Vous êtes sur la page 1sur 27

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyalahgunaan dan ketergantungan zat yang termasuk dalam katagori NAPZA pada
akhir-akhir ini makin marak dapat disaksikan dari media cetak koran dan majalah serta media
elektrolit seperti TV dan radio. Kecenderungannya semakin makin banyak masyarakat yang
memakai zat tergolong kelompok NAPZA tersebut, khususnya anak remaja (15-24 tahun)
sepertinya menjadi suatu model perilaku baru bagi kalangan remaja (DepKes, 2001).

Penyebab banyaknya pemakaian zat tersebut antara lain karena kurangnya pengetahuan
masyarakat akan dampak pemakaian zat tersebut serta kemudahan untuk mendapatkannya.
Kurangnya pengetahuan masyarakat bukan karena pendidikan yang rendah tetapi kadangkala
disebabkan karena faktor individu, faktor keluarga dan faktor lingkungan.
Faktor individu yang tampak lebih pada kepribadian individu tersebut; faktor keluarga lebih pada
hubungan individu dengan keluarga misalnya kurang perhatian keluarga terhadap individu,
kesibukan keluarga dan lainnya; faktor lingkungan lebih pada kurang positif sikap masyarakat
terhadap masalah tersebut misalnya ketidakpedulian masyarakat tentang NAPZA (Hawari,
2000). Dampak yang terjadi dari faktor-faktor di atas adalah individu mulai melakukan
penyalahgunaan dan ketergantungan akan zat. Hal ini ditunjukkan dengan makin banyaknya
individu yang dirawat di rumah sakit karena penyalahgunaan dan ketergantungan zat yaitu
mengalami intoksikasi zat dan withdrawal.
Peran penting tenaga kesehatan dalam upaya menanggulangi penyalahgunaan dan
ketergantungan NAPZA di rumah sakit khususnya upaya terapi dan rehabilitasi sering tidak
disadari, kecuali mereka yang berminat pada penanggulangan NAPZA (DepKes,
2001). Berdasarkan permasalahan yang terjadi di atas, maka perlunya peran serta tenaga
kesehatan khususnya tenaga keperawatan dalam membantu masyarakat yang di rawat di rumah
sakit untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat. Untuk itu dirasakan perlu
perawat meningkatkan kemampuan merawat klien dengan menggunakan pendekatan proses
keperawatan yaitu asuhan keperawatan klien penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA
(sindrom putus zat).

1
2.1 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari penggunaan NAPZA
2. Mengetahui factor penyebab penggunaan NAPZA
3. Mengetahui gekal klinis penggunaan NAPZA
4. Mengetahui dampak penggunaan NAPZA

2
BAB II

PEMBAHASAN

Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/ bahan berbahaya. Selain narkoba, istilah
lain yang diperkenalkan khususnya oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia adalah
Napza yang merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif. Semua istilah
ini, baik "narkoba" ataupun "napza", mengacu pada kelompok senyawa yang umumnya memiliki
risiko kecanduan bagi penggunanya. Menurut pakar kesehatan, narkoba sebenarnya adalah
senyawa-senyawa psikotropika yang biasa dipakai untuk membius pasien saat hendak dioperasi
atau obat-obatan untuk penyakit tertentu. Namun kini persepsi itu disalahartikan akibat
pemakaian di luar peruntukan dan dosis yang semestinya.
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis
maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya
rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan (Undang-Undang No. 22 tahun 1997).
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
Bahan adiktif lainnya adalah bahan lain bukan narkotika atau psikotropika yang penggunaannya
dapat menimbulkan ketergantungan. Minuman beralkohol adalah minuman yang mengandung
etanol yang diproses dari bahan hasil pertanian ataupun secara sintetis yang mengandung
karbohidrat dengan cara fermentasi destilasi atau fermentasi tanpa destilasi, maupun yang
diproses dengan cara mencampur konsentrat dengan etanol atau dengan cara pengenceran
minuman yang mengandung etanol. Berdasarkan efek yang ditimbulkan terhadap pemakainya,
narkoba dikelompokkan menjadi golongan halusinogen, depresan, stimulan, dan adiktif.
Penyalahgunaan NAPZA adalah penggunaan NAPZA dalam jumlah berlebihan, secara berkala
atau terus-menerus, berlangsung cukup lama sehingga dapat merugikan kesehatan jasmani,
mental dan kehidupan sosial (Joewana, 2004). Penyalahgunaan zat adalah penggunaan zat secara
terus menerus bahkan sampai setelah terjadi masalah. Ketergantungan zat menunjukkan kondisi
yang parah dan sering dianggap sebagai penyakit. Adiksi umumnya merujuk pada perilaku
psikososial yang berhubungan dengan ketergantungan zat. Gejala putus zat terjadi karena
kebutuhan biologic terhadap obat. Toleransi adalah peningkatan jumlah zat untuk memperoleh

3
efek yang diharapkan. Gejala putus zat dan toleransi merupakan tanda ketergantungan fisik
(Stuart & Sundeen, 1998).

2.2 JENIS DAN EFEK YANG DITIMBULKAN OLEH NARKOTIKA


Narkotika merupakan narkoba yang sangat cepat menimbulkan ketergantungan, berupa serbuk
putih dengan rasa pahit. Dalam pasaran warnanya bisa putih, coklat atau dadu, cara penggunaan
dapat disuntikan, dihirup dan dimakan. Menimbulkan rasa kantuk, lesu, penampilan “dungu”,
jalan mengambang, rasa senang yang berlebihan. Konsumsi dihentikan menimbulkan rasa sakit
dan kejang-kejang, kram perut, menggigil, muntah-muntah, mata berair, hidung berlendir, hilang
nafsu makan dan kehilangan cairan tubuh. Menimbulkan kematian bila over dosis.
Ganja menimbulkan ketergantungan psikis yang diikuti oleh kecanduan fisik dalam waktu
lama, terutama bagi mereka yang telah rutin menggunakannya. Bentuk daun kering, cairan yang
lengket, minyak ‘damar ganja’. Menurunkan keterampilan motorik, peningkatan denyut jantung,
rasa cemas, banyak bicara, perubahan persepsi tentang ruang dan waktu, halusinasi, rasa
ketakutan dan agresif, rasa senang berlebihan, selera makan meningkat. Pengaruh jangka panjang
peradangan paru-paru, aliran darah ke jantung berkurang, daya tahan tubuh terhadap infeksi
menurun, mengurangi kesuburan, daya pikir berkurang, perhatian ke sekitar berkurang.
Morfin merupakan analgesik yang kuat, tidak berbau, berupa kristal putih yang warnanya
menjadi kecoklatan. Mengurangi rasa nyeri, kantuk atau turunnya kesadaran. Menyebabkan
sembelit, gangguan menstruasi dan impotensi. Pemakaian dengan jarum suntik menyebabkan
HIV/AIDS, Hepatitis B & C. Pemakaian dikurangi atau dihentikan : hidung berair, keluar air
mata otot kejang, mual, muntah dan mencret.
Psikotropika memiliki bentuk berupa tablet dan kapsul warna warni. Cara penggunaan ditelan
secara langsung. Mendorong tubuh melakukan aktivitas melampaui batas maksimum.
Meningkatkan detak jantung dan tekanan darah, rasa senang yang berlebihan, hilangnya rasa
percaya diri. Setelahnya akan terjadi perasaan lelah, cemas dan depresi yang dapat berlangsung
beberapa hari. Gerakan tak terkontrol, mual dan muntah, sakit kepala, hilang selera makan dan
rasa haus yang berlebihan. Kematian terjadi karena tidak seimbangnya cairan tubuh, baik karena
dehidrasi ataupun terlalu banyak cairan, menimbulkan kerusakan otak yang permanen.
Methamphetamine dikenal shabu atau ubas. Bentuknya berupa serbuk kristal dan cairan. Mudah
larut dalam alkohol dan air. Cara penggunaannya dihisap dengan bantuan alat (bong).

4
Menimbulkan perasaan melayang sementara yang berangsur-angsur membangkitkan kegelisahan
luar biasa. Aktivitas tubuh dipercepat berlebihan. Penggunaan shabu yang lama akan merusak
tubuh, bahkan kematian karena over dosis. Pada mata, anda akan melihat sesuatu yang tidak
ingin anda lihat, karena sangat mengerikan. Pada otak, menyebabkan depresi, kepanikan,
kecemasan yang berlebihan dan dapat menyebabkan kerusakan otak secara permanen. Pada kulit,
pembuluh darah akan mengalami panas berlebihan dan pecah. Pada hati, bahan-bahan kimia
yang terkandung dalam shabu bisa melemahkan aktivitas sel-sel hati yang mengakibatkan
terjadinya gangguan fungsi hati.
Obat penenang dikenal obat tidur, pil koplo, BK, Nipam, Valium, Lexotan, dll. Bentuknya
berupa tablet. Digunakan dengan cara ditelan secara langsung. Memiliki efek bicara jadi pelo,
jalan sempoyongan, persepsi terganggu memperlambat kerja otak, pernapasan dan jantung.
Dalam dosis tinggi akan membuat pengguna tidur. Penggunaan campuran dengan alkohol akan
menghasilkan kematian. Gejala putus zat bersifat lama dan serius, sakit kepala, cemas, tidak bisa
tidur, halusinasi, mual, muntah dan kejang.
Alkohol memiliki efek memperlambat kerja sistem syaraf pusat, memperlambat refleks
motorik, menekan pernafasan, denyut jantung dan mengganggu penalaran dan penilaian.
Menimbulkan perilaku kekerasan, meningkatkan resiko kecelakaan lalu lintas. Gejala putus zat
mulai dari hilangnya nafsu makan, sensitif, tidak dapat tidur, kejang otot, halusinasi dan bahkan
kematian.
Zat yang mudah menguap/solvent dikenal Lem Aica Aibon, Thinner, Bensin, Spiritus. Efeknya
begitu dihisap masuk ke darah dan segera ke otak. Memperlambat kerja otak dan sistem syaraf
pusat. Menimbulkan perasaan senang, pusing, penurunan kesadaran, gangguan penglihatan dan
pelo. Problem kesehatan terutama merusak otak, ginjal, paru-paru, sumsum tulang dan jantung.
Kematian timbul akibat otak kekurangan oksigen, berhentinya pernafasan dan gangguan pada
jantung.
Zat yang menimbulkan halusinasi dikenal jamur, kotoran kerbau, sapi, kecubung. Efek yang
ditimbulkan bekerja pada sistem syaraf pusat untuk mengacaukan kesadaran dan emosi
pengguna. Perubahan pada proses berfikir, hilangnya kontrol, hilang orientasi dan depresi.

5
2.3 TANDA DAN GEJALA
Berikut ini adalah beberapa tanda dan gejala yang sering tampak pada para pengguna NAPZA,
dilihat dari :

1. Ciri-ciri Umum

a. Terjadi perubahan perilaku yang signifikan


b. Sulit diajak bicara
c. Mulai sulit untuk diajak terlibat dalam kegiatan keluarga
d. Mulai sering pulang terlambat tanpa alasan
e. Mudah tersinggung
f. Mulai berani membolos dan meninggalkan pekerjaan sehari-hari

2. Perubahan Fisik dan Lingkungan

a. Jalan sempoyongan, bicara pelo, dan tampak terkantuk-kantuk


b. Mata merah dan berair
c. Hidung berair atau seperti pilek
d. Pola tidur berubah, bangun di malam hari dan bangun di siang hari
e. Kamar tidak mau diperiksa atau selalu terkunci
f. Sering menerima telpon atau tamu yang tidak dikenal
g. Ditemukan obat-obatan, kertas timah, jarum suntik, dan korek api di kamar atau di
dalam tas
h. Terdapat tanda-tanda bekas suntikan atau sayatan di bagian tubuh
i. Sering kehilangan uang atau barang di rumah
j. Mengabaikan kebersihan diri

3. Perubahan Perilaku Sosial

a. Menghindari kontak mata langsung ketika berbicara dengan orang lain


b. Berbohong atau memanipulasi keadaan
c. Kurang disiplin
d. Bengong atau linglung

6
e. Suka membolos sekolah atau dari pekerjaan kantor
f. Mengabaikan kegiatan ibadah
g. Menarik diri dari aktivitas bersama keluarga
h. Sering menyendiri atau bersembunyi di kamar mandi, di gudang atau tempat-tempat
tertutup

4. Perubahan Psikologis

a. Mudah tersinggung
b. Sering terjadi perubahan mood yang mendadak
c. Malas melakukan aktivitas sehari-hari
d. Sulit berkonsentrasi
e. Tidak memiliki tanggung jawab
f. Emosi tidak terkendali
g. Tidak peduli dengan nilai dan norma yang ada
h. Merasa dikucilkan atau menarik diri dari lingkungan
i. Cenderung melakukan tindak pidana kekerasan

2.4 TERAPI
Upaya pemulihan yang sesungguhnya adalah dengan merubah gaya hidup dan sikap pada
seorang pecandu secara mendasar, yaitu pola pikir dan perilaku adiktif yang menyebabkannya
kecanduan narkoba (martono 2006).

1. Pengobatan

Terapi pengobatanyang dilakukan untuk pasien NAPZA misal dengan detoksifikasi.


Detoksifikasi adalah upaya untuk mengurangi atau menghentikan gejala putus zat dengan dua
cara:

a. Detoksifikasi tanpa substitusi


Klien hanya dibiatkan saja sampai gejala putus zat tersebut berhenti sendiri. Klien yang
ketergantungan tidak diberikan obat untuk menghilangkan gejala putus obat tersebut.

7
b. Detoksifikasi dengan substitusi
Putau atau heroin dapat disubstitusi dengan memberikan jenis opiat misalnya kodein,
bufremorfin, dan metadon. Substitusi bagi pengguna sedatif-hipnotik dan alkohol dapat
dari jenis anti ansietas, misalnya diazepam. Pemberian substitusi adalah dengan cara
penurunan dosis secara bertahap sampai berhenti sama sekali. Selama pemberian
substitusi dapat juga diberikan obat yang menghilangkan gejala simptomatik, misalnya
obat penghilang rasa nyeri, rasa mual, dan obat tidur atau sesuai dengan gejala yang
ditimbulkan akibat putus zat tersebut.

2. Rehabilitasi

Rehabilitasi adalah upaya kesehatan yang dilakukan secara utuh dan terpadu melalui
pendekatan non medis, psikologis, sosial dan religi agar pengguna NAPZA yang menderita
sindroma ketergantungan dapat mencapai kemampuan fungsional seoptimal mungkin.
Tujuannya pemulihan dan pengembangan pasien baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.
Sarana rehabilitasi yang disediakan harus memiliki tenaga kesehatan sesuai dengan kebutuhan
(Depkes, 2001).

Sesudah klien penyalahgunaan/ketergantungan NAPZA menjalani program terapi


(detoksifikasi) dan konsultasi medik selama 1 (satu) minggu dan dilanjutkan dengan program
pemantapan (pascadetoksifikasi) selama 2 (dua) minggu, maka yang bersangkutan dapat
melanjutkan ke program berikutnya yaitu rehabilitasi (Hawari, 2003).

Menurut Hawari (2003), bahwa setelah klien mengalami perawatan selama 1 minggu
menjalani program terapi dan dilanjutkan dengan pemantapan terapi selama 2 minggu maka
klien tersebut akan dirawat di unit rehabilitasi (rumah sakit, pusat rehabilitasi, dan unit lainnya)
selama 3-6 bulan. Sedangkan lama rawat di unit rehabilitasi berdasarkan parameter sembuh
menurut medis bisa beragam 6 bulan dan 1 tahun, mungkin saja bisa sampai 2 tahun.

Kenyataan menunjukkan bahwa mereka yang telah selesai menjalani detoksifikasi sebagian
besar akan mengulangi kebiasaan menggunakan NAPZA, oleh karena rasa rindu (craving)
terhadap NAPZA yang selalu terjadi (DepKes, 2001).

8
1. Jenis program rehabilitasi:
a. Rehabilitasi psikososial
Program rehabilitasi psikososial merupakan persiapan untuk kembali ke masyarakat
(reentry program). Oleh karena itu, klien perlu dilengkapi dengan pengetahuan dan
keterampilan misalnya dengan berbagai kursus atau balai latihan kerja di pusat-pusat
rehabilitasi. Dengan demikian diharapkan bila klien selesai menjalani program
rehabilitasi dapat melanjutkan kembali sekolah/kuliah atau bekerja.
b. Rehabilitasi kejiwaan
Dengan menjalani rehabilitasi diharapkan agar klien rehabilitasi yang semua
berperilaku maladaptif berubah menjadi adaptif atau dengan kata lain sikap dan
tindakan antisosial dapat dihilangkan, sehingga mereka dapat bersosialisasi dengan
sesama rekannya maupun personil yang membimbing dan mengasuhnya.

Meskipun sudah menjalani terapi detoksifikasi, seringkali perilaku maladaptif tadi belum
hilang, keinginan untuk menggunakan NAPZA kembali atau craving masih sering muncul, juga
keluhan lain seperti kecemasan dan depresi serta tidak dapat tidur (insomnia) merupakan keluhan
yang sering disampaikan ketika melakukan konsultasi dengan psikiater. Oleh karena itu, terapi
psikofarmaka masih dapat dilanjutkan, dengan catatan jenis obat psikofarmaka yang diberikan
tidak bersifat adiktif (menimbulkan ketagihan) dan tidak menimbulkan ketergantungan. Dalam
rehabilitasi kejiwaan ini yang penting adalah psikoterapi baik secara individual maupun secara
kelompok.Yang termasuk rehabilitasi kejiwaan ini adalah psikoterapi/konsultasi keluarga yang
dapat dianggap sebagai rehabilitasi keluarga terutama keluarga brokenhome. Gerber (1983
dikutip dari Hawari, 2003) menyatakan jka konsultasi keluarga perlu dilakukan agar keluarga
dapat memahami aspek-aspek kepribadian anaknya yang mengalami penyalahgunaan NAPZA.

c. Rehabilitasi komunitas
Berupa program terstruktur yang diikuti oleh mereka yang tinggal dalam satu tempat.
Dipimpin oleh seorang mantan pemakai yang dinyatakan memenuhi syarat sebagai
konselor, setelah mengikuti pendidikan dan pelatihan. Tenaga profesional hanya
sebagai konsultan saja. Di sini klien dilatih keterampilan mengelola waktu dan
perilakunya secara efektif dalam kehidupannya sehari-hari, sehingga dapat mengatasi

9
keinginan mengunakan narkoba lagi atau nagih (craving) dan mencegah relaps.Dalam
program ini semua klien ikut aktif dalam proses terapi. Mereka bebas menyatakan
perasaan dan perilaku sejauh tidak membahayakan orang lain.
d. Rehabilitasi keagamaan
Rehabilitasi keagamaan masih perlu dilanjutkan karena waktu detoksifikasi tidaklah
cukup untuk memulihkan klien rehabilitasi menjalankan ibadah sesuai dengan
keyakinan agamanya masing-masing. Pendalaman, penghayatan, dan pengamalan
keagamaan atau keimanan ini dapat menumbuhkan kerohanian (spiritual power) pada
diri seseorang sehingga mampu menekan risiko seminimal mungkin terlibat kembali
dalam penyalahgunaan NAPZA.

10
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NAPZA

PADA TN. A

1. IDENTITAS
A. Biodata klien
Nama : Tn. A
Umur : 20 Tahun
Alamat : Klaten
Status Perkawinan : Belum Menikah
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa / Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Siswa
B. Penanggung Jawab
Nama : Ny. P
Hubungan dengan Klien : Ibu Kandung
Alamat : Klaten

2. RIWAYAT KASUS
Andra (bukan nama sebenarnya), salah satu remaja penderita HIV. Dia tertular HIV
melalui penggunaan IDU. Andra mengaku mulai memakai jarum suntik secara bergiliran
pada 2002. "Saat itu saya masih kelas 3 SMP. Saya suka mengonsumsi putauw. Suatu
hari, saya lagi nggak punya duit. Sama teman-teman diajak pakai jarum secara gantian.
Lebih murah, kata mereka," ujarnya. Pesta narkoba pun dimulai bersama teman-
temannya. Aktivitas menyimpang itu dilakoninya selama setahun. Boleh dibilang Andra
termasuk pecandu berat narkoba, terutama jenis putauw. Padahal, dia mengaku tidak
memiliki uang yang cukup tebal untuk mengonsumsi putauw. "Mau tidak mau, memakai
jarum suntik merupakan alternatif bagi saya," tuturnya.
Bagi dia, ngedrugs merupakan medium untuk melupakan persoalan hidup. Andra lahir di
tengah keluarga yang kurang harmonis. Dia lebih suka menghabiskan waktu bersama

11
teman-temannya di luar rumah. "Dengan teman-teman saya merasa bisa melakukan apa
saja. Mereka tahu apa yang saya mau," tukasnya.
Hidup sarat dengan hedonisme dia lakoni selama bertahun-tahun. Prestasi sekolah
Andra yang terus merosot memacu dirinya terjun bebas ke narkoba. Apalagi orang tuanya
cuek saja dengan segala tindakan yang dia lakukan. "Aku merasa bebas melakukan apa
saja, under controll pokoknya," ujarnya. Hidup Andra identik bersenang-senang. Pada
2004, dia diajak teman-temannya melakukan VCT (visite conselling test). "Saat itu aku
tidak tahu untuk apa diajak VCT. Ternyata untuk memeriksakan diri apakah terkena
HIV/AIDS atau tidak," ujarnya.
Ternyata teman-teman Andra itu adalah relawan sebuah LSM yang konsen dengan
HIV/AIDS. Mereka prihatin dengan kondisi Andra. Benar saja, dari lima orang yang
memeriksakan diri, tiga orang positif HIV termasuk Andra. "Rasanya saya ingin mati saja
saat itu," ucap Andra yang waktu itu baru kelas 1 SMA. Sejak divonis itu, Andra merasa
hidupnya tidak berarti lagi. Keterputusasaan yang berat meyelimuti dirinya. "Bahkan
timbul perasaan jahat dan dendam terhadap teman-teman yang belum terkena HIV untuk
menularinya," ujarnya. Untungnya, Andra dapat mengendalikan diri. Dia pun berusaha
bangkit untuk bertahan hidup. "Untungnya teman-teman sangat memotivasi saya untuk
berobat," ujar Andra yang kini berusia 19 tahun. Satu tahun lamanya Andra
menyembunyikan kenyataan itu dari orang tuanya bila dia positif HIV. "Lagipula apa
bedanya bila saya ceritakan," ujarnya.
Lambat-laun rahasia itu terbongkar. Ibu Andra mendapati hasil tes VCT-nya yang
disimpan di laci meja anaknya itu. "Waktu itu, ibu mencari obat-obat terlarang itu di
kamar saya," ujarnya.
"Saya tidak menyangka reaksi ibu saat mengetahui saya positif HIV. Ibu menangis
sesunggukan dan memeluk saya," ungkapnya. Sejak itu, orang tua Andra mulai berubah.
Mereka menerima Andra apa-adanya. Mereka berani menerima kenyataan bila anaknya
terjangkit penyakit yang distigmakan buruk oleh masyarakat itu. Namun, apa pun
perhatian itu, bagi Andra tidak bisa mengembalikan dirinya seperti dulu lagi. Di dalam
tubuhnya telah berkembang virus mematikan --yang bila dia tidak aware memperhatikan
kesehatannya-- bisa semakin menyerang kekebalan tubuhnya. Kini, Andra punya
semangat hidup lagi. Hidup, katanya, harus terus berjalan, meskipun dia sempat

12
pesimistis dengan masa depannya. "Siapa sih yang mau menerima cowok dengan
predikat HIV positif?" tanyanya. Beberapa kali Andra mencoba menjalin hubungan
dengan teman perempuannya, namun selalu gagal. "Begitu tahu saya terinfeksi HIV, ada
yang langsung menjauh, ada juga yang mundur pelan-pelan," ujarnya.
Menurut Andra, tidak mudah hidup di lingkungan orang yang tidak terkena penyakit
berbahaya itu. Selalu ada benang merah antara ODHA dengan OHIDA (orang yang hidup
dengan HIV/AIDS). Meskipun keluarga menerima Andra apa-adanya, perasaan
"berbeda" tetap melekat dalam hatinya. Andra pun kemudian mencari komunitas yang
bisa menampung nasibnya. "Akhirnya dengan teman-teman sebaya yang aktif memerangi
HIV/AIDS, saya merasa di situlah tempat saya. Tempat saya berkeluh-kesah, bersama,
dan berbagi hidup,"
3. PEMERIKSAAN FISIK

A. Tanda – tanda vital :

 Tekanan darah : 130/80 mmHg


 Nadi : 84 x/menit
 Suhu : 36,5 ºC
 Pernafasan : 26 x/menit

B. Ukuran :

 Tinggi badan : 179 cm


 Berat badan : 62 Kg

C. Kondisi Fisik :

Klien tidak ada kelainan fisik

13
4. DIAGNOSA
Diagnosa yang sering muncul
a.Resiko tinggi menciderai diri sendiri
b. Intoksikasi
c. Harga diri rendah
d. Koping mal adaptif

5. POHON MASALAH

14
6. RENCANA TINDAKAN

TUJUAN UMUM :

- Meningkatkan kesadaran diri klien, dengan cara mengidentifikasi hal-hal positif yang
dimiliki klien dan bisa dikembangkan secara positif serta mengurangi hal-hal yang negatif
dalam diri klien.

TUJUAN KHUSUS RASIONAL INTERVENSI


TUK I PASIEN Untuk terciptanya 1. Membina hubungan saling
Klien dapat membina hubungan hubungan saling percaya percaya
saling percaya antara perawat dank lien 2. Mendiskusikan dampak
dalam menyelesaikan NAPZA
permasalahannya 3. Mendiskusikan cara
meningkatkan motivasi
4. Mendiskusikan cara
mengontrol keinginan
5. Latihan cara meningkatkan
motivasi
6. Latihan cara mengontrol
keingan
7. Membuat jadwal aktivitas

TUK II PASIEN Untuk tercapainya 1. Mendiskusikan cara


Klien mampu mengatasi kesembuhan pasien menyelesaikan masalah
penyalahgunaan dan terhadap penyalahgunaan 2. Mendiskusikan cara hidup
ketergantungannya dan ketergantungan sehat
3. Latihan cara menyelesaikan
masalah
4. Latihan cara hidup sehat

15
TUK III KELUARGA Agar keluarga mampu 1. Mendiskusikan masalah yang
Keluarga mampu mengenai mengenal dan mengatasi dialami
pengguana NAPZA dan mampu permasalahan penderita 2. Mendiskusikan tentang
merawat Pasien NAPZA NAPZA NAPZA
3. Mendiskusikancara merawat
4. Latihan cara merawat
5. Mendiskusikan cara
meningkatkan motivasi

16
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

STRATEGI PERENCANAAN

(ROLL PLAY)

Pemain : - perawat

-pasien

Latar belakang : rumah sakit

STRATEGI PERENCANAAN I (SP I)

TUK 1

- Klien dapat membina hubungan saling percaya

INTERVENSI :

1. Membina hubungan saling percaya


2. Mendiskusikan dampak NAPZA
3. Mendiskusikan cara meningkatkan motivasi
4. Mendiskusikan cara mengontrol keinginan
5. Latihan cara meningkatkan motivasi
6. Latihan cara mengontrol keingan
7. Membuat jadwal aktivitas

DIALOG I (HARI I)

ORIENTASI

Perawat:selamat pagi,perkenalkan nama saya sukma saya mahasiswa dari stikes nusantara,kalau

boleh tau siapa namanya

Pasien; andra

17
Perawat: andra senangnya dipangil apa?

Pasien: andra

Perawat: kalau boleh tau bagaimana kabar andra hari ini?

Pasien: saya merasa takut

Perawat:apa andra mau berbincang- bincang dengan saya tentang masalah yang andra rasakan

saat ini?

Pasien: iya

Perawat: andra maunya kita bebincang di gazebo ini atau ditaman?

Pasien: digazebo sini aja

Perawat: baiklah,andra mungkin perbincangan kita kurang dari 10 menit,apakah andra setuju?

Pasien:iya setuju

KERJA

Perawat:kalau boleh tau apa yang membuat andra merasa takut?

Pasien:karna saya menderita hiv(menunduk)

Perawat: kalau saya boleh tau apa yang andra lakukan sehingga andra menjadi penderita

hiv,bisakah saya tau?

Pasien: karna saya sering memakai suntik-suntikan dan obat obatan terlarang sus(menunduk)

Perawat: kalau saya boleh Tanya mengapa andra memakai obat obatan terlarang apakah

sebelumnya sndra ada masalah?

Pasien :iya saya dulu tidak pernah dihiraukan orang tua saya,jdai saya memakai obat-obatan itu

untuk bersenang’senang bersama teman saya

18
Perawat: andra kalau saya boleh Tanya andra tau ngak apa dampak dari suntik-suntikan dan

obat-obatan yang andra sering lakukan dulu

Pasien:iya sus,saya akan menjadi ketergantungan dan saya akan menderita hiv seperti yang saya

alami(menunduk)

Perawat: andra pintar .sudah bisa tau apa efek dari obat-obatan dan suntikan terlarang ini

Pasien: iya sus

Perawat: apakah andra tetap ingin memakai suntikan dan obat-obatan terlarang itu?

Pasien: tidak sus saya menyessal dan saya takut tidak ada yang mau dekat dengan saya apalagi

umur saya sudah tidak lama lagi(menunduk)

perawat:keputusaan yang andra ambil hebat itu adalah keputusan yang benar dengan tidak

memakai obat-obatan dan suntikan terlarang lagi,walaupun sekarang andra menderita hiv andra

tidak boleh patah semangat andra harus tetap semangat tidak menutup diri dan satu hal penting

andra harus rajin berdoa kepada tuhan agar penyakit yang diderita andra dapat cepat sembuh

pasien: iya sus(tersnyum)

perawat: kalau saya boleh Tanya lagi waktu dulu bagaimana andra mengatasi keinginan untuk

memakai barang tersebut?

Pasien: biasanya jika saya tidak ada uang untuk membeli saya mengatasi dengan tidur terus dan

makan terus

perawat: sebelumnya kalau boleh saya tau apa kegiatan yang andra sukai?

Pasien: saya suka membuat karikatur

Perawat: wah itu bagus sekali,mulai sekarang kalau andra ada keinginan untuk mengkomsumsi

19
barang terlarang itu andra bisa melakukan dengan tidur atau membuat karikatu,apakah andra

setuhju dengan pendapat saya dalam mencegah keinginan andra untuk mengkomsumsi barang

terlarang itu?

Pasien:iya saya setuju

Perawat :apakah andra paham yang saja jelaskan tentang motivasi yang andrra tanamkan dalam

hati dan cara mencegah keinginan untuk mengkomsumsi obat –obatan?

Pasien: iya saya paham sus

Perawat: bagus bisa ulangi ,apa motivasi andra?

Pasien:iya ,dengan tetap semangat,tidak menutup diri dan selalu berdoa kepada tuhan

Perawat:wah andra hebat,kalau untuk mengatasi keinginan andra lakukan apa kalau saya boleh

tau?

Pasien: yaitu dengan tidur atau membuat karikatur yang saya suka

Perawat: andra pintar sekali,andra sudah bisa mengerti

Pasien:iya sus(tersenyum)

Perawat: baikalah andra disini saya akan membuat aktivitas yang andra akan lakukan untuk

kegiatan seharian andra ,apakah andra setuju untuk melakukan aktivitas yang saya akan buat?

Pasien: iya sus

Perawat:(tersenyum) bagaiman untuk besok pagi andra mulai rutin berolahraga bersama teman

lainnya,dan untuk siangnya andra bisa melkukan kegiatan yang andra sukai seperti membuat

karikatur,apakah andra mau?

Pasien: iya mau

20
Perawat: kalau andra mau besok saya akan bawakan alat untuk andra gunakan ya

Pasien: iya sus(tersenyum)

TERMINASI

Perawat: baiklah andra sudah cukup bincang-bincang kita hari ini besok sya akan kesini lagi
untuk membawakan alat dan berbincang –bincang lagi ,apakah andra setuju?

Pasien:iya saya setuju

Perawat: untuk jam nya dijam siang aja ya andra ,dan tempatnya disini saja dan seperti biasa
mungkin akan memakan waktu kurang dari 10 menit apakah andra setuju

Pasien: iya setuju

Perawat:kalau andra setuju saya permisi dulu ya andra selamat pagi

Pasien: pagi sus

STRATEGI PERENCANAAN II (SP II)

TUK 2

- Klien mampu mengatasi penyalahgunaan dan ketergantungannya

INTERVENSI :

1. Mendiskusikan cara menyelesaikan masalah


2. Mendiskusikan cara hidup sehat
3. Latihan cara menyelesaikan masalah
4. Latihan cara hidup sehat

DIALOG II (HARI KEII)

ORIENTASI

Perawat:siang andra,bagaimana kabarnya hari ini?

Pasien:siang suter sukma,saya merasa baik

21
Perawat: seperti janji saya kemarin saya membawakan alat untum membuat karikatur apakah
andra suka?

Pasien: iya saya suka sus terima kasih(senyum)

Perawat: sama sama andra,baiklah andra apakah andra mau berbincang lagi bersama saya sambil
membuat karikatur ini

Pasien: iya mau sus

Perawat: tempatny disini saja ya dan sperti biasa ini akan memakan waktu kurang dari 10 menit
apakah andra setuju da nada yang ingin ditanyakan?

Pasien:iya saya setuju

KERJA

Perawat: apakah andra ada masalah lagi untuk diceritakan kepada saya?

Pasien: sudah tidak ada sus

Perawat:baiklah kalau sudah tidak ada,andra tadi pagi apakah melakukan aktivitas yang saya
buat kemarin?

Pasien: iya sus saya senam bersama teman saya

Perawat:apakah andra menyukai aktivitas yang saya suruh?

pasien:iya sus badan saya menjadi segar

perawat: wah andra hebat,kalau saya boleh Tanya andra tau kenapa saya menyuruh andra setiap
pagi untuk rutin berolahraga?

Pasien: tidak sus

Perawat:disini andra saya akan jelaskan kenapa saya menyuruh andra untuk setiap pagi rutin
olahraga tujuannya yaitu untk hidup sehat bagaimana pendapat andra apakah andra setuju?

Pasien: iya saya setuju sus,dan saya akan rutin berolahraga(tersenyum)

22
Perawat: tidak olahraga saja andra andra juga harusmenjaga kebersihan.menjaga pola makan
andra dan satu hal penting tidak lagi mecoba memakai alat-alat yang terlarang sekalipn merokok
dan minum-minuman keras,apakah andra mengerti?

Pasien:iya sus saya mengerti

Perawat:wah andra hebat dan pintar sekali

Pasien: (tersenyum)

TERMINASI

Perawat:andra cukup sekian ya dari bincangan kita semoga apa yang saya jelaskan untuk
kemarin dan hari ini dapat andra terapkan sehari- hari ya

Pasien:iya sus terima kasih atas saran dan motivasinya

Perawat:sama-sama andra,baiklah andra saya permisi dulu andra bisa lanjutkan lagi membuat
karikaturnya

Pasien:iya sus(tersenyum)

STRATEGI PERENCANAAN III KELUARGA (SP III : K)

TUK 3

- Keluarga mampu mengenai pengguana NAPZA dan mampu merawat Pasien NAPZA

INTERVENSI

1. Mendiskusikan masalah yang dialami


2. Mendiskusikan tentang NAPZA
3. Mendiskusikancara merawat
4. Latihan cara merawat
5. Mendiskusikan cara meningkatkan motivasi

23
DIALOG III KELUARGA ( HARI KE III)

ORIENTASI

Perawat:selamat pagi ibu,perkenalkan nama saya suster sukma ,saya mahasiswa dari stikes
nusntara sekaligus perawat yang merawat andra,kalau saya boleh tau siapa nama ibu?

Keluarrga:nama saya ibu ani,saya ibu andra

Perawat: baiklah bu apakah ibu bersedia kita berbincang bincang sedikit tenatang yang dialami
andra,ini mmungkin akan memakan waktu 10 menit,sebelumnya ada yang igin ibu tanyakan?

Keluarga: iya sus,tidak ada

KERJA Perawat: kalau saya boleh tau apa ibu sebelumnya tau apa yang dialami andra?

Keluarga:tidak sus,saya tau semnjak ada hasil tes menyatakan kalauandra mengidap hiv dia juga
baru menceritakan ny kepada saya

Perawat: ibu tau apa yang memyebabkan andra bisa terjadi penyakit hiv?

Keluarga:iya sus andra bercerita bahwa dia memakai obat terlarang dari kelas 3 smp daan dia
melakukannya bersama teman –temannya

Perawat:ibu tau sebelumnya apa yang membuat andra menjadi pemakai obat –obatan itu

keluarga:iya sus,dulu saya dan ayahnya tidak pernah mengabut andra sehingga andra terjerumus
dengan obat obatan itu.

Perawat:kalau ibu sudah tau penyebabnya disini saya kan menjelaskan perawatan psikologis
untuk andra yang bisa ibu lakukan yaitu ibu tetap memberiya motivasi ya bud an perhatian
perhatian khusus untuk andra sehingga andra tidak menjadi menarik diri seperti yang lalu serta
mengingatkan untuk hidup sehat,apakah ibu paham yang saya jelaskan untuk perawatan
psikologis nya?

Keluarga:iya sus saya paham ,saya akan selalu memberi kan semangat dan selalu mengingatkan
hidup sehat

24
TERMINASI

Perawat: baiklah ibu cukup sekian dari perbincangan kita ntuk kesehatan andra terimakasih ibu
sudah mendengarkan kanseling dari saya,apakah ada yang ingin ibu tanyakan?

Keluarga:tidak sus,saya sudah mengerti dan terimakasih atas kerja samanya dalam merawat
andra ya sus

Perawat: iya ibu sama-sama

8. EVALUASI
 Evaluasi yang diharapkan dari klien adalah sebagai berikut :
a. Klien mengetahui dampak NAPZA
b. Klien mampu melakukan cara meningkatkan motivasi untuk berhenti menggunakan
NAPZA
c. Klien mampu mengontrol kemampuan keinginan menggunakan NAPZA kembali
d. Klien dapat menyelesaikan masalahnya dengan koping yang adaptif
e. Klien dapat menerapkan cara hidup yang sehat
f. Klien mematuhi program pengobatan
 Evaluasi yang diharapkan dari keluarga adalah sebagai berikut :
a. Keluarga mengetahui masalah yang dialami klien
b. Keluarga mengetahui tentang NAPZA
c. Keluarga mengetahui tahapan proses penyembuhan klien
d. Keluarga berpartisipasi dalam merawat klien
e. Keluarga memberikan motivasi pada kilien untuk sembuh

25
BAB IV

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penyalahgunaan zat adalah penggunaan zat secara terus menerus bahkan sampai setelah
terjadi masalah. Ketergantungan zat menunjukkan kondisi yang parah dan sering dianggap
sebagai penyakit. Adiksi umumnya merujuk pada perilaku psikososial yang berhubungan dengan
ketergantungan zat. Gejala putus zat terjadi karena kebutuhan biologik terhadap obat. Toleransi
adalah peningkatan jumlah zat untuk memperoleh efek yang diharapkan. Gejala putus zat dan
toleransi merupakan tanda ketergantungan fisik (Stuart dan Sundeen, 1995).
3.2 Saran
Diharapkan kepada pembaca untuk memberikan kritik dan sarannya agar bermanfaat
untulk kita semua terutama bagi kami penulis. Harapannya tujuan dari makalah ini dapat
memasyarakat dan terimplementasi dengan baik.

26
DAFTAR PUSTAKA

Depkes. (2001). Buku pedoman tentang masalah medis yang dapat terjadi di tempat rehabilitasi
pada pasien ketergantungan NAPZA. Jakarta: Direktorat Kesehatan Jiwa Masyarakat

http://mentalnursingunpad.multiply.com/journal/item/

http://mustikanurse.blogspot.com/2007/02/asuhan-keperawatan-klien-dengan-sindrom.html
Diposkan oleh Putu Swr di Jumat, Mei 06, 2011

27

Vous aimerez peut-être aussi