Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
tantangan bagi ahli klinik. Diagnosa dini diperlukan untuk pengelolaan
secara optimal.
Evaluasi awal sangat bermanfaat tetapi terkadang cukup sulit
karena adanya jejas yang tidak jelas pada area lain yang terkait. Jejas pada
abdomen dapat disebabkan oleh trauma tumpul atau trauma tajam. Pada
trauma tumpul dengan velisitas rendah (misalnya akibat tinju) biasanya
menimbulkan kerusakan satu organ. Sedangkan trauma tumpul velositas
tinggi sering menimbulkan kerusakan organ multipel.
Perforasi adalah kemungkinan yang bisa terjadi pada trauma
abdomen. Gejala perangsangan peritonium yang terjadi dapat disebabkan
oleh zat kimia atau mikroorganisme. Bila perforasi terjadi dibagian atas,
misalnya lambung, maka terjadi perangsangan oleh zat kimia segera
sesudah trauma dan timbul gejala peritonitis hebat. Bila perforasi terjadi di
bagian bawah seperti kolon, mula-mula timbul gejala karena
mikroorganisme membutuhkan waktu untuk berkembang biak. Baru
setelah 24 jam timbul gejala-gejala akut abdomen karena perangsangan
peritoneum. Mengingat kolon tempat bakteri dan hasil akhirnya adalah
faeses, maka jika kolon terluka dan mengalami perforasi perlu segera
dilakukan pembedahan. Jika tidak segera dilakukan pembedahan,
peritonium akan terkontaminasi oleh bakteri dan faeses. Hal ini dapat
menimbulkan peritonitis yang berakibat lebih berat.
Istilah trauma abdomen atau gawat abdomen menggambarkan
keadaan klinik akibat kegawatan dirongga abdomen yang biasanya timbul
mendadak dengan nyeri sebagian keluhan utama. Keadaan ini memerlukan
penanggulangan segera yang sering beru tindakan beda, misalnya pada
obstruksi, perforasi atau perdarahan, infeksi, obstruksi atau strangulasi
jalan cerna dapat menyebabkan perforasi yang mengakibatkan kontaminasi
rongga perut oleh isi saluran cerna sehingga terjadilah peritonitis.
Keputusan untuk melakukan tindakan beda harus segara diambil karena
setiap kelambatan akan menyebabkan penyulit yang berakibat
meningkatkan morbiditas dan mortalitas ketepatan diagnosis dan
penanggulangannya tergantung dari kemampuan melakukan analisis pada
2
data anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Penegtahuan mengenai anatomi dan faal abdomen beserta isinya sangat
menentukan dalam menyingkirkan satu demi satu sekian banyak
kemungkinan penyebab trauma abdomen.
Trauma abdomen akan ditemukan pada 25 % penderita multi-
trauma, gejala dan tanda yang ditimbulkannya kadang-kadang lambat
sehingga memerlukan tingkat kewaspadaan yang tinggi untuk dapat
menetapkan diagnosis.
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada trauma
abdomen.
3
BAB 2
PEMBAHASAN
4
a) Penderita trauma abdomen menampakkan gejala nyeri dan
perdarahan.
b) Penyebab dari traumanya dikarenakan benda tumpul atau peluru.
c) Kalau penyebabnya jatuh, ketinggiannya berapa dan bagaimana
posisinya saat jatuh.
d) Kapan kejadianya dan jam berapa kejadiannya.
e) Berapa berat keluhan yang dirasakan bila nyeri, bagaimana
sifatnya pada quadran mana yang dirasakan paling nyeri atau
sakit sekali.
4) Riwayat Penyakit yang lalu
a) Kemungkinan pasien sebelumnya pernah menderita gangguan
jiwa.
b) Apakah pasien menderita penyakit asthma atau diabetes mellitus
dan gangguan faal hemostasis.
c) Pasien belum pernah mengalami penyakit trauma abdomen seperti
yang diderita pasien sekarang.
5) Riwayat psikososial spiritual
a) Persepsi pasien terhadap musibah yang dialami.
b) Apakah musibah tersebut mengganggu emosi dan mental.
c) Adakah kemungkinan percobaan bunuh diri (tentamen-suicide).
2. Pemeriksaan Fisik
1) Sistim Pernapasan
a) Pada inspeksi bagian frekwensinya, iramanya dan adakah jejas
pada dada serta jalan napasnya.
b) Pada palpasi simetris tidaknya dada saat paru ekspansi dan
pernapasan tertinggal.
c) Pada perkusi adalah suara hipersonor dan pekak.
d) Pada auskultasi adakah suara abnormal, wheezing dan ronchi.
2) Sistim cardivaskuler (B2 = blead)
a) Pada inspeksi adakah perdarahan aktif atau pasif yang keluar dari
daerah abdominal dan adakah anemis.
5
b) Pada palpasi bagaimana mengenai kulit, suhu daerah akral dan
bagaimana suara detak jantung menjauh atau menurun dan adakah
denyut jantung paradoks.
3) Sistim Neurologis (B3 = Brain)
a) Pada inspeksi adakah gelisah atau tidak gelisah dan adakah jejas di
kepala.
b) Pada palpasi adakah kelumpuhan atau lateralisasi pada anggota
gerak
c) Bagaimana tingkat kesadaran yang dialami dengan menggunakan
Glasgow Coma Scale (GCS)
4) Sistim Gatrointestinal (B4 = bowel)
a) Pada inspeksi :
(1) Adakah jejas dan luka atau adanya organ yang luar.
(2) Adakah distensi abdomen kemungkinan adanya perdarahan
dalam cavum abdomen.
(3) Adakah pernapasan perut yang tertinggal atau tidak.
(4) Apakah kalau batuk terdapat nyeri dan pada quadran berapa,
kemungkinan adanya abdomen iritasi.
b) Pada palpasi :
(1) Adakah spasme / defance mascular dan abdomen.
(2) Adakah nyeri tekan dan pada quadran berapa.
(3) Kalau ada vulnus sebatas mana kedalamannya.
c) Pada perkusi :
(1) Adakah nyeri ketok dan pada quadran mana.
(2) Kemungkinan–kemungkinan adanya cairan/ udara bebas
dalam cavum abdomen.
d) Pada Auskultasi :
Kemungkinan adanya peningkatan atau penurunan dari bising
usus atau menghilang.
e) Pada rectal toucher :
(1) Kemungkinan adanya darah/ lendir pada sarung tangan.
(2) Adanya ketegangan tonus otot/ lesi pada otot rectum.
6
5) Sistim Urologi (B5 = bladder)
a) Pada inspeksi adakah jejas pada daerah rongga pelvis dan
adakah distensi pada daerah vesica urinaria serta bagaimana
produksi urine dan warnanya.
b) Pada palpasi adakah nyeri tekan daerah vesica urinaria dan
adanya distensi.
c) Pada perkusi adakah nyeri ketok pada daerah vesica urinaria.
6) Sistim Tulang dan Otot (B6 = Bone)
a) Pada inspeksi adakah jejas dan kelaian bentuk extremitas
terutama daerah pelvis.
b) Pada palpasi adakah ketidakstabilan pada tulang pinggul atau
pelvis.
2.1.2 Diagnosa Keperawatan
a. Defisit Volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan
perdarahan.
b. Nyeri berhubungan dengan adanya trauma abdomen atau luka
penetrasi abdomen.
c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma tajam/
tumpul ditandai dengan adanya hematoma, ekimosis, luka
terbuka, jejas pada daerah abdomen.
d. Resiko tinggi infeksi berhubuangan dengan kontaminasi bakteri
dan feses, tidak adekuatnya pertahanan perifer, perubahan
sirkulasi, kadar gula darah yang tinggi, prosedur invasif dan
kerusakan kulit.
e. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/ ketidak
nyamanan, terapi pembatasan aktivitas, dan penurunan
kekuatan/ tahanan.
7
a) Kaji tanda-tanda vital
b) Pantau cairan parenteral dengan elektrolit, antibiotik
dan vitamin
c) Kaji tetesan infuse
d) Kolaborasi : Berikan cairan parenteral sesuai
indikasi.
e) Kolaborasi Tranfusi darah
Rasional :
a) Untuk mengidentifikasi defisit volume cairan
b) Mengidentifikasi keadaan perdarahan
c) Awasi tetesan untuk mengidentifikasi kebutuhan
cairan.
d) Cara parenteral membantu memenuhi kebutuhan
nuitrisi tubuh.
e) Menggantikan darah yang keluar.
b. Nyeri berhubungan dengan adanya trauma abdomen atau luka
penetrasi abdomen.
1) Tujuan: Nyeri dapat berkurang atau hilang.
2) Kriteria Hasil
a) Nyeri berkurang atau hilang
b) Klien tampak tenang.
3) Intervensi : Rencana Keperawatan
a) Lakukan pendekatan pada klien dan keluarga
b) Kaji tingkat intensitas dan frekwensi nyeri
c) Jelaskan pada klien penyebab dari nyeri
d) Observasi tanda-tanda vital
e) Melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian
analgesik
Rasional :
a) Mengobservasi keadaan dan support sistem klien
8
b) Mengetahui tingakat defisit kenyamanan klien
c) Menginformasikan tentang nyeri
d) Mengetahui keadaan umum klien
e) Agar tidak salah dalam pemberian obat
c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma tajam/
tumpul ditandai dengan adanya hematoma, ekimosis, luka
terbuka, jejas pada daerah abdomen.
1) Tujuan:
Mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai.
2) Kriteria Hasil :
a) Tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.
b) Luka bersih tidak lembab dan tidak kotor.
c) Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat
ditoleransi.
3) Intervensi : Rencana Keperawatan
a) Kaji kulit dan identifikasi pada tahap perkembangan
luka.
b) Kaji lokasi, ukuran, warna, bau, serta jumlah dan tipe
cairan luka
c) Pantau peningkatan suhu tubuh.
d) Berikan perawatan luka dengan tehnik aseptik. Balut
luka dengan kasa kering dan steril, gunakan plester
kertas.
e) Jika pemulihan tidak terjadi kolaborasi tindakan lanjutan,
misalnya debridement.
f) Setelah debridement, ganti balutan sesuai kebutuhan.
g) Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi
Rasional :
a) Mengetahui tingkat kerusakan kulit klien.
b) Mengkaji resiko terjadinya infeksi
c) Mengontrol tanda-tanda infeksi
9
d) Membantu proses penyembuhan luka dan menjaha agar
luka kering dan bersih
e) Memperbaiki keutuhan integritas kulit secara cepat
f) Menjaga luka agar tidak terpapar mikroorganisme
g) Membunuh mikroba penyebab infeksi
d. Resiko tinggi infeksi berhubuangan dengan kontaminasi
bakteri dan feses, tidak adekuatnya pertahanan perifer,
perubahan sirkulasi, kadar gula darah yang tinggi, prosedur
invasif dan kerusakan kulit.
1) Tujuan:
Infeksi tidak terjadi/ terkontrol.
2) Kriteria hasil :
a) Tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.
b) Luka bersih tidak lembab dan tidak kotor.
c) Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat
ditoleransi.
3) Intervensi : Rencana Keperawatan
a) Pantau tanda-tanda vital.
b) Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik.
c) Lakukan perawatan terhadap prosedur invasif seperti
infus, kateter, drainase luka,
d) Jka ditemukan tanda infeksi kolaborasi untuk pemeriksaan
darah, seperti Hb dan leukosit.
e) Kolaborasi untuk pemberian antibiotik.
Rasional :
a) Mengetahui keadaan umum klien
b) Menjaga agar luka bersih dan kering
c) Mencegah terjadi infeksi lebih lanjut
d) Memberikan data penunjang tentang resiko infeksi
e) Membunuh mikroorganisme penyebab infeksi
10
e. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan Nyeri/ ketidak
nyamanan, terapi pembatasan aktivitas, dan penurunan
kekuatan/ tahanan.
2) Kriteria hasil :
0 = mandiri penuh
11
Rasional :
12
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam asuhan keperawatan pada trauma abdomen ini terdapat
pengkajian primer dan pengkajian sekunder :
Pengkajian primer meliputi, Airway, Breathing, Circulation, Disability,
Exposure, Five intervension
Sedangkan pengkajian sekunder meliputi, anamnesis dan pemeriksaan
fisik
3.2 Saran
Banyak faktor yang bisa menyebabkan terjadinya trauma abdomen,
faktor tertinggi biasanyadisebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, kemudian
karena penganiayaan, kecelakaan olahraga dan jatuh dari ketinggian. Agar
tidak terjadi hal-hal yang tidak dikehendaki, hendaknya kita harus selalu
berhati-hati dalam melakukan aktivitas, agar terhindar dari bahaya trauma
maupun cedera.
13
DAFTAR PUSTAKA
https://rastirainia.wordpress.com/2010/07/11/laporan-asuhan-
keperawatan-gawat-darurat-pada-pasien-dengan-trauma-abdomen/.
Diakses pada tanggal 15 oktober 2017 jam 10.00 WIB
14