KAJIAN KUAT LEKAT ANTARA BETON NON-PASIR DAN BAJA TULANGAN POLOS
DENGAN KAIT
Kardiyono Tjokrodimuljo *), I Gede Kusumajaya **), Suprapto **),
Marihot Sibarani **), Much.Suranto **)
ABSTRACT
Research on the possibility of using no-fines concrete as the structural material had been done by researchers.
Research on reinforced concrete beams made of no-fines concrete indicated that the beam could be used as the structural
element. At the ends of the beam the reinforcing steel had to be anchored to columns. The development length of the
reinforcing steel and hook in the beam with light weight concrete, had been stated in the Indonesian Code for Reinforced
Concrete Design (SNI-03-2847-1992) but itis still arguable if itis used for the no-fines concrete.
‘Tests on specimens of the developed steel bars and hooks in the no-fines concrete under tensile force had been done.
‘The plain reinforcing steel bars were 12 mm diameter, and the no-fines concrete was made of tile rubble as the coarse
aggregate. The length of developed bars were 150 mm penetrated into the no-fines concrete to test the bond strength,
‘whereas the length of the penetrated bars beyond the hooks were 100 mm to test the hook strength. The hooks were of three
types, that were 90 degree, 135 degree, and 180 degree bends.
‘The result indicated that the bond stress between reinforcing stee! of plain bars and no-fines concrete was 0,565 MPa.
and the factor of 1,33 for calculation of the development length of the bars referred to the SNI-03-2847-1992 specification
is not proper. This factor needed to be changed to 4,60. The test on hooks indicated that the tensile strength of the hooks
‘were too small, The analysis showed that the hooks were not efficient, therefore the use of the straigth development bar in
the no-fines concrete beams is better than the hook.
PENDAHULUAN
Dengan bertambahnya jumlah penduduk maka
diperlukan perumahan yang jumlahnya memadai.
pengangkeran, Agar panjang pengangkeran ini
berhasil baik, maka panjangnya minimal sama dengan
yang tercantum dalam buku Tata Cara Penghitungan
Pembangunan perumahan yang murah, mudah, serta
cepat pelaksanaannya, namun kuat, aman, dan
memenuhi syarat hunian serta estetika merupakan
tantangan bagi para ahli konstruksi saat ini (Moeljono,
1995). Kebutuhan rumah tersebut bagi masyarakat
berpenghasilan rendah amat diharapkan. Untuk
mengatasi masalah tersebut maka pemakaian beton
non-pasir (no-fines concrete) sebagai bahan alternatif
yang murah dan mudah dibuat sangat besar kemung-
Kinannya. Penelitian untuk mencari kemungkinan
pembuatan beton non-pasir dengan menggunakan
bahan setempat telah banyak dilakukan (Tjokrodi-
muljo, 1991, Sumartono, 1993, Kandar, 1995,
Kadarusman, 1998, Syafrizal, 1998, dan Wahyudi,
1998). Penelitian tentang kemungkinan pemakaian
beton non-pasir untuk — struktur beton bertulang
menunjukkan bahwa kuat lentur, kuat geser, dan
daktlitas lenturnya memungkinkan untuk dapat
dipakai sebagai elemen struktur (Naibaho, 1993,
Rahmat, 1993, Tjokrodimuljo, 1995, Basewed dan
Kardiyono, 1997, dan ham, 1997).
Tulangan longitudinal pada ujung balok beton
bertulang biasanya diteruskan ke dalam kolom agar
‘jung balok dapat menahan momen. Penerusan
tulangan balok ke dalam kolom ini dikenal dengan
5)IrRardiyono Tokrodimuljo?
Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (Standar
Nasional Indonesia SNI-03-2847-1992, selanjutnya
disebut SNI-92) pasal 3.5. Namun karena pasal 3.5.
tersebut hanya untuk elemen struktur dengan beton
normal dan beton ringan saja, belum mencantumkan
untuk beton non-pasir, maka perlu dilakukan
penelitian untuk beton non-pasir. Hal ini mengingat
bahwa beton non-pasir memiliki rongga yang cukup
besar (dapat sampai 22 persen) yang dapat
mengurangi kuat lekatnya terhadap baja tulangan.
Tulisan ini menyajikan kajian atas _hasil-hasil
pengujian kuat lekat antara baja tulangan polos dan
beton non-pasir pada ujung pengangkeran tanpa kait
maupun dengan kait.
TINJAUAN PUSTAKA
Panjang penyaluran
Menurut Wang dan Salmon (1979) kuat
pengangkeran harus minimal sama dengan kuat tarik
Teleh bajanya. Berdasarkan hal itu maka panjang
penyaluran minimum sebesar :
Ly= (dy. f)/(4.t) a
dengan
E, adalah dosen biasa pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Gadjah
‘Mada dan Staf Abli Pusat Antar Universitas Ilmu Teknik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
“*) [Gede Kusumajaya,S.T., Suprapto.S.TT., Marihot Sibarani, $.T. dan Much Suranto,$.T. adalah alumni Jurusan Teknik
Si
Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
MEDIA TEKNIK No.1 Tahun XXII Edisi Februari 2000 No.ISSN 0216-3012 45Ly = panjang penyaluran dasar, mm
f, = tegangan leleh baja tulangan, MPa
t= kuat Jekat antara baja tulangan dan beton, MPa
Dalam SNI-92 pasal 3.5.2. tercantum untuk baja
tulangan deform diameter 36 mm atau kurang
diperlukan panjang penyaluran sebesar
La= 0,02. Ay. fy/ Vf (2)
dengan
Ay = luas penampang baja tulangan, mm?
f.' = kuat tekan beton, MPa
Bilamana digunakan beton ringan, maka panjang
penyaluran tersebut harus dikalikan dengan faktor
1,33,
Menurut PBI-71 pasal 8.6. ayat (2) tercantum
bahwa panjang penyaluran tulangan tarik untuk baja
twlangan polos sebesar 2 kali lipat daripada tulangan
deform,
Kuat lekat
Kuat fekat antara baja tulangan dan beton
ditimbulkan oleh adhesi kimia antara beton dan
permukaan tulangan. Apabila tegangan gesernya
cukup besar maka kuat tekat diadakan oleh timbuInya
gesekan serta jepitan beton akibat terlepasnya butir-~
butir pasir di antara permukaan tulangan dan beton
(Park dan Paulay, 1975). Menurut Perry (1959) kuat
lekat antara baja tulangan polos dan beton normal
sebesar 1,7241 MPa.
Kuat kait
Jika panjang penyaluran tidak dapat dilaksana-
kan, misalnya karena dimensi kolom yang terlalu kecil
namun cukup ruang untuk tempat kait, maka pada
‘ujung pengangkeran dapat dibuat kait. Menurut Park
dan Paulay (1975) kuat tarik kait tergantung pada
ketahanan belah beton pada bidang kait serta kuat
tekan tumpuan (bearing stress) beton sepanjang
bagian dalam kait, sebagaimana tampak pada Gambar
1, Hasil uji tarik Loles oleh Rehm (1969, dalam Park
dan Paulay, 1975) menunjukkan bahwa apabila
‘panjang kait diperhitungkan maka panjang pemakaian
tulangan antara culangan yang diberi kait dan yang
tanpa kait tidak jauh berbeda. Hal ini karena
hancurnya beton akibat tegangan tumpuan meng-
akibatkan sesar yang cukup besar.
Dalam SNL-92 pasal 3.5.5. tercantum panjang
penyaluran untuk baja tulangan dengan ujung
berbentuk kait sebesar
Lay = 100. dy /V £7 @)
dengan
Ly, = panjang penyaluran dasar tulangan dengan
kait.rum
fo Bala tulangan
Beton
‘Tegangan tekan tumpuan
Gamibar 1. Tegangan tekan tumpuan di
bagian dalam kait
Panjang penyaturan ‘ersebut perl dikalikan
dengan faktor (f/400) jika tegangan leleh baja
tulangan tidak 400 MPa, dan dengan faktor 1,3 jika
digunakan beton ringan.
Bentuk kait menurut SNI-92 pasal 3.16.1. dapat
berbentuk bengkokan 180 derajat (kait penuh) atau 90
derajat (kait siku), adapun dalam PBI-71 pasal 8.2.
ayat (1) kait dapat berbentuk 180 derajat atau 135
derajat (kait miring)
Sesar maksimum
Menurut ASTM C-234-91a nilai sesar yang
dipakai untuk menetapkan kuat lekat sebaiknya tidak
lebih dari 0,25 mm,
METODE PENELITIAN
Benda uji
Benda uji berupa batang baja twlangan yang
ditanamkan ke dalam silinder beton seperti tampak
pada Gambar 2. Pipa PVC berfungsi sebagai cetakan
beton dan wntuk melawan pecahnya beton saat
pengujian tarik lolos baja dilakukan.
-——— baja tuiangan
(ameter 12 nm)
Blinder boton non-pasir
Pipa Puc
(alameter 150 mm)
200 mm
150 om
Gambar 2, Benda uji tulangan berkait
% MEDIA TEKNIK No.1 Tahun XXII Edisi Februari 2000 NoISSN 0216-3012es
Beton non-pasir dibuat dengan agregat kasar dari
pecahan genteng keramik asal Kebumen, ukuran 5 ~
20 mm, Proporsi volume semen-agregat adalah 1 ; 4
dan faktor air-semen 0.40.
Baja tulangan polos diameter 12 mm, panjang
pengangkeran 150 mm untuk tulangan tanpa kait, dan
100 mm untuk tulangan dengan kait. Bentuk kait
dibuat 3 macam, yaitu 90, 135, dan 180 derajat,
dengan patijang bagian lurus di belakang (“ekot”)
bervariasi, yaitu 15 mm, 30 mm, 45 mm, dan 60 mm,
Khusus kait 135 derajat bagian lurus 15 mm_diganti
dengan 75 mm. Setiap variasi dibuat benda uji
sebanyak 5 buah.
Alat
Alat yang dipakai dalam pengujian ini antara lain
mesin uji serba guna merk Rihle dengan kapasitas 270
kN, mesin uji tekan beton merk ELE kapasitas 2000
KN, ekstensometer dengan ketelitian 0,01 mm.
Cara pelaksanaan
Benda uji berupa baja twlangan yang telah
ditanamkan ke dalam silinder beton non-pasir ditarik
dengan mesin uji setba guna (Gambar 3). Beban tarik
dimulai dari nol, kemudian ditingkatkan_perlahan-
lahan sambil diamati besar sesarnya. Pencatatan
dilakukan secara berkala sampai mencapai beban
maksimum. Penarikan dihentikan apabila beban tarik
tampak sudah melewati beban maksimum dan
menurun serta nampak tidak akan naik lagi
[ , [Boban tari
r+——___—. Penjepit tulangan
TESS ~ onary
Bola tulangan tarik
| ~
Ekslensomoter
Att] bbe
a Baja penahan beton
i Sillnder beton
Gambar 3. Cara pengujian kuat ikat
HASIL DAN PEMBAHASAN
Beton non-pasir
Hasil pemeriksaan pada silinder beton non-pasir
Menunjukkan bahwa beton non-pasir yang dibuat
berberat jenis 1,86 dan kuat tekan rata-ratanya 15,6
MPa.
MEDIA TEKNIK No.1 Tahun XXII Edisi Februari 2000 No.ISSN 0216-3012
Baja tulangan
Hasil pengujian baja tulangan polos yang dipakai
menunjukkan diameternya 11,95 mm, tegangan leleh
331 MPa, tegangan maksimum 533° MPa, dan
modulus elastis 198073 MPa.
Kuat lekat
Hasil pengujian kuat lekat pada benda uji
tulangan tanpa kait tertera pada Tabel 1 dan Gambar
4, Dalam Tabel 1 tersebut nilai kuat lekat adalah
tegangan lekat antara_tulangan dan beton non-pasir
pada nilai sesar 0,25 mm (sesuai batasan dalam
ASTM C-234.91a). Nilai kuat lekat tersebut adalah
0,565 MPa, Jika dibandingkan dengan kuat lekat
antara baja tulangan polos dan beton normal sebesar
1,7241 MPa (Perry, 1959) maka tampak bahwa nilai
kuat lekat ini sangat rendah. Hal ini karena beton non-
pasir banyak mengandung rongga sehingga sehingga
tidak seluruh permukaan baja tulanganmelekat
dengan beton.
50,—
(on
Gambar 4, Diagram pengujian kuat lekat antara baja
twlangan dan beton non-pasir
(Kusumajaya, 1998)
Tabel 1, Hlasil uji kuat lekat antara baja tulangan polos,
dan beton non-pasir (Kusumajaya, 1998),
~Beban
Nonor Sesar pada | Beba pada] Kuat lekat
benda uji | maksimum | beban maks | sesar 0.25 | (MPa)
®) (onmy__| mms)
i 35.502 [2.69 3299 [0386
2 38.408 | 2.78 3504 0,622 _
3 35.684 | 2,79 31970568
4 33868 [298 | 2.880 [0311
38.138 [3.14 3.036 | 0539]
36.320 BAB
Panjang penyaluran
Berdasarkan hasil uji kuat lekat di depan’ maka
panjang penyaluran minimum untuk tulangan polos
diameter 12 mm, tegangan leleh 300 MPa, pada beton
non-pasir dapat dihitung dengan rumus (1), yaitu
a7La = (12.300)(4.0,565) = 1593 mm
Jika digunakan ketentuan dalam SNI-92 dan
mempethatikan ketentuan dalam PBI-71 (bahwa
Panjang penyaluran tulangan polos adalah 2 kali
tulangan deform) maka panjang penyaluran tersebut
dapat dihitung dengan rumus (2), yaitu
La = 2.1,33.40,02.(/4).12.12.300/V 15} = 466 mm
Tampak bahwa panjang penyaluran menurut
SNI-92 jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan
hasil pengujian, Dengan demikian maka faktor
pengali dalam rumus SNI-92 pasal 3.5.2. yang semula
1,33 untuk beton ringan, jika untuk beton non-pasit
disarankan diperbesar menjadi n = (1593/466).1,33 =
4,55 atau n = 4,60.
Kuat kait
Hasil pengujian kuat tarik lolos pada tulangan
dengan sudut kait 90, 135, dan 180 derajat tertera
pada Tabel 2, Pada Tabel 2 tersebut beban tarik adalah
nilai rata-rata dari 5 benda uji pada saat terjadi sesar
0,25 mm,
Tabel 2. Beban tarik tulangan dengan kait, N
(Suprapto, 1998, Sibarani,1998, Suranto,
1998)
Sudut_ [Panjang bagian lurus di belakang kait (ekon]
kait [15 mm [30 mm | 45 mm | 60 mm | 75 mm
90__| 3294 | 2853 | 2679 [ 2991
135 = 2719 3409 | 3767 | 2902
180_| 2905 | 3272 | 2917 | 2713 -
Beban tarik pada Tabel 2 tersebut terdiri atas kuat
ekat antara tulangan sepanjang 100 mm dan kuat
tarik kait, maka jika beban tarik pada Tabel 2
dikurangi kuat lekat tulangan sepanjang 100 mm
(yaitu 2120 N) diperoleh kuat kait yang nilainya dapat
dibaca pada Tabel 3. Dari Tabel 3 tersebut tampak
bahwa kuat tarik kait tertinggi terjadi pada kait dengan
sudut kait 135 derajat dan panjang bagian ekor 60
mam, yaitu sebesar 1645 N.
Tabel 3. Kuat tarik kait (N)
Sudut agian lurus di belakang kait (ekor)
kait 30 mm | 45 mm | 60 mm [75 mm
90. 731_| 557 | 869 | -—~
{135 | —- [597 | 1287 | 1645 | 780
yo_{ 783 | 1130 | 795 [91
Efektifitas kait
Dengan memperhitungkan bahwa diameter
bagian dalam kait sebesar 4 kali diameter tulangan,
maka panjang tulangan yang dipakai untuk kait 135
derajat dengan bagian ekor 60 mm adalah :
(135/360).1,(4.12+12)+60 = 131 mm
Dengan panjang 131 mm tersebut apabila tidak
dibuat kait, melainkan tetap lurus dan langsung
ditanam dalam beton non-pasir sebagai panjang
penyaluran maka akan dapat menahan beban tarik
sebesar
Pasi
Ly
131.1.12.0,565
789 N
Tampak bahwa dengan panjang tulangan yang
sama, yaitu 131 mm, ujung tulangan dapat menahan
beban tarik sebesar 2789 N jika tetap lurus dan
langsung ditanam dalam beton non-pasir, yang berarti
jauh lebih besar daripada jika dibuat kait sebagai
angker yang hanya akan dapat menahan beban tarik
sebesar 1645 N saja. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa ditinjau dari segi pemakaian
panjang tulangan maka pada struktur beton non-pasir
pembuatan kait di ujung tulangan kurang efektit
dibandingkan dengan jika tulangan tetap lurus dan
ditanam dalam beton non-pasir sebagai panjang
penyaluran. Kurang efektifnya kait di ujung tulangan
ini disebabkan oleh Karena beton non-pasir banyak
mengandung pori sehingga tidak semua bagian dalam
Jengkung kait terisi beton. Hal ini mengakibatkan kuat
tekan tumpuan beton di sepanjang bagian dalam kait
menjadi sangat rendah
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari pembshasan di depan
disimpulkan hal-hal sebagai berikut
1. Kuat lekat antara baja tulangan polos diameter 12
mm dan beton non-pasir kuat tekan 15 MPa
sebesar 0,565 MPa, berarti jauh lebih rendah jika
dibandingkan dengan kuat lekat antara baja
tulangan polos dan beton normal
2. Faktor pengali sebesar 1,33 yang tercantum dalam
SNI-92 pasal 3.5.2. untvk menghitung panjang
penyaluran tulangan dalam beton ringan sebaiknya
diperbesar menjadi 4,60 jika digunakan beton non-
pasir dengan kuat tekan 15 MPa dan baja tulangan
polos diameter 12 mm.
3. Pemakaian kait pada ujung tulangan sebagai
angker ke dalam beton non-pasir tidak efisien
karena kuat tariknya jauh lebih kecil daripada jika
bagian kait di ujung tulangan tersebut tetap lurus
dan langsung ditanam ke dalam beton non-pasir
sebagai panjang penyaluran.
maka dapat
PENUTUP
Penulis mengucapkan terima Kasih kepada
seluruh Teknisi Laboratorium Bahan Bangunan
48 MEDIA TEKNIK No.1 Tahun XXII Edisi Februari 2000 No.JSSN 0216-3012jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Gadjah Mada atas bantuannya dalam pembuatan
benda uji sampai pelaksanaan pengujian sehingga
penelitian ini berjalan lancar.
Semoga tulisan ini bermanfaat
Pembaca maupun penulis sendiri,
bagi para
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1971, Peraturan Beton Bertulang Indonesia
1971 (PBI-71), Lembaga Penjelidikan Masalah
Bangunan, Direktorat’ Jenderal Tjiptakarya,
Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga
Listrik, Bandung.
Anonim, 1992, Tata Cara Penghitungan Struktur
Beton untuk Bangunan Gedung (SNI-03-2847-
1992), Dewan Standardisasi Nasional, Jakarta,
Anonim, 1992 , Standard Test Method for Comparing
Concrete on the Basis of the Bond Developed
with Reinforcing Steel, ASTM-C-234-91a,
Annual Book of ASTM Standards, Section 4,
Construction, Vol.04.02., Philadelphia.
Basewed, F., dan Tjokrodimuljo,K., 1998, Kajian
Hubungan antara Momen dan Kekuatan pada
Kolom Bulat dari Pipa Baja Terisi Beton Non-
Pasir, Media Teknik, No4., Tahun XX Edisi
Nopember 1998, Fakultas Teknik Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta.
Tham, M.N.. 1997, Kuat Lentur dan Daktilitas Balok
Beton Non-Pasir dengan Agregat Buatan dari
Tanah Liat Bakar asal Grobogan, Tesis S-2,
Teknik Sipil, Fakultas Pasca Sarjana, Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta.
Kadarusman, 1998, Kajian Pemakaian Kerikil Galis
Madura sebagai Agregat pada Beton Non-pasir,
Tugas Akhir, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas
Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Kandar,K., 1995, Pengaruh Perbandingan Agregat-
Semen terhadap Kuat Tekan Beton Non-Pasir
dari Agregat Buatan Campuran Lempung dan
Pasit asal Tenggarong Kalimantan Timur, Tesis
Teknik Sipil, Fakultas Pasca Sarjana,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Kusumajayal.G., 1998, Kajian Kuat Lekat antara
Baja Tulangan Polos dan Beton Non-Pasir
dengan Menggunakan Agregat_Pecahan
Genteng, Tugas Akhir, Jurusan Teknik Sipil,
Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Moeljono,H., 1995, Teknologi Bahan Bangunan
Dalam Mengantisipasi Bahaya Gempa, Seminar
Nasional, Bahaya Gempa dan Topan terhadap
Struktur Bangunan Gedung, Kerjasama Kopertis
Wilayah V - FT-UI - HAKI Komda DIY, 22-23
September 1995, Yogyakarta.
Naibaho,A., 1993, Kuat Lentur Beton Ringan tanpa
Pasir dengan Agregat Lempung Bekah, Tugas
Akhir, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Park.R., dan Paulay,T., 1975, Reinforced Concrete
Structures, John Wiley & Sons, New York.
Rahmat,B., 1993, Kuat Lentur dan Dakilitas Balok
Beton dengan Agregat Kasar Pecahan Genteng
Sokka, Tugas Akhir, Jurusan Teknik Sipil,
Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada,
‘Yogyakarta,
SibaraniM., 1998, Kajian Kuat Lekat antara Beton
Non-Pasir dan Baja Tulangan Polos dengan kait
Seratus Tiga Puluh Lima Derajat, Togas Akhir.
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Sumartono, A., 1993, Beton Ringan Non-Pasir
dengan Agregat Lempung Bekah, Tugas Akhit,
Jurusan Teknik —Sipil, Fakultas Teknik,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Suprapto, 1998, Kajian Kuat Lekat antara Beton Non-
Pasir dan Baja Tulangan Polos dengan Kait
Sembilan Puluh Derajat, Tugas Akhir, Jurusan
Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta.
Suranto,M., 1998, Kajian Kuat Lekat antara Beton
Non-Pasir dan Baja Tulangan Polos dengan Kait
Seratus Delapan Puluh Derajat, Tugas Akhit,
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Syafrizal, 1998, Studi Pemanfaaran Pasir dan
Pecahan Genteng Bangka untuk Pembuatan
Mortar, Beton Non-Pasir, dan Beton Ringan.
Tugas Akhir, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas
Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Tjokrodimuljo,K., 1991, Beton Tanpa Pasir dengan
Agregat Pecahan Genteng, Teknis, Edisi IX, No.9
Tahun V/1991, Majalah Politeknik, Universitas
Diponegoro, Semarang
Tjokrodimuljo,K., 1995, Kekuatan dan Daktilitas
Balok Beton Bertulang dari Beton Non-Pasir
dengan Kerikil Lempung Bekah, Media Teknik.
No.|. Tahun XVII Edisi April 1995. Majalah
Catur Wulan, Fakultas Teknik, Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta,
Wahyudi.B., 1998, Pengarwh Perbandingan Agregat-
Semen terhadap Sifat-Sifat_ Beton Non-Pasir
dengan Agregat Buatan Tanah Liat Bakar asal
Purwodadi, Tugas Akhir, Jurusan Teknik Sipil,
Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta,
Wang,C.K. dan Salmon,C.G., 1979, Reinforced
Concrete Design, Third Edition, Harper and Row
Publishers, New York
MEDIA TEKNIK No.1 Tahun XXII Edisi Februari 2000 No.ISSN 0216-3012 49