
episode kolik renal. Diare, demam dan perasaan tidak nyaman di abdominal dapat
terjadi. Gejala gastrointestinal ini akibat refleks dan proxsimitas anatomik ginjal
kelambung, pangkereas dan usus besar.

Batu yang terjebak dikandung kemih menyebabkan gelombang nyeri luar biasa,
akut dan kolik yang menyebar kepala obdomen dan genitalia. Klien sering merasa
ingin kemih, namun hanya sedikit urin yang keluar, dan biasanya mengandung
darah akibat aksi abrasi batu gejala ini disebabkan kolik ureter.

Umumnya klien akan dapat mengeluarkan batu yang berdiameter 0,5 sampai
dengan 1 cm secara spontan. Batu yang berdiameter lebih dari 1 cm biasanya
harus diangkat atau dihancurkan sehingga dapat dikeluarkan secara spontan dan
saluran urin membaik dan lancar.

Pemeriksaan Diagnostik.

Adapun pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada klien batu kandung kemih
adalah :

 Urinalisa, warna kuning, coklat atau gelap.


 Foto KUB, menunjukkan ukuran ginjal ureter dan ureter, menunjukan
adanya batu.
 Endoskopi ginjal, menentukan pelvis ginjal, mengeluarkan batu yang
kecil.
 EKG, menunjukan ketidak seimbangan cairan, asam basa dan elektrolit.
 Foto Rontgen, menunjukan adanya di dalam kandung kemih yang
abnormal.
 IVP ( intra venous pylografi ), menunjukan perlambatan pengosongan
kandung kemih,membedakan derajat obstruksi kandung kemih divertikuli
kandung kemih dan penebalan abnormal otot kandung kemih.
 Vesikolitektomi ( sectio alta ), mengangkat batu vesika urinari atau
kandung kemih.
 Litotripsi bergelombang kejut ekstra corporeal, prosedur menghancurkan
batu ginjal dengan gelombang kejut.
 Pielogram retrograde, menunjukan abnormalitas pelvis saluran ureter dan
kandung kemih.

Diagnosis ditegakan dengan studi ginjal, ureter, kandung kemih, urografi


intravena atau pielografi retrograde. Uji kimia darah dengan urine dalam 24 jam
untuk mengukur kalsium, asam urat, kreatinin, natrium, dan volume total
merupakan upaya dari diagnostik. Riwayat diet dan medikasi serta adanya riwayat
batu ginjal, ureter, dan kandung kemih dalam keluarga di dapatkan untuk
mengidentifikasi faktor yang mencetuskan terbentuknya batu kandung kemih pada
klien.

Penatalaksanaan.

Tujuan dasar penatalaksanaan adalah untuk menghilangkan batu, menentukan


jenis batu, mencegah kerusakan nefron, mengidentifikasi infeksi, serta
mengurangi obstruksi akibat batu. Cara yang biasanya digunakan untuk mengatasi
batu kandung kemih adalah :
a. Vesikolitektomi atau secsio alta.
b. Litotripsi gelombang kejut ekstrakorpureal.
c. Ureteroskopi.
d. Nefrostomi.

Komplikasi.

Adapun komplikasi dari batu kandung kemih ini adalah :

a. Hidronefrosis

Adalah pelebaran pada ginjal serta pengisutan jaringan ginjal, sehingga ginjal
menyerupai sebuah kantong yang berisi kemih, kondisi ini terjadi karena tekanan
dan aliran balik ureter dan urine ke ginjal akibat kandung kemih tidak mampu lagi
menampung urine. Sementara urine terus-menerus bertambah dan tidak bisa
dikeluarkan. Bila hal ini terjadi maka, akan timbul nyeri pinggang, teraba benjolan
basar didaerah ginjal dan secara progresif dapat terjadi gagal ginjal.

b. Uremia
Adalah peningkatan ureum didalam darah akibat ketidak mampuan ginjal
menyaring hasil metabolisme ureum, sehingga akan terjadi gejala mual muntah,
sakit kepala, penglihatan kabur, kejang, koma, nafas dan keringat berbau urine.

c. Pyelonefritis

Adalah infeksi ginjal yang disebabkan oleh bakteri yang naik secara assenden ke
ginjal dan kandung kemih. Bila hal ini terjadi maka akan timbul panas yang tinggi
disertai mengigil, sakit pinggang, disuria, poliuria, dan nyeri ketok kosta vertebra.

d. Gagal ginjal akut sampai kronis

e. Obstruksi pada kandung kamih

f. Perforasi pada kandung kemih

g. Hematuria atau kencing darah

h. Nyeri pingang kronis

i. Infeksi pada saluran ureter dan vesika urinaria oleh batu.


LAPORAN PENDAHULUAN BATU GINJAL

KONSEP MEDIS

Pengertian

Batu ginjal merupakan batu saluran kemih (urolithiasis), sudah dikenal sejak zaman
Babilonia dan Mesir kuno dengan diketemukannya batu pada kandung kemih mummi.
Batu saluran kemih dapat diketemukan sepanjang saluran kemih mulai dari sistem kaliks
ginjal, pielum, ureter, buli-buli dan uretra. Batu ini mungkin terbentuk di di ginjal
kemudian turun ke saluran kemih bagian bawah atau memang terbentuk di saluran kemih
bagian bawah karena adanya stasis urine seperti pada batu buli-buli karena hiperplasia
prostat atau batu uretra yang terbentu di dalam divertikel uretra.

Batu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks,
infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan
merupakan batu slauran kemih yang paling sering terjadi (Purnomo, 2000, hal. 68-69).

Insidens dan Etiologi

Penyakit batu saluran kemih menyebar di seluruh dunia dengan perbedaan di negara
berkembang banyak ditemukan batu buli-buli sedangkan di negara maju lebih banyak
dijumpai batu saluran kemih bagian atas (gunjal dan ureter), perbedaan ini dipengaruhi
status gizi dan mobilitas aktivitas sehari-hari. Angka prevalensi rata-rata di seluruh dunia
adalah 1-12 % penduduk menderita batu saluran kemih.

Penyebab terbentuknya batu saluran kemih diduga berhubungan dengan gangguan aliran
urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan lain
yang masih belum terungkap (idiopatik)

Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu


saluran kemih yang dibedakan sebagai faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.

Faktor intrinsik, meliputi:

1. Herediter; diduga dapat diturunkan dari generasi ke generasi.

2. Umur; paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun

3. Jenis kelamin; jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak dibanding pasien wanita.
Faktor ekstrinsik, meliputi:

1. Geografi; pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian yang lebih tinggi daripada
daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk batu)

2. Iklim dan temperatur

3. Asupan air; kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium dapat
meningkatkan insiden batu saluran kemih.

4. Diet; diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu saluran kemih.

5. Pekerjaan; penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau
kurang aktivitas fisik (sedentary life).

Teori Terbentuknya Batu Saluran Kemih

Beberapa teori terbentuknya batu saluran kemih adalah:

1. Teori nukleasi: Batu terbentuk di dalam urine karena adanya inti batu atau sabuk batu
(nukleus). Partikel-partikel yang berada dalam larutan kelewat jenuh akan mengendap di
dalam nukleus itu sehingga akhirnya membentuk batu. Inti bantu dapat berupa kristal
atau benda asing saluran kemih.

2. Teori matriks: Matriks organik terdiri atas serum/protein urine (albumin, globulin dan
mukoprotein) sebagai kerangka tempat mengendapnya kristal-kristal batu.

3. Penghambat kristalisasi: Urine orang normal mengandung zat penghambat pembentuk


kristal yakni magnesium, sitrat, pirofosfat, mukoprotein dan beberapa peptida. Jika kadar
salah satu atau beberapa zat ini berkurang akan memudahkan terbentuknya batu dalam
saluran kemih.

Komposisi Batu

Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur: kalsium oksalat, kalsium
fosfat, asam urat, magnesium-amonium-fosfat (MAP), xanthyn dan sistin. Pengetahuan
tentang komposisi batu yang ditemukan penting dalam usaha pencegahan kemungkinan
timbulnya batu residif.
Batu Kalsium

Batu kalsium (kalsium oksalat dan atau kalsium fosfat) paling banyak ditemukan
yaitu sekitar 75-80% dari seluh batu saluran kemih. Faktor tejadinya batu kalsium adalah:

1. Hiperkasiuria: Kadar kasium urine lebih dari 250-300 mg/24 jam, dapat terjadi karena
peningkatan absorbsi kalsium pada usus (hiperkalsiuria absorbtif), gangguan
kemampuan reabsorbsi kalsium pada tubulus ginjal (hiperkalsiuria renal) dan adanya
peningkatan resorpsi tulang (hiperkalsiuria resoptif) seperti pada hiperparatiridisme
primer atau tumor paratiroid.

2. Hiperoksaluria: Ekskresi oksalat urien melebihi 45 gram/24 jam, banyak dijumpai pada
pasien pasca pembedahan usus dan kadar konsumsi makanan kaya oksalat seperti the,
kopi instan, soft drink, kakao, arbei, jeruk sitrun dan sayuran hijau terutama bayam.

3. Hiperurikosuria: Kadar asam urat urine melebihi 850 mg/24 jam. Asam urat dalam urine
dapat bertindak sebagai inti batu yang mempermudah terbentuknya batu kalsium
oksalat. Asam urat dalam urine dapat bersumber dari konsumsi makanan kaya purin atau
berasal dari metabolisme endogen.

4. Hipositraturia: Dalam urine, sitrat bereaksi dengan kalsium membentuk kalsium sitrat
sehingga menghalangi ikatan kalsium dengan oksalat atau fosfat. Keadaan hipositraturia
dapat terjadi pada penyakit asidosis tubuli ginjal, sindrom malabsorbsi atau pemakaian
diuretik golongan thiazide dalam jangka waktu lama.

5. Hipomagnesiuria: Seperti halnya dengan sitrat, magnesium bertindak sebagai


penghambat timbulnya batu kalsium karena dalam urine magnesium akan bereaksi
dengan oksalat menjadi magnesium oksalat sehingga mencegah ikatan dengan kalsium
ddengan oksalat.

Batu Struvit

Batu struvit disebut juga batu sebagai batu infeksi karena terbentuknya batu ini
dipicu oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini adalah golongan
pemecah urea (uera splitter seperti: Proteus spp., Klebsiella, Serratia, Enterobakter,
Pseudomonas dan Stafilokokus) yang dapat menghasilkan enzim urease dan mengubah
urine menjadi basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak. Suasana basa ini
memudahkan garam-garam magnesium, amonium, fosfat dan karbonat membentuk batu
magnesium amonium fosfat (MAP) dan karbonat apatit.

Batu Urat
Batu asam urat meliputi 5-10% dari seluruh batu saluran kemih, banyak dialami
oleh penderita gout, penyakit mieloproliferatif, pasein dengan obat sitostatika dan
urikosurik (sulfinpirazone, thiazide dan salisilat). Kegemukan, alkoholik dan diet tinggi
protein mempunyai peluang besar untuk mengalami penyakit ini. Faktor yang
mempengaruhi terbentuknya batu asam urat adalah: urine terlalu asam (pH < 6, volume
urine < 2 liter/hari atau dehidrasi dan hiperurikosuria.
Patofisiologi

Batu saluran kemih dapat menimbulkan penyulit berupa obstruksi dan infeksi
saluran kemih. Manifestasi obstruksi pada saluran kemih bagian bawah adalah retensi
urine atau keluhan miksi yang lain sedangkan pada batu saluran kemih bagian atas dapat
menyebabkan hidroureter atau hidrinefrosis. Batu yang dibiarkan di dalam saluran kemih
dapat menimbulkan infeksi, abses ginjal, pionefrosis, urosepsis dan kerusakan ginjal
permanen (gagal ginjal)

Keluhan yang disampaikan pasien tergantung pada letak batu, besar batu dan penyulit
yang telah terjadi. Pada pemeriksaan fisik mungkin didapatkan nyeri ketok di daerah
kosto-vertebra, teraba ginjal pada sisi yang sakit akibat hidronefrosis, ditemukan tanda-
tanda gagal ginjal, retensi urine dan jika disertai infeksi didaptkan demam/menggigil.

Pemeriksaan sedimen urine menunjukan adanya lekosit, hematuria dan dijumpai kristal-
kristal pembentuk batu. Pemeriksaan kultur urine mungkin menunjukkan adanya adanya
pertumbuhan kuman pemecah urea.

Pemeriksaan faal ginjal bertujuan mencari kemungkinan terjadinya penurunan fungsi


ginjal dan untuk mempersipkan pasien menjalani pemeriksaan foto PIV. Perlu juga
diperiksa kadar elektrolit yang diduga sebagai penyebab timbulnya batu salran kemih
(kadar kalsium, oksalat, fosfat maupun urat dalam darah dan urine).

Pembuatan foto polos abdomen bertujuan melihat kemungkinan adanya batu radio-opak
dan paling sering dijumpai di atara jenis batu lain. Batu asam urat bersifat non opak (radio-
lusen).

Pemeriksaan pieolografi intra vena (PIV) bertujuan menilai keadaan anatomi dan fungsi
ginjal. Selain itu PIV dapat mendeteksi adanya batu semi opak atau batu non opak yang
tidak tampak pada foto polos abdomen.

Ultrasongrafi dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan PIV seperti
pada keadaan alergi zat kontras, faal ginjal menurun dan pada pregnansi. Pemeriksaan ini
dapat menilai adanya batu di ginjal atau buli-buli (tampak sebagai echoic shadow),
hidronefrosis, pionefrosis atau pengkerutan ginjal.

Penatalaksanaan

Batu yang sudah menimbulkan masalah pada saluran kemih harus segera dikeluarkan agar
tidak menimbulkan penyulit yang lebih berat. Indikasi untuk melakukan tindakan pada
batu saluran kemih adalah telah terjadinya obstruksi, infeksi atau indikasi sosial. Batu
dapat dikeluarkan melalui prosedur medikamentosa, dipecahkan dengan ESWL, melalui
tindakan endo-urologi, bedah laparoskopi atau pembedahan terbuka.

Pencegahan

Setelah batu dikelurkan, tindak lanjut yang tidak kalah pentingnya adalahupaya mencegah
timbulnya kekambuhan. Angka kekambuhan batu saluran kemih rata-rata 7%/tahun atau
kambuh >50% dalam 10 tahun.

Prinsip pencegahan didasarkan pada kandungan unsur penyusun batu yang telah
diangkat. Secara umum, tindakan pencegahan yang perlu dilakukan adalah:

1. Menghindari dehidrasi dengan minum cukup, upayakan produksi urine 2-3 liter per hari

2. Diet rendah zat/komponen pembentuk batu

3. Aktivitas harian yang cukup

4. Medikamentosa

Beberapa diet yang dianjurkan untuk untuk mengurangi


kekambuhan adalah:
1. Rendah protein, karena protein akan memacu ekskresi kalsium urine dan menyebabkan
suasana urine menjadi lebih asam.

2. Rendah oksalat

3. Rendah garam karena natiuresis akan memacu timbulnya hiperkalsiuria

4. Rendah purin

5. Rendah kalsium tidak dianjurkan kecuali pada hiperkalsiuria absorbtif type II

FOKUS PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Riwayat Keperawatan dan Pengkajian Fisik:


Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (2000) riwayat keperawatan yang perlu
dikaji adalah:

1. Aktivitas/istirahat:

Gejala:
- Riwayat pekerjaan monoton, aktivitas fisik rendah, lebih banyak duduk

- Riwayat bekerja pada lingkungan bersuhu tinggi

- Keterbatasan mobilitas fisik akibat penyakit sistemik lainnya (cedera serebrovaskuler,


tirah baring lama)

2. Sirkulasi

Tanda:

- Peningkatan TD, HR (nyeri, ansietas, gagal ginjal)

- Kulit hangat dan kemerahan atau pucat

3. Eliminasi

Gejala:

- Riwayat ISK kronis, obstruksi sebelumnya

- Penrunan volume urine

- Rasa terbakar, dorongan berkemih

- Diare

Tanda:

- Oliguria, hematuria, piouria

- Perubahan pola berkemih

4. Makanan dan cairan:

Gejala:

- Mual/muntah, nyeri tekan abdomen

- Riwayat diet tinggi purin, kalsium oksalat dan atau fosfat

- Hidrasi yang tidak adekuat, tidak minum air dengan cukup

Tanda:
- Distensi abdomen, penurunan/tidak ada bising usus

- Muntah

5. Nyeri dan kenyamanan:

Gejala:

- Nyeri hebat pada fase akut (nyeri kolik), lokasi nyeri tergantung lokasi batu (batu ginjal
menimbulkan nyeri dangkal konstan)

Tanda:

- Perilaku berhati-hati, perilaku distraksi

- Nyeri tekan pada area ginjal yang sakit

6. Keamanan:

Gejala:

- Penggunaan alkohol

- Demam/menggigil

7. Penyuluhan/pembelajaran:

Gejala:

- Riwayat batu saluran kemih dalam keluarga, penyakit ginjal, hipertensi, gout, ISK kronis

- Riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen sebelumnya, hiperparatiroidisme

- Penggunaan antibiotika, antihipertensi, natrium bikarbonat, alopurinul, fosfat, tiazid,


pemasukan berlebihan kalsium atau vitamin.

1. Tes Diagnostik
Lihat konsep medis.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri (akut) b/d peningkatan frekuensi kontraksi ureteral, taruma
jaringan, edema dan iskemia seluler.
2. Perubahan eliminasi urine b/d stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi
ginjal dan ureter, obstruksi mekanik dan peradangan.
3. Kekurangan volume cairan (resiko tinggi) b/d mual/muntah (iritasi saraf
abdominal dan pelvis ginjal atau kolik ureter, diuresis pasca obstruksi.
4. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi
b/d kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi, keterbatasan
kognitif, kurang akurat/lengkapnya informasi yang ada.
INTERVENSI KEPERAWATAN

Nyeri (akut) b/d peningkatan frekuensi kontraksi ureteral, taruma jaringan, edema dan
iskemia seluler.

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

1. Catat lokasi, lamanya/intensitas nyeri Membantu evaluasi tempat obstruksi


(skala 1-10) dan penyebarannya. dan kemajuan gerakan batu. Nyeri
Perhatiakn tanda non verbal seperti: panggul sering menyebar ke
peningkatan TD dan DN, gelisah, punggung, lipat paha, genitalia
meringis, merintih, menggelepar. sehubungan dengan proksimitas
pleksus saraf dan pembuluh darah
yang menyuplai area lain. Nyeri tiba-
tiba dan hebat dapat menimbulkan
gelisah, takut/cemas.

Melaporkan nyeri secara dini


2. Jelaskan penyebab nyeri dan memberikan kesempatan pemberian
pentingnya melaporkan kepada staf analgesi pada waktu yang tepat dan
perawatan setiap perubahan membantu meningkatkan
karakteristik nyeri yang terjadi. kemampuan koping klien dalam
menurunkan ansietas.

Meningkatkan relaksasi dan


3. Lakukan tindakan yang mendukung
menurunkan ketegangan otot.
kenyamanan (seperti masase
ringan/kompres hangat pada
punggung, lingkungan yang tenang)

4. Bantu/dorong pernapasan dalam,


bimbingan imajinasi dan aktivitas Mengalihkan perhatian dan
terapeutik. membantu relaksasi otot.

5. Batu/dorong peningkatan aktivitas


(ambulasi aktif) sesuai indikasi disertai
asupan cairan sedikitnya 3-4 liter Aktivitas fisik dan hidrasi yang adekuat
perhari dalam batas toleransi jantung. meningkatkan lewatnya batu,
mencegah stasis urine dan mencegah
pembentukan batu selanjutnya.
6. Perhatikan peningkatan/menetapnya
keluhan nyeri abdomen.
Obstruksi lengkap ureter dapat
menyebabkan perforasi dan
ekstravasasiurine ke dalam area
perrenal, hal ini merupakan
kedaruratan bedah akut.

7. Kolaborasi pemberian obat sesuai


program terapi:

- Analgetik

Analgetik (gol. narkotik) biasanya


diberikan selama episode akut untuk
menurunkan kolik ureter dan
meningkatkan relaksasi otot/mental.
- Antispasmodik
Menurunkan refleks spasme, dapat
menurunkan kolik dan nyeri.

- Kortikosteroid Mungkin digunakan untuk


menurunkan edema jaringan untuk
membantu gerakan batu.

Mencegah stasis/retensi urine,


menurunkan risiko peningkatan
8. Pertahankan patensi kateter urine bila
tekanan ginjal dan infeksi.
diperlukan.
Perubahan eliminasi urine b/d stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal dan
ureter, obstruksi mekanik dan peradangan.

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

1. Awasi asupan dan haluaran, Memberikan informasi tentang fungsi


karakteristik urine, catat adanya ginjal dan adanya komplikasi.
keluaran batu. Penemuan batu memungkinkan
identifikasi tipe batu dan
mempengaruhi pilihan terapi
2. Tentukan pola berkemih normal klien Batu saluran kemih dapat
dan perhatikan variasi yang terjadi. menyebabkan peningkatan
eksitabilitas saraf sehingga
menimbulkan sensasi kebutuhan
berkemih segera. Biasanya frekuensi
dan urgensi meningkat bila batu
mendekati pertemuan uretrovesikal.

Peningkatan hidrasi dapat membilas


3. Dorong peningkatan asupan cairan. bakteri, darah, debris dan membantu
lewatnya batu.

Akumulasi sisa uremik dan


ketidakseimbangan elektrolit dapat
menjadi toksik pada SSP.
4. Observasi perubahan status mental,
perilaku atau tingkat kesadaran. Peninggian BUN, kreatinin dan
elektrolit menjukkan disfungsi ginjal

5. Pantau hasil pemeriksaan


laboratorium (elektrolit, BUN, Meningkatkan pH urine (alkalinitas)
kreatinin) untuk menurnkan pembentukan batu
asam.
6. Berikan obat sesuai indikasi:

- Asetazolamid (Diamox), Alupurinol


(Ziloprim) Mencegah stasis urine ddan
menurunkan pembentukan batu
kalsium.
- Hidroklorotiazid (Esidrix, Hidroiuril), Menurunkan pembentukan batu fosfat
Klortalidon (Higroton)

- Amonium klorida, kalium atau


natrium fosfat (Sal-Hepatika) Menurnkan produksi asam urat.

- Agen antigout mis: Alupurinol


(Ziloprim) Mungkin diperlukan bila ada ISK

- Antibiotika Mengganti kehilangan yang tidak dapat


teratasi selama pembuangan
bikarbonat dan atau alkalinisasi urine,
- Natrium bikarbonat dapat mencegah pemebntukan batu.

Mengasamkan urine untuk mencegah


berulangnay pembentukan batu
alkalin.

Mungkin diperlukan untuk membantu


- Asam askorbat kelancaran aliran urine.

7. Pertahankan patensi kateter tak Mengubah pH urien dapat membantu


menetap (uereteral, uretral atau pelarutan batu dan mencegah
nefrostomi). pembentukan batu selanjutnya.

8. Irigasi dengan larutan asam atau alkali Berbagai prosedur endo-urologi dapat
sesuai indikasi. dilakukan untuk mengeluarkan batu.

9. Siapkan klien dan bantu


prosedur endoskopi.
Kekurangan volume cairan (resiko tinggi) b/d mual/muntah (iritasi saraf abdominal dan
pelvis ginjal atau kolik ureter, diuresis pasca obstruksi.

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

1. Awasi asupan dan haluaran Mengevaluasi adanya stasis


urine/kerusakan ginjal.

Mual/muntah dan diare secara umum


2. Catat insiden dan karakteristik
berhubungan dengan kolik ginjal
muntah, diare. karena saraf ganglion seliaka
menghubungkan kedua ginjal dengan
lambung.

Mempertahankan keseimbangan
3. Tingkatkan asupan cairan 3-4 cairan untuk homeostasis, juga
liter/hari. dimaksudkan sebagai upaya membilas
batu keluar.

Indikator hiddrasi/volume sirkulasi dan


4. Awasi tanda vital.
kebutuhan intervensi.

Peningkatan BB yang cepat mungkin


5. Timbang berat badan setiap hari. berhubungan dengan retensi.

Mengkaji hidrasi dan efektiviatas


intervensi.
6. Kolaborasi pemeriksaan HB/Ht dan
elektrolit.
Mempertahankan volume sirkulasi (bila
asupan per oral tidak cukup)
7. Berikan cairan infus sesuai program
terapi.
Makanan mudah cerna menurunkan
aktivitas saluran cerna, mengurangi
iritasi dan membantu
8. Kolaborasi pemberian diet sesuai mempertahankan cairan dan
keadaan klien. keseimbangan nutrisi.

Antiemetik mungkin diperlukan untuk


menurunkan mual/muntah.

9. Berikan obat sesuai program


terapi (antiemetik misalnya
Proklorperasin/ Campazin).
Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b/d kurang
terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi, keterbatasan kognitif, kurang
akurat/lengkapnya informasi yang ada.

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

1. Tekankan pentingnya memperta- Pembilasan sistem ginjal menurunkan


hankan asupan hidrasi 3-4 liter/hari. kesemapatan stasis ginjal dan
pembentukan batu.

Jenis diet yang diberikan disesuaikan


2. Kaji ulang program diet sesuai dengan tipe batu yang ditemukan.
indikasi.

- Diet rendah purin

- Diet rendah kalsium

- Diet rendah oksalat

- Diet rendah kalsium/fosfat

Obat-obatan yang diberikan bertujuan


3. Diskusikan program obat-obatan, untuk mengoreksi asiditas atau
hindari obat yang dijual bebas. alkalinitas urine tergantung penyebab
dasar pembentukan batu.

Pengenalan dini tanda/gejala


berulangnya pembentukan batu
4. Jelaskan tentang tanda/gejala yang diperlukan untuk memperoleh
memerlukan evaluasi medik (nyeri intervensi yang cepat sebelum timbul
berulang, hematuria, oliguria) komplikasi serius.
Meningkatakan kemampuan rawat diri
dan kemandirian.
5. Tunjukkan perawatan yang tepat
terhadap luka insisi dan kateter bila
ada.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges at al (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3, EGC, Jakarta

Price & Wilson (1995), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.4, EGC, Jakarta

Purnomo, BB ( 2000), Dasar-dasar Urologi, Sagung Seto, Jakarta

Soeparman & Waspadji (1990), Ilmu Penyakit Dalam, Jld.II, BP FKUI, Jakarta.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN BATU GINJAL

Posted by Ahmad Rapani on Senin, Oktober 19, 2009

KONSEP MEDIS

Pengertian
Batu ginjal merupakan batu saluran kemih (urolithiasis), sudah dikenal sejak zaman
Babilonia dan Mesir kuno dengan diketemukannya batu pada kandung kemih mummi.

Batu saluran kemih dapat diketemukan sepanjang saluran kemih mulai dari sistem kaliks
ginjal, pielum, ureter, buli-buli dan uretra. Batu ini mungkin terbentuk di di ginjal
kemudian turun ke saluran kemih bagian bawah atau memang terbentuk di saluran kemih
bagian bawah karena adanya stasis urine seperti pada batu buli-buli karena hiperplasia
prostat atau batu uretra yang terbentu di dalam divertikel uretra.

Batu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks,
infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan
merupakan batu slauran kemih yang paling sering terjadi (Purnomo, 2000, hal. 68-69).

Insidens dan Etiologi

Penyakit batu saluran kemih menyebar di seluruh dunia dengan perbedaan di negara
berkembang banyak ditemukan batu buli-buli sedangkan di negara maju lebih banyak
dijumpai batu saluran kemih bagian atas (gunjal dan ureter), perbedaan ini dipengaruhi
status gizi dan mobilitas aktivitas sehari-hari. Angka prevalensi rata-rata di seluruh dunia
adalah 1-12 % penduduk menderita batu saluran kemih.

Penyebab terbentuknya batu saluran kemih diduga berhubungan dengan gangguan aliran
urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan lain
yang masih belum terungkap (idiopatik)

Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu


saluran kemih yang dibedakan sebagai faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.
Faktor intrinsik, meliputi:

1. Herediter; diduga dapat diturunkan dari generasi ke generasi.


2. Umur; paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun
3. Jenis kelamin; jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak dibanding pasien wanita.

Faktor ekstrinsik, meliputi:

1. Geografi; pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian yang lebih tinggi
daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk batu)
2. Iklim dan temperatur
3. Asupan air; kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium dapat
meningkatkan insiden batu saluran kemih.
4. Diet; diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu saluran
kemih.
5. Pekerjaan; penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk
atau kurang aktivitas fisik (sedentary life).

Teori Terbentuknya Batu Saluran Kemih


Beberapa teori terbentuknya batu saluran kemih adalah:
1. Teori nukleasi: Batu terbentuk di dalam urine karena adanya inti batu atau sabuk batu
(nukleus). Partikel-partikel yang berada dalam larutan kelewat jenuh akan mengendap di
dalam nukleus itu sehingga akhirnya membentuk batu. Inti bantu dapat berupa kristal
atau benda asing saluran kemih.

2. Teori matriks: Matriks organik terdiri atas serum/protein urine (albumin, globulin dan
mukoprotein) sebagai kerangka tempat mengendapnya kristal-kristal batu.

3. Penghambat kristalisasi: Urine orang normal mengandung zat penghambat pembentuk


kristal yakni magnesium, sitrat, pirofosfat, mukoprotein dan beberapa peptida. Jika kadar
salah satu atau beberapa zat ini berkurang akan memudahkan terbentuknya batu dalam
saluran kemih.

Komposisi Batu

Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur: kalsium oksalat, kalsium fosfat,
asam urat, magnesium-amonium-fosfat (MAP), xanthyn dan sistin. Pengetahuan tentang
komposisi batu yang ditemukan penting dalam usaha pencegahan kemungkinan
timbulnya batu residif.

Batu Kalsium

Batu kalsium (kalsium oksalat dan atau kalsium fosfat) paling banyak ditemukan yaitu
sekitar 75-80% dari seluh batu saluran kemih. Faktor tejadinya batu kalsium adalah:
1. Hiperkasiuria: Kadar kasium urine lebih dari 250-300 mg/24 jam, dapat terjadi karena
peningkatan absorbsi kalsium pada usus (hiperkalsiuria absorbtif), gangguan kemampuan
reabsorbsi kalsium pada tubulus ginjal (hiperkalsiuria renal) dan adanya peningkatan
resorpsi tulang (hiperkalsiuria resoptif) seperti pada hiperparatiridisme primer atau
tumor paratiroid.

2. Hiperoksaluria: Ekskresi oksalat urien melebihi 45 gram/24 jam, banyak dijumpai pada
pasien pasca pembedahan usus dan kadar konsumsi makanan kaya oksalat seperti the,
kopi instan, soft drink, kakao, arbei, jeruk sitrun dan sayuran hijau terutama bayam.

3. Hiperurikosuria: Kadar asam urat urine melebihi 850 mg/24 jam. Asam urat dalam urine
dapat bertindak sebagai inti batu yang mempermudah terbentuknya batu kalsium
oksalat. Asam urat dalam urine dapat bersumber dari konsumsi makanan kaya purin atau
berasal dari metabolisme endogen.

4. Hipositraturia: Dalam urine, sitrat bereaksi dengan kalsium membentuk kalsium sitrat
sehingga menghalangi ikatan kalsium dengan oksalat atau fosfat. Keadaan hipositraturia
dapat terjadi pada penyakit asidosis tubuli ginjal, sindrom malabsorbsi atau pemakaian
diuretik golongan thiazide dalam jangka waktu lama.

5. Hipomagnesiuria: Seperti halnya dengan sitrat, magnesium bertindak sebagai


penghambat timbulnya batu kalsium karena dalam urine magnesium akan bereaksi
dengan oksalat menjadi magnesium oksalat sehingga mencegah ikatan dengan kalsium
ddengan oksalat.

Batu Struvit

Batu struvit disebut juga batu sebagai batu infeksi karena terbentuknya batu ini dipicu
oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini adalah golongan pemecah
urea (uera splitter seperti: Proteus spp., Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas
dan Stafilokokus) yang dapat menghasilkan enzim urease dan mengubah urine menjadi
basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak. Suasana basa ini memudahkan garam-
garam magnesium, amonium, fosfat dan karbonat membentuk batu magnesium
amonium fosfat (MAP) dan karbonat apatit.

Batu Urat

Batu asam urat meliputi 5-10% dari seluruh batu saluran kemih, banyak dialami oleh
penderita gout, penyakit mieloproliferatif, pasein dengan obat sitostatika dan urikosurik
(sulfinpirazone, thiazide dan salisilat). Kegemukan, alkoholik dan diet tinggi protein
mempunyai peluang besar untuk mengalami penyakit ini. Faktor yang mempengaruhi
terbentuknya batu asam urat adalah: urine terlalu asam (pH <>50% dalam 10 tahun.

Patofisiologi Klien Batu Ginjal

Batu saluran kemih dapat menimbulkan penyulit berupa obstruksi dan


infeksi saluran kemih. Manifestasi obstruksi pada saluran kemih bagian bawah
adalah retensi urine atau keluhan miksi yang lain sedangkan pada batu saluran
kemih bagian atas dapat menyebabkan hidroureter atau hidrinefrosis. Batu yang
dibiarkan di dalam saluran kemih dapat menimbulkan infeksi, abses ginjal,
pionefrosis, urosepsis dan kerusakan ginjal permanen (gagal ginjal)

DOWNLOAD DISINI

Gambaran Klinik dan Diagnosis

Keluhan yang disampaikan pasien tergantung pada letak batu, besar batu dan penyulit
yang telah terjadi. Pada pemeriksaan fisik m

ungkin didapatkan nyeri ketok di daerah kosto-vertebra, teraba ginjal pada sisi yang sakit
akibat hidronefrosis, ditemukan tanda-tanda gagal ginjal, retensi urine dan jika disertai
infeksi didaptkan demam/menggigil.

Pemeriksaan sedimen urine menunjukan adanya lekosit, hematuria dan dijumpai kristal-
kristal pembentuk batu. Pemeriksaan kultur urine mungkin menunjukkan adanya adanya
pertumbuhan kuman pemecah urea.

Pemeriksaan faal ginjal bertujuan mencari kemungkinan terjadinya penurunan fungsi


ginjal dan untuk mempersipkan pasien menjalani pemeriksaan foto PIV. Perlu juga
diperiksa kadar elektrolit yang diduga sebagai penyebab timbulnya batu salran kemih
(kadar kalsium, oksalat, fosfat maupun urat dalam darah dan urine).
Pembuatan foto polos abdomen bertujuan melihat kemungkinan adanya batu radio-opak
dan paling sering dijumpai di atara jenis batu lain. Batu asam urat bersifat non opak (radio-
lusen).

Pemeriksaan pieolografi intra vena (PIV) bertujuan menilai keadaan anatomi dan fungsi
ginjal. Selain itu PIV dapat mendeteksi adanya batu semi opak atau batu non opak yang
tidak tampak pada foto polos abdomen.

Ultrasongrafi dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan PIV seperti
pada keadaan alergi zat kontras, faal ginjal menurun dan pada pregnansi. Pemeriksaan ini
dapat menilai adanya batu di ginjal atau buli-buli (tampak sebagai echoic shadow),
hidronefrosis, pionefrosis atau pengkerutan ginjal.

Penatalaksanaan

Batu yang sudah menimbulkan masalah pada saluran kemih harus segera dikeluarkan agar
tidak menimbulkan penyulit yang lebih berat. Indikasi untuk melakukan tindakan pada
batu saluran kemih adalah telah terjadinya obstruksi, infeksi atau indikasi sosial. Batu
dapat dikeluarkan melalui prosedur medikamentosa, dipecahkan dengan ESWL, melalui
tindakan endo-urologi, bedah laparoskopi atau pembedahan terbuka.

Prinsip pencegahan didasarkan pada kandungan unsur penyusun batu yang telah
diangkat. Secara umum, tindakan pencegahan yang perlu dilakukan adalah:

1. Menghindari dehidrasi dengan minum cukup, upayakan produksi urine 2-3 liter per hari
2. Diet rendah zat/komponen pembentuk batu
3. Aktivitas harian yang cukup
4. Medikamentosa

Beberapa diet yang dianjurkan untuk untuk mengurangi kekambuhan adalah:


1. Rendah protein, karena protein akan memacu ekskresi kalsium urine dan menyebabkan
suasana urine menjadi lebih asam.
2. Rendah oksalat
3. Rendah garam karena natiuresis akan memacu timbulnya hiperkalsiuria
4. Rendah purin
5. Rendah kalsium tidak dianjurkan kecuali pada hiperkalsiuria absorbtif type II
FOKUS PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Riwayat Keperawatan dan Pengkajian Fisik:


Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (2000) riwayat keperawatan yang perlu dikaji adalah:

1. Aktivitas/istirahat:
Gejala:
- Riwayat pekerjaan monoton, aktivitas fisik rendah, lebih banyak duduk
- Riwayat bekerja pada lingkungan bersuhu tinggi
- Keterbatasan mobilitas fisik akibat penyakit sistemik lainnya (cedera serebrovaskuler,
tirah baring lama)

2. Sirkulasi
Tanda:
- Peningkatan TD, HR (nyeri, ansietas, gagal ginjal)
- Kulit hangat dan kemerahan atau pucat

3. Eliminasi
Gejala:
- Riwayat ISK kronis, obstruksi sebelumnya
- Penrunan volume urine
- Rasa terbakar, dorongan berkemih
- Diare
Tanda:
- Oliguria, hematuria, piouria
- Perubahan pola berkemih

4. Makanan dan cairan:


Gejala:
- Mual/muntah, nyeri tekan abdomen
- Riwayat diet tinggi purin, kalsium oksalat dan atau fosfat
- Hidrasi yang tidak adekuat, tidak minum air dengan cukup
Tanda:
- Distensi abdomen, penurunan/tidak ada bising usus
- Muntah
5. Nyeri dan kenyamanan:
Gejala:
- Nyeri hebat pada fase akut (nyeri kolik), lokasi nyeri tergantung lokasi batu (batu ginjal
menimbulkan nyeri dangkal konstan)
Tanda:
- Perilaku berhati-hati, perilaku distraksi
- Nyeri tekan pada area ginjal yang sakit

6. Keamanan:
Gejala:
- Penggunaan alkohol
- Demam/menggigil

7. Penyuluhan/pembelajaran:
Gejala:
- Riwayat batu saluran kemih dalam keluarga, penyakit ginjal, hipertensi, gout, ISK kronis
- Riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen sebelumnya, hiperparatiroidisme
- Penggunaan antibiotika, antihipertensi, natrium bikarbonat, alopurinul, fosfat, tiazid,
pemasukan berlebihan kalsium atau vitamin.

1. Tes Diagnostik
Lihat konsep medis.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri (akut) b/d peningkatan frekuensi kontraksi ureteral, taruma jaringan, edema dan
iskemia seluler.

2. Perubahan eliminasi urine b/d stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal dan
ureter, obstruksi mekanik dan peradangan.

3. Kekurangan volume cairan (resiko tinggi) b/d mual/muntah (iritasi saraf abdominal dan
pelvis ginjal atau kolik ureter, diuresis pasca obstruksi.

4. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b/d kurang
terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi, keterbatasan kognitif, kurang
akurat/lengkapnya informasi yang ada.

INTERVENSI KEPERAWATAN

Nyeri (akut) b/d peningkatan frekuensi kontraksi ureteral, taruma jaringan, edema dan
iskemia seluler.

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL


1. Catat lokasi, Membantu evaluasi
lamanya/intensitas nyeri tempat obstruksi dan
(skala 1-10) dan kemajuan gerakan batu.
penyebarannya. Perhatiakn Nyeri panggul sering
tanda non verbal seperti: menyebar ke punggung,
peningkatan TD dan DN, lipat paha, genitalia
gelisah, meringis, merintih, sehubungan dengan
menggelepar. proksimitas pleksus saraf
dan pembuluh darah
2. Jelaskan penyebab nyeri dan yang menyuplai area
pentingnya melaporkan lain. Nyeri tiba-tiba dan
kepada staf perawatan setiap hebat dapat
perubahan karakteristik nyeri menimbulkan gelisah,
yang terjadi. takut/cemas.

3. Lakukan tindakan yang Melaporkan nyeri secara


mendukung kenyamanan dini memberikan
(seperti masase kesempatan pemberian
ringan/kompres hangat pada analgesi pada waktu
punggung, lingkungan yang yang tepat dan
tenang) membantu
meningkatkan
4. Bantu/dorong pernapasan kemampuan koping klien
dalam, bimbingan imajinasi dalam menurunkan
dan aktivitas terapeutik. ansietas.
5. Batu/dorong peningkatan Meningkatkan relaksasi
aktivitas (ambulasi aktif) dan menurunkan
sesuai indikasi disertai asupan ketegangan otot.
cairan sedikitnya 3-4 liter
perhari dalam batas toleransi Mengalihkan perhatian
jantung. dan membantu relaksasi
otot.
6. Perhatikan
peningkatan/menetapnya Aktivitas fisik dan hidrasi
keluhan nyeri abdomen. yang adekuat
meningkatkan lewatnya
7. Kolaborasi pemberian obat batu, mencegah stasis
sesuai program terapi: urine dan mencegah
pembentukan batu
- Analgetik selanjutnya.

- Antispasmodik Obstruksi lengkap ureter


dapat menyebabkan
- Kortikosteroid perforasi dan
ekstravasasiurine ke
8. Pertahankan patensi kateter dalam area perrenal, hal
urine bila diperlukan. ini merupakan
kedaruratan bedah akut.

Analgetik (gol. narkotik)


biasanya diberikan
selama episode akut
untuk menurunkan kolik
ureter dan
meningkatkan relaksasi
otot/mental.

Menurunkan refleks
spasme, dapat
menurunkan kolik dan
nyeri.

Mungkin digunakan
untuk menurunkan
edema jaringan untuk
membantu gerakan
batu.

Mencegah stasis/retensi
urine, menurunkan risiko
peningkatan tekanan
ginjal dan infeksi.

Perubahan eliminasi urine b/d stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal dan ureter,
obstruksi mekanik dan peradangan.

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL


1. Awasi asupan dan haluaran, Memberikan informasi
karakteristik urine, catat tentang fungsi ginjal dan
adanya keluaran batu. adanya komplikasi.
Penemuan batu
2. Tentukan pola berkemih memungkinkan identifikasi
normal klien dan tipe batu dan mempengaruhi
perhatikan variasi yang pilihan terapi
terjadi.
Batu saluran kemih dapat
3. Dorong peningkatan asupan menyebabkan peningkatan
cairan. eksitabilitas saraf sehingga
menimbulkan sensasi
4. Observasi perubahan status kebutuhan berkemih segera.
mental, perilaku atau Biasanya frekuensi dan
tingkat kesadaran. urgensi meningkat bila batu
mendekati pertemuan
5. Pantau hasil pemeriksaan uretrovesikal.
laboratorium (elektrolit,
BUN, kreatinin) Peningkatan hidrasi dapat
membilas bakteri, darah,
6. Berikan obat sesuai indikasi: debris dan membantu
lewatnya batu.
- Asetazolamid (Diamox),
Alupurinol (Ziloprim) Akumulasi sisa uremik dan
ketidakseimbangan elektrolit
- Hidroklorotiazid (Esidrix,
dapat menjadi toksik pada
Hidroiuril), Klortalidon
SSP.
(Higroton)
- Amonium klorida, kalium Peninggian BUN, kreatinin
atau natrium fosfat (Sal- dan elektrolit menjukkan
Hepatika) disfungsi ginjal

- Agen antigout mis: Meningkatkan pH urine


Alupurinol (Ziloprim) (alkalinitas) untuk menurnkan
pembentukan batu asam.
- Antibiotika
Mencegah stasis urine ddan
- Natrium bikarbonat menurunkan pembentukan
batu kalsium.
- Asam askorbat
Menurunkan pembentukan
7. Pertahankan patensi kateter batu fosfat
tak menetap (uereteral,
uretral atau nefrostomi). Menurnkan produksi asam
urat.
8. Irigasi dengan larutan asam
atau alkali sesuai indikasi. Mungkin diperlukan bila ada
ISK
9. Siapkan klien dan bantu
prosedur endoskopi. Mengganti kehilangan yang
tidak dapat teratasi selama
pembuangan bikarbonat dan
atau alkalinisasi urine, dapat
mencegah pemebntukan
batu.

Mengasamkan urine untuk


mencegah berulangnay
pembentukan batu alkalin.

Mungkin diperlukan untuk


membantu kelancaran aliran
urine.

Mengubah pH urien dapat


membantu pelarutan batu
dan mencegah pembentukan
batu selanjutnya.
Berbagai prosedur endo-
urologi dapat dilakukan untuk
mengeluarkan batu.

Kekurangan volume cairan (resiko tinggi) b/d mual/muntah (iritasi saraf abdominal dan
pelvis ginjal atau kolik ureter, diuresis pasca obstruksi.

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL


1. Awasi asupan dan haluaran Mengevaluasi adanya stasis
urine/kerusakan ginjal.
2. Catat insiden dan
karakteristik muntah, Mual/muntah dan diare secara
diare. umum berhubungan dengan
kolik ginjal karena saraf
3. Tingkatkan asupan cairan 3- ganglion seliaka
4 liter/hari. menghubungkan kedua ginjal
dengan lambung.
4. Awasi tanda vital.
Mempertahankan
5. Timbang berat badan setiap keseimbangan cairan untuk
hari. homeostasis, juga
dimaksudkan sebagai upaya
6. Kolaborasi pemeriksaan membilas batu keluar.
HB/Ht dan elektrolit.
Indikator hiddrasi/volume
7. Berikan cairan infus sesuai sirkulasi dan kebutuhan
program terapi. intervensi.

8. Kolaborasi pemberian diet Peningkatan BB yang cepat


sesuai keadaan klien. mungkin berhubungan dengan
retensi.
9. Berikan obat sesuai
program terapi (antiemetik Mengkaji hidrasi dan
misalnya Proklorperasin/ efektiviatas intervensi.
Campazin).
Mempertahankan volume
sirkulasi (bila asupan per oral
tidak cukup)
Makanan mudah cerna
menurunkan aktivitas saluran
cerna, mengurangi iritasi dan
membantu mempertahankan
cairan dan keseimbangan
nutrisi.

Antiemetik mungkin
diperlukan untuk menurunkan
mual/muntah.

Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b/d kurang
terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi, keterbatasan kognitif, kurang
akurat/lengkapnya informasi yang ada.

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL


1. Tekankan pentingnya Pembilasan sistem ginjal
memperta-hankan asupan menurunkan kesemapatan
hidrasi 3-4 liter/hari. stasis ginjal dan pembentukan
batu.
2. Kaji ulang program diet
sesuai indikasi. Jenis diet yang diberikan
disesuaikan dengan tipe batu
- Diet rendah purin yang ditemukan.

- Diet rendah kalsium Obat-obatan yang diberikan


bertujuan untuk mengoreksi
- Diet rendah oksalat asiditas atau alkalinitas urine
tergantung penyebab dasar
- Diet rendah kalsium/fosfat pembentukan batu.

3. Diskusikan program obat- Pengenalan dini tanda/gejala


obatan, hindari obat yang berulangnya pembentukan
dijual bebas. batu diperlukan untuk
memperoleh intervensi yang
4. Jelaskan tentang tanda/gejala
cepat sebelum timbul
yang memerlukan evaluasi
komplikasi serius.
medik (nyeri berulang,
hematuria, oliguria) Meningkatakan kemampuan
rawat diri dan kemandirian.
5. Tunjukkan perawatan yang
tepat terhadap luka insisi
dan kateter bila ada.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges at al (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3, EGC, Jakarta

Price & Wilson (1995), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.4, EGC,
Jakarta

Purnomo, BB ( 2000), Dasar-dasar Urologi, Sagung Seto, Jakarta

Soeparman & Waspadji (1990), Ilmu Penyakit Dalam, Jld.II, BP FKUI, Jakarta.

Vous aimerez peut-être aussi