Vous êtes sur la page 1sur 12

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
Rahmatnya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini .
Sholawat serta salam saya curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada
keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita semua selaku umatnya.
Tidak lupa kami saya ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini. saya sadar akan keterbatasan dan
kemampuan yang saya miliki, maka saya mohon maaf atas segala kekurangan yang
terdapat dalam penyusunan makalah ini. Saran dan kritik saya harapkan untuk
meningkatkan bobot makalah ini. Saya berharap semoga makalah ini bermanfaat.

Barabai, Desember 2017

Gita Aulia Rizkiani

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …..…………………………………………..…...………1


DAFTAR ISI ….…………………………………………………………………2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang …………………………….……………………………….3
1.2 Rumusan Masalah…………….……………………………………………4
1.3 Tujuan……………………………………………………………………...4
1.4 Manfaat ……………………………………………………………………4
BAB II KONSEP DASAR PENYAKIT
2.1 Definisi …………………………………………………………………….5
2.2 Etiologi …………………………………………………………………….6
2.3 Patofisiologi……………………………………………………………….7-8
2.4 Pathway ( Pohon Masalah )………………………………………………...9
2.5 Manifestasi Klinis…………………………………………………………10
2.6 Komplikasi ……...………………………………………………………...10
2.7 Penatalaksanaan ………………………………………………………..…10
BAB III PENUTUP
Kesimpulan…………..……………………………………………………….…11
Saran………………………………………………………………………….…11
DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka kejadian penyakit alergi akhir-akhir ini meningkat sejalan
dengan perubahan pola hidup masyarakat modern, polusi baik lingkungan
maupun zat-zat yang ada di dalam makanan. Salah satu penyakit alergi yang
banyak terjadi di masyarakat adalah penyakit asma.
Asma adalah satu diantara beberapa penyakit yang tidak bisa
disembuhkan secara total. Kesembuhan dari satu serangan asma tidak
menjamin dalam waktu dekat akan terbebas dari ancaman serangan
berikutnya. Apalagi bila karena pekerjaan dan lingkungannya serta faktor
ekonomi, penderita harus selalu berhadapan dengan faktor alergen yang
menjadi penyebab serangan. Biaya pengobatan simptomatik pada waktu
serangan mungkin bisa diatasi oleh penderita atau keluarganya, tetapi
pengobatan profilaksis yang memerlukan waktu lebih lama, sering menjadi
problem tersendiri.
Peran dokter dalam mengatasi penyakit asma sangatlah penting. Dokter
sebagai pintu pertama yang akan diketuk oleh penderita dalam menolong
penderita asma, harus selalu meningkatkan pelayanan, salah satunya yang
sering diabaikan adalah memberikan edukasi atau pendidikan kesehatan.
Pendidikan kesehatan kepada penderita dan keluarganya akan sangat berarti
bagi penderita, terutama bagaimana sikap dan tindakan yang bisa dikerjakan
pada waktu menghadapi serangan, dan bagaimana caranya mencegah
terjadinya serangan asma.
Dalam tiga puluh tahun terakhir terjadi peningkatan prevalensi
(kekerapan penyakit) asma terutama di negara-negara maju. Kenaikan
prevalensi asma di Asia seperti Singapura, Taiwan, Jepang, atau Korea
Selatan juga mencolok. Kasus asma meningkat insidennya secara dramatis
selama lebih dari lima belas tahun, baik di negara berkembang maupun di
negara maju. Beban global untuk penyakit ini semakin meningkat. Dampak
buruk asma meliputi penurunan kualitas hidup, produktivitas yang menurun,

3
ketidakhadiran di sekolah, peningkatan biaya kesehatan, risiko perawatan di
rumah sakit dan bahkan kematian. (Muchid dkk,2007).

B. Rumusan Masalah
Dari uraian yang ada diatas maka dapat di rumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana definisi Asma Bronchial ?
2. Bagaimana etiologi Asma Bronchial ?
3. Bagaimana patofisiologi Asma Bronchial ?
4. Bagaimana gejala klinis Asma Bronchial ?
5. Bagaimana diagnosis Asma Bronchial ?
6. Bagaimana pencegahan Asma Bronchial ?

C. Tujuan
1. Menjelaskan definisi Asma Bronchial.
2. Menjelaskan etiologi Asma Bronchial.
3. Menjelaskan patofisiologi Asma Bronchial.
4. Menjelaskan gejala klinis Asma Bronchial.
5. Menjelaskan diagnosis Asma Bronchial.
6. Menjelaskan pencegahan Asma Bronchial.
D. Manfaat
1. Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
keterampilan dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien asma
bronkial.
2. Menambah pengetahuan dan wawasan bagi pembaca.
3. Sebagai sumber referensi bagi pembaca mengenai asma bronkial.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Asma adalah suatu kadaan klinik yang ditandai oleh terjadinya
penyempitan bronkus yang berulang namun reversibel, dan diantara episode
penyempitan bronkus tersebut terdapat keadaan ventilasi yang lebih normal.
Keadaan ini pada orang-orang yang rentan terkena asma mudah ditimbulkan
oleh berbagai rangsangan, yang menandakan suatu keadaan hipere aktivitas
bronkus yang khas. .Penyakit asma adalah penyakit yang terjadi akibat
adanya penyempitan saluran pernapasan sementara waktu sehingga sulit
bernapas. Asma terjadi ketika ada kepekaan yang meningkat terhadap
rangsangan dari lingkungan sebagaipemicunya. Diantaranya adalah
dikarenakan gangguan emosi, kelelahan jasmani,perubahan cuaca,
temperatur, debu, asap, bau-bauan yang merangsang, infeksisaluran napas,
faktor makanan dan reaksi alergi.
Penyakit asma bronkial di masyarakat sering disebut sebagai bengek,
asma, mengi, ampek, sasak angok, dan berbagai istilah lokal lainnya.Asma
merupakan suatu penyakit gangguan jalan nafas obstruktif intermiten yang
bersifat reversibel, ditandai dengan adanya periode bronkospasme,
peningkatan respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan yang
menyebabkan penyempitan jalan nafas.
Orang yang menderita asma memiliki ketidak mampuan mendasar
dalam mencapai angka aliran udara normal selama pernapasan (terutama pada
ekspirasi). Ketidak mampuan ini tercermin dengan rendahnya volume udara
yang dihasilkan sewaktu melakukan usaha eksirasi paksa pada detik pertama.
Karena banyak saluran udara yang menyempit tidak dapat dialiri dan
dikosongkan secara cepat,tidak terjadi aerasi paru dan hilangnya ruang
penyesuaian normal antara ventilasidan aliran darah paru. Turbulensi arus
udara dan getaran mukus bronkus mengakibatkan suara mengi yang terdengar
jelas selama serangan asma, namun tanda fisik ini juga terlihat mencolok pada
masalah saluran napas obstruktif.Diantara serangan asma, pasien bebas dari

5
mengi dan gejala, walaupun reaktivitas bronkus meningkat dan kelainan pada
ventilasi tetap berlanjut. Namun, pada asmakronik, masa tanpa serangan
dapat menghilang, sehingga mengakibatkan keadaan asma yang terus-
menenrus yang sering disertai infeksi bakteri sekunder.

B. Etiologi
Sampai saat ini etiologi dari asma bronchial belum diketahui. Berbagai
teori sudah diajukan, akan tetapi yang paling disepakati adalah adanya
gangguan parasimpatis (hiperaktivitas saraf kolinergik), gangguan simpatis
(blok pada reseptor beta adrenergic dan hiperaktifitas reseptor alfa
adrenergik).
Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan
menjadi 3 tipe, yaitu :
1. Ekstrinsik (alergik).
Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-
faktor pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu
binatang, obat-obatan (antibiotic dan aspirin) dan spora jamur. Asma
ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi
genetik terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada faktor-faktor pencetus
spesifik seperti yang disebutkan di atas, maka akan terjadi serangan
asma ekstrinsik
2. Intrinsik (non alergik).
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap
pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin
atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan
emosi. Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan
berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronkhitis kronik dan
emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan.
3. Asma gabungan.
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai
karakteristik dari bentuk alergik dan non-alergik.
Berdasarkan Keparahan Penyakitnya :

6
1. Asma intermiten
Gejala muncul < 1 kali dalam 1 minggu, eksaserbasi ringan dalam
beberapa jam atau hari, gejala asma malam hari terjadi < 2 kali dalam 1
bulan, fungsi paru normal dan asimtomatik di antara waktu serangan,
Peak Expiratory Folw (PEF) dan Forced Expiratory Value in 1 second
(PEV1) > 80%.
2. Asma ringan
Gejala muncul > 1 kali dalam 1 minggu tetapi < 1 kali dalam 1
hari, eksaserbasi mengganggu aktifitas atau tidur, gejala asma malam
hari terjadi > 2 kali dalam 1 bulan, PEF dan PEV1 > 80%.
3. Asma sedang (moderate)
Gejala muncul tiap hari, eksaserbasi mengganggu aktifitas atau
tidur, gejala asma malam hari terjadi >1 kali dalam 1 minggu,
menggunakan inhalasi beta 2 agonis kerja cepat dalam keseharian, PEF
dan PEV1 >60% dan < 80%.
4. Asma parah (severe)
Gejala terus menerus terjadi, eksaserbasi sering terjadi, gejala
asma malam hari sering terjadi, aktifitas fisik terganggu oleh gejala
asma, PEF dan PEV1 < 60%.

C. Patofisiologi
Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus
yang menyebabkan sukar bernapas. Penyebab yang umum adalah
hipersensitivitas bronkhiolus terhadap benda-benda asing di udara.
Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara
sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk
membentuk sejumlah antibody Ig E abnormal dalam jumlah besar dan
antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen
spesifikasinya.
Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang
terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan
brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka

7
antibody Ig E orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan
antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan
mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat
anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), faktor
kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Efek gabungan dari semua
factor-faktor ini akan menghasilkan edema lokal pada dinding
bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen
bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga
menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat. Pada
asma, diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi daripada
selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama
eksirasi paksa menekan bagian luar bronkiolus. Karena bronkiolus
sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya adalah akibat
dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama
selama ekspirasi. Pada penderita asma biasanya dapat melakukan
inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan
ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional
dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan
asma akibat kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini
bisa menyebabkan barrel chest (Tanjung, 2003).

8
- Pathway ( Pohon Masalah )

Faktor Pencetus

Alergi Idiopatik

Edema dinding Spasme otot Sekresi mukosa


Bronkiolus polos bronkiolus kental di dalam
lumen bronkiolus

Menekan sisi Diameter bronkiolus Bersihkan jalan nafas


Ekspirasi
luar bronkiolus mengecil tidak efektif

Intolerasi Dispnea
aktifitas

Gangguan Perfusi paru tidak cukup


pertukaran gas mendapat ventilasi

9
E. Manifestasi Klinis
1. Sesak nafas/ Dispnea.
2. Batuk yang disertai lender/ Batuk kering.
3. Nyeri dada.
4. Adanya suara nafas mengi ( Wheezing ) yang bersifat proksimal,
yaitu membaik pada siang hari dan memburuk pada malam hari.
Pada serangan asma yang lebih berat, gejala-gejala yang timbul makin
banyak dan makin berat. Anara lain :
1. Sianosis.
2. Gangguan kesadaran.
3. Takikardi.
4. Peningkatan tekanan darah.
5. Dan pernafasan cepat dan dangkal.

F. Komplikasi
Serangan asma seringkali terjadi pada malam hari dan dapat
menimbulkan berbagai macam komplikasi seperti :
- Hipoksemia.
- Pneumotoraks.
- Emfisema.
- Gagal nafas.

G. Penatalaksanaan
Prinsip umum pengobatan asma bronkial adalah :
1. Meghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segera.
2. Mengenal dan menghindari faktor-faktor yang dapat mencetuskan
serangan asma.
3. Memberika informasi kepada penderita atau keluarganya mengenai
penyakit asma, baik pengobatannya, maupun tentang perjalanan
penyakitnya, sehingga penderita mengerti tujuan pengobatan yang
diberikan dan dapat bekerja sama dengan tenaga kesehatan terhadap
perawatan penderita.

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asma bronchial adalah suatu penyakit gangguan jalan nafas
obstruktif intermiten yang bersifat reversibel, ditandai dengan adanya
periode bronkospasme, peningkatan respon trakea dan bronkus terhadap
berbagai rangsangan yang menyebabkan penyempitan jalan nafas.
Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan
menjadi 3 tipe, yaitu : Ekstrinsik (alergik), Intrinsik (non alergik) ,Asma
gabungan.
Dan ada beberapa hal yang merupakan faktor penyebab timbulnya
serangan asma bronkhial yaitu : faktor predisposisi(genetic), faktor
presipitasi(alergen, perubahan cuaca, stress, lingkungan kerja, olahraga/
aktifitas jasmani yang berat). Pencegahan serangan asma dapat
dilakukan dengan :
1. Menjauhi alergen, bila perlu desensitisasi.
2. Menghindari kelelahan.
3. Menghindari stress psikis.
4. Mencegah/mengobati ISPA sedini mungkin.
5. Olahraga renang dan senam asma.

B. Saran
Dengan disusunnya makalah inidiharapkan kepada semua pembaca
agar dapat menelaah dan memahami apa yang telah terulis dalam
makalah ini sehingga sedikit banyak bisa menambah pengetahuan
pembaca. Disamping itu sayajuga mengharapkan saran dan kritik dari
para pembaca sehinga saya bisa berorientasi lebih baik pada makalah
saya selanjutnya.

11
DAFTAR PUSTAKA

http://myhealing.files.wordpress.com/2008/02/asthma.htm. diakses 2 oktober


2013
http://doctorology.net/wp-content/uploads/2009/03/tipe asma.htm. diakses 2
oktober 2013
Medicafarma. (2008, Mei 7). Asma Bronkiale. Diakses 2 oktober 2013 dari
Medicafarma: http://medicafarma.blogspot.com/2008/05/asma-bronkiale.html
Muchid, dkk. (2007, September). Pharmaceutical care untuk penyakit asma.
Diakses 2 oktober 2013 dari Direktorat Bina Farmasi Komunitas
Dan Klinik Depkes RI:http://125.160.76.194 /bidang/yanmed/farmasi/
Pharmaceutical/ASMA.pdf
Tanjung, D. (2003). Asuhan Keperawatan Asma Bronkial. Diakses 2 oktober 2013
dari USU digital library:
http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-dudut2.pdf. diakses 2 oktober
2013
http://www.scribd.com/doc/12896544/Asma-Bronkial. diakses 2 oktober 2013

12

Vous aimerez peut-être aussi