Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH:
2. Tujuan penulisan
PEMBAHASAN
2.1. DEFINISI
Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat disebabkan oleh
infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta bahan-bahan kimia. (Sujono Hadi,
1999).
Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan klinis,
biokimia serta seluler yang khas (Smeltzer, 2001)
2.2. ETIOLOGI
1.Virus
Type A Type B Type C Type D Type E
Metode Fekal-oral Parenteral Parenteral Parenteral Fekal-
transmisi melalui seksual, jarang perinatal, oral
orang lain perinatal seksual, memerlukan
orang ke koinfeksi
orang, dengan type B
perinatal
Keparah-an Tak Parah Menyebar Peningkatan Sama
ikterik luas, dapat insiden kronis dengan D
dan berkem-bang dan gagal hepar
asimto- sampai kronis akut
matik
Sumber Darah, Darah, saliva, Terutama Melalui darah Darah,
virus feces, semen, melalui darah feces,
saliva sekresi saliva
vagina
2.Alkohol
3.Obat-obatan
Menyebabkan toksik untuk hati, sehingga sering disebut hepatitis toksik dan hepatitis akut.
2.3. TANDA DAN GEJALA
1.Masa tunas
Keluhan umumnya tidak khas. Keluhan yang disebabkan infeksi virus berlangsung
sekitar 2-7 hari. Nafsu makan menurun (pertama kali timbul), nausea, vomitus, perut kanan atas
(ulu hati) dirasakan sakit. Seluruh badan pegal-pegal terutama di pinggang, bahu dan malaise,
lekas capek terutama sore hari, suhu badan meningkat sekitar 39 oC berlangsung selama 2-5 hari,
pusing, nyeri persendian. Keluhan gatal-gatal mencolok pada hepatitis virus B.
3.Fase Ikterik
Urine berwarna seperti teh pekat, tinja berwarna pucat, penurunan suhu badan disertai
dengan bradikardi. Ikterus pada kulit dan sklera yang terus meningkat pada minggu I, kemudian
menetap dan baru berkurang setelah 10-14 hari. Kadang-kadang disertai gatal-gatal pasa seluruh
badan, rasa lesu dan lekas capai dirasakan selama 1-2 minggu.
4.Fase penyembuhan
Dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa sakit di ulu hati, disusul
bertambahnya nafsu makan, rata-rata 14-15 hari setelah timbulnya masa ikterik. Warna urine
tampak normal, penderita mulai merasa segar kembali, namun lemas dan lekas capai.
2.4. PATOFOSIOLOGI
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus
dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia. Unit fungsional dasar dari
hepar disebut lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai darah sendiri. Sering dengan
berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal pada hepar terganggu. Gangguan terhadap
suplai darah normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar.
Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang menjadi rusak dibuang dari tubuh oleh respon sistem
imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru yang sehat. Oleh karenanya, sebagian besar klien
yang mengalami hepatitis sembuh dengan fungsi hepar normal.
Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan suhu badan
dan peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak nyaman pada perut kuadran
kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di ulu hati.
Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun jumlah billirubin
yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal, tetapi karena adanya
kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrahepatik, maka terjadi kesukaran pengangkutan
billirubin tersebut didalam hati. Selain itu juga terjadi kesulitan dalam hal konjugasi. Akibatnya
billirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus hepatikus, karena terjadi retensi (akibat
kerusakan sel ekskresi) dan regurgitasi pada duktuli, empedu belum mengalami konjugasi
(bilirubin indirek), maupun bilirubin yang sudah mengalami konjugasi (bilirubin direk). Jadi
ikterus yang timbul disini terutama disebabkan karena kesukaran dalam pengangkutan, konjugasi
dan eksresi bilirubin.
Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak pucat (abolis).
Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat dieksresi ke dalam kemih,
sehingga menimbulkan bilirubin urine dan kemih berwarna gelap. Peningkatan kadar bilirubin
terkonjugasi dapat disertai peningkatan garam-garam empedu dalam darah yang akan
menimbulkan gatal-gatal pada ikterus.
2.6. KOMPLIKASI
Ensefalopati hepatic terjadi pada kegagalan hati berat yang disebabkan oleh akumulasi
amonia serta metabolik toksik merupakan stadium lanjut ensefalopati hepatik. Kerusakan
jaringan paremkin hati yang meluas akan menyebabkan sirosis hepatis, penyakit ini lebih banyak
ditemukan pada alkoholik.
a) Penderita yang menunjukkan keluhan berat harus istirahat penuh selama 1-2 bulan.
b) Diet harus mengandung cukup kalori dan mudah dicerna.
c) Pada umumnya tidak perlu diberikan obat-obat, karena sebagian besar obat akan di
d) Wanita hamil yang menderita hepatitis perlu segera di rujuk ke rumah sakit.
e) Pemeriksaan enzim SGPT dan gamma-GT perlu dilakukan untuk memantau keadaan
penderita. Bila hasil pemeriksaan enzim tetap tinggi maka penderita dirujuk untuk
f) Hepatitis b dapat dicegah dengan vaksin. Pencegahan ini hanya dianjurkan bagi orang-orang
g) Pada saat ini belum ada obat yang dapat memperbaiki kerusakan sel hati.
1. Pengkajian
A. Identitas Pasien
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
pasien mengatakan suhu tubuhnya tinggi dan nyeri perut kanan atas
Gejala awal biasanya sakit kepala, lemah anoreksia, mual muntah, demam, nyeri perut
kanan atas.
3. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat kesehatan masa lalu berkaitan dengan penyakit yang pernah diderita
sebelumnya, kecelakaan yang pernah dialami termasuk keracunan, prosedur operasi dan
Berkaitan erat dengan penyakit keturunan, riwayat penyakit menular khususnya berkaitan
2. Pemeriksaan Fisik
b.Sistem respirasi : frekuensi nafas normal (16-20x/menit), dada simetris, ada tidaknya sumbatan
jalan nafas, tidak ada gerakan cuping hidung, tidak terpasang O2, tidak ada
f. Abdomen :
Perkusi : hypertimpani
2. Pengkajian fungsional Gordon
Pasien mengatakan kesehatan merupakan hal yang penting, jika ada keluarga yang sakit maka
Makan : Tidak nafsu makan, porsi makan tidak habis, habis 3 sendok disebabkan Mual
muntah
c) Pola eliminasi
Pasien tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasanya karena pasien lemah terkulai di atas
tempat tidur, lelah ,malaise dan membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhan
dasarnya,
Pasien tidak bisa istirahat total seperti biasanya karena ada nyeri pada abdomen, mialgia,
Pasien sudah mengerti tentang keadaanya dan merasa harus segera berobat
Pasien dapat berhubungan dengan orang lain secara baik tetapi akibat kondisinya pasien
pada wanita).
Pasien ingin cepat sembuh dan tidak ingin mengalami penyakit seperti ini lagi
Pasien apabila merasakan tidak nyaman selalu memegangi perutnya dan meringis kesakitan
Pasien beragama islam dan yakin akan cepat sembuh menganggap ini merupakan cobaan
3. Pemeriksaan Penunjang
Awalnya meningkat.Dapat meningkat 1-2 minggu sebelum ikterik kemudian tampak menurun.
SGOT/SGPT merupakan enzim – enzim intra seluler yang terutama berada dijantung, hati dan
jaringan skelet, terlepas dari jaringan yang rusak, meningkat pada kerusakan sel hati
SDM menurun sehubungan dengan penurunan hidup SDM (gangguan enzim hati) atau
mengakibatkan perdarahan.
3. Leukopenia
6. Feses
7. Albumin Serum
Menurn, hal ini disebabkan karena sebagian besar protein serum disintesis oleh hati dan karena
8. Gula Darah
9. Anti HAVIgM
10. HbsAG
Kemungkinan memanjang (disfungsi hati), akibat kerusakan sel hati atau berkurang. Meningkat
Diatas 2,5 mg/100 ml (bila diatas 200 mg/ml, prognosis buruk, mungkin berhubungan dengan
Kadar darah meningkat. BPS dibersihkan dari darah, disimpan dan dikonyugasi dan diekskresi.
Adanya gangguan dalam satu proses ini menyebabkan kenaikan retensi BSP.
14. Biopsi Hati
16. Urinalisa
terkonyugasi. Karena bilirubin terkonyugasi larut dalam air, ia dsekresi dalam urin menimbulkan
bilirubinuria.
Analisa Data
1 Ds: Pasien mengatakan bahwa nyeri Pembengkakan hepar Gangguan rasa nyaman
Do :
S : Skala : 6-8
T: Menetap
3 sendok
A : BB turun
B : Hb < 12
C : Konjungtiva anemis
protein
Do : Tonus Otot 4 4
4 4
bantuan
Konjungtiva Anemis
4. Diagnosa Keperawatan
Resiko Tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Gatal sekunder
Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual – muntah.
Hipetermi berhubungan dengan infasi agen dalam sirkulasi darah sekunder terhadap
inflamasi hepar
5. Intervensi Keperawatan
Tujuan : Setelah dilakukan proses keperawatan selama 4 x 24 diharapkan pasien nyeri hilang,
dengan
KH :
- TTV normal :(TD :110/70 – 120/ 90 mmHg, RR : 16- 20 x/mnt, N : 60-100x/mnt, S : 36,5-
37,50.C ).
- Pasien mengungkapkan rasa nyeri berkurang.
Intervensi Rasional
menentukan metode yang dapat digunakan sangat tidak nyaman, oleh karena terdapat
3) Tunjukkan pada klien penerimaan tentang 3. klienlah yang harus mencoba meyakinkan
mengalami nyeri.
b) Tunjukkan berapa lama nyeri akan berakhir, sesungguhnya akan dirasakan (cenderung
5) Bahas dengan dokter penggunaan analgetik 5) kemungkinan nyeri sudah tak bisa
yang tak mengandung efek hepatotoksi dibatasi dengan teknik untuk mengurangi
nyeri.
DX 2 :Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Anoreksia
Tujuan : Setelah dilakukan selama 5 x 24 jam diharapkan nutrisi klien terpenuhi, dengan
KH :
o BB naik
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
1. Awasi pemasukan diet / jumlah kalori. 1.Makan banyak sulit untuk mengatur bila
Berikan makan sedikit dalam frekuensi sering pasien anoreksi. Anoreksi juga paling buruk
dan tawarkan makan pagi paling besar selama siang hari, membuat masukan makanan
2. Berikan perawatan mulut sebelum makan 2. Menghilangkan rasa tak enak dapat
3. Anjurkan makan pada posisi duduk tegak 3.Menurunkan rasa penuh pada abdomen dan
4. Dorong pemasukan sari jeruk, minuman 4. Bahan ini merupakan ekstra kalori dan dapat
karbonat dan permen berat sepanjang hari lebih mudah dicerna / toleran bila makanan lain
ini
Kolaborasi
5. Konsul pada ahli gizi, dukung tim nutrisi 5.Berguna dalam membuat program diet untuk
pasien, dengan masukan lemak dan protein lemak bervariasi tergantung pada produksi dan
regenerasi hati
6. Berikan obat sesuai indikasi : Antiematik, 6.Diberikan ½ jam sebelum makan, dapat
Tujuan : Setelah dilakukan proses keperawatan selama 4 X 24 jam pasien diharapkan mampu
KH :
o Tonus otot 5 5
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
lingkungan tenang; batasi pengunjung sesuai Menyediakan energi yang digunakan untuk
hati
jaringan
3.Lakukan tugas dengan cepat dan sesuai 3.Memungkinkan periode tambahan istirahat
4.Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi, bantu 4.Tirah baring lama dapat menurunkan
melakukan latihan rentang gerak sendi pasif / kemampuan. Ini dapat terjadi karena
periode istirahat.
membaca
Kolaborasi
7. Berikan antidot atau bantu dalam prosedur 7. Membuang agen penyebab pada hepatitis
sesuai indikasi (contoh lavase, katarsis, toksik dapat membatasi derajat kerusakan
8.Berikan obat sesuai indikasi : sedatif, agen 8. Membantu dalam manajemen kebutuhan
Tujuan : Setelah dilakukan proses keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan gatal pada pasien
hilang.
KH :
Intervensi Rasional
kepala
- Lingkungan tenang
3.Pertahankan linen dan pakaian kering 3.Pakaian basah dari berkeringat adalah
sumber ketidaknyamanan
4. Dorong kunjungan dari keluarga dan teman 4. Isolasi dapat menyebabkan kebosanan
meningkatkan ketidaknyamanan.
5. Mulai tindakan untuk menghilangkan puritus 5.Suhu dingin membatasi vasodilatasi jadi
- Berikan mandi pancuran dingin permukaan kulit. Soda kue dan sagu
- Gunakan soda kue atau tepung sagu membantu menetralkan asam pada
6. Pertahankan kuku pasien terpotong pendek. 6. Untuk menurunkan resiko kerusakan kulit
perlu menggaruk.
Tujuan : Setelah dilakukan selama 2 x 24 jam diharapkan volume cairan pasien terpenuhi,
dengan
KH :
36,5- 37,50.C ).
Mandiri
2. Kaji tanda vital, nadi periver, pengisian 2.Indikator volume sirkulasi / perfusi
4 Biarkan pasien menggunakan lap katun / spon 4.Menghindari trauma dan perdarahan gusi
5.Observasi tanda perdarahan, contoh hematuria 5.Kadar protombin menurun dan waktu
/ melena, ekimosis, perdarahan terus menerus koagulasi memanjang bila absorbsi vitamin
hati
Kolaborasi
Dx 6 : Hipetermi berhubungan dengan infasi agen dalam sirkulasi darah sekunder terhadap
inflamasi hepar
Tujuan: selelah dilakukan tindakan selama 3x24 suhu tubuh Pasien kembali normal, dengan
KH:
Intervensi Rasional
1.Kaji adanya keluahan tanda – tanda 1.sebagai indikator untuk mengetahui status
2.Berikan kompres hangat pada lipatan ketiak 2.menghambat pusat simpatis di hipotalamus
4.Anjurkan klien untuk memakai pakaian yang 3.keluarga mampu melakukan kompres
Sirosis hepatis adalah penyakit hati menahun yang difus, ditandai dengan adanya
pembentukan jaringan ikat disertai nodul (Fkui, 1996). Sirosis hepatis juga didefinisikan sebagai
penyakit hati kronik yang dicirikan oleh distorsi arsitektur hati yang normal oleh lembar-lembar
jaringan ikat dan nodula-nodula regenerasi sel hati, yang tidak berkaitan dengan vaskulatur
normal (Price, 1996).
2.10. ETIOLOGI
Beberapa hal yang menjadi penyebab sirosis hepatis adalah (Fkui, 1996) :
2.Alkohol
3.Metabolik : DM
4.Kolestatis kronik
6.Malnutrisi
2.11. KLASIFIKASI
1.Sirosis mikronodular
Ditandai dengan terbentuknya septa tebal teratur, didalam septa parenkim hati mengandung
nodul halus dan kecil merata diseluruh lobus, besar nodulnya sampai 3 mm. Sirosis
mikronodular ada yang berubah menjadi makronodular.
2.Sirosis makronodular
Ditandai dengan terbentuknya septa dengan ketebalan bervariasi, dengan besar nodul lebih
dari 3 mm.
3.Sirosis campuran
Sirosis ini berhubungan dengan penyalahgunaan alkohol kronik. Sirosis jenis ini merupakan
50% atau lebih dari seluruh kasus sirosis. Perubahan pertama pada hati yang ditimbulkan alkohol
adalah akumulasi lemak secara gradual didalam sel-sel hati (infiltrasi lemak).
Akumulasi lemak mencerminkan adanya sejumlah gangguan metabolik. Pada kasus sirosis
laennec yang sangat lanjut, membagi parenkim menjadi nodula-nodula halus. Nodula-nodula ini
dapat membesar akibat aktifitas regenerasi sebagai usaha hati untuk mengganti sel-sel yang
rusak. Hati tampak terdiri dari sarang-sarang sel-sel degenerasi + regenerasi yang dikemas padat
dalam kapsula fibrosa yang tebal. Pada keadaan ini sirosis sering disebut sebagai sirosis nodular
halus. Hati akan menciut, keras dan hampir tidak memiliki parenkim normal pada stadium akhir
sirosis, dengan akibat hipertensi portal dan gagal hati.
Sekitar 25% kasus memiliki riwayat hepantis virus sebelumnya. Banyaknya pasien dengan
hasil tes HbsAg positif menunjukkan bahwa hepatitis kronik aktif agaknya merupakan peristiwa
yang besar peranannya.
3.Sirosis Billaris
Kerusakan sel hati dimulai disekitar duktus billaris, penyebabnya obstruksi billaris post
hepatik. Sifat empedu menyebabkan penumpukan empedu didalam masa hati dengan akibat
kerusakan sel-sel hati, terbentuk lembar-lembar fibrosa di tepi lobulus. Sumber empedu sering
ditemukan dalam kapiler-kapiler,duktulus empedu dan sel-sel hati seringkali mengandung
pigmen hijau.
– Anorexia
– Mual
– Diare/konstipasi
– Kelemahan otot
– Cepat lelah
2.Fase dekompensasi
-Eritema palmaris
-Spider nevi
-Ikterus
-Edema pretibial
-Asites
-Hematemesis
-Melena
-Ensefalopati hepatik
2.13. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.Pemeriksaan Laboratorium
-Darah
HB darah, kolesterol darah yang selalu rendah mempunyai prognosis yang kurang
baik.
-Kadar albumin yang rendah cerminan kemampuan sel hati yang kurang
-Penurunan kadar albumin dan peningkatan kadar globulin merupakan tanda kurangnya
daya tahan hati dalam menghadapi stress
-Pemeriksaan kadar elektrolit penting dalam penggunaan diuretik dan pembatasan garam
dalam diet
-Peningkatan kadar gula darah, pada sirosis hati fase lanjut disebabkan kurangnya
kemampuan sel hati membentuk glikogen
Nilai AFP > 500-1000 mempunyai nilai diagnostik suatu kanker hati primer.
2.Radiologi
Dengan barium swallow dapat dilihat adanya varises esofagus untuk konfirmasi
hipertensi portal.
3.Esofagoskopi
Dapat melihat langsung sumber pendarahan varises esofagus, besar dan panjang varises
serta kemungkinan terjadi perdarahan yang lebih besar.
4.USG
5.Sidikan hati
6.Tomografi komputerisasi
7.Angiografi
Mengukur tekanan vena porta, melihat keadaan sirkulasi portal, mendeteksi tumor.
2.14. KOMPLIKASI
-Hipertensi portal
-Bila penyakit berlanjut, dari kedua komplikasi diatas dapat timbul komplikasi lain, yaitu :
-Asites
-Encefalopali
-Sindrom hepatorenal
2.15. PENATALAKSANAAN
Pasien dalam keadaan kompensasi hati yang baik cukup dilakukan kontrol yang teratur,
istirahat yang cukup, susunan diet tinggi kalori dan protein, lemak secukupnya.
Alkohol akan mengurangi pemasukan protein kedalam tubuh. Dengan diet tinggi kalori
(300 kalori), kandungan protein makanan sekitar 70-90 gr sehari untuk menghambat
perkembangan kolagenik dapat dicoba dengan pemberian D. Penicilamine dan Colchicine.
-Hemokromatosis
1.Untuk asites
-Diberikan diet rendah garam 0,5 gr/hari + total cairan 1,5 lt/hari. Spironolakton
(diuretik bekerja pada tubulus distal) dimulai dengan dosis awal 4 x 25 mg/hari,
dinaikkan -sampai total dosis 800 mg sehari, efek optimal terjadi setelah pemberian 3
hari. Idealnya pengurangan berat badan dengan pemberian diuretik ini adalah 1
kg/hari. Bila perlu dikombinasikan dengan furosemid (bekerja pada tubulus
proksimal).
-Bila perdarahan banyak, tekanan sistolik dibawah 100 mmHg, nadi diatas 100
x/menit atau Hb dibawah 99% dilakukan pemberian IVFD dengan pemberian
dextrosa/salin dan transfusi darah secukupnya
-Diberikan vasopresin 2 amp 0,1 gr dalam 500 cc cairan DS % atau salin pemberian
selama 4 jam dapat diulang 3x
3.Untuk ensefalopati
-Aspirasi cairan lambung bagi pasien yang mengalami perdarahan pada varises
-Transplantasi hati
1.Pengkajian
a.Data dasar
-Riwayat kesehatan
-Sirkulasi : Disritmia
c.Intoleransi aktivitas
g.Cemas
h.Nyeri
a.Resiko tinggi kekurangan volume cairan dan elektrolit b.d Kehilangan berlebihan
melalui diare
Hasil yang diharapkan : Mempertahankan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital
stabil, turgor kulit baik, pengisian kapiler nadi perifer dan
haluan urine individu sesuai
-Intervensi :
Mandiri :
-Kajian tanda vital, nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa.
Kolaborasi :
-Awasi nilai laboratorium, contoh Hb/Ht. Na+ albumin, dan waktu pembekuan.
-Berikan :
Protein hidrolisat
Rasional : Memperbaiki kekurangan albumin/protein dapat membantu
mengembalikan cairan dari jaringan ke system sirkulasi
Vitamin K
Antasida, simetidin
Hasil yang diharapkan : Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai tujuan dengan
nilai laboratorium normal dan bebas tanda malnutrisi
-Intervensi :
Mandiri :
-Awasi pemasukan diet/jumlah kalori. Berikan makan sedikit dalam frekuensi sering
dan tawarkan pagi paling besar
Kolaborasi :
-Konsul pada ahli diet, dukungan tim nutrisi untuk memberikan diet sesuai
kebutuhan klien, dengan memasukkan lemak dan protein sesuai toleransi
-Intervensi :
Mandiri :
-Intervensi :
Mandiri :
-Kontrak dengan pasien mengenai waktu untuk mendengar. Dorong diskusi perasaan
masalah
Rasional : Penilaian dan orang lain akan merusak harga diri lebih lanjut
-Anjurkan klien menggunakan warna merah terang atau biru/hitam daripada kuning
atau hijau
Kolaborasi :
e.Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan b.d akumulasi garam
empedu dalam jaringan
-Intervensi :
Mandiri :
-Gunakan air mandi dingin, hindari sabun alkali, berikan minyak kalamin sesuai
indikasi
Kolaborasi :
f.Resiko tinggi perdarahan b.d Gangguan faktor pembekuan, gangguan absorpsi vit
K
-Intervensi :
Mandiri :
-Kaji adanya perdarahan GI, observasi warna dan konsistensi feses, drainase NGT,
atau muntah
Rasional : Traktus GI paling biasa untuk sumber perdarahan sehubungan dengan
mukosa yang mudah rusak.
-Observasi adanya petekie, ekimosis, perdarahan dari satu atau lebih sumber
Intervensi :
Mandiri :
-Bantu pasien menyusun jadwal dan checklist untuk memastikan pelaksanaan sendiri
-Uraikan tanda-tanda dan gejala pemberian obat dengan dosis yang berlebihan dan
kurang
-Jelaskan perlunya tindak lanjut jangka panjang kepada pasien dan keluarganya
h.Nyeri b.d inflamasi pada hati dan bendungan vena porta
-Menunjukkan tanda-tanda nyeri fisik dan perilaku dalam nyeri (tidak mengerut,
menangis, intensitas dan lokasinya)
Intervensi :
Mandiri :
-Yakinkan pasien bahwa Anda mengetahui nyeri yang dialami pasien nyata dan akan
membantunya dalam menghadapi nyeri tersebut
-Kaji dan catat nyeri dan karakteristiknya : lokasi, kwalitas, frekuensi dan durasi
Intervensi :
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat disebabkan oleh
infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta bahan-bahan kimia.
Sirosis hati adalah penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan adanya
pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Pembentukan jaringan ikat saja seperti pada payah
jantung, obstruksi saluran empedu juga pembentukan nodul saja seperti sindroma Felty dan
transformasi nodular parsial bukanlah suatu sirosis hati.
Biasanya dimulai dengan adanya proses peradangan, nekrosis sel hati yang luas, pembentukan
jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul. Distorsi arsitektur hati akan menimbulkan perubahan
sirkulasi mikro dan makro menjadi tidak teratur akibat perubahan jaringan ikat dan nodul
tersebut.
3.2 Saran
1.Biasakan untuk selalu hidup bersih dan sehat
2.Selalu periksa kesehatan atau vaksinasi jika sudah terjangkit penyakit hepatitis
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito Lynda Jual, 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, EGC, Jakarta.
Moectyi, Sjahmien, 1997, Pengaturan Makanan dan Diit untuk Pertumbuhan Penyakit,
Gramedia Pustaka Utama Jakarta.
Price, Sylvia Anderson, Wilson, Lorraine Mc Carty, 1995, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
proses Penyakit, EGC, Jakarta.
Price, Syivian Anderson, Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit, Alih bahasa
Agung Waluyo, edisi 8, Jakarta, EGC, 2001.
Reeves, Charlene, et al,Keperawatan Medikal Bedah, Alih bahasa Joko Setiyono, Edisi I, jakarta,
Salemba Medika.
Sjaifoellah Noer, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 1, Edisi 3, Jakarta, FKUI, 1996.
Smeltzar, Suzanna. C, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Brunner and Suddarth, edisi 8,
volume . 2, Jakarta : EGC, 2001.
Sjaifoellah Noer,H.M, 1996, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid I, edisi ketiga, Balai Penerbit
FKUI, jakarta.
Smeltzer, suzanna C, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner dan Suddart. Alih bahasa
Susan, Martyn Tucker et al, Standar Perawatan Pasien, jakarta, EGC, 1998.