e. Lihat warna kulit, pucat atau cyanosis. Rasionalisasi: Pucat menunjukkan berkurangnya perfusi peripher sebagai akibat sekunder dari tidak adekwatnya cardiac output, vasokonstriksi, dan anemia cyanosis terjadi oleh karena CHF yang sukar sembuh. f. Istirahatkan pasien dengan posisi semi fowler pada tempat tidur atau kursi. Bantu perawatan fisik sesuai indikasi. Rasionalisasi: Istirahat harus dijaga selama akut atau CHF yang sukar sembuh untuk memperbaiki efisiensi dari kontraksi jantung dan mengurangi kebutuhan O 2 miokard dan beben kerja jantung. g. Tinggikan kaki, hindari tekanan di bawah lutut. Menganjurkan aktive/ pasive exercise meningkatkan latihan jalan yang di toleransi. Rasionalisasi: Akan menurunkan statis pada vena dan bisa mengurangi terjadinya thrombus/emboli. h. Colaborative: • Berikan O 2 lewat nasal canule/masker sesuai indikasi. Rasionalisasi: Meningkatnya persediaan O 2 untuk kebutuhan miokard untuk menanggulangi hipoxia/iskemia. • Pemberian diuretik Rasionalisasi: Jenis dan dosis diuretik tergantung dari derajat gagal jantung dan stadium dari fungsi ginjal. Pengurangan preload adalah penting dalam pengobatan pada pasien dengan cardiac output yang relatif normal yang disertai oleh gejalala-gejala bendungan. Pemberian loup diuretik akan mengurangi reabsorbsi dari sodium dan air. • Pemberian digoxin Rasionalisasi: Meningkatkan kekuatan kontraksi jantung dan melambatkan kecepatan denyut jantung (heart rate) dengan menurunkan kecepatan konduksi dan memperpanjang periode refrakter dari AV junction untuk meningkatkan efisiensi cardiac output. 2. Gangguan keseimbangan cairan (volume cairan) b/d penurunan cardiac output. Tujuan: Keseimbangan cairan tidak terganggu. Kriteria standart: Subyektivitas standart: • Pasien mengatakan tubuhnya tidak bengkak lagi. • Pasien mengatakan sesak nafas berkurang. Obyektifitas pasien: • Berat badan stabil • Vital sign dalam batas normal. • Edema tidak ada. • Suara nafas jelas. • Volume cairan stabil dengan pemasukan dan pengeluaran. Intervensi dan Rasionalisasi a. Monitor pengeluaran urine, catat jumlah, warna, dan berapa kali sehari. Rasionalisasi: Urine yang keluar mungkin sedikit dan pekat (terutama selama sakit) karena penurunan perfusi ginjal. Tidur dengan posisi setengah duduk dakan memperbaiki deuresis, oleh karena itu pengeluaran urine mungkin meningkat pada malam hari/selama istirahat. b. Monitor masukan dan pengeluaran dalam 24 jam. Rasionalisasi: Terpai diuretik menghasilakn pengeluaran urine yang banyak/mendadak (hipovolemia), sekalipun edema, acites sudah tidak ada. c. Jaga posisi bed rest dalam posisi semi fowler selama fase akut. Rasionalisasi: Posisi setengah duduk meningkatkan filtrasi glomerulus dan menurunkan produksi ADH, sehingga mempertinggi diuresis. d. Monitor BB tiap hari. Rasionalisasi: Diuretik dapat menghasilkan perpindahan cairan dan hilangnya BB secara cepat/berlebihan. e. Nilai distensi leher dan pembuluh darah peripher. Awasi daerah-daerah yang mudah terjadi edema dan catat adanya edema yang menyeluruh. Rasionalisasi: f. Ubah posisi sesering mungkin, tinggikan kaki ketika duduk, lihat permkaan kulit jaga agar tetap kering, sediakan alas apabila ada indikasi. Rasionalisasi: Adanya edema, sirkulasi yang lambat, perubahan intake nutrisi, dan bedrest yang lama merupakan kumpulan sterssor yang mempengaruhi kelangsungan kesehatan kulit sehingga membutuhkan pengawasan yang cermat. g. Dengarkan suara nafas, catat peningkatan atau adanya suara seperti cracles (gemeretak), dan whesing. Rasionalisasi: Volume caira yang berlebihan sering menyebabkan bendungan paru (pulmonal). Gejala dari edema paru mungkin merupakan merupakn refleksi dari gagal jantung kiri. h. Monitor BP dan CVP. Rasionalisasi: Hipertensi dan peningkatan CVP menunjukkan adanya volume cairan yag berlebihan dan mungkin direfleksikan pada bendungan pulmonal. i. Colaborative: Pemberian diuretika. Rasionalisasi: Meningkatkan kecepatan peneluaran urine dan mungkin menghambat reabsorbsi dari sodium di tubulus renalis. 3. Pertukaran gas tidak efektif b/d perubahan membran alveolar capilary. Tujuan: Pertukaran gas efektif. Kriteria standart: • Menunjukkan ventilasi dan axygenasi jaringan yang adekwat denagn ABGS/oxygenatori. Dalam pengukuran tersebut klien masih dalam batas normal dan bebas dari tanda-tanda respiratory distress. • Klien mampu berpartisipasi dalam terapi sesuai kemampuan. Intervensi dan Rasionalisasi a. Auskultasi suara nafas, catat adanya cracles, dan whezing. Rasionalisasi: Hal tersebut menunjukkan adanya bendungan pulmonal/penumpukan sekret yang membutuhkan penanganan lebih lanjut. b. Anjurkan pasien untuk batuk efektif dan nafas dalam. Rasionalisasi: Membebaskan jalan nafas agar jalan nafas efektif sehingga pemasukan O 2 ke dalam tubuh adekwat. c. Anjurkan pasien untuk sering mengubah posisi. Rasionalisasi: Membantu mencegah atelektasis dan pneumonia. d. Atur posisi fowler dan bed rest. Rasionalisasi: Mengurangi konsumsi/kebutuhan O 2 dan merangsang pengembangan paru secara maksimal. e. Colaborasi pemberian O 2 sesuai dengan indikasi. Rasionalisasi: Meningkatkan konsentrasi O 2 alveolar yang akan mengurangi hipoxemia jaringan. f. Colaborasi pemberian: • Deuretik Rasionalisasi: Mengurangi bendungan alveolar sehingga meningkatkan pertukaran gas. • Bronchodilator Rasionalisasi: Meningkatkan pemasukan O 2 dengan jalan dilatasi saluran nafas yang menyempit. 4. Gangguan perfusi jaringan b/d penurunan aliran darah. Tujuan: Gangguan perfusi jaringan dapat diatasi. Kriteria standart: • Tanda Vital dalam batas normal yaitu: sistole: 100- 140 mmHg, diastole: 70-90 mmHg, nadi: 60-100 x/mnt, respirasi: 16-24 x/mnt. • Daerah perifer hangat. • Pasien tidak pucat/cyanosis. Intervensi dan Rasionalisasi a. Berikan posisi fowler atau semi fowler. Rasionalisasi: Fasilitas engembangan diafragma, memperluas pertukaran gas, dan mengurangi terjadinya hypoxia. b. Observasi TTV Rasionalisasi: Pada mulanya tekanan darah bisa meningkat, kemudian apabila cardiac output membahayakan maka tekanan darah akan turun. Perubhan TTV menunjukkan gangguan dalam perfusi jaringan. c. Anjurkan pasien istirahat di tempat tidur atau mengurangi aktivitas. Rasionalisasi: Dengan istirahat akan menurunkan kebutuhan O 2 miokard. d. Kaji bila ada kecemasan. Rasionalisasi: Kecemasan meningkatkan katekolamin dimana akan meningkatkan kerja jantung. e. Jaga lingkungan nyaman dan tenang. Batasi pengunjung bila perlu. Rasionalisasi: Emosional akan meningkatkan kerja jantung. f. Observasi adanya gangguan irama jantung. Rasionalisasi: Irama jantung yang tidak teratur menyebabkan cardiac output yang tidak adekwat sehingga perfusi jaringan menurun. g. Observasi adanya takikardi, perubahan pulse, kulit dingin, dan keringat banyak. Rasionalisasi: Adanya tanda-tanda diatas merupakan petunjuk adanya perfusi jaringan dimana hal tersebut akan memperburuk kondisi jantung. h. sama dengan tim medis dalam EKG, pemberian O 2 , β blocker, obat yang memudahkan BAB. Rasionalisasi: EKG: Segmen ST depresi dan gelombang T mendatar dapat menunjukkan adanya peningkatan kebutuhan O 2 miokard. O 2 : Meningkatkan O 2 bagi miokard dan mencegah dari hipoxia/ischemik. β blocker: Efek menurunkan hearth rate dan sistole. Obat yang memudahkan BAB: Mekanisme kerja dari sistem pencernaan mempengaruhi dari kerja jantung. Dengan pemberian laksatif, maka akan mengurangi kerja jantung. DAFTAR PUSTAKA Corwin E.J. 2001. Buku Saku Patofisiologi, Ed.1, EGC, Jakarta. Doengoes, Marylin E. 2000. Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan. Ed. 3, EGC, Jakarta. Ganong. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Ed. 22, EGC, Jakarta. Guyton. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Ed. 11, EGC, Jakarta. Indra M.R. 2007. Fisiologi Kardiovaskuler, Laboratorium Ilmu Faal FK Unibraw, Malang. Rokhaeni, H. 2001. Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler, Ed.1, Bidang Pendidikan dan Pelatihan Pusat Kesehatan Jantung dan Pembuluh Darah Nasional Harapan Kita, Jakarta. Smeltzer, S.C & Bare,B.G. 2003. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart, Ed.8, EGC, Jakarta. Sudoyo WA. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Ed. IV, Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, Jakarta