Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Abstract: Tofu Industry developed rapidly out in Central Java, generally its small scale industries or
households. Characteristics of tofu wastewater has a high organic content and biodegradable.
Sources of waste water coming from the washing process, soaking and stripping soy and
whey from clotting process. Wastewater normally discharged directly into the environment
without treatment processes causing pollution and harmful to the environment. The purpose of
this study was to look for alternative technologies that can be used to treat industrial
wastewater out so it can meet the required quality standards and can produce renewable
energy sources. Wastewater treatment know distinguishable from waste water sources, tofu
wastewater whey who has the content high organic processed in the biogas reactor, with an
efficiency reaching 80%. Waste water output from biogas reactors performed advanced
processing reactor Buffled Anaerobic Reactor (ABR) in conjunction with waste water from
the washing process with an efficiency of 70-95%. Constructed wetland with an efficiency of
78-97% as a complement to the wastewater treatment already meet the quality standards
required and safely discharged into the environment.
1
Seminar Nasional Pangan Lokal, Bisnis dan Eko-Industri
Semarang, 1 Agustus 2015
2
Seminar Nasional Pangan Lokal, Bisnis dan Eko-Industri
Semarang, 1 Agustus 2015
3
Seminar Nasional Pangan Lokal, Bisnis dan Eko-Industri
Semarang, 1 Agustus 2015
ada kecenderungan aplikasi pengolahan limbah biogas tipe kubah (fixed dome digester) seperti
cair secara anaerobik dibandingkan secara yang terlihat pada gambar 2.
aerobik (Geissen, 2008; Rangsivek, 2008; Iza,
Palencia, dan Fernandez-Polanco, 1990).
Pengolahan limbah cair industri tahu
dengan sistem anaerobik merupakan pemilihan
yang tepat, karena pengolahan dengan biaya
investasi dan operasional rendah serta
menghasilkan energi terbarukan yang
bermanfaat berupa biogas
UNIDO (1993) membagi 5 (lima) jenis
pengolahan limbah cair secara anaerob yaitu :
lagooning (septic tank), digestion yang
Sumber : DEWATS
dilengkapi dengan pengaduk, anaerobic contact
process, Anaerobic Filter (AF) dan Upflow Gambar 2. Sketsa Gambar Tipe Fixed
Anaerobic Sludge Blanket (UASB). Masing- Dome Digester
masing jenis mempunyai kelebihan dan Biogas adalah gas yang dihasilkan oleh
kekurangan. Pertimbangan tekno ekonomi serta aktifitas bakteri anaerobik terhadap bahan-
kelayakan lingkungan akan membantu bahan organik. Kandungan utama dalam biogas
pemilihan jenis reaktor dalam penerapannya. adalah metana dan karbon dioksida. Gas metana
Reaktor yang pertama mempunyai kelebihan bisa dimanfaatkan sebagai sumber energi non
prosesnya mudah dan biaya operasi murah, BBM.
namun memerlukan waktu tinggal 20 hari. Dalam proses degradasi ini selain metana
Reaktor yang kedua efisiensi lebih tinggi, juga terbentuk gas hidrogen sulfida, karbon
karena waktu tinggal lebih pendek, tidak dioksida dan amoniak dalam jumlah sedikit.
memerlukan lahan luas, pengoperasian mudah, Kandungan metana berkisar antara 54 70 %
tetapi biaya investasi agak mahal. Ada lagi (Fillino Harahap, 1978). Pembentukan biogas
reaktor yang lebih bagus namun kurang tepat bisa dikendalikan dengan mengatur faktor-
untuk industri menengah ke bawah yaitu faktor yang berpengaruh seperti: pH,
reaktor UASB karena biaya investasi dan biaya alkalinitas, suhu, F/M ratio, nutrien, waktu
operasi tinggi, serta memerlukan operator tinggal dan keberadaan zat toksik.
khusus. Rektor jenis ini konstruksinya dibuat Apabila limbah cair industri tahu
sedemikian rupa sehingga pengaliran influen, terdegradasi secara anaerobik, selain
pemisahan padatan-gas dan pembuangan efluen menyebabkan bau busuk juga menghasilkan
sangat efisien. Waktu tinggal UASB antara 4 emisi metana yang merupakan gas rumah kaca
24 jam dengan efisiensi pengolahan mencapai yang memiliki efek 25 kali lebih kuat
80 90%. mempunyai kemampuan terhadap dibandingkan dengan efek karbon dioksida
fluktuasi debit dan beban polutan. (Proteous, 1992). Jumlah biogas yang
Reaktor anaerob jenis septic tank lebih dihasilkan dari proses degradasi anaerobik
tepat digunakan untuk industri tahu karena limbah cair industri tahu dapat diestimasi dari
kemudahan dalam perawatan dan data nilai COD dan tingkat degradasinya. Setiap
pengoperasiannya, meskipun waktu tinggal kg COD yang terdegradasi pada kondisi
cukup lama. anaerobik dapat dihasilkan sebanyak 0,39 m3
Sistem pengolahan biogas meliputi inlet CH4 pada suhu 35°C (USDA and NSCS, 2007).
(masuknya limbah cair), bak equalisasi, bak Informasi lain menyebutkan nilai konversi 0,35
pengendapan, bak Anaerobik Filter, bak m3 CH4 /kg COD terdegradasi (Wilkie, 2005).
peluapan, bak pengurasan, dan outlet Menurut Romli (2009) beban limbah cair
(keluarnya limbah cair yang telah diolah) industri tahu sekitar 110 g COD/ kg kedelai.
(KLH, 2006). Bentuk dasar peralatan proses Hutzer dalam Romli (2009) menyatakan bahwa
4
Seminar Nasional Pangan Lokal, Bisnis dan Eko-Industri
Semarang, 1 Agustus 2015
nilai kalor biogas 16.000 20.000KJ/ m3 atau dibandingkan yang dihasilkan metode aerob
sekitar 60-80% dari nilai kalor gas alam atau (Aiyuk et al., 2006).
setara 0,5 L solar. Berdasarkan neraca bahan Namun disisi lain menurut Bell (2002)
proses pembuatan tahu, untuk industri tahu reaktor ABR memiliki kelemahan yaitu harus
kapasitas 100 kg kedelai, bila tingkat degradasi dibangun cukup rendah untuk mempertahankan
80% dan nilai konversi 0,39 m3 metana/kg aliran ke atas (upflow) cairan maupun gas.
COD terdegradasi maka akan dihasilkan Menurut Mulyani (2012) kelemahan ABR
sejumlah 3,432 m3 biogas atau setara dengan terletak pada rendahnya efisiensi penghilangan
4,4 liter solar. TSS yang kurang baik, yaitu berkisar antara 40-
70%. Zat padat dengan densitas yang mendekati
ABR (anaerobic baffled reaktor) densitas air juga akan terbawa keluar dari
Anaerobic baffled reaktor tergolong dalam kompartemen pertama dan terbawa keluar
reaktor anaerobic high rate karena memiliki reaktor bersama dengan efluen.
waktu tinggal (HRT) antara 6 hingga 20 jam. Untuk meningkatkan kinerja ABR, perlu
Reaktor ini dikembangkan oleh McCarty dan dipertimbangkan beberapa aspek yang berkaitan
rekan kerja di Stanford University. ABR dengan struktur mikroorganisme yang akan
merupakan bagian dari reaktor Upflow terbentuk dalam reaktor, yaitu: kecepatan aliran
Anaerobic Sludge Blanket (UASB) yang dibagi permukaan, waktu kontak, laju pembebanan
menjadi beberapa kompartemen namun tidak organik, karakteristik limbah cair, jenis bibit
memerlukan butiran granul dalam lumpur yang digunakan, suhu, pH dan
operasionalnya. Sebuah ABR terdiri dari alkalinitas, serta keberadaan polimer dan kation
serangkaian baffle vertikal yang mengarahkan seperti Ca, Mg dan Fe.
limbah cair ke bawah (down flow) dan ke atas
(up flow) baffle saat lewat dari inlet ke outlet.
Aliran cairan dari atas ke bawah akan
mengurangi terjadinya pelepasan bakteri dalam
reaktor sehingga memungkinkan ABR untuk
mempertahankan massa biologis aktif tanpa
menggunakan media tetap. Gerakan
horisontalnya juga lambat sehingga
memungkinkan limbah cair bersentuhan dengan
biomassa aktif saat melewati ABR (Nguyen et Gambar 3. Skema ABR (Foxon et al, 2006)
al, 2010).
Kelebihan reaktor ABR dari sisi disain Digesti secara anaerobik yang terjadi
adalah sederhana, tidak ada pencampuran dalam ABR terdiri dari berbagai kelompok
mekanik, kemungkinan terjadi sumbatan kecil, organisme. Kelompok pertama organisme
dan biaya pembangunan relatif murah, adalah hidrolitik fermentatif (Acidogenic)
sedangkan dilihat dari sisi biomassa adalah bakteri yang menghidrolisis substrat polimer
umur generasinya rendah, waktu retensi padatan kompleks untuk asam organik, alkohol, gula,
cukup tinggi, serta tidak memerlukan hidrogen, dan karbon dioksida. Kelompok
pemisahan gas dan lumpur secara khusus. kedua adalah organisme acetogenic yang
Selain itu dilihat dari operasinya memerlukan mengkonversi produk fermentasi dari tahapan
waktu retensi yang rendah, sangat stabil pada sebelumnya (hidrolisis dan asidogenesa)
kejutan hidraulik, terdapat perlindungan dari menjadi asetat dan karbon dioksida. Kelompok
masuknya bahan beracun dalam influen, waktu ketiga adalah metanogenic yang mengubah
pengoperasian panjang tanpa membuang senyawa sederhana seperti asam asetat,
lumpur. Produksi lumpur yang dihasilkan metanol, dan karbon dioksida dan hidrogen
dekomposisi anaerob hanya bernilai 10 % menjadi metana. Empat langkah utama yang
biasanya menentukan reaksi organisme dalam
5
Seminar Nasional Pangan Lokal, Bisnis dan Eko-Industri
Semarang, 1 Agustus 2015
proses anaerobik adalah: hidrolisis, cair tapioka menunjukkan hasil bahwa pada
asidogenesis, asetogenesis, dan metanogenesis. waktu tinggal 9 hari dapat menurunkan COD
Berdasarkan hasil penelitian Bachman et al dari 8000 bg/L menjadi 954 mg/L atau sekitar
(1982) dalam Sani (2002), reaktor jenis ini 88%.
mampu menyisihkan COD hingga 80% Proses anaerobik berlangsung dengan baik
sedangkan menurut Foxon et al, 2006 Sistem pada suhu sekitar 30-40oC, maka pada daerah
ABR mampu menurunkan 70-90 % BOD dan tropis proses anaerobik ini mampu mencapai
72-95 % COD. Yuliati dan Sarwoko hasil pengolahan limbah yang cukup
Mangkudiharjo (2001) mengemukan hasil memuaskan. Pengurangan BOD dan COD bisa
penelitiannya bahwa menggunakan reaktor mencapai 70% sampai 95%. Meskipun
AHBR dengan komposisi nutrien (COD : N : P demikian, hasil dari pengolahan anaerobik ini
= 8738 mg/l : 23,77 mg / l : 1,92 mg/l atau 300 : (terutama untuk pengolahan limbah cair
0,8 : 0,06) menunjukkan efisiensi penurunan industri) masih relatif belum sesuai dengan
COD limbah cair sebesar 81,92 %. Dalam ketentuan untuk dapat dibuang langsung ke
penelitian Sani (2002) yang menggunakan ABR badan air. Oleh karena itu, pengolahan
yang dilanjutkan dengan reaktor Aerob untuk tambahan masih diperlukan agar kualitas air
mengolah limbah cair tahu menunjukkan bahwa hasil pengolahan cukup bagus untuk dapat
efisiensi penurunan COD dari ABR mencapai dibuang langsung ke sungai.
angka tertinggi 64% setelah dilanjutkan dengan Dari beberapa keterangan di atas
reaktor aerob efisiensi penurunan COD akhir menunjukkan setelah diolah dalam reaktor
menjadi 86%. Menurut Rahayu et al, 2013 anaerob, limbah cair tahu masih perlu diolah
Teknologi yang dapat dikembangkan dalam kembali dalam reaktor yang lain agar dapat
pengolahan limbah tahu dan tempe adalah memenuhi baku mutu yang disyaratkan. Salah
teknologi pengolahan limbah cair melalui satu sistem yang dapat digunakan adalah
proses Anaerob untuk menghasilkan biogas Constucted wetland.
sebagai energi alternative yang ramah
lingkungan. Dengan teknologi ini nilai COD Constructed Wetland
dapat diturunkan berkisar 75-90% Sistem lahan basah buatan (Constructed
(Anonim,1995). Selain itu, dengan metode An- Wetlands) merupakan proses pengolahan
aerob, teknologi yang digunakan sederhana, limbah yang meniru dari proses penjernihan air
mudah dipraktekkan dengan peralatan yang yang terjadi dilahan basah/rawa, dimana
relatif murah dan mudah didapat sehingga para tumbuhan air (Hydrophita) yang tumbuh
pelaku industri kecil dan menengah tidak lagi didaerah tersebut memegang peranan penting
beranggapan bahwa pengolahan limbah cair dalam proses pemulihan kualitas limbah cair
merupakan beban yang sangat mahal. secara alamiah (Suprihatin 2014). Menurut
Pada jenis limbah cair yang lain, seperti Metcalf & Eddy (1993), constructed wetland
yang dilakukan pada penelitian Manalu yang merupakan suatu sistem yang termasuk
menggunakan ABR pada limbah cair pedagang pengolahan alami, terjadi aktivitas pengolahan
makanan kaki lima dari COD awal 290 4290 sedimentasi, filtrasi, transfer gas, adsorpsi,
mg/l menghasilkan efluen dengan efisiensi pengolahan kimiawi dan biologis, karena
95%. Kondisi tersebut sesuai dengan aktivitas mikroorganisme dalam tanah dan
keterangan yang disampaikan Tchobanoglous, aktivitas tanaman. Bahan organik yang terdapat
et al, (2003) bahwa dengan didahului dengan dalam limbah cair akan dirombak oleh
bak penampungan dan dilanjutkan dengan unit mikroorganisme menjadi senyawa lebih
bak ABR terjadi penyisihan parameter dengan sederhana dan akan dimanfaatkan oleh
efisiensi masing masing dari ketiga parameter tumbuhan sebagai nutrient, sedangkan sistem
adalah 80% untuk TSS, 95% untuk BOD, dan perakaran tumbuhan air akan menghasilkan
95% untuk COD. Mulyani (2012) yang oksigen yang dapat digunakan sebagai sumber
menggunakan ABR untuk mengolah limbah
6
Seminar Nasional Pangan Lokal, Bisnis dan Eko-Industri
Semarang, 1 Agustus 2015
energi/katalisator untuk rangkaian proses limbah cair dengan berbagai perbedaan jenis
metabolisme bagi kehidupan mikroorganisme. polutan maupun konsentrasinya.Memungkinkan
Secara umum sistem pengolahan limbah untuk pelaksanaan pemanfaatan kembali & daur
dengan Lahan Basah Buatan (Constructed ulang (reuse & recycling) airnya.
Wetland) ada 2 (dua) tipe, yaitu sistem aliran Teknologi ini telah banyak terbukti di
permukaan (Surface Flow Constructed banyak negara dapat menurunkan kadar
Wetland) atau SF-Wetland dan sistem aliran Biochemical Oxygen Demand (BOD), Chemical
bawah permukaan (Sub-Surface Flow Oxygen Demand (COD), Total Suspended Solid
Constructed Wetland) atau sering dikenal (TSS), Nitrogen (N) dan Phosphor (P), serta
dengan sistem SSF-Wetlands (Leady, 1997). bakteri coli, nutrient dan logam berat secara
Pada Surface Flow Constructed Wetland signifikan. Selain itu Constructed Wetland
digunakan tanah sebagai media tanam, dangkal, merupakan teknologi yang efektif, murah dan
dan open water, biayanya murah, namun perawatan mudah (Dallas et al., 2004; Chang
kerugiannya sebagai sarang nyamuk dan tikus. et.al., 2011). Wetland juga dapat menambah
Pada Subsurface Flow Constructed Wetland estetika sehingga dapat menciptakan
media tanamnya pasir atau gravel, dan lingkungan yang lebih asri (Kusrijadi, 2010).
cenderung lebih dalam daripada Surface Flow Sistem pengolahan limbah cair industri
Constructed Wetland, biaya konstruksi dan karet dan hotel menggunakan Constructed
operasional lebih murah. Wetland dengan tanaman Mensiang (Scirpus
Berdasar jenis tanamannya, constructed grossus L. f) memberikan efisiensi penyisihan
wetland dibagi menjadi 3 kelompok yaitu: yang relatif tinggi terhadap pencemar yaitu
sistem yang menggunakan tanaman makrophyta BOD sebesar 82-98%, COD 87-97%, TSS 78-
mengambang atau sering disebut dengan Lahan 92% dan nitrogen total 90-93% serta amoniak
Basah sistem Tanaman Air Mengambang total 87-91 % (Komala, et al 2005). Pada
(Floating Aquatic Plant System), Sistem yang penelitian Prabowo dan Mangkoediharjo (2015)
menggunakan tanaman makrophyta dalam air penggunaan SSF untuk pengolahan limbah
(Submerged) dan umumnya digunakan pada kantin dengan tanaman Canna indica mampu
sistem Lahan Basah Buatan tipe Aliran menghasilkan efisiensi penurunan yang
Permukaan (Surface Flow Wetlands), Sistem optimum pada COD sebesar 87%, dan pada
yang menggunakan tanaman makrophyta yang BOD sebesar 75%. Pada penelitian Hidayat et
akarnya tenggelam atau sering disebut juga al 2014, constructed wetland type SSF untuk
amphibiuos plants dan biasanya digunakan mengolah limbah cair Musala dengan
untuk Lahan Basah Buatan tipe Aliran Bawah menggunakan tanaman Cyperus menghasilkan
Permukaan (Subsurface Flow Wetlands) SSF- efisiensi total tertinggi untuk parameter COD
Wetlands. (Suriawiria, 1993). yaitu sebesar 78,07%, TSS sebesar 78,72%,
Kelebihan constructed wetland menurut
Haberl dan Langergraber (2002) dalam
Suprihatin (2014) adalah berdasarkan 4. KESIMPULAN
pendekatan teknis maupun efektivitas biaya,
system tersebut lebih banyak dipilih dengan Konsep pengolahan air limbah tahu
alasan sistem wetlands seringkali dilakukan dengan memilah jenis air limbah
pembangunannya lebih murah dibandingkan whey dan limbah cair lainnya. Limbah cair
dengan alternatif sistem pengolahan limbah whey diolah dalam digester anaerob untuk
yang lainnya. Biaya operasional dan memperoleh hasil berupa gas metana yang
pemeliharaan yang rendah dan waktu dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi.
operasionalnya dapat secara periodik, tidak Keluaran dari digester anaerob bersama dengan
harus secara kontinyu. Sistem Wetlands ini air cucian diolah dalam ABR untuk
mempunyai toleransi yang tinggi terhadap menurunkan kandungan zat organik yang masih
fluktuasi debit limbah cair. Mampu mengolah terkandung dalam limbah cair, sedangkan untuk
7
Seminar Nasional Pangan Lokal, Bisnis dan Eko-Industri
Semarang, 1 Agustus 2015
ammonia, phosphat direduksi dengan Dallas, S., B.Scheffe dan Goen Ho, 2004, Reedbeds for
melewatkan dalam wetlands. Teknologi ini greywater treatment-case study in Santa Elene-
Monteverde, Costa Rica, Central America, Journal
sangat dimungkinkan untuk dapat diterapkan Ecological Engineering, Volume 23, issue 1, 1
karena minim akan perawatan rutin, sehingga August 2004, Pages 55-61.
keberlanjutan operasional dapat berjalan. Fillino Harahap, 1979, Teknologi Gas Bio. International
Dengan prosentase penurunan beban Sun Day. Pusat Teknologi Pembangunan, ITB,
Bandung.
pencemar COD di digester anaerob penghasil Foxon, K.M., C.A. Buckley, C.J. Brouckaert, P. Dama, Z.
biogas mencapai sekitar 80 % dilanjutkan Mtembu, N. Rodda, M. Smith, S. Pillay, N. Arjun,
dengan efisiensi penurunan COD setelah T. Lalbahadur and F. Bux, 2006, The Evaluation of
melewati ABR sebesar 70-95 % dan the Anaerobic Baffled Reaktor for Sanitation in
disempurnakan dengan efisiensi penurunan dari Dense Perl-Urban Settlements. Durban: Report to
the Water Research Commission.
constructed wetland terutama type SSF sebesar Geissen, S.U., 2008, Wertstoffgewinnung aus dem
78-97 % maka diprediksi beban cemaran yang Abwasser. Paper Internationale Alumni -
masuk ke badan air penerima sudah memenuhi Sommerschule '7rinkwasse-rversorgung und
persyaratan baku mutu. Abwasserbehandlung in Ballungraeumen -New
Anwendungen und Technologien, Berlin,
27.49.5.2008.
Iza, I., Palencia J.I., dan Fernandez-Polanco, F, 1990,
5. SARAN Wastewater Management in Sugar Beet Factory: A
Case Study Comparison Between Anaerobic
Konsep teknologi pengolahan limbah cair Technologies, Wat. Res. 22 (9,), pp. 123130.
Komala , Primasar, Budhi, 2005, Pengolahan Limbah Cair
tahu dengan sistem anaerob biogas-ABR- Dengan Tumbuhan Scirpus Grossus L.F1)W Astew
constructed wetland perlu diujicobakan A Ter Treatment Using Scirpus Grossus L.F,
langsung pada industri tahu untuk mengetahui Working Paper, Fakultas Teknik Universitas
secara pasti efektifitasnya dalam penurunan Andalas.
beban cemaran. Kusrijadi, A., Mudzakir. A., dan Fatima S. S., 2010,
Peningkatan Kualitas Sanitasi Lingkungan Berbasis
Fitoremediasi, Jurnal UPI No. 10.
Manalu R, Apriani I, Yusuf W, 2015, Perancangan
6. UCAPAN TERIMA KASIH Anaerob Baffled Reaktor (ABR) Untuk Pengolahan
Limbah Cair Pedagang Kaki Lima di Kawasan Jalan
Terimakasih disampaikan kepada Ir. H. Agus Salim Kota Pontianak, Teknik Lingkungan,
Universitas Tanjungpura, Pontianak.
Sartamtama yang telah menginspirasi hingga Mulyani, H., 2012. Pengaruh Pre-Klorinasi Dan
terwujudnya tulisan ini. Pengaturan Ph Terhadap Proses Aklimatisasi Dan
Penurunan Cod Pengolahan Limbah Cair Tapioka
Sistem Anaerobic Baffled Reaktor, Thesis, Magister
7. REFERENSI teknik Kimia, Pasca Sarjana UNiversitas
Diponegoro.
Aiyuk, S., I. Forrez, D.K. Lieven, A.V. Haandel and W. Nguyen H, Turgeon S, Matte J., 2010. The Anaerobic
Verstraete, 2006, Anaerobic and Complementary Baffled Reaktor, A study of the Wastewater
Treatment of Domestic Sewage in Regions with Hot Treatment Process Using the Anaerobic Baffled
Climates A Review, Bioresource Technology 97(1): Reaktor, Worcester Polytecnic Institute.
2225 2241. Prabowo Anindita L dan Mangkoedihardjo.Sarwoko,
Bell J, 2002, Treatment of Dye Wastewaters in The 2015, Penurunan Bod Dan Cod Pada Limbah cair
Anaerobic Baffled Reaktor and Characterisation of Katering Menggunakan Konstruksi Wetland
The Associated Microbial Populations, Ph.D Thesis, Subsurface-Flow Dengan Tumbuhan Kana (Canna
School of Chem. Eng., Univ. of Natal, Durban. Indica), Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas
Chang, N.B., Z.Xuan, A.Daranpob, M.Wanielista, 2011, A Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi
subsurface upflow wetland system for removalof Sepuluh Nopember (ITS) diunduh pada
nutrients and pathogens in on-site sewage treatment http://digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-33170-
and disposal systems, Environ Eng Sci 28(1):11 24 309100004-Paper.pdf, pada tanggal 13 Juli 2015.
Cowan J.C and Wolf W.J, 1974, Soybeans, Encyclopedia Prihantoro E, 2010, Biogas dari limbah tahu. Kemenristek.
of Food Technology. The Avi Publishing Company, Proteous, A., 1992 , Dictionary of Environmental Science
Inc. Westport ,Connecticut. Volume 2,818-828. and Technology, 2ndedition, John Wiley and Sons.
New York.
8
Seminar Nasional Pangan Lokal, Bisnis dan Eko-Industri
Semarang, 1 Agustus 2015