Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Oleh :
NUR LAILATUL AIDAH
173.0059
1
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN.M DENGAN HIPERTENSI DI RT 01 RW 02
KELURAHAN SUKOLILO BARU
KECAMATAN BULAK
SURABAYA
Mengetahui,
2
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.T DI RT 02 RW 02
KELURAHAN SUKOLILO BARU
KECAMATAN BULAK
SURABAYA
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya
hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai
peran masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya (Bailon & Maglaya, 2011)
Jadi disimpulkan bahwa keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran
dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional serta sosial dari setiap anggota keluarga
3
Tugas perkembangan keluarga pada tahap III, yaitu memenuhi kebutuhan anggota keluarga,
mensosialisasikan anak, mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi kebutuhan
anak yang lainnya, mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga dan luar keluarga,
menanamkan nilai dan norma kehidupan, mulai mengenalkan kultur keluarga, menanamkan
keyakinan beragama, memenuhi kebutuhan bermain anak.
d. Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua usia 6-13 tahun)
Tugas perkembangan keluarga tahap IV, yaitu mensosialisasikan anak termasuk meningkatkan
prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya, mempertahankan hubungan
perkawinan yang memuaskan, memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga, membiasakan
belajar teratur, memperhatikan anak saat menyelesaikan tugas sekolah.
e. Tahap V : Keluarga dengan anak remaja (anak tertua umur 13-20 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap V, yaitu menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung
jawab ketika remaja menjadi dewasa dan mandiri, memfokuskan kembali hubungan perkawinan,
berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-anak, memberikan perhatian, memberikan
kebebasan dalam batasan tanggung jawab, mempertahankan komunikasi terbuka dua arah.
f. Tahap VI :Keluarga yang melepas anak usia dewasa muda (mencakup anak pertama sampai anak
terakhir yang meninggalkan rumah)
Tahap ini adalah tahap keluarga melepas anak dewasa muda dengan tugas perkembangan keluarga
antara lain : memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga baru yang didapat
dari hasil pernikahan anak-anaknya, melanjutkan untuk memperbaharui dan menyelesaikan kembali
hubungan perkawinan, membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami dan istri.
g. Tahap VII : Orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan atau pensiunan)
Tahap keluarga pertengahan dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir atau
kematian salah satu pasangan. Tahap ini juga dimulai ketika orang tua memasuki usia 45-55 tahun
dan berakhir pada saat pasangan pensiun. Tugas perkembangannya adalah menyediakan lingkungan
yang sehat, mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh arah dengan lansia dan anak-
anak, memperoleh hubungna perkawinan yang kokoh.
h. Tahap VIII : Keluarga dalam tahap pensiunan dan lansia
Dimulai dengan salah satu atau kedua pasangan memasuki masa pensiun terutama berlangsung
hingga salah satu pasangan meninggal dan berakhir dengan pasangan lain meninggal. Tugas
perkembangan keluarga adalah mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan, menyesuaikan
terhadap pendapatan yang menurun, mempertahankan hubungan perkawinan, menyesuaikan diri
terhadap kehilangan pasangan dan mempertahankan ikatan keluarga antara generasi.
4
1.1.3 Tipe Keluarga
Menurut Supratjo 2015, Keluarga berdasarkan bentuk keluarga dalam kehidupan manusia dikelompokkan
1. Keluarga Inti
Seperti yang telah disebutkan di atas, tipe keluarga inti merupakan tipe keluarga kebanyakan
dalam kehidupan manusia, oleh karenanya banyak orang yang mendefinisikan keluarga sebagai keluarga
inti. Keluarga inti terdiri atas ayah, ibu dan anak-anaknya. Dalam keluarga tipe ini, kehadiran anak akan
mempengaruhi waktu dan sumber ekonomi. Ketidakhadiran anak akan memungkinkan suami dan istri
mencari konseling dan pelayanan kesehatan. Tipe ini biasanya adalah ayah yang menjadi tumpuan
ekonomi keluarga dan ibu mengurus rumah tangga dan keluarga di rumah. Tetapi dewasa ini tak jarang
kedua posisi tersebut terbalik.
2. Keluarga Besar
Keluarga ini termasuk kerabat (bibi, paman, kakek, nenek, sepupu) selain keluarga inti. Keluarga
tipe ini dapat memberikan berbagai macam dukungan berdasarkan kebutuhan anggota keluarga terhadap
pelayanan kesehatan. Makin dekat anggota keluarga pada keluarga besar, makin mempunyai pengaruh
pada pelayanan kesehatan.
Keluarga ini terbentuk karena salah satu orang tua meninggalkan keluarga inti karena kematian,
perceraian, mengabaikan, kelahiran anak tanpa pernikahan orang tuanya, atau pada saat seseorang yang
belum menikah memutuskan untuk mengadopsi anak. Situasi perpisahan berdampak pada keluarga tipe
ini. Hal ini merupakan akibat yang paling umum dari perceraian pada saat ini. Pengurangan sumber
finansial dan emosi mempengaruhi kesehatan keluara dengan orang tua tunggal.
4. Keluarga Campuran
Keluarga ini dibentuk pada saat orang tua membawa anak-anak yang tidak memiliki hubungan
dari hubungan yang sebelumnya ke dalam hubungan yang baru, bergabung dalam situasi kehidupan.
Situasi kehidupan alami yang sebelumnya dari rata-rata adaptasi terhadap perubahan mempengaruhi
kesehatan. Tekanan dari bentuk pola keluarga yang baru dapat mempengaruhi kesehatan mental anggota
keluarga.
Pada keluarga tipe ini, kedua orang tua adalah pencari nafkah (berkarir). Biasanya mereka tidak
memiliki anak. Keluarga tipe ini semakin meningkat dewasa ini karena banyaknya kesempatan bekerja
pada wanita, keinginan pada peningkatan kualitas hidup dan desakan ekonomi. Masalah terberat yang
biasanya dihadapi oleh keluarga dengan orang tua berkarir adalah masalah mengenai penanganan dan
pengasuhan anak.
6. Keluarga Regenerasi
5
Dalam beberapa kebudayaan dan rumah tangga yang berumur panjang, adalah mungkin jika dua
keluarga dalam generasi yang berbeda hidup dalam satu atap. Anak yang telah menikah dan memiliki
anak memungkinkan hidup bersama dengan orang tuanya, ataupun orangtua yang biasanya menaruh
kepengurusan dan kepedulian anak terhadap kakek atau neneknya, sedangkan orang tua anak tidak
termasuk ke dalam bagian keluarga regenerasi.
Merupakan bentuk keluarga dimana seseorang yang dewasa dan telah menikah hidup dan
mengurusi dirinya sendiri. Tipe keluarga ini terbentuk karena biasanya diakibatkan oleh perceraian,
kematian pasangan hidup, maupun karena pasangan yang telah menikah namun terpisah oleh jarak.
8. Pasangan Homoseksual
Merupakan bentuk keluarga yang terdiri atas pasangan homoseksual. Keluaga ini terbentuk karena
adanya tujuan yang sepaham dalam kepedulian sesama dan komitmen yang kuat dalam hubungan
heteroseksual. Anggapan masyarakat dan prasangkanya adalah masalah terbesar dalam keluarga tipe ini.
Bermacam-macam bentuk keluarga yang ada dalam kehidupan bermasyarakat menuntut profesionalitas
dalam diri perawat untuk memberikan asuhan keperawatan yang lebih profesional. Dengan mengetahui
bentuk-bentuk keluarga, seorang perawat diharapkan dapat mengembangkan asuhan keperawatannya
dengan mendayagunakan potensi dari anggota keluarga dan mengetahui permasalahan-permasalahan
yang ada dalam lingkungan klien.
6
Fungsi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti sandang, pangan, dan papan, dan
kebutuhan lainnya melalui keefektifan sumber daya keluarga.
e. Fungsi biologis
Fungsi biologis bukan hanya ditujukan untuk meneruskn keturunan tetapi untuk memelihara dan
membesarkan anak untuk kelanjutan generasi selanjutnya.
f. Fungsi psikologis
Fungsi psikologis terlihat bagaimana keluarga memberikan kasih saying dan rasa aman/
memberikan perhatian diantara anggota keluarga, membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
dan memberikan identitas keluarga.
g. Fungsi pendidikan
Fungsi pendidikan diberikan keluarga dalam rangka memberikan pengetahuan, keterampilan
membentuk perilaku anak, mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa mendidik anak sesuai dengan
tingkatan perkembangannya.
7
e. Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan, seperti kepercayaan
keluarga terhadap petugas kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan, keberadaan fasilitas
kesehatan yang ada, keuntungan keluarga terhadap penggunaan fasilitas kesehatan, apakah
pelayanan kesehatan terjangkau oleh keluarga, adakah pengalaman yang kurang baik yang
dipersepsikan keluarga.
8
Menderita kurang gizi atau anemia.
Primipara / Multipara.
Menderita Hipertensi.
Riwayat persalinan dengan komplikasi.
c. Keluarga dimana anak menjadi resiko tinggi
Lahir premature.
BB suka naik.
Lahir dengan cacat bawaan.
Asi kurang.
Ibu menderita penyakit menular.
d. Keluarga mempunyai masalah dalam hubungan antara anggotanya.
Anak yang tidak kehendaki dan pernah dicoba untuk digugurkan.
Tidak ada kesesuaian pendapat antara anggota keluarga dan seringtimbul cecok dan
ketegangan.
Ada anggota keluarga yang serig sakit.
Salah satu orang tua meninggal, cerai atau lari dari tanggung jawab.
9
1. Keluarga merupakan bagian dari masyarakat yang dapat dijadikan sebagai gambaran
manusia
2. Perilaku keluarga dapat menimbulkan masalah kesehatan, tetapi dapat pula mencegah
masalah kesehatan dan menjadi sumber daya pemecah masalah kesehatan.
3. Masalah kesehatan di dalam keluarga akan saling memengaruhi terhadap individu dalam
keluarga
4. Keluarga merupakan lingkungan yang serasi untuk mengembangkan potensi tiap individu
dalam keluarga
5. Keluarga merupakan pengambil keputusan dalam mengatasi masalah
6. Keluarga merupakan saluran yang efektif dalam menyalurkan dan mengembangkan
kesehatan kepada masyarakat.
Hambatan – hambatan yang sering dihadapi dalam memecahkan masalah kesehatan.
1. Pendidikan keluarga rendah.
2. Keterbatasan sumber daya keluarga (keuangan sarana dan prasarana).
3. Kebiasaan yang melekat.
4. Sosial budaya yang tidak menunjang.
10
d. Tingkat keperawatan keluarga level IV
1. Seluruh keluarga dipandang sebagai klien dan menjadi fokus utama dari pengkajian dan
perawatan
2. Keluarga menjadi fokus dan individu sebagai latar belakang
3. Keluarga dipandang sebagai interaksi system
4. Fokus intervensi : dinamika internal keluarga, hubungan dalam keluarga, struktur dan
fungsi keluarga, hubungan subsistem keluarga dengan lingkungan luar.
1.1.11 Kriteria keluarga mandiri
Keluarga mandiri adalah keluarga yang mengetahui dengan kriteria :
a. Keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda dan gejala dari masalah kesehatan yang ada
b. Keluarga dapat menyebutkan faktor penyebab masalah kesehatan
c. Keluarga dapat menyebebutkan faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan
d. Keluarga memiliki persepsi yang positif terhadap masalah keluarga, mau mengambil
keputusan untuk mengatasi masalah
e. Masalah kesehatan dirasakan keluarga
f. Keluarga dapat mengungkapkan/menyebutkan akibat dari masalah kesehatan tersebut
g. Keluarga dapat membuat keputusan yang tepat tentang penanganan masalah kesehatan
tersebut
h. Keluarga mampu menggali dan memanfaatkan sumber daya dan fasilitas yang diperlukan
untuk perawatan
i. Keluarga dapat terampil melaksanakan perawatan pada anggota keluarga
j. Keluarga mampu memodifikasi lingkungan yang mendukung kesehatan.
Catatan :
Apabila keluarga mampu menjawab kriteria 1-4 disebut keluarga mandiri I
Apabila keluarga mampu menjawab kriteria 5-7 disebut keluarga mandiri II
Apabila keluarga mampu menjawab kriteria 8-10 disebut keluarga mandiri III
11
sangat penting. Perawat hanya memberikan perawatan dalam waktu yang terbatas, sedangkan
perawatan yang dilakukan di rumah merupakan tanggung jawab dari keluarga. Oleh karena
itu, pendidikan kesehatan menjadi intervensi yang utama dalam perawatan di rumah.
2. Dokumentasi
Pendokumentasian yang dilakukan selama perawatan di rumah sangat penting untuk melihat
kemajuan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan yang dialaminya.
3. Koordinasi antara pelayanan dan manajemen kasus
Perawat bertanggung jawab untuk mengoordinasikan para professional lain dalam
memberikan pelayanan kepada keluarga. Fokus peran perawat menjadi manager kasus adalah
kemampuan untuk mengkaji kebutuhan, menentukan prioritas kebutuhan,
mengidentifikasikan cara memenuhi kebutuhan, dan mengimplementasikan rencana yang
telah disusun.
4. Menentukan frekuensi dan lama perawatan
Frekuensi kunjungan adalah kekerapan kunjungan yang dilakukan selama periode waktu
tertentu, sedangkan lama perawatan adalah lamanya waktu perawatan yang dilakukan di
rumah.
5. Advokasi
Peran perawat sebagai penasihat berhubungan dengan masalah pembayaran yang terkait
dengan pelayanan yang diberikan.
12
b) Data demografi : umur,jenis kelamin, kedudukan dalam keluarga.
c) Tempat tinggal masing-masing anggota keluarga,
d) Macam struktur anggota keluarga apakah matrikat,patrikat berkumpul atau menyebar.
e) Anggota keluarga yang menonjol dalam pengambilan keputusan.
f) Hubungan dengan anggota keluarga termasuk dalam perselisihan yang nyata ataupun
tidak nyata.
g) Kegiatan dalam hidup sehari-hari,kebiasaan tidur,kebiasaan makan dan penggunaan
waktu senggang
b) Faktor sosial budaya dan ekonomi
a) Pekerjaan
b) Penghasilan
c) Kesanggupan untuk memenuhi kebutuhan primer
d) Jam kerja ayah dan ibu
e) Siapa yng menentukan keuangan dan penggunaannya
c) Faktor lingkungan
(1) Perumahan
Luas rumah
Pengaturan dalam rumah
Persediaan sumber air
Adanya bahan kecelakaan
Pembuangan sampah
(2) Macam lingkungan / daerah rumah
(3) Fasilitas social dan lingkungan
(4) Fasilitas transportasi dan kesehatan
d) Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan dari tiap anggota keluarga
b) Upaya pencegahan terhadap penyakit
c) Sumber pelayanan kesehatan
d) Perasepsi keluarga terhadap peran pelayanan dari petugas kesehatan.
e) Pengalaman yang lalu dari petugas kesehatan.
e) Cara Pengumpulan Data
a) Oservasi langsung : dapat mengetahui keadaan secara langsung.
b) Wawancara
2. Analisa Data
13
Analisa data bertujuan untuk mengetahui masalah kesehatan yang dialami oleh keluarga. Dalam
menganalisis data dapat menggunakan Typologi masalah dalam family health care. Permasalahan dapat
dikategorikan sebagai berikut :
a) Ancaman kesehatan adalah : keadaan yang dapat memungkinkan terjadinya
penyakit,kecelakaan atau kegagalan dalam mencapai potensi kesehatan.
Contoh :
a) Riwayat penyakit keturunan dari keluarga seperti hipertensi.
b) Masalah nutrisi terutama dalam pengaturan diet.
14
- Rendah 1
4 Menonjolnya Masalah
- Segera 2 1
- Tidak Perlu Segera 1
- Tidak Dirasakan 0
Total
Skoring :
1. Tentukan skor untuk tiap kriteria
2. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikanlah dengan bobot
𝑠𝑘𝑜𝑟
× 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 =
𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖
3. Jumlahkanlah skor untuk semua criteria ,skor tertinggi 5 sama dengan seluruh bobot
b. Penjajakan pada tahap kedua
Tahap ini menggambarkan sampai dimana keluarga dapat melaksanakan tugas-tugas kesehatan yang
berhubungan dengan ancaman kesehatan,kurang atau tidak sehat dan krisis yamg dialami oleh keluarga
yang didapat pada penjajakan tahap pertama. Pada tahap kedua menggambarkan ketidak mampuan
keluarga untuk melaklasanakan tugas-tugas kesehatan serta cara pemecahan masalah yang dihadapi
dengan penegakan diagnosa.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon individu pada masalah kesehatan baik yang aktual maupun
potensial. Masalah aktual adalah masalah yang diperoleh pada saat pengkajian, sedangkan masalah
potensial adalah masalah yang mungkin timbul kemudian (ANA). Jadi diagnosa keperawatan adalah
suatu pernyataan yang jelas, padat dan pasti tentang status dan masalah kesehatan yang dapat diatasi
dengan tindakan keperawatan. Dengan demikian diagnosis keperawatan ditetapkan berdasarkan masalah
yang ditemukan. Diagnosa keperawatan akan memberi gambaran masalah dan status kesehatan
masyarakat baik yang nyata (aktual), dan yang mungkin terjadi (potensial). Diagnosa keperawatan
mengandung komponen utama yaitu problem (masalah), etiologi (penyebab), sign atau symtom (tanda
gejala) (Mubarak, 2010).
2.2.3 Perencanaan
Rencana keperawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan keperawatan yang ditentukan oleh
perawat untuk dilaksanakan dalam memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang telah
diidentifikasi (Setiawati, 2007).
15
2.2.4 Pelaksanaan
Pelaksanaan asuhan keperawatan pada anggota keluarga yang menderita hipertensi sesuai rencana
yang telah disusun. Pada peleksanaan asuhan keperawatan keluarga dapat dilaksanakan antara lain :
1. Deteksi dini kasus baru.
2. Kerja sama lintas program dan lontas sektoral.
3. Melakukan rujukan.
4. Bimbingan dan penyuluhan (Setiawati, 2007).
2.2.5 Evaluasi
Penilaian adalah tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai (out put) dan penilaian selalu
berkaitan dengan tujuan.Evaluasi juga dapat meliputi penilaian input dan proses. Evaluasi sebagai suatu
proses yang dipusatkan pada beberapa dimensi, yaitu;
1. Bila evaluasi dipusatkan pada tujuan kita memperhatikan hasil dari tindakan keperawatan.
2. Bila evaluasi digunakan pada ketepatgunaan (effisiensi ),maka dimensinya dapat dikaitkaan
dengan biaya.,waktu,tenaga dan bahan.
3. Kecocokan (Apprioriatenes) dari tindakan keperawatan adalah kesanggupan dari tindakan
keperawatan untuk mengatasi masalah.
4. Kecukupan (Adecuacy) dari tindakan keperawatan (Family Healty) (Suprajitno, 2015).
2.3.1 Pengertian
Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg
dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg. Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai
tekanan sistolik 160 mmhg dan tekanan diastolic 90 mmHg ( Smeltzer, 2009).
Menurut Price (2010) Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi
peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita yang mempunyai
sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat
diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi.
Hipertensi berasal dari dua kata yaitu hiper yang berarti tinggi dan tensi yang artinya tekanan
darah. Menurut American Society of Hypertension (ASH), pengertian hipertensi adalah suatu sindrom
atau kumpulan gejala kardiovaskuler yang progresif, sebagai akibat dari kondisi lain yang kompleks
dan saling berhubungan (Sani, 2008).
16
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan, hipertensi adalah peningkatan tekanan darah secara
kronis dan persisten dimana tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90
mmHg.
2.3.2 Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu: hipertensi esensial atau
hipertensi primer dan hipertensi sekunder.
a. Hipertensi essensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya disebut juga hipertensi
idiopatik. Terdapat sekitar 95 % kasus. Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti genetik,
lingkungan, hiperaktifitas susunan saraf simpatis, sistem renin angiotensin, defek dalam ekskresi Na,
peningkatan Na dan Ca interseluler, dan faktor-faktor yang risiko seperti obesitas, alkohol, merokok.
b. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal, penyebab spesifiknya diketahui seperti penggunaan
estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskuler renal, hipertensi aldosteronisme primer, dan sindrom
chusing, feokromositoma, koarkfasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan dan lain-
lain.(Mansjoer, Arif dkk, 2011)
2.3.2 Penyebab
Tekanan sistolik dan diastolik dapat bervariasi pada tingkat individu. Namun disepakati bahwa
hasil pengukuran tekanan darah yang lebih besar dari 140/90 mmHg adalah hipertensi (WHO, 1999 dan
JNC, 2007). Tabel pengklasifikasian hipertensi dapat dilihat dibawah ini :
Tabel 1 Klasifikasi Hipertensi menurut WHO
Hipertensi
17
2.3.3 Tanda dan Gejala
1. Sakit kepala
2. Kelelahan
3. Mual
4. Muntah
5. Sesak nafas
6. Gelisah
2.3.4 Faktor Resiko Hipertensi
Faktor yang dapat dikendalikan atau dimodifikasi
a. Keturunan/ genetik
b. Usia
c. Jenis kelamin
d. Ras/ etnis
Faktor yang dapat dikendalikan atau dimodifikasi
a. Makan berlebihan
b. Obesitas
c. Tidak berolahraga
d. Merokok
e. Minum alcohol
f. Pola hidup yang salah
2.3.5 Bahaya Hipertensi
Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, naik secara langsung maupun secara tidak
langsung. Kerusakan organ target yang umum ditemui pada pasien hipertensi adalah:
1. Jantung
-Hipertrofi ventrikel kiri
-Angina atau infark miokardium
-Gagal jantung
a. Penyakit arteri perifer
b. Retinopati
Beberapa penelitian menemukan bahwa penyebab kerusakan organ-organ tersebut dapat melalui
akibat langsung dari kenaikan tekanan darah pada organ, atau karena efek tidak langsung, antara lain
adanya autoantibodi terhadap reseptor ATI angiotensin II, stress oksidatif, down regulation dari ekspresi
nitric oxide synthase, dan lain-lain. Penelitian lain juga membuktikan bahwa diet tinggi garam dan
18
sensitivitas terhadap garam berperan besar dalam timbulnya kerusakan organ target, misalnya kerusakan
pembuluh darah akibat meningkatnya ekspresi transforming growth factor-β (TGF-β) (Yogiantoro, 2008).
Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, naik secara langsung maupun secara tidak
langsung. Kerusakan organ target yang umum ditemui pada pasien hipertensi adalah:
c. Penyakit ginjal kronis
d. Jantung
- Hipertrofi ventrikel kiri
- Angina atau infark miokardium
- Gagal jantung
e. Otak
- Strok
- Transient Ischemic Attack (TIA)
f. Penyakit arteri perifer
2.3.6 Cara Pencegahan
Pencegahan Hipertensi dapat dilakukan sendiri dengan :
a. Hindari Obesitas
b. Hindari merokok
c. Usahakan pikiran selalu tenang dan santai
d. Berolahraga secara teratur
e. Sering memakan buah-buahandansayuran
f. Kurangi minuman yang mengandung kafein (Kopi)
g. Hindari minuman beralkohol
h. Kurangi makanan yang banyak mengandung garam (Asin)
i. Rutin Kontrol ke tenaga kesehatan terdekat jika memang mempunyai riwayat hipertensi
j. Konsumsi sayuran
k. Konsumsi buah-buahan
l. Kunsumsi kedelai
2.3.7 Komplikasi
Penyakit Jantung Koroner disebabkan karena timbul plak pada pembuluh darah koroner
(atherosklerosis). Bila terjadi gangguan pada plak (pecah), maka dapat terjadi sumbatan pada pembuluh
darah koroner yang menyebabkan serangan jantung dan kematian mendadak. Penderita penyakit jantung
koroner biasanya mengeluhkan nyeri dada seperti tertimpa benda berat pada bagian tengah dada dan
19
dapat menjalar ke lengan kiri. Gagal Jantung terjadi karena otot jantung mengalami beban yang berat
sehingga otot jantung menjadi hipertrofi, yang dikenal sebagai Penyakit Jantung Hipertensi. Bila proses
terus berlanjut dan otot jantung sudah kelelahan, terjadilah gagal jantung.
2. Stroke.
Hipertensi dapat menyebabkan atherosklerosis pada pembuluh darah otak atau pecahnya pembuluh
darah otak bila tekanan darah naik secara tiba-tiba. Bila pembuluh darah otak tersumbat terjadi stroke
iskemik. Sedangkan bila pembuluh darah otak pecah, terjadi stroke perdarahan. Gejala stroke
bervariasi mulai dari berbicara pelo secara tiba-tiba, kelumpuhan satu sisi tubuh mendadak, bahkan
kematian. Penderita stroke pada umumnya membutuhkan waktu yang lama untuk mengembalikan
fungsi otot yang lumpuh, sebagian lagi kelumpuhan otot bersifat permanen.
3. Gagal ginjal
Tekanan darah tinggi dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan gagal ginjal kronik.
Gagal ginjal kronik terjadi perlahan-lahan tanpa disertai keluhan. Bila sudah sampai ke tahap akhir
penyakit, barulah keluhan muncul. Setelah keluhan muncul, maka fungsi ginjal yang rusak sudah tidak
dapat kembali ke normal. Orang yang mengalami gagal ginjal membutuhkan cuci darah (hemodialisis)
secara teratur 2-3 kali seminggu atau transplantasi ginjal (Smeltzer, 2009)
20
(4) Macam struktur anggota keluarga apakah matrikat,patrikat berkumpul atau
menyebar.
(5) Anggota keluarga yang menonjol dalam pengambilan keputusan.
(6) Hubungan dengan anggota keluarga termasuk dalam perselisihan yang nyata ataupun
tidak nyata.
(7) Kegiatan dalam hidup sehari-hari,kebiasaan tidur,kebiasaan makan dan penggunaan
waktu senggang
b) Faktor sosial budaya dan ekonomi
(1) Pekerjaan
(2) Penghasilan
(3) Kesanggupan untuk memenuhi kebutuhan primer
(4) Jam kerja ayah dan ibu
(5) Siapa yng menentukan keuangan dan penggunaannya
c) Faktor lingkungan
(1) Perumahan
(a) Luas rumah
(b) Pengaturan dalam rumah
(c) Persediaan sumber air
(d) Adanya bahan kecelakaan
(e) Pembuangan sampah
(2) Macam lingkungan / daerah rumah
(3) Fasilitas social dan lingkungan
(4) Fasilitas transportasi dan kesehatan
d) Riwayat kesehatan
(1) Riwayat kesehatan dari tiap anggota keluarga
(2) Upaya pencegahan terhadap penyakit
(3) Sumber pelayanan kesehatan
(4) Perasepsi keluarga terhadap peran pelayanan dari petugas kesehatan.
(5) Pengalaman yang lalu dari petugas kesehatan.
21
2. Analisa data
Analisa data bertujuan untuk mengetahui masalah kesehatan yang dialami oleh keluarga. Dalam
menganalisis data dapat menggunakan Typologi masalah dalam family healt care.
Permasalahan dapat dikategorikan sebagai berikut :
a) Ancaman kesehatan adalah : keadaan yang dapat memungkinkan terjadinya
penyakit,kecelakaan atau kegagalan dalam mencapai potensi kesehatan.
Contoh :
(1)Riwayat penyakit keturunan dari keluarga seperti hipertensi
(2)Masalah nutrisi terutama dalam pengaturan diet
b) Kurang atau tidak sehat adalah : kegagalan dalam memantapkan kesehatan.
Contoh:
(1) Adakah didalam keluarga yang menderita penyakit hipertensi
(2) Siapakah yang menderita penyakit hipertensi
c) Krisis adalah : saat- saat keadaan menuntut terlampau banyak dari indivdu atau keluarga dalam
hal penyesuaian maupun sumber daya mereka.
Contoh :
Adakah anggota keluarga yang meninggal akibat hipertensi.
3. Penentuan prioritas masalah
Didalam menentukan prioritas masalah kesehatan keluarga menggunakan sistim scoring
berdasarkan tipologi masalah dengan pedoman sebagai berikut:
22
- Ssebagian 1
- Tidak dapat 0
3 Potensial Masalah untuk 1
dicegah
- Ttinggi 3
- Ccukup 2
- Rrendah 1
4 Menonjolnya Masalah 1
- Ssegera 2
- Ttidak perlu segera 1
- Ttidak dirasakan 0
Total
Skoring :
1. Tentukan skor untuk tiap criteria
2. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikanlah dengan bobot
𝑠𝑘𝑜𝑟
× 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 =
𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖
3. Jumlahkanlah skor untuk semua criteria ,skor tertinggi 5 sama dengan seluruh bobot
c. Penjajakan pada tahap kedua
Tahap ini menggambarkan sampai dimana keluarga dapat melaksanakan tugas-tugas kesehatan yang
berhubungan dengan ancaman kesehatan,kurang /tidak sehat dan krisis yamg dialami oleh keluarga yang
didapat pada penjajakan tahap pertama.
Pada tahap kedua menggambarkan ketidak mampuan keluarga untuk melaklasanakan tugas-tugas
kesehatan serta cara pemecahan masalah yang dihadapi .
Karena ketidakmampuan keluarga dalam melaksanakan tugas-tugas kesehatan dan
keperawatan,maka dapat dirumuskan diagnosa keperawatan secara umum pada keluarga yang menderita
penyakit hipertensi antara lain :
1) Ketidak sanggupan keluarga mengenal masalah penyakit hipertensi berhubungan dengan
ketidaktahuan tentang gejala hipertensi
2) Ketidaksanggupan keluarga dalam mengambil keputusan dalam melaksanakan tindakan
yang tepat untuk segera berobat kesarana kesehatan bila terkena hipertensi berhubungan
dengan kurang pengetahuan klien/keluarga tentang manfaat berobat kesarana kesehatan
3) Ketidak mampuan merawat anggota keluarga yang sakit berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan tentang penyakit hipertensi ,cara perawatan dan sifat penykit hipertensi .
23
4) Keitdaksanggupan memelihara lingkungan rumah yang dapat mempengaruhi kesehatan
keluarga berhubungan dengan tadak dapat melihat keuntungan dan manfaat pemeliharaan
lingkungan serta kitidaktahuan tentang usaha pencegahan penyakit hipertensi.
5) Ketidakmampuan menggunakan sumber yang ada di masyarakat guna memelihara
kesehatan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien dan keluarga tersedianya
fasilitas kesehatan seperti JPS.,dana sehat dan tidak memahami manfaatnya.
Adapun diagnosa keperawatan yang berhubungan pengaturan diet pada klien hipertensi adalah :
1) Ketidaktahuan mengenal masalah nutrisi sebagai salah satu penyebab terjadinya
hipertensi adalah berhubungan dengan kurangnya pengetahuan cara pengaturaan diet
yang benar.
2) Ketidak sanggupan keluarga memilih tindakan yang tepat dalam pengaturan diet bagi
penderita hipertensi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang cara
pengaturan diet yang benar.
3) Ketidakmampuan untuk penyediaan diet khusus bagi klien hipertensi berhubungan
dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang cara pengolahan makanan dalam
jumlah yang tepat.
4) Ketidakmampuan meenyediakan makanan rendah garam bagi penderita hipertensi
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dan kebiasaan sehari-hari yang
mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung garam
5) Ketidaktahuan menggunakan manfaat tanaman obat keluarga berhubungan dengan
kurangnya pengetahan tentang manfaat tanaman obat tersebut.
4. Perencanaan
Rencana keperawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan keperawatan yang ditentukan oleh
perawat untuk dilaksanakan dalam memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang telah
diidentifikasi (Nasrul Effendi,1998 : 54 )
Rencana tindakan dari masing –masing diagnosa keperawatan khusus diet pada klien hipertensi adalah :
a. Ketidakmampuan mengenal masalah nutrisi sebagai salah satu penyebab terjadinya hipertensi
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang cara pengaturan diet yang benar.
1) Tujuan
Keluarga mampu mengenal cara pengaturan diet bagi anggota keluarga yang menderita penyakit
hipertensi.
2) Kriteria hasil
a) Keluarga mampu menyebutkan secara sederhana batas pengaturan diet bagi anggota
kelurga yng menderita hipertensi.
24
b) Keluarga dapat memahami danmampu mengambil tindakan sesuai anjuran.
3) Rencana tindakan
a) Beri penjelasan kepada keluarga cara pengaturan diet yang benar bagi penderita
hipertensi.
b) Beri penjelasan kepada klien dan keluarga ,bagaiman caranya menyediakan makan-
makanan rendah garam bagi penderita hipertensi .
4) Rasional
a) Dengan diberikan penjelasan diharapkan keluarga menimbulkan peresepsi yang
negatip sehingga dapat dijadikan motivasi untuk mengenal masalah khususnya nutrisi
untuk klieh hiperetensi
b) Dengan diberikan penjelasan keluarga mampu menyajikan makanan yang rendah
garam.
b. Ketidakmampuan dalam mengambil keputusan untuk mengatur diet terhadap anggota keluarga
yang menderita hipertensi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang
manfaat dari pengaturan diet
1) Tujuan :
Keluarga dapat memahami tentang manfaat pengaturan diet untuk klien hipertensi
2) Kriteria hasil :
a) Keluarga mampu menjelaskan tentang manfaat pengaturan diet bagi klien hiperetensi
b) Keluarga dapat menyediakan makanan khusus untuk klien hipertensi
3) Rencana tindakan :
a) Beri penjelasan kepada keluarga tentang manfaat pengaturan diet untuk klien
hipertensi.
b) Beri penjelasan kepada keluarga jenis untuk klien hipertensi.
4) Rasionalisasi
a) Dengan diberi penjelasan diharapkan keluarga mampu melaksanakan cara pengaturan
diet untuk klien hipertensi
b) Keluarga diharapkan mengetahui jenis makanan untuk penderita hipertensi.
a. Ketidakmampuan keluarga untuk menyediakan diet khusus bagi penderita hipertensi
berhubungan kurangnya pengetahuan tentang cara pengolahan makanan dalam jumlah yang
benar .
1) Tujuan
Keluarga mampu menyediakan diet khusus untuk penderita hipertensi.
25
2) Kriteria hasil
a) Kilen dan keluarga mampu menyediakan diet khusus untuk penderita hipertensi.
b) Keluarga mampu menyajikan makanan dalam jumlah yang tepat bagi klien hipertensi.
3) Rencana tindakan
a) Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga cara pengolahan makanan untuki klien
hipertensi.
b) Beri penjelasan kepada klien dan keluarga jumlah makanan yang dikonsumsi oleh
klien hipertensi.
c) Beri contoh sederhana kepada klien dan keluarga untuk memnbuat makanan dengan
jumlah yang tepat.
4) Rasionalisasi.
a) Dengan diberikan penjelasan diharapkanklien dan keluarga dapat cara pengolahan
makanan untuk klien hipertensi.
b) Diharapkan klien dapat mengkonsumsi makanan sesuai yang dianjurkan.
c) Dengan diberikan contoh sederhana caara membuat makanan dalam jumlah yang tepat
kilen dan keluarga mampu menjalankan /melaksanakaannya sendiri.
b. Ketidakmampuan menyediakan makanan rendah garam bagi penderita hipertensi berhubungan
dengan kurang pengetahuan dan kebiasaan sehari-hari yang mengkonsumsi makanan yang
banyak mengandung garam.
1) Tujuan
Seluruh anggota keluarga membiasakan diri setiap hari mengkonsumsi makanan yang rendah garam.
2) Kriteria Hasil
a) Klien dan keluarga dapat menjelaskan manfaat makanan yang rendah garam
b) Klien dan keluarga dapat menjelaskan jenis makanan yang banyak mengandung garam.
c) Klien dan keluarga mau berubah kebiasaan dari mengkonsumsi makanan yang banyak
mengandung garam.
3) Rencana Tindakan
a) Beri penjelasan kepada klien dan keluarga tentang pengaruh garan terhadap klien
hipertensi.
b) Beri penjelasan kepada klien dan keluarga jenis makana yang banyak mengandung
garam.
c) Beri motivasi kepada klien dan keluarga bahwamereka mampu untuk merubah
kebiasaan yang kurang baik tersebut yang didasari padea niat dan keinginan untuk
merubah.
26
4) Rasional
a) Diharapkan klien dan keluarga memahami dan mengerti tentang pengaruh garam
terhadap klien hipertensi
b) Diharapkan klien dan keluarga dapat menghindari makanan yang banyak mengandung
garam.
c) Dengan diberi motivasi diharapkan klien dan kelarga mau merubah sikapnya dari yang
tidak sehat menjadi sehat
c. Ketidakmampuan menggunakan sumber pemanfaatan tanaman obat keluarga berhubungan
dengan kurang pengetahuan guna dari tanaman obat keluarga.
1) Tujuan
Diharapkan klien dan keluarga mampu memanfaatkan sumber tanaman obat keluarga.
2) Kriteria hasil
Klien dan keluarga dapat menyebutkan tanaman obat yang dapat membantu untuk pengobatan hipertensi
3) Rencana tindakan
a) Beri penjelasan kepada klien dan keluarga manfaat Toga.
b) Beri penjelasan kepada klien keluarga macam dan jenis tumbuhan /tanaman yang dapat
membantu menurunkan tekanan darah
c) Anjurkan kepada kepada klien dan keluarga agar berusaha memiliki tanaman obat
keluarga .
4) Rasional
a) Agar klien dan keluarga dapat memahami manfaat Toga.
b) Klien dan keluarga dapat mengetahui jenis tanaman yang dapat menurunkan tekanan
darah.
c) Dengan memiliki Toga sendiri klien dapat mengkonsumsi tanaman obat tersebut kapan
saja diperlukan.
5) Pelaksanaan
Pelaksanaan asuhan keperawatan pada anggota keluarga yang menderita hipertensi sesuai rencana yang
telah disusun.
Pada peleksanaan asuhan keperawatan keluarga dapat dilaksanakan antara lain :
a) Deteksi dini kasus baru.
b) Kerja sama lintas program dan lontas sektoral
c) Melakukan rujukan
d) Bimbingan dan penyuluhan.
5. Evaluasi
27
Penilaian adalah tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai (out put ) dan penilaian selalu
berkaitan dengan tujuan.Evaluasi juga dapat meliputi penilaian input dan porses.
Evaluasi sebagai suatu proses yang dipusatkan pada beberapa dimensi ;
a) Bila evaluasi dipusatkan pada tujuan kita memperhatikan hasil dari tindakan keperawatan.
b) Bila evaluasi digunakan pada ketepatgunaan (effisiensi ),maka dimensinya dapat dikaitkaan
dengan biaya.,waktu,tenaga dan bahan.
c) Kecocokan (Apprioriatenes ) dari tindakan keperawatan adalah kesanggupan dari tindakan
d) keperawatan untuk mengatasi masalah.
e) Kecukupan (Adecuacy) dari tindakan keperawatan (Family Healty)
Istilah dewasa berasal dari bahasa Latin, yaitu adultus yang berarti tumbuh menjadi kekuatan dan
ukuran yang sempurna atau telah menjadi dewasa. Seseorang dikatakan dewasa adalah apabila dia
mampu menyelesaikan pertumbuhan dan menerima kedudukan yang sama dalam masyarakat atau orang
dewasa lainnya (Pieter & Lubis, 2010). Seseorang dikatakan dewasa apabila telah sempurna pertumbuhan
fisiknya dan mencapai kematngan psikologis sehingga mampu hidup dan berperan bersama-sama orang
dewasa lainnya (Mubin & Cahyadi, 2016).
Menurut Erikson dalam Upton (2012), usia dewasa dibagi menjadi tiga tahap antara lain:
Menurut Anderson dalam Mubin & Cahyadi (2016), seseorang yang sudah dewasa memiliki ciri-
ciri sebagai berikut:
28
1. Berorientasi pada tugas, bukan pada diri atau ego
6. Bertanggung jawab
7. Dapat menyesuaikan diri dengan keadaan-keadaan yang realistis dan yang baru
Ada tiga tahapan perkembangan psikososial pada usia dewasa antara lain:
1. Keintiman vs isolasi (intimacy versus isolation) adalah tantangan pada usia dewasa muda, hal
terpenting pada tahap ini adalah adanya suatu hubungan (Erikson 1902- 1994 dalam Wade & Tavris,
2008). Masa dewasa awal (young adulthood) ditandai adanya kecenderungan intimacy dan isolation. Pada
tahap ini individu sudah mulai selektif membina hubungan yang intim, hanya dengan orang-orang
tertentu yang sepaham. Jadi pada tahap ini timbul dorongan untuk membentuk hubungan yang intim
dengan orang-orang tertentu, dan kurang akrab atau renggang dengan orang lainnya.
Pemahaman dalam kedekatan dengan orang lain mengandung arti adanya kerjasama yang terjalin
dengan orang lain. Akan tetapi, peristiwa ini akan memiliki pengaruh yang berbeda apabila seseorang
dalam tahap ini tidak mempunyai kemampuan untuk menjalin relasi dengan orang lain secara baik
sehingga akan tumbuh sifat merasa terisolasi. Adanya kecenderungan maladaptif yang muncul dalam
periode ini ialah rasa cuek, dimana seseorang sudah merasa terlalu bebas, sehingga mereka dapat berbuat
sesuka hati tanpa memedulikan dan merasa tergantung pada segala bentuk hubungan misalnya dalam
hubungan dengan sahabat, tetangga, bahkan dengan orang kekasih kita. Sementara dari segi lain
(malignansi) akan terjadi keterkucilan, yaitu kecenderungan orang untuk mengisolasi atau menutup diri
sendiri dari cinta, persahabatan, dan masyarakat, selain itu dapat juga muncul rasa benci dan dendam
sebagai bentuk dari kesendirian dan kesepian yang dirasakan.
Orang dewasa muda perlu membentuk hubungan dekat dan cinta dengan orang lain. Cinta yang
dimakdsud tidak hanya mencakup hubungan dengan kekasih namun juga hubungan dengan orang tua,
tetangga, sahabat, dan lain-lain. Ritualisasi yang terjadi pada tahap ini yaitu adanya afilisiasi dan elitism.
Afilisiasi menunjukkan suatu sikap yang baik dengan mencerminkan sikap untuk mempertahankan cinta
29
yang dibangun dengan sahabat, dan kekasih. Sedangkan elitisme menunjukkan sikap yang kurang terbuka
dan selalu menaruh curiga terhadap orang lain. Keberhasilan memunculkan hubungan kuat, sedangkan
kegagalan menghasilkan kesepian dan kesendirian (Erikson dalam Sumanto, 2014).
2. Generativitas vs stagnasi (generativity versus stagnation) adalah tantangan pada masa paruh
baya. Generativitas adalah perluasan cinta ke masa depan (Erikson 1902- 1994 dalam Wade & Tavris,
2008). Pada tahap ini salah satu tugas untuk dicapai ialah dapat mengabdikan diri guna keseimbangan
antara sifat melahirkan sesuatu (generativitas) dengan tidak berbuat apa-apa (stagnansi). Orang dewasa
perlu menciptakan atau memelihara hal-hal yang akan menjadi penerus hidup mereka, kerap dengan
memiliki anak atau menciptakan suatu perubahan positif yang memberi manfaat bagi orang lain. Melalui
generativitas akan dapat dicerminkan sikap memerdulikan orang lain, sedangkan stagnasi yaitu pemujaan
terhadap diri sendiri atau digambarkan dengan tidak perduli dengan siapa pun.
Maladaptif yang kuat akan menimbulkan sikap terlalu perduli, sehingga mereka tidak punya
waktu untuk mengurus diri sendiri. Selain itu malignansi yang ada adalah penolakan, dimana seseorang
tidak dapat berperan secara baik dalam lingkungan kehidupannya akibat dari semua itu kehadirannya di
tengah-tengah area kehidupannya kurang mendapat sambutan yang baik. Harapan yang ingin dicapai pada
masa ini yaitu terjadinya keseimbangan antara generativitas dan stagnasi guna mendapatkan nilai positif.
Ritualisasi dalam tahap ini meliputi generasional dan otoritisme.
Generasional ialah suatu interaksi/hubungan yang terjalin secara baik dan menyenangkan antara
orang-orang yang berada pada usia dewasa dan para penerusnya. Sedangkan otoritisme yaitu apabila
orang dewasa merasa memiliki kemampuan yang lebih berdasarkan pengalaman yang mereka alami serta
memberikan segala peraturan yang ada untuk dilaksanakan secara memaksa, sehingga hubungan di antara
orang dewasa dan penerusnya tidak akan berlangsung dengan baik dan menyenangkan (Erikson dalam
Sumanto, 2014). Keberhasilan mendorong perasaan kebergunaan dan pencapaian, sedangkan kegagalan
menghasilkan keterlibatan yang rendah di dunia (Upton, 2012).
3. Integritas ego vs keputusasaan (ego integrity versus despair) adalah tantangan akhir dari masa
lanjut usia (Erikson 1902-1994 dalam Wade & Tavris, 2008). Hal terpenting pada masa ini ialah adanya
refleksi atas kehidupan. Saat beranjak tua, orang berusaha mencapai tujuan akhir yaitu kebijaksanaan,
ketenangan spiritual, dan penerimaan dalam hidup. Orang dewasa akhir perlu melihat ke belakang dalam
kehidupan mereka dan merasakan suatu rasa pemenuhan. Keberhasilan tahap ini mendorong perasaan
arif, sedangkan kegagalan menghasilkan penyesalan, kepahitan, dan keputusasaan (Upton, 2012).
30
2.5.5 Perubahan Pada Usia Dewasa Awal
Perubahan fisik
Pada fase dewasa awal kesehatan fisik mencapai puncaknya terutama pada usia 23-27 tahun.
Kesehatan fisik berada dalam keadaan baik serta kekuatan tenaga dan motorik mencapai masa puncak
(Mubin & Cahyadi, 2006). Menurut potter & Perry (2009), orang dewasa awal biasanya sangat aktif,
jarang mengalami penyakit parah (jika dibandingkan kelompok usia tua), cenderung mengabaikan gejala
fisik, dan sering menunda pencarian pelayanan.
Perubahan Kognitif
Kemampuan berpikir kritis meningkat secara teratur selama usia dewasa awal dan pertengahan.
Pengalaman pendidikan formal dan informal, pengalaman hidup, dan kesempatan untuk bekerja dapat
meningkatkan konsep diri, kemampuan menyelesaikan masalah, dan keterampilan motorik individu.
Mengenali bidang pekerjaan yang sesuai merupakan tugas utama individu dewasa awal. Saat individu
mengetahui keterampilan, bakat, dan karakteristik personal mereka, maka pilihan pendidikan dan
pekerjaan akan menjadi mudah dan lebih memuaskan. Proses pengambilan keputusan dalam masa dewasa
awal harus bersifat fleksibel. Hal ini disebabkan karena masa dewasa awal terus berkembang dan harus
terlibat dalam perubahan dalam perubahan rumah, tempat kerja. Dan tempat tinggal pribadi. Orang muda
meresa lebih aman dengan perannya serta lebih fleksibel dan terbuka terhadap perubahan. Individu yang
merasa tidak aman cenderung mengalami kesulitan dalam membuat keputusan (Potter & Perry, 2009 ).
Perubahan Psikososial
Kesehatan emosi pada masa dewasa awal berhubungan dengan kemampuan individu untuk
menempatkan dan memisahkan antara tugas pribadi dan tugas sosial. Dewasa awal biasanya terperangkap
antara keinginan untuk memperpanjang rasa tidak tanggung jawabnya sewaktu remaja, tetapi juga ingin
dianggap sebagai orang dewasa. Di antara usia 23-28 tahun, individu mulai memperbaiki persepsi diri dan
kemampuannya untuk akrab dengan orang lain. Di usia 29-34 tahun, individu mengarahkan banyak energi
pada pencapaian dan penguasaan dunia sekitar. Sedangkan usia 35-43 tahun merupakan waktu ujian
terkuat dalam mencapai tujuan dan hubungan hidup. Individu membuat perubahan dalam diri sosial, dan
tempat kerjanya. Biasanya stres akibat ujian yang berulang bisa menyebabkan krisis paruh baya atau
midlife crisis, dimana terjadi perubahan pada pasangan pernikahan, gaya hidup, dan pekerjaan. Perubahan
psikososial yang terjadi pada usia dewasa awal dapat dilihat dari beberapa aspek antara lain:
1. Karier
31
Keberhasilan dalam pekerjaan merupakan hal penting bagi kehidupan pria dan wanita.
Keberhasilan kerja tidak hanya berupa keamanan segi ekonomi, tapi juga hubungan pertemanan,
kehidupan sosial , dan penghargaan terhadap rekan kerja. Jumlah keluarga dengan dua karir (two-career
families) saat ini mengalami peningkatan. Jenis keluarga seperti ini memiliki keuntungan sekaligus
tanggung jawab. Selain adanya peningkatan keuangan keluarga, individu yang bekerja di luar rumah juga
dapat mengembangkan hubungan pertemanan, kegiatan, dan keinginan. Namun, kondisi tersebut juga
dapat menimbulkan stress yang disebabkan oleh perpindahan ke kota yang baru, peningkatan biaya,
mental, atau emosional, kebutuhan perawatan anak atau kebutuhan rumah tangga. Untuk menghindari
stres ini pasangan harus berbagi tanggung jawab. Bagi beberapa keluarga, penyelesaiaannya adalah
membatasi biaya rekreasi dan menggantinya dengan membayar seorang pembantu untuk melakukan
pekerjaan rumah.
2. Seksualitas
Perkembangan karakteristik seksual sekunder terjadi selama usia remaja. Perkembangan fisik
biasanya disertai dengan kemampuan untuk melakukan aktivitas seksual. Pada individu dewasa awal,
kemampuan fisik biasanya juga dilengkapi dengan kematangan emosional, sehingga lebih dapat
membangun keakraban dan kematangan hubungan seksual. Individu dewasa awal yang gagal mencapai
tugas perkembangan integrasi personal biasanya hanya dapat membangun hubungan yang tidak
mendalam dan sementara (Fortinash dan Holoday Worrer, 2004 dalam Potter & Perry, 2009).
3. Masa Lajang
Tekanan sosial untuk menikah tidak sebesar zaman dulu. Banyak individu dewasa awal yang tidak
menikah sampai akhir usia 20-an, awal usia 30-an, bahkan ada yang tidak sama sekali. Bagi individu yang
memutuskan untuk hidup melajang, maka yang menjadi bagian penting dalam hidupnya adalah orang tua
dan saudara kandungnya. Beberapa individu menjadikan teman dekat dan kerabatnya sebagai keluarga.
Salah satu penyebab meningkatnya populasi individu yang hidup melajang adalah karena semakin
luasnya kesempatan berkarier bagi wanita. Sebagian besar individu lajang memilih untuk hidup bersama
di luar pernikahan, menjadi orang tua biologis, atau melakukan adopsi.
Ketersediaan alat kontrasepsi saat ini memudahkan pasangan untuk memutuskan kapan akan
memulai membentuk sebuah keluarga. Salah satu faktor yang mempengaruhi keputusan ini adalah alasan
untuk memiliki anak. Tekanan sosial dapat mendorong pasangan untuk membatasi jumlah anak yang
32
mereka miliki. Pertimbangan ekonomi seringkali mempengaruhi proses pengambilan keputusan karena
memiliki dan membesarkan anak-anak membutuhkan biaya mahal. Status kesehatan umum dan lansia
juga mempengaruhi keputusan untuk menjadi orang tua, karena pasangan menunda pernikahan dan
kehamilan.
Kesehatan Psikososial
Masalah kesehatan psikososial pada individu dewasa awal biasanya berhubungan dengan
pekerjaan dan stressor dari keluarga. Stres dapat berguna karena dapat memotivasi klien untuk berubah.
Namun, jika stres berkepanjangan dan klien tidak mampu beradaptasi dengan stresor, maka akan
menimbulkan masalah kesehatan. Stres Pekerjaan. Stres pekerjaan dapat terjadi tiap hari atau dari waktu
kewaktu. Sebagian besar individu dewasa awal dapat mengatasi krisis tersebut. Stres pekerjaan dapat
terjadi saat datangnya seorang bos baru, batas waktu (deadline) sudah dekat, mendapatkan tanggung
jawab menjadi lebih besar. Stres individu juga dapat terjadi saat individu merasa tidak puas dengan
pekerjaan atau tanggung jawab yang diberikan. Karena individu menerima pekerjaan yang berbeda, maka
tipe stresor pekerjaan yang dihadapi tiap klien juga berbeda. Stres Keluarga. Karena perubahan hubungan
dan struktur dalam keluarga individu muda yang beragam, maka frekuensi terjadinya stres juga
meningkat. Stresor situasional terjadi pada peristiwa seperti kelahiran, kematian, sakit, pernikahan, dan
kehilangan pekerjaan. Stres biasanya terkait dengan beberapa variabel, termasuk pilihan karier suami/
istri dan penyebab disfungsi dalam keluarga individu dewasa awal. Setiap keluarga memiliki peran atau
tugas tertentu bagi anggotanya. Peran tersebut membuat keluarga dapat berfungsi dan menjadi bagian
yang efektif dalam masyarakat. Saat peran tersebut berubah akibat penyakit, maka krisis situasional dapat
terjadi (Potter & Perry, 2009).
Perubahan fisik
Banyak dari para dewasa madya mengalami kecemasan pada penampilan fisik yang pada akhirnya
akan mengganggu relasi dengan pasangannya (Pieter & Lubis, 2010). Perubahan yang paling terlihat
adalah rambut memutih, kulit keriput, dan penebalan pinggang. Sering sekali perubahan fisiologis selama
masa dewasa menengah berdampak pada konsep diri dan bentuk tubuh (Potter & Perry, 2009). Badan
yang kurang sehat dan cacat yang tidak dapat disembuhkan atau ditutup-tutupi sama berbahayanya bagi
penyesuaian diri pribadi dan sosial pada masa dewasa dini seperti masa kanak-kanak dan remaja. Orang
dewasa yang mempunyai hambatan fisik karena kesehatannya buruk tidak dapat mencapai keberhasilan
33
maksimum mereka dalam pekerjaan atau pergaulan sosial. Sebagai akibatnya mereka selalu frustasi,
semakin sering mereka melihat orang yang sebenarnya berpotensi kurang dari mereka berhasil, semakin
besar rasa frustasi mereka (Hurlock, 1980). Beberapa perubahan lainnya dapat terjadi antara lain; mulai
terjadinya proses menua secara gradual, mulai menurunnya kekuatan fisik, fungsi motorik dan sensoris,
terjadinya perubahan-perubahan seksual. Kaum laki-laki mengalami climacterium dan wanita mengalami
menopause (Mubin & Cahyadi, 2006).
Perubahan Kognitif
Perubahan fungsi kognitif pada individu dewasa menengah jarang terjadi, kecuali jika ada
penyakit atau trauma (Potter & Perry, 2009).
Perubahan Psikososial
Perubahan psikososial pada individu dewasa menengah melibatkan peristiwa yang diharapkan,
seperti anak-anak yang keluar dari rumah, sampai peristiwa yang tidak diharapkan, seperti perceraian atau
kematian seorang teman dekat. Perubahan psikososial yang terjadi pada usia dewasa menengah dapat
dilihat dari beberapa aspek antara lain:
1. Transisi Karier
Perubahan kaier terjadi karena pilihan atau perubahan di tempat kerja atau masyarakat. Pada
dekade terakhir, individu dewasa menengah cenderung berganti pekerjaan karena berbagai alasan, antara
lain keterbatasan pergerakan, penurunan peluang kerja, atau mencari pekerjaan yang lebih menantang.
Pada beberapa kasus pengurangan tenaga kerja, kemajuan teknologi atau perubahan lainnya mendorong
individu dewasa menengah untuk mencari pekerjaan baru. Bila tidak diantisipasi, perubahan tersebut
dapat menyebabkan stres yang mempengaruhi kesehatan, hubungan dengan keluarga, konsep diri, dan
dimensi lainnya.
2. Seksualitas
Setelah kepergian anak terakhir dari rumah, pasangan akan membangun kembali hubungan
mereka, mencari cara untuk meningkatkan kehidupan pernikahan dan kepuasan seksual selama usia
pertengahan.
34
3. Psikososial Keluarga
Beberapa faktor psikososial keluarga yang terkait pada dewasa menengah antara lain:
Beberapa individu dewasa menengah memilih untuktetap lajang, tetapi ada juga yang memilih
untuk menjadi orang tua baik secara biologis ataupun adopsi. Banyak individu dewasa menengah lajang
yang memiliki sanak keluarga tapi untuk membentuk sebuah keluarga dengan teman dekat atau teman
sekerja.
Terjadinya perubahan status pernikahan selama usia pertengahan adalah karena kematian
istri/suami, perpisahan, perceraian, dan pilihan untuk menikah atau tidak menikah lagi. Klien yang
berstatus janda, akibat perpisahan atau perceraian, mengalami periode berduka dan kehilangan yang
diperlukan untuk beradaptasi terhadap perubahan status pernikahan. Kesedihan yang normal berlansung
melalui serangkaian fase, dan resolusi kesedihan bisanya menghabiskan waktu hingga setahun atau lebih.
Kepergian anak terakhir dari rumah merupakan suatu stresor. Beberapa orang tua merasa senang
karena bebas dari tanggung jawab mengasuh anak, sedangkan sebagian lain merasa kesepian atau
kehilangan arah karena perubahan ini.
Banyak individu dewasa menengah terjepit antara tanggung jawab merawat anak-anak dan
merawat orang tua yang berusia lanjut dan sakit-sakitan. Selanjutnya individu dewasa menengah
menemukan diri mereka berada dalam generasi campuran, di mana tantangan untuk memberikan
perawatan menjadi penuh tekanan. Kebutuhan keluarga akan pemberi layanan kini terus meningkat.
Individu dewasa menengah dan orang tua berusia lanjut sering mengalami konflik prioritas berkaitan
dengan hubungan mereka, sedangkan individu lanjut usia berusaha untuk tetap tidak bergantung.
Sebagian besar orang dewasa paruh baya dan orang tua mereka memiliki hubungan yang dekat dan saling
mengasihi didasarkan kepada kontak yang sering terjadi dan bantuan yang bersifat mutual (Antonucci &
Akiyama, 1997; Bengtson, 2001 dalam Papalia, et al., 2013).
Kesehatan Psikososial
35
Ansietas. Ansietas adalah fenomena krisis kematangan yang berhubungan dengan perubahan,
konflik, dan kontrol terhadap lingkungan. Individu dewasa sering mengalami ansietas dalam merespon
perubahan fisiologis dan psikososial yang terjadi pada usia pertengahan. Ansietas memotivasi individu
dewasa untuk meninjau ulang tujuan hidup dalam menstimulasi produktivitas. Namun, bagi beberapa
individu dewasa, ansietas dapat memicu penyakit psikosomatik dan kematian. Pada kasus ini, individu
dewasa menengah memandang kehidupan sebagai waktu hidup yang tersisa. Secara jelas, penyakit yang
mengancam kehidupan, transisi pernikahan, atau stresor pekerjaan dapat meningkatkan ansietas klien dan
keluarganya. Depresi. Depresi adalah gangguan suasana hati yang dimanifestasikan dalam berbagai cara.
Meskipun lebih sering ditemukan pada usia antara 22-44 tahun, tetapi dapat ditemukan juga pada individu
dewasa pada usia pertengahan dan ditimbulkan oleh banyak faktor. Faktor resiko depresi adalah menjadi
wanita, kegagalan atau kehilangan di pekerjaan, sekolah, atau dalam hubungan keluarga, kepergian anak
terakhir dari rumah, dan riwayat keluarga. Individu yang mengalami depresi ringan menunjukkannya
dengan perasaan sedih, murung, putus asa, jatuh dalam kesedihan, dan penuh dengan air mata. Gejala
lainnya adalah gangguan pola tidur seperti sulit tidur (insomnia) atau tidur yang berlebihan (hipersomnia),
iritabilitas, perasaan tidak berguna, dan penurunan kewaspadaan. Perubahan fisik seperti penurunan atau
penambahan berat badan, sakit kepala, atau selalu merasa lelah walaupun telah beristirahat juga
merupakan gejala depresi. Individu yang mengalami depresi pada usia pertengahan biasanya mengalami
ansietas dengan intensitas sedang sampai berat dan mengalami keluhan fisik. Perubahan suasana hati dan
depresi biasanya terjadi saat menopause. Penyalagunaan alkohol atau obat dapat membuat depresi
semakin berat.
36
Nama Puskesmas Puskesmas Kenjeran No. Register 3578290101086985
Nama Perawat Baitsah Rahmah Tanggal Pengkajian 27 September 2017
A. DATA KELUARGA
Nama Kepala Keluarga Tn.M Bahasa sehari-hari Jawa
Alamat Rumah & Telp Sukolilo 3 No.22 Surabaya Yankes terdekat, Jarak ± 1 Km
Pekerjaan Nelayan Alat transportasi Sepeda Motor
Agama & Suku Islam/Jawa Status Kelas Sosial
DATA ANGGOTA KELUARGA
No Nama Hub Umur JK Suku Pendidika Pekerjaan Status Gizi (TB, TTV Status
dgn n Terakhir Saat Ini BB, BMI) (TD, N, S, P) Imunisasi
KK Dasar
1. Tn.M KK 55 th L Jawa SD Nelayan TB :153 cm TD:140/100 N:65 Tidak
BB:68kg S:370C P: 17x/mnt Lengkap
BMI : 34,18
2. Ny.K Istri 54 th P Jawa SD Buruh TB :152 cm BB :70 TD:180/100 N:68 Tidak
kg S:370C P: 19x/mnt Lengkap
BMI : 32,03
3. Tn.S Anak 25 th L Jawa SMA Pegawai TB :155 cm BB : TD:120/90 N:65 Tidak
Swasta 65 kg S:37,50C P: Lengkap
BMI : 33,33 20x/mnt
LANJUTAN
Status Kesehatan
No Nama Alat Bantu/ Protesa Riwayat Penyakit/ Alergi
Saat ini
1. Tn.M - Tidak ada keluhan yang dirasakan Tn.M -
2. Ny.K - Pusing, kepala terasa berat -
3. Tn.S - Tidak ada keluhan yang dirasakan Tn.S -
37
Stressor yg dihadapi keluarga : Anak dari Tn.M mengatakan orang tuanya sakit-sakitan, sehingga harus mengantar
berobat
38
...................................................................................
39
1) Adakah perhatian keluarga kepada anggotanya yang menderita sakit: Ada / Tidak ada karena keluarga kurang memahami tentang
penyakit yang diderita oleh keluarganya
2) Apakah keluarga mengetahui masalah kesehatan yang dialami anggota dalam keluarganya : Ya / Tidak karena mereka kurang peduli
akan kesehatan keluarganya
3) Apakah keluarga mengetahui penyebab masalah kesehatan yang dialami anggota dalam keluarganya:
Ya / Tidak , karena keluarga tidak mengetahui penyebab dari penyakit hipertensi
4) Apakah keluarga mengetahui tanda dan gejala masalah kesehatan yang dialami anggota dalam keluarganya :
Ya / Tidak , karena keluarga kurang pengetahuan tentang penyakit hipertensi
5) Apakah keluarga mengetahui akibat masalah kesehatan yang dialami anggota dalam keluarganya bila tidak diobati/dirawat :
Ya / Tidak, karena keluarga menanyakan balik tentang akibat dari penyakit hipertensi
6) Pada siapa keluarga biasa menggali informasi tentang masalah kesehatan yang dialami anggota keluarganya:
Keluarga / Tetangga , ……………………………………………………………
Kader / Tenaga kesehatan, yaitu Dokter klinik
7) Keyakinan keluarga tentang masalah kesehatan yang dialami anggota keluarganya:
Tidak perlu ditangani karena akan sembuh sendiri biasanya
VPerlu berobat ke fasilitas yankes
√Tidak terpikir
8) Apakah keluarga melakukan upaya peningkatan kesehatan yang dialami anggota keluarganya secara aktif : (bagaimana bentuk
tindakan upaya peningkatan kesehatan),
Ya / Tidak,jelaskan karena keluarga baru mengetahui bahwa Ny.K mempunyai penyakit hipertensi dan keluarga belum mengerti
tentang kesehatan
9) Apakah keluarga mengetahui kebutuhan pengobatan masalah kesehatan yang dialami yang dialami anggota keluarganya :
Ya / Tidak , Jelaskan karena keluarga baru mengetahui bahwa Ny.K mempunyai penyakit hipertensi dan Tn.S tidak pernah
memeriksakan kesehatannya kecuali saat benar-benar sudah tidak kuat merasakan sakit dan timbul gejala lain seperti pingsan, jantung
berdebar-debar dan mata berkunang-kunang.
10) Apakah keluarga dapat melakukan cara merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan yang dialaminya: Ya / Tidak, jelaskan
karena keluarga Tn.M baru mengetahui bahwa Ny.K mempunyai masalah kesehatan hipertensi
11) Apakah keluarga dapat melakukan pencegahan masalah kesehatan yang dialami anggota keluarganya:
Ya / Tidak, jelaskan karena keluarga kurang pengetahuan tentang penyakit hipertensi dan tidak tau cara merawat anggota keluarga
yang sakit hipertensi.
12) Apakah keluarga mampu memelihara atau memodifikasi lingkungan yang mendukung kesehatan anggota keluarga yang mengalami
masalah kesehatan :
Ya / Tidak, jelaskan karena kondisi rumah Tn.M terlihat tidak terawat banyak barang-barang berserakan tidak pada tempatnya. Dan
banyak bangkai ikan yang berserakan di depan teras rumah
13) Apakah keluarga mampu menggali dan memanfaatkan sumber di masyarakat untuk mengatasi masalah kesehatan anggota
keluarganya : Ya / Tidak, jelaskan
40
KEMANDIRIAN KELUARGA
Kriteria :
1. Menerima petugas puskesmas Kemandirian I : Jika memenuhi kriteria 1&2
2. Menerima yankes sesuai rencana Kemandirian II : jika memenuhi kriteria 1 s.d 5
3. Menyatakan masalah kesehatan secara benar Kemandirian III : jika memenuhi kriteria 1 s.d 6
4. Memanfaatkan faskes sesuai anjuran Kemandirian IV : Jika memenuhi kriteria 1 s.d 7
5. Melaksanakan perawatan sederhana sesuai anjuran
6. Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif
7. Melaksanakan tindakan promotif secara aktif
Kategori :
Kemandirian I V Kemandirian II
41
Anggota Keluarga 1 2 3 4 5 ROM kurang - - -
Ronchi - - - perifer
Frekuensi dikonsumsi
- - -
Retensi - - -
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Inkontinensia - - -
Sistem 1 2 3 4 5
muskuloskeletal Pemeriksaan
1 2 3 4 5
Tonus otot kurang - - - Laboratorium
Paralisis - - - GDP/2JPP/acak - - -
42
A. DIAGNOSIS KEPERAWATAN KELUARGA
I. Analisis Dan Sintesis Data
No Data Masalah Penyebab
Obyektif :
- Ny.K terlihat kurang menunjukkan
minat pada perbaikan perilaku sehat saat
dijelaskan tentang kondisi kesehatannya
- Ny.K terlihat biasa ketika tau bahwa ia
mempunyai penyakit Hipertensi
- Ny.K merokok di dalam rumah
- Dalam sehari Tn.T menghabiskan 1
bungkus rokok
- Ny.K jarang berolahraga
- Ny.K jarang makan sayur dan buah
setiap harinya, lebih suka makan
makanan bersantan, berlemak, dan
makanan yang diasinkan
- TD Tn.T: 180/100 mmHg
- BB: 70 TB: 152 BMI: 32.3
2 Subyektif : Kurangnya Ketidakmampua
- Ny.K mengatakan jarang makan sayur pengetahuan n keluarga Tn.M
dan buah setiap harinya, lebih suka tentang penyakit dan Ny.K dalam
makan makanan bersantan, berlemak, Hipertensi mengenal
43
dan makanan yang diasinkan masalah
- Ny.K dan keluarga mengatakan tidak kesehatan
mengerti tentang hipertensi, penyebab,
tanda gejala, komplikasi dan
penanganan
- Ny.K mengatakan jarang berolahraga
- Ny.K mengatakan bahwa ia tidak
merasakan ada tanda-tanda hipertensi
pada dirinya
Obyektif :
- Ny.K terlihat kurang menunjukkan
minat pada perbaikan perilaku sehat
- TD Tn.T: 180/100 mmHg
- BB: 70 TB: 152 BMI: 32.3
44
III. Penilaian (Skoring) Diagnosis Keperawatan
Dx. Kep. :
Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan b.d ketidakmampuan keluarga
Tn.M dan Ny.K dalam memutuskan masalah kesehatan tentang hipertensi
45
terlihat biasa dan
tidak merespon
dalam permasalahan
penyakit hipertensi
yang di derita Ny.K
Dx. Kep. :
Kurangnya pengetahuan tentang penyakit hipertensi b.d ketidakmampuan
keluarga Tn.M dan Ny.K dalam mengenal masalah kesehatan
46
keluarga tentang
penyebab hipertensi,
tanda gejala dll
47
hipertensinya
48
B. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
Dx. Tujuan/kriteria Intervensi Rasional
kep
definisi mengurangi
- Mengajarkan kepada
hipertensi peningkatan
keluarga tentang makanan
b. Mampu tekanan darah
apasaja yang harus dibatasi
menjelaskan
pada penderita Hipertensi
klasifikasi - Untuk
menjelaskan penyakit
faktor-faktor Hipertensi.
yang dapat
menyebabkan
49
hipertensi
e. Mampu
menjelaskan
tanda dan
gejala
hipertensi
f. Mampu
menjelaskan
komplikasi
hipertensi
g. Mampu
menyebutkan
penatalaksana
an hipertensi
h. Mampu
menyebutkan
penatalaksana
an hipertensi
- Keluarga mampu
mengambil
keputusan yang
tepat untuk
meningkatkan
atau memperbaiki
kesehatan
ditandai dengan :
Kepatuhan
perilaku
mengenai diet
hipertensi
- Keluarga mampu
50
merawat anggota
keluarga yang
sakit untuk
meningkatkan
atau memperbaiki
kesehatan
- Keluarga mampu
memodifikasi
lingkungan :
keluarga mampu
membuat jus
sehat penurun
tekanan darah
- Keluarga mampu
memanfaatkan
fasilitas
kesehatan :
keluarga mau
mencari
pelayanan
kesehatan,
menggali
pengetahuan
tentang sumber
kesehatan
51
C. IMPLEMENTASI
No. Diagnosis Implementasi Paraf
tanggal keperawatan
&waktu
30
- Mengecek Tekanan darah Ny.K
September
TD : 170/100 mmHg
2017
- Memberikan jus tomat kepada
Pukul Ny.K
09.00 WIB - Memberikan pendidikan
kesehatan tentang penyakit
hipertensi,
h. Definisi hipertensi :
Suatu kondisi dimana
seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah
secara drastis.
i. Faktor yang mempengaruhi
penyebab hipertensi :
- Umur
- Jenis kelamin
52
- Keturunan
- Penyakit tertentu
- Pola hidup yang salah
j. Komplikasi hipertensi :
- Penyakit jantung
koroner
- Stroke
- Gagal jantung
- Gagal ginjal
k. Tanda gejala hipertensi :
- Sakit kepala
- Kelelahan
- Mual
- Muntah
- Gelisah
- Sesak nafas
l. Klasifikasi tekanan darah
- Tingkat 1 (ringan)
sistolik 140-150
mmhg, diastolik 90-
100mmhg
- Tingkat 2 (sedang)
sistolik 10-170 mmhg,
diastolik 100-110
mmhg
- Tingkat 3 (berat)
sistolik > 180 mmhg,
diastolik > 110 mmhg
m. Makanan yang harus
dihindari :
09.35 WIB
- Makanan cepat saji
- Makanan dengan
53
kadar garam yang
tinggi
16.00 WIB
- Makanan dan
minuman yang
mengandung tinggi
17.00 WIB
gula
- Alkohol
- Kopi
19.00 WIB
- Makanan yang
mengandung lemak
jenuh tinggi
20.30 WIB
n. Pencegahan hipertensi :
- Olah raga
- Konsumsi sayuran
01 Oktober
(tomat, mentimun)
2017
- Hindari alkohol dan
08.00 WIB merokok
- Konsumsi buah-
buahan
- Mengecek tekanan darah Ny.K
TD : 170/90 mmHg
16.30 WIB
54
- Memeriksa tekanan darah Ny. K
TD : 160/90 mmHg
18.30 WIB
- Memberikan jus tomat kepada
Ny.K
- Memeriksa kembali Tekana
Darah
20.30 WIB TD : 150/90 mmHg
55
TD : 150/80 mmHg
56
D. EVALUASI
Prioritas No Dx Evaluasi
keperawatan
P : Intervensi dihentikan
57
DAFTAR PUSTAKA
Raisner, 2009 Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 3, Jakarta : EGC
Bailon & Maglaya, 2011 Transkultural Nursing: Assesment andIntervention. St.Louis
:Mosby
Gillis, 2008 Comunnity/Public Health Nursing .4th Ed. St.Louis : Elserve
Supratjo 2015, Asuhan Keperawatan Keluarga:Aplikasi dalam praktik.Cetakan I. Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Darmawan 2007, Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta : EGC
Padila, 2012 Fundamentals of Nursing: Concepts, Procces, and Practice . 6 th Ed. St.
Louis, MI: Elsevier Mosby.
Mubarak, dkk., 2012
Mubarak, 2010 Hipertensi : Tekanan Darah Tinggi , Yogyakarta, Penerbit
Kanisius
Setiawati, 2007 Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta : EGC
Smeltzer, 2009 Hipertensi : Tekanan Darah Tinggi , Yogyakarta, Penerbit Kanisius
Sani, 2008 Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif dkk, 2011 Fundamental Keperawatan. Edisi 7 Buku I. Penerbit
Salemba Medika
WHO, 1999 dan JNC, 2007 Transkultural Nursing: Assesment andIntervention. St.Louis
:Mosby
Yogiantoro, 2008 Asuhan Keperawatan Keluarga:Aplikasi dalam praktik.Cetakan I.
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Pieter & Lubis, 2010 . Fundamentals of Nursing: Concepts, Procces, and Practice Volume
1 . 4th Ed. (Terj. Yasmin Asih, dkk). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Hal 621-622.
Mubin & Cahyadi, 2016
Upton 2012 Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta : EGC
Potter & Perry, 2009 . Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta : EGC
Pieter & Lubis, 2010 . Fundamental Keperawatan. Edisi 7 Buku I. Penerbit
58