Vous êtes sur la page 1sur 5
KAJIAN KUAT LEKAT ANTARA BETON NON-PASIR DAN BAJA TULANGAN POLOS DENGAN KAIT Kardiyono Tjokrodimuljo *), I Gede Kusumajaya **), Suprapto **), Marihot Sibarani **), Much.Suranto **) ABSTRACT Research on the possibility of using no-fines concrete as the structural material had been done by researchers. Research on reinforced concrete beams made of no-fines concrete indicated that the beam could be used as the structural element. At the ends of the beam the reinforcing steel had to be anchored to columns. The development length of the reinforcing steel and hook in the beam with light weight concrete, had been stated in the Indonesian Code for Reinforced Concrete Design (SNI-03-2847-1992) but itis still arguable if itis used for the no-fines concrete. ‘Tests on specimens of the developed steel bars and hooks in the no-fines concrete under tensile force had been done. ‘The plain reinforcing steel bars were 12 mm diameter, and the no-fines concrete was made of tile rubble as the coarse aggregate. The length of developed bars were 150 mm penetrated into the no-fines concrete to test the bond strength, ‘whereas the length of the penetrated bars beyond the hooks were 100 mm to test the hook strength. The hooks were of three types, that were 90 degree, 135 degree, and 180 degree bends. ‘The result indicated that the bond stress between reinforcing stee! of plain bars and no-fines concrete was 0,565 MPa. and the factor of 1,33 for calculation of the development length of the bars referred to the SNI-03-2847-1992 specification is not proper. This factor needed to be changed to 4,60. The test on hooks indicated that the tensile strength of the hooks ‘were too small, The analysis showed that the hooks were not efficient, therefore the use of the straigth development bar in the no-fines concrete beams is better than the hook. PENDAHULUAN Dengan bertambahnya jumlah penduduk maka diperlukan perumahan yang jumlahnya memadai. pengangkeran, Agar panjang pengangkeran ini berhasil baik, maka panjangnya minimal sama dengan yang tercantum dalam buku Tata Cara Penghitungan Pembangunan perumahan yang murah, mudah, serta cepat pelaksanaannya, namun kuat, aman, dan memenuhi syarat hunian serta estetika merupakan tantangan bagi para ahli konstruksi saat ini (Moeljono, 1995). Kebutuhan rumah tersebut bagi masyarakat berpenghasilan rendah amat diharapkan. Untuk mengatasi masalah tersebut maka pemakaian beton non-pasir (no-fines concrete) sebagai bahan alternatif yang murah dan mudah dibuat sangat besar kemung- Kinannya. Penelitian untuk mencari kemungkinan pembuatan beton non-pasir dengan menggunakan bahan setempat telah banyak dilakukan (Tjokrodi- muljo, 1991, Sumartono, 1993, Kandar, 1995, Kadarusman, 1998, Syafrizal, 1998, dan Wahyudi, 1998). Penelitian tentang kemungkinan pemakaian beton non-pasir untuk — struktur beton bertulang menunjukkan bahwa kuat lentur, kuat geser, dan daktlitas lenturnya memungkinkan untuk dapat dipakai sebagai elemen struktur (Naibaho, 1993, Rahmat, 1993, Tjokrodimuljo, 1995, Basewed dan Kardiyono, 1997, dan ham, 1997). Tulangan longitudinal pada ujung balok beton bertulang biasanya diteruskan ke dalam kolom agar ‘jung balok dapat menahan momen. Penerusan tulangan balok ke dalam kolom ini dikenal dengan 5)IrRardiyono Tokrodimuljo? Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (Standar Nasional Indonesia SNI-03-2847-1992, selanjutnya disebut SNI-92) pasal 3.5. Namun karena pasal 3.5. tersebut hanya untuk elemen struktur dengan beton normal dan beton ringan saja, belum mencantumkan untuk beton non-pasir, maka perlu dilakukan penelitian untuk beton non-pasir. Hal ini mengingat bahwa beton non-pasir memiliki rongga yang cukup besar (dapat sampai 22 persen) yang dapat mengurangi kuat lekatnya terhadap baja tulangan. Tulisan ini menyajikan kajian atas _hasil-hasil pengujian kuat lekat antara baja tulangan polos dan beton non-pasir pada ujung pengangkeran tanpa kait maupun dengan kait. TINJAUAN PUSTAKA Panjang penyaluran Menurut Wang dan Salmon (1979) kuat pengangkeran harus minimal sama dengan kuat tarik Teleh bajanya. Berdasarkan hal itu maka panjang penyaluran minimum sebesar : Ly= (dy. f)/(4.t) a dengan E, adalah dosen biasa pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Gadjah ‘Mada dan Staf Abli Pusat Antar Universitas Ilmu Teknik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. “*) [Gede Kusumajaya,S.T., Suprapto.S.TT., Marihot Sibarani, $.T. dan Much Suranto,$.T. adalah alumni Jurusan Teknik Si Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta MEDIA TEKNIK No.1 Tahun XXII Edisi Februari 2000 No.ISSN 0216-3012 45 Ly = panjang penyaluran dasar, mm f, = tegangan leleh baja tulangan, MPa t= kuat Jekat antara baja tulangan dan beton, MPa Dalam SNI-92 pasal 3.5.2. tercantum untuk baja tulangan deform diameter 36 mm atau kurang diperlukan panjang penyaluran sebesar La= 0,02. Ay. fy/ Vf (2) dengan Ay = luas penampang baja tulangan, mm? f.' = kuat tekan beton, MPa Bilamana digunakan beton ringan, maka panjang penyaluran tersebut harus dikalikan dengan faktor 1,33, Menurut PBI-71 pasal 8.6. ayat (2) tercantum bahwa panjang penyaluran tulangan tarik untuk baja twlangan polos sebesar 2 kali lipat daripada tulangan deform, Kuat lekat Kuat fekat antara baja tulangan dan beton ditimbulkan oleh adhesi kimia antara beton dan permukaan tulangan. Apabila tegangan gesernya cukup besar maka kuat tekat diadakan oleh timbuInya gesekan serta jepitan beton akibat terlepasnya butir-~ butir pasir di antara permukaan tulangan dan beton (Park dan Paulay, 1975). Menurut Perry (1959) kuat lekat antara baja tulangan polos dan beton normal sebesar 1,7241 MPa. Kuat kait Jika panjang penyaluran tidak dapat dilaksana- kan, misalnya karena dimensi kolom yang terlalu kecil namun cukup ruang untuk tempat kait, maka pada ‘ujung pengangkeran dapat dibuat kait. Menurut Park dan Paulay (1975) kuat tarik kait tergantung pada ketahanan belah beton pada bidang kait serta kuat tekan tumpuan (bearing stress) beton sepanjang bagian dalam kait, sebagaimana tampak pada Gambar 1, Hasil uji tarik Loles oleh Rehm (1969, dalam Park dan Paulay, 1975) menunjukkan bahwa apabila ‘panjang kait diperhitungkan maka panjang pemakaian tulangan antara culangan yang diberi kait dan yang tanpa kait tidak jauh berbeda. Hal ini karena hancurnya beton akibat tegangan tumpuan meng- akibatkan sesar yang cukup besar. Dalam SNL-92 pasal 3.5.5. tercantum panjang penyaluran untuk baja tulangan dengan ujung berbentuk kait sebesar Lay = 100. dy /V £7 @) dengan Ly, = panjang penyaluran dasar tulangan dengan kait.rum fo Bala tulangan Beton ‘Tegangan tekan tumpuan Gamibar 1. Tegangan tekan tumpuan di bagian dalam kait Panjang penyaturan ‘ersebut perl dikalikan dengan faktor (f/400) jika tegangan leleh baja tulangan tidak 400 MPa, dan dengan faktor 1,3 jika digunakan beton ringan. Bentuk kait menurut SNI-92 pasal 3.16.1. dapat berbentuk bengkokan 180 derajat (kait penuh) atau 90 derajat (kait siku), adapun dalam PBI-71 pasal 8.2. ayat (1) kait dapat berbentuk 180 derajat atau 135 derajat (kait miring) Sesar maksimum Menurut ASTM C-234-91a nilai sesar yang dipakai untuk menetapkan kuat lekat sebaiknya tidak lebih dari 0,25 mm, METODE PENELITIAN Benda uji Benda uji berupa batang baja twlangan yang ditanamkan ke dalam silinder beton seperti tampak pada Gambar 2. Pipa PVC berfungsi sebagai cetakan beton dan wntuk melawan pecahnya beton saat pengujian tarik lolos baja dilakukan. -——— baja tuiangan (ameter 12 nm) Blinder boton non-pasir Pipa Puc (alameter 150 mm) 200 mm 150 om Gambar 2, Benda uji tulangan berkait % MEDIA TEKNIK No.1 Tahun XXII Edisi Februari 2000 NoISSN 0216-3012 es Beton non-pasir dibuat dengan agregat kasar dari pecahan genteng keramik asal Kebumen, ukuran 5 ~ 20 mm, Proporsi volume semen-agregat adalah 1 ; 4 dan faktor air-semen 0.40. Baja tulangan polos diameter 12 mm, panjang pengangkeran 150 mm untuk tulangan tanpa kait, dan 100 mm untuk tulangan dengan kait. Bentuk kait dibuat 3 macam, yaitu 90, 135, dan 180 derajat, dengan patijang bagian lurus di belakang (“ekot”) bervariasi, yaitu 15 mm, 30 mm, 45 mm, dan 60 mm, Khusus kait 135 derajat bagian lurus 15 mm_diganti dengan 75 mm. Setiap variasi dibuat benda uji sebanyak 5 buah. Alat Alat yang dipakai dalam pengujian ini antara lain mesin uji serba guna merk Rihle dengan kapasitas 270 kN, mesin uji tekan beton merk ELE kapasitas 2000 KN, ekstensometer dengan ketelitian 0,01 mm. Cara pelaksanaan Benda uji berupa baja twlangan yang telah ditanamkan ke dalam silinder beton non-pasir ditarik dengan mesin uji setba guna (Gambar 3). Beban tarik dimulai dari nol, kemudian ditingkatkan_perlahan- lahan sambil diamati besar sesarnya. Pencatatan dilakukan secara berkala sampai mencapai beban maksimum. Penarikan dihentikan apabila beban tarik tampak sudah melewati beban maksimum dan menurun serta nampak tidak akan naik lagi [ , [Boban tari r+——___—. Penjepit tulangan TESS ~ onary Bola tulangan tarik | ~ Ekslensomoter Att] bbe a Baja penahan beton i Sillnder beton Gambar 3. Cara pengujian kuat ikat HASIL DAN PEMBAHASAN Beton non-pasir Hasil pemeriksaan pada silinder beton non-pasir Menunjukkan bahwa beton non-pasir yang dibuat berberat jenis 1,86 dan kuat tekan rata-ratanya 15,6 MPa. MEDIA TEKNIK No.1 Tahun XXII Edisi Februari 2000 No.ISSN 0216-3012 Baja tulangan Hasil pengujian baja tulangan polos yang dipakai menunjukkan diameternya 11,95 mm, tegangan leleh 331 MPa, tegangan maksimum 533° MPa, dan modulus elastis 198073 MPa. Kuat lekat Hasil pengujian kuat lekat pada benda uji tulangan tanpa kait tertera pada Tabel 1 dan Gambar 4, Dalam Tabel 1 tersebut nilai kuat lekat adalah tegangan lekat antara_tulangan dan beton non-pasir pada nilai sesar 0,25 mm (sesuai batasan dalam ASTM C-234.91a). Nilai kuat lekat tersebut adalah 0,565 MPa, Jika dibandingkan dengan kuat lekat antara baja tulangan polos dan beton normal sebesar 1,7241 MPa (Perry, 1959) maka tampak bahwa nilai kuat lekat ini sangat rendah. Hal ini karena beton non- pasir banyak mengandung rongga sehingga sehingga tidak seluruh permukaan baja tulanganmelekat dengan beton. 50,— (on Gambar 4, Diagram pengujian kuat lekat antara baja twlangan dan beton non-pasir (Kusumajaya, 1998) Tabel 1, Hlasil uji kuat lekat antara baja tulangan polos, dan beton non-pasir (Kusumajaya, 1998), ~Beban Nonor Sesar pada | Beba pada] Kuat lekat benda uji | maksimum | beban maks | sesar 0.25 | (MPa) ®) (onmy__| mms) i 35.502 [2.69 3299 [0386 2 38.408 | 2.78 3504 0,622 _ 3 35.684 | 2,79 31970568 4 33868 [298 | 2.880 [0311 38.138 [3.14 3.036 | 0539] 36.320 BAB Panjang penyaluran Berdasarkan hasil uji kuat lekat di depan’ maka panjang penyaluran minimum untuk tulangan polos diameter 12 mm, tegangan leleh 300 MPa, pada beton non-pasir dapat dihitung dengan rumus (1), yaitu a7 La = (12.300)(4.0,565) = 1593 mm Jika digunakan ketentuan dalam SNI-92 dan mempethatikan ketentuan dalam PBI-71 (bahwa Panjang penyaluran tulangan polos adalah 2 kali tulangan deform) maka panjang penyaluran tersebut dapat dihitung dengan rumus (2), yaitu La = 2.1,33.40,02.(/4).12.12.300/V 15} = 466 mm Tampak bahwa panjang penyaluran menurut SNI-92 jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan hasil pengujian, Dengan demikian maka faktor pengali dalam rumus SNI-92 pasal 3.5.2. yang semula 1,33 untuk beton ringan, jika untuk beton non-pasit disarankan diperbesar menjadi n = (1593/466).1,33 = 4,55 atau n = 4,60. Kuat kait Hasil pengujian kuat tarik lolos pada tulangan dengan sudut kait 90, 135, dan 180 derajat tertera pada Tabel 2, Pada Tabel 2 tersebut beban tarik adalah nilai rata-rata dari 5 benda uji pada saat terjadi sesar 0,25 mm, Tabel 2. Beban tarik tulangan dengan kait, N (Suprapto, 1998, Sibarani,1998, Suranto, 1998) Sudut_ [Panjang bagian lurus di belakang kait (ekon] kait [15 mm [30 mm | 45 mm | 60 mm | 75 mm 90__| 3294 | 2853 | 2679 [ 2991 135 = 2719 3409 | 3767 | 2902 180_| 2905 | 3272 | 2917 | 2713 - Beban tarik pada Tabel 2 tersebut terdiri atas kuat ekat antara tulangan sepanjang 100 mm dan kuat tarik kait, maka jika beban tarik pada Tabel 2 dikurangi kuat lekat tulangan sepanjang 100 mm (yaitu 2120 N) diperoleh kuat kait yang nilainya dapat dibaca pada Tabel 3. Dari Tabel 3 tersebut tampak bahwa kuat tarik kait tertinggi terjadi pada kait dengan sudut kait 135 derajat dan panjang bagian ekor 60 mam, yaitu sebesar 1645 N. Tabel 3. Kuat tarik kait (N) Sudut agian lurus di belakang kait (ekor) kait 30 mm | 45 mm | 60 mm [75 mm 90. 731_| 557 | 869 | -—~ {135 | —- [597 | 1287 | 1645 | 780 yo_{ 783 | 1130 | 795 [91 Efektifitas kait Dengan memperhitungkan bahwa diameter bagian dalam kait sebesar 4 kali diameter tulangan, maka panjang tulangan yang dipakai untuk kait 135 derajat dengan bagian ekor 60 mm adalah : (135/360).1,(4.12+12)+60 = 131 mm Dengan panjang 131 mm tersebut apabila tidak dibuat kait, melainkan tetap lurus dan langsung ditanam dalam beton non-pasir sebagai panjang penyaluran maka akan dapat menahan beban tarik sebesar Pasi Ly 131.1.12.0,565 789 N Tampak bahwa dengan panjang tulangan yang sama, yaitu 131 mm, ujung tulangan dapat menahan beban tarik sebesar 2789 N jika tetap lurus dan langsung ditanam dalam beton non-pasir, yang berarti jauh lebih besar daripada jika dibuat kait sebagai angker yang hanya akan dapat menahan beban tarik sebesar 1645 N saja. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ditinjau dari segi pemakaian panjang tulangan maka pada struktur beton non-pasir pembuatan kait di ujung tulangan kurang efektit dibandingkan dengan jika tulangan tetap lurus dan ditanam dalam beton non-pasir sebagai panjang penyaluran. Kurang efektifnya kait di ujung tulangan ini disebabkan oleh Karena beton non-pasir banyak mengandung pori sehingga tidak semua bagian dalam Jengkung kait terisi beton. Hal ini mengakibatkan kuat tekan tumpuan beton di sepanjang bagian dalam kait menjadi sangat rendah KESIMPULAN DAN SARAN Dari pembshasan di depan disimpulkan hal-hal sebagai berikut 1. Kuat lekat antara baja tulangan polos diameter 12 mm dan beton non-pasir kuat tekan 15 MPa sebesar 0,565 MPa, berarti jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan kuat lekat antara baja tulangan polos dan beton normal 2. Faktor pengali sebesar 1,33 yang tercantum dalam SNI-92 pasal 3.5.2. untvk menghitung panjang penyaluran tulangan dalam beton ringan sebaiknya diperbesar menjadi 4,60 jika digunakan beton non- pasir dengan kuat tekan 15 MPa dan baja tulangan polos diameter 12 mm. 3. Pemakaian kait pada ujung tulangan sebagai angker ke dalam beton non-pasir tidak efisien karena kuat tariknya jauh lebih kecil daripada jika bagian kait di ujung tulangan tersebut tetap lurus dan langsung ditanam ke dalam beton non-pasir sebagai panjang penyaluran. maka dapat PENUTUP Penulis mengucapkan terima Kasih kepada seluruh Teknisi Laboratorium Bahan Bangunan 48 MEDIA TEKNIK No.1 Tahun XXII Edisi Februari 2000 No.JSSN 0216-3012 jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada atas bantuannya dalam pembuatan benda uji sampai pelaksanaan pengujian sehingga penelitian ini berjalan lancar. Semoga tulisan ini bermanfaat Pembaca maupun penulis sendiri, bagi para DAFTAR PUSTAKA Anonim, 1971, Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 (PBI-71), Lembaga Penjelidikan Masalah Bangunan, Direktorat’ Jenderal Tjiptakarya, Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik, Bandung. Anonim, 1992, Tata Cara Penghitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SNI-03-2847- 1992), Dewan Standardisasi Nasional, Jakarta, Anonim, 1992 , Standard Test Method for Comparing Concrete on the Basis of the Bond Developed with Reinforcing Steel, ASTM-C-234-91a, Annual Book of ASTM Standards, Section 4, Construction, Vol.04.02., Philadelphia. Basewed, F., dan Tjokrodimuljo,K., 1998, Kajian Hubungan antara Momen dan Kekuatan pada Kolom Bulat dari Pipa Baja Terisi Beton Non- Pasir, Media Teknik, No4., Tahun XX Edisi Nopember 1998, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Tham, M.N.. 1997, Kuat Lentur dan Daktilitas Balok Beton Non-Pasir dengan Agregat Buatan dari Tanah Liat Bakar asal Grobogan, Tesis S-2, Teknik Sipil, Fakultas Pasca Sarjana, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Kadarusman, 1998, Kajian Pemakaian Kerikil Galis Madura sebagai Agregat pada Beton Non-pasir, Tugas Akhir, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Kandar,K., 1995, Pengaruh Perbandingan Agregat- Semen terhadap Kuat Tekan Beton Non-Pasir dari Agregat Buatan Campuran Lempung dan Pasit asal Tenggarong Kalimantan Timur, Tesis Teknik Sipil, Fakultas Pasca Sarjana, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Kusumajayal.G., 1998, Kajian Kuat Lekat antara Baja Tulangan Polos dan Beton Non-Pasir dengan Menggunakan Agregat_Pecahan Genteng, Tugas Akhir, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Moeljono,H., 1995, Teknologi Bahan Bangunan Dalam Mengantisipasi Bahaya Gempa, Seminar Nasional, Bahaya Gempa dan Topan terhadap Struktur Bangunan Gedung, Kerjasama Kopertis Wilayah V - FT-UI - HAKI Komda DIY, 22-23 September 1995, Yogyakarta. Naibaho,A., 1993, Kuat Lentur Beton Ringan tanpa Pasir dengan Agregat Lempung Bekah, Tugas Akhir, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Park.R., dan Paulay,T., 1975, Reinforced Concrete Structures, John Wiley & Sons, New York. Rahmat,B., 1993, Kuat Lentur dan Dakilitas Balok Beton dengan Agregat Kasar Pecahan Genteng Sokka, Tugas Akhir, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, ‘Yogyakarta, SibaraniM., 1998, Kajian Kuat Lekat antara Beton Non-Pasir dan Baja Tulangan Polos dengan kait Seratus Tiga Puluh Lima Derajat, Togas Akhir. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Sumartono, A., 1993, Beton Ringan Non-Pasir dengan Agregat Lempung Bekah, Tugas Akhit, Jurusan Teknik —Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Suprapto, 1998, Kajian Kuat Lekat antara Beton Non- Pasir dan Baja Tulangan Polos dengan Kait Sembilan Puluh Derajat, Tugas Akhir, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Suranto,M., 1998, Kajian Kuat Lekat antara Beton Non-Pasir dan Baja Tulangan Polos dengan Kait Seratus Delapan Puluh Derajat, Tugas Akhit, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Syafrizal, 1998, Studi Pemanfaaran Pasir dan Pecahan Genteng Bangka untuk Pembuatan Mortar, Beton Non-Pasir, dan Beton Ringan. Tugas Akhir, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Tjokrodimuljo,K., 1991, Beton Tanpa Pasir dengan Agregat Pecahan Genteng, Teknis, Edisi IX, No.9 Tahun V/1991, Majalah Politeknik, Universitas Diponegoro, Semarang Tjokrodimuljo,K., 1995, Kekuatan dan Daktilitas Balok Beton Bertulang dari Beton Non-Pasir dengan Kerikil Lempung Bekah, Media Teknik. No.|. Tahun XVII Edisi April 1995. Majalah Catur Wulan, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Wahyudi.B., 1998, Pengarwh Perbandingan Agregat- Semen terhadap Sifat-Sifat_ Beton Non-Pasir dengan Agregat Buatan Tanah Liat Bakar asal Purwodadi, Tugas Akhir, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Wang,C.K. dan Salmon,C.G., 1979, Reinforced Concrete Design, Third Edition, Harper and Row Publishers, New York MEDIA TEKNIK No.1 Tahun XXII Edisi Februari 2000 No.ISSN 0216-3012 49

Vous aimerez peut-être aussi