Vous êtes sur la page 1sur 59

Anastesi Umum Pada

Kasus Struma
Pembimbing: dr.Ade Winata,Sp.An KIC
Pendahuluan
 Kelainan glandula tyroid
berupa : gangguan fungsi seperti tiritosikosis
atau perubahan susunan kelenjar dan
morfologinya, berdasarkan patologinya,
pembesaran tyroid umumnya disebut struma
 Struma terbagi struma toksik dan non toksisk
 pada kasus ini diperlukan tindakan anastesi,
salah satunya ialah anestesia umum
endotrakeal
 Anestesi (Yunani) :
an- "tidak, tanpa" dan aesthētos, persepsi,
kemampuan untuk merasa.
menghilangkan rasa sakit.
General Anestesi
 Anestesi Umum adalah
tindakan meniadakan nyeri
DEFENISI secara sentral disertai
hilangnya kesadaran dan
bersifat reversible

Tujuan anestesi umum adalah


hipnotik, analgesik, relaksasi
dan stabilisasi otonom.
Syarat, Kontraindikasi dan Komplikasi
anastesi umum
Syarat Anastesi Umum

a. Ruangan yang cukup terang dan ukuran


ruangan yang memadai.
b. Adanya sumber oksigen yang bertekanan
(paling sering di pipa)
c. Perangkat hisap yang efektif
d. Monitor yang sesuai dengan standar ASA
e. Peralatan yang dibutuhkan untuk memasukkan
zat anastesi (spuit) dan alat ventilator
Kontraindikasi
 Kontraindikasi mutlak :dekompresi kordis
derajat III – IV, AV blok derajat II – total
(tidak ada gelombang P).
 Kontraindikasi Relatif berupa hipertensi
berat/tak terkontrol , DM tak terkontrol,
infeksi akut, sepsis, GNA.
Tergantung efek farmakologi pada organ
yang mengalami kelainan.
Komplikasi
kadang tidak terduga walaupun
tindakan anestesi telah dilakukan
dengan sebaik – baiknya.
dapat dicetuskan:
 tindakan anestesi
 kondisi pasien sendiri.
 dapat timbul waktu pembedahan
 setelah pembedahan.
ANAMNESA

Persiapan untuk
PEMERIKSAAN FISIK
Anestesi Umum

LABORATORIUM
ASA I : Pasien dalam keadaan normal ASA IV : Pasien dengan kelainan
dan sehat. sistemik berat yang secara langsung
ASA II : Pasien dengan kelainan mengancam kehidupannya.
sistemik ringan sampai sedang baik ASA V : Pasien tak diharapkan hidup
karena penyakit bedah maupun setelah 24 jam walaupun dioperasi
penyakit lain. atau tidak.
ASA III : Pasien dengan gangguan atau ASA VI : Pasien yang telah
penyakit dinyatakan mati batang otaknya yang
sistemik berat yang diakibatkan karena mana organnya akan di angkat untuk
berbagai penyebab. kemudian diberikan sebagai organ
donor bagi yag membutuhkan

Untuk operasi darurat,


dibelakang angka diberi
huruf “E” (emergency).
 Pengosongan lambung cegah aspirasi
lambung karena regurgitasi atau muntah.
 dapat dilakukan dengan :
- memasang pipa nasogastrik atau
- menetralkan asam lambung (antasida atau
antagonis reseptor H2 (ranitidin).
 Kandung kemih juga harus kosong.
 (informed concent).
 Premedikasi ialah pemberian obat ½ - 1 jam
sebelum induksi anestesi.
tujuan :- melancarkan induksi,
- menghilangkan rasa khawatir,
- memberikan analgesia
- mencegah muntah,
- refleks yang tidak diharapkan,
- mengurasi sekresi saliva dan saluran
napas.
Obat – obat premedikasi yang bisa diberikan
antara lain :
 Gol. Antikolinergik :Atropin
 Gol. Hipnotik – sedatif :Pentobarbital
 Gol. Analgetik narkotik :Morfin,Fentanyl
 Gol. Transquilizer 6 : Diazepam,
Midazolam
Metode Pemberian Anestesi Umum
Obat obat anestesi umum dapat diberikan :
 Perenteral (Intravena, Intramuscular),
 Perektal (melalui anus) biasanya pada bayi
atau anak-anak.
 Perinhalasi melalui isapan, pasien disuruh
tarik nafas dalam kemudian berikan anestesi
perinhalasi secara perlahan.
INDUKSI ANESTESI
 Induksi anestesi ialah tindakan
membuat pasien sadar tidak sadar,
sehingga dimulainya anestesia dan
pembedahan.
 Untuk persiapan induksi anestesi
sebaiknya kita ingat kata STATICS
S = Scope. Stetoskop untuk mendengarkan
suara paru dan jantung. Laringo-Scope
T = Tubes. Pipa trakea. Usia > 5 tahun dengan
balon (cuffed)
A = Airway. Pipa mulut faring (orofaring) dan
pipa hidung faring (nasofaring) yang digunakan
untuk menahan lidah saat pasien tidak sadar
agar lidah tidak menymbat jalan napas
T = Tape. Plester untuk fiksasi pipa agar tidak
terdorong atau tercabut
I = Introductor. Stilet atau mandrin untuk
pemandu agar pipa trakea mudah
dimasukkan
C = Connector. Penyambung pipa dan
perlatan anestesia
S = Suction. Penyedot lendir dan ludah
MALLAMPATI
 skor Mallampati, digunakan untuk
memprediksi kemudahan intubasi dengan
melihat anatomi rongga mulut pada saat
mulut terbuka maksimal dan lidah dijulurkan
maksimal, didasarkan pada visibilitas dasar
uvula, pilar faucial.
menurut Mallampati dibagi menjadi 4 grade:
 Grade I : Pilar faring, uvula, dan
palatum mole terlihat jelas
 Grade II :Uvula dan palatum mole
terlihat sedangkan pilar faring tidak terlihat
 Grade III : Hanya palatum mole yang
terlihat
 Grade IV : Pilar faring, uvula, dan
palatum mole tidak terlihat
Teknik Intubasi
 Pastikan semua persiapan dan alat sudah lengkap
 Induksi sampai tidur, berikan Artracurium 30 mg→
fasikulasi (+)
 Bila fasikulasi (-) → ventilasi dengan O2 100%
selama kira - kira 1 mnt
 Batang laringoskopi pegang dengan tangan
kiri, tangan kanan mendorong kepala sedikit
ekstensi → mulut membuka
 Masukan laringoskop (bilah) mulai dari mulut
sebelah kanan, sedikit demi sedikit,
menyelusuri kanan lidah, menggeser lidah
kekiri.
 Cari epiglotis → tempatkan bilah didepan
epiglotis (pada bilah bengkok) atau angkat
epiglotis ( pada bilah lurus )
 Cari rima glotis ( dapat dengan bantuan asisten
menekan trakea dar luar )
 Temukan pita suara → warnanya putih dan
sekitarnya merah
 Masukan ET melalui rima glottis Hubungkan
pangkal ET dengan mesin anestesi dan atau alat
bantu napas ( alat resusitasi )
Kesulitan Intubasi
 Leher pendek berotot
 Mandibula menonjol
 Maksilla/gigi depan menonjol
 Uvula tak terlihat (Mallampati 3 atau 4)
 Gerak sendi temporo-mandibular
terbatas
 Gerak vertebra servikal terbatas
Pipa trakea / Trachea Tube

 TT dapat digunakan untuk mengirimkan gas


anestesi langsung ke dalam trakea dan
memungkinkan sebagian besar kontrol terhadap
ventilasi dan oksigenasi. Standar ditentukan oleh
pabrik TT (American National Standar untuk
peralatan anestesi : ANSI Z-79).
Intubasi Endotrakeal dengan
napas kendali (kontrol)
 Pasien sengaja dilumpuhkan/benar2 tidak bisa
bernafas dan pasien dikontrol pernafasanya
dengan kita memberikan ventilasi 12 - 20 x
permenit. Setelah operasi selesai pasien
dipancing dan akhirnya bisa nafas spontan
kemudian kita akhiri efek anestesinya.
 Teknik sama dengan diatas
 Obat pelumpuh otot non depolar (durasinya lama)
 Pemeliharaan, obat pelumpuh otot dapat diulang
pemberiannya.
Komplikasi pada intubasi endotrakeal

 Memar & oedem laring


 Strech injury
 Non specific granuloma larynx
 Stenosis trakea
 Trauma gigi geligi
 Laserasi bibir, gusi dan laring
 Aspirasi
 Spasme bronku
Struma
 Kelainan glandula tyroid dapat berupa
gangguan fungsi seperti tiritosikosis
atau perubahan susunan kelenjar dan
morfologinya, seperti penyakit tyroid
noduler. Berdasarkan patologinya,
pembesaran tyroid umumnya disebut
struma
Struma terbagi menajadi 2, yaitu:
 Struma Non Toksik
 Struma Toksik
Struma Non Toksik
 Struma non toksik adalah pembesaran
kelenjar tiroid pada pasien eutiroid, tidak
berhubungan dengan neoplastik atau
proses inflamasi. Dapat difus dan simetri
atau nodular.
 Apabila dalam pemeriksaan kelenjar
tiroid teraba suatu nodul, maka
pembesaran ini disebut struma nodosa.
Struma nodosa dapat diklasifikasikan berdasarkan
beberapa hal:

 Berdasarkan jumlah nodul : bila jumlah nodul


hanya satu disebut struma nodosa soliter
(uninodosa) dan bila lebih dari satu disebut
multinodosa.
 Berdasarkan kemampuan menangkap yodium
radoiaktif : nodul dingin, nodul hangat, dan nodul
panas.
 Berdasarkan konsistensinya : nodul lunak, kistik,
keras, atau sangat keras.
STRUMA TOKSIK
Struma difus toksik (Grave’s Disease)
 Grave’s disease adalah bentuk umum
dari tirotoksikosis. Penyakit Grave’s
terjadi akibat antibodi reseptor TSH
(Thyroid Stimulating Hormone) yang
merangsangsang aktivitas tiroid itu
sendiri.
 Pada penyakit Graves terdapat dua
gambaran utama yaitu tiroidal dan
ekstratiroidal. Keduanya mungkin tidak
tampak. Ciri- ciri tiroidal berupa goiter
akibat hiperplasia kelenjar tiroid dan
hipertiroidisme akibat sekresi hormon
tiroid yang berlebihan.
Klasifikasi Struma
Pembesaran kelenjar tiroid (kecuali
keganasan)
 Menurut American society for Study of
Goiter membagi :
 Struma Non Toxic Nodusa
 Struma Non Toxic Diffusa
 Stuma Toxic Diffusa
 Struma Toxic Nodusa
LAPORAN KASUS
ANAMNESA PRIBADI
Nama : Ny. S
Umur : 41 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Mandailing
BB : 63,5 kg
No. RM : 75.94.99
ANAMNESA PENYAKIT
 Keluhan utama : Benjolan pada leher
 Telaah : Awalnya kurang lebih 7 tahun yang lalu
ketika benjolan membesar, os pergi berobat di
rumah sakit malasyia dan dikatakan oleh dokter
disana bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan.
Kemudian 4 tahun yang lalu, os memeriksakan diri
ke RSUPM karena benjolan tidak kunjung mengecil,
lalu dikatakan oleh dokter di RSUPM bahwa tidak
ada apa2. Makin lama benjolan semakin membesar
sampai saat ini dan os kembali memeriksakan diri
ke RSUPM. Nyeri (-) Riw pingsan (-). BAK (+)
normal , BAB (+) normal. Riwayat sakit jantung /
kelainan jantung (-). Riwayat Hipertensi (-), riwayat
DM (-)
 RPT : tidak jelas
 RPO : tidak jelas.
KEADAAN PRA BEDAH

Status Present
 Sensorium : compos mentis
 KU/KP/KG : baik/sedang/baik
 Tekanan darah : 150/100 mmHg
 Frekuensi nadi : 130 x/i
 Frekuensi nafas : 16 x/i
 Temperatur : 37.0oC
 Anemis : (-)
 Ikterik : (-)
 Sianosis : (-)
 Dipsnoe : (-)
 Oedem : (-)
Status Lokalisata
 Kepala
 Mata : RC (+/+), pupil isokor, konjungtiva
palpebra inferior anemis (-/-)
 Hidung : Dalam batas normal
 Telinga : Dalam batas normal
 Mulut : Dalam batas normal
 Leher : Pembesaran KGB (-)
Massa sebesar bola kasti, kistik.
Thorax
 Inspeksi: Simetris fusiformis
 Palpasi : Stem fremitus kanan = kiri
 Perkusi : Sonor di kedua lapangan paru
 Auskultasi : SP = vesikuker
ST = (-)
Abdomen
 Inspeksi :Simetris
 Palpasi : soepel, H/L/R tidak teraba
 Perkusi : Timpani
 Auskultasi : Peristaltik usus (+) Normal
 Ekstremitas superior : Tidak terdapat
kelaiman
 Ekstremitas inferior : Tidak terdapat
kelainan
 Genitalia eksterna :Tidak terdapat
kelainan
Pemeriksaan Penunjang

 Darah rutin : Hb/Ht/L/Tr = 12,0 /36,0 /7.690/295.000


 KGD adrandom: 111 mg/dl
 Na/K/Cl : 141 /4,00 / 117
 RFT : Ur/Cr =13,00/ 0,76
 LFT : Bilirubin total/ Bilirubin direct = 0,41 /
0,12
 SGOT/SGPT : 19,00 / 16,00
 HST : APT = 34,2(34,0)
 T4, TSH : 8,46/ 1,16
 Foto thorax : Tidak tampak kelainan
 USG Thyroid : Struma Nodusa Non Toxica
 EKG : Sinus Thakikardi, Toleransi Operasi :
Low risk
KEADAAN PRA BEDAH (FOLLOW UP ANASTHESI)

B1 (Breath)
 Airway : Clear
 Frekuensi pernafasan : 20 x/i
 Suara pernafasan: Vesikuler
 Suara tambahan : (-)
 Riw.asma / sesak / batuk / alergi : -/-/-/-

B2 (Blood)
 Akral : Hangat
 Tekanan darah : 120/80 mmHg
 Frekuensi nadi : 88 x/i
 T/V : Cukup
 Temperatur : 37.0oC
 Konjungtiva palpebra inferior pucat / hiperemis / ikterik :
-/-/-
B3 (Brain)
 Sensorium : Compos mentis
 RC : (+/+)
 Pupil : Isokor
 Reflek fisiologis : (+)
 Reflek patologis :-
 Riw.kejang/ muntah proyektil / nyeri kepala /
pandangan kabur :-/ -/ -/ -

B4 (Bladder)
 Urin : (+)
 Volume : Cukup
 Warna : Kuning jernih
 Kateter :-
B5 (Bowel)
 Abdomen : Soepel, nyeri tekan (-)
 Peristaltic : (+) N
 Mual / muntah : -/-
 BAB / flatus : (+/+)
 NGT :-

B6 (Bone)
 Fraktur :-
 Luka :-
 Oedem :-
 Diagnosis : Struma
 Status fisik : ASA I
 Rencana tindakan : Istmulobectomy
 Rencana anastesi : GA-ETT

Persiapan Pasien
 Pasien puasa sejak pukul 00.00
 Pemasangan infus pada dorsum manus
sinistra dengan cairan RL
Persiapan Alat
 Stetoskop
 Tensimeter
 Meja operasi dan perangkat operasi
 Laryngoscopy
 ETT No.7
 Stilet
 Suction
 Ventilator
 Ambu bag
 Infus set
 Abocath No. 20
 Spuit 3 cc, 5 cc, 10 cc
Obat – obat yang dipakai
 Premedikasi:
 Midazolam 1 mg
 Pentanil 100 mg
 Medikasi :
 Propofol 120 mg
 Atracurium 30 mg
 Ketorolac 30 mg
 Metoclopramid 4 mg
 fiksasi.
Urutan pelaksanaan anastesi

 Cairan pre operasi : RL 500 ml


 Prosedur Anastesi :
 Pasien dibaringkan di meja operasi dalam posisi supine
 Infuse RL terpasang di lengan kiri
 Pemasangan tensi meter di kaki kiri
 Pemasangan oksimetri di ibu jari kiri pasien
 Pemasangan elektroda  pengukuran frekuensi nadi
dan frekuensi nafas
 Teknik anastesi : Preoksigenasi O2 5-10 menit  inj.
Midazolam  inj. Pentanil  induksi Propofol  sleep
non apneu  inj. Atracurium  sleep apneu  insersi
ETT No.7  cuff (+)  SP kanan = kiri
DURANTE OPERASI
 Mempertahankan dan monitor cairan infus
 Memonitor saturasi O2, tekanan darah, nadi, dan
nafas setiap 15 menit
 Tabel Monitoring Durante Operasi
Jam TD Nadi RR SaO2
(mmHg) (x/menit) (x/menit) (%)
09.00 130/80 118 14 100
09.15 110/70 110 14 99
09.30 100/60 108 14 99
09.45 100/70 78 14 99
10.00 130/70 90 14 99
10.15 110/70 72 14 99
10.30 100/60 70 14 99
Monitoring perdarahan
 Perdarahan
 Kassa basah : -
 Kassa ½ basah : 5 x 5 cc = 25 cc
 Suction :-
 Handuk :-
 Total : 25 cc
 Infuse RL o/t regio dorsum manus sinistra
 Pre operasi : 500 ml
 Durante operasi : RL 1000 ml,
 Urine output
 Durante operasi :-
 EBV : 63,5 x 65 = 4.127,5
 EBL : 10% = 412,75, 20% = 825,5, 30% =
1.238,25
KETERANGAN TAMBAHAN
 Diagnosa pasca bedah : Post Isthmulobectomy a/i
Struma
 Lama anastesi : 09.00 – 10.43
 Lama operasi : 09.20 – 10.43

Instruksi Pasca Bedah :


 Injeksi Ketorolac 30 mg/ 8 jam
 Antibiotik dan terapi lain sesuai TS Bedah
 RL 20 gtt/i
 O2 1-2l/i
 Pantau Vital sign per 15 menit selama 3 jam di RR
 TD < 90 mmHg atau > 160 mmHg, HR <60x/i atau
HR>120 x/i, RR<10 x/i atau >32x/i, T < 35 C, atau T >
38 C, lapor dokter jaga
 Istilah Toksik dan Non Toksik dipakai
karena adanya perubahan dari segi
fungsi fisiologis kelenjar tiroid seperti
hipertiroid dan hipotyroid, sedangkan
istilah nodusa dan diffusa lebih kepada
perubahan bentuk anatomi.
KESIMPULAN

 Anestesi (pembiusan; berasal dari bahasa


Yunani an- "tidak, tanpa" dan aesthētos,
"persepsi, kemampuan untuk merasa"), secara
umum berarti suatu tindakan menghilangkan
rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan
berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan
rasa sakit pada tubuh
 Anestesia umum endotrakeal
merupakan teknik anestesia dengan
mempergunakan kombinasi obat-obatan
baik obat anestesia intravena maupun
obat anestesia inhalasi dan
memasukkan pipa pernafasan yang
terbuat dari portex ke dalam trakea guna
membantu pernafasan penderita atau
waktu memberikan anestesi secara
inhalasi.
 Kelainan glandula tyroid dapat berupa gangguan
fungsi seperti tiritosikosis atau perubahan
susunan kelenjar dan morfologinya, seperti
penyakit tyroid noduler. Berdasarkan patologinya,
pembesaran tyroid umumnya disebut struma.

 Struma terbagi menjadi struma toksik dan non


toksisk. Struma non toksik adalah pembesaran
kelenjar tiroid pada pasien eutiroid, tidak
berhubungan dengan neoplastik atau proses
inflamasi. Struma difus toksik contohnya adalah
Grave’s Disease.
TERIMA KASIH

Vous aimerez peut-être aussi