Vous êtes sur la page 1sur 47

ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM PENCERNAAN

HEPATITIS DAN SEROSIS HEPATITIS

DISUSUN OLEH:

 ASTRIANNA BELLA BR TARIGAN


 ENJELIKA SITUMORANG
 GIOVANI MANIHURUK

STIKES SANTA ELISABETH MEDAN


T.A 2016/2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Hepatitis virus akut merupakan penyakit infeksi yang penyebarannya luas dalam tubuh
walaupun efek yang menyolok terjadi pada hepar. Telah ditemukan 5 kategori virus yang
menjadi agen penyebab yaitu Virus Hepatitis A (HAV), Virus Hepatitis B (HBV), Virus
Hepatitis C (HVC), Virus Hepatitis D (HDV), Virus Hepatitis E (HEV).
Walaupun kelima agen ini dapat dibedakan melalui petanda antigeniknya, tetapi
kesemuanya memberikan gambaran klinis yang mirip, yang dapat bervariasi dari keadaan sub
klinis tanpa gejala hingga keadaan infeksi akut yang total.
Bentuk hepatitis yang dikenal adalah HAV ( Hepatitis A ) dan HBV (Hepatitis B). kedua
istilah ini lebih disukai daripada istilah lama yaitu hepatitis infeksiosa dan hepatitis serum, sebab
kedua penyakit ini dapat ditularkan secara parenteral dan non parenteral.
Hepatitis virus yang tidak dapat digolongkan sebagai Hepatitita A atau B melalui
pemeriksaan serologi disebut sebagai Hepatitis non-A dan non-B (NANBH) dan saat ini disebut
Hepatitis C (Dienstag, 1990).Selanjutnya ditemukan bahwa jenis hepatitis ini ada 2 macam, yang
pertama dapat ditularkan secara parenteral (Parenterally Transmitted) atau disebut PT-NANBH
dan yang kedua dapat ditularkan secara enteral (Enterically Transmitted) disebut ET-NANBH
(Bradley, 1990; Centers for Disease Control, 1990). Tata nama terbaru menyebutkan PT-
NANBH sebagai Hepatitis C dan ET-NANBH sebagai Hepatitia E (Bradley,1990; Purcell,
1990).
Virus delta atau virus Hepatitis D (HDV) merupakan suatu partikel virus yang menyebabkan
infeksi hanya bila sebelumnya telah ada infeksi Hepatitis B, HDV dapat timbul sebagai infeksi
pada seseorang pembawa HBV.
Hepatitis menjadi masalah kesehatan masyarakat yang penting tidak hanya di Amerika tetapi
juga diseluruh Dunia.Penyakit ini menduduki peringkat ketiga diantara semua penyakit menular
yang dapat dilaporkan di Amerika Serikat (hanya dibawah penyakit kelamin dan cacar air dan
merupakan penyakit epidemi di kebanyakan negara-negara dunia ketiga.Sekitar 60.000 kasus
telah dilaporkan ke Center for Disease Control di Amerika Serikat setiap tahun, tetapi jumlah
yang sebenarnya dari penyakit ini diduga beberapa kali lebih banyak.Walaupun mortalitas akibat
hepatitis virus ini rendah, tetapi penyakit ini sering dikaitkan dengan angka morbiditas dan
kerugian ekonomi yang besar.

2. Tujuan penulisan

 Untuk Mengetahui Definisi Hepatitis dan serosis hepatis


 Untuk Mengetahui Etiologi Hepatitis dan serosis hepatis
 Untuk Mengetahui Klasifikasi dan Penyebab Hepatitis dan serosis hepatis
 Untuk Mengetahui Manifestasi Hepatitis dan serosis hepatis
 Untuk Mengetahui Patofisiologi Hepatitis dan serosis hepatis
 Untuk Mengetahui Pathway Hepatitis dan serosis hepatis
 Untuk Mengetahui penatalaksanaan Hepatitis dan serosis hepatis
 Untuk Mengetahui Asuhan Keperawatan pada Pasien Hepatitis dan serosis hepatis
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1. DEFINISI
Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat disebabkan oleh
infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta bahan-bahan kimia. (Sujono Hadi,
1999).
Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan klinis,
biokimia serta seluler yang khas (Smeltzer, 2001)

2.2. ETIOLOGI
1.Virus
Type A Type B Type C Type D Type E
Metode Fekal-oral Parenteral Parenteral Parenteral Fekal-
transmisi melalui seksual, jarang perinatal, oral
orang lain perinatal seksual, memerlukan
orang ke koinfeksi
orang, dengan type B
perinatal
Keparah-an Tak Parah Menyebar Peningkatan Sama
ikterik luas, dapat insiden kronis dengan D
dan berkem-bang dan gagal hepar
asimto- sampai kronis akut
matik
Sumber Darah, Darah, saliva, Terutama Melalui darah Darah,
virus feces, semen, melalui darah feces,
saliva sekresi saliva
vagina

2.Alkohol

Menyebabkan alkohol hepatitis dan selanjutnya menjadi alkohol sirosis.

3.Obat-obatan

Menyebabkan toksik untuk hati, sehingga sering disebut hepatitis toksik dan hepatitis akut.
2.3. TANDA DAN GEJALA

1.Masa tunas

Virus A : 15-45 hari (rata-rata 25 hari)


Virus B : 40-180 hari (rata-rata 75 hari)
Virus non A dan non B : 15-150 hari (rata-rata 50 hari)

2.Fase Pre Ikterik

Keluhan umumnya tidak khas. Keluhan yang disebabkan infeksi virus berlangsung
sekitar 2-7 hari. Nafsu makan menurun (pertama kali timbul), nausea, vomitus, perut kanan atas
(ulu hati) dirasakan sakit. Seluruh badan pegal-pegal terutama di pinggang, bahu dan malaise,
lekas capek terutama sore hari, suhu badan meningkat sekitar 39 oC berlangsung selama 2-5 hari,
pusing, nyeri persendian. Keluhan gatal-gatal mencolok pada hepatitis virus B.

3.Fase Ikterik

Urine berwarna seperti teh pekat, tinja berwarna pucat, penurunan suhu badan disertai
dengan bradikardi. Ikterus pada kulit dan sklera yang terus meningkat pada minggu I, kemudian
menetap dan baru berkurang setelah 10-14 hari. Kadang-kadang disertai gatal-gatal pasa seluruh
badan, rasa lesu dan lekas capai dirasakan selama 1-2 minggu.

4.Fase penyembuhan

Dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa sakit di ulu hati, disusul
bertambahnya nafsu makan, rata-rata 14-15 hari setelah timbulnya masa ikterik. Warna urine
tampak normal, penderita mulai merasa segar kembali, namun lemas dan lekas capai.

2.4. PATOFOSIOLOGI
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus
dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia. Unit fungsional dasar dari
hepar disebut lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai darah sendiri. Sering dengan
berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal pada hepar terganggu. Gangguan terhadap
suplai darah normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar.
Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang menjadi rusak dibuang dari tubuh oleh respon sistem
imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru yang sehat. Oleh karenanya, sebagian besar klien
yang mengalami hepatitis sembuh dengan fungsi hepar normal.
Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan suhu badan
dan peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak nyaman pada perut kuadran
kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di ulu hati.
Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun jumlah billirubin
yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal, tetapi karena adanya
kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrahepatik, maka terjadi kesukaran pengangkutan
billirubin tersebut didalam hati. Selain itu juga terjadi kesulitan dalam hal konjugasi. Akibatnya
billirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus hepatikus, karena terjadi retensi (akibat
kerusakan sel ekskresi) dan regurgitasi pada duktuli, empedu belum mengalami konjugasi
(bilirubin indirek), maupun bilirubin yang sudah mengalami konjugasi (bilirubin direk). Jadi
ikterus yang timbul disini terutama disebabkan karena kesukaran dalam pengangkutan, konjugasi
dan eksresi bilirubin.
Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak pucat (abolis).
Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat dieksresi ke dalam kemih,
sehingga menimbulkan bilirubin urine dan kemih berwarna gelap. Peningkatan kadar bilirubin
terkonjugasi dapat disertai peningkatan garam-garam empedu dalam darah yang akan
menimbulkan gatal-gatal pada ikterus.

2.5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK


1. Laboratorium
a. Pemeriksaan pigmen
 urobilirubin direk
 bilirubun serum total
 bilirubin urine
 urobilinogen urine
 urobilinogen feses
b. Pemeriksaan protein
 protein totel serum
 albumin serum
 globulin serum
 HbsAG
c. Waktu protombin
 respon waktu protombin terhadap vitamin K
d. Pemeriksaan serum transferase dan transaminase
 AST atau SGOT
 ALT atau SGPT
 LDH
 Amonia serum
2. Radiologi
o foto rontgen abdomen
o pemindahan hati denagn preparat technetium, emas, atau rose bengal yang
berlabel radioaktif
o kolestogram dan kalangiogram
o arteriografi pembuluh darah seliaka
3. Pemeriksaan tambahan
o laparoskopi
o biopsi hati

2.6. KOMPLIKASI
Ensefalopati hepatic terjadi pada kegagalan hati berat yang disebabkan oleh akumulasi
amonia serta metabolik toksik merupakan stadium lanjut ensefalopati hepatik. Kerusakan
jaringan paremkin hati yang meluas akan menyebabkan sirosis hepatis, penyakit ini lebih banyak
ditemukan pada alkoholik.

2.7. Penatalaksanaan medis

a) Penderita yang menunjukkan keluhan berat harus istirahat penuh selama 1-2 bulan.
b) Diet harus mengandung cukup kalori dan mudah dicerna.

c) Pada umumnya tidak perlu diberikan obat-obat, karena sebagian besar obat akan di

metabolisme di hati dan meningkatkan SGPT.

d) Wanita hamil yang menderita hepatitis perlu segera di rujuk ke rumah sakit.

e) Pemeriksaan enzim SGPT dan gamma-GT perlu dilakukan untuk memantau keadaan

penderita. Bila hasil pemeriksaan enzim tetap tinggi maka penderita dirujuk untuk

menentukan apakah perjalanan penyakit mengarah ke hepatitis kronik.

f) Hepatitis b dapat dicegah dengan vaksin. Pencegahan ini hanya dianjurkan bagi orang-orang

yang mengandung resiko terinfeksi.

g) Pada saat ini belum ada obat yang dapat memperbaiki kerusakan sel hati.

2.8. Asuhan keperawatan hepatitis

1. Pengkajian

A. Identitas Pasien

Meliputi :Nama, Usia : bisa terjadi pada semua usia,Alamat,Agama,Pekerjaan,Pendidikan.

B. Riwayat Kesehatan

1. Keluhan utama

pasien mengatakan suhu tubuhnya tinggi dan nyeri perut kanan atas

2. Riwayat penyakit sekarang

Gejala awal biasanya sakit kepala, lemah anoreksia, mual muntah, demam, nyeri perut

kanan atas.
3. Riwayat penyakit dahulu

Riwayat kesehatan masa lalu berkaitan dengan penyakit yang pernah diderita

sebelumnya, kecelakaan yang pernah dialami termasuk keracunan, prosedur operasi dan

perawatan rumah sakit.

4. Riwayat penyakit keluarga

Berkaitan erat dengan penyakit keturunan, riwayat penyakit menular khususnya berkaitan

dengan penyakit pencernaan.

2. Pemeriksaan Fisik

1. Review Of Sistem (ROS)

a. Kedaan umum : kesadaran composmentis, wajah tampak menyeringai kesakitan, konjungtiva

anemis, Suhu badan 38,50 C

b.Sistem respirasi : frekuensi nafas normal (16-20x/menit), dada simetris, ada tidaknya sumbatan

jalan nafas, tidak ada gerakan cuping hidung, tidak terpasang O2, tidak ada

ronchi, whezing, stridor.

c. Sistem kardiovaskuler : TD 110/70mmHg , tidak ada oedema, tidak ada pembesaran

jantung, tidak ada bunyi jantung tambahan.

d. Sistem urogenital : Urine berwarna gelap

e. Sistem muskuloskeletal : kelemahan disebabkan tidak adekuatnya nutrisi (anoreksia)

f. Abdomen :

Inspeksi : abdomen ada benjolan

Auskultasi : Bising usus (+) pada benjolan

Palpasi : pada hepar teraba keras

Perkusi : hypertimpani
2. Pengkajian fungsional Gordon

a) Persepsi dan pemeliharaan kesehatan

Pasien mengatakan kesehatan merupakan hal yang penting, jika ada keluarga yang sakit maka

akan segera dibawa ke pelayanan kesehatan terdekat.

b) Pola nutrisi dan metabolik

Makan : Tidak nafsu makan, porsi makan tidak habis, habis 3 sendok disebabkan Mual

muntah

Minum : minum air putih tidak banyak sekitar 400-500cc

c) Pola eliminasi

BAK : urine warna gelap,encer seperti teh

BAB : Diare feses warna tanah liat

d) Pola aktivitas dan latihan

Pasien tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasanya karena pasien lemah terkulai di atas

tempat tidur, lelah ,malaise dan membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhan

dasarnya,

e) Pola istirahat tidur

Pasien tidak bisa istirahat total seperti biasanya karena ada nyeri pada abdomen, mialgia,

atralgia, sakit kepala dan puritus.

f) Pola persepsi sensori dan kognitif

Pasien sudah mengerti tentang keadaanya dan merasa harus segera berobat

g) Pola hubungan dengan orang lain

Pasien dapat berhubungan dengan orang lain secara baik tetapi akibat kondisinya pasien

malas untuk keluar dan memilih untuk istirahat.


h) Pola reproduksi / seksual

pola hidup/perilaku meningkatkan risiko terpejan (contoh homoseksual aktif/biseksual

pada wanita).

i) Pola persepsi diri dan konsep diri

Pasien ingin cepat sembuh dan tidak ingin mengalami penyakit seperti ini lagi

j) Pola mekanisme koping

Pasien apabila merasakan tidak nyaman selalu memegangi perutnya dan meringis kesakitan

k) Pola nilai kepercayaan / keyakinan

Pasien beragama islam dan yakin akan cepat sembuh menganggap ini merupakan cobaan

dari Allah SWT.

3. Pemeriksaan Penunjang

1. ASR (SGOT) / ALT (SGPT)

Awalnya meningkat.Dapat meningkat 1-2 minggu sebelum ikterik kemudian tampak menurun.

SGOT/SGPT merupakan enzim – enzim intra seluler yang terutama berada dijantung, hati dan

jaringan skelet, terlepas dari jaringan yang rusak, meningkat pada kerusakan sel hati

2. Darah Lengkap (DL)

SDM menurun sehubungan dengan penurunan hidup SDM (gangguan enzim hati) atau

mengakibatkan perdarahan.

3. Leukopenia

Trombositopenia mungkin ada (splenomegali)

4. Diferensia Darah Lengkap

Leukositosis, monositosis, limfosit, atipikal dan sel plasma.


5. Alkali phosfatase

Sedikit meningkat (kecuali ada kolestasis berat)

6. Feses

Warna tanah liat, steatorea (penurunan fungsi hati)

7. Albumin Serum

Menurn, hal ini disebabkan karena sebagian besar protein serum disintesis oleh hati dan karena

itu kadarnya menurun pada berbagai gangguan hati.

8. Gula Darah

Hiperglikemia transien / hipeglikemia (gangguan fungsi hati).

9. Anti HAVIgM

Positif pada tipe A

10. HbsAG

Dapat positif (tipe B) atau negatif (tipe A)

11. Masa Protrombin

Kemungkinan memanjang (disfungsi hati), akibat kerusakan sel hati atau berkurang. Meningkat

absorbsi vitamin K yang penting untuk sintesis protombin.

12. Bilirubin serum

Diatas 2,5 mg/100 ml (bila diatas 200 mg/ml, prognosis buruk, mungkin berhubungan dengan

peningkatan nekrosis seluler)

13. Tes Eksresi BSP (Bromsulfoptalein)

Kadar darah meningkat. BPS dibersihkan dari darah, disimpan dan dikonyugasi dan diekskresi.

Adanya gangguan dalam satu proses ini menyebabkan kenaikan retensi BSP.
14. Biopsi Hati

Menujukkan diagnosis dan luas nekrosis

15. Skan Hati

Membantu dalam perkiraan beratnya kerusakan parenkin hati.

16. Urinalisa

Peningkatan kadar bilirubin. Gangguan eksresi bilirubin mengakibatkan hiperbilirubinemia

terkonyugasi. Karena bilirubin terkonyugasi larut dalam air, ia dsekresi dalam urin menimbulkan

bilirubinuria.

Analisa Data

No Data Etiologi Masalah

1 Ds: Pasien mengatakan bahwa nyeri Pembengkakan hepar Gangguan rasa nyaman

pada daerah perut kanan atas (Nyeri)

Do :

P : Nyeri pada saat ditekan

Q : Seperti ditusuk tusuk

R : Nyeri pada kuadran kanan atas

S : Skala : 6-8

T: Menetap

2 Do : pasien mengatakan mual tidak Anoreksia Nutrisi kurang dari

nafsu makan kebutuhan

Ds : klientampak lemah dan lemas,

porsi makan tidak habis hanya habis

3 sendok
A : BB turun

B : Hb < 12

C : Konjungtiva anemis

D : Diet makan tinggi serat dan

protein

3 Ds : Pasien mengatakan bahwa dia Penurunan kekuatan / Intoleransi Aktivitas

malas untuk beraktivitas ketahanan tubuh

Do : Tonus Otot 4 4

4 4

- Aktivitas sehari hari memerlukan

bantuan

- Pasien nampak terkulai lemas di

atas tempat tidur

4 Ds : pasien mengatakan bahwa Gatal sekunder dengan Resiko tinggi terhadap

tubuhnya gatal -gatal akumulasi garam kerusakan integritas

Do : Tanda garukan pada kulit empedu pada jaringan kulit

5 Ds :Pasien mengatakan bahwasering Mual – muntah Resiko tinggi

muntah kekurangan volume

Do :pasien muntah 1x/ lebih sehari cairan

Turgor Kulit kembali > 2 Detik

Mukosa Bibir Kering


Mata Cowong

Konjungtiva Anemis

6 Ds : pasien mengatakan tubuhnya infasi agen dalam Hipertermi

panas sirkulasi darah sekunder

a. Do : suhu tubuh pasien 38,50 C terhadap inflamasi hepar

4. Diagnosa Keperawatan

 Gangguan rasa nyaman (Nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar.

 Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia.

 Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan kekuatan / ketahanan tubuh.

Resiko Tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Gatal sekunder

dengan akumulasi garam empedu pada jaringan.

 Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual – muntah.

 Hipetermi berhubungan dengan infasi agen dalam sirkulasi darah sekunder terhadap

inflamasi hepar

5. Intervensi Keperawatan

DX 1 : Gangguan rasa nyaman (Nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar.

Tujuan : Setelah dilakukan proses keperawatan selama 4 x 24 diharapkan pasien nyeri hilang,

dengan

KH :

- TTV normal :(TD :110/70 – 120/ 90 mmHg, RR : 16- 20 x/mnt, N : 60-100x/mnt, S : 36,5-

37,50.C ).
- Pasien mengungkapkan rasa nyeri berkurang.

- Pasien mampu mengendalikan nyeri dengan teknik relaksasi dan distraksi.

- Skala nyeri 0-3

- Wajah pasien rileks

Intervensi Rasional

1) Kolaborasi dengan individu untuk 1) nyeri yang berhubungan dengan hepatitis

menentukan metode yang dapat digunakan sangat tidak nyaman, oleh karena terdapat

untuk intensitas nyeri peregangan secara kapsula hati, melalui

pendekatan kepada individu yang

mengalami perubahan kenyamanan nyeri

diharapkan lebih efektif mengurangi nyeri.

2) Observasi TTV 2) Untuk mengetahui keadaan umum klien

3) Tunjukkan pada klien penerimaan tentang 3. klienlah yang harus mencoba meyakinkan

respon klien terhadap nyeri pemberi pelayanan kesehatan bahwa ia

mengalami nyeri.

4) Berikan informasi akurat dan 4 klien yang disiapkan untuk mengalami

a) Jelaskan penyebab nyeri nyeri melalui penjelasan nyeri yang

b) Tunjukkan berapa lama nyeri akan berakhir, sesungguhnya akan dirasakan (cenderung

bila diketahui lebih tenang dibanding klien yang

penjelasan kurang/tidak terdapat penjelasan)

5) Bahas dengan dokter penggunaan analgetik 5) kemungkinan nyeri sudah tak bisa

yang tak mengandung efek hepatotoksi dibatasi dengan teknik untuk mengurangi

nyeri.
DX 2 :Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Anoreksia

Tujuan : Setelah dilakukan selama 5 x 24 jam diharapkan nutrisi klien terpenuhi, dengan

KH :

o Nafsu makan pasien meningkat

o Porsi makan habis

o Pasien mampu mengungkapkan bagaimana cara mengatasi malas makan

o Pasien tidak lemas

o BB naik

INTERVENSI RASIONAL

Mandiri

1. Awasi pemasukan diet / jumlah kalori. 1.Makan banyak sulit untuk mengatur bila

Berikan makan sedikit dalam frekuensi sering pasien anoreksi. Anoreksi juga paling buruk

dan tawarkan makan pagi paling besar selama siang hari, membuat masukan makanan

yang sulit pada sore hari

2. Berikan perawatan mulut sebelum makan 2. Menghilangkan rasa tak enak dapat

meningkatkan nafsu makan

3. Anjurkan makan pada posisi duduk tegak 3.Menurunkan rasa penuh pada abdomen dan

dapat meningkatkan nafsu makan

4. Dorong pemasukan sari jeruk, minuman 4. Bahan ini merupakan ekstra kalori dan dapat

karbonat dan permen berat sepanjang hari lebih mudah dicerna / toleran bila makanan lain

ini
Kolaborasi

5. Konsul pada ahli gizi, dukung tim nutrisi 5.Berguna dalam membuat program diet untuk

untuk memberikan diet sesuai kebutuhan memenuhi kebutuhan individu. Metabolisme

pasien, dengan masukan lemak dan protein lemak bervariasi tergantung pada produksi dan

sesuai toleransi pengeluaran empedu dan perlunya masukan

normal atau lebih protein akan membantu

regenerasi hati

6. Berikan obat sesuai indikasi : Antiematik, 6.Diberikan ½ jam sebelum makan, dapat

contoh metalopramide (Reglan) ; menurunkan mual dan meningkatkan toleransi

trimetobenzamid (Tigan) pada makanan.

DX 3:Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan kekuatan / ketahanan tubuh.

Tujuan : Setelah dilakukan proses keperawatan selama 4 X 24 jam pasien diharapkan mampu

beraktivitas dengan baik, dengan

KH :

o Tonus otot 5 5

o Pasien mampu melakukan aktivitas sendiri

o Pasien mampu memenuhi kebutuhannya sendiri

INTERVENSI RASIONAL

Mandiri

1.Tingkatkan tirah baring / duduk. Berikan 1.Meningkatkan istirahat dan ketenangan.

lingkungan tenang; batasi pengunjung sesuai Menyediakan energi yang digunakan untuk

keperluan penyembuhan. Aktivitas dan posisi duduk


tegak diyakini menurunkan aliran darah ke

kaki, yang mencegah sirkulasi optimal ke sel

hati

2.Ubah posisi dengan sering. Berikan 2.Meningkatkan fungsi pernafasan dan

perawatan kulit yang baik meminimalkan tekanan pada area tertentu

untuk menurunkan resiko kerusakan

jaringan

3.Lakukan tugas dengan cepat dan sesuai 3.Memungkinkan periode tambahan istirahat

toleransi tanpa gangguan

4.Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi, bantu 4.Tirah baring lama dapat menurunkan

melakukan latihan rentang gerak sendi pasif / kemampuan. Ini dapat terjadi karena

aktif keterbatasan aktivitas yang mengganggu

periode istirahat.

5. Dorong penggunaan teknik manajemen stres, 5.Meningkatkan relaksasi dan penghematan

contoh relaksasi progresif, visualisasi, energi, memusatkan kembali perhatian, dan

bimbingan imajinasi, berikan aktivitas hiburan dapat meningkatkan koping

yang tepat, contoh menonton TV, radio,

membaca

6. Awasi terulangnya anoreksia dan nyeri tekan 6. Menunjukkan kurangnya resolusi /

pembesaran hati eksaserbasi penyakit, memerlukan istirahat

lanjut, mengganti program terapi

Kolaborasi

7. Berikan antidot atau bantu dalam prosedur 7. Membuang agen penyebab pada hepatitis
sesuai indikasi (contoh lavase, katarsis, toksik dapat membatasi derajat kerusakan

hiperventilasi) tergantung pada pemajanan jaringan

8.Berikan obat sesuai indikasi : sedatif, agen 8. Membantu dalam manajemen kebutuhan

antiansietas, contoh diazepam (Valium); tidur. Catatan : penggunaan berbiturat dan

lorazepam (Ativan) tranquilizer seperti Compazine dan

Thorazine, dikontraindikasikan sehubungan

dengan efek hepatotoksik

9. Awasi kadar enzim hati 9.Membantu menentukan kadar aktivitas

tepat, sebagai peningkatan prematur pada

potensial risiko berulang

Dx 4 : Resiko Tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan denganGatal sekunder

dengan akumulasi garam empedu pada jaringan.

Tujuan : Setelah dilakukan proses keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan gatal pada pasien

hilang.

KH :

o Pasien merasa nyaman

o Tubuh pasien tidak gatal lagi

o Tubuh pasien tidak lecet

Intervensi Rasional

- Mulai tindakan kenyamanan : 1.Tindakan ini meningkatkan istirahat.

- Mandi pancuran dingin Istirahat menurunkan kebutuhan energi yang

- Gosokan punggung menghasilkan tegangan pada hepar.


- Air hangat

- Aktivitas hiburan rendah (membaca,

menonton TV, permainan papan)

- Kompres dingin pada dahi untuk sakit

kepala

- Lingkungan tenang

2. Berikan antipiretik yang diresepkan dan 2.Untuk mengatasi demam. Demam

evaluasi keefektifan berhubungan dengan peningkatan

kehangatan dan berkeringat saat demam

membaik. Hangat disertai dengan lembab

meningkatkan rasa gatal.

3.Pertahankan linen dan pakaian kering 3.Pakaian basah dari berkeringat adalah

sumber ketidaknyamanan

4. Dorong kunjungan dari keluarga dan teman 4. Isolasi dapat menyebabkan kebosanan

yang mencetuskan depresi dan

meningkatkan ketidaknyamanan.

5. Mulai tindakan untuk menghilangkan puritus 5.Suhu dingin membatasi vasodilatasi jadi

: menurunkan pengeluaran garam empedu ke

- Berikan mandi pancuran dingin permukaan kulit. Soda kue dan sagu

- Gunakan soda kue atau tepung sagu membantu menetralkan asam pada

pada air permukaan kulit. Sabun alkalin mempunyai

- Hindari sabun alkalin efek mengeringkan, yang meningkatkan rasa

- Berikan losin Caladryl gatal. Losion Caladryl mengandung


- Gunakan pakaian yang longgar antihistamin, benadryl yang juga

- Pertahankan suhu kamar dingin menetralkan keasaman permukaan kulit, dan

menekan ujung saraf sensori yang

mencetuskan sensasi gatal

6. Pertahankan kuku pasien terpotong pendek. 6. Untuk menurunkan resiko kerusakan kulit

Instruksikan pasien menggunakan bantalan jari bila buruk

untuk menggaruk kulit atau menggunakan

ujung jari untuk menekan pada kulit bila sangat

perlu menggaruk.

Dx 5 : Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan denganmual – muntah.

Tujuan : Setelah dilakukan selama 2 x 24 jam diharapkan volume cairan pasien terpenuhi,

dengan

KH :

- TTV normal :(TD :110/70 – 120/ 90 mmHg, RR : 16- 20 x/mnt, N : 60-100x/mnt, S :

36,5- 37,50.C ).

- Turgor Kulit kembali < 2 Detik

- Mukosa Bibir lembab

- Mata tidak Cowong

- Konjungtiva tidak Anemis

- Muntah tidak terjadi


INTERVENSI RASIONAL

Mandiri

1 Awasi masukan dan haluaran, bandingkan 1. Memberikan informasi tentang kebutuhan

dengan berat badan harian. Catat kehilangan penggantian / efek terapi.

melalui usus, contoh muntah dan diare

2. Kaji tanda vital, nadi periver, pengisian 2.Indikator volume sirkulasi / perfusi

kapiler, turgor kulit, dan membran mukosa

3. Periksa asites atau pembentukan edema. 3.Menurunkan kemungkinan perdarahan

Ukur lingkar abdomen sesuai indikasi kedalam jaringan

4 Biarkan pasien menggunakan lap katun / spon 4.Menghindari trauma dan perdarahan gusi

dan pembersih mulut untuk sikat gigi

5.Observasi tanda perdarahan, contoh hematuria 5.Kadar protombin menurun dan waktu

/ melena, ekimosis, perdarahan terus menerus koagulasi memanjang bila absorbsi vitamin

dari gusi / bekas injeksi K terganggu pada traktus GI dan sintesis

protrombin menurun karena mempengaruhi

hati

Kolaborasi

6. Awasi nilai laboratorium, contoh Hb/Ht, Na+ 6. Menunjukkan hidrasi dan

albumin, dan waktu pembekuan mengidentifikasi retensi natrium / kadar

protein yang dapat menimbulkan

pembekuan edema. Defisit pada pembekuan

potensial beresiko perdarahan

7. Berikan cairan IV (biasanya glukosa), 7.Memberikan cairan dan penggantian


elektrolit elektrolit

Dx 6 : Hipetermi berhubungan dengan infasi agen dalam sirkulasi darah sekunder terhadap

inflamasi hepar

Tujuan: selelah dilakukan tindakan selama 3x24 suhu tubuh Pasien kembali normal, dengan

KH:

- Klien tidak mengeluh panas

- Suhu tubuh Normal 36,50 – 37,50C

- Keluarga pasien mampu mengatasi panas dengan melakukan kompres hangat.

Intervensi Rasional

1.Kaji adanya keluahan tanda – tanda 1.sebagai indikator untuk mengetahui status

peningkatan suhu tubuh hypertermi

2.Berikan kompres hangat pada lipatan ketiak 2.menghambat pusat simpatis di hipotalamus

dan femur . sehingga terjadi vasodilatasi kulit dengan

3.Berikan HE kepada keluarga pasien tentang merangsang kelenjar keringat untuk

pemberian kompres yang benar mengurangi panas tubuh melalui penguapan

4.Anjurkan klien untuk memakai pakaian yang 3.keluarga mampu melakukan kompres

menyerap keringat kepada pasien secara mandiri

4.kondisi kulit yang mengalami lembab

memicu timbulnya pertumbuhan jamur. Juga

akan mengurangi kenyamanan klien,

mencegah timbulnya ruam kulit.


2.9. PENGERTIAN

Sirosis hepatis adalah penyakit hati menahun yang difus, ditandai dengan adanya
pembentukan jaringan ikat disertai nodul (Fkui, 1996). Sirosis hepatis juga didefinisikan sebagai
penyakit hati kronik yang dicirikan oleh distorsi arsitektur hati yang normal oleh lembar-lembar
jaringan ikat dan nodula-nodula regenerasi sel hati, yang tidak berkaitan dengan vaskulatur
normal (Price, 1996).

2.10. ETIOLOGI

Beberapa hal yang menjadi penyebab sirosis hepatis adalah (Fkui, 1996) :

1.Hepatitis virus tipe B dan C

2.Alkohol

3.Metabolik : DM

4.Kolestatis kronik

5.Toksik dari obat : INH

6.Malnutrisi

2.11. KLASIFIKASI

Secara makroskopik, sirosis dibagi atas :

1.Sirosis mikronodular

Ditandai dengan terbentuknya septa tebal teratur, didalam septa parenkim hati mengandung
nodul halus dan kecil merata diseluruh lobus, besar nodulnya sampai 3 mm. Sirosis
mikronodular ada yang berubah menjadi makronodular.

2.Sirosis makronodular
Ditandai dengan terbentuknya septa dengan ketebalan bervariasi, dengan besar nodul lebih
dari 3 mm.

3.Sirosis campuran

Umumnya sinosis hepatis adalah jenis campuran ini.

Selain klasifikasi diatas, sirosis hepatis terbagi dalam 3 pola yaitu :

1.Sirosis laennec/sirosis alkoholik, portal dan sirosis gizi

Sirosis ini berhubungan dengan penyalahgunaan alkohol kronik. Sirosis jenis ini merupakan
50% atau lebih dari seluruh kasus sirosis. Perubahan pertama pada hati yang ditimbulkan alkohol
adalah akumulasi lemak secara gradual didalam sel-sel hati (infiltrasi lemak).

Akumulasi lemak mencerminkan adanya sejumlah gangguan metabolik. Pada kasus sirosis
laennec yang sangat lanjut, membagi parenkim menjadi nodula-nodula halus. Nodula-nodula ini
dapat membesar akibat aktifitas regenerasi sebagai usaha hati untuk mengganti sel-sel yang
rusak. Hati tampak terdiri dari sarang-sarang sel-sel degenerasi + regenerasi yang dikemas padat
dalam kapsula fibrosa yang tebal. Pada keadaan ini sirosis sering disebut sebagai sirosis nodular
halus. Hati akan menciut, keras dan hampir tidak memiliki parenkim normal pada stadium akhir
sirosis, dengan akibat hipertensi portal dan gagal hati.

2.Sirosis post nekrotik

Terjadi menyusul nekrosis berbercak pada jaringan hati, menimbulkan nodula-nodula


degeneratif besar dan kecil yang dikelilingi dan dipisah-pisahkan oleh jaringan parut, berselang-
seling dengan jaringan parenkim hati normal.

Sekitar 25% kasus memiliki riwayat hepantis virus sebelumnya. Banyaknya pasien dengan
hasil tes HbsAg positif menunjukkan bahwa hepatitis kronik aktif agaknya merupakan peristiwa
yang besar peranannya.

3.Sirosis Billaris
Kerusakan sel hati dimulai disekitar duktus billaris, penyebabnya obstruksi billaris post
hepatik. Sifat empedu menyebabkan penumpukan empedu didalam masa hati dengan akibat
kerusakan sel-sel hati, terbentuk lembar-lembar fibrosa di tepi lobulus. Sumber empedu sering
ditemukan dalam kapiler-kapiler,duktulus empedu dan sel-sel hati seringkali mengandung
pigmen hijau.

Klasifikasi CHILD pasien sirosis dalam terminologi cadangan fungsi hati

Derajat kerusakan Minimal Sedang Berat

Bil. Serum (m.u mol/dl) < 35 35-50 > 50

Alb serum (gr/dl) > 35 30-35 < 30

Asites Nihil Mudah dikontrol sukar

PSE/ensefalopati Nihil Minimal berat/koma

Nutrisi Sempurna Baik kurang/kurus

2.12. MANIFESTASI KLINIS

Terbagi dalam 2 fase, yaitu :

1.Fase kompensasi sempurna

– Keluhannya samar-samar, yaitu :

– Pasien merasa tidak fit/bugar

– Anorexia

– Mual
– Diare/konstipasi

– Berat badan menurun

– Kelemahan otot

– Cepat lelah

2.Fase dekompensasi

Diagnosis dapat ditegakkan dengan bantuan pemeriksaan klinis, laboratorium dan


pemeriksaan penunjang lainnya, terutama timbul komplikasi kegagalan hati dan
hipertensi portal dengan manifestasi :

-Eritema palmaris

-Spider nevi

-Vena kolateral pada dinding perut

-Ikterus

-Edema pretibial

-Asites

-Gangguan pembekuan darah seperti perdarahan gusi, epistaksis, haid berhenti

-Hematemesis

-Melena

-Ensefalopati hepatik
2.13. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1.Pemeriksaan Laboratorium

-Darah

HB darah, kolesterol darah yang selalu rendah mempunyai prognosis yang kurang
baik.

-Kenaikan kadar enzim transaminase/sgot, sgpt ,Gamma gt

-Kadar albumin yang rendah cerminan kemampuan sel hati yang kurang

-Penurunan kadar albumin dan peningkatan kadar globulin merupakan tanda kurangnya
daya tahan hati dalam menghadapi stress

-Pemeriksaan CHE (colinesterase)

Bila terjadi kerusakan sel hati, kadar CHE akan turun

-Pemeriksaan kadar elektrolit penting dalam penggunaan diuretik dan pembatasan garam
dalam diet

Pada ensefalopati, kadar Na kurang dari 4 mg/l menunjukkan kemungkinan telah


terjadi sindrom hepatorenal.

-Pemanjangan masa protombin merupakan petunjuk adanya penurunan fungsi hati

Pemberian vitamin K parenteral dapat memperbaiki masa protombin.

-Peningkatan kadar gula darah, pada sirosis hati fase lanjut disebabkan kurangnya
kemampuan sel hati membentuk glikogen

-Pemeriksaan masker serologi pertanda virus seperti HBsAg/HBsAb-HBeAg/HBeAb,


HBV DNA, HCV RNA untuk menentukan etiologi sirosis hepatis.
-Pemeriksaan AFP (Alfa Feto Protein) menentukan apakah telah terjadi transformasi ke
arah keganasan

Nilai AFP > 500-1000 mempunyai nilai diagnostik suatu kanker hati primer.

2.Radiologi

Dengan barium swallow dapat dilihat adanya varises esofagus untuk konfirmasi
hipertensi portal.

3.Esofagoskopi

Dapat melihat langsung sumber pendarahan varises esofagus, besar dan panjang varises
serta kemungkinan terjadi perdarahan yang lebih besar.

4.USG

Melihat pinggir hati, permukaan, pembesaran, hemogenitas, asites, splenomegali,


gambaran vera hepatika, vena porta, pelebaran saluran empedu, SOL (Space Occupying
Lesion)

5.Sidikan hati

Terlihat pengambilan radionukleid secara bertumpuk-tumpuk dan difus

6.Tomografi komputerisasi

Walaupun mahal sangat berguna mendiagnosis kelainan fokal seperti tumor/kusta.

7.Angiografi

Mengukur tekanan vena porta, melihat keadaan sirkulasi portal, mendeteksi tumor.
2.14. KOMPLIKASI

2 kelompok besar komplikasi, yaitu :

-Kegagalan hati (hepatoselular)

-Hipertensi portal

-Bila penyakit berlanjut, dari kedua komplikasi diatas dapat timbul komplikasi lain, yaitu :

-Asites

-Encefalopali

-Pentonitis bakterial spontan

-Transformasi kanker hati primer (hepatoma)

-Sindrom hepatorenal

2.15. PENATALAKSANAAN

Pasien dalam keadaan kompensasi hati yang baik cukup dilakukan kontrol yang teratur,
istirahat yang cukup, susunan diet tinggi kalori dan protein, lemak secukupnya.

Pasien sirosis dengan penyebab yang diketahui seperti :

-Alkohol dan obat-obat lain dianjutkan menghentikan penggunaannya

Alkohol akan mengurangi pemasukan protein kedalam tubuh. Dengan diet tinggi kalori
(300 kalori), kandungan protein makanan sekitar 70-90 gr sehari untuk menghambat
perkembangan kolagenik dapat dicoba dengan pemberian D. Penicilamine dan Colchicine.
-Hemokromatosis

Dihentikan pemakaian preparat yang mengandung besi/terapi kelasi (desferioxamine).


Dilakukan vena seksi 2x seminggu sebanyak 500 cc selama setahun.

-Pada hepatitis kronik autoimun diberikan kortikosteroid

Therapi terhadap komplikasi yang timbul

1.Untuk asites

-Diberikan diet rendah garam 0,5 gr/hari + total cairan 1,5 lt/hari. Spironolakton
(diuretik bekerja pada tubulus distal) dimulai dengan dosis awal 4 x 25 mg/hari,
dinaikkan -sampai total dosis 800 mg sehari, efek optimal terjadi setelah pemberian 3
hari. Idealnya pengurangan berat badan dengan pemberian diuretik ini adalah 1
kg/hari. Bila perlu dikombinasikan dengan furosemid (bekerja pada tubulus
proksimal).

2.Perdarahan varises esofagus (hematemesis, hematemesis dengan melena atau melena


saja)

-Lakukan pemasangan UB tube untuk mengetahui apakah perdarahan berasal dari


saluran sama, disamping melakukan aspirasi cairan lambung yang berisi darah, untuk
mengetahui apakah perdarahan sudah berhenti/masih berlangsung

-Bila perdarahan banyak, tekanan sistolik dibawah 100 mmHg, nadi diatas 100
x/menit atau Hb dibawah 99% dilakukan pemberian IVFD dengan pemberian
dextrosa/salin dan transfusi darah secukupnya

-Diberikan vasopresin 2 amp 0,1 gr dalam 500 cc cairan DS % atau salin pemberian
selama 4 jam dapat diulang 3x

-Dilakukan pemasangan SB tube untuk menghentikan perdarahan serius


-Dapat dilakukan skleroterapi sesudah dilakukan endoskopi kalau ternyata perdarahan
berasal dari pecahnya varises

-Untuk mencegah rebleeding dapat diberikan propanolol

3.Untuk ensefalopati

-Dilakukan koreksi faktor pencetus seperti pemberian KCL pada hipokalemia

-Mengurangi pemasukan protein makanan dengan memberi diet sesuai

-Aspirasi cairan lambung bagi pasien yang mengalami perdarahan pada varises

-Klisma untuk mengurangi absorbsi bahan nitrogen

-Pemberian : -duphalac 2 x 2 sendok makan

-neomisin per oral untuk sterilisasi usus

-antibiotik campisilin/sefalosporin pada keadaan infeksi sistemik

-Transplantasi hati

4.Peritonitis bakterial spontan

Diberikan antibiotik pilihan seperti sefotaksim 29/85 IV amoksisilin, aminoglikosida

5.Sindrom hepatorenal/refnopati hepatik

-Keseimbangan cairan dan garam diatur dengan ketat

-Atasi infeksi dengan pemberian antibiotik


ASUHAN KEPERAWATAN

1.Pengkajian

a.Data dasar

-Riwayat kesehatan

Riwayat faktor-faktor pencetus, khususnya penyalahgunaan alkohol dalam jangka


waktu yang lama

Pola penggunaan alkohol-alkohol (durasi dan jumlahnya)

Riwayat kontak dengan zat-zat toksik

Terpapar obat-obat hepatotoksik

-Aktifitas/istirahat : Kelemahan, kelelahan, letargi

-Sirkulasi : Disritmia

-Eliminasi : Distensi abdomen (hepatomegali, splenomegali, asites),


Penurunan/tidak adanya bising usus, Kesesuaian warna tanah liat, melena, urine gelap,
pekat

-Makanan/cairan : Anoreksia, mual, muntah, penurunan berat badan, edema, kulit


kering, turgor buruk, ikterik, nafas bau (fetor hepatikus), perdarahan gusi.

-Neurosensori : Perubahan mental, bingung, halusinasi, koma, bicara lambat/tak


jelas.

-Kenyamanan : Nyeri tekan abdomen kuadran kanan atas,pruritus.

-Pernafasan : Dispnea, takipnea, pernafasan dangkal, bunyi nafas tambahan, expansi


paru terbatas hipoxia.
-Keamanan : Pruritus, ikterik.

-Seksualitas : Gangguan menstruasi , atrofi testis , ginekomastia.

2.Masalah keperawatan yang muncul

a.Resiko tinggi kekurangan volume cairan dan elektrolit

b.Perubahan nutrisi kruang dari kebutuhan

c.Intoleransi aktivitas

d.Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan

e.Resiko tinggi perdarahan

f.Gangguan body image

g.Cemas

h.Nyeri

i.Pola nafas tidak efektif

3.Diagnosa keperawatan dan intervensi

a.Resiko tinggi kekurangan volume cairan dan elektrolit b.d Kehilangan berlebihan
melalui diare

Hasil yang diharapkan : Mempertahankan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital
stabil, turgor kulit baik, pengisian kapiler nadi perifer dan
haluan urine individu sesuai
-Intervensi :

Mandiri :

-Awasi masukan dan haluaran, bandingkan dengan berat badan harian

-Catat kehilangan melalui diare.

Rasional : Memberikan informasi tentang kebutuhan penggantian efek terapi.

-Kajian tanda vital, nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa.

Rasional : Indikator volume sirkulasi/perfusi.

-Periksa adanya asites atau edema

Rasional : Deteksi kemungkinan pendarahan dalam jaringan

-Observasi tanda perdarahan

Rasional : Absorbsi vitamin K terganggu pada GI

Kolaborasi :

-Awasi nilai laboratorium, contoh Hb/Ht. Na+ albumin, dan waktu pembekuan.

Rasional : Menunjukkan hidrasi dan mengidentifikasi retensi natrium kadar


protein yang dapat menimbulkan pembentukan edema. Defisit pada pembekuan
potensi beresiko pendarahan.

-Berikan :

Cairan Intra Vena

Rasional : Memberikan cairan dan penggantian elektrolit

Protein hidrolisat
Rasional : Memperbaiki kekurangan albumin/protein dapat membantu
mengembalikan cairan dari jaringan ke system sirkulasi

Vitamin K

Rasional : Karena Absorbsi terganggu, penambahan dapat mencegah masalah


koagulasi, yang dapat terjadi bila faktor pembekuan waktu protrombin
ditekan.

Antasida, simetidin

Rasional : Menetralisir/menurunkan sekresi gaster

Obat-obatan anti diare

Rasional : Mengurangi kehilangan cairan/elektrolit dari saluran GI

b.Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan b.d Gangguan absorbsi dan


metabolisme pencernaan makanan, kegagalan masukan untuk memenuhi
kebutuhan metabolic karena anoreksia, mual/muntah.

Hasil yang diharapkan : Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai tujuan dengan
nilai laboratorium normal dan bebas tanda malnutrisi

-Intervensi :

Mandiri :

-Awasi pemasukan diet/jumlah kalori. Berikan makan sedikit dalam frekuensi sering
dan tawarkan pagi paling besar

Rasional : Makan banyak sulit untuk mengatur bila pasien anoreksi

-Berikan perawatan mulut sebelum makan


Rasional : Menghilangkan rasa tak enak, meningkatkan nafsu makan

-Anjuran makan pada posisi duduk tegak

Rasional : Menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat meningkatkan


pemasukan

Kolaborasi :

-Konsul pada ahli diet, dukungan tim nutrisi untuk memberikan diet sesuai
kebutuhan klien, dengan memasukkan lemak dan protein sesuai toleransi

Rasional : Berguna dalam membuat program diet untuk memenuhi kebutuhan


individu. Metabolisme lemak bervariasi tergantung pada produksi dan
pengeluaran empedu dan perlunya pembatasan lemak jika terjadi diare.
Pembatasan protein diidentifikasikan pada hepatitis kronis karena akumulasi
produk akhir dapat mencetuskan hepatic ensefalopati.

-Awasi glukosa darah

Rasional : Hiperglikemia/hipoglikemia dapat terjadi, memerlukan perubahan diet.

-Berikan obat sesuai indikasi

c.Intoleransi aktivitas b.d Fatique, depresi, mengalami keterbatasan aktivitas

Hasil yang diharapkan : Menunjukkan teknik atau perilaku yang memampukan


kembali melakukan aktivitas

-Intervensi :

Mandiri :

-Tingkatkan tirah baring, berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung sesuai


kebutuhan
Rasional : Meningkatkan istirahat dan ketenangan

-Lakukan tugas dengan cepat dan sesuai toleransi

-Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi, bantu melakukan latihan gerak sendiri


pasif/aktif.

Rasional : Peningkatan nadi dan penurunan TD menunjukkan kehilangan


volume darah sirkulasi.

-Catat perubahan mental tingkat kesadaran

Rasional : Perubahan dapat menunjukkan penurunan perfusi jaringan serebral


sekunder terhadap hipovolemia, hipoksemi.

-Hindari pengukuran suhu rektal, hati-hati memasukkan selang GI

Rasional : Rektal dan vena esofageal paling rentan untuk robek.

d.Gangguan body image b.d Ikterik, perasaan isolasi

Hasil yang diharapkan : Menyatakan penerimaan diri dan penyembuhan/kebutuhan


isolasi

-Intervensi :

Mandiri :

-Kontrak dengan pasien mengenai waktu untuk mendengar. Dorong diskusi perasaan
masalah

Rasional : Penyediaan waktu meningkatkan hubungan saling percaya dan


memberikan kesempatan pada kijen untuk mengekspresikan perasaan.
-Hindari membuat penilaian moral tentang pola hidup

Rasional : Penilaian dan orang lain akan merusak harga diri lebih lanjut

-Kaji efek penyakit pada faktor ekonomi klien/orang terdekat

Rasional : Masalah finansial mungkin terjadi karena kehilangan peran fungsi


klien.

-Diskusikan harapan penyembuhan

Rasional : Periode penyembuhan mungkin lama (lebih dari 6 bulan) potensial


stress keluarga/situasi dan memerlukan perencanaan, dukungan dan evaluasi.

-Anjurkan klien menggunakan warna merah terang atau biru/hitam daripada kuning
atau hijau

Rasional : Meningkatkan penampilan

Kolaborasi :

-Berikan obat sesuai indikasi : sedatif, agen anti ansietas

Rasional : Membantu dalam manajemen kebutuhan istirahat.

e.Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan b.d akumulasi garam
empedu dalam jaringan

Hasil yang diharapkan : Jaringan kulit utuh, penurunan pruritus

-Intervensi :

Mandiri :
-Gunakan air mandi dingin, hindari sabun alkali, berikan minyak kalamin sesuai
indikasi

Rasional : Mencegah kulit kering berlebihan

-Anjurkan menggunakan buku-buku jari untuk menggaruk, usahakan kuku jari


pendek, lepas baju ketat, berikan sprei katun

Rasional : Menurunkan potensi cidera kulit

-Berikan masase waktu tidur

Rasional : Bermanfaat dalam meningkatkan tidur dengan mamberikan


kenyamanan

Kolaborasi :

-Berikan obat sesuai indikasi, misal : antihistamin dan antilipemik

Rasional : Antihistamin untuk menghilangkan gatal dan antilipemik untuk asam


empedu pada usus dan mencegah absorbsinya.

f.Resiko tinggi perdarahan b.d Gangguan faktor pembekuan, gangguan absorpsi vit
K

Hasil yang diharapkan :Mempertahankan hemeostatis dengan tanpa perdarahan,


menunjukkan perilaku penurunan resiko perdarahan

-Intervensi :

Mandiri :

-Kaji adanya perdarahan GI, observasi warna dan konsistensi feses, drainase NGT,
atau muntah
Rasional : Traktus GI paling biasa untuk sumber perdarahan sehubungan dengan
mukosa yang mudah rusak.

-Observasi adanya petekie, ekimosis, perdarahan dari satu atau lebih sumber

Rasional : Sekunder terhadap gangguan faktor pembekuan

-Awasi nadi, tekanan darah, dan CVP bila ada

g.Cemas b.d kurangnya pengetahuan tentang program pengobatan

Hasil yang diharapkan :

-Menguraikan program pengobatan yang benar

-menjelaskan rasional bagi terapi dan perawatan diet

-Mengenali komplikasi apabila penyakitnya berlanjut

Intervensi :

Mandiri :

-Jelaskan dasar pemikiran program prinsip terapi hepatitis

-Uraikan rasional bagi terapi, perawatan dan diet yang tepat

-Bantu pasien menyusun jadwal dan checklist untuk memastikan pelaksanaan sendiri

-Uraikan tanda-tanda dan gejala pemberian obat dengan dosis yang berlebihan dan
kurang

-Jelaskan perlunya tindak lanjut jangka panjang kepada pasien dan keluarganya
h.Nyeri b.d inflamasi pada hati dan bendungan vena porta

Hasil yang diharapkan :

-Menunjukkan tanda-tanda nyeri fisik dan perilaku dalam nyeri (tidak mengerut,
menangis, intensitas dan lokasinya)

Intervensi :

Mandiri :

-Yakinkan pasien bahwa Anda mengetahui nyeri yang dialami pasien nyata dan akan
membantunya dalam menghadapi nyeri tersebut

-Gunakan skala pengkajian nyeri untuk mengidentifikasi intensitas nyeri

-Kaji dan catat nyeri dan karakteristiknya : lokasi, kwalitas, frekuensi dan durasi

-Catat keparahan nyeri pasien dalam bagan

-Identifikasi dan dorong pasien untuk menggunakan strategi yang menunjukkan


keberhasilan pada nyeri sebelumnya

i.Pola pernafasan tidak efektif b.d Pengumpulan cairan intraabdomen, asites


penurunan ekspansi paru, akumulasi sekret

Intervensi :

-Awasi frekwensi, kedalaman dan upaya pernafasan

Rasional : Pernafasan dangkal/cepat kemungkinan ada sehubungan dengan


hipoksia atau akumulasi cairan dalam abdomen

-Auskultasi bunyi tamabahan nafas

Rasional : Kemungkinan menunjukkan adanya akumulasi cairan


-Ubah posisi sering dorong nafas dalam latihan dan batuk

Rasional : Membantu ekspansi paru dalam memobilisasi lemak

-Berikan O2 sesuai indikasi

Rasional : Mungkin perlu untuk mengobati/mencegah hipoksia

-Berikan posisi semi fowler

Rasional : Memudahkan pernafasan dengan menurunkan tekanan pada diafragma


dan meminimalkan ukuran sekret.
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat disebabkan oleh
infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta bahan-bahan kimia.
Sirosis hati adalah penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan adanya
pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Pembentukan jaringan ikat saja seperti pada payah
jantung, obstruksi saluran empedu juga pembentukan nodul saja seperti sindroma Felty dan
transformasi nodular parsial bukanlah suatu sirosis hati.
Biasanya dimulai dengan adanya proses peradangan, nekrosis sel hati yang luas, pembentukan
jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul. Distorsi arsitektur hati akan menimbulkan perubahan
sirkulasi mikro dan makro menjadi tidak teratur akibat perubahan jaringan ikat dan nodul
tersebut.

3.2 Saran
1.Biasakan untuk selalu hidup bersih dan sehat

2.Selalu periksa kesehatan atau vaksinasi jika sudah terjangkit penyakit hepatitis
DAFTAR PUSTAKA

Agung Waluyo, Edisi 8, jakarta, EGC, 2001.

Carpenito Lynda Jual, 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, EGC, Jakarta.

.Doenges, Marilyn. E, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan


Pendokumentasian Perawatan Pasien, Alih bahasa I Made Kaniasa, edisi 3, Jakarta, EGC,

Gallo, Hudak, 1995, Keperawatan Kritis, EGC, Jakarta.

Hadim Sujono, 1999, Gastroenterologi, Alumni Bandung.

Moectyi, Sjahmien, 1997, Pengaturan Makanan dan Diit untuk Pertumbuhan Penyakit,
Gramedia Pustaka Utama Jakarta.

Price, Sylvia Anderson, Wilson, Lorraine Mc Carty, 1995, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
proses Penyakit, EGC, Jakarta.

Price, Syivian Anderson, Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit, Alih bahasa
Agung Waluyo, edisi 8, Jakarta, EGC, 2001.

Reeves, Charlene, et al,Keperawatan Medikal Bedah, Alih bahasa Joko Setiyono, Edisi I, jakarta,
Salemba Medika.

Sjaifoellah Noer, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 1, Edisi 3, Jakarta, FKUI, 1996.

Smeltzar, Suzanna. C, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Brunner and Suddarth, edisi 8,
volume . 2, Jakarta : EGC, 2001.
Sjaifoellah Noer,H.M, 1996, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid I, edisi ketiga, Balai Penerbit
FKUI, jakarta.

Smeltzer, suzanna C, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner dan Suddart. Alih bahasa
Susan, Martyn Tucker et al, Standar Perawatan Pasien, jakarta, EGC, 1998.

Vous aimerez peut-être aussi