Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
A. Pengantar
1. Wanita mengalami banyak perubahan emosi selama masa nifas sementara ia menyesuaikan
diri menjadi seorang ibu.
2. Dalam hal ini, perubahan psikologis pada masa nifas terjadi karena pengalaman persalinan,
tanggung jawab peran sebagai ibu, adanya anggota keluarga baru (bayi) dan peran baru
sebagai ibu bagi bayi.
3. Ibu baru melahirkan membutuhkan mekanisme penanggulangan (koping) untuk mengatasi:
a. Perubahan fisik dan ketidaknyamanan selama postpartum, termasuk keutuhan untuk
mengembalikan seperti sebelum hamil.
b. Perubahan hubungan dengan keluarga.
4. Dalam hal ini, kehamilan, kelahiran dan perubahan menjadi orangtua menyebabkan
terjadinya keadaan krisis yang membutuhkan adaptasi, apabila adaptasi tersebut tidak
berhasil, maka wanita tersebut akan mengalami depresi.
5. Masalah psikososial dapat timbul bila ibu kurang siap dan suport sistem yang kurang dalam
ınenghadapi masa postpartum.
6. Penting sekali bagi bidan atau peravvat di area kebidanan untuk mengetahui tentang
penyesuaian psikologis yang normal sehingga ia dapat menilai apakalı seorang ibu
memerlukan asuhan khusus dalam masa ini.
7. Identifikasi dan penatalaksanaan kemurungan masa nifas (postpartum blues), suatu variasi
atau penyimpangan dari penyesuaian yang normal yang umum terjadi, perlu dipahami oleh
bidan/perawat di area kebidanan.
8. Oleh karena itu, pada bah ini akan diuraikan secara singkat tentang proses adaptasi psikologis
dan masalah psikologis yang sering terjadi pada wanita nifas.
B. Fase-Fase yang Dialami Ibu Nifas
Penyesuaian ibu dalam masa postparum (maternal adjusment) menurut Reva Rubio (1963),
terdiri dari 3 fase, yaitu fase dependen, fase dependen-independen, dan fase independen,
yang diuraikan berikut ini:
2. Masalah kesehatan jiwa yang sering dialami wanita nifas (Kobllinsky, et al, 1993) antara
lain:
a. Postpartum Blues:
1) Pengantar:
a) Postpartum Blues merupakan depresi pada masa kehamilan relatif rendah,
namun meningkat dalam 12 bulan pertama setelah melahirkan.
b) Umumnya gejala terjadi antara hari ke 3 sampai hari ke 10, seperti menangis,
sangat lelah, insomnia, mudah tersinggung, sulit konsentrasi.
c) Ada korelasi positif dengan riwayat ketegangan sebelum menstruasi dan keadaan
hormonal yang tidak stabil.
d) Istilah lainnya adalah baby blues,yaitu istilah yang digunakan untuk serangkaian
gejala gangguan emosi yang diderita oleh wanita setelah melahirkan bayinya.
e) Merupakan bentuk stress pasca persalinan yang paling ringan yang berlangsung
hanya beberapa hari dan gejalanya tidak memburuk.
2) Tanda-tanda dan gejala serta etiologi postpartum blues:
a) Tanda-tanda dan gejala:
Ibu sangat emosional, sedih, khawatir, mudah tersinggung, cemas.
Ibu merasa 'hilang semangat’, mudah marah, sedih tanpa ad.i sebabnya,
menangis berulang kali.
b) Etiologi:
Berbagai perubahan yang terjadi dalam tubuh wanita selama kehamilan, dan
perubahan dalam cara hidupnya sesudah mempunyai bayi.
Perubahan hormonal yang cepat sementara tubuh kembali pada keadaan tidak
hamil dan sementara proses menyusui telah terjadi.
Adanya perasaan kehilangan secara fisik sesudah melahirkan yang menjurus
pada suatu reaksi perasaan sedih.
Kemurungan dapat menjadi makin parah oleh adanya ketidaknyamanan
jasmani, rasa letih, stress atau kecemasan yang tidak diharapkan karena
adanya ketegangan dalam keluarga atau adanya cara penanganan yang tidak
peka oleh para petugas.
3) Penatalaksanaan postpartum blues secara tradisional dan secara kebidanan:
Beberapa penatalaksanaan yang dapat dilakukan,antara lain:
a) Bicarakan apa yang dilakukan atau tindakan yang dilihat oleh ibu atau nenek
dalam kasus kemungkinan adanya postpartum blues/ kemurungan masa nifas.
b) Pada kasus yang lebih parah, pastikan adanya orang yang menemani ibu dan
bayinya selama beberapa hari atau minggu.
c) Berikan kesempatan pada ibu untuk bertanya, bicarakan apa yang terjadi selama
proses persalinan dan biarkan ibu untuk mengungkapkan perasaannya atau yang
yang dirisaukannya.
d) Doronglah anggota keluarga untuk merawat ibu dan bayinya dengan baik.
e) Biarkan bayi bersama ibunya.
f) Berikan dukungan/dorongan pada ibu untuk merawat bayinya.
4) Ibu yang berisiko tinggi yang mempunyai reaksi psikologis lebih parah daripada
postpartum blues (kemurungan masa nifas), antara lain:
a) Ibu yang sebelumnya pernah mengalami depresi atau tekanan jiwa.
b) Ibu yang rasa percaya dirinya rendah.
c) Ibu yang tidak mempunyai ‘jaringan'dukungan.
d) Ibu yang bayinya meninggal atau menyandang masalah.
5) Contoh kasus Postpartum Blues:
a) Kasus:
Ina, seorang ibu berumur 17 tahun, mengalami kehamilan normal dan
melahirkan bayi perempuan yang sehat seminggu yang lalu.
Ina melahirkan di rumah sakit umum daerah dan pulang 2 hari kemudian.
Ibu mertua Ina datang dari luar daerah untuk membantunya.
Selama beberapai hari pertama Ina baik-baik saja, tetapi kemudian ia menjadi
mudah menangis.
Ia menjadi tidak sadar apabila bayinya agak kesulitan menyusu.
Ina kemudian menjadi khawatir bahwa ia bukan seorang ibu yang baik.
Ina merasa bahwa suaminya tidak lagi mencintainya.
b) Pertanyaan:
Apa yang terjadi dengan Ina?
Jawaban: Ina mengalami kemurungan masa nifas (postpartum blues).
Apa yang menyebabkan masalah ini, dan apakah hal ini bisa dikatakan
'normal'?
Jawaban:
- Kemurungan masa nifas (postpartum blues) umum terjadi pada ibu barm
- Hal ini adalah hal normal dan disebabkan oleh perubahan dalam tubuh
seorang wanita selama kehamilan serta perubahan-perubahan dalam
irama/cara kehidupannya sesudah bayinya terlahir.
- Ina lebih berisiko mengalami kemurungan pasca nifas, karena ia maisih
muda dan mempunyai masalah dalam menyusui bay inya.
Apa yang harus bidan/perawat lakukan dalam merawat Ina dalam kondisi
demikian?
Jawaban:
- Bidan/perawat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan Ina dan
menjelaskan padanya bahwa kemurungan masa nifas merupakan hal yang
umum, dan bahwa perasaan-perasaan demikian biasanya hilang dalam dua
minggu sesudah melahirkan.
- Bidan/perawat berbicara dengan keluarga Ina dan menganjurkan pada
mereka untuk memberikan dukungan pada Ina selama beberapa bulan
sesudah melahirkan, sering mengunjunginya selama dua bulan pertama
untuk memberikan dukungan dan dorongan.
b. Depresi Postpartum:
1) Pengantar:
a) Sama dengan gejala depresi ytang dialami dalam kehidupan pada waktu lain.
b) Merupakan stress pasca persalinan yang lebih berat daripada baby blues.
c) Perbedaannya dengan baby blues terletak pada frekuensi, intensitas dan durasi
gejala.
d) Masalah tidur merupakan satu ciara untuk membedakannya dari baby blues.
Jika ibu dapat tidur sememtara orang lain mengasuh bayinya disebut baby
blues.
Sedangkan, jika ibu tidak dapat tidur karena kecemasan, ini merupakan
depresi postpartum.
e) Gejala umumnya terjadi pada 3i bulan pertama setelah melahirkan atau sampai
bayi berusia 1 tahun.
f) Kemungkinan penyebabnya biologis, psikososial dan sosial.
g) Dialami sekitar 10% ibu post-p£artum.
h) Ada korelasi positif dengan benat badan lahir bayi rendah, masalah perilaku,
keluhan somatik, pola pertumbuhan buruk.
i) Akibatnya bisa menimpa ibu maupun anak dan dapat terus terjadi sampai tahun
kedua setelah kelahiran (Oates, 1995).
2) Tanda-tanda dan Gejala Depresi Postpartum:
Berikut ini adalah tanda-tanda dan gejala ibu yang mengalami reaksi psikologis
yang lebih parah daripada kemurungan masa nifas:
a) Tidak bisa tidur atau tidak naffsu makan (terjadi perubahan pola makan dan
tidur).
b) Ibu mungkin merasa marah, binjgung, panik dan tidak berdaya.
c) Merasa bahwa ia tidak dapat merawat dirinya sendiri atau bayinya.
d) Berfikir untuk mencederai dirinya sendiri atau bayinya.
e) Seolah mendengar suara-suara atau tidak dapat berfikir jernih.
f) Perilakunya aneh.
g) Kehilangan sentuhan/hubungan dengan kenyataan.
h) Ibu mungkin takut menyakiti bayinya atau merasa akan menjadi gila.
i) Ansietas atau kecemasan merupakan salah satu gejala utama depresi postpartum.
j) Menyangkal bahwa bayi yang dilahirkan adalah anaknya.
3) Penatalaksanaan Depresi Postpartum:
a) Banyak wanita di bawah depresi yang bisa menanggapi atau dipengaruhi oleh
dorongan dan dukungan fisikyang diberikan bidan, perawat atau anggota
keluarganya.
b) Bila seorang ibu tidak bereaksi secara positif terhadap dukungan/ dorongan yang
telah diberikan bidan, perawat atau anggota keluarganya maka perlu dilakukan
rujukan ke petugas yang lebih ahli seperti psikolog atau psikiater.
c) Dalam hal ini setelah diberikan dukungan ibu tetap menunjukkan perilaku aneh
(seperti mendengar suara-suara, berada diluar kenyataan,
berhalusinasi/berkhayal, menolak bayinya) atau berfikiran untuk mencederai
dirinya sendiri atau bayinya, maka harus segera dirujuk ke petugas yang lebih
ahli dalam masalah kejiwaan untuk mendapat terapi dan pengobatan khusus
untuk dapat membantu mengatasi keadaan tersebut.
4) Contoh Kasus Depresi Postpartum:
a) Kasus:
o Wati, ibu berusia 29 tahun, melahirkan bayinya yang ke lima sebulan yang
lalu.
o Persalinan Wati berlangsung cepat dan terjadi di rumah dengan dipimpin
seorang dukun.
o Wati selalu sehat, tetapi mudah menjadi murung dan marah-marah.
o Sejak Wati melahirkan bayinya, ia menolak makan dan tidak man menyusui
anaknya.
o Bayi Wati menjadi kurus dan rewel.
b) Pertanyaan:
o Apa yang terjadi dengan Wati?
Jawaban: Wati mengalami atau menderita depresi masa nifas.
o Apa yang menyebabkan masalah pada Wati ini dan apakah masalah ini adalah
normal?
Jawaban:
• Wati mempunyai riwayat mudah murung.
• Wanita yang mudah merasa murung lebih cenderung untuk mengalami
depresi masa nifas dan harus diawasi dengan cermat.
• Ini merupakan masalah yang tidak normal.
o Apa yang perlu dilakukan bidan/perawat dalam membantu Wati menghadapi
masalah ini?
Jawaban:
• Bidan/perawat di area kebidanan dapat menjelaskan pada keluarga Wati
bahwa depresi masa nifas adalah keadaan yang amat serius.
• Wanita memerlukan banyak istrirahat dan dukungan.
• Karena Wati tidak merawat dirinya sendiri ataupun bayinya, dan merasa
mendengar suara orang yang sesungguhnya tidak ada, Wati mungkin perlu
minum obat.
• Bila perlu Wati dikonsultasikan ke seorang ahli (psikolog atau psikiater)
yang dapat menilainya secara psikologis untuk mengetahui apakah Wati
membutuhkan pengobatan.
• Wati perlu mendapatkan bantuan/pertolongan dan pastikan bahwa Wati
dan bayinya memperoleh asuhan/perawatan yang baik.
• Bidan/perawat juga dapat memberikan dorongan pada keluarga Wati
supaya memberikan dukungan, selalu membantunya, dan sering
mengunjunginya untuk menawarkan bantuan dan dorongan.
c. Postpartum Psikosis:
1) Jarang terjadi, gejala terlihat dalam 3-4 minggu setelah melahirkan.
2) Gejala seperti delusi dan halusinasi, penyebab pasti belum diketahui.
3) Hal ini biasanya dialami oleh ibu yang mengalami keguguran atau kematian bayl
dalam kandungan/setelah dilahirkan.
E. Penyesuaian Ayah (Paternal Adjusment)
1. Sebagai ayah: mendemonstrasikan keterlibatannya dalam merawat bayi.
2. Ayah terikat dengan bayinya. Ayah sering merasakan kontak dengan rabaan atau kontak
dari mata ke mata.
3. Ayah sering merasakan bahwa harga dirinya meningkat.