Vous êtes sur la page 1sur 10

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS PELAYANAN TERHADAP

LOYALITAS PASIEN DI UNIT RAWAT INAP RUMAH SAKIT ISLAM


JAKARTA CEMPAKA PUTIH

Didi Indra Saputra, Intan Silviana Mustikawati


Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan, Universitas Esa Unggul
didiindra45@gmail.com, intansilviana@esaunggul.ac.id

ABSTRAK

Loyalitas merupakan kesediaan pelanggan untuk senantiasa menggunakan produk perusahaan dalam jangka
panjang, apalagi jika menggunakannya secara eksklusif, dan merekomendasikan produk-produk perusahaan
kepada rekannya. Masalah utama sebagai sebuah lembaga jasa pelayanan yang banyak pesaingnya
mengharuskan rumah sakit dituntut untuk selalu meningkatkan kualitas pelayanannya. Pihak rumah sakit juga
perlu secara cermat menentukan kebutuhan pasien sebagai upaya untuk memenuhi keinginan dan
meningkatkan loyalitas atas pelayanan yang diberikan. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis hubungan
antara kualitas pelayanan terhadap loyalitas pasien di unit rawat inap RS Islam Jakarta Cempaka Putih. Jenis
penelitan ini bersifat deskriptif analitik, dengan pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah
103 pasien di ruang rawat inap RS Islam Jakarta Cempaka Putih. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik
Stratified Random Sampling. Analisis data menggunakan analisis univariat dan analisis bivariat Spearman
Rank. Responden penelitian didominasi oleh pasien wanita sebesar 59,2%, kelompok umur dewasa awal
(35,9%), berpendidikan terakhir SMA/sederajat (57,3%), dan pekerjaan sebagai karyawan swasta (35,9%).
Hasil penelitian ini menujukkan nilai p sebesar 0,000 lebih kecil dari alpha (p-value<0,05), nilai korelasi
sebesar 0,497 yang berarti keeratan hubungannya adalah sedang. Kemudian berdasarkan hasil uji koefisien
determinasi diketahui bahwa kualitas pelayanan memiliki kontribusi sebesar 24,7% terhadap tingkat loyalitas
pasien di unit rawat inap RS islam Jakarta Cempaka Putih. Kesimpulan yang dapat diambil adalah terdapat
hubungan antara kualitas pelayanan dengan loyalitas pasien di unit rawat inap Rumah Sakit Islam Jakarta
Cempaka Putih. Diharapkan pihak Rumah Sakit Islam terutama unit rawat inap untuk terus meningkatkan
kualitas pelayanan yang diberikan, agar loyalitas pasien dapat terus meningkat.

Kata Kunci: kualitas pelayanan, loyalitas pasien.

Pendahuluan
terjadi pada lingkungan kesehatan eksternalnya
Rumah sakit merupakan bagian yang amat ketika menyusun strateginya, karena
penting dari suatu sistem kesehatan. Dalam sebelumnya mereka masih merasa bahwa
jejaring kerja pelayanan kesehatan, rumah sakit pasienlah yang membutuhkan rumah sakit.
menjadi simpul utama yang berfungsi sebagai (Kasmir; 2005).
pusat rujukan. Kedudukan rumah sakit dalam Keadaan sekarang sudah berubah karena
sistem kesehatan sangat strategis, bergantung jumlah rumah sakit pesaing lebih banyak.
pada sistem ekonomi serta kemauan politik Penelitian pasar penting artinya bagi rumah
pemerintahan suatu negara. Suatu rumah sakit sakit sebagai sarana mendapatkan informasi
yang berlaku sebagai sistem akan sangat tentang hal-hal yang sebenarnya dicari pasien
dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan, ketika mereka membutuhkan layanan rumah
baik hukum dan perundangan, politik, sakit, dan apa yang membuat mereka puas atau
ekonomi, maupun sosial budaya. Dengan tidak puas terhadap jasa rumah sakit yang
demikian rumah sakit dapat menjadi unit diterima. Atas dasar hasil penelitian pasar,
pelaksana pemerintah dalam memberikan rumah sakit membenahi dan menyusun strategi
pelayanan publik ataupun sebagai institusi yang tepat bagi pasarnya. (Kasmir; 2005).
pelayanan swasta. (Latifah; 2011) Kualitas pelayanan kesehatan rumah sakit
Pada awalnya rumah sakit tidak dicerminkan sebagai pelayanan jasa kesehatan
memperhatikan perubahan lingkungan. dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan
Kemudian rumah sakit mulai memperhatikan konsumen sebagai pemakai jasa pelayanan
pasar dan memperhitungkan perubahan yang rumah sakit. Sedangkan loyalitas merupakan

1
satu kata lama yang biasanya digunakan untuk pasien. Penelitian lain yang dilakukan oleh
menggambarkan kesetiaan dan kepatuhan Latifah (2011) dalam hasil penelitiannya juga
terhadap nagara, gerakan, atau individu. menunjukan bahwa kualitas pelayanan
Belakangan ini, loyalitas digunakan dalam mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
konteks bisnis, untuk menggambarkan kese- loyalitas pasien.
diaan pelanggan agar senantiasa menggunakan Jadi tingkat loyalitas pasien merupakan
produk perusahaan dalam jangka panjang, fungsi dari perbedaan antara kinerja yang di
apalagi jika menggunakannya secara eksklusif, rasakan oleh harapan, jika kinerja yang di
dan merekomendasikan produk-produk rasakan dibawah harapan maka pasien atau
perusahaan kepada teman dan rekannya. pelanggan akan merasakan ketidakpuasan,
Loyalitas pelanggan melampaui perilaku dan sedangkan jika kinerja yang dirasakan sesuai
mencakup preferensi, kesukaan, dan itikad dengan harapan maka mereka akan merasakan
dimasa mendatang. (lovelock; 2010) kepuasan yang mengakibatkan loyalitas.
Pasien akan merasa terpuaskan bila (Latifah; 2011)
harapan akan pelayanan kesehatan yang Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka
diterimanya memenuhi standar kualitas yang Putih merupakan sebuah lembaga yang
diinginkan, karena dengan terpuaskannya bergerak di bidang jasa pelayanan kesehatan.
pasien dan konsumen rumah sakit Fasilitas pelayanan yang disediakan meliputi
meningkatkan brand loyality yang semakin Unit gawat Darurat atau UGD 24 jam,
kuat. Pelayanan rumah sakit meliputi fasilitas laboratorium, radiologi, farmasi, unit layanan
fisik, fasilitas perawatan, dan berbagai fasilitas jenazah, rawat inap, rawat jalan, serta praktek
pendukung yang tersedia di rumah sakit dokter spesialis dan sub spesialis.
tersebut. (Latifah; 2011) Masalah utama sebagai sebuah lembaga
Loyalitas tidaklah sekedar membeli jasa pelayanan yang banyak pesaingnya
produk secara berulang-ulang secara continue, mengharuskan Rumah Sakit Islam Jakarta
namun ditunjukan pula dengan suatu komitmen Cempaka Putih dituntut untuk selalu
dan sikap positif terhadap merek atau meningkatkan kualitas pelayanannya. Pihak
perusahaan tersebut. Penelitian yang dilakukan rumah sakit juga perlu secara cermat
oleh Zeithaml (1996) menyatakan bahwa menentukan kebutuhan pasien sebagai upaya
alasan mengapa pelanggan berpindah ke merek untuk memenuhi keinginan dan meningkatkan
lain disebabkan karena pelayanan yang buruk loyalitas atas pelayanan yang diberikan.
sebanyak 40%, ketidaktahuan sebanyak 21%, Berdasarkan hasil observasi yang peneliti
harga terlalu mahal sebanyak 8% dan lakukan, terdapat beberapa keluhan yang
produknya inferior sebesar 8%. dirasakan oleh pasien yang menyangkut
Kemudian menurut cheng et al. (2008) kualitas pelayanan, diantaranya ruang
loyalitas pelanggan dapat dipengaruhi oleh perawatan yang ditempati pasien kurang begitu
beberapa faktor, yaitu kualitas pelayanan, bersih, kemudian pemeriksaan yang dilakukan
kepuasan pelanggan, citra perusahaan, biaya oleh dokter tidak tepat waktu, proses
perpindahan, dan persepsi harga. administrasi yang terkadang berbelit-belit,
Kenyataan pelayanan yang baik pada serta menurut beberapa pasien harga yang
akhirnya akan mampu memberikan kepuasan dibayarkan tidak sesuai dengan fasilitas yang
kepada pelanggan, yang mengakibatkan pasien didapatkan.
loyal pada jasa yang diberi serta akan mampu Sementara itu, berdasarkan data kunjung-
pula untuk menarik pelanggan baru untuk an lima tahun terakhir yaitu tahun 2011 hingga
mencobanya. Pelayanan yang optimal pula tahun 2015 di rawat inap RSIJ yang peneliti
pada akhirnya akan mampu meningkatkan dapatkan, mulai tahun 2011 RSIJ menerima
image perusahaan sehingga citra perusahaan di sebanyak 19.423 pasien dirawat, tahun 2012
mata pelanggannya atau pasien terus sebanyak 20.699 pasien, tahun 2013 sebanyak
meningkat pula. (Kasmir; 2005). 20.764 pasien, tahun 2014 sebanyak 24.261
Gunawan (2011) dalam hasil pene- pasien, dan tahun 2015 sebanyak 18.803
litiannya menunjukan bahwa secara simultan pasien. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa
terdapat pengaruh positif dan signifikan antara mulai tahun 2011 hingga tahun 2014, pasien
dimensi kualitas layanan terhadap loyalitas yang dirawat mengalami kenaikan. Kenaikan

2
pada tahun 2011 ke tahun 2012 hingga 6,57%, kom-petensi (competence), kesopanan (cour-
tahun 2012 ke tahun 2013 kenaikannya tidak tesy), keluwesan (flexibility), keramahan
terlalu besar yaitu hanya sebesar 0,31%. (friendliness), fungsionalitas (functionality),
Kemudian tahun 2013 ke tahun 2014 integritas (integrity), keandalan (reliability),
kenaikan jumlah pasien dirawat kembali cukup ketanggapan (responsiveness), dan ke-amanan
banyak yaitu sebesar 6,84%. Namun pada (security).
tahun 2015 terjadi penurunan yang signifikan Teori kedua yang mendukung penelitian
jumlah pasien dirawat dari tahun sebelumnya ini adalah teori loyalitas pelanggan oleh Fandy
yaitu sebesar 29,02%. Dari data tersebut Tjiptono dalam Supriyatmini (2005) yang
terlihat bahwa pada tahun 2015 tidak terjadi menyatakan bahwa loyalitas pelanggan
kenaikan jumlah pasien dirawat, bahkan yang (pasien) dapat diukur melalui tiga indikator,
terjadi adalah penurunan yang signifikan yaitu: repeat atau melakukan pembelian secara
jumlah pasien dirawat dari tahun-tahun berulang, retention atau kebal terhadap
sebelumnya. Bila dilihat dari penurunan jumlah pesaing, dan refferal atau merekomendasikan
pasien yang dirawat, berdasarkan pengertian kepada kerabat atau orang lain.
loyalitas yang dibahas sebelumnya, hal ini Berdasarkan kajian konseptual sebelum-
sangat berlainan dengan keadaan loyalitas, nya, kerangka berpikir dapat dilihat pada
yaitu dimana kesediaan pelanggan agar gambar 1.
senantiasa menggunakan produk perusahaan
dalam jangka panjang, apalagi jika
menggunakannya secara eksklusif.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh Zeithaml (1996) yang telah dibahas
sebelumnya, hal tersebut dapat dikarenakan
oleh beberapa faktor, salah satunya adalah
kualitas pelayanan. Oleh sebab itu, peneliti
tertarik untuk mengukur seberapa besar tingkat
kualitas pelayanan yang diberikan oleh RSIJ
dan bagaimanakah tingkat loyalitas pasien di
rawat inap Rumah Sakit Islam Jakarta
Cempaka Putih Serta apakah ada kaitannya
antara kualitas pelayanan dengan loyalitas
pasien. Gambar 1. Kerangka Berpikir
Berdasarkan latar belakang diatas, maka
penulis tertarik untuk melakukan penelitian
yang berjudul “hubungan antara kualitas Hipotesis Penelitian
pelayanan terhadap loyalitas pasien di Unit
Rawat Inap Rumah Sakit Islam Jakarta Ho : Tidak ada hubungan antara kualitas
Cempaka Putih” pelayanan terhadap loyalitas pasien di unit
Rawat Inap Rumah Sakit Islam Jakarta
Deskripsi Teoritis Cempaka Putih.
Ha : Ada hubungan antara kualitas
Teori pertama yang mendukung penelitian pelayanan terhadap loyalitas pasien di unit
ini adalah teori kualitas pelayanan oleh Rawat Inap Rumah Sakit Islam Jakarta
Johnston et al., dalam Jasfar (2005) yang Cempaka Putih.
menyatakan bahwa kualitas pelayanan
memiliki delapan belas dimensi yaitu: akses
(access), estetika (aestethic), perhatian atau
pertolongan (attentiveness or helpfulness),
ketersediaan (availability), kepedulian (care), Gambar 2. Kerangka Konsep
kebersihan atau kerapihan (cleanliness or
tidiness), kenyamanan (comfort), komitmen
(commitment), komunikasi (communication),

3
Metode Penelitian merupakan derajat kemaknaan 𝛼 pada uji 2
sisi (𝛼=5%, maka nilainya adalah 1,96).
Penelitian ini dilakukan di Instalasi Rawat Kemudian Z1- 𝛽 merupakan nilai z pada
Inap Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka kekuatan uji (𝛽 =80%, maka nilainya adalah
Putih, di jalan Cempaka Putih Tengah I/1, 0,84),
Jakarta Pusat, 10510. Kemudian waktu 𝜎2 merupakan standar deviasi dari beda
pelaksanakan penelitian ini pada bulan April rata-rata (umumnya nilai 𝜎2 tidak diketahui,
tahun 2016. sehingga 𝜎2 diperkirakan dari varians
Penelitian ini merupakan penelitian gabungan. Untuk mencari 𝜎 2 diperkirakan
analitik dimana peneliti bertujuan untuk dari varians gabungan :
menguji hipotesis dan menjelaskan suatu
keadaan atau suatu situasi mengenai hubungan [(𝑛1 − 1)𝑠1 2 + (𝑛2 − 1)𝑠2 2 ]
tanpa melakukan intervensi terhadap variabel 𝑆𝑝 2 =
(𝑛1 − 1) + (𝑛2 − 1)
(Nazir, 2005). Desain penelitian ini
menggunakan desain penelitian kuantitatif, Dimana si2 merupakan standar deviasi
maka penelitian menggunakan pendekatan
cross sectional, yaitu suatu penelitian untuk Berdasarkan penelitian yang telah
mempelajari dinamika korelasi antara variabel dilakukan sebelumnya oleh Godal Fridus tahun
bebas dengan variabel terikat dengan cara 2014 didapatkan jumlah sampel sebanyak 140,
pendekatan observasi atau pengumpulan data dengan mean sebesar 22,69 dan standar
sekaligus pada suatu saat atau point time deviasi sebesar 2,215. Dan penelitian yang
approach. dilakukan oleh Maylina dewi sinaga tahun
2013 didapatkan jumlah sampel sebanyak 42,
Populasi Dan Sampel dengan mean sebesar 24,31 dan standar deviasi
sebesar 2,17.
Populasi dalam penelitian ini adalah Kemudian berdasarkan perhitungan, di-
pasien rawat inap di Rumah Sakit Islam Jakarta dapatkan jumlah sampel minimal sebanyak 32
Cempaka Putih, yang diukur berdasarkan orang. Dalam penelitian ini, metode yang
jumlah tempat tidur yang berjumlah 401 tt. peneliti gunakan untuk mengambil sampel
Namun saat melakukan penelitian, terdapat dua yaitu dengan menggunakan metode probability
paviliun yang sedang di perbaiki sehingga sampling, dengan teknik stratified random
tidak dapat menerima pasien, dan juga peneliti sampling, yaitu cara mengambil sampel
tidak melakukan penelitian di paviliun khusus, dengan memperhatikan strata atau tingkatan
sehingga jumlah keseluruhan yang menjadi didalam populasi.
populasi penelitian sebesar 293 terhitung dari Sehingga dengan pembulatan keatas, total
jumlah tempat tidur. sampel yang peneliti ambil berjumlah 103
Dengan adanya keterbatasan dari peneliti, responden yang terbagi dari VVIP sebesar 4
maka perlu dilakukan pengambilan sampel. responden, VIP sebesar 12 responden, Utama
Penghitungan jumlah sampel, menggunakan sebesar 42 responden, kelas I sebesar 10
rumus uji hipotesis beda rata-rata pada 2 responden, Kelas II sebesar 14 responden, dan
kelompok independen, dengan alasan kelas III sebesar 21 responden.
penelitian dilakukan untuk menguji hipotesis,
kemudian data yang didapatkan berdasarkan Instrumen Penelitian
kuesioner berbentuk data numerik, dan
variabel yang akan diteliti merupakan dua Penelitian ini terdiri dari variabel bebas
variabel independen, maka rumusnya adalah: (independent variable) dan variabel terikat
(dependent variable). Variabel bebas dalam
2 penelitian ini adalah kualitas pelayanan yang
2𝜎 2 [𝑧1−𝛼/2 + 𝑧1−𝛽 ]
𝑛= diukur melalui delapan belas dimensi menurut
(𝜇1 − 𝜇2 )2 Johnston, yaitu: akses, estetika, perhatian atau
pertolongan, ketersediaan, kepedulian,
Dimana n merupakan jumlah sampel, 𝜇 kebersihan atau kerapihan, kenyamanan,
merupakan nilai rata-rata, Z1- 𝛼 /2

4
komitmen, komunikasi, kompetensi, ke- Proporsi tertinggi berdasarkan umur
sopanan, keluwesan, keramahan, fungsio- responden di unit rawat inap Rumah Sakit
nalitas, integritas, keandalan, ketang-gapan, Islam Jakarta Cempaka Putih terdapat pada
dan keamanan. kelompok umur 26-35 tahun atau masa dewasa
Sedangkan variabel terikat dalam awal dengan frekuensi sebanyak 37 orang
penelitian ini adalah loyalitas pasien yang (35,9%)
diukur melalui tiga indikator, yaitu: repeat atau Hal tersebut dimungkinkan karena res-
melakukan pembelian secara berulang, ponden pada kelompok umur tersebut memiliki
retention atau kebal terhadap pesaing, dan aktivitas relatif tinggi dan masih dalam
refferal atau merekomendasikan kepada kelompok umur produktif sehingga memer-
kerabat atau orang lain. lukan penanganan khusus guna memulihkan
kesehatannya (Ridwan, 2003). Kemudian
Analisis Data menurut Depkes (2009) kelompok usia
produktif, dalam hal ini termasuk dewasa awal,
Analisa dilakukan dengan dua tahap, yaitu telah menyadari akan pentingnya pemeriksaan
analisa univariat dan analisa bivariat. Untuk dan pengobatan terhadap diri sendiri maupun
menganalisis hubungan antara kualitas keluarga. Sehingga responden dengan
pelayanan terhadap loyalitas pasien di unit kelompok umur ini lebih banyak dibandingkan
rawat inap RS Islam Jakarta digunakan uji dengan responden dengan kelompok umur
korelasi Spearman Rank, yang dimodelkan yang lainnya.
sebagai berikut.
6 ∑ 𝑑2 Tabel 2. Distribusi Jenis Kelamin Responden
𝑟𝑠 = 1 − Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
𝑛(𝑛2 − 1)
(f) (%)
Dimana rs merupakan koefisien korelasi Laki-laki 42 40,8
spearman, ∑ 𝑑2 merupakan total kuadrat Perempuan 61 59,2
selisih antar ranking, n merupakan jumlah
sampel. Kemudian analisa data menggunakan Proporsi tertinggi berdasarkan jenis
bantuan bantuan komputer dengan program kelamin responden Rumah Sakit Islam Jakarta
SPSS. Cempaka Putih terdapat pada responden
wanita dengan persentase sebesar 59,2%,
Hasil Penelitian Dan Pembahasan sedangkan responden laki-laki sebesar 40,8%.
Hal tersebut dimungkinkan karena wanita
Karakteristik Responden lebih rentan untuk terkena penyakit serta
wanita juga cenderung lebih aktif mencari
Tabel 1. Distribusi Umur Responden pengobatan di pelayanan kesehatan dibanding-
Umur Frekuensi Persentase kan dengan laki-laki. Sehingga persentase
(f) (%) responden dengan jenis kelamin wanita lebih
12-16 besar.
4 3,9
(remaja awal)
17-25 Tabel 3. Distribusi Pendidikan Terakhir
26 25,2
(remaja akhir) Responden
26-35 Pendidikan Frekuensi Persentase
37 35,9
(dewasa awal) Terakhir (f) (%)
36-45 SD 2 1,9
18 17,5
(dewasa akhir) SMP 14 13,6
46-55
13 12,6 SMA/SMK 59 57,3
(lansia awal)
56-65 D3 11 10,7
5 4,9
(lansia akhir) S-1 16 15,5
S-2 1 1,0

5
Proporsi tertinggi terdapat pada pen- berikan, sehingga tercipta komunikasi dua
didikan SMA/sederajat dengan persentase arah.
sebesar 57,3%. Menurut Lumenta (1989) Hal tersebut dapat terjadi, dikarenakan RS
reaksi terhadap keadaan sakit tergantung pada Islam memiliki standar kerja yang meng-
berbagai faktor seperti pendidikan, ekonomi, haruskan petugas medisnya untuk berkomu-
sosial, dan budaya. Kelompok masyarakat nikasi dengan baik pada pasien, baik dalam
yang ber-pendidikan, lebih cepat menerima menyapa pasien dan menjawab pertanyaan
dirinya sebagai orang sakit bila ia mengalami yang diberikan oleh pasien. Kemudian Rumah
suatu gejala tertentu. Mereka lebih cepat Sakit Islam Jakarta juga menggunakan teknik
mencari pertolongan ke dokter dibanding SBAR (Situation, Background, Assestment,
dengan kelompok masyarakat yang berpen- dan Recommendation) dalam melaporkan
didikan rendah. Hal ini dapat menjelaskan kondisi pasien untuk meningkatkan efektivitas
mengapa mayoritas responden yang dirawat di komunikasi antar pemberi layanan. Ditambah
RS Islam Jakarta mayoritas berpendidikan Rumah Sakit Islam juga menerapkan teknik
tinggi. CABAK (Catat, Baca kembali, dan Konfirmasi
ulang) dalam melakukan verifikasi terhadap
Tabel 4. Distribusi Pekerjaan Responden akurasi komunikasi lisan.
Pekerjaan Frekuensi Persentase Kemudian menurut Lloyd dan Bor (1996)
(f) (%) komunikasi antara dokter dan pasien yang
Karyawan berlangsung positif memberikan dampak
37 35,9 penting bagi pasien, dokter, dan orang lain.
Swasta
PNS 9 8,7 Seorang dokter lebih cenderung untuk
Wiraswasta membuat diagnosis yang lebih akurat dan
14 13,6
komprehensif guna mendeteksi tekanan
Ibu Rumah emosional pada pasien, pasien memiliki rasa
22 21,4
Tangga puas dengan perawatan dan kurang cemas, dan
Lain-lain 21 20,4 setuju dengan mengikuti saran yang diberikan.
Sehingga komunikasi memiliki pengaruh yang
Proporsi tertinggi terdapat pada res- tidak kalah penting untuk menciptakan suatu
ponden yang bekerja sebagai karyawan swasta kualitas pelayanan yang baik.
dengan persentase sebesar 35,9%. Hal tersebut Sementara itu, untuk dimensi dengan
dimungkinkan karena responden yang bekerja proporsi terendah terdapat pada dimensi
memiliki risiko yang lebih besar untuk terkena functionality pada item pernyataan “harga
penyakit. Kemudian Normasari (2013) yang saya bayarkan sesuai dengan fasilitas
mengatakan sebagian besar karyawan swasta yang saya dapatkan” dengan jawaban tidak
biaya kesehatannya dibiayai oleh perusahaan. setuju sebanyak 13 responden (12,6%), setuju
Sehingga dengan adanya aktivitas yang padat sebanyak 74 responden (71,8%), dan jawaban
mengharuskan mereka untuk segera datang ke sangat setuju sebanyak 16 responden (15,5%).
tempat pemberi layanan kesehatan saat Kotler (1997) mendefinisikan harga
mengalami masalah kesehatan. sebagai sejumlah uang yang dibebankan untuk
sebuah produk atau jasa. Kemudian Lupiyoadi
Kualitas Pelayanan (2006) menambahkan, apabila suatu produk
mengharuskan konsumen mengeluarkan biaya
Proporsi tertinggi dalam pengukuran yang lebih besar dibanding manfaat yang
kualitas pelayanan di unit rawat inap RS Islam diterima, maka yang terjadi adalah produk
Jakarta Cempaka Putih terdapat pada dimensi tersebut memiliki nilai yang negatif. Kon-
communication, yaitu dengan jawaban setuju sumen mungkin akan menganggap sebagai
dan sangat setuju mencapai 100% (setuju nilai yang buruk kemudian akan mengurangi
sebesar 75,7% dan sangat setuju sebesar konsumsi terhadap produk tersebut. Sedangkan
24,3%). Dengan kata lain, seluruh responden apabila manfaat yang diterima lebih besar,
setuju dengan pernyataan bahwa petugas medis maka yang akan terjadi adalah produk tersebut
bersedia menjawab pertanyaan yang responden memiliki nilai positif.

6
Sehingga dari teori di atas dapat pelayanan kesehatan walaupun kerabat/teman
disimpulkan bahwa, apabila harga yang merekomendasikan RS lain.
dibayarkan lebih besar dibandingkan dengan Dari penjelasan diatas, bila dilihat dari
fasilitas maupun jasa yang diterima, maka kesediaan pasien untuk tetap memilih RS Islam
pasien akan menganggap jasa tersebut dan mengesampingkan RS lain, beberapa
mempunyai nilai yang negatif, sehingga responden merasa kurang setuju dengan
pemakaian dari jasa di RS Islam akan ber- pernyataan tersebut. Alasan pada pernyataan
kurang. Oleh sebab itu, harga juga mempunyai pertama adalah jarak antara tempat tinggal
peranan dalam mewujudkan kualitas responden dengan Rumah Sakit Islam, apabila
pelayanan yang baik. ada rumah sakit baru yang jaraknya lebih dekat
dengan tempat tinggal responden, mereka lebih
Loyalitas Pasien memilih rumah sakit tersebut. Sedangkan pada
pernyataan kedua, apabila rumah sakit yang
Proporsi tertinggi terdapat pada dimensi kerabat atau teman responden rekomendasikan
refferal, dengan total jawaban setuju dan memiliki pelayanan dan fasilitas yang lebih
sangat setuju sebanyak 98 responden (95,1%). baik dibandingkan dengan Rumah Sakit Islam,
Hal ini sejalan dengan pendapat yang mereka juga akan memilih rumah sakit lain
dikemukakan oleh Bothe yang dikutip dari tersebut.
Gaffar (2007) bahwa loyalitas pelanggan Menurut Griffin (2005), responden
sebagai pelanggan yang merasa puas terhadap tersebut termasuk kedalam jenis loyalitas yang
produk atau jasa perusahaan dan mereka rendah atau inertia loyalty, yaitu konsumen
menjadi word of mouth advertiser yang yang tingkat pengulangan pembeliannya
antusias. tinggi, namun sebenarnya tingkat ketertarikan
Kotler (2009) menambahkan, terdapat terhadap produk rendah. Sehingga dengan
dua manfaat yang diperoleh dari word of mouth adanya produk atau jasa pelayanan pengganti
advertiser atau promosi dari mulut ke mulut, yang menurut mereka lebih mudah diakses dan
yaitu komunikasi dari mulut ke mulut lebih lebih baik segi pelayanannya, mereka lebih
meyakinkan, dimana kata-kata yang keluar dari memilih produk atau jasa pelayanan pengganti
mulut merupakan satu-satunya promosi yang tersebut.
berasal dari konsumen oleh konsumen dan Dari pembahasan di atas, dapat disim-
untuk konsumen, dan komunikasi dari mulut pulkan bahwa pasien disebut loyal apabila
kemulut tidak memerlukan biaya mahal. tidak hanya memanfaatkan pelayanan di unit
Dengan demikian dapat disimpulkan rawat inap RS Islam Jakarta saja, tetapi juga
bahwa pasien yang loyal terhadap pelayanan merekomendasikan atau terlibat menjadi
yang diberikan oleh RS Islam, maka mereka pemasar di unit rawat inap RS Islam Jakarta.
akan menjadi pemasar yang baik bagi RS Islam Sehingga apabila loyalitas pasien tinggi maka
Jakarta. hal yang terjadi adalah stabilnya jumlah pasien
Sedangkan untuk dimensi dengan pro- yang datang berobat atau bahkan dapat
porsi terendah terdapat pada dimensi retention, meningkat.
yaitu dengan total jawaban tidak setuju sebesar Akan tetapi, pada data jumlah kunjungan
22 responden atau sebesar 21,4%, serta total pasien terakhir, ditahun 2015 jumlah pasien
jawaban setuju dan sangat setuju sebanyak 81 yang berkunjung di rawat inap menurun secara
responden atau sebesar 78,6%. signifikan sebesar 29,02% dari tahun
Menurut Fandi Tjiptono dalam sebelumnya. Setelah peneliti bertanya pada
Supriyatmini (2005), dimensi retention adalah pihak manajer RS Islam, jawaban yang
pelanggan atau pasien, tidak terpengaruh diberikan adalah penurunan kunjungan secara
dengan jasa yang ditawarkan oleh pihak lain. signifikan tersebut diakibatkan oleh adanya
Berdasarkan hasil yang didapat, diketahui pemberlakuan Peraturan Menteri Kesehatan
bahwa sebanyak 22 responden (21,4%) tidak nomor 28 tahun 2014 tentang Pedoman
setuju dengan pernyataan bahwa responden Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan
tetap akan memilih RS Islam meskipun ada RS Nasional.
baru dekat rumah dan responden tetap akan Pada bab empat ayat 4 disebutkan bahwa
memilih RS Islam untuk mendapatkan “Pelayanan kesehatan dalam program JKN

7
diberikan secara berjenjang, efektif dan efisien Uji Spearman Rank, nilai P sebesar 0,000,
dengan menerapkan prinsip kendali mutu dan sehingga dengan nilai  0,05 maka nilai p lebih
kendali biaya”. Kemudian pada ayat 5 kecil dari  (p-value = 0,000 <  = 0,05).
menambahkan bahwa “Pelayanan kesehatan Sehingga dapat ditarik kesimpulan H 0 ditolak,
dilaksanakan secara berjenjang dimulai dari yang berarti bahwa terdapat hubungan antara
pelayanan kesehatan tingkat pertama. kualitas pelayanan dengan loyalitas pasien.
Pelayanan kesehatan tingkat kedua hanya Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan
dapat diberikan atas rujukan dari pelayanan kualitas pelayanan yang dirasakan oleh pasien
kesehatan tingkat pertama. Pelayanan dalam menggunakan jasa Rumah Sakit Islam
kesehatan tingkat ketiga hanya dapat diberikan sudah baik, sehingga harapan pasien dapat
atas rujukan dari pelayanan kesehatan tingkat terealisasikan. Hal ini kemudian menciptakan
kedua atau tingkat pertama, kecuali pada kesan positif dalam diri pasien untuk terus
keadaan gawat darurat, kekhususan menggunakan jasa Rumah Sakit Islam Jakarta
permasalahan kesehatan pasien, pertimbangan Cempaka Putih saat dibutuhkan. Kesan positif
geografis, dan pertimbangan ketersediaan tersebut juga dapat menciptakan komitmen
fasilitas”. yang kuat dalam diri pasien untuk
Dari salah satu aturan pada Permenkes mengesampingkan rumah sakit lain, komitmen
nomor 28 di atas, menyebutkan bahwa yang muncul dari dalam diri pasien tersebut
pelayanan kesehatan dilakukan secara dinamakan loyalitas.
berjenjang dari pelayanan kesehatan tingkat Kemudian dengan nilai r sebesar 0,497,
pertama hingga pelayanan kesehatan rujukan maka keeratan hubungan adalah sedang.
tingkat lanjutan. Fasilitas kesehatan tingkat Kemudian sifat hubungan adalah positif, yang
pertama atau FKTP terdiri dari puskesmas atau menandakan bahwa apabila kualitas pelayanan
yang setara, praktik dokter, praktik dokter gigi, yang dirasakan semakin baik atau tinggi, maka
klinik pratama atau yang setara, dan rumah loyalitas pasien di unit rawat inap RS Islam
sakit kelas D pratama atau yang setara. Jakarta juga akan semakin tinggi pula.
Sedangkan fasilitas kesehatan rujukan tingkat
lanjutan atau FKRTL berupa klinik utama atau Koef. Determinasi = r2 x 100%
yang setara, Rumah Sakit Umum, dan Rumah = (0,497)2 x 100%
Sakit Khusus. Sehingga pasien dengan asuransi = 0,247 x 100%
BPJS yang pada tahun sebelumnya dapat = 24,7%
langsung berobat di Rumah Sakit Islam, mulai
sejak diberlakukan aturan Permenkes nomor Sementara itu, dari hasil perhitungan
28 tahun 2014 tersebut, harus mendapat dengan uji koefisien determinasi atau koefisien
rujukan dari pelayanan kesehatan tingkat penentu, diketahui bahwa besarnya kontribusi
pertama sebelumnya untuk dapat dirawat di RS kualitas pelayanan dengan loyalitas pasien di
Islam. unit rawat inap RS Islam Jakarta Cempaka
Putih sebesar 24,7%, sedangkan sisanya
Hubungan Antara Kualitas Pelayanan dipengaruhi oleh faktor lain yang penulis tidak
Dengan Loyalitas Pasien teliti, seperti kepuasan pasien dan adanya
Jaminan Kesehatan Nasional BPJS, dimana
Tabel 5. Hasil Analisis Bivariat dengan Uji jaminan BPJS tersebut mengaharuskan
Spearman Rank pemberian pelayanan kesehatan dilakukan
Total P Sifat secara berjenjang dari pelayanan kesehatan
Variabel r tingkat pertama, hingga pelayanan kesehatan
(N) value Hubungan
Kualitas
rujukan tingkat lanjutan dan di tempat pemberi
Pelayanan pelayanan yang telah ditentukan. Sehingga
103 0,000 0,497 Positif bersedia atau tidak, pengguna BPJS “dipaksa”
dengan
Loyalitas Pasien untuk berobat di tempat pemberi pelayanan
yang telah ditentukan.
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui Hasil penelitian ini juga dapat
bahwa dalam analisis bivariat menggunakan membuktikan pendapat Dharmnesta (1999)
yang mengatakan bahwa pelanggan akan

8
menjadi loyal apabila sebuah produk atau jasa Saran
dapat memenuhi harapan dan kebutuhannya.
Kemudian hubungan antara kualitas Saran yang dapat penulis sampaikan
pelayanan terhadap loyalitas pasien juga telah berdasarkan hasil penelitian antara lain:
dibuktikan oleh hasil penelitian Jeanasis 1. Diharapkan pihak Rumah Sakit Islam
(2012) yang dilakukan di Rumah Sakit BMC agar lebih memperhatikan antara biaya
Padang, bahwa kualitas pelayanan yang terus yang dibebankan pada pasien dengan
terjaga atau konsisten tentu akan menciptakan fasilitas yang didapatkan di ruangan
kepercayaan dan kesan positif terhadap jasa perawatan.
pemberi pelayanan, yang kemudian akan 2. Untuk fasilitas ruang perawatan di kelas
menciptakan komitmen pelanggan untuk terus III sebaiknya perlu diperhatikan
menggunakan jasa yang sama dimasa kembali, mengingat saat penulis
mendatang. melakukan penelitian, terdapat pasien
Hasil yang sama juga ditunjukkan oleh yang mengeluh akan ketidak-meratanya
penelitian Gunawan (2011) di Rumah Sakit fasilitas yang didapat dalam salah satu
Umum Swasta Kota Singaraja Bali, bahwa ruang perawatan.
secara simultan terdapat pengaruh positif dan 3. Diharapkan pihak Rumah Sakit Islam
signifikan antara dimensi kualitas layanan Jakarta terutama unit rawat inap, untuk
terhadap loyalitas pasien. Dimana konsistensi terus meningkatkan kualitas pelayanan
kualitas pelayanan yang mampu dipertahankan yang diberikan, agar loyalitas pasien
secara terus menerus oleh sebuah perusahaan dapat terus meningkat, yang nantinya
jasa akan mendorong terbentuknya komitmen akan memberikan dampak positif bagi
didalam diri pelanggan untuk terus Rumah Sakit Islam..
menggunakan jasa yang sama. 4. Pihak Rumah Sakit Islam juga perlu
memberikan pelatihan secara berkala
Kesimpulan bagi karyawannya, agar terus dapat
menjaga kualitas pelayanan yang
Berdasarkan hasil penelitian, maka diberikan.
diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Responden penelitian didominasi oleh DAFTAR PUSTAKA
pasien wanita sebesar 59,2%, kelompok
umur dewasa awal sebesar 35,9%, Cheng, T.C.E., Lai, L.C.F., Yeung,
berpendidikan terakhir SMA/sederajat A.C.L., (2008). The Driving
sebesar 57,3%, dan pekerjaan sebagai Forces of Customer Loyality: A
karyawan swasta sebesar 35,9%. Study of Internet Service
2. Persentase tertinggi variabel kualitas Providers in Hong Kong.
pelayanan terdapat pada dimensi International Journal of E-
communication dengan total jawaban Business Research, Vol. 4, No.
setuju dan sangat setuju mencapai 100%. 4, pp. 26-42.
3. Persentase tertinggi variabel loyalitas Departemen Kesehatan R.I. (2009).
pasien terdapat pada dimensi refferal Undang-Undang Republik
dengan total jawaban setuju dan sangat Indonesia Nomor 44 tahun
setuju sebesar 95,1%. 2009 tentang Rumah Sakit.
4. Berdasarkan hasil uji statistik, terdapat Jakarta: Departemen Kesehatan
hubungan antara kualitas pelayanan RI.
terhadap loyalitas pasien di unit rawat Dharmmesta, B.S. (1999). Loyalitas
inap RS Islam Jakarta Cempaka Putih Pelanggan: Sebuah Kajian
dengan tingkat keeratan sedang dengan Konseptual Sebagai Panduan
sifat hubungannya adalah positif. Bagi Peneliti. Jurnal Ekonomi
dan Bisnis Indonesia.Vol 14
No.3.

9
Gaffar, Vanessa. (2007). Costumer Lupiyoadi, Rambat. dan A. Hamdani.
Relationship Management and (2006). Manajemen Pemasaran
Marketing Public Relation. Jasa, Jakarta: Salemba Empat.
Bandung: Alfabeta. Menkes RI. (2014). Peraturan
Griffin . (2005). Costumer Loyalty, Menteri Kesehatan RI Nomor
(Ed. Revisi). Jakarta: Erlangga 28 Tahun 2014 tentang
Gunawan, Ketut. dan Djati, Sunding Pedoman Pelaksanaan
Pantja. (2011). Kualitas Program Jaminan Kesehatan
Layanan dan Loyalitas Pasien Nasional. Jakarta: Menteri
(Studi pada Rumah Sakit Umum Kesehatan RI.
Swasta di Kota Singaraja– Moh. Nazir. Ph.D, (2005). Metode
Bali). Jurnal Manajemen dan Penelitian. Bogor: Ghalia
Kewirausahaan. Vol 13 no.1. Indonesia.
Jasfar, Farida. (2005). Manajemen Normasari, Selvy, Srikandi Kumadji,
Jasa Pendekatan terpadu. Andriani Kusumawati. 2013.
Bogor: Ghalia Indonesia. Pengaruh Kualitas Pelayanan
Jeanasis, Nadya. (2012). Analisis Terhadap Kepuasan
Pengaruh Kualitas Pelayanan Pelanggan, Citra Perusahaan
Melalui Kepuasan Pasien dan Loyalitas Pelanggan,
Terhadap Loyalitas (Studi Pada Jurnal Administrasi Bisnis
Rumah Sakit Bmc Padang). (JAB).
Skripsi Fakultas Ekonomi. Ridwan, Muhammad (2003).
Padang: Universitas Andalas. Karakteristik Pasien yang
Kasmir. (2005). Pemasaran Bank. Berhubungan dengan
Jakarta: Prenada Media. Kepuasan Pasien Rawat Jalan
Kotler, Philip. (1997). Marketing di RSUD Pekanbaru Propinsi
Management “Analysis, Riau Tahun 2003. Tesis FKM
Planning, Implementation, and UI, Depok.
Control” 9th edition. New Supriyatmini, Tuti. (2005). Pengaruh
Jersey: Prentice Hall Kualitas Pelayanan Terhadap
International, Inc. Loyalitas Nasabah Pada Baitul
. (2009). Manajemen Mal Wattanwil (BMT) Kafah
Pemasaran. Jakarta: Erlangga. Semarang. Skripsi. Semarang:
Latifah, Yuliana. (2011), Pengaruh UNNES.
Kualitas Pelayanan Terhadap Tjiptono, Fandy. (2005). Prinsip-
Loyalitas Pasien Rawat Inap prinsip Total Quality Service
Rumah Sakit Islam Nahdlatul (TQS). Yogyakarta: ANDI.
Ulama Demak, skripsi sarjana. Zeithaml et al., (1996). Measuring the
Semarang: Institut Agama quality of relationship in
Islam Negeri Walisongo. customer service: An empirical
Lloyd, Margaret, and Robert Bor. study, European. Journal of
(2004). Communication Skills Marketing.
for Medicine. China: Elvesier
Limited
Lovelock, Christopher. et al. (2010).
Pemasaran Jasa, Edisi 7, Jilid
2. Jakarta: Erlangga.
Lumenta, Benyamin. (1989). Pasien,
Citra, Peran dan Perilaku,
Tinjauan Fenomena Sosial.
Yogyakarta: Kanisius.

10

Vous aimerez peut-être aussi