Vous êtes sur la page 1sur 53

About CSR

Kepedulian dan komitmen Pertamina dalam kegiatan coporate social responsibility (CSR) selalu
ditingkatkan dari waktu ke waktu. Setidaknya, penguatan kegiatan CSR dengan memasukkan
kegiatan CSR ke dalam fungsi sendiri

LANDASAN

Kegiatan program-program CSR Pertamina didasarkan pada beberapa landasan regulasi,


walaupun kegiatan memberikan kontribusi kepada

masyarakat sudah dilakukan Pertamina sejak kelahiran nya, 10 Desember 1957 karena
perusahaan didirikan dengan perjuangan dan untuk membiayai perjuangan, pembangunan, dan
manfaat sebesar-besar kemakmuran rakyat, sesuai proporsinya sebagai perusahaan. Landasan-
landasan itu adalah :

Bab V Pasal 47 Undang-Undang Perseroan

Terbatas No. 40 Tahun 2007, yaitu:

 Perseroan yang menjalankan kegiatan usaha nya di bidang dan/atau bersangkutan deng an
sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan.
 Tanggung jawab sosial dan lingkungan me rupakan kewajiban perseroan yang dianggar
kan dan diperhitungkan sebagaibiaya per seroan yang pelaksanaannya dilakukan deng an
memperhatikan kepatutan dan kewajar- an.
 Perseroan yang tidak melaksanakan kewajib an dikenakan sanksi sesuaidengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
 Surat Edaran Menteri Negara BUMN Nomor SE-21/MBU/2008 menyebutkan: Tanggung
Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) diwajibkan kepada BUMN yang kegiatan usahanya
di bidang sumber daya alam, atau kegiatan usahanya berdampak pada fungsi kemampuan
sumber daya alam. Walaupun BUMN di bidang lain pun dapat saja melaksanakan TJSL.
 Pasal 88 UU No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN menyebutkan BUMN dapat
menyisihkan sebagian laba bersihnya untuk keperluan pembinaan usaha kecil/koperasi
serta pembinaan masyarakat sekitar BUMN.
 Surat Keputusan Direktur Utama No. Kpts-40/C00000/2008-SO tanggal4 Agustus dan
Kpts-42/C00000/2008-SO tanggal 12 Agustus 2008 tentang Pemberlakuan Organisasi
Corporate Social Responsibility (CSR)

VISI, MISI, dan Tujuan CSR

 VISI CSR

Menuju Kehidupan Lebih Baik.

 Misi CSR

1. Melaksanakan komitmen korporat atas Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan


(TJSL) yang akan memberikan nilai tambah kepada semua pemangku
kepentingan untuk mendukung pertumbuhan perusahaan.
2. Melaksanakan tanggungjawab korporat dan ke pedulian sosialuntuk sebuah
pembangunan masya rakat yang berkelanjutan.

 TUJUAN CSR

Secara Eksternal adalah membantu Pemerintah Indonesia memperbaiki lndeks Pembangunan


Manusia (IPM) Indonesia, melalui pelaksanaan program-program yang membantu pencapaian
target pembangunan millenium atau Millenium Development Goat (MDGs).

Secara Internaladalah membangun hubungan yang harmonis dan kondusif dengan semua
pemangku kepentingan (stakeholder) untuk mendukung pen- capaian tujuan korporasi terutama
dalam mem bangun reputasikorporasi.
CSR
VISI CSR

Menuju Kehidupan Lebih Baik.

MISI CSR

 Melaksanakan komitmen korporat atas Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL)
yang akan memberikan nilai tambah kepada semua pemangku kepentingan untuk
mendukung pertumbuhan perusahaan.
 Melaksanakan tanggung jawab korporat dan kepedulian sosial untuk sebuah
pembangunan masyarakat yang berkelanjutan.

TUJUAN CSR

 Secara Eksternal adalah membantu pemerintah Indonesia memperbaiki Indeks


Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia, melalui pelaksanaan program-program yang
membantu pencapaian target pembangunan millenium atau Millenium Development
Goals (MDGs).
 Secara Internal adalah membangun hubungan yang harmonis dan kondusif dengan semua
pemangku kepentingan (stakeholder) untuk mendukung pencapaian tujuan korporasi
terutama dalam membangun reputasi korporasi.

KRITERIA CSR PERTAMINA

Dalam pengembangan CSR Pertamina telah disusun 5 Kriteria untuk mencapai efektifitas
pelaksanaan CSR di seluruh wilayah operasi perusahaan. Kriteria tersebut mencakup
kepentingan bersama antara pemerintah, komunitas dan perusahaan, yaitu:

1. Bermanfaat
2. Berkelanjutan
3. Dekat wilayah operasi
4. Publikasi
5. Mendukung PROPER
Dasar Prinsip Corporate Social Responsibility
Jul 21, 2014

 1,426 views
 10 Likes

1 Comment

 Share on LinkedIn
 Share on Facebook
 Share on Twitter

CSR merupakan suatu konsep terintegrasi yang menggabungkan aspek bisnis dan sosial dengan
selaras agar perusahaan dapat membantu tercapainya kesejahteran stakeholders, serta dapat
mencapai profit maksimum sehingga dapat meningkatkan harga saham. CSR merupakan
kepedulian perusahaan yang didasari tiga prinsip dasar yang dikenal dengan istilah Triple
Bottom Lines, yaitu: Profit (keuntungan), People (masyarakat) dan Planet (lingkungan)

CSR merupakan salah satu hal yang memiliki peranan yang cukup penting dalam hal
keberlangsungan hidup suatu perusahaan. Apabila perusahaan mengabaikan tanggung jawab
sosialnya, maka hal tersebut dapat mengganggu going concern perusahaan yang berupa tuntutan
dari lingkungan internal dan eksternal perusahaan khususnya masyarakat. Oleh sebab itu untuk
mengantisipasi terganggungnya going concern perusahaan perlu sikap yang tegas dan komitmen
yang tinggi dari pihak perusahaan untuk menjaga hubungan yang baik dan berkesinambungan
terhadap stakeholders nya. Perubahan-perubahan yang terjadi setelah perusahaan memperhatikan
tanggung jawab sosialnya biasanya akan tampak pada kinerja perusahaan dan penampilan
finansialnya dimana kondisi dan posisi keuangan perusahaan mengalami perubahan dan hal ini
tercermin dalam laporan keuangan perusahaan yang sadar akan pentingnya memperhatikan
tanggung jawab sosial bagi pertumbuhan dan keberlangsungan usahanya.

Dengan adanya pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) yang dikelola dengan baik
maka secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi profitabilitas perusahaan.
Selain itu perusahaan dapat pula melindungi lingkungan sekitar agar terjadi keharmonisasian
antara perusahaan dengan lingkungan sekitar dan masyarakat
TUJUAN DAN MANFAAT CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
BAGI PERUSAHAAN

Program CSR sudah mulai bermunculan di Indonesia seiring telah disahkannya Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007
tentang Penanaman Modal, adapun isi Undang-Undang tersebut yang berkaitan dengan CSR,
yaitu:

Pada pasal 74 di Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007, berbunyi:

1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber
daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.

2) Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang
pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.

3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai
sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur dengan
Peraturan Pemerintah.

Sedangkan pada pasal 25 (b) Undang – Undang Penanaman Modal menyatakan kepada setiap
penanam modal wajib melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan.

Dari kedua pasal diatas dapat kita lihat bagaimana pemerintah Indonesia berusaha untuk
mengatur kewajiban pelaksanaan CSR oleh perusahaan atau penanam modal

Definisi CSR menurut World Business Council on Sustainable Development adalah komitmen
dari bisnis/perusahaan untuk berperilaku etis dan berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi
yang berkelanjutan, seraya meningkatkan kualitas hidup karyawan dan keluarganya, komunitas
lokal dan masyarakat luas. Wacana Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social
Responsibility) yang kini menjadi isu sentral yang semakin populer dan bahkan ditempatkan
pada posisi yang penting, karena itu kian banyak pula kalangan dunia usaha dan pihak-pihak
terkait mulai merespon wacana ini, tidak sekedar mengikuti tren tanpa memahami esensi dan
manfaatnya.

Program CSR merupakan investasi bagi perusahaan demi pertumbuhan dan


keberlanjutan (sustainability) perusahaan dan bukan lagi dilihat sebagai sarana biaya (cost
centre) melainkan sebagai sarana meraih keuntungan (profit centre). Program CSR merupakan
komitmen perusahaan untuk mendukung terciptanya pembangunan berkelanjutan (sustainable
development). Disisi lain masyarakat mempertanyakan apakah perusahaan yang berorientasi
pada usaha memaksimalisasi keuntungan-keuntungan ekonomis memiliki komitmen moral untuk
mendistribusi keuntungan-keuntungannya membangun masyarakat lokal, karena seiring waktu
masyarakat tak sekedar menuntut perusahaan untuk menyediakan barang dan jasa yang
diperlukan, melainkan juga menuntut untuk bertanggung jawab sosial.

Penerapan program CSR merupakan salah satu bentuk implementasi dari konsep tata kelola
perusahaan yang baik (Good Coporate Governance). Diperlukan tata kelola perusahaan yang
baik (Good Corporate Governance) agar perilaku pelaku bisnis mempunyai arahan yang bisa
dirujuk dengan mengatur hubungan seluruh kepentingan pemangku
kepentingan (stakeholders) yang dapat dipenuhi secara proporsional, mencegah kesalahan-
kesalahan signifikan dalam strategi korporasi dan memastikan kesalahan-kesalahan yang terjadi
dapat diperbaiki dengan segera.

Dengan pemahaman tersebut, maka pada dasarnya CSR memiliki fungsi atau peran strategis bagi
perusahaan, yaitu sebagai bagian dari manajemen risiko khususnya dalam membentuk katup
pengaman sosial (social security). Selain itu melalui CSR perusahaan juga dapat membangun
reputasinya, seperti meningkatkan citra perusahaan maupun pemegang sahamnya, posisi merek
perusahaan, maupun bidang usaha perusahaan.

Dalam hal ini perlu ditegaskan bahwa CSR berbeda dengan charity atau sumbangan sosial. CSR
harus dijalankan di atas suatu program dengan memerhatikan kebutuhan dan keberlanjutan
program dalam jangka panjang. Sementara sumbangan sosial lebih bersifat sesaat dan berdampak
sementara. Semangat CSR diharapkan dapat mampu membantu menciptakan keseimbangan
antara perusahaan, masyarakat dan lingkungan. Pada dasarnya tanggung jawab sosial
perusahaan ini diharapkan dapat kembali menjadi budaya bagi bangsa Indonesia khususnya, dan
masyarakat dunia dalam kebersamaan mengatasi masalah sosial dan lingkungan.

Keputusan manajemen perusahaan untuk melaksanakan program-program CSR secara


berkelanjutan, pada dasarnya merupakan keputusan yang rasional. Sebab implementasi program-
program CSR akan menimbulkan efek lingkaran emas yang akan dinikmati oleh perusahaan dan
seluruh stakeholder-nya. Melalui CSR, kesejahteraan dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat
lokal maupun masyarakat luas akan lebih terjamin. Kondisi ini pada gilirannya akan menjamin
kelancaran seluruh proses atau aktivitas produksi perusahaan serta pemasaran hasil-hasil
produksi perusahaan. Sedangkan terjaganya kelestarian lingkungan dan alam selain menjamin
kelancaran proses produksi juga menjamin ketersediaan pasokan bahan baku produksi yang
diambil dari alam.
Bila CSR benar-benar dijalankan secara efektif maka dapat memperkuat atau meningkatkan
akumulasi modal sosial dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Modal sosial,
termasuk elemen-elemennya seperti kepercayaan, kohesifitas, altruisme, gotong royong, jaringan
dan kolaborasi sosial memiliki pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi. Melalui
beragam mekanismenya, modal sosial dapat meningkatkan rasa tanggung jawab terhadap
kepentingan publik, meluasnya partisipasi dalam proses demokrasi, menguatnya keserasian
masyarakat dan menurunnya tingkat kekerasan dan kejahatan.

Tanggung jawab perusahaan terhadap kepentingan publik dapat diwujudkan melalui pelaksanaan
program-program CSR yang berkelanjutan dan menyentuh langsung aspek-aspek kehidupan
masyarakat. Dengan demikian realisasi program-program CSR merupakan sumbangan
perusahaan secara tidak langsung terhadap penguatan modal sosial secara keseluruhan. Berbeda
halnya dengan modal finansial yang dapat dihitung nilainya kuantitatif, maka modal sosial tidak
dapat dihitung nilainya secara pasti. Namun demikian, dapat ditegaskan bahwa pengeluaran
biaya untuk program-program CSR merupakan investasi perusahaan untuk memupuk modal
sosial.

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku – buku :

Dirjosisworo Soejono, Hukum Perusahaan Mengenai Penanaman Modal, di Indonesia, Mandar


Maju, Bandung, 1999.

John Elkington, Cannibals with Forks,The Triple Bottom Line of Twentieth Century Business,
dikutip dari Teguh Sri Pembudi, CSR, Sebuah Keharusan dalam Investasi Sosial, Pusat
Penyuluhan Sosial (PUSENSOS) Departemen Sosial RI, Jakarta, La Tofi Enterprise, 2005.

B. Jurnal, Tulisan Ilmiah dan Makalah

Gurvy Kavei dalam Teguh , Tanggung Jawab Sosial Harus Dilakukan, Makalah pada seminar
“Corporate Social Responsibility”: Integrating Social Acpect into The Business, Yogyajarta,
2006.

Suprapto, Siti Adipringadi Adiwoso, 2006, Pola Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Lokal di
Jakarta, Galang vol. 1 No. 2, Januari 2006.

C. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal

Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.


6 Contoh Praktek Inisiatif CSR Di Indonesia
June 22, 2013

 Latar belakang (1 hal)

Penerapan Corporate Social Responsibility di Indonesia saat ini semakin berkembang


karena kesadaran perusahaan akan pentingnya melakukan kegiatan Corporate Social
Responsibility tersebut. Perusahaan semakin mengerti pentingnya kegiatan Corporate
Social Responsibility karena feedback dan manfaat yang didapatkan oleh perusahaan.
Dan saat ini bukan lagi feedback profit saja yang diharapkan oleh perusahaan tetapi juga
dampak dalam jangka panjang. Memang terlihat perusahaan mengeluarkan uang yang
tidak sedikit untuk kegiatan Corporate Social Responsibility tersebuat tetapi itu
sebanding dengan apa yang didapatkan nya, bukan saat itu juga tetapi akan didapat
perusahaan dalam jangka panjang. Corporate Social Responsibility tidak hanya untuk
meningkatkan laba tetapi juga berperan dalam memperkuat brand di mata masyarakat dan
yang akan membuat perusahaan eksis lebih lama. Perusahaan yang mana memiliki
produk tergolong resiko tinggi biasanya yang melaksanakan kegiatan Corporate Social
Responsibility secara gencar.

Corporate Social Responsibility dapat dikatakan sebagai tanggung jawab moral terhadap
stakeholdernya yaitu pemegang saham, karyawan, media, pemerintah, konsumen
terutama adalah masyarakat atau komunitas yang ada di sekitar perusahaan itu tumbuh.
Dengan diadakannya Corporate Social Responsibility dengan masyarakat sekitar,
diharapkan tidak adanya kecemburuan sosial yang dapat menyulut menjadi konflik.
Perusahaan juga harus menyadari bahwa mereka beroprasi dalam suatu tatanan
lingkungan masyarakat.

Dalam melaksanakan Corporate Social Responsibility perusahaan memiliki beberapa


inisitif yang dapat dipilih untuk menjadi fokus dalam kegiatan Corporate Social
Responsibility. Di Indonesia sendiri sudah banyak inisiatif Corporate Social
Responsibility yang diterapkan. Dari mulai mengajak konsumen untuk beramal,
penanaman pohon demi mengurangi dampak global warming, serta mengubah perilaku
masyarakat untuk lebih baik dalam isu tertentu. Tidak sedikit dana yang dikeluarkan
dalam setahun oleh perusahaan hanya untuk menunjang kegiatan Corporate Social
Responsibility.

 Rumusan masalah (1/2 hal)

Dari latar belakang tersebut tentang kesadaran perusahaan yang sudah mulai sadar akan
pentingnya penerapan Corporate Social Responsibility dan keuntungannya yang tidak
hanya meningkatkan laba tetapi juga keuntungan yang bersifat jangka panjang. Sudah
banyak perusahaan Indonesia yang menerapkan Corporate Social Responsibility untuk
membuat perusahaannya tetap eksis dan mendapat dukungan dari stakeholders, muncul
beberapa pertanyaan yaitu:

1. Apa saja contoh penerapan Corporate Social Responsibility yang ada di Indonesia?
2. Apa saja keuntungan dari di adakannya kegiatan Corporate Social Responsibility
tersebut untuk perusahaan?

 Kerangka teori (2 hal)

Menurut definisi Philip Kotler dan Nancy Lee, Corporate Social Responsibility adalah
komitmen perusahaan untuk meningkatkan kesejahteraan komunitas melalui praktik
bisnis yang baik dan mengkrotribusikan sebagian sumber daya perusahaan.

Philip Kotler dan Nancy Lee menyebutkan terdapat enam inisiatif Corporate Social
Responsibility yaitu:

1. Promosi kegiatan sosial (cause promotions)

Pada aktivitas CSR ini perusahaan menyediakan dana atau sumber daya lainnya yang
dimiliki perusahaan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap suatu
kegiatan sosial atau untuk mendukung pengumpulan dana, partisipasi dari masyarakat
atau perekrutan tenaga sukarela untuk suatu kegiatan tertentu.

Tujuan dari kegiatan tersebut adalah Menciptakan kesadaran dan perhatian dari
masyarakat terhadap suatu masalah dengan menyajikan angka-angka statistik serta
fakta-fakta yang menggugah, Membujuk orang untuk menyumbangkan uangnya
untuk kemanfaatan masyarakat melalui pelaksanaan program sosial perusahaan.

2. Pemasaran terkait kegiatan sosial (cause related marketing)

Ketika sebuah perusahaan menyatakan bahwa sebagian dari keuntungan atau


penjualan produknya akan disumbangkan untuk kegiatan social tertentu, maka
perusahaan tersebut sedang melakukan apa yang disebut sebagai cause related
marketing (CRM).

Beberapa kegiatan yang sering dilaksanakan oleh perusahaan adalah


Menyumbangkan sejumlah uang tertentu untuk setiap produk yang terjual,
menyumbangkan persentase tertentu dari setiap produk yang terjual atau transaksi
untuk kegiatan amal.

3. Pemasaran kemasyarakatan korporat (corporate societal marketing)

Pada aktivitas CSR ini perusahaan mengembangkan dan melaksanakan kampanye


untuk mengubah perilaku masyarakat dengan tujuan meningkatkan kesehatan dan
keselamatan publik, menjaga kelestarian lingkungan hidup serta meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.

Fokus dari kegiatan tersebut adalah Isu-isu Kesehatan, Isu-isu Perlindungan Terhadap
Kecelakaan/Kerugian, Isu-isu Lingkungan, Isu-isu Keterlibatan Masyarakat.
4. Kegiatan filatropi perusahaan (corporate philanthropy)

Pada aktivitas CSR ini perusahaan memberikan sumbangan langsung dalam bentuk
derma untuk kalangan masyarakat tertentu. Sumbangan tersebut biasanya berbentuk
pemberian uang secara tunai, bingkisan/paket bantuan atau pelayanan secara cuma-
cuma.

5. Pekerja sosial kemasyarakatan secara sukarela (community volunteering)

Pada aktivitas CSR ini perusahaan mendukung dan mendorong para karyawan, rekan
pedagang eceran atau para pemegang franchise agar menyisihkan waktu mereka
secara sukarela guna membantu organisasi-organisasi masyarakat lokal maupun
masyarakat yang menjadi sasaran program.

6. Praktik bisnis yang memiliki tanggung jawab sosial (socially responsible business practice)

Pada aktivitas CSR ini perusahaan melaksanakan aktivitas bisnis melampaui aktivitas
bisnis yang diwajibkan oleh hukum serta melaksanakan investasi yang mendukung
kegiatan sosial dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan komunitas dan memelihara
lingkungan hidup.

Dalam memilih inisiatif disarankan Pilih inisiatif untuk menemukan tujan bisnis dan
Goals; Pilih inisiatif untuk memenuhi kebutuhan prioritas kampanye tersebut; Pilih
beberapa inisiatif untuk kampanye tunggal, menambah satu upaya untuk kampanye
sekarang; Pilih inisiatif yang mewakili mitra paling kuat dengan masyarakat;

 Pembahasan (6 hal)

Berikut adalah enam inisiatif Corporate Social Responsibility oleh Philip Kotler dan
Nancy Lee

o Promosi Kegiatan Sosial (Cause Promotions)

Fokus utama dari kategori aktivitas Corporate Social Responsibility ini adalah
komunikasi persuasif, dengan tujuan menciptakan kesadaran masyarakat terhadap
suatu masalah sosial.

Contoh penerapan Cause Promotions di Indonesia adalah Prihatin dengan


layanan kesehatan di Indonesia, PT Philips Indonesia menggandeng Yayasan
Kanker Indonesia (YKI) dalam inovasi mobile application Spot It Yourself untuk
deteksi dini kanker payudara. YKI memang menempatkan kanker payudara
sebagai prioritas utama.

The ‘+’ Project merupakan program tanggung jawab sosial (CSR) Royal
Philips Electronics di negara-negara Asia Tenggara (di antaranya Thailand,
Indonesia, dan Singapura), Korea, Australia, dan Selandia Baru. “Philips memulai
The ‘+’ Project di Indonesia satu tahun yang lalu, yaitu 5 Desember 2011, dengan
memanfaatkan kekuatan media sosial,” terang Fletcher. Menutup November
2012, dua dari tiga inovasi terpilih telah diluncurkan di Indonesia. Inovasi ketiga
dipastikan menyusul Februari 2012. Di Thailand, telah terpilih 3 ide juga.
Sementara itu, Singapura masih dalam tahap pengumpulan ide dengan hadiah
total sejumlah $10 ribu.

Keuntungan untuk perusahaan dalam menerapkan inisiatif tersebut adalah

 Memperkuat positioning merk perusahaan.


 Menciptakan jalan bagi ekspresi loyalitas konsumen terhadap suatu masalah,
yang pada akhirnya dapat meningkatkan loyalitas konsumen terhadap
perusahaan penyelenggara promosi.
 Memberikan peluang kepada para karyawan perusahaan untuk terlibat dalam
suatu kegiatan sosial yang menjadi kepedulian mereka.
 Menciptakan kerjasama antara perusahaan dengan pihak-pihak lain (misalnya
media), sehingga memperbesar dampak pelaksanaan promosi.
 Meningkatkan citra perusahaan (corporate image), dimana citra perusahaan
yang baik akan dapat memberikan berbagai pengaruh positif lainnya, misalnya
meningkatkan kepuasan dan loyalitas karyawan yang dapat memberikan
kontribusi positif bagi peningkatan kinerja finansial perusahaan.
o Pemasaran Terkait Kegiatan Sosial (Cause Related Marketing)

Dalam kegiatan ini perusahaan berkomitmen untuk sebagian dari keuntungan


atau penjualan produknya akan disumbangkan untuk kegiatan social tertentu.

Agar kegiatan cause related marketing dapat berjalan dengan baik maka
disarankan:

 perusahaan memilih isu social yang memang menjadi perhatian perusahaan


maupun konsumen yang menjadi target produknya
 memilih mitra yang memang telah memiliki jaringan luas dan terkenal
berkinerja baik
 memilih produk yang asosiasinya dengan isu yang akan ditangani sudah atau
berpotensi menjadi kuat
 melakukan riset dengan hati-hati terhadap konsumen yang menjadi target,
untuk kemudian menyusun strategi pemasaran yang sesuai
 memastikan bahwa aktivitas ini “terlihat” melalui pencantuman yang jelas di
produk, iklan yang memadai.

Contoh penerapan Cause Related Marketing di Indonesia adalah Blue Band,


Hypermart dan Foodmart sukses bekerjasama selama 2 bulan terakhir
mengumpulkan Rp 343 juta untuk membantu meningkatkan gizi anak-anak
Indonesia di daerah NTT dan NTB. Sumbangan tersebut disalurkan melalui
program School Meal Program dari United Nations–World Food
Programme(WFP). Donasi yang di berikan adalah hasil dari penjualan produk
Blue Band 200 gram yang dijual di seluruh gerai Hypermart dan Foodmart di
seluruh Indonesia pada periode Mei sampai dengan Juni 2010. Mekanismenya,
setiap pembelian produk Blue Band 200 gram maka secara otomatis konsumen
menyumbangkan Rp1.000 untuk school meal program.

Blue Band, Hypermart dan Foodmart pada saat ini memfokuskan bantuannya
untuk anak-anak di daerah NTT dan NTB melalui WFP karena berdasarkan data
yang diberikan Kementerian Kesehatan RI, pada tahun 2009 Indonesia telah
berhasil mengurangi tingkat malnutrisi nasional selama beberapa tahun terakhir
dari 25% menjadi 18%, tapi secara signifikan hal tersebut masih tetap lebih tinggi
dari standar ideal WHO (World Health Organization) yaitu di bawah 10%.

Keuntungan yang dapat diperoleh perusahaan dengan melaksanakan kegiatan


cause related marketing adalah sebagai berikut:

 Menarik pelanggan baru.


 Menjangkau relung pasar (market niche) / menjangkau konsumen dari segmen
dengan karakteristik demografi, geografi atau pasar sasaran tertentu.
 Meningkatkan penjualan produk perusahaan.
 Membangun identitas merk yang positif di mata pelanggan. Identitas merk yang
positif dapat terjadi akibat merk perusahaan disandingkan dengan program CSR
yang disponsori oleh merk perusahaan.
o Pemasaran Kemasyarakatan Korporat (Corporate Societal Marketing)

Pada aktivitas Corporate Social Responsibility ini perusahaan mengembangkan


dan melaksanakan kampanye untuk mengubah perilaku masyarakat dengan tujuan
meningkatkan kesehatan dan keselamatan publik, menjaga kelestarian lingkungan
hidup serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Contoh penerapan Corporate Societal Marketing di Indonesia adalah Produk


antiseptik Dettol dan hypermarket Carrefour bersinergi dalam perayaan Hari Cuci
Tangan Pakai Sabun Sedunia. Kampanye ini untuk menyebarkan kesadaran
masyarakat terhadap kebersihan tangan dan kebiasaan mencuci tangan. Hari Cuci
Tangan Pakai Sabun Sedunia didirikan oleh USAID, Bank Dunia, Pusat
Pengendalian dan Pencegahan Penyakit dan beberapa organisasi dunia lainnya,
telah menjadi agenda penting masyarakat dunia sejak tahun 2008. Bagi Dettol dan
Carrefour, acara ini merupakan platform yang tepat guna meneruskan agenda
edukasi masyarakat terhadap praktik sederhana mencuci tangan dengan sabun
sebagai garis pertahanan pertama terhadap virus dan bakteri.

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RisKesDa) dan Kementerian


Kesehatan Indonesia ditemukan mayoritas penyakit yang dialami oleh anak-anak
usia dini (1-4 tahun) adalah infeksi sistem pernafasan (34 persen) dan diare (16
persen). Data ini menunjukkan masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk
menjalankan perilaku sederhana namun berdampak luar biasa yaitu mencuci
tangan menggunakan sabun.
Menyadari masih rendahnya perilaku menjaga kebersihan tangan di masyarakat
inilah, edukasi tersebut melibatkan anak-anak sekolah dasar beserta orangtuanya
serta masyarakat umum dalam kegiatan yang sekaligus memperingati Hari Cuci
Tangan Pakai Sabun Sedunia bertema ‘Cuci Tangan Pakai Sabun, Perilaku
Sederhana Berdampak Luar Biasa’.

Keuntungan yang dapat diperoleh perusahaan dengan melaksanakan kegiatan


corporate societal marketing adalah sebagai berikut:

 Menunjang positioning merk perusahaan.


 Menciptakan preferensi merk.
 Mendorong peningkatan penjualan.
 Menarik mitra yang bisa diandalkan serta memiliki kepedulian besar untuk
merubah perilaku masyarakat.
 Memberikan dampak yang nyata terhadap perubahan sosial.
o Kegiatan Filatropi Perusahaan (Corporate Philanthropy)

Pada aktivitas Corporate Social Responsibility ini perusahaan memberikan


sumbangan langsung dalam bentuk derma untuk kalangan masyarakat tertentu.
Sumbangan tersebut biasanya berbentuk pemberian uang secara tunai,
bingkisan/paket bantuan atau pelayanan secara cuma-cuma.

Contoh penerapan Corporate Philanthropy di Indonesia adalah Banjir yang


menerjang Jakarta sejak 17 Januari lalu, hingga kini masih melumpuhkan
sebagian kota Jakarta, khususnya Jakarta Utara. Melihat fenomena banjir yang tak
kunjung surut, Massindo Group melalui brand-nya Protect A Bed dan Comforta
Springbed bersama dengan Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI AD
menyalurkan bantuan berupa kasur tidur sebanyak 60 lembar kepada warga di
kawasan Muara Karang, Pluit, Jakarta Utara.

Bantuan yang diberikan kepada warga korban banjir tak hanya kasur tidur,
namun juga ada bantuan logistik berupa makanan ringan seperti biskuit, air
mineral, dan susu. Selain bantuan logistik, ada pula bantuan berupa lotion
antinyamuk, tissue basah, dan tissue kering yang disalurkan untuk kurang lebih
500 jiwa.

Sebelumnya, Massindo Group juga sudah menyalurkan bantuan berupa obat-


obatan, air mineral, makanan ringan, makanan siap saji, mie instant, lampu senter,
dan susu di wilayah Rawa Buaya Cengkareng dan Teluk Gong.

Keuntungan yang dapat diperoleh perusahaan dengan melaksanakan kegiatan


corporate philanthropy adalah sebagai berikut:

 Meningkatkan reputasi perusahaan.


 Memperkuat bisnis perusahaan di masa depan.
 Memberi dampak bagi penyelesaian masalah sosial dalam komunitas local.
o Pekerja Sosial Kemasyarakatan Secara Sukarela (Community Volunteering)
Pada aktivitas Corporate Social Responsibility ini perusahaan mendukung dan
mendorong para karyawan, rekan pedagang eceran atau para pemegang franchise
agar menyisihkan waktu mereka secara sukarela guna membantu organisasi-
organisasi masyarakat lokal maupun masyarakat yang menjadi sasaran program.

Contoh penerapan community volunteering di Indonesia adalah PT Bank


Permata Tbk. (Permata Bank) mengumpulkan dana sebesar Rp 500 juta dari
pelaksanaan program dan bisnisnya untuk pengembangan pendidikan anak-anak
dan remaja di Indonesia.

Pendidikan yang belum merata, kualitas guru di bawah standar dan fasilitas
pendidikan yang masih kurang memadai, merupakan beberapa contoh masalah
yang menurut permata Bank perlu dibenahi. sebagai wujud nyata kepedulian
Permata Bank terhadap pendidikan yakni perseroan akan mengerahkan 3.500
karyawannya untuk turun ke jalan melakukan gerakan yang disebut “Unite for
Education”. Gerakan partisipatif itu akan dipusatkan pada tanggal 16 Juni 2013
yang digelar di pelataran parkir Atrium EX Plaza Indonesia Thamrin.

Keuntungan yang dapat diperoleh perusahaan dengan melaksanakan kegiatan


community volunteering adalah sebagai berikut:

 Membangun hubungan yang tulus antara perusahaan dengan komunitas.


 Kegiatan community volunteering dapat memberikan kontribusi terhadap
pencapaian tujuan perusahaan.
 Meningkatkan kepuasan dan motivasi karyawan.
o Praktik Bisnis Yang Memiliki Tanggung Jawab Sosial (Socially Responsible Business
Practice)

Pada aktivitas Corporate Social Responsibility ini perusahaan melaksanakan


aktivitas bisnis melampaui aktivitas bisnis yang diwajibkan oleh hukum serta
melaksanakan investasi yang mendukung kegiatan sosial dengan tujuan
meningkatkan kesejahteraan komunitas dan memelihara lingkungan hidup.
Komunitas dalam hal ini mencakup karyawan perusahaan, pemasok, distributor,
organisasi-organisasi nirlaba yang menjadi mitra perusahaan serta masyarakat
secara umum.

Contoh penerapan Socially Responsible Business Practice di Indonesia adalah


Bank OCBC NISP dan OCBC Bank Singapore melakukan penanaman 10.000
bibit mangrove di Pulau Karya, Kepulauan Seribu, Jakarta, pada tanggal 6-7 Juni
2013. Kegiatan yang melibatkan 50 karyawan Bank OCBC NISP dan OCBC
Bank Singapore serta penduduk lokal ini juga diikuti dengan perbaikan sarana
Rumah Baca di Pulau Pramuka dan pelestarian penyu sisik dengan pelepasan
anak penyu atau tukik di pantai Pulau Karya.

Keuntungan
yang dapat diperoleh perusahaan dengan melaksanakan kegiatan socially
responsible business practice adalah sebagai berikut:
 Menghemat uang perusahaan, memberikan kontribusi terhadap keberlanjutan
lingkungan hidup serta meningkatkan kesadaran energi di antara para karyawan
perusahaan.
 Meningkatkan kesan baik komunitas terhadap perusahaan.
 Menciptakan preferensi konsumen terhadap merk produk perusahaan.
 Menimbulkan image yang positif. Pelaksanaan socially responsible business
practice misalnya dalam bentuk penyediaan sarana untuk kepentingan umum
seperti sarana MCK, pembangkit listrik mikro, penyediaan sarana air bersih
dapat menimbulkan image yang positif dari pemerintah selaku pembuat
peraturan sehingga memberikan situasi yang menguntungkan bagi perusahaan.
 Meningkatkan kepuasan karyawan, dimana muncul rasa bangga menjadi bagian
dari perusahaan yang bertanggung jawab secara sosial.

 Kesimpulan (1hal)

Dari pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa banyak perusahaan di Indonesia


sudah melakukan beberapa inisiatif kegiatan Corporate Social Responsibility. Dari yang
melibatkan konsumen sebagai pemberi dana amal hingga perusahaan yang dengan cuma-
cuma memberikan uang tunai/produk terhadap kelompok masyarakat tertentu.
Keuntungan yang didapat oleh perusahaan dala melakukan kegiatan Corporate Social
Responsibility tersebut adalah

o Membangun reputasi perusahaan yang kuat, sebagai konstituen utama mengamati


tindakan yang mendukung janji corporate citizenship dan tanggung jawab.
o Berkontribusi untuk tujuan bisnis secara keseluruhan dengan membuka pasar baru,
misalnya, atau memberikan kesempatan untuk membangun hubungan jangka panjang
dengan distributor dan pemasok.
o Menarik dan mempertahankan tenaga kerja yang termotivasi dengan menjadi dikenal
karena keterlibatannya dalam masyarakat, dan untuk menyediakan karyawan
kesempatan untuk terlibat dalam sesuatu yang mereka sayangi dan menerima
dukungan perusahaan dan pengakuan untuk melakukannya.
o Mengurangi biaya operasional dengan mengadopsi praktek bisnis yang bertanggung
jawab secara sosial baru, seperti prosedur yang meningkatkan efisiensi dan mengurangi
biaya untuk bahan.

Dan dalam melakssakan CSR perusahaan memiliki 6 inisiatif yang dapat dipilih
yaitu:

1. Promosi kegiatan sosial (cause promotions)


2. Pemasaran terkait kegiatan sosial (cause related marketing)
3. Pemasaran kemasyarakatan korporat (corporate societal marketing)
4. Kegiatan filatropi perusahaan (corporate philanthropy)
5. Pekerja sosial kemasyarakatan secara sukarela (community volunteering)
6. Praktik bisnis yang memiliki tanggung jawab sosial (socially responsible business
practice)
Dalam melakukan kegiatan Corporate Social Responsibility, perusahaan tidak dengan sembarang
memilih inisiatif sebagai fokus dalam melaksakan kegiatan Corporate Social Responsibility
tetapi juga melihat public yang disasar oleh perusahaan, melakukan beberapa reset dan observasi
isu-isu yang sedang berkembang di masyarakat.

 Rekomendasi (1 hal)

Sekarang ini perusahaan di Indonesia yang menerapkan inisiatif-inisiatif Corporate Social


Responsibility yang disebutkankan oleh Philip Kotler dan Nancy Lee. Semakin gencar
suatu perusahaan melakukan kegiatan Corporate Social Responsibility dan berusaha
untuk dekat dengan masyarakat, akan menambah kuat posisi merk perusahaan
dimasyarakat. Memang feedback dari Corporate Social Responsibility tidak secara
langsung dapat dirasakan tetapi itu akan dirasakan dalam waktu jangka panjang yang
akan membuat perusahaan akan bertahan lama dalam dunia bisnis.

Apabila perusahaan ingin melakukan kegiatan Corporate Social Responsibility di


Indonesia, Inisiatif yang paling saya rekomendasikan adalah Cause Related Marketing
karena dilihat dari perilaku masyarakat Indonesia yang perduli dengan sesame an senang
dengan kegiatan beramal, Cause Related Marketing ini sangat cocok karena inisiatif ini
mengajak konsumen berperan langsung dalam kegiatan Corporate Social Responsibility
tersebut, yaitu dengan menyumbangkan hasil pembelian produk untuk membantu sesame
yang kurang beruntung. Perusahaan akan sangat mudah mendapat image positif di
masyarakat karena kegiatan mengajak consumer beramal. Agar kegiatan ini berjalan
dengan baik maka perusahaan harus perusahaan memilih isu social yang memang
menjadi perhatian perusahaan maupun konsumen yang menjadi target produknya.
memilih mitra yang memang telah memiliki jaringan luas dan terkenal berkinerja baik,
dan melakukan riset dengan hati-hati terhadap konsumen yang menjadi target, untuk
kemudian menyusun strategi pemasaran yang sesuai.

Sedangkan inisiatif yang tidak saya sarankan adalah Community Volunteering. Memang
inisiatif tersebut juga memiliki dampak positif tetapi menurut saya tidak efektif karena
karyawan belum tentu mau melaksakan kewajiban untuk melakukan Community
Volunteering. Apabila karyawan dibawah paksaan dalam melakukan kegiatan Community
Volunteering akan sia sia karena tidak akan maksimal hasilnya, selain itu karyawan bisa
saja tidak loyal terhadap perusahaan.

 Daftar pustaka

Kotler, P. and Nancy, L. 2005. Corporate Social Responsibility : Doing The Most
Good For Your Company and Your Cause. Best Practices From Hewlett Packard,
Ben & Jerry’s, and Other Leading Companies. Jhon Wiley & Sons, Inc. United
States of America.
Green Planet

Program penanaman pohon dan konservasi mangrove yang dilaksanakan melalui aksi langsung
penanaman, pembagian bibit pohon kepada warga dalam sejumlah kegiatan masyarakat dan
kampanye lingkungan. Pada tahun 2009 telah didistribusikan sekitar 100.000 pohon, di Jakarta
dan di wilayah-wilayah operasi Pertamina di Indonesia.Pertamina menanam pohon-pohon
tersebut di berbagai area, termasuk lahan kritis dan perkotaan. Jenis tanaman bervariasi, dari
pohon produktif seperti mangga, rambutan, belimbing, juga mangroove dan pohon pelindung
seperti akasia dan jati.

Costal Clean Up

Kegiatan CSR Lingkungan bersih-bersih pantai. Kegiatan ini dilaksanakan dengan sejumlah aksi,
antara lain bersih-bersih pantai, distribusi tempat sampah, edukasi pelestarian lingkungan dan
penanaman pohon. Tahun 2009, Program Costal Clean Up dilaksanakan di Balikpapan,
Balongan dan Cilacap.

Green and Clean

Dalam mendukung kebersihan dan paru-paru kota, tahun 2009 ini Pertamina juga melaksanakan
rehabilitasi taman kota di Bandung dan pembagian 21 unit sepeda motor sampah di Kota Medan.

Green Festival

Langkah Pertamina untuk Selamatkan Bumi juga dilaksanakan melalui Green Festival 2009,
suatu kegiatan tahunan yang mengangkat isu pemanasan global (global warming). Program ini
bertujuan mengedukasi dan mengajak masyarakat untuk melakukan aksi menyelamatkan bumi
dari dampak pemanasan global. Dalam Green Festival 2009, terdapat lima green area, yaitu area
listrik, sampah, kendaraan, air dan pohon. Di green area, pengunjung diperlihatkan apa saja yang
bisa dilakukan untuk menyelamatkan bumi dari dampak pemanasan global. Mulai dengan
menghemat dan mengelola air sebagai sumber kehidupan, mengelola sampah dengan 5R (reused,
reduce, recycle, rethink, replace), mengerti makna pohon dan fungsinya bagi kehidupan manusia,
sampai bagaimana cara meminimalisasi polusi dengan menggunakan kendaraan yang ramah
lingkungan. Pada Green Festival 2009 juga diadakan green competition, yaitu, lomba yang
mengasah pengetahuan seputar pemanasan global dan lingkungan secara umum yang diikuti oleh
ratusan sekolah di Jakarta.

Biopori

Pada tahun 2009 Pertamina juga memberikan 12.300 unit Bor Biopori, di Jakarta, Jawa Tengah,
DIY, dan Tangerang. Bor Biopori merupakan suatu alat untuk membuat lubang biopori, yang
berguna untuk membantu percepatan resapan air dan penginvestasian air di dalam tanah. Dengan
membuat lubang biopori di masing-masing rumah, cadangan air tanah akan bertambah karena
luas resapan air diperbanyak. Lubang biopori juga berguna untuk penimbunan sampah organik
sehingga membantu proses penyuburan tanah.

Uji Emisi Gas Buang

Perhatian terhadap kualitas udara yang lebih baik merupakan salah satu fokus Pertamina
terhadap lingkungan. Untuk terus menginternalisasikan wawasan dan sikap pro lingkungan bagi
stakeholders internal Pertamina, khususnya di lingkungan Kantor Pusat Pertamina, dan secara
kongkrit menunjukkan sikap peduli lingkungan sekaligus patuh pada peraturan-peraturan
lingkungan, Pertamina melaksanakan uji emisi gas buang kepada kendaraan yang berada di
lingkungan kantor pusat Pertamina.

Uji emisi gas buang ini mengacu Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 2 Tahun 2005
tentang Pengendalian Pencemaran Udara, dan Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 92 Tahun
2007 tentang Uji Emisi Kendaraan Bermotor, dan Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 31
Tahun 2008 tentang Baku Mutu Emisi Kendaraan Bermotor. Uji Emisi selama 3 hari
menjangkau sedikitnya 700 kendaraan Perusahaan dan Pekerja Pertamina berbahan bakar bensin
dan solar yang sehari-hari beroperasi di lingkungan Kantor Pusat Pertamina.

Pertamina Green Act

Pertamina Green Act merupakan sebuah kompetisi seni dan kreativitas bagi siswa SMA dan guru
dengan gaya hidup hijau sebagai tema utama. Program ini bertujuan untuk menjadikan sekolah-
sekolah terbaik untuk menjadi pelopor gerakan peduli lingkungan.

Tujuan umum dari program ini adalah untuk meningkatkan dan mengembangkan kegiatan ramah
lingkungan dan kreativitas dalam rangka memecahkan masalah lingkungan yang ada dalam
masyarakat. Rangkaian kegiatan yang dilakukan dalam program Green Act diantaranya adalah
sosialisasi program, pelatihan, dan kompetisi 3R (reduce, reuse, recycle).

Kerajinan Eceng Gondok

Kerajinan Eceng Gondok ini merupakan salah satu bentuk kepedulian CSR Pertamina bidang
Lingkungan yang bertujuan untuk mengurangi polutan air melalui budi daya tanaman eceng
gondok. Program ini dilakukan di dekat daerah operasional Pertamina di Plaju, Palembang
Sumatra.
Fokus utamanya berupa pemberdayaan masyarakat dan pengembangan potensi lokal berupa
sumber daya tanaman eceng gondok. Diharapkan agar tanaman eceng gondok yang sering
dianggap sebagai gulma dapat diolah menjadi barang kerajinan yang bermanfaat. Melalui
pelatihan yang diberikan diharapkan

Rehabilitasi Hutan Mangrove

Pertamina berkomitmen untuk terus berpartisipasi dalam menyelamatkan lingkungan terutama


kawasan hutan mangrove di sekitar wilayah operasinya.

Kegiatan yang dilaksanakan tidak hanya berupa penanaman tanaman mangrove tetapi juga
pemberdayaan masyarakat lokal mengenai manfaat tanaman mangrove dalam kehidupan.
Sebagai contoh adalah dengan pemberdayaan masyarakat lokal mengenai budidaya kepiting di
kawasan hutan mangrove yang kemudian dapat meningkatkan kemandirian dan kesejahteraan
masyarakat setempat.

Pada tahun 2010, program ini menunjukkan perkembangan yang signifikan terutama pada
tingkat hidup pohon mangrove dan kisah sukses peternakan kepiting di wilayah Cilacap.
Pertamina berhasil menanam 147.000 pohon mangrove selama periode 2010-2011.
8 Langkah Merumuskan Strategi Corporate Social Responsibility

2 Votes

Implementasi tanggung jawab sosial perusahaan atau program corporate social responsibility
dapat memberikan dampak yang positif terhadap perusahaan. Peningkatan citra positif
perusahaan (corporate image) melalui kegiatan Corporate Social Responsibility yang
dilaksanakan oleh perusahaan selain menjadi added value bagi perusahaan dimata masyarakat,
juga dapat menjadi modal dasar untuk penunjang bisnis dan kegiatan operasional perusahaan jika
direncanakan dengan baik dan sistematis. Pelaksanaan program CSR tentu saja perlu dirumuskan
dalam strategi yang baik dan matang, agar sejalan dan sesuai dengan visi dan misi perusahaan.
Apa saja langkah yang dapat dilakukan dalam merumuskan strategi tanggung jawab sosial
perusahaanatau program Corporate Social Responsibility (CSR)? Memastikan komitmen
dimulai dari jenjang teratas yaitu Dewan Komisaris dan Direksi serta memastikan bahwa
penerapan tata kelola perusahaan telah terlaksana dengan baik didalam operasi bisnis inti.

Implementasi Corporate Social Responsibility perusahaan harus sesuai dengan visi dan misi
perusahaan serta mendapatkan dukungan dari Dewan Komisaris dan Direksi. Dengan dukungan
yang kuat dari manajemen, implementasi CSR menjadi lebih baik, lebih terarah. Hal ini penting
guna mendapatkan kejelasan arah dan fokus pada sektor apa CSR apa yang akan
diimplementasikan oleh perusahaan.

Memprakarsai diskusi kelompok antar para pemangku kepentingan.

Perusahaan dalam menjalankan aktivitas bisnis dan operasionalnya sering kali bersinggungan
dengan para pemangku kepentingan (stakeholders) yang tentu saja memiliki kepentingan yang
juga berbeda-beda. Semua kelompok dan pribadi-pribadi yang memiliki keterkaitan dengan
perusahaan dapat memberikan masukan kepada perusahaan dalam merumuskan program
Corporate Social Responsibility.

Stategi dasar CSR harus ditetapkan di tingkat eksekutif dan anak perusahaan dapat
mengangkat strategi tersebut sesuai dengan lingkungan setempat.

Agar implementasi Corporate social Responsibility dapat berjalan selaras antara holding dan
anak perusahaan (bagi grup korporasi), perlu dirumuskan strategi CSR yang holistik. Karenanya
strategi Corporate Social Responsibility harus dirumuskan pada jajaran eksekutif. Cara termudah
lainnya, setiap anak perusahaan dapat mengadopsi strategi CSR dari perusahaan induk. Tidak
hanya serta-merta langsung mengadopsi, tetapi juga harus menyesuaikan dengan sektor industri
yang digeluti oleh anak perusahaan itu dan menyesuaikan dengan lingkungan setempat.

Melibatkan dan memberdayakan masyarakat dalam program pengembangan pasar dan


pembentukan citra masyarakat dan dalam pengembangan rantai nilai.

Program Corporate Social Responsibility juga perlu mencermati kondisi riil yang terjadi di
dalam masyarakat. Pelibatan dan memberdayakan masyarakat juga dapat didorong untuk
merumuskan strategi CSR seperti dalam bentuk Community Development Program. Hal ini
dapat mendorong pengembangan pasar, dan meningkatkan citra positif perusahaan dimasyarakat
dan juga dapat mengembangakan added value chain dari sebuah perusahaan.

Untuk program CSR seperti program lingkungan atau yang memberikan manfaat tidak
langsung dianjurkan agar perusahaan membentuk unit CSR yang terpisah dari bagian
operasi di perusahaan

Membentuk unit CSR yang terpisah merupakan pilihan dari perusahaan masing-masing sesuai
dengan besaran arah dan fokus CSR, luasnya skala, wilayah dan pendanaan dari program CSR
yang direncanakan. Hal ini tergantung dari kebijakan masing-masing.

Menetapkan program pembangunan masyarakat dan peningkatan kompetensi sumber


daya manusia yang mendukung pendidikan dasar dan kejuruan, keamanan lingkungan,
kesejahteraan masyarakat, kesehatan dan keamanan masyarakat

Secara berkesinambungan mengawasi dan menilai pelaksanaan program, belajar dari kesalahan
maupun dari kesuksesan agar dapat terus maju, menerbitkan laporan keberlanjutan dengan
standar Global Reporting Initiatives.
Secara berkala program Corporate Social Responsibility harus dievaluasi secara berkala
untuk memastikan kesesuaian eksekusi program dengan apa yang telah direncanakan.

Program CSR dapat juga dirumuskan dengan menggunakan rujukan dari Global Reporting
Initiatives agar proses perencanaan program CSR, implementasi dan eksekusi dan evaluasi serta
pelaporan kegiatan CSR dapat berjalan dengan selaras.

Pelaporan kegiatan CSR yang efektif harus dipaparkan dengan jelas di media untuk
mendorong lembaga dan perusahaan lain ikut serta melakukannya.

Sebagai bentuk keterbukaan informasi terhadap program CSR, perusahaan selain menerbitkan
Laporan Keberlanjutan, juga dapat mempublikasikannya secara jelas di berbagai media.

Dikembangkan dari dan merujuk dari Majalah Warta Ekonomi Edisi 12 Tahun XXVI Juni 2014
dan Buku Strategi CSR (2014)
Indikator Keberhasilan CSR adalah Perubahan Positif

Pada dasarnya, tujuan akhir dari Corporate Social Responsibility adalah menciptakan perubahan.
Karena itu, efektif tidaknya suatu inisiatif CSR harus dilihat dari apakah inisiatif memberikan dampak
perubahan positif pada masyarakat dan korporasi atau tidak.

Pada tulisan saya sebelumnya, saya menyebutkan tujuan komunikasi Corporate Social Responsibility
(CSR) adalah -- pertama -- untuk menginformasikan inisiatif dan pelaksanaan CSR. Kedua adalah
membangun citra positif baik sebagai perusahaan yang peduli terhadap masalah sosial atau yang
lainnya. Akan tetapi, tujuan akhir dari inisiatif CSR adalah menciptakan perubahan. Karena itu, efektif
tidaknya suatu inisiatif CSR harus dilihat dari apakah inisiatif memberikan dampak perubahan positif
pada masyarakat dan korporasi atau tidak (http://edhy-aruman.blogspot.com/2012/09/integrated-csr-
communications.html)

Dalam konteks ini, CSR dirancang untuk memberikan manfaat kepada masyarakat, dan keuntungan
perusahaan membantu untuk membenarkan bagi pengeluaran anggaran CSR tersebut. Ini merupakan
kompromi atas perdebatan tentang definisi CSR yang sampai kini masih berlangsung. Menurut Bowen
(1953, hal. 6), kewajiban perusahaan adalah menjalankan usahanya sesuai dengan nilai-nilai dan tujuan
yang hendak dicapai masyarakat di tempat perusahaan tersebut beroperasi. Definisi Bowen – yang juga
disebut-sebut sebagai sebagai Bapak CSR -- bertujuan meyakinkan perusahaan tentang perlunya
memiliki visi yang tidak hanya berkaitan dengan urusan kinerja finansial perusahaan belaka. Selain
mengejar keuntungan, perusahaan harus melaksanakan tanggungjawab sosial dengan cara menjalankan
usahanya sejalan dengan kepentingan masyarakat sekitarnya.

Akan tetapi, selama beberapa dekade tanggung jawab perusahaan telah ditafsirkan mengikuti pemikiran
Friedman dan pendukung dari pandangan neoklasik. Menurut penerima hadiah Nobel tersebut,
orientasi perusahaan adalah bagaimana caranya perusahaan bisa langgeng dengan cara meningkatkan
labanya (Friedman, 1962). Menurutnya, tanggung jawab sosial hanya ada pada individu dan tidak
melekat pada perusahaan. Tujuan perusahaan hanyalah menghasilkan keuntungan ekonomi bagi
pemegang sahamnya. Karena itu, jika perusahaan memberikan sebagian keuntungannya bagi
masyarakat dan lingkungan, maka perusahaan telah menyalahi kodratnya dimana perusahaan hanya
mencari keuntungan sebesar-besarnya demi kepentingan pemegang saham.

Kini, setelah beberapa perusahaan besar terlibat skandal dan dihadapkan pada tuntutan pada
perusahaan untuk berperilaku tidak hanya sekadar mempertimbangkan masalah keuangan, tetapi juga
harapan agar perusahaan juga menjadi bagian lain dari masyarakat (Falkenberg 2004; Zadek 2004). Ide
dasar dari tanggung jawab sosial perusahaan adalah bahwa jalinan antara bisnis dan masyarakat bukan
pada entitas yang berbeda, sehingga masyarakat memiliki harapan tertentu pada perusahaan agar bisnis
berjalan tepat dan berhasil (Wood, 1991)
Namun demikian, apapun definisi, bukti-bukti empiris dan teoritis menunjukkan bahwa melaksanakan
tanggung jawab secara sosial adalah suatu kewajiban bagi perusahaan. Bila tidak ingin “diganggu”
perusahaan wajib memenuhi dan mentaati norma-norma serta aturan yang berlaku di masyarakat. Di
sisi lain, bukti empiris juga menunjukkan bahwa melaksanakan CSR juga memberikan manfaat yang
sangat besar bagi perusahaan.

Pada akhirnya, CSR merupakan sebuah aktivitas yang efeknya dapat dievaluasi berdasarkan tujuan yang
ditetapkan sebelumnya. Disini pentingnya, selama proses penyusunan tujuan dan evaluasi, perusahaan
dan stakeholder duduk bersama memutuskan bagaimana menilai tujuan dan mengevaluasi serta
melaporkan hasilnya. Kegagalan untuk melibatkan para stakeholder dalam proses penilaian dan
pelaporan dapat mencemari legitimasi upaya CSR.

Evaluasi harus diorientasikan untuk tujuan komunikasi. Karenanya data harus dikumpulkan,
diinterpretasikan, dan dilaporkan. Stakeholder dapat membantu pengumpulan dan evaluasi data serta
membantu memverifikasi data yang dikumpulkan oleh perusahaan. Ini karena stakeholder hanya
percaya pada data evaluatif yang kredibel, dan keterlibatan stakeholder dalam pengumpulan data
berkontribusi terhadap kredibilitasnya. Selain itu, pihak ketiga juga perlu dilibatkan memverifikasi hasil
atau melakukan penelitian evaluatif.

Selain itu, melibatkan stakeholder dalam proses evaluasi juga bisa meningkatkan transparansi evaluasi

tujuan. Sebab tidak tertututp kemungkinan antara stakeholder dan perusahaan terdapat perbedaan
dalam penafsiran tentang makna tujuan. Sebagai contoh, mungkin stakeholder puas karena proses
mencapai tujuan itu berjalan sesuai dengan yang direncanakan meski perusahaan mungkin kecewa
dengan kegagalan inisiatif untuk mencapai tujuan hasil tertentu. Bagi stakeholder, fakta bahwa
perusahaan terlibat dalam beberapa tindakan seperti memberikan karyawan cuti dari pekerjaan untuk
menjadi sukarelawan mungkin lebih penting daripada fakta bahwa target jumlah karyawan yang
berpartisipasi dalam kurun waktu tertentu tidak tercapai.

Perdebatan juga bisa muncul ketika membahas soal ukuran keberhasilan lainnya. Sebagian stakeholder
mungkin tidak begitu tertarik dengan indicator imbalan atas investasi (ROI). Tapi manajer perusahaan
mungkin melihat ROI sebagai sesuatu yang penting. Karena kemungkinan-kemungkinan terjadinya
perbedaan persepsi tentang "keberhasilan" dan "kegagalan", maka perusahaan perlu dibangun
komunikasi antara stakeholder dan perusahaan. Selain itu, perlu pendokumentasian tujuan dan
kemajuan yang dicapai untuk mengurangi perdebatan yang mungkin ditimbulkan karena ‘kelupaan.”

Pada dasarnya, evaluasi adalah proses formal untuk menilai keberhasilan inisiatif CSR dengan cara
membandingkan antara hasil dan tujuan yang ingin dicapai. Karena itu, pada saat menyusun inisiatif,
tujuan harus terukur baik dengan mempertimbangkan waktu atau pencapaiannya. Selain setelah
program, evaluasi antar waktu juga perlu dilakukan untuk memberikan peringatan dini kepada
penyelenggara program atau manajemen terhadap masalah atau potensi masalah sebelum situasi
menjadi lebih parah. Evaluasi ini meliputi tiga aktivitas. Pertama, memeriksa dasar dari kegiatan, yakni
rencana dan objective dari kegiatan. Kedua, membandingkan hasil yang diharapkan dengan hasil actual,
dan ketiga, mengambil tindakan koreksi untuk memastikan kinerja sejalan dengan rencana.

Satu hal lain yang perlu dilakukan perusahaan adalah melakukan audit komunikasi CSR untuk
mendapatkan gambaran tentang kekuatan dan kelemahan dalam rencana komunikasi CSR. Audit
komunikasi CSR dilakukan melalui sebuah survey terhadap stakeholder untuk mengetahui (1)
pengetahuan mereka tentang inisiatif CSR, (2) bagaimana mereka mengetahui inisiatif CSR (saluran
komunikasi), dan (3) saluran yang mereka sukai untuk mendapatkan informasi CSR. Audit komunikasi
dapat dijalankan bersama dengan survei yang menilai tentang reaksi terhadap inisiatif CSR. Data Audit
akan membantu meningkatkan komunikasi CSR di masa mendatang.

Pada tahap ini, manajer dapat membangun kekuatan dan melihat ke depan dengan memperbaiki
kelemahan masa lalu guna diaplikasikan pada inisiatif CSR berikutnya. Sebagai contoh, media sosial
mungkin sangat efektif menjangkau para stakeholder, tetapi gagal memberikan informasi yang mereka
inginkan. Dari informasi ini, manajer dapat memperbaiki kelemahan dari penggunaan media sosial. Atau
stakeholder mungkin lebih suka mendapatkan informasi CSR dari media yang tidak terkontrol
dibandingkan dengan media dikontrol.

Selama proses evaluasi ini, umpan balik dari stakeholder sangat berguna karena dapat memberikan
wawasan untuk menyempurnakan inisiatif dan proses CSR secara keseluruhan. Pada tahap ini,
perusahaan mengumpulkan informasi tentang reaksi stakeholder atas inisiatif CSR, proses CSR, dan
efektivitas komunikasi CSR. Umpan balik stakeholder diperoleh melalui proses pemindaian dan
pemantauan. Langkah ini akan berguna untuk mengetahui apakah para pemangku kepentingan merasa
inisiatif CSR memadai dan efektif, selain untuk mengetahui gambaran lebih dalam tentang apa yang
harus dilakukan perusahaan berikutnya.

Sebab seperti diketahui, CSR pada dasarnya merupakan program berkesinambungan. Karena itu
langkah-langkah inisiatif CSR berikutnya mungkin memerlukan perubahan proses untuk meningkatkan
persepsi keadilan di kalangan stakeholder. Selama proses pengumpulan imbal balik tersebut, informasi
tentang dampak negatif potensial dari inisiatif CSR harus dipertimbangkan. Masalah serius bisa muncul
bila perusahaan mengabaikan suara-suara negatif tentang inisiatif CSR dan perusahaan. Dalam konteks
ini diperlukan penanganan yang lebih hatihati karena bisa menimbulkan kemarahan stakeholder. Di sisi
lain, kemarahan bisa mengakibatkan kegagalan program. Itulah sebabnya, akan sangat membantu bila
perusahaan menyedakan ruang bagi stakeholder untuk bersuara dan perusahaan segera meresponnya.
Ini karena stakeholder ingin memastikan pandangan mereka tentang inisiatif CSR didengar dan
diperhitungkan manajemen.

Faktor penting untuk dipertimbangkan ketika melakukan evaluasi adalah transparansi perusahaan, tata
kelola perusahaan, kode etik, pengungkapan sosial perusahaan, dampak sosial, hubungan masyarakat,
kualitas produk, dan pelayanan (Szablowski 2006, 49). Thomas Haynes (1999) lebih lanjut menyarankan
semua perusahaan mengukur empat bidang penting tanggung jawab sosial perusahaan: 1) fungsi
ekonomi, 2) kualitas hidup, 3) investasi sosial, dan 4) pemecahan masalah.

Namun, Harold D. Lasswell menyebut empat hal tersebut tidak lengkap karena tidak memperhitungkan
evaluasi perusahaan atas investasi tanggung jawab sosial dan apakah kebijakan tersevut sesuai dengan
hasil penilaian. Seperti diketahui, tujuan tanggung jawab sosial perusahaan harus spesifik dan jelas agar
evaluasi diterapkan bisa efektif untuk meningkatkan program-program CSR dan investasi atau untuk
mengusulkan program alternatif. Ini berarti bahwa tak ada indicator baku tentang apa yang harus
dievaluasi. Disini yang penting adalah perusahaan dan stakeholder duduk bersama untuk menentukan
apa yang ingin dicapai dari program CSR dan bagaimana mengukur pencapaianya.
IMPLEMENTASI PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PT. PJB UP-GRESIK

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Semakin berkembangnya dunia usaha saat ini, para pemimpin perusahaan menghadapi tugas yang
menantang dalam menerapkan standar-standar etis terhadap praktik bisnis yang bertanggungjawab.
Perusahaan berusaha meningkatkan kinerjanya untuk mendapat keuntungan yang optimal supaya dapat
bersaing dengan perusahaan lainnya. Namun dalam usaha tersebut perusahaan juga harus
memperhatikan lingkungan sekitar yaitu masyarakat setempat dan pemerintah. Perusahaan sebagai
sistem, dalam keberlanjutan dan keseimbangannya tidak bisa berdiri sendiri. Eksistensi suatu
perusahaan tidak bisa dipisahkan dengan masyarakat sebagai lingkungan eksternalnya. Terdapat
hubungan resiprokal (timbal balik) antara perusahaan dengan masyarakat.

Perusahaan dan masyarakat adalah pasangan hidup yang saling memberi dan membutuhkan.
Perusahaan selain mengejar keuntungan ekonomi untuk kesejahteraan dirinya, juga memerlukan alam
untuk sumber daya olahannya dan stakeholders lain untuk mencapai tujuannya. Dengan menggunakan
pendekatan tanggung jawab sosial perusahaan, perusahaan tidak hanya mendapatkan keuntungan
ekonomi tetapi juga keuntungan secara sosial. Dengan demikian usaha tersebut dapat berlangsung
dengan baik dan secara tidak langsung akan mencegah konflik yang merugikan. Corporate Sosial
Responsibility (CSR) saat ini perlahan namun pasti telah menjadi perhatian publik.

CSR atau dikenal dengan istilah Tanggungjawab Sosial Perusahaan ini merupakan salah satu
kewajiban yang harus dilaksanakan oleh perusahaan sesuai dengan pasal 74 Undang-Undang Perseroan
Terbatas (UUPT) yang terbaru, yakni UU Nomer 40 Tahun 2007. Melalui undang-undang tersebut,
industri atau korporasi wajib untuk melaksanakan CSR tetapi kewajiban ini bukan suatu beban yang
memberatkan karena mengingat bahwa pembangunan suatu negara bukan hanya tangungjawab
pemerintah saja, tetapi industri atau korporasi dan setiap insan manusia juga berperan untuk
mewujudkan kesejahteraan sosial dan pengelolaan kualitas hidup masyarakat.
CSR adalah suatu tindakan atau konsep organisasi khususnya yang dilakukan oleh perusahaan
(sesuai kemampuan perusahaan) sebagai bentuk tanggungjawab terhadap konsumen, karyawan,
pemegang saham, komunitas, sosial dan lingkungan sekitar perusahaan dalam segala aspek operasional
perusahaan. CSR merupakan salah satu fenomena strategi perusahaan yang mengakomodasi kebutuhan
dan kepentingan stakeholdernya.

CSR berhubungan erat dengan "pembangunan berkelanjutan", dimana terdapat argumentasi


bahwa suatu perusahaan dalam melaksanakan aktivitasnya harus mendasarkan keputusannya tidak
semata berdasarkan faktor keuangan melainkan juga harus berdasarkan konsekuensi sosial dan
lingkungan untuk saat ini maupun jangka panjang. Program CSR merupakan investasi bagi perusahaan
demi pertumbuhan dan keberlanjutan (sustainability) perusahaan dan bukan lagi dilihat sebagai sarana
biaya (cost centre) melainkan sebagai sarana meraih keuntungan (profit centre). Program CSR
merupakan komitmen perusahaan untuk mendukung terciptanya pembangunan berkelanjutan
(sustainable development).

Beberapa faktor dan ulasan di atas menjadikan dasar pemikiran ini, mengingat cukup pentingnya
program Corporate Social Responsibility (CSR) bagi keberlangsungan hidup perusahaan khususnya dan
masyarakat sekitar lingkungan perusahaan pada umumnya. Selain itu tanggungjawab sosial perusahaan
yang mengakomodasi kebutuhan dan kepentingan stakeholders mulai timbul sejak adanya kesadaran
akan sustainability perusahaan dalam jangka panjang ternyata jauh lebih penting daripada sekedar
peningkatan profitability perusahaan semata. Selain mempunyai kewajiban ekonomis dan legal kepada
shareholder, perusahaan juga diharapkan memiliki perhatian kepada stakeholdersnya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan, antara lain :

1. Bagaimana company profile PT. PJB UP-Gresik ?

2. Apa maksud, tujuan dan manfaat program CSR PT. PJB UP-Gresik ?

3. Bagaimana latar belakang dan ruang lingkup program CSR PT. PJB UP-Gresik ?

4. Dimana sasaran wilayah penerapan program CSR PT. PJB UP-Gresik ?

5. Bagaimana bentuk program dan alokasi anggaran program CSR PT. PJB UP-Gresik ?
6. Bagaimana pendekatan dan implementasi program CSR PT. PJB UP-Gresik ?

7. Bagaimana strategi pencapaian program CSR PT. PJB UP-Gresik ?

8. Apa prinsip yang digunakan dalam penerapan dan indikator keberhasilan program CSR PT. PJB UP-Gresik
?

9. Apa saja program yang telah diterapkan oleh CSR PT. PJB UP-Gresik ?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun beberapa tujuan dibuatnya makalah tentang Corporate Social Responsibility ini antara lain
adalah :

1. Untuk mengetahui Corporate Social Responsibility secara umum.

2. Untuk mengetahui secara lebih lanjut tentang sistem implementasi Corporate Social Responsibility yang
digunakan oleh PT. PJB UP-Gresik.

3. Untuk mengetahui program Corporate Social Responsibility yang telah diterapkan oleh PT. PJB UP-
Gresik.

4. Untuk memenuhi tugas Ujian Tengah Semester mata kuliah Manajemen Strategi.

1.4 Manfaat Penulisan

Makalah ini disusun untuk memberikan manfaat kepada masyarakat pada umumnya dan penulis
pada khususnya, antara lain adalah :

1. Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang Corporate Social Responsibility secara umum dan
penerapannya di PT. PJB UP-Gresik secara khusus.

2. Memotivasi masyarakat untuk mengetahui pentingnya Corporate Social Responsibility (CSR) bagi
lingkungan sekitar perusahaan.

3. Menstimulus perusahaan agar lebih peka terhadap lingkungan eksternal perusahaan dan menerapkan
CSR yang sesuai kebutuhan masyarakat sekitar perusahaan demi keberlangsungan perusahaan sendiri di
masa yang akan datang

4. Mendorong pemerintah agar lebih mengawasi program dan penerapan CSR perusahaan yang berada di
wilayahnya sehingga CSR dapat terlaksana dengan baik dan tepat sasaran.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Definisi CSR

Pada dasarnya CSR merupakan bagian dari bentuk long term commitment korporasi terhadap
perbaikan kualitas lingkungan. Program ini juga merupakan salah satu cara dalam mendapatkan “IJIN”
sosial bagi kegiatan operasional perusahaan dari masyarakat sekitar dan bagi strategi bisnis dalam upaya
menambah nilai positif perusahaan dimata publik yakni membangun image. Istilah CSR erat kaitannya
dengan masyarakat dan perusahaan-perusahaan besar. Pada dasarnya CSR merupakan bentuk
kontribusi perusahaan untuk keberlangsungan kehidupan masyarakat di sekitarnya, baik secara sosial,
ekonomi dan lingkungan masyarakat.

Secara harfiah CSR diartikan sebagai tanggungjawab sosial perusahaan. Sedangkan menurut World
Bank, CSR adalah komitmen dari bisnis untuk berkontribusi bagi pembangunan ekonomi yang
berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas kehidupan sehingga berdampak baik bagi bisnis sekaligus
baik bagi kehidupan sosial. Para pengamat bisnis juga ada yang mengartikan CSR sebagai bentuk
komitmen usaha untuk bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan kontribusi untuk peningkatan
ekonomi bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya, masyarakat
lokal dan masyarakat secara luas.

World Business Councul for Sustainable Development (WBCSD) in fox, mendefinisikan CSR sebagai
suatu komitmen bisnis untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja
dengan para karyawan perusahaan, keluarga karyawan tersebut, berikut masyarakat setempat dan
secara keseluruhan dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan. Definisi lain mengatakan bahwa
CSR ialah sebuah pendekatan dimana perusahaan mengintegrasikan kepedulian sosial di dalam operasi
bisnis mereka dan dalam interaksi mereka dengan para stakeholder berdasarkan prinsip kemitraan dan
kesukarelaan (Nuryana, 2005)

Schermerhorn (1993) mendefinisikan bahwa CSR sebagai suatu kepedulian organisasi bisnsi untuk
bertindak dengan cara-cara mereka sendiri dan melayani kepentingan organisasi dan kepentingan publik
eksternal. CSR juga merupakan sebuah pendekatan dimana perusahaan mengintegrasikan kepedulian
sosial dalam operasi bisnis mereka dan dalam interaksi mereka dengan pemangku kepentingan
berdasarkan prinsip kesukarelaan dan kemitraan (Nuryana, 2005).

The Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) mendefinisikan CSR sebagai
“Business’s contribution to sustainable development and that corporate behavior must not only ensure
returns to shareholders, wages to employees and products and services to consumers, but they must
respond to societal and environmental concerns and value”. Sedangkan menurut Zadek, Fostator,
Rapnas, CSR adalah bagian yang tidak terpisahkan dari strategi bersaing jagka panjang yang berorientasi
pada avokasi pendampingan & kebijakan publik.

Jones dalam Saktiyanti dan Irvan (2006: 27) mendefinisikan CSR sebagai tanggung jawab moral
organisasi kepada kelompok stakeholder mereka, yang baik secara langsung maupun tidak langsung
memengaruhi kegiatan organisasi. Hal ini mengharuskan perusahaan untuk membuat keseimbangan
antara kepentingan beragam pemangku kepentingan eksternal dengan kepentingan pemegang saham,
yang merupakan salah satu pemangku kepentingan internal.

2.2 Konsep Tanggung Jawab

Dalam Makna Responsibility

Burhanuddin Salam, dalam bukunya “Etika Sosial”, memberikan pengertian bahwa responsibility is
having the character of a free moral agent, capable of determining one’s acts, capable deterred by
consideration of sanction or consequences. (Tanggung jawab itu memiliki karakter agen yang bebas
moral, mampu menentukan tindakan seseorang, mampu ditentukan oleh sanki atau hukuman atau
konsekuensi). Setidaknya dari pengertian tersebut dapat kita ambil 2 kesimpulan yaitu : Harus ada
kesanggupan untuk menetapkan suatu perbuatan dan harus ada kesanggupan untuk memikul resiko
atas suatu perbuatan.

Kemudian kata tanggung jawab itu sendiri memiliki 3 unsur, yaitu:

1. Kesadaran (awareness) berarti tahu, mengetahui, mengenal. Dengan kata lain, seseorang baru dapat
dimintai pertanggungjawaban, bila yang bersangkutan sadar tentang apa yang dilakukannya;

2. Kecintaan atau kesukaan (affiction) berarti suka, menimbulkan rasa kepatuhan, kerelaan dan kesediaan
berkorban. Rasa cinta timbul atas dasar kesadaran, apabila tidak ada kesadaran berarti rasa kecintaan
tersebut tidak akan muncul. Jadi cinta timbul atas dasar kesadaran, atas kesadaran inilah lahirnya rasa
tanggung jawab;

3. Keberanian (bravery) berarti suatu rasa yang didorong oleh rasa keikhlasan, tidak ragu-ragu dan tidak
takut dengan segala rintangan.

Jadi pada prinsipnya tanggung jawab dalam arti responsibility lebih menekankan pada suatu
perbuatan yang harus atau wajib dilakukan secara sadar dan siap untuk menanggung segala resiko dan
atau konsekuensi apapun dari perbuatan yang didasarkan atas moral tersebut. Dengan kata lain
responsibility merupakan tanggung jawab dalam arti sempit yaitu tanggung yang hanya disertai sanksi
moral. Sehingga tidak salah apabila pemahaman sebagian pelaku dan atau perusahaan terhadap CSR
hanya sebatas tanggung jawab moral yang mereka wujudkan dalam bentuk philanthropy maupun
charity.

Dalam Makna Liability


Berbicara tanggung jawab dalam makna liability, berarti berbicara tanggung jawab dalam ranah
hukum, dan biasanya diwujudkan dalam bentuk tanggung jawab keperdataan. Dalam hukum
keperdataan, prinsip-prinsip tanggung jawab dapat dibedakan sebagai berikut :

1. Prinsip tanggung jawab berdasarkan adanya unsure kesalahan (liability based on fault);

2. Prinsip tanggung jawab berdasarkan praduga(presumption of liability);

3. Prinsip tanggung jawab mutlak (absolute liability or strict liability).

Selain ketiga hal tersebut, masih ada lagi khusus dalam gugatan keperdataan yang berkaitan
dengan hukum lingkungan ada beberapa teori tanggung jawab lainnya yang dapat dijadikan acuan, yakni
:

1. Market share liability;

2. Risk contribution;

3. Concert of action;

4. Alternative liability;

5. Enterprise liability.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan perbedaan antara tanggung jawab dalam makna
responsibility dengan tanggung jawab dalam makna liability pada hakekatnya hanya terletak pada
sumber pengaturannya. Jika tanggung jawab itu belum ada pengaturannya secara eksplisit dalam suatu
norma hukum, maka termasuk dalam makna responsibility. Sebaliknya, jika tanggung jawab itu telah
diatur di dalam norma hukum, maka termasuk dalam makna liability

Munculnya Konsep CSR didorong oleh terjadinya kecenderungan pada masyarakat industri yang
dapat disingkat dengan fenomena DEAF sebuah akronim dari Dehumanisasi, Equalisasi, Aquariumisasi,
dan Feminisasi ( Suharto, 2005)

1. Dehumanisas industry. Efisien dan mekanisasi yang semakin menguat di dunia industri telah
menciptakan persoalan-persoalan kemanusiaan baik bagi kalangan buruh di perusahaan tersebut,
maupun bagi masyarakat di sekitar perusahaan. “Merger mania” dan perampingan perusahaan telah
menimbulkan gelombang Pemutusan Hubungan Kerja dan pengangguran, ekspansi dan eksploitasi
dunia industri telah melahirkan polusi dan kerusakan lingkungan yang hebat.

2. Equalisasi hak-hak publik. Masyarakat kini semakin sadar akan haknya untuk meminta
pertanggungjawaban perusahaaan atas berbagai masalah sosial yang sering kali ditimbulkan oleh
beroperasinya perusahaan. Kesadaran ini semakin menuntut akuntabilitas perusahaan bukan saja
dalam proses produksi, melainkan pula dalam kaitannya dengan kepedulian perusahaan terhadap
berbagai dampak sosial yang ditimbulkannya.
3. Aquariumisasi dunia industri. Dunia kerja ini semakin transparan dan terbuka laksana sebuah
akuarium. Perusahaan yang hanya memburu rente ekonomi dan cenderung mengabaikan hokum,
prinsip, etis dan filantropis tidak akan mendapat dukungan publik. Bahkan dalam banyak kasus,
masyarakat menuntut agar perusahaan seperti ini di tutup.

4. Feminisasi dunia kerja. Semakin banyaknya wanita yang bekerja semakin menuntut dunia perusahaan,
bukan saja terhadap lingkungan internal organisasi seperti pemberian cuti hamil dan melahirkan,
kesehatan dan keselamatan kerja, melainkan pula terhadap timbulnya biaya-biaya sosial, seperti
penelantaran anak, kenakalan remaja akibat berkurangnya kehadiran ibu-ibu di rumah dan tentunya
dilingkungan masyarakat. Pelayanan sosial seperti perawatan anak (child care), pendirian fasilitas
pendidikan dan kesehatan bagi anak-anak, atau pusat-pusat kegiatan olah raga dan rekreasi bagi remaja
bisa merupakan sebuah “kompensasi” sosial terhadap isu ini.

2.3 Dasar Hukum CSR

Landasan hukum yang menyangkut CSR terdapat dalam UU 40 tahun 2007 yang berisi peraturan
mengenai diwajibkannya melakukan CSR. Direksi yang bertanggung jawab bila ada permasalahan hukum
yang menyangkut perusahaan & CSR. Selain itu Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman
Moda pasal 15 huruf (b) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan “tanggung jawab sosial
perusahaan” adalah tanggung jawab yang melekat pada setiap perusahaan penanaman modal untuk
tetap menciptakan hubungan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan
budaya masyarakat setempat.

Pasal 1 angka 3 UUPT, tangung jawab sosial dan lingkungan adalah komitmen perseroan untuk
berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan
lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat maupun masyarakat
pada umumnya. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau CSR merupakan salah satu kewajiban yang
harus dilaksanakan oleh perusahaan sesuai dengan isi pasal 74 Undang-undang Perseroan Terbatas
(UUPT) yang baru. Undang-undang ini disahkan dalam sidang paripurna DPR.

Di Indonesia, CSR semakin menguat setelah dinyatakan dengan tegas dalam UU Perseroan Terbatas
No.40 Tahun 2007, dimana dalam pasal 74 antara lain diatur bahwa :

1. Ayat 1 : Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan Sumber
Daya Alam (SDA) wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.
2. Ayat 2 : Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud ayat (1) merupakan kewajiban
Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya
dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.

3. Ayat 3 : Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai
sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

4. Ayat 4 : Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur dengan
Peraturan Pemerintah.

Menurut Edi Suharto (2008), peraturan tentang CSR yang relatif lebih terperinci adalah UU No.19
Tahun 2003 tentang BUMN. UU ini kemudian dijabarkan lebih jauh oleh Peraturan Menteri Negara
BUMN No. : Per-05/MBU/2007 yang mengatur mulai dari besaran dana hingga tatacara pelaksanaan
CSR. Seperti diketahui, CSR milik BUMN adalah Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). Dalam
UU BUMN dinyatakan bahwa selain mencari keuntungan, peran BUMN adalah juga memberikan
bimbingan bantuan secara aktif kepada pengusaha golongan lemah, koperasi dan masyarakat.
Selanjutnya, Permeneg BUMN menjelaskan bahwa sumber dana PKBL berasal dari penyisihan laba
bersih perusahaan sebesar maksimal 2 persen yang dapat digunakan untuk Program Kemitraan ataupun
Bina Lingkungan.

Untuk pelaksanaan PKBL di BUMN, diatur dalam Pasal 2 dan Pasal 88 UU No. 19/2003 tentang
BUMN sebagai berikut:

a. Pasal 2 ayat (1) huruf e

salah satu maksud dan tujuan pendirian BUMN adalah turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan
kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi, dan masyarakat.

b. Pasal 88 ayat (1)

BUMN dapat menyisihkan sebagian laba bersihnya untuk keperluan pembinaan usaha kecil/koperasi
serta pembinaan masyarakat sekitar BUMN.

c. Pasal 88 ayat (2)

Ketentuan lebih lanjut mengenai penyisihan dan penggunaan laba sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) diatur dengan Keputusan Menteri.

Selanjutnya dalam butir 5 Pasal 1 UU No.19/2003 tersebut dinyatakan "Menteri adalah menteri
yang ditunjuk dan/atau diberi kuasa untuk mewakili pemerintah selaku pemegang saham negara pada
Persero dan pemilik modal pada Perum dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan PKBL yang diatur oleh Menteri Negara BUMN
dalam Peraturan No. : Per-05/MBU/2007 tentang PKBL adalah dalam kedudukan Menteri Negara BUMN
selaku pemegang saham di BUMN.
Terbitnya UU No.40/2007 tentang Perseroan Terbatas yang antara lain mengatur kewajiban
pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan bagi Perseroan Terbatas di satu pihak dan
berlakunya kewajiban BUMN melaksanakan PKBL di lain pihak menimbulkan penafsiran yang berbeda-
beda karena pada dasarnya kedua hal tersebut mengatur tentang tanggung jawab perseroan. Oleh
karena itu diperlukan suatu kajian mengenai hal tersebut agar tidak menimbulkan kerancuan dalam
implementasinya bagi perusahaan BUMN di masa datang.

2.4 Sejarah CSR secara Umum

Istilah CSR pertama kali menyeruak dalam tulisan Social Responsibility of the Businessman pada
tahun 1953. Konsep yang digagas Howard Rothmann Browen ini menjawab keresahan dunia bisnis.
Belakangan ini CSR diadopsi karena bisa jadi penawar kesan buruk perusahaan di mata masyarakat dan
lebih dari itu pengusaha dianggap sebagai pemburu uang yang tidak peduli pada dampak kemiskinan
dan kerusakan lingkungan. Melalui program CSR, pengusaha tidak perlu lagi diganggu oleh perasaan
bersalah karena CSR merupakan tanggung jawab aktivitas sosial kemasyarakatan yang tidak
berorientasi profit.

Pada intinya CSR adalah operasi bisnis yang berkomitmen tidak hanya untuk meningkatkan
keuntungan perusahaan secara finansial, tetapi untuk pembangunan sosial-ekonomi kawasan secara
holistik, lembaga, dan berkelanjutan. Beberapa nama lain yang memiliki kemiripan dan bahkan sering
diidentikkan dengan CSR adalah corporate giving, corporate philanthropy, corporate community
relations, dan community development. Ditinjau dari motivasinya, keempat nama di atas bisa dimaknai
sebagai dimensi atau pendekatan CSR. Jika corporate giving bermotif amal atau charity, corporate
philanthropy bermotif kemanusiaan dan corporate community relations bernapaskan tebar pesona,
community development lebih bernuansa pemberdayaan.

Dalam konteks global, istilah CSR mulai digunakan sejak tahun 1970-an dan semakin populer
terutama setelah kehadiran buku Cannibals with Forks : The Triple Bottom Line in 21st Century Business
(1998) karya John Elkington. Mengembangkan tiga komponen penting sustainable development, yakni
economic growth, environmental protection, dan social equity yang digagas the World Commission on
Environment and Development (WCED) dalam Brundtland Report (1987), Elkington mengemas CSR ke
dalam tiga fokus yaitu 3P :

Profit : Mendukung laba perusahaan


People : Meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Planet : Meningkatkan kualitas lingkungan

Perusahaan yang baik tidak hanya memburu keuntungan ekonomi belaka (profit), tetapi memiliki
kepedulian terhadap kelestarian lingkungan (planet) dan kesejahteraan masyarakat (people). Di
Indonesia, istilah CSR semakin populer digunakan sejak tahun 1990-an. Beberapa perusahaan
sebenarnya telah lama melakukan CSA (corporate social activity) atau aktivitas sosial perusahaan.
Walaupun tidak menamainya sebagai CSR, secara faktual aksinya mendekati konsep CSR yang
merepresentasikan bentuk “peran serta” dan “kepedulian” perusahaan terhadap aspek sosial dan
lingkungan.

Kepedulian sosial perusahaan terutama didasari alasan bahwasannya kegiatan perusahaan


membawa dampak (baik maupun buruk) bagi kondisi lingkungan dan sosial-ekonomi masyarakat,
khususnya di sekitar perusahaan beroperasi. Selain itu, pemilik perusahaan sejatinya bukan hanya
shareholders atau para pemegang saham, melainkan pula stakeholders, yakni pihak-pihak yang
berkepentingan terhadap eksistensi perusahaan. Stakeholders dapat mencakup karyawan dan
keluarganya, pelanggan, pemasok, masyarakat sekitar perusahaan, lembaga-lembaga swadaya
masyarakat, media massa, dan pemerintah selaku regulator.

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Company Profile PT. PJB UP-Gresik

PT.PJB UP-Gresik berada di Jl. Harun Tohir Gresik 61112, Telepon : 62-31-3981569, 3984540, Fax :
62-31-3981568, E-mail : upgrk@ptpjb.com

Sejarah

 UP-Gresik berdiri sejak tahun 1978 yang dikelola oleh PLN Wil XII (Mesin PLTG 1-5) dengan kapasitas
102,55 MW dan saat ini PLTG 1-3 direlokasi ke luar jawa.
 Berdasarkan SK Dir PLN No. 030.K/DIR/023/1980 tanggal 15 Maret 1980/1982 merupakan unit kerja yang
dikelola oleh PLN Pembangkitan dan Penyaluran Jawa Bagian Timur dan Bali (Kitlur) Gresik dikenal
dengan sebutan Sektor Gresik (PLTU 1, 2 & 3, 4) dengan kapasitas 600 MW.

 Berdasarkan SK Dir PLN Pusat No. 006.K/DIR/023/1992 tanggal 4 Februari 1992 terbentuknya sektor
Gresik Baru (PLTU Blok I, II dan III ) kapasitas 1.578 MW.

 Pada tanggal 3 Oktober 1992 adanya restrukturisasi di PLN (Perum-Persero) dan terbentuk 2 anak
perusahaan PJB I & PJB II (Gresik-PJB II).

 Berdasarkan SK Dir PLN PJB II No. 023.K/DIR/023/1996 tanggal 14 Juni 1996 adanya penggabungan unit
pelaksana pembangkitan SGRK & SGRB menjadi PT. PLN PJB II Sektor Gresik.

 Berdasarkan SK Dir PLN PJB II No. 021.K/DIR/023/1997 tanggal 30 Mei 1997 tentang perubahan Sebutan
Sektor menjadi Unit Pembangkitan.

 Berdasarkan SK Dir PLN PJB II No. 024.K/DIR/023/1997 tanggal 24 Juni 1997 tentang Pemisahan Fungsi
Pemeliharaan dan Fungsi Operasi pada PT. PLN PJB II Unit Pembangkitan Gresik.

 Pada tanggal 30 Oktober 2000, menjadi PT. PJB Unit Pembangkitan Gresik (sampai saat ini).

Visi

To Be an Indonesian Leading Power Generation Company with World Class Standards (Menjadi
Perusahaan Pembangkit Tenaga Listrik Indonesia yang Terkemuka dengan Standar Kelas Dunia).

Misi

1. Memproduksi tenaga listrik yang handal dan berdaya saing.

2. Meningkatkan kinerja secara berkelanjutan melalui implementasi tatakelola pembangkitan dan sinergi
business partner dengan metode best practice dan ramah lingkungan.
3. Mengembangkan kapasitas dan kapabilitas SDM yang mempunyai kompetensi teknik dan manajerial
yang unggul serta berwawasan bisnis.

Tujuan

Menyelenggarakan usaha ketenagalistrikan dengan mengoperasikan dan memelihara unit-unit


pembangkit secara handal dan efisien.

Budaya Organisasi (PJB WAY)

PJB Way merupakan tekad, sikap, dan perilaku yang melekat di seluruh insan PJB dalam
melaksanakan misi untuk mencapai visi perusahaan. PJB Way dikenal dengan sebutan PJB Way satu,
lima, sebelas yang merupakan perwujudan dari satu tekad, lima sikap dan sebelas perilaku.

Tekad :

Menjadi Produsen Listrik Terpercaya Kini dan Mendatang

Sikap :

 Integritas : Jujur, Dedikasi, Konsisten dan Disiplin.

 Keunggulan : Inovatif, Efektif dan Efisien.

 Kerjasama : Apresiasi, Pembelajaran Bersama dan Aktif Terlibat.

 Pelayanan : Motivasi, Perbaikan, Berkelanjutan, dan Cepat Tanggap.

 Sadar Lingkungan : Lingkungan Hidup, Lingkungan Masyarakat, dan Lingkungan Kerja (5 S)

Perilaku :

 Kepemimpian yang Visioner (Visionary Leadership)

 Keunggulan menurut Pelanggan (Customer–Driven Excellence)


 Pembelajaran Perorangan dan Perusahaan (Personal and Organizational Learning)
 Menghargai Tenaga Kerja dan Mitra (Valuing Workforce Members and Partners)
 Kegesitan (Agility)
 Fokus kepada Masa Depan (Focus on the Future)
 Mengelola Inovasi (Managing for Innovation)
 Manajemen berdasarkan Fakta (Management by Fact)
 Pertanggungjawaban Kemasyarakatan (Societal Responsibility)
 Fokus kepada Hasil dan Penciptaan Nilai (Focus on Results and Creating Value)

 Perspektif Kesisteman (Systems Perspective)


Unit Pembangkit Gresik memproduksi listrik dengan total 2.218 MW
 PLTU Unit 1 dan 2 = 2 x 100 MW

 PLTU Unit 3 dan 4 = 2 x 200 MW

 PLTGU Blok 1, 2 dan 3 = 3 x 526 MW

 PLTG Unit 1 dan 2 = 2 x 20 MW

3.2 Maksud, Tujuan dan Manfaat Program CSR PT. PJB UP-Gresik

Maksud

Program CSR dimaksudkan meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian masyarakat sekitar


industri ketenagalistrikan yang meliputi usaha pembangkitan sehingga kualitas hidup masyarakat
menjadi lebih baik.

Tujuan

a. Jangka Pendek

 Mengembangkan dan meningkatkan kualitas sosial, ekonomi dan budaya masyarakat sekitar wilayah
operasional PT PJB

 Mengembangkan dan meningkatkan sarana dan prasarana masyarakat sekitar wilayah perusahaan yang
didasarkan pada skala prioritas dan potensi wilayah

 Memberikan pendidikan non formal kepada masyarakat yang kurang mampu sekitar perusahaan sesuai
potensinya

 Mengembangkan potensi kewirausahaan masyarakat kurang mampu disekitar perusahaan

 Mendorong pengelolaan lingkungan secara benar dan berkelanjutan baik di internal perusahaan
maupun sekitar operasional perusahaan

b. Jangka Panjang

1. Membantu untuk mengembangkan dan meningkatkan kewirausahaan masyarakat yang kurang mampu
sekitar perusahaan secara terus menerus sehingga tidak tergantung pada orang lain atau PT PJB

2. Mengembangkan potensi masyarakat kurang mampu sekitar perusahaan secara terus menerus sehingga
tidak tergantung pada orang lain atau PT PJB

3. Mengembangkan anak asuh secara terus menerus, sehingga menjadi mandiri


Manfaat

a. Manfaat Bagi Perusahaan

 Terbangunya teputasi dan citra yang baik bagi perusahaan dengan melakukan berbagai program
pengelolaan lingkungan secara efektif dan program pengembangan masyarakat

 Mengurangi tingkat resiko (keamanan) terhadap unit-unit pembangkit perusahaan

 Wahana perusahaan untuk berkontribusi terhadap perbaikan kondisi lingkungan sekitarnya termasuk
masyarakat

 Sarana belajar dan bereksperimen berbagai program pengelolaan lingkungan dan pengembangan
masyarakat yang efektif

 Sarana mengembangkan hubungan kemitraan dengan berbagai pihak secara saling menguntungkan
(mutual benefit)

 Menigkatkan citra positif perusahaan

b. Manfaat Bagi Perusahaan

 Berkurangnya resiko berbagai dampak pencemaran lingkungan (baik limbah maupun polusi) yang
ditimbulkan oleh kegiatan perusahaan

 Terbantunya berbagai permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat misalnya menyangkut kemiskinan,
pengangguran melalui terserapnya tenaga kerja dan lain sebagainya sehingga kehidupan masyarakat
menjadi lebih baik menuju kemandirian baik secara sosial maupun ekonomi

 Termanfaatkannya potensi dan sumberdaya lokal secara lebih optimal

 Adanya penguatan kapasitas SDM dan institusi / kelembagaan masyarakat

 Sebagai program pelengkap (komplementer) dari program pembangunan oleh pemerintah misalnya
tesedianya sarana prasarana pelayanan publik (pendidikan, kesehatan, dll).

3.3 Latar Belakang dan Ruang Lingkup Program CSR PT. PJB UP-Gresik

Latar Belakang

Korporat disamping sebagai institusi bisnis juga tidak bisa lepas dari keberadaan sebagai entitas
sosial (corporate citizenship) yang berpengaruh dan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sekitarnya.
Oleh karena itu keberadaan korporasi sudah selayaknya memberikan kemanfaatan umum terutama bagi
masyarakat sekitar dimana korporasi menjalankan aktivitas usahanya.
Menyadari hal tersebut PT PJB telah mempunyai visi sebagai perusahaan yang “peduli lingkungan”
dan ditegaskan kembali melalui misinya “memberikan hasil yang terbaik kepada pemegang saham,
pegawai, pelanggan, pemasok, pemerintah dan masyarakat serta lingkungannya”. Pernyataan visi dan
misi tersebut sebagai bentuk penegasan komitmen perusahaan ini terhadap kondisi sosial dan
lingkungannya.

Untuk mewujudkan visi dan misi tersebut, segenap jajaran PT PJB yakni unit- unit PT PJB, telah
memperlihatkan kepeduliannya baik internal (pengelolaan lingkungan internal) maupun terhadap
masayarakat dan lingkungan dengan menyususn dan melaksanakan CSR melalui serangkaian program-
program.

Serangkaian program CSR merupakan bentuk tanggung jawab sosial perusahaan dan merupakan
bagian dari tata kelola perusahaan yang baik (GCG) guna mencapai keseimbangan dan keberlanjutan
hidup serta jalinan kemitraan timbal balik antara perusahaan dan stakeholders. Dalam hal ini PT PJB
mempunyai tanggung jawab untuk turut mengatasi permasalahan sosial melalui pemberdayaan
masyarakat agar dapat mengaktualisasi diri dalam mengelola lingkungan sekitarnya sehingga dapat
memenuhi kebutuhan secara mandiri baik dari aspek ekonomi, sosial maupun kelembagaan tanpa
bergantung kepada pihak PT PJB atau pihak lainnya. Disamping itu secara berimbang, PT PJB juga
memperhatikan aspek internal perusahaan, baik yang berkaitan dengan kesejahteraan dan keselamatan
karyawan maupun pengelolaan berbagai macam limbah yang dihasilkan yang pada gilirannya akan
berdampak positif bagi lingkungan sekitarnya.

Hal tersebut di atas akan dapat terealisasi manakala terdapat pemahaan serta persepsi yang sama
dan komprehensif menyangkut CSR dan bentuk programnya ini baik level manajemen perusahaan
maupun operasional teknis dilapangan. Karena tanpa pemahaman yang jelas, aktivitas tanggung jawab
sosial hanya akan terpuruk dan akan bersifat kontraproduktif. Untuk itu disusunlah pedoman kebijakan
pelaksanaan CSR PT PJB ini sebagai pijakan dalam mengimplementasikan program lebih lanjut.

Ruang Lingkup

1. Eksternal

Tanggung jawab eksternal PT PJB dilaksanakan oleh Bidang Human dan Comdev (Unit DM Umum),
dimana pada intinya adalah menjaga dan menumbuhkan citra positif perusahaan atas dampak-dampak
operasional perusahaan terhadap kehidupan sosial masyarakat dilingkungan PJB. Jadi kaitannya dengan
komitmen sosial kemasyarakatan, program CSR eksternal diimplementasikan melalui program
pengembangan masyarakat (Comdev) dimana merupakan aktivitas komplementer dari program
pembangunan oleh pemerintah yang dilakukan secara sistimatis dan terarah dalam rangka memperbaiki
kualitas hidup masyarakat secara berkelanjutan dan mewujudkan kemandiriannya yang didasarkan pada
:

 Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menemukan alternativ ekonomi jangka panjang


 Meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat baik dimensi sosial, ekonomi maupun budaya

 Menguatnya kelembagaan lokal yang mampu mempelopori tumbuhnya prakarsa-prakarsa lokal

 Kemandirian masyarakat baik bidang politik, ekonomi maupun budaya

Sedangkan ruang lingkup dalam program Comdev meliputi Community Relation, Community
Services dan Community Empowering. Ketiga ruang lingkup tersebut saling berkaitan dan dalam rangka
mencapai sasaran Community Development sebagaimana telah disebutkan di atas.

2. Internal

Tanggung jawab “internal” dilaksanakan oleh Subdit LK3 (Kantor Pusat) dan DM LK3 (UP dan UBP),
di mana pada intinya adalah mengendalikan dampak-dampak operasional perusahaan (utamanya Unit
Pembangkitan) yang dapat dikategorikan sebagai polusi pencemaran lingkungan diantaranya adalah
polusi terhadap udara, air, tanah. Pengendalian dampak-dampak tersebut dimaksudkan untuk
mengendalikan polutan dalam batas yang diijinkan sehingga kelestarian lingkungan PJB dapat terjaga
dan ditingkatkan kualitasnya.

3.4 Sasaran Wilayah Penerapan Program CSR PT. PJB UP-Gresik

Wilayah yang menjadi sasaran program berdasarkan pada beberapa kategori :

a. Pembagian ring berdasarkan letak geofrafis wilayah, yakni :

 Ring 1 Desa atau kelurahan dalam radius ± 2 km dari area asset property unit pelaksana comdev.

 Ring 2 Wilayah kecamatan dalam radius ± 4 km di mana asset property unit pelaksana comdev berada.

 Ring 3 Wilayah kabupaten di mana asset property unit pelaksana comdev berada.

 Ring 4 Provinsi di mana asset property unit pelaksana comdev berada.

b. Berdasarkan wilayah penerima dampak (baik langsung maupun tidak langsung) dari kegiatan
operasional perusahaan.

c. Wilayah di luar 2 (dua) kategori di atas tetapi menjadi sasaran program karena beberapa pertimbangan
khusus, misalnya korban bencana, ketersediaan potensi (SDA dan partisipasi masyarakat) yang potensial
untuk dikembangkan dan lain sebagainya yang bermanfaat bagi pembentukan citra bagi perusahaan.
3.5 Bentuk Program dan Alokasi Anggaran Program CSR PT. PJB UP-Gresik

Bentuk Program

a. Bentuk Program Berdasarkan Jenisnya

Bentuk–bentuk kegiatan program berdasarkan jenisnya yang mencerminkan Corporate Social


Responsibiliy (CSR) antara lain :

1. Grants (Hibah) : untuk membiayai kegiatan tertentu dan dirasakan manfaatnya secara langsung
misalnya membangun perpustakaan umum untuk menggairahkan minat baca.

2. Equipment : perusahaan memberikan bantuan komputer bagi sekolah yang membutuhkan peralatan
tersebut untuk meningkatkan kualitas anak didik

3. Staff secondments : memberikan bantuan keahlian dengan memperbantukan karyawan yang kompeten
dalam kegiatan yang dilaksanakan masyarakat

4. Training : Pelatihan ketrampilan yang siap pakai

5. Projects : Pengembangan ternak unggul, bibit unggul, dsb.

6. Use of facilities : Pemanfaatan kemudahan perusahaan seperti poliklinik, lapangan olah raga, dsb.

7. Visitor Centres : untuk memenuhi rasa ingin tahu (curiosity) anggota masyarakat.

8. Open house: Membuka kesempatan pada publik sebagai tamu untuk mengenal proses bisnis
perusahaan. Environmental improvements : membantu pengadaan air bersih bagi masyarakat,
pengelolaan limbah perusahaan, penanganan polusi udara yang ditimbulkan oleh kegiatan perusahaan,
dll.

9. Corporate Philantrophy : Alokasi dana untuk beasiswa, pengembangan seni budaya, penulisan buku dsb.

b. Bentuk Program Berdasarkan Ruang Lingkupnya

1. Bentuk program secara internal perusahaan adalah pengelolaan dampak lingkungan hidup (limbah,
polusi udara serta kebisingan)

2. Bentuk dan ruang lingkup program pengembangan masyarakat (Comdev)

 Community Relation

Pengertian
Kegiatan-kegiatan yang menyangkut pengembangan kesepahaman melalui komunikasi dan informasi
kepada para pihak yang terkait (konsultasi kegiatan dengan komuniti, sosialisasi, promosi dan
sebagainya).

Fungsi
Meminimalisasi perbedaan konsepsi dan pikiran antara masyarakat, korporat dan pemerintah.

Indikator

 Terbentuk suatu persepsi yang sejalan antar masing-masing pihak, baik masyarakat lokal, pemerintah,
maupun korporat.

 Hubungan baik dan saling mendukung antar stakeholder.

 Community Services

Pengertian

Merupakan pelayanan korporat untuk memenuhi kepentingan masyarakat ataupun kepentingan umum
serta penyediaan sarana prasarana yang dibutuhkan publik (seperti pelayanan kesehatan Cuma-suma,
bantuan-bantuan sosial, donasi, penyediaan sarana pendidikan, sarana ibadah dan sebagainya).

Fungsi

 Untuk mengantisipasi timbulnya kecemburuan sosial antar kelompok masyarakat

 Melengkapi kebutuhan publik (masyarakat) akan sarana prasarana yang telah disediakan pemerintah
bagi pelayanan kebutuhan mereka (pendidikan, kesehatan, ekonomi dan lain sebagainya).

 Membantu penyediaan / perbaikan sarana ibadah.

Indikator

 Terciptanya suasana yang kondusif antara masyarakat, pemerintah dan korporat.

 Masyarakat dapat mengakses sarana prasarana pelayanan publik sesuai kebutuhannya.

 Community Empowering

Pengertian
Program-program yang diarahkan dalam rangka penguatan kapasitas dan memberikan akses yang lebih
luas kepada masyarakat untuk menunjang kemandiriannya (pengembangan usaha kecil, pendidikan dan
pelatihan dsb).

Fungsi

Menciptakan masyarakat yang berdaya dan mandiri (baik sosial ekonomi maupun kelembagaan).
Indikator

 Menciptakan kemampuan masyarakat dalam menemukan altenatif ekonomi jangka panjang

 Menguatnya kelembagaan lokal yang mampu mempelopori tumbuhnya prakarsa-prakarsa lokal

 Kemandirian masyarakat.

Alokasi Anggaran

Untuk memudahkan dalam proses pengadministrasian maka, pengelolaan anggaran dibagi


berdasarkan bidang program yakni :

1. Bidang Pendidikan 25%

2. Bidang Ekonomi Sosial dan Kemasyarakatan 25%

3. Bidang Kesehatan 25%

4. Bidang Kamtibmas & lingkungan hidup 25%

3.6 Pendekatan dan Implementasi Program CSR PT. PJB UP-Gresik

Bentuk kegiatan dalam CSR yang ideal adalah yang didasarkan pada penilaian terhadap kebutuhan
aktual (actual needs) masyarakat dan kemampuan perusahaan membiayai program tersebut. Sedangkan
dalam setiap tahapan program CSR (perencanaan-monitoring evaluasi program) dilakukan dengan
metode partisipatif, yakni suatu cara untuk menumbuhkembangkan potensi yang ada di wilayah kerja
community development secara swadaya agar masyarakat dapat meningkatkan kemampuan,
penghasilan dan kemakmuran secara berkelanjutan.

Tedapat alasan bagi perusahaan untuk mengembangkan metode partisipatif dalam program CSR,
yakni :

 sejalan dengan tujuan program yakni pemberdayaan melalui keterlibatan masyarakat sebagai pelaku
program.

 Lebih menjamin efektifitas dan keberhasilan program.

 Menumbuhkan rasa memiliki (sense of belonging) masyarakat terhadap program sehingga


keberlanjutannya akan lebih terjaminkan.
 Sarana membangun kepercayaan (trust building) terhadap perusahaan dan merupakan embrio
mengembangkan kerjasama (kolaborasi) secara lebih luas.

Adapun pendekatan dalam pelaksanaan program Corporate Social Responsibility antara lain :

 Berbasis masyarakat (community development).

 Berbasis sumber daya setempat (local resource bases) baik sumberdaya alam, sumber daya manusia
maupun kelembagaannya.

 Berkelanjutan (sustainable).

 Sejalan dengan program pembangunan pemerintah daerah setempat.

 Diarahkan untuk mengembangkan kepasitas dan keswadayaan masyarakat untuk menjamin efektifitas
dan keberlanjutan program.

3.7 Strategi Pencapaian Program CSR PT. PJB UP-Gresik

Strategi untuk mencapai keberhasilan Comdev Corporate Social Responsibility adalah :

a. Pembuatan rencana kerja harus cermat dan rasional.

b. Melakukan evaluasi pencapaian realisasi comdev tiap bulan melalui PB View.

c. Membuat laporan pencapaian comdev tiap triwulan dan dikirimkan ke PJB Pusat.

d. Peninjauan lapangan pada tiap semester untuk mengetahui kendala dan solusinya.

e. Konsolidasi semua pelaksana CSR (Sharing) tentang keberhasilan dan kendala lapangan.

3.8 Prinsip Penerapan dan Indikator Keberhasilan Program CSR PT. PJBUP-Gresik

Prinsip Penerapan
Dalam penerapan program Corporate Social Responsibility, dilakukan dengan prinsip-prinsip
sebagai berikut :

 Partisipatif (pelibatan unsur masyarakat), “oleh dan untuk masyarakat” artinya program yang
dilaksanakan harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan dilaksanakan semaksimal mungkin dengan
memanfaatkan tenaga kerja lokal yang berasal dari masyarakat itu sendiri.

 Pemberdayaan (mekanisme bottom up).

 Mendukung tercapainya kemandirian masyarakat baik sosial, ekonomi maupun kelembagaan.

 Akuntabilitas (dapat dipertanggungjawabkan).

 Partnership (kemitraan dengan stakeholder lain).

 Local spesific (lain kegiatan dan wilayah problemnya berbeda).

 Pendekatan sosial budaya.

 Diharapkan tidak bersifat charity (hadiah) semata tetapi berawal dari aktivitas/potensi ekonomi
masyarakat yang dikembangkan oleh perusahaan.

 Berfungsi sebagai stimulan dan generator (penggerak) awal dalam pembangunan ekonomi secara lebih
luas dalam masyarakat yang berkelanjutan.

Indikator Keberhasilan

a. Indikator Output

 Beberapa wilayah (desa, kecamatan dan kabupaten) yang telah menjadi sasaran program.

 Beberapa anggota (jiwa/persen) masyarakat / kelompok usaha yang telah menikmati program-program.

 Beberapa kelompok usaha baru yang telah dibentuk.

 Bentuk sarana prasarana publik baik fisik maupun non fisik yang telah disediakan oleh perusahaan.

 Berapa kali kegiatan berdasarkan bidang (pendidikan, ekonomi kemasyarakatan, kesehatan dan
kamtibmas dan lingkungan) telah dilakukan.
 Indikator-indikator lain disesuaikan dengan jenis kegiatan yang spesifik dilaksanakan.

b. Indikator Dampak

 Terjalinnya hubungan yang harmonis antara perusahaan, masyarakat dan aparat pemerintahan.

 Citra yang baik perusahaan di mata publik dan pemerintah.

 Kegiatan operasional perusahaan berjalan secara aman.

3.9 Program CSR PT. PJB UP-Gresik

Bidang Ekonomi Sosial dan Kemasyarakat

No. Jenis Kegiatan atau Kontribusi Penerima Program

Kader Lingkungan 3 desa : Kramatinggil,


1. Kontribusi penyediaan fasilitas mesin jahit
Sidorukun, Pulopancikan

Kader Lingkungan 3 desa : Kramatinggil,


2. Kontribusi penyediaan fasilitas pencacah sampah
Sidorukun, Pulopancikan

Kontribusi penyediaan sembako dalam rangka


3. Warga sekitar perusahaan
Harlisnas dan Idul Adha

4. Kontribusi Hari Raya Qurban Warga sekitar perusahaan dan giltim

5. Kontribusi modal usaha karang taruna Karang Taruna Sidokumpul

Desa Kramatinggil, Sidorukun,


6. Kontribusi kemasan komposter hasil produk
Pulopancikan

7. Kontribusi material kalsiboard, masjid dan musholla Koramil 05 Gresik, Ngipik, Indro, GKB

8. Kontribusi pavingisasi Kelurahan Singosari

9. Kontribusi souvenir hari besar keagamaan Warga sekitar perusahaan

Bidang Pendidikan
No. Jenis Kegiatan atau Kontribusi Penerima Program

1. Kontribusi material rehabilitasi sekolah SD Sidokumpul V

2. Kontribusi meja kursi TPQ TPQ BP Wetan

3. Kontribusi kegiatan Hardiknas dan BNK Panitia Hardiknas dan BNK

4. Pelatihan kader lingkungan Kader lingkungan di koordinir Kec. Gresik

Kontribusi santunan anak yatim dan kurang Anak yatim / Kurang Mampu lingkungan
5.
mampu sekitar (Sidorukun) melalui Ta’mir Masjid

6. Pelatihan 3R masyarakat mandiri Kecamatan Gresik

Kader lingkungan desa Kramatinggil,


7. Open House teknologi pembangkit
Sidorukun dan Pulopancikan

Perangkat desa, kecamatan, muspika,


8. Program PID berupa PC dan Printer
akademisi (Dosen dan Mahasiswa)

Bidang Kesehatan

No. Jenis Kegiatan atau Kontribusi Penerima Program

Kegiatan pengenalan nyamuk demam berdarah


1. Masyarakat kelurahan Randuagung
dan penanggulangan vektor

2. Kontribusi penyediaan fasilitas PAUD Segoromadu Desa Segoromadu

Kegiatan pengobatan massal dan peningkatan gizi Warga masyarakat kelurahan Kebungson
3.
anak kerjasama dengan Puskesmas Alun-alun

Kontribusi penyediaan tempat sampah karet untuk Warga desa Singosari dikoordinir oleh
4.
kampung bersih perangkat kelurahan

Pelatihan para kader lingkungan dan pemilahan Desa Kramatinggil, Sidorukun,


5.
sampah portable (organik dan anorganik) Pulopancikan (tindak lanjut pelatihan)

6. Kegiatan Jumat bersih dan HUT Kabupaten Gresik Lingkungan Hidup Kabupaten Gresik

Kontribusi material untuk tempat sampah


7. Kampung Sidorukun
kampung
Bidang KAMTIBMAS

No. Jenis Kegiatan atau Kontribusi Penerima Program

1. Kontribusi Official remaja bina olahraga Bina Olahraga PJB UP Gresik

2. Kontribusi penghijauan dan sarana lingkungan DesaSingosari dan Kramatinggil

Kontribusi pengecatan dan pembenahan base


3. Sepanjang Jl. Harun Thohir
pohon penghijauan

4. Trainer pelatihan sepakbola dan perangkat Bina Olahraga PJN Gresik

5. Program Try-Out sepakbola binaan Bina Olahraga PJN Gresik

6. Kegiatan pencerahan FKPM Anggota FKPM

Kegiatan buka bersama dengan kantor lingkungan


7. Kantor KLH Gresik
hidup

BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan

Secara konseptual, CSR adalah pendekatan dimana perusahaan mengintegarasikan kepedulian


sosial dalam operasi bisnis dan interaksi mereka dengan para pemangku kepentingan ( stakeholders )
berdasarkan prinsip kesukarelaan dan kemitraan. (Nuryana, 2005). Burhanuddin Salam, dalam bukunya
“Etika Sosial”, memberikan pengertian bahwa responsibility is having the character of a free moral
agent, capable of determining one’s acts, capable deterred by consideration of sanction or
consequences. (Tanggung jawab itu memiliki karakter agen yang bebas moral, mampu menentukan
tindakan seseorang, mampu ditentukan oleh sanki atau hukuman atau konsekuensi).

Segala pemahaman dan persepsi atas CSR PT PJB tidak akan mempunyai manfaat apabila tidak
diwujudkan secara nyata melalui program-program yang dikelola secara baik dan benar. Untuk itu para
pelaksana CSR PT PJB wajib untuk memahami dan menyamakan persepsi CSR dengan acuan Pedoman
kebijakan dan panduan pelaksanaan CSR PJB serta aturan lain yang tidak bertentangan.
Secara terus menerus dan berharap pelaksanaan Community Development (Comdev) sebagai
perwujudan CSR PJB harus terus ditingkatkan kualitasnya dan dapat diukur pencapaian dan hasil atau
manfaatnya bagi para pihak. Audit community development secara intern maupun ekstern sudah wajib
dilaksanakan.

4.2 Saran

1. Agar masyarakat turut mendukung dalam program CSR PT. PJB sehingga program tersebut berjalan
dengan maksimal sesuai harapan masyarakat maupun perusahaan.

2. Agar PT. PJB tetap menjalankan program yang telah berjalan secara maksimal dan terus meningkatkan
program yang belum maksimal.

3. Agar menambah program-program yang berhubungan dengan pendidikan dan alokasi pendanaan
diperbesar sehingga kualitas SDM masyarakat sekitar terus meningkat kearah yang positif.

DAFTAR PUSTAKA

Majalah tentang CSR PT. PJB UP-Gresik edisi tahun 2013.

http://humas-p.blogspot.com/2009/03/kebijakan-csr-pt-pjb.html diambil pada hari Jumat, 3 Mei 2013

Interdev. 2008. Concept and Philosophy of CSR. http://interdev.co.id/cat/jurnal_csr. Diakses tanggal 5


Mei 2013.

Jahja, Rusfadia Saktiyanti dan Muhammad Irvan. 2006. Menilai Tanggung Jawab Sosial Televisi. Depok:
Piramedia.

Robbins, Stephen. P. dan Mary Coulter. 2002.Manajemen. Edisi ketujuh. T. Hermaya dan Harry Slamet,
penerjemah; Jakarta: Indeks. Terjemahan dari Management, seventh edition.
Saidi, Zaim, dkk. 2003. Sumbangan Sosial Perusahaan, Profil dan Pola Distribusinya di Indonesia: Survei
226 Perusahaan di 10 Kota oleh PIRAC. Jakarta: Ford Foundation.

Walhi.2004. Advokasi Polusi Industri: Menuju Produksi Bersih. http://www.walhi.or.id/


kampanye/cemar/industri/adv_pol_industri_info/. Diakses tanggal 5 Mei 2013.

Wibisono, Yusuf. 2007. Membedah Konsep dan Aplikasi CSR (Corporate Social Responsibility). Gresik:
Fascho Publishing.

Wahyudi, Isa & Busyra Azheri. 2008. Corporate Social Responsibility : Prinsip, Pengaturan dan
Implementasi. Malang : Inspire.

Tofi, La. Majalah Bisnis dan CSR. Juli 2008. Jakarta : LatofiSukma DivaEvente

Suharto, Edi, Ph.D, 2007, Pekerjaan Sosial di Dunia Industri: Memperkuat Tanggungjawab Sosial
Perusahaan. Bandung : Refika Aditama.

Hubungan Tingkat Keberhasilan Program CSR PT. Pertamina Dengan Kondisi Sosial
Ekonomi Peserta Program
MUTMAINNA MUTMAINNA

Abstract

ABSTRAK

MUTMAINNA. Hubungan Tingkat Keberhasilan Program CSR PT. Pertamina Dengan Kondisi
Sosial Ekonomi Peserta Program. Di bawah bimbingan TITIK SUMARTI.

Pelaksanaan Corporate Social Responsibilty (CSR) merupakan sebuah keharusan bagi


perusahaan sebagai wujud kepedulian terhadap kehidupan sosial masyarakat dan lingkungan
sekitarnya disamping mengejar keuntungan ekonomi. Pengimplementasian CSR dapat dilihat
dalam berbagai bentuk yang salah satunya yakni pelaksanaan program-program pemberdayaan
masyarakat yang didasari dengan prinsip-prinsip pengembangan masyarakat. Dalam keseluruhan
pelaksanaan program, sangat diharapkan keberhasilan program CSR dapat tercapai, yang diukur
dari indikator: kesesuaian program dengan kebutuhan, pendampingan program dan adanya
partisipasi masyarakat. Hal ini menjadi penting karena ketercapaian indikator keberhasilan CSR
memiliki pengaruh terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat yang diukur dari partisipasi
masyarakat dalam kelembagan Kelompok Usaha Bersama, tingkat pendapatan, dan tingkat
keragaman nafkah masyarakat yang menjadi peserta program. Secara umum, rumusan masalah
yang akan dikaji yakni bagaimana hubungan antara tingkat keberhasilan program Corporate
Social Responsibilty dengan kondisi sosial ekonomi peserta program yang termasuk masyarakat
desa binaan perusahaan. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan tingkat
keberhasilan program CSR PT. Pertamina dengan kondisi sosial ekonomi peserta program.
Penelitian yang tergolong penelitian survei dengan maksud penjelasan (explanatory) ini akan
dilakukan di Desa Balongan dan Desa Majakerta, Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu,
Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan dengan unit analisa individu yang menjadi peserta
program CSR khususnya pada program pemberdayaan ekonomi lokal melalui metode
pendekatan kuantitatif dengan dukungan data kualitatif. Pengumpulan data kuantitatif dilakukan
melalui instrumen utama berupa kuesioner pada 60 responden yang dipilih secara acak dengan
menggunakan teknik pengambilan sampel acak berstratifikasi (stratified random sampling),
sedangkan pengumpulan data kualitatif dilakukan melalui observasi serta wawancara mendalam.
Data kuantitatif akan diolah dengan menggunakan program Microsoft Excel 2007 dengan
penyajian dalam bentuk tabel frekuensi, tabulasi silang, gambar, dan grafik. Untuk melihat
hubungan yang signifikan antar variabel digunakan uji statistik non-parametrik melalui rank
spearman (untuk data yang berbentuk ordinal). Analisis data kualitatif sebagai pendukung akan
diuraikan secara deskriptif sebagai penjelasan yang lebih mendalam dari hasil penelitian.

Kata Kunci : CSR, Tingkat Keberhasilan Program CSR, Partisipasi, Pendapatan, Keragaman
Nafkah

Vous aimerez peut-être aussi