Vous êtes sur la page 1sur 29

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF

PADA Ny. D USIA 25 TAHUN P2002 Ab000 DENGAN GANGGUAN NYERI


HARI KE 1 POST SC INDIKASI KETUBAN PECAH DINI
DI RSUI MADINAH KASEMBON KAB MALANG
TAHUN 2017

Disusun oleh :

RUJIATI
NIM : 16617298

PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK (D.IV) MINAT KLINIK

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KADIRI

TAHUN 2017
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan studi kasus ini telah mendapat persetujuan dan pengesahan oleh
pembimbing kami selama melaksanakan praktek klinik di RSUI Madinah yang
dimulai pada tanggal 9- 30 Mei 2017.

Laporan studi kasus ini disusun oleh

Nama : Rujiati

NIM : 16617298

Disahkan dan disetujui pada :

Hari :

Tanggal :

Mahasiswa

(Rujiati)

Mengetahui

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(…………………….) (……………………….)

Kepala Ruangan

(…………………………..) 
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 latar belakang

Nyeri,satu kata singkat dan simpel, akan tetepi ketika di bahas akan

menghasilkan telaah yang panjang dan menarik untuk di uraikan.satu kata yang sering

menjadi keluhan seseorang yang di rawat di pelayanan kesehatan.satu kata yang

mengganggu,mengusik kenyamanan seseorang.

Keunikannya membuat satu sama lain berbeda dalam mengalirkan dan merasa

kedatangannya.

Keluhan nyeri merupakan keluhan yang paling umum kita temukan ketika kita

sedang melakukan tugas kita sebagai bagian dari tim kesehatan,baik itu di tataran

pelayanan kesehatan,rawat jalan,maupun rawat inap,yang karena seringnya keluhan

itu kita temukan kadang kala kita sering menganggap hal itu sebagai hal yang biasa

sehingga perhatian yang kita berikan tidak cukup memberikan hasil yang memuaskan

dimata pasien.

Nyeri sesungguhnya tidak hanya melibatkan persepsi dari suatu sensasi,tetapi

berkaitan juga dengan respon fisiologis,psikologis,sosial,kognitif,emosi dan

perilaku.sehingga dalam penanganannya pun memerlukan perhatian yang serius dari

semua unsur yang terlibat di dalam pelayanan kesehatan,untuk itu pemahaman nyeri

dan penanganannya sudah menjadi keharusan bagi setiap tenaga kesehatan,terutama

perawat yang dalam rentang waktu 24 jam sehari berinteraksi dengan pasien.
1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Mahasiswa mampu melakukan asuhan kebidanan dengan 7 langkah varney.

1.2.2 Tujuan Khusus

Mahasiswa mampu melakukan pengkajian dan pengumpulan data baik secara

subjektif dan objektif.

1.3 Metode Pengambilan Data

Metode yang dipakai dalam penulisan asuhan kebidanan ini yaitu dengan

menggunakan pendekatan dengan memberikan asuhan kebidanan pada klien secara

langsung mengenai proses asuhan pada klien secara langsung mengenai proses asuhan

kebidanan pada ibu nifas dengan gaangguan nyeri hari ke-1 post SC indikasi KPD.

Adapun data yang diperoleh :

1. Data primer :
a. Wawancara
b. Observasi
c. Pemeriksaan fisik

2. Data sekunder :

a. Studi kepustakaan dan praktek lapangan

3. Sumber data :

a. Obyektif : data observasi dan pemeriksaan fisik

b. Sekunder : diperoleh dari status pasien

1.4 Sistematika Penulisan


BAB I : berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang , tujuan

metode penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II : Tinjauan Teori

BAB III : Tinjauan Kasus

BAB IV : Penutup

Daftar Pustaka

BAB II
TINJAUAN TEORI

A.DEFINISI

Nyeri merupakan tanda terhadap adanya gangguan fisiologis atau jaringan

dimana seseorang dalam hal penanganannya di sesuaikan pasien dan patologinya.

Beberapa pengertian nyeri antara lain:

1. Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang

dan ekstensinya bila seseorang pernah mengalami (Tamsuri,2009)

2. Menurut internasional assosiation for study of pain (IACP) Nyeri adalah

season subjektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang tidak terkait

dengan kerusakan jaringan actual maupun potensial atau menggambarkan

kondisi terjadinya kerusakan.

3. Menurut MI coffery (1979)

Nyeri adalah suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dimana ekstensinya

diketahui juga seseorang pernah mengalaminya

4. Menurut wolf firest (1974)

Nyeri adalah suatu perasaan menderita secara fisik dan mental atau perasaan

nyeri yang biasa menimbulkan ketegangan.

5. Menurut Athur (Guyton 1982)

Nyeri adalah suati mekanisme produksi segi tubuh timbul dimana jaringan

yang sedang di rusak dan menimbulkan individu tersebut bereaksi atau

menghilangkan rangsangannya.

B. ETIOLOGI NYERI
1. Trauma

a. Mekanik

Rasa nyeri yang timbul akibat ujung-ujung saraf bebas mengalami

kerusakan misalnya akibat benturan,gesekan,luka dan lain-lain

b. Thermis

Nyeri timbul karena ujung saraf reseptor mendapat rangsangan akibat

panas dingin misal karna api dan air

c. Kneimis

Nyeri timbul karena kontak dengan zat kimia yang bersifat asam atau

basa kuat

d. Elektrik

Nyeri timbul karena kontak dengan zat kimia dan pengaruh aliran

listrik yang kuat mengenai reseptor rasa nyeri menimbulkan

ketegangan otot dan luka bakar.

2.Neoplasma

a. jinak

b. ganas

3.Peradangan

Nyeri terjadi kareana kerusakan ujung saraf reseptor akibat peredangan atau

terjepit pembengkakan.

Misal:Abses

4.gangguan sirkulasi darah dan kelainan pembuluh darah

5.trauma psikologis

C.KLASIFIKASI NYERI
1.berdasarkan waktu kejadian

 Nyeri Akut

Nyeri yang terjadi dalam waktu (durasi)dari ideal sampai dengan kurang dari

enam bulan.Nyeri akut biasanya terjadi pada cedera,penyakit akut atau pada

pembedahan.dengan awalan yang cepat dan tingkat keparahan yang bervariasi

(sedang dan berat).

 Nyeri kronik

Umumnya timbul tidak teratur,intermiter atau bahkan persistem nyeri kronik

di bedakan dalam dua kelompok dasar yaitu nyeri kronis maligna dan nyeri

kronik non maligna.

2.Menurut lokasi

 Nyeri superfisial

biasanya timbul akibat stimulan kulit seperti laserasi,luka bakar dan

sebagainya,nyeri jenis itu memiliki durasi yang pendek,teriokalisir,dan

memiliki sensasi yang tajam.

 Nyeri somatik dalam (deep somatic pain)

Nyeri yang terjadi pada otot tulang serta struktur penyokang lainnya.

 Nyeri viseral

Nyeri yang disebabkan karena kerusakan organ internal.

 Nyeri sebar (radiasi)

sensasi nyeri yang meluas dari daerah asal ke jaringan sekitar

 Nyeri fantom

Nyeri kusus yang di rasakan oleh klien yang mengalami amputasi

 Nyeri Alih
Nyeri yang timbul akibat adanya nyeri viseral yang menjalar ke organ lain

sehingga di rasakan nyeri pada beberapa tempat dan lokasi.

3.BERDASARKAN ORGAN

Berdasarkan pada organ tempat timbulnya nyeri dapat di kelompokkan dalam

 Nyeri organik

Nyeri yang diakibatkan adanya kerusakan aktual atau potensial organ.

 Nyeri Neurogenik

Nyeri gangguan neuron,misalnya pada neurolgia

 Nyeri psikogenik

Nyeri akibat berbagai psikologis,gangguan ini telah mengarah pada gangguan

psikologis dan gangguan organ.

D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NYERI

 Usia

Anak belum usia mengungkapkan nyeri sehingga,perawat harus mengkaji

respon nyeri jika sudah patologis.

 Jenis kelamin

Laki-laki dan wanita tidak berbeda secara signifikan dalam merespon

nyeri,justru lebih di pengaruhi oleh faktor budaya.

 Budaya

Orang belajar dari budayanya bagaimana seharusnya mereka merespon

terhadap nyeri misalnya seperti suatu daerah menganut kepercayaan bahwa

nyeri adalah akibat yang harus diterima karena mereka melakukan

kesalahan,jadi mereka tidak mengeluh jika ada nyeri.

 Makna nyeri
Berhubungan dengan bagaimana seharusnya mereka merespon terhadap nyeri

dan bagaimana mengatasinya

 Perhatian

Tingkat seorang pasien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat

mempengaruhi persepsi nyeri.

 Anisietas

Cemas mengakibatkan persepsi terhadap nyeri dan bisa menyebabkan

seseorang cemas

 Pengalaman masa lalu

Seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri di masa lampau dan saat ini

nyeri yang sama-sama timbul maka ia akan lebih mudah mengatasi nyerinya

 Pola koping

Pola koping adaptif akan mempermudah seseorang mengalami nyeri.

 Support keluarga dan sosiak

Individu yang mengalami nyeri sering kali tergantung pada anggota keluarga

dan sosial individu yang mengalami nyeri sering kali tergantung pada anggota

keluarganya atau teman dekat.

E. SIFAT- SIFAT NYERI

 Nyeri melelahkan dan membutuhkan banyak energi

 Nyeri bersifat subjektif dan individual

 Nyeri tidak dapat dinilai secara objektik seperti sinar X atau laboratorium

darah

 Nyeri merupakan peringatan adanya kerusakakn jaringan

 Nyeri mengalami ketidak mampuan


F.RIWAYAT NYERI

Sifat dan intensitas nyeri

 Menusuk : cepat,tajam dan sangat

 Tumpul : tidak setajam/setajam nyeri dan menusuk

 Menyebar : luas,pasien tidak dapat menunjuk lokasi

 Berpindah : dari lokasi satu kelokasi lain

 Terputus : hilang dan timbul

G . SKALA INTENSITAS NYERI ( smeltzer,s,c bare B.G (2002) )

0 : tidak nyeri

1-3 : nyeri ringan yaitu secara objektif pasien dapat berkomunikasi dengan baik

4-6 : nyeri sedang yaitu secara objektif pasien mendesis , menyeringai dapat

menunjukkan lokasi nyeri,dapat mendiskripsikannya dapat mengikuti

perintah dengan baik.

7-9 : nyeri berat yaitu secara objektif pasien pasien terkadang tidak dapat

mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan dapat menunjukkan

lokasi nyeri tidak dapat mendiskripsikannya tidak dapat dialihkan posisi

nafas panjang dan distraksi

10 : nyeri sangat besar yaitu pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi

H. KARAKTERISTIK NYERI

a. mayor : individu memperlihatkan atau melaporkan ketidaknyamanan


( misalnya nyeri mual muntah )

b. minor : 1. respon autonom pada nyeri akut

- tekanan darah meningkat

- nadi meningkat

-pernafasan meningkat
2. Posisi berhati-hati

Raut wajah kesakitan ,menangis dan merintih

I.PENGALAMAN NYERI

1. Arti nyeri bagi individu

Arti nyeri antara lain berbahaya atau merusak,menunjukkan adanya

komplikasi,memerlukan penyembuhan,menyebabkan ketidakmampuan merupakan

hukuman akibat dosa merupakan sesuatu yang harus di toleransi faktor yang

mempengaruhi makna nyeri bagi individu sntsrs lsin usia,jenis kelamin,latar

balakang,sosial budaya,lingkungan.

2 Persepsi nyeri

Persepsi nyeri tepatnya pada area korteks muncul akibat stimulus yang di

transmisikan menuju jarak spinotalamikus dan talamiko kortikalis,persepsi ini bersifat

objektif,sangat kompleks dan dipengaruhifaktor-faktor yang memicustimulus

bosiseptor dan transmisi impuls nasiseptor.

3 Toleransi terhadap nyeri

Toleransi terhadap nyeri terkait dengan intensitas nyeri yang membuat seseorang

mampu menahan nyeri sebelum mencari pertolongan.

J. JENIS DAN BENTUK NYERI

I. Nyeri perifer ada 3 macam

a. Nyeri superfisial yaitu nyeri yang muncul akibat rangsangan pada kulit dan

mukosa

b. Nyeri viseral yaitu muncul akibat stimulasi pada reseptor nyeri di rongga

abdomen cranium dan torak

c. Nyeri alih yaitu nyeri yang pada daerah lain yang jauh dari jaringan.

II. Nyeri sentral


nyeri yang muncul akibat stimulasi pada medula spinalis batang otak dan thalamus.

III. Nyeri psikogenik

Nyeri yang tidak diketahui penyebab fisiknya dengan kata lain nyeri ini timbul akibat

perasaan pikiran sendiri.

K. RIWAYAT NYERI

 Lokasi

untuk menentukan lokasi nyeri yang spesifik minta klien menunjukkan lokasi

nyerinya.pengkajian ini bisa dilakukan dengan bantuan gambar tubuh klien bisa

menandai bagian tubuh yang mengalami nyeri.ini sangat bermanfaat terutama untuk

klien yang memiliki lebih dari satu sumber nyeri.

 Intensitas nyeri

Penggunaan skala nyeri adalahmetode yang mudah dan terpecaya untuk menentukan

intensitas nyeri pasien ,skala nyeri yang paling sering digunakan adalah rentan 0-5

atau 0-10.angka nol menandakan tidak nyeri sama sekali dan angka tertinggi

mengatakan nyeri yang hebat.

 Kualitas nyeri

Terkadang nyeri bisa terasa seperti “dipukul-pukul”atau”di tusuk-tusuk”perawat perlu

mencatat kata-kata yang digunakan pasien untuk menggambarkan nyerinya sebab

informasi yang akurat dapat berpengaruh besar pada diagnosis dan etiologi nyeri serta

pilihan tindakan yang diambil.

 Pola

Pola nyeri meliputi waktu awitan dari kekambuhan atau interval nyeri,perawat perlu

mengkaji kapan nyeri dimulai,berapa lama nyeri berlangsung.apakah nyeri berulang

dan kapan nyeri terakhir muncul.

 Gejala yang menyertai


Gejala ini meliputi mual,muntah,pusing,dan diare,gejala itu bisa disebabkan oleh

awitan nyeri atau oleh nyeri itu sendiri.

 Faktor presipitasi

Terkadang aktifitas tertentu dapat memicu munculnya nyeri,seperti aktifitas yang

berat dapat menimbulkan nyeri dada,selain itu faktor lingkungan stresor fisik dan

emosional juga dapat memicu nyeri.

 Pengaruh terhadap aktifitas sehari-hari

Dengan mengetahui sejauh mana nyeri mempengaruhi aktifitas harian klien.akan

membantu perawat memahami perspektif klien tentang nyeri.beberapa aspek

kehidupan yang perlu dikaji terkait nyeri adalah tidur,nafsu

makan,konsentrasi,pekerjaan,hubungan interpersonal,hubungan pranikah,aktifitas

rumah aktifitas di waktu senggang,serta status emosional.

 Sumber koping

Setiap individu memiliki strategi koping yang berbeda dalam menghadapi

nyeri.strategitersebut dapat dipengaruhioleh pengalaman nyeri sebelumnya atau

pengaruh agama atau budaya.

 Respon aktif terhadap nyeri berfariasi bergantung pada situasi,drajad dan

durasi nyeri interpretasi tentang nyeri dan banyak faktor lain.perawat perlu

mengkaji adanya perasaan ansietas takut,lelah,depresi,atau perasaan gagal

pada diri pasien.

2.1 Tinjauan Pustaka KPD


2.1.1 Pengertian KPD
 Ketuban Pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-
tanda persalinan dan ditunggu 1 jam sebelum dimulainya tanda
persalinan.
(Manuaba, 1998 : 229)
 Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu
bila pembukaan kurang dari 3 cm pada primi dan pada multi para
kurang dari 5 cm.
(Mochtar, 1998 : 229)
 Ketuban pecah dini adalah keluarnya cairan berupa air-air dari vagina
setelah kehamilan berusia 22 minggu dan terjadi sebelum proses
persalinan berlangsung.
(Panduan Praktis Yankes Maternal dan Neonatal, 2002 : 111-112).
 Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum ada
tanda persalinan.
(FKUI, 1999 : 310)

2.1.2 Etiologi KPD


Penyebab Ketuban Pecah Dini antara lain :
1. Servic Inkompeten
2. Ketegangan rahim berlebihan : kehamilan yang ganda hidramnion.
3. Kelainan letak janin dalam rahim : letak sungsang, letak lintang
4. Kemungkinan kesempitan panggul : perut gantung, bagian terendah
janin belum masuk PAP, sefalopelvic disproporsi.
5. Kelainan bawaan dari selaput ketuban.
6. Infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada selaput
ketuban dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban
pecah.
(Manuaba, 1998 : 229)

2.1.3 Mekanisme Terjadinya KPD


 Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan
vaskularisasi.
 Bila terjadi pembukaan servic maka selaput ketuban sangat lemah dan
mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban.
(Manuaba, 1998 : 229)

2.1.4 Patofisiologi
1. Karloamnionitis, menyebabkan selaput ketuban menjadi rapuh.
2. Inkompetensi servic yakni kanalis servikalis yang terlalu terbuka oleh
karena kelainan pada servic uteri.
3. Trauma yang menyebabkan tekanan intrauteri mendadak meningkat.
(Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kebidanan dan Penyakit kandungan,
1993 : 73).
2.1.5 Diagnosis
1. Keluar air warna putih keruh, jernih, kuning, hijau/kecoklatan, sedikit-
sedikit atau banyak.
2. Bila terjadi infeksi dapat disertai demam (suhu 38°C/lebih) air
ketuban bau dan keruh, lekosit darah > 15.000 /m3.
3. Pada pemeriksaan dalam, selaput ketuban tidak ada dan air ketuban
sudah kering.
4. Inspekulo : tampak air ketuban mengalir / selaput ketuban sudah tidak
ada dan air ketuban sudah kering.
5. Janin mudah diraba.
(Kapita Selekta Kedokteran I, 2000 : 310).

2.1.6 Pemeriksaan Penunjang


1. Tes lakmus, kertas lakmus merah berubah menjadi biru (basa)
menunjukkan adanya air ketuban.
2. Tes pakis yaitu meneteskan cairan ketuban pada obyek glass dan
dibiarkan kering. Pada pemeriksaan mikroskopik yang akan
menunjukkan kristal cairan amnion dan menunjukkan gambar pakis.
3. USG : menentukan usia kehamilan dan indeks cairan amnion yang
berkurang.
4. Amniosentesis.
(Kapita Selekta Kedokteran I, 2000 : 313).

2.1.7 Komplikasi
1. Infeksi
2. Partus Preterm
3. Prolaps tali pusat
4. Distosia (partus kering)
(FKUI, 1999 : 313)
2.1.8 Penanganan
A. Konservatif
1. Rawat di rumah sakit
2. Berikan antibiotika (ampisilin 4 x 500 mg eritromisin bila tidak
tahan ampsilin) dan Metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari.
3. Jika UK < 32 – 37 minggu, dirawat selama air ketuban masih
keluar, atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.
4. Jika UK 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi tes busa
negatif : beri Dexametason, observasi tanda-tanda infeksi dan
kesejahteraan janin. Terminasi pada kehamilan 37 minggu.
5. Jika UK 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi berikan
tokolitik (salbutamol), dexametason dan induksi setelah 24 jam.
6. Jika UK 32-37 minggu, sudah inpartu, ada infeksi, beri antibiotic
dan lakukan induksi sesudah 24 jam.
7. Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi
intrauterine).
8. Pada UK 32 -34 minggu berikan steroid, untuk memacu
kematangan paru janin,dan kalau memungkinkan periksa kadar
lesitin dan spingomielin tiap minggu.
Dosis Betamethason 12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari,
Dexamethason IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali.

B. Aktif
1. Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal
seksio sesarea. Dapat pula diberikan Misoprostol 50 mg
intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali.
2. Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi, dan
persalinan diakhiri :
a. Bila skor pelvic < 5, lakukan Pematangan servic, kemudian
induksi, jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan SC.
b. Bila skor pelvic > 5, induksi persalinan, partus pervaginam
C. Antibiotik Setelah Persalinan
1. Profilaktis : stop antibiotika
2. Infeksi : lanjutan untuk 24-48 jam setelah bebas panas
3. Tidak ada infeksi : tidak perlu antibiotika.
(Sarwono, 2002 : 219 – 220).

Ketuban Pecah Dini

Masuk Rumah Sakit

Antibiotika
Batasi pemeriksaan dalam
Pemeriksaan air ketuban, kultur dan bakteri
Observasi tanda-tanda infeksi dan distress janin
Bidan merujuk ke RS / Puskesmas

Hamil Prematur Kehamilan Preterm


Observasi
Suhu rectal
Distress janin Kelainan Obstetri Letak Kepala
Kortikosteroid
Distress janin
Letak sungsang
Letak lintang
CPD
BOH
Grande multipara
Elderly Primigravida Indikasi Induksi
Infertilitas
Infeksi
Persalinan Obstruktif
Waktu

Gagal Berhasil

Reaksi uterus tidak ada Persalinan tunggal


Kelainan letkep
Seksio Sesarea Fase laten dan aktif
memanjang
Distress janin
Ruptura Uteri Imminens
BAB III
TINJAUAN KASUS

I. PENGKAJIAN

Tanggal : 18 Mei 2017

Jam : 14.30 WIB

Tempat : RSUI Madinah Kasembon

DATA SUBYEKTIF

1. Biodata

Nama klien : Ny. “D” Nama Suami : Tn. “S”

Umur : 25 th Umur : 27 th

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta

Alamat : Pakan Purworejo Ngantang

2. Keluhan utama

Ibu mengatakan nyeri luka bekas operasi

3. Riwayat kesehatan masa lalu

Ibu mengatakan sebelum dan selama hamil tidak pernah menderita penyakit

kronis dan penyakit menular lainnya yang dapat mempengaruhi kehamilannya,

tidak pernah dirawat atau menginap di Rumah Sakit dan tidak pernah operasi.

4. Riwayat kesehatan keluarga

Ibu mengatakan dalam keluarganya maupun keluarga suaminya tidak ada yang

mempunyai penyakit menular, menurun misalnya hipertensi, DM, jantung

serta tidak mempunyai keturunan gemeli.


5. Riwayat Haid

Menarche : 13 tahun

Siklus haid : teratur/28 hari

Lama Haid : 6-7 hari

Keluhan : Disminorhoe (-)

Fluor albus : (-)

6. Riwayat Kehamilan dan Nifas yang lalu

No Hamil Persalinan Penolong H/M Sex BBL Nifas Ket

1. 9 bulan Normal Bidan H L 2900 Normal

2. 8 bulan SC Dokter H L 2800 Normal

7. Pola kebiasaan sehari-hari

 Pola nutrisi

Sebelum MRS : Makan 3x sehari

Komposisi : nasi,lauk pauk,sayuran

Minum : air putih 5 gelas/hari

Saat MRS : Makan : belum pernah (masih berpuasa)

Minum : belum pernah (masih berpuasa)

 Eliminasi

Sebelum MRS : BAB 3x/minggu, BAK 3x/hari

Saat MRS : BAB : belum pernah, BAK : terpasang kateter (urine

300cc dari jam 18.00-21.00)

 Pola istirahat

Sebelum MRS : 7-8 jam / hari

 Pola personal higiene


Sebelum MRS : Mandi dan gosok gigi 2x/hari, keramas 3x seminggu

dan ganti baju tiap kali mandi

Saat MRS : belum pernah mandi, belum pernah keramas, belum

pernah sikat gigi, belum pernah ganti pakaian

 Hubungan peran

Sebelum MRS : hubungan dengan keluarga dan lingkungan cukup baik

Sesudah MRS : hubungan dengan keluarga dan lingkungan cukup baik sebab

banyak keluarga yang menjenguk dan merawat saat dirumah sakit.

DATA OBYEKTIF)

1. Pemeriksaan Umum

Keadaan umum : lemas

Kesadaran : composmentis

2. Tanda-tanda vital

Tensi darah : 110/80 mmHg

Nadi : 84x/menit

Suhu : 36,2 0 C

Rr : 22x/mnt

Pemeriksaan fisik

a. Inspeksi

Postur tubuh : tegak

Cara berjalan : normal

Muka : tidak pucat, tidak ada cloasma gravidarum

Mata : simetris, konjungtiva tidak pucat, sklera putih

Hidung : tidak ada secret, tidak ada pernafasan cuping hidung,


tidak ada pembengkakan

Mulut : bibir tidak pucat dan tidak kering

Telinga : simetris, bersih, tidak ada secret

Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada

pembesaran vena jugularis.

Dada : simetris, hiperpigmentasi areola mammae, putting susu

menonjol, keluar sedikit ASI

Abdomen : ada luka bekas operasi SC

Genetalia : terpasang dower kateter, tidak ada condilomatalata

maupun condiloma acuminata, tidak ada varises dan

tidak oedema, pengeluaran pervaginam lochea rubra

(warna merah, konsistensi cair, bau anyir)

Anus : normal tidak ada haemoroid

Ekstremitas : atas dan bawah simetris dan tidak ada kelainan

b. Palpasi

Abdomen : UC : baik

Kandung kemih : kosong

TFU : 2 jr bwh pst

c. Auskultasi

Dada : tidak ada bunyi ronchi dan weezing

Abdomen : tidak ada suara peristaltik usus, bising usus (+)

d. Perkusi

Reflek patella (+) / (+)

II. INTERPRETASI DATA DASAR


DX : Ny. “D” Usia 25 TAHUN P2002 Ab000 dengan gangguan nyeri hari
ke 1 post SC indikasi KPD

DS : Ibu mengatakan baru pertama operasi karena melahirkan pertama,

luka bekas operasi terasa nyeri

DO : Keadaan Umum : baik

Kesadaran : composmentis

Tanda-tanda vital : Tensi darah : 110/80 mmHg

Nadi : 84x/menit

Suhu : 36,2 0 C

Rr : 22x/mnt

 Inspeksi

Abdomen : luka operasi masih basah dan tertutup verband

Genetalia : terpasang dower kateter, lochea rubra

 Palpasi : TFU 2 jr bwh pst, uterus kontraksi baik

 Auskultasi : Bising usus (+)

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA ATAU MASALAH POTENSIAL

IV. IDENTIFIKASI DAN MENETAPKAN KEBUTUHAN SEGERA

Kolaborasi dengan Dokter SPOG untuk kelanjutan tindakan

V. INTERVENSI

Dx : Ny.”D” Usia 25 TAHUN P2002 Ab000 dengan gangguan nyeri hari

ke 1 post SC indikasi KPD

Intervensi :

1. Lakukan pendekatan pada Ibu dan keluarga

R/ Kooperatif dalam tindakan


2. Beritahu hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga.

R/ Informasi yang tepat dapat menghindari salah persepsi

3. Observasi tanda-tanda vital

R/ parameter terjadinya komplikasi

4. Observasi pengeluaran pervaginam

R/ mengetahui tanda tanda infeksi

5. Memberi dukungan psikis pada ibu dan keluarga

R/ Agar ibu dan keluarga tidak cemas

6. Evaluasi tanda kesakitan ibu

R/ mengetahui klasifikasi nyeri yang dialami ibu

7. Kolaborasi dengan dokter SpOG

R/ menjalankan fungsi dependen.


VI. IMPLEMENTASI

Tanggal 18-05-2017

Dx : Ny.”D” Usia 25 TAHUN P2002 Ab000 dengan gangguan nyeri hari

ke 1 post SC indikasi KPD

jam Implementasi paraf


15.00 Melakukan pendekatan pada ibu dan membina hubungan baik

dengan cara mengajak komunikasi dan mendengar keluhan ibu

15.00 Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa keadaan ibu

masih dalam batas normal

15.15 Observasi TTV:

TD: 110/70 mmhg, N: 82 x/mnt, S: 360C, RR: 20 x/mnt

15.30 Menjelaskan pada ibu tentang penyebab nyeri.

Menganjurkan ibu untuk melakukan relaksasi.

Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi

VII. EVALUASI

Tanggal : 18-05-2017

Jam : 16.30 WIB

Dx : Ny.”D” Usia 25 TAHUN P2002 Ab000 dengan gangguan nyeri hari ke

1 post SC indikasi KPD

S : Ibu mengatakan nyeri luka bekas operasi sudah berkurang

O : Keadaan umum : baik

Kesadaran : composmentis
TTV : TD :110 / 70 mmHg

Suhu :36,2 ˚C

Nadi : 84 x / menit

RR : 20 x / menit

A : Ny.”D” Usia 25 TAHUN P2002 Ab000 dengan gangguan nyeri hari ke

1 post SC indikasi KPD

P : - Observasi TTV dan luka jahitan

- Observasi pengeluaran pervaginam

- Anjurkan ibu untuk mobilisasi.

- Berikan terapi sesuai advis dokter.


BAB 4

PEMBAHASAN

Setelah melakukan asuhan kebidanan pada klien dengan oligohidramnion

(kekurangan cairan ketuban <500cc) pada post SC yang menyebabkan gangguan rasa

nyaman (nyeri) pada bagian abdomen.

Anamnesa yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa pasien Ny “D” dengan

diagnosa KPD pada post SC dengan keluhan nyeri pada abdomen (bekas luka

operasi). Pada saat pengkajian dilakukan, pasien mengatakan nyeri Sedang (skala

intensitas nyeri 4-6) sehingga pasien masih perlu pemantauan. Tindakan yang

diberikan pemberian cairan infus, obat-obatan. Dan dilakukan mobilisasi dini (belajar

miring kekanan dan kekiri).


BAB 5

PENUTUP

5.1 A. KESIMPULAN

Seseorang yang melahirkan dengan SC akan menimbulkan gangguan rasa

nyaman (nyeri) pada dirinya. Terutama pada bagian abdomen (luka bekas operasi).

Gangguan rasa nyaman (nyeri) adalah tanda terhadap adanya gangguan

fisiologis atau jaringan dimana seseorang dalam hal penanggungannya disesuaikan

oleh pasien dan patologinya.

Setelah dilakukan anamnesa pada tanggal 18-05-2017 jam 14.30 Ny. I dengan

diagnosa KPD pada post SC dengan keluhan nyeri pada (abdomen) saat pengkajian

dilakukan pasien mengatakan nyeri sedang (skala intensitas nyeri 4-6) sehingga

pasien perlu pemantauan diberikan tindakan berupa cairan infus serta obat-obatan.

5.2 SARAN

Sebagai bidan harus bisa selalu mengingatkan masyarakat betapa pentingnya

mempelajari ilmu atau penyakit-penyakit yang berhubungan dengan kehamilan, agar

dalam penanganan atau perujukan ke suatu instansi yang lebih tinggi tidak terlambat.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes, 2000. Manajemen Asuhan Kebidanan. Pusat Pengembangan Keperawatan


Carolus.

Depkes, 2002. Buku Acuan Persalinan Normal. Jakarta : Jaringan Nasional Pelatihan
Klinik Kesehatan Reproduksi.

Helen, V., 1999. Perawatan Maternitas. Jakarta : EGC.

Ibrahim, C., 1993. Perawatan Nifas. Jakarta : Bharata.

Mochtar, R., 1998. Sinopsis Obstetri Jilid I. Jakarta : EGC.

Prawirohardjo, S.. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Neonatal. Jakarta : YBP-

Vous aimerez peut-être aussi