Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
HIPOTIROID
Disusun oleh:
FKK B
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2013
HIPOTIROID
A. Definisi
Hipotiroidisme adalah suatu keadaan dimana kelenjar tiroid kurang aktif dan
menghasilkan terlalu sedikit hormon tiroid. Hipotiroidisme dapat terjadi akibat malfungsi
kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus. Apabila disebabkan oleh malfungsi kelenjar
tiroid, maka kadar hormon tiroid yang rendah akan disertai oleh peningkatan kadar TSH
dan TRH karena tidak adanya umpan balik negatif oleh hormon tiroid pada hipofisis
anterior dan hipotalamus. Apabila hipotiroidisme terjadi akibat malfungsi hipofisis, maka
kadar hormon tiroid yang rendah disebabkan oleh rendahnya kadar TSH. TRH dari
hipotalamus tinggi karena. tidak adanya umpan balik negatif baik dari TSH maupun
hormon tiroid. Hipotiroidisme yang disebabkan oleh malfungsi hipotalamus
menyebabkan rendahnya kadar hormon tiroid, TSH, dan TRH.
B. Penyebab Hipotiroidisme
D. Diagnosis
Hipotiroid merupakan keadaan hipometabolik yang disebabkan karena defisiensi
T4 dan T3. Manifestasi klinis utamanya adalah kelelahan, kelesuan, intoleransi terhadap
dingin, kelambanan bicara dan fungsi intelektual, kelambanan reflex, rambut rontok, kulit
kering, peningkatan berat badan, dan konstipasi. Hipotiroid banyak terjadi pada wanita
daripada pria. Penyebab utama hipotiroid adalah malfungsi kelenjar tiroid, yaitu
hipotiroid primer.
Penyebab hipotiroid yang paling sering yaitu tiroiditis kronis autoimun
(Hashimoto’s disease), dimana tiroid dihancurkan oleh antibodi atau limfosit yang
menyerang kelenjar tersebut. Penyebab lainnya yaitu karena terapi radioiodine dan
pembedahan pada kasus hipertiroid serta kanker tiroid, inflamasi tiroid, defisiensi iodine
dan beberapa obat yang mempengaruhi sintesis atau ketersediaan hormon tiroid.
Hipotiroid akibat defisiensi TRH atau TSH sangat jarang terjadi (< 1% kasus). Kasus ini
diketahui sebagai hipotiroid sekunder (sentral).
Penderita hipotiroid primer memiliki kadar serum TSH yang tinggi. Apabila kadar
serum TSH tinggi, perlu dilakukan pemeriksaan FT4. Penegakan diagnosis hipotiroid
primer ditunjukkan dengan kadar serum TSH yang tinggi dengan kadar FT4 rendah.
Diagnosis hipotiroid sekunder dilakukan berdasarkan kadar FT4 rendah dan kadar serum
TSH yang normal atau rendah.
E. Patofisiologi
Hipotiroid dapat disebabkan karena malfungsi hipotalamus, pituitary, atau
kelenjar tiroid itu sendiri, dengan mekanisme umpan balik negative yang sama.
Gangguan pada hipotalamus dan pituitary jarang menyebabkan hipotiroid. Hipotiroid
primer, yaitu gangguan pada kelenjar tiroid itu sendiri merupakan penyebab hipotiroid
yang paling sering.
Tiroiditis autoimun kronis, yang disebut juga tiroiditis limfositik kronis, terjadi
pada saat autoantibodi merusak jaringan pada kelenjar tiroid. Tiroid autoimun kronis
yang berhubungan dengan goiter disebut tiroiditis Hashimoto. Penyebab penyakit
autoimun ini tidak diketahui, tetapi salah satu faktor resikonya yaitu faktor
genetic/keturunan.
Selain kelenjar tiroid, antibodi dapat mengurangi efek hormon tiroid melalui 2
jalur. Pertama, antibodi memblokir reseptor TSH dan mencegah produksi TSH. Kedua,
antibodi antitiroid dapat menyerang sel tiroid.
F. Komplikasi
Hormon tiroid mempengaruhi hampir semua sistem organ di dalam tubuh, maka
komplikasi hipotiroid dapat bermacam-macam tergantung organ yang terlibat dan durasi
serta keparahan kondisi.
a. Komplikasi kardivaskular meliputi hiperkolesterolemia yang berhubungan dengan
arteriosklerosis dan ischemic heart disease. Kurangnya sirkulasi perifer, pembesaran
jantung, gagal jantung, dan efusi pleural dan perikardial juga dapat terjadi.
Dalam keadaan normal, hormon tiroid akan menginduksi peningkatan jumlah
reseptor LDL yang mengarah pada ekskresi LDL dari plasma. Sedangkan apabila
terjadi defisiensi hormon tiroid, dapat meningkatkan jumlah kolesterol dalam darah
karena terganggunya metabolism lemak dan kolesterol, serta berkurangnya ekskresi
kolesterol oleh hati ke dalam empedu. Hal ini akan menyebabkan pengendapan
lemak secara berlebihan. Sangat meningkatnya jumlah lipid dalam sirkulasi darah
pada pasien hipotiroid berasosiasi dengan timbulnya aterosklerosis.
b. Komplikasi gastrointestinal
Dalam keadaan normal, hormon tiroid dapat meningkatkan baik kecepatan sekresi
getah pencernaan dan motilitas saluran cerna. Apabila terjadi defisiensi hormon
tiroid, dapat menurunkan sekresi getah pencernaan dan mengurangi motilitas saluran
cerna, sehingga memicu terjadinya konstipasi.
c. Gangguan reproduksi
Pada wanita, kekurangan hormon tiroid menyebabkan timbulnya menoragia (darah
menstruasi berlebihan) dan polimenore (frekuensi menstruasi lebih sering). Hal ini
yang dapat menyebabkan terjadinya anemia defisiensi besi. Namun, pada beberapa
kasus, kekurangan hormon tiroid juga dapat menimbulkan periode menstruasi tidak
teratur bahkan timbul amenore. Hal ini yang menyebabkan terjadinya infertilitas.
Pada wanita dan pria hipotiroid akan cenderung mengalami penurunan libido yang
sangat besar.
G. Terapi Non-Farmakologis
Pada penderita hipotiroid, sangat penting diketahui bahwa diperlukan diet yang dapat
membantu mengurangi gejala dan mengontrol berat badan, yang umumnya terjadi pada
kasus hipotiroid. Beberapa hal yang dapat dilakukan terkait dengan pengaturan pola dan
jenis konsumsi makanan, yaitu:
Diet sehat untuk penderita hipotiroid meliputi biji-bijian, makanan alami, banyak
buah dan sayuran, serta asupan yang baik dari makanan laut dan protein lainnya.
Yang harus dikurangi adalah daging yang berlemak.
Mineral yang penting bagi penderita hipotiroid adalah Selenium. Mineral ini
merupakan antioksidan dan penting dalam mengkonversi hormon tiroid yang
diproduksi oleh tubuh, yaitu T4, menjadi bentuk aktifnya, yaitu T3. Makanan yang
banyak mengandung selenium yaitu kacang-kacangan dan daging tidak berlemak.
Mengkonsumsi nutrisi yang mengandung banyak serat. Serat dapat menyebabkan
rasa kenyang dan dapat membantu dalam penurunan berat badan serta membantu
pada kejadian konstipasi pada pasien hipotiroid. Serat dapat diperoleh dalam bentuk
sediaan obat, tetapi lebih baik serat yang berasal dari makanan, seperti kacang, beras,
biji-bijian, serta gandum.
Diet pada penderita hipotiroid disarankan untuk lebih baik makan dalam porsi kecil
tetapi frekuensinya sering (5-6 kali), daripada makan dalam porsi besar tetapi
frekuensinya hanya 3 kali. Apabila makan dalam porsi kecil dengan frekuensi sering,
akan membantu menyeimbangkan metabolisme yang lambat yang terjadi pada tubuh
penderita hipotiroid.
H. Terapi Farmakologis
Birney, M.H., et al., 2005, Pathophysiology: A 2-in-1 Reference for Nurses, Lippincott
Williams & Wilkins, Pennysylvania, pp. 516-517.
Guyton, A.C., Hall, J.E., 2008, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Ismail, 2008, Jurnal Asuhan Keperawatan Hipotiroidisme, diakses pada tanggal 17 April
2013.
Tjay, T.H., et al., 2002, Obat-Obat Penting, Elex Media Komputindo, Jakarta, pp. 720.