Vous êtes sur la page 1sur 16

BAGIAN ILMU BEDAH REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DESEMBER 2017


UNIVERSITAS TADULAKO

HEMORRHOID

OLEH

Windy Christine Sesa


N 111 16 015

Pembimbing Klinik
dr. Roberthy Maelissa, Sp.B, FINACS

BAGIAN ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA
PALU

1
HEMORRHOID

PENDAHULUAN

Hemorrhoid atau lebih dikenal dengan nama wasir atau ambeien, bukan
merupakan suatu keadaan yang patologis (tidak normal), namun bila sudah
mulai menimbulkan keluhan, harus segera dilakukan tindakan untuk
mengatasinya. Hemorrhoid dari kata ''haima'' dan ''rheo'' berarti pelebaran
pembuluh darah vena (pembuluh darah balik) di dalam pleksus hemorrhoidalis
1
yang ada di daerah anus.
Kejadian hemoroid sampai saat ini mencapai sepertiga dari sepuluh juta
masyarakat di Amerika Serikat.1 Prevalensi kasus hemoroid bervariasi dari 4,4%
pada populasi umum dan 36,4% pada praktik kesehatan umum.2 Angka kejadian
pasien yang mencari pelayanan kesehatan di Amerika sekitar 12 dari 1.000 pasien.
Hemoroid merupakan salah satu penyebab masyarakat mencari pelayanan dalam
kesehatan. 2
Hemorrhoid dapat menyebabkan kesulitan untuk defekasi. Hemorrhoid
tidak hanya terjadi pada pria usia tua, tetapi wanita bisa terjadi hemorrhoid.
Usia muda dapat pula terjadi hemorrhoid. Diperkirakan bahwa 50 % dari
populasi yang berumur lebih dari 50 tahun menderita hemorrhoid secara nyata
atau minimal. Kebanyakan dari mereka tidak memberikan keluhan. 1
Penanganan hemoroid yang tersedia meliputi konservatif, manajemen
invasif minimal sampai pembedahan. Beberapa tindakan invasif minimal seperti
skleroterapi, rubber band ligation dan terapi laser. Rubber band ligation
diperkirakan lebih baik daripada skleroterapi atau fotokoagulasi inframerah walau
dihubungkan dengan ketidaknyamanan pasca prosedur. Skleroterapi dan
krioterapi sudah semakin jarang digunakan. Koagulasi mungkin memiliki
komplikasi lebih sedikit dibandingkan RBL, namun angka rekurensinya lebih
tinggi. Hemoroidektomi diasosiasikan dengan nyeri dan komplikasi yang lebih
banyak dibandingkan terapi nonoperatif. 2

2
ANATOMI

Pada lapisan submukosa canalis analis terdapat pleksu venosus yang


mengalirkan darahnya ke atas melalui vena rectalis superior. Cabang- cabang
kecil vena rectalis media dan vena rectalis inferior berhubungan dengan vena
rectalis superior melalui plexus ini. Oleh sebab itu, plexus venosus rectalis
membentuk anastomosis portal sistemik yang penting karena vena rectalis
superior mengalirkan darahnya ke vena porta sedangkan vena rectalis media
3
dan inferior ke aliran vena cava inferior (sistemik).

Gambar 1. Anatomi Plexus Hemorrhoid

Hemorrhoid interna merupakan pelebaran cabang-cabang vena rectalis


superior dan diliputi oleh tunica mucosa. Cabang vena pada columna analis
posisi ja 3,7, dan 11 merupakan tempat vena yang paling mudah mengalami
pelebaran. Karena hemorrhoid interna terjadi pada setengah bagian atas canalis
analis, tempat tunica mucosa dipersarafi oleh saraf aferen otonom, maka
3
hemorrhoid interna hanya peka terhadap regangan, namun tidak peka nyeri.
Hemorrhoid eksterna adalah pelebaran vena rectalis inferior.
Hemorrhoid ini diliputi oleh kulit dan dipersarafi oleh nervus rectalis inferior.
Hemorrhoid eksterna peka terhadap nyeri, suhu, raba, dan tekanan sehingga
3
cenderung lebih sakit dibandingkan dengan hemorrhoid interna.

3
DEFINISI

Hemorrhoid adalah inflamasi dan pembengkakkan pada vena


(varikositis) disekitar anus atau bagian bawah rectum. Rektum merupakan
bagian terakhir dari usus besar yang berlanjut menjadi anus. Hemorroid di bagi
atas dua yaitu hemorrhoid interna dan eksterna, berdasarkan letak pleksus
hemorrhoidalis yang terkena. Hemorrhoid interna berupa pelebaran vena
submukosa di atas linea dentata, sedangkan hemorrhoid eksterna berupa pelebaran
vena subkutan di bawah atau di luar linea dentata. Hemorrhoid interna
berkembang dari rektum dan dapat protrusi atau prolaps ke dalam anus.
2,4
Sedangkan hemorrhoid eksterna berlokasi di bawah kulit sekitar anus.

ETIOLOGI

Penyebab hemorrhoid sampai saat ini belum dapat dipastikan secara jelas
namun beberapa faktro risiko berikut diyakini dapat mencetuskan hemorrhoid :
1. Penurunan aliran balik vena
2. Konstipasi kronik atau diare kronik
3. Kehamilan
4. Hipertensi portal dan varises anorektal
5. Duduk di toilet dalam waktu lama
6. Diet kurang serat
7. Kelemahan jaringan ikat di rektum dan anus karena lanjut usia 4,5

PATOFISIOLOGI

Patofisiologi yang tepat pada hemorrhoid masih kurang dipahami. Selama


bertahun-tahun teori varises, yang mendalilkan bahwa wasir disebabkan oleh
varises di saluran anus. Saat ini, teori sliding kanal dubur banyak diterima. Teori
ini menyatakan bahwa hemorrhoid berkembang saat jaringan pendukung bantal
dubur rusak. Oleh karena itu, hemorrhoid merupakan istilah patologis untuk
menggambarkan perpindahan abnormal bantalan dubur yang menyebabkan

4
dilatasi vena. Ada tiga bantal anal utama, terletak di aspek lateral sebelah kanan
dan belakang tepat dari kanal anus, dan sejumlah kecil bantal kecil tergeletak di
antaranya. Bantal anal pasien dengan hemorhhoid menunjukkan perubahan
patologis yang signifikan. Perubahan ini meliputi dilatasi vena abnormal,
trombosis vaskular, proses degeneratif pada serabut kolagen dan jaringan
fibroelastik, distorsi dan ruptur otot subepitel anal. Selain temuan di atas, reaksi
peradangan parah yang melibatkan dinding vaskular dan jaringan ikat sekitarnya
telah ditunjukkan pada spesimen hemorrhoid, dengan ulserasi mukosa, iskemia
dan trombosis. 6
Beberapa enzym atau mediator yang berperan dalam degradasi jaringan
penyokong anus telah ditemukan. Matrix metalloproteinase (MMP) yang
merupakan zinc-dependent proteinase, adalah salah satu enzim yang banyak
ditemukan dan berperan untuk mendegradasi protein seluler seperti elastin,
fibronectin, dan kolagen. MMP-9 ditemukan berperan penting pada hemorrhoids,
dalam proses degradasi serabut elastik. Sebuah penelitian menyatakan bahwa
perubahan tekanan anus saat istirahat pada pasien hemorrhoid lebih tinggi
dibandingkan orang normal. 6

EPIDEMIOLOGI

Di seluruh dunia, prevalensi hemorrhoid simptomatik diperkirakan


mencapai 4,4% pada populasi umum. Di Amerika Serikat, sampai sepertiga dari
10 juta orang dengan wasir mencari perawatan medis. Jumlah hemorrhoidectomi
yang dilakukan di rumah sakit AS menurun. Puncak dari 117 hemorrhoidectomi
per 100.000 orang dicapai pada tahun 1974; tingkat ini menurun menjadi 37
hemorrhoidectomi per 100.000 orang pada tahun 1987. 5
Pasien yang mengalami hemorroid lebih sering berkulit putih, dari status
sosial ekonomi lebih tinggi, dan dari daerah pedesaan. Tidak ada predileksi seks
yang diketahui, meski pria lebih cenderung berobat. Hemorrhoid eksterna terjadi
lebih sering pada orang dewasa muda dan setengah baya dibandingkan orang
dewasa tua. Prevalensi hemorrhoid meningkat seiring bertambahnya usia, dengan
puncak pada orang berusia 45-65 tahun. 5

5
MANIFESTASI KLINIK

Manifestasi umum hemorrhoid interna cukup bervariasi. Gambaran


klinisnya meliputi adanya darah merah terang pada tinja saat buang air besar,
prolaps hemoroid dengan gejala seperti tidak nyaman, gatal, ada penekanan di
rektum, tenesmus, adanya sekret, permasalahan higienitas seperti kotoran yang
masih tersisa pada pakaian, dan nyeri. Hemoroid interna biasanya tidak terlalu
menyebabkan nyeri dibandingkan hemoroid eksterna karena berada di atas linea
dentata dan tidak diinervasi oleh saraf kutaneus yang termasuk saraf pudendal dan
pleksus sakral. Perdarahan pada hemoroid dapat dilihat bila ada kemerahan, erosi,
atau bekuan darah yang menempel di atas hemoroid. 2,4
Dalam praktiknya, sebagian besar pasien tanpa gejala. Pasien diketahui
menderita hemoroid secara kebetulan pada waktu pemeriksaan untuk gangguan
saluran cerna bagian bawah yang lain waktu endoskopi/kolonoskopi. Nyeri yang
hebat jarang sekali ada hubungan dengan hemorrhoid interna dan hanya timbul
pada hemorrhoid eksterna yang mengalami trombosis. Perdarahan umumnya
merupakan tanda utama pada penderita hemorrhoid interna akibat trauma oleh
feses yang keras. Darah yang keluar berwarna merah segar dan tidak tercampur
dengan feses, dapat hanya berupa garis pada anus atau kertas pembersih sampai
pada pendarahan yang terlihat menetes atau mewarnai air toilet menjadi merah.
Pendarahan luas dan intensif di pleksus hemorrhoidalis menyebabkan darah di
anus merupakan darah arteri. Datang pendarahan hemorrhoid yang berulang dapat
berakibat timbulnya anemia berat. 1
Hemorrhoid yang membesar secara perlahan-lahan akhirnya dapat
menonjol keluar menyebabkan prolaps. Pada tahap awal penonjolan ini hanya
terjadi pada saat defekasi dan disusul oleh reduksi sesudah selesai defekasi. Pada
stadium yang lebih lanjut hemorrhoid interna didorong kembali setelah defekasi
masuk kedalam anus. Akhirnya hemorrhoid dapat berlanjut menjadi bentuk yang
mengalami prolaps menetap dan tidak dapat terdorong masuk lagi. Keluarnya
mucus dan terdapatnya feses pada pakaian dalam merupakan ciri hemorrhoid yang
mengalami prolaps menetap. Iritasi kulit perianal dapat menimbulkan rasa gatal

6
yang dikenal sebagai pruritus anus dan ini disebabkan oleh kelembaban yang terus
menerus dan rangsangan mucus. Nyeri hanya timbul apabila terdapat trombosis
yang meluas dengan udem meradang . Apabila hemorrhoid interna membesar,
nyeri bukan merupakan gambaran yang biasa sampai situasi dipersulit oleh
trombosis, infeksi, atau erosi permukaan mukosa yang menutupinya. Hemorrhoid
yang prolaps bias terinfeksi atau mengalami trombosis, membrane mukosa yang
menutupinya dapat berdarah banyak akibat trauma pada defekasi . 1
Hemorrhoid eksterna, karena terletak di bawah kulit, cukup sering terasa
nyeri, terutama jika ada peningkatan mendadak pada massanya. Peristiwa ini
menyebabkan pembengkakan biru yang terasa nyeri pada pinggir anus akibat
trombosis sebuah vena pada pleksus eksterna dan tidak harus berhubungan dengan
pembesaran vena interna. Karena trombus biasanya terletak pada batas otot
sfingter, spasme anus sering terjadi. Hemorrhoid eksterna mengakibatkan spasme
anus dan menimbulkan rasa nyeri. Rasa nyeri yang dirasakan penderita dapat
menghambat keinginan untuk defekasi. Tidak adanya keinginan defekasi,
penderita hemorrhoid dapat terjadi konstipasi. Konstipasi disebabkan karena
frekuensi defekasi kurang dari tiga kali per minggu . 1
Hemoroid interna dibagi menjadi 4 derajat sesuai tingkat keparahan
penyakitnya. Derajat I yaitu pembesaran hemoroid yang tidak prolaps ke luar
kanal anus tanpa melewati linea dentata. Derajat II meliputi pembesaran hemoroid
yang prolaps melewati linea dentata, dapat terlihat dari luar dan dapat masuk
sendiri ke dalam anus secara spontan. Derajat III yaitu pembesaran hemoroid yang
prolaps ke luar dan dapat masuk ke dalam anus dengan bantuan dorongan jari.
Derajat IV yaitu prolaps hemoroid yang sudah permanen. 2

7
Gambar 2. Derajat Hemorrhoid Interna

Gambar 3. Hemorhoid Eksterna

DIAGNOSIS BANDING

Perdarahan rektum yang merupakan manifestasi utama hemorrhoid interna


juga terjadi pada karsinoma kolorektum, penyakit divertikel, polip, kolitis
ulseratif. Prolaps rektum juga harus dibedakan dari prolaps mukosa akibat
hemorrhoid interna. 7

8
Tabel 1. Diagnosis Banding Hemorrhoid 8

DIAGNOSIS HISTORICAL FEATURES PHYSICAL EXAMINATION


Anal cancer Pain around anus; weight loss in Ulcerating lesion of anus
advanced cases
Anal Anal mass without bleeding; Cauliflower-like lesions
condylomata history of anal intercourse
Anal fissure Tearing pain and bleeding with Painful rectal examination
bowel movement with fissure
Colorectal Blood in stool, weight loss, Abdominal mass or tenderness
cancer abdominal pain, change in bowel
habit, family history
Inflammatory Constitutional symptoms, Normal external rectal
bowel disease abdominal pain, diarrhea, family examination; rarely, fistula;
history colitis on anoscopy
Perianal Gradual onset of pain Tender mass covered with skin
abscess as opposed to rectal mucosa
Skin tags No bleeding; history of resolved Tags visualized around anus
covered
hemorrhoids with normal skin, not mucosa

PENEGAKKAN DIAGNOSIS

Hemorrhoid dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan


fisik yang akurat, sedangkan pemeriksaan penunjang dapat membantu untuk
menyingkirkan diagnosis lain sebagai penyebab perdarahan anorectal.
a. Anamnesis
Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang di lakukan terhadap 10
orang (100%) penderita hemoroid yang datang berobat di RSUD Dr Soedarso
Pontianak di poli bedah umum dengan melakukan anamnesa secara umum
berdasarkan keluhan yang di alami pasien di dapatkan hasil sebagai berikut,
penderita rata-rata berusia >40 tahun, berjenis kelamin laki-laki 6 orang
(60%) penderita, 4 orang (40%) penderita berjenis kelamin perempuan,
bekerja sebagai wiraswasta 6 orang (60%) penderita, ibu rumah tangga 4
orang (40%) penderita. 9

9
Semua pasien mengeluh pada saat BAB terkadang disertai keluar darah,
nyeri jika bentuk feces terasa keras, terkadang di perlukan mengejan yang kuat
pada saat buang air besar, merasa ada tonjolan pada bagian anus, pada bagian
anus sering terasa gatal dan kadang mengeluarkan lendir, frekuensi bab dalam
sehari 1-2 kali dan ada yang 3 kali dalam sehari, penderita yang mengatakan
kadang-kadang menahan buang air besar dengan persentase 40%, penderita
yang mengatakan kebiasaan pola makan kadang-kadang mengkonsumsi
makanan siap saji seperti makanan kaleng sebesar 100%, Penderita
mengatakan suka mengkonsumsi makanan yang berminyak dengan presentase
100%. Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang di lakukan oleh peneliti
ditemukan lebih dari satu faktor resiko yang terjadi pada responden terhadapat
masalah kesehatan hemoroid .9
b. Pemeriksaan Fisik
Dokter akan memeriksa anus dan rektum dengan cara rectal toucher untuk
menentukan apakah seseorang memiliki hemorrhoid. Lokasi hemoroid pada
posisi tengkurap umumnya adalah pada jam 12, jam 3, jam 6 dan jam 9.
Permukaannya berwarna sama dengan mukosa sekitarnya, bila bekas berdarah
akan tampak bercak-bercak kemerahan. 1
Pada pemeriksaan rectal toucher, hemorrhoid interna derajat ringan tidak
dapat diraba sebab tekanan vena didalamnya tidak cukup tinggi dan biasanya
tidak nyeri. Pemeriksaan ini diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan
karsinoma rektum. Lipatan kulit luar yang lunak sebagai akibat dari trombosis
hemorrhoid eksterna. Diagnosis hemorrhoid dapat terlihat dari gejala klinis
hemorrhoid, yaitu; darah di anus, prolaps, perasaan tidak nyaman pada anus
(mungkin pruritus anus), pengeluaran lendir, dan terjadi anemia sekunder. 1,7
C. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan tambahan dapat dilakukan untuk mengesampingkan
Penyebab pendarahan lainnya, terutama pada orang umur 40 tahun ke atas: 4
1) Kolonoskopi
Tabung yang fleksibel dan terang disebut colonoscope disisipkan
melalui anus, rektum, dan bagian atas dari usus besar. Kolonoskopi

10
mentransmisikan gambar dari bagian dalam rektum dan keseluruhannya
usus besar.
2) Sigmoidoskopi
Prosedur ini adalah mirip dengan kolonoskopi, namun menggunakan
tabung pendek disebut sigmoidoskop dan mentransmisikan gambar rektum
dan kolon sigmoid, bagian bawah usus besar yang bermuara ke dalam
rektum.
3) Barium enema x ray.
Bahan kontras disebut barium dimasukkan ke dalam usus besar untuk
membuat usus besar lebih terlihat dalam gambar x-ray.

PENATALAKSANAAN

Manajemen pada kasus hemorrhoid dibagi menjadi tiga, yaitu non operatif
(konservatif), minimal invasif, dan operatif (bedah).
a. Non Operatif
Intervensi konservatif yang paling penting adalah merubah gaya hidup
dalam perbaikan pola makan dan minum, serta pola defekasi. Diet asupan serat
harian menjadi > 25 g / hari dengan atau tanpa suplemen serat dan minum 30-
40 ml/kgBB/hari Dengan memenuhi kebutuhan serat dan cairan yang cukup
dapat meminimalkan waktu saat buang air besar sehingga tujuannya adalah
mencegah sembelit. Secara keseluruhan, suplementasi serat bisa menurunkan
tingkat keparahan gejala sekitar 50% pada pasien dengan hemorrhoid.
Perbaikan pola defekasi dapat dilakukan dengan berubah ke jongkok pada saat
defekasi. Penanganan lain seperti melakukan warm sitz baths dengan
merendam area rektal pada air hangat selama 10-15 menit 2-3 kali sehari. 2,10
Selain modifikasi gaya hidup, diberikan terapi farmakologi untuk
mengurangi gejala hemorrhoid. Obat golongan flavonoid oral memiliki efek
venotonik ini dapat meningatkan tonus vaskular, mengurangi kapasitas vena,
menurunkan permeabilitas kapiler, dan memperbaiki drainase limfatik, serta
memiliki efek antiinflamasi. Micronized purified flavonoid fraction (MPFF),

11
terdiri dari 90% diosmin dan 10% hesperidin, merupakan flavonoid yang
banyak digunakan dalam terapi klinis. Mikronisasi dari obat ini tidak hanya
memperbaiki kelarutan dan penyerapan, tapi juga memperpendek onset kerja
obat. Sebuah meta-analisis baru-baru ini tentang flavonoid untuk pengobatan
hemorrhoid, menyatakan flavonoid dapat menurunkan risiko perdarahan
sebesar 67%, nyeri sebesar 65%, gatal sebesar 35%, dan juga mengurangi
tingkat kekambuhan sebesar 47%. 6
Pengobatan topikal hemorrhoid tersedia dalam bentuk supositoria untuk
hemorrhoid interna dan cream / ointment untuk hemorrhoid eksterna. Obat
topikal ini mengandung berbagai bahan seperti anestesi lokal, kortikosteroid,
antibiotik, dan obat anti-inflamasi. 10
b. Invasif minimal
Penanganan dibawah ini dapat dilakukan bila manajemen konservatif
2,6,10
mengalami kegagalan:
a) Skleroterapi yaitu penyuntikan cairan kimia menyebabkan luka jaringan
hemoroid. Skleroterapi dengan suntikan aethoxysclerol 0,5 – 1 ml dan
didapatkan pengecilan hemoroid minggu ke 4 – 5 setelah 3 – 5 kali
prosedur. Tindakan ini direkomendasikan untuk hemorhoid derajat I dan II.
b) Rubber band ligation merupakan prosedur dengan menempatkan karet
pengikat di sekitar jaringan hemoroid interna sehingga mengurangi aliran
darah ke jaringan tersebut menyebabkan hemoroid nekrosis, degenerasi, dan
ablasi.
c) Laser, inframerah, atau koagulasi bipolar menggunakan laser atau sinar
inframerah atau panas untuk menghancurkan hemoroid interna.
d) Cryotherapy, tujuannya adalah melakukan ablasi jaringan hemorrhoid
interna dengan melakukan pembekuan jaringan yang akan menyebabkan
destruksi jaringan. Tindakan ini menggunakan cryprobe yang berisi nitrous
oxide pada temperature −60° sampai −80°C atau liquid nitrogen pada
−196°C.

12
c. Operatif
Tindakan pembedahan dilakukan untuk hemorrhoid derajat ΙΙΙ-ΙV yang
simtomatik atau hemorrrhoid yang resisten terhadap prosedur nonoperative.
Hal ini diperlukan sebanyak 5-10% pasien.
1. Open Milligan-Morgan Hemorrhoidectomy
Prosedur Milligan-Morgan adalah yang teknik yang paling sering
digunakan dan dianggap sebagai “gold standar” untuk manajemen bedah.
Indikasinya adalah ketika hemorrhoid tidak merespon terapi konservatif,
hemorrhoid yang prolaps, terjadi strangulasi atau keadaan patologis lainnya
seperti ulserasi, fisura, fistula, atau berkaitan dengan hemorrhoid eksterna.10
Komplikasi hemorrhoidektomi adalah nyeri post operatif dan waktu
pemulihan yang lama (4 minggu). Selain itu, dapat terjadi retensi urin,
perdarahan dan infeksi dalam jangka pendek.Sedangkan dalam jangka
panjang dapat mengakibatkan stenosis ani, inkontinensia alvi, dan fisura
anus. 10

Gambar 4. Teknik Open Milligan-Morgan


Hemorrhoidectomy

2. Closed Ferguson Hemorrhoidectomy


Teknik ini berbeda dengan hemorrhoidektomi Milligan-Morgan
(MMH) karena yang terutama adalah menjahit luka. MMH mungkin secara

13
keseluruhan lebih baik daripada Ferguson hemorrhoidectomy (FH) terkait
dengan tingkat komplikasi. 10

Gambar 5. Teknik Closed Ferguson Hemorrhoidectomy

3. Circular Stapled Hemorrhoidopexy


Operasi ini adalah teknik yang baru diperkenalkan untuk hemorrhoid
dan juga dikenal sebagai “Procedure for prolapse and hemorrhoids (PPH)’
atau stapled anopexy/mucosectomy/prolapsectomy. Operasi Ini
menggunakan perangkat stapel circular untuk menghilangkan mukosa dan
submukosa secara melingkar sekitar 2-3 cm diatas garis dentate, dan
menghubungkan bagian ujung proksimal dan distal sehingga mengganggu
aliran darah ke sisa jaringan hemorrhoid. 10

Gambar 6. Teknik Circular Stapled Hemorrhoidopexy

14
4. Doppler-guided Hemorrhoidal Artery Ligation
Teknik ini bisa dilakukan dengan sedasi dan / atau anestesi lokal.
Operasi menggunakan proctoscope dengan transduser Doppler yang
terintegrasi dalam probe sehingga dapat mengidentifikasil posisi dan
kedalaman cabang arteri hemorrhoid superior yang kemudian diligasi
secara selektif 2-3 cm di atas garis dentate. Pengurangan gejala yang
dikeluhkan pasien dalam waktu 6-8 minggu. 6,10

Gambar 7. Teknik Doppler-guided Hemorrhoidal


Artery Ligation

PROGNOSIS
Sebagian besar hemorrhoid sembuh secara spontan atau dengan terapi
medis konservatif saja. Namun, komplikasi bisa meliputi trombosis, infeksi
sekunder, ulserasi, abses, dan inkontinensia. Tingkat kekambuhan dengan teknik
non operatif adalah 10-50% selama periode 5 tahun, sedangkan pada operasi
hemoroidektomi kurang dari 5%. 5
Mengenai komplikasi dari pembedahan meliputi stenosis, perdarahan,
infeksi, kekambuhan, luka tidak sembuh, dan pembentukan fistula. Retensi urin
berhubungan langsung dengan teknik anestesi yang digunakan dan cairan
perioperatif yang diberikan. Membatasi cairan dan penggunaan rutin anestesi
lokal dapat mengurangi retensi urin kurang dari 5%. 5

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Agus, Suprijono. Hemorrhoid. Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran


Universitas Islam Sultan Agung. SULTAN AGUNG . JUNI – AGUSTUS 2009
Vol XLIV No. 24 118 . Pp 23-28
2. Winangun, M., Adiputra,P., Maliawan, S., Kawiyana. Penatalaksanaan
Hemoroid Interna Menggunakan Teknik Rubber Band Ligation. Bagian Smf
Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/ Rumah Sakit Umum
Pusat Sanglah Denpasar. 2012. Pp 1-4.
3. Snell, Richard. Anatomi Klinik Edisi 6. Penerbit Buku Kedokteran EGC :
Jakarta. 2006. Pp 405-7.
4. Baker., Chong, B. Hemorrhoids. National Digestive Diseases Information
Clearinghouse. November 2010. NIH Publication No. 11–3021, Pp 1-3.
5. Scott C Thornton., John Geibel. Emergency Medicine : Hemorroids.
Medscape. Januari 2017. Pp 1-3
6. Varut Lohsiriwat. Hemorrhoids: From basic pathophysiology to clinical
management. World Journal Gastroenterology. May 2012. Vol 18 Issue 17
doi:10.3748/wjg.v18.i17.2009. Pp 1-6
7. Sjamsuhidajat, R., Prasetyono, T., Rudiman. Buku Ajar Ilmu Bedah.
Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta. 2010. Pp 788-9.
8. Mounsey, Anne., Halladay, J. Hemorrhoids. University of North Carolina
School of Medicine, Chapel Hill, North Carolina. American Family
Phsycian. 2011. Vol 84, No. 2, Pp 205.
9. Windu,F., Ismael,S., Andri,D. Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Hemoroid Pada Pasien Di Rsud Dr Soedarso Pontianak. 2015. Pp 2-
4
10. Anmol Chugh., Rajdeep Singh., Management Of Hemorrhoids. Indian
Journal Of Clinical Practice. November 2014. Vol. 25, No. 6, Pp 577-9

16

Vous aimerez peut-être aussi