Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
Bayi yang lahir presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai
alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu, dengan berat
badan 2500 - 4000 gram, nilai APGAR > 7 dan tanpa cacat bawaan (Saifuddin,
2006). Masa Bayi baru lahir adalah masa 28 hari pertama kehidupan manusia, pada
masa ini terjadi proses penyesuaian sistem tubuh bayi dari kehidupan dalam rahim ke
kehidupan di luar rahim. Masa ini adalah masa yang perlu mendapatkan perhatian dan
perawatan yang ekstra karena pada masa ini terdapat mortalitas yang tinggi (Rukiah,
2010).
Menurut Askin (2002) yang dikutip oleh Kosim dkk (2010), neonatus bayi
yang baru mengalami proses kelahiran dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan
intra uterin ke kehidupan ekstra uterin. Beralih dari ketergantungan mutlak pada ibu
menuju kemandirian fisiologi. Dengan terpisahnya bayi dari ibu, maka terjadilah awal
1. Pertukaran gas melalui plasenta digantikan oleh aktifnya fungsi paru untuk
bernafas.
4. Hati berfungsi untuk menetralisir dan mengsekresi bahan racun yang tidak
diperlukan badan.
6. Sistem kardio vaskuler serta endokrin bayi menyesuaikan diri dengan perubahan
fungsi organ tersebut diatas. Selain itu pengaruh kehamilan dan proses persalinan
dilakukan penilaian sebagai berikut : apakah kehamilannya cukup bulan, apakah air
ketuban cukup jernih dan tidak terkontaminasi mekonium, apakah bayi bernafas
adekuat atau menangis, apakah tonus otot bayi baik. Apabila semua pertanyaan di
atas dijawab dengan “ya” lakukan perawatan rutin yaitu : memberikan kehangatan,
Nilai APGAR pertama kali diperkenalkan oleh dokter anastesi yaitu dr.
Virginia APGAR pada tahun 1952 yang mendesain sebuah metode penilaian cepat
untuk menilai keadaan klinis bayi baru lahir pada usia 1 menit, yang dinilai terdiri
atas 5 komponen, yaitu frekwensi jantung (pulse), usaha nafas (respiration), tonus
otot (activity), refleks pada ransangan (grimace) dan warna kulit (appearance)
yang digunakan untuk menilai keadaan umum bayi sesaat setelah kelahiran. Penilaian
ini perlu untuk mengetahui apakah bayi menderita asfiksia atau tidak, yang dinilai
adalah frekuensi jantung (Heart rate), usaha nafas (respiratory effort), tonus otot
(muscle tone), warna kulit (colour) dan reaksi terhadap rangsang (respon to stimuli)
yaitu dengan memasukkan kateter ke lubang hidung setelah jalan nafas dibersihkan.
Nilai APGAR diukur pada menit pertama dan kelima setelah kelahiran.
Pengukuran pada menit pertama digunakan untuk menilai bagaimana ketahanan bayi
apa bayi dapat bertahan setelah keluar dari rahim ibu. Pengukuran nilai APGAR
dilakukan untuk menilai apakah bayi membutuhkan bantuan nafas atau mengalami
menit dan 5 menit sesudah bayi lahir. Akan tetapi, penilaian bayi harus segera
pernafasan, denyut jantung atau warna bayi, maka penilaian ini harus segera
dilakukan. Nilai APGAR dapat menolong dalam upaya penilaian keadaan bayi dan
diperlukan yaitu 5 menit sampai 20 menit atau sampai dua kali penilaian menunjukan
nilai 8 atau lebih. Penilaian untuk melakukan resusitasi semata-mata ditentukan oleh
tiga tanda penting yaitu pernafasan, denyut jantung, dan warna. Resusitasi yang
efektif bertujuan memberikan ventilasi yang adekuat, pemberian oksigen, dan curah
jantung yang cukup untuk menyalurkan oksigen ke otak, jantung dan alat vital
kemampuan sejumlah fungsi tubuh yang bersifat esensial dan kompleks untuk
kelangsungan hidup bayi seperti pernafasan, denyut jantung, sirkulasi darah dan
reflek-reflek primitif seperti mengisap dan mencari puting susu, salah satu
Bayi baru lahir dievaluasi dengan nilai APGAR, tabel tersebut dapat untuk
menentukan tingkat atau derajat asfiksia, apakah ringan, sedang, atau asfiksia berat.
berikut:
Pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung 100 x/menit, tonus otot
buruk, sianosis berat, dan terkadang pucat, refleks iritabilitas tidak ada.
kembali. Pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung lebih dari 100
x/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, refleks iritabilitas tidak ada.
3. Bayi normal atau sedikit asfiksia (nilai APGAR 7-10).
1. Faktor ibu
a. Hipoksia ibu
kelangsungan hidup sel. Hipoksia ibu dapat terjadi karena hipoventilasi akibat
pemberian obat analgetik atau anastesi dalam, dan kondisi ini akan
jantung janin berkisar 120 – 160 denyut/menit. Hipoksia janin terjadi apabila
janin mengalami takikardia (jantung janin > 160 denyut/menit) dan bradikardia
terhadap proses reproduksi. Dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia
2010). Pada usia dibawah 20 tahun fungsi reproduksi seorang wanita belum
ibu yang melahirkan dengan usia kurang dari 20 tahun dan 26,3% pada ibu
dengan usia lebih dari 34 tahun, dan hasil penelitian dari Ahmad di RSUD Dr.
asphyxia neonatorum 1,309 kali pada ibu umur kurang dari 20 tahun dan lebih
dari 35 tahun.
c. Paritas
janin yang akan menyebabkan asfiksia yang dapat dinilai dari APGAR score
2009). Hipertensi adalah tekanan darah sistolik dan diastolik ≥ 140/90 mmHg.
bayi merupakan kondisi tekanan darah yang terlalu rendah, yaitu apabila
tekanan darah sistolik < 90 mmHg dan tekanan darah diastolik < 60 mmHg
(Prawirohardjo, 2010)
e. Sosial ekonomi
Menurut Lubis (2003) bila ibu mengalami kekurangan gizi selama hamil
akan menimbulkan masalah, baik pada ibu maupun janin. Masalah pada ibu
antara lain : anemia, perdarahan, terkena penyakit infeksi dan komplikasi pada
pertumbuhan janin, abortus, kematian neonatal, bayi lahir mati, cacat bawaan,
Adapun ciri – ciri KEK adalah : ibu yang ukuran LILA nya < 23,5 cm dan
dengan salah satu atau beberapa kriteria sebagai berikut : berat badan ibu
sebelum hamil < 42 kg, tinggi badan ibu < 145 cm, berat badan ibu pada
kehamilan trimester III < 45 kg, indeks masa tubuh (IMT) sebelum hamil
< 17,00 dan ibu menderita anemia (Hb < 11 gr%) (Weni, 2010).
f. Gangguan kontraksi ibu
juga melahirkan yang lama. Disfungsi uterus ditandai oleh kontraksi intensitas
rendah dan jarang serta lambatnya kemajuan persalinan (Leveno et al., 2009).
menilai kemajuan persalinan. Pada kolom dan lajur kedua partograf merupakan
dihitung dengan satuan detik, frekwensi kontraksi yang dihitung dalam 10 menit
2. Faktor Plasenta
bahan-bahan makanan dan oksigen yang diperlukan oleh jani dari darah ibu ke
seperti cakram, berwarna merah tua, dengan berat 500-600 gr, diameter 15-25
cm, lebih kurang 7 inci tebal sekitar 3 cm. Panjang tali pusat 40-50 cm dengan
gas antara ibu dan janin di pengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta, asfiksia
janin dapat terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta, misalnya :
b. Solusio plasenta
normalnya sebelum janin lahir, dan definisi ini hanya berlaku pada kehamilan
di atas 22 minggu atau berat janin > 500 gr ( Prawirohardjo, 2010). Gambaran
klinisnya adalah solusio plasenta ringan : terdapat pelepasan sebahagian kecil
plasenta yang terlepas (kreater) dan terdapat koagulum atau darah beku yang
c. Plasenta previa
menutupi seluruh atau sebahagian dari ostium uteri internum. Insidensi plasenta
kira 20% dari semua kasus perdarahan ante partum. 70% pasien dengan
dan 10% memiliki diagnosa plasenta previa yang dilakukan tidak sengaja
bulan. Penyulit pada ibu dapat menimbulkan anemia sampai syok sedangkan
3. Faktor Janin
a. Prematur
Bayi lahir kurang bulan mempunyai organ-organ dan alat tubuh belum
berfungsi normal untuk bertahan hidup di luar rahim. Makin muda umur
kehamilan, fungsi organ tubuh bayi makin kurang sempurna, prognosis juga
sempurna seperti sistem pernafasan maka terjadilah asfiksia (DepKes RI, 2002).
b. BBLR dan IUGR
Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang
dari 2500 gram. Menurut WHO (2003), BBLR dibagi tiga group yaitu
karena tidak tersedianya penilaian usia kehamilan yang valid. BBLR ini
berbeda dengan prematur karena BBLR diukur dari berat atau massa,
sedangkan prematur juga belum tentu BBLR kalau berat lahirnya di atas 2500
gram. Namun dibanyak kasus kedua kondisi ini muncul bersamaan karena
IUGR biasanya dinilai secara klinis ketika janin lahir dengan mengkaitkan
ukuran bayi yang baru lahir kedurasi kehamilan. Ukuran kecil untuk usia
BBLR usia kehamilan aterm (> 37 minggu kehamilan dan <2500 gram)
(ACC/SCN, 2000).
c. Gemeli
Kehamilan ganda dapat memberikan resiko yang lebih tinggi terhadap ibu dan
2007).
pembuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan
janin. Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan tali pusat
menumbung, melilit leher, kompresi tali pusat antara jalan lahir dan janin
e. Kelainan Congenital
a. Partus lama
Partus lama yaitu persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada
primi, dan lebih 18 jam pada multi. Partus lama masih merupakan masalah di
baik terhadap ibu maupun pada bayi, dan dapat meningkatkan angka kematian
disebabkan oleh tekanan langsung pada kepala : menekan pusat-pusat vital pada
perdarahan atau oedema jaringan pusat saraf pusat (Manuaba, I., 2007).
(asphyxia neonatorum)
gangguan pertukaran gas serta transport O2 dari ibu ke janin sehingga berdampak
berlangsung secara kronis akibat kondisi atau kelainan pada ibu selama kehamilan
b. Gangguan kronis pada ibu hamil tersebut, bisa akibat dari gizi ibu yang buruk,
penyakit menahun seperti anemia, hipertensi, penyakit jantung dan lain-lain. Pada
akhir-akhir ini, asphyxia neonatorum disebabkan oleh adanya gangguan
bersifat akut dan hampir selalu mengakibatkan anoksia atau hipoksia janin akan
berakhir dengan asphyxia neonatorum pada bayi baru lahir. Sedangkan faktor dari
pihak ibu adanya gangguan his seperti hipertonia dan tetani, hipotensi mendadak
pada ibu karena perdarahan, hipertensi pada eklamsia, gangguan mendadak pada
c. Faktor janin berupa gangguan aliran darah dalam tali pusat akibat tekanan tali
akan terjadi napas cepat. Apabila asfiksia berlanjut, gerakan napas akan berhenti,
denyut jantung mulai menurun dan tonus otot berkurang secara berangsur, dan bayi
memasuki periode apneu primer. Apneu primer yaitu bayi mengalami kekurangan
oksigen dan terjadi pernapasan yang cepat dalam periode singkat, dimana terjadi
penurunan frekuensi jantung. Pemberian rangsangan dan oksigen selama periode ini
usaha nafas (gasping) yang kemudian diikuti oleh pernafasan. Apabila asfiksia
menurun, tekanan darah menurun, dan bayi tampak lemas (flaksid). Pernapasan
semakin lemah sampai akhirnya berhenti, dan bayi memasuki periode apneu
sekunder. Apneu sekunder yakni pada penderita asfiksia berat, yang mana usaha
bernapasnya tidak tampak dan selanjutnya bayi berada pada periode apneu kedua.
Pada keadaan tersebut akan ditemukan bradikardi dan penurunan tekanan darah serta
penurunan kadar oksigen dalam darah. Bayi tidak bereaksi terhadap rangsangan dan
tidak menunjukan upaya bernapas secara spontan. Kematian akan terjadi kecuali bila
resusitasi dengan napas buatan dan pemberian oksigen segera dimulai. Sulit sekali
membedakan antara apneu primer dan sekunder, oleh karenanya bila menghadapi
bayi bayi lahir dengan apneu, anggaplah sebagai apneu sekunder dan bersegera
2.2. Persalinan
Persalinan atau partus adalah proses hasil pengeluaran hasil konsepsi yang
dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (Winkjasastro, H., 2009).
Persalinan adalah akhir kehamilan yang terdiri dari serangkaian proses dimana terjadi
kontraksi uterus dan tekanan abdominal untuk mengeluarkan fetus/janin dan plasenta
dari dan uterus melalui jalan lahir dari tubuh wanita (Pillatteri, 2003; Bobak,
Persalinan merupakan proses pergerakan keluarnya janin, plasenta, dan membran dari
dalam rahim melalui jalan lahir. Proses ini berawal dari pembukaan dan dilatasi
serviks sebagai akibat kontraksi uterus dengan frekuensi, durasi, dan kekuatan yang
teratur. Mula-mula kekuatan yang muncul kecil, kemudian terus meningkat sampai
pada puncaknya pembukaan serviks lengkap sehingga siap untuk pengeluaran janin
dari rahim ibu. Persalinan normal adalah proses lahirnya bayi pada letak belakang
kepala dengan tenaga ibu sendiri tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan
bayi, umumnya berlangsung kurang dari 24 jam. Persalinan normal dianggap normal
jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa
Persalinan merupakan suatu proses normal dan peristiwa penting yang sangat
di tunggu oleh setiap pasangan suami istri. Menyambut kelahiran sang buah hati
merupakan saat yang akan sangat membahagiakan setiap keluarga. Namun mendekati
proses persalinan berbagai perasaan timbul dalam hati para ibu hamil. Bayangan rasa
nyeri pada saat melahirkan seringkali menghantui ibu hamil menjelang persalinan.
Bagi ibu hamil, persalinan mungkin menjadi saat yang mendebarkan. Ada rasa
gembira karena bakal melahirkan bayi, namun dibalik itu ada rasa takut bila
mengingat rasa sakit, mulas dan nyeri yang bakal menyertainya (Maryunani, 2010).
Persalinan dari segi fisik dapat digambarkan sebagai proses ketika janin,
plasenta, dan membran dikeluarkan melalui jalan lahir, tetapi tentu saja peralinan
bukan sekedar peristiwa fisik murni. Apa yang terjadi selama persalinan dapat
memengaruhi hubungan antara ibu dan bayi, serta persalinan yang akan datang.
dengan hasil akhir ibu dan bayinya berada dalam kondisi yang setelah melahirkan.
Menurut Asrinah,et al, (2010) sebab yang mendasari terjadinya partus secara
teoritis masih merupakan kumpulan teoritis yang kompleks teori yang turut
dimulai.
3. Teori oksitosin : pada akhir kehamilan kadar oksitosin bertambah sehingga dapat
mengakibatkan his.
menjadi tua dan menyebabkan villi corialis mengalami perubahan sehingga kadar
6. Teori distensi rahim : keadaan uterus yang terus membesar dan menjadi tegang
plasenter.
7. Teori berkurangnya nutrisi : bila nutrisi pada janin berkurang, maka hasil
persalinan bagi seorang ibu yang akan bersalin. Adapun faktor-faktor yang
1. Faktor Power, power adalah : tenaga atau kekuatan yang mendorong janin keluar.
Kekuatan tersebut meliputi his, kontraksi otot-otot perut, kontraksi diafragma dan
aksi dari ligamen, dengan kerjasama yang baik, sempurna dan tenaga mengejan.
2. Faktor Passager yaitu : faktor janin, yang meliputi sikap janin, letak, presentasi,
3. Faktor Passage (jalan lahir), dibagi menjadi : (a) Bagian keras : tulang-tulang
ligamen-ligamen.
Dukungan mental berdampak positif bagi keadaan psikis ibu, yang berpengaruh
5. Faktor penolong : dengan pengetahuan dan kompetensi yang baik yang dimiliki
International Associational for the Study of Pain /IASP, 2007) mendefinisikan nyeri
sebagai suatu yang tidak menyenangkan bersifat subjektif dan berhubungan dengan
panca indra, serta suatu pengalaman emosional yang dikaitkan dengan kerusakan
jaringan baik aktual maupun potensial yang di gambarkan sebagai suatu yang dapat
Menurut Uliyah & Hidayat (2008) nyeri merupakan kondisi berupa perasaan
yang tidak menyenangkan. Sifatnya sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda
pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah
yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya. Berikut ini
memengaruhi seseorang, yang keberadaan nyeri dapat diketahui hanya jika orang
menderita secara fisik dan mental atau perasaan yaang bisa menimbulkan
ketegangan.
bagi tubuh, timbul ketika jaringan sedang dirusak sehingga individu tersebut
terjadinya ransangan fisik maupun dari serabut saraf dalam tubuh keotak dan
nyeri yaitu :
1. Specificity theory teori ini menyatakan bahwa reseptor nyeri tertentu distimulasi
oleh tipe stimulus sensori spesifik yang mengirimkan impuls ke otak. Teori ini
2. Pattern Theory : teori ini berusaha untuk memasukkan faktor-faktor yang tidak
dapat dijelaskan oleh specificity theory. Teori ini berasal dari tanduk dorsal spinal
cord . Pola impuls saraf tertentu diproduksi dan menghasilkan stimulasi reseptor
kuat yang dikodekan dalam sistem saraf pusat (SSP) dan memandakan nyeri.
3. Gate Kontrol Theory : salah satu teori nyeri yang paling dapat diterima dan
dipercaya, teori nyeri ini diajukan oleh Melzak dan Wall pada tahun 1965. Dasar
pemikiran pertama Gate Kontrol Theory adalah bahwa keberadaan dan intensitas
transmisi nyeri. Akhirnya, jika gate terbuka, impuls yang menyebabkan sensasi
nyeri dapat mencapai tingkat kesadaran. Jika gate tertutup, impuls tidak mencapai
suatu substansi seperti opiate yang terjadi secara alami di dalam tubuh manusia.
Substansi ini disebut endhorpine, yang berasal dari kata endogeneus dan
sebagai nyeri. menghambat transmisi dari pesan nyeri. Jadi, adanya endorphine
dengan mengaitkan tempat reseptor opiete pada saraf-saraf otak dan tulang
belakang manusia.
berbeda pada masing-masing individu. Rasa nyeri yang dialami selama persalinan
bersifat unik pada setiap ibu dan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-
faktor yang mempengaruhi antara lain budaya, takut dan cemas, pengalaman
Bobak, 2004)
Nyeri dalam persalinan merupakan stimulus yang dirasakan ibu selama proses
persalinan. Respon nyeri dapat dilihat dari perubahan sikap, cemas, merintih,
menangis bahkan sampai meraung. Nyeri adalah bagian integral dari persalinan dan
melahirkan menurut Melzack (1984) dikutip oleh mander (2004). Menurut Judha dkk
(2012) yang mengutip pendapat Cunningham (2004) mengatakan bahwa nyeri
Menurut Rahmawati (2003) dalam Maryunani (2010) rasa tidak nyaman dan
nyeri dalam persalinan adalah unik dan mempunyai perbedaan dengan nyeri yang
lainnya karena : nyeri persalinan merupakan bagian dari proses yang normal
sedangkan nyeri yang lainnya biasanya mengikuti kondisi patologisnya, pada nyeri
mempunyai batas dan dapat hilang dengan sendirinya (self-limiting), nyeri persalinan
tidak konstan tetapi bersifat intermiten yaitu pada kala 1 merupakan akibat penipisan
dan pembukaan servik dan pada kala II nyeri timbul disebabkan oleh penurunan
kepala janin yang menekan dan menarik bagian-bagian di daerah panggul, kelahiran
bayi dan kondisi janin akan mempengaruhi kondisi emosional ibu sehingga dapat
Menurut Judha dkk (2012) nyeri persalinan yang dialami oleh ibu yang akan
serviks serta iskemia rahim akibat kontraksi arteri miometrium, karena rahim
merupakan organ internal maka nyeri yang timbul disebut nyeri visceral. Pada
persalinan nyeri dapat dirasakan ibu pada punggung bagian bawah dan sacrum,
biasanya ibu mengalami nyeri ini selama kontraksi dan bebas dari rasa nyeri pada
2. Regangan otot dasar Panggul : jenis nyeri ini timbul pada saat mendekati kala II,
tidak seperti nyeri visceral, nyeri ini terlokalisir di daerah vagina, rektum dan
perineum sekitar anus. Nyeri ini disebut dengan nyeri somatik dan disebabkan
oleh peregangan struktur jalan lahir bagian bawah akibat penurunan bagian
terbawah janin.
3. Kondisi psikologis : nyeri dan rasa sakit yang berlebihan akan menimbulkan rasa
cemas. Takut, dan tegang yang memicu produksi hormon prostaglandin sehingga
rasa nyeri.
1. Budaya : persepsi dan ekspresi terhadap nyeri persalinan dipengaruhi oleh budaya
persalinan.
2. Kecemasan : stres atau rasa takut ternyata secara fisiologis dapat menyebabkan
kontraksi uterus menjadi terasa semakin nyeri dan sakit dirasakan. Karena saat
wanita dalam kondisi inpartu tersebut mengalami stress maka secara otomatis
tubuh akan melakukan reaksi defenisif sehingga secara otomatis dari hormon
tersebut merangsang tubuh mengeluarkan hormon stressor yaitu hormon
konsentrasi tinggi saat persalinan jika calon ibu tidak bisa menghilangkan rasa
darah dan oksigen ke dalam otot – otot uterus berkurang karena arteri mengecil
dan menyempit akibatnya adalah rasa nyeri yang tidak terelakkan. Stimulus nyeri
juga dapat menimbulkan suatu perasaan cemas sehingga sulit memisahkan antara
respon ibu terhadap nyeri, bagi ibu yang mempunyai pengalaman yang
menyakitkan dan sulit pada persalinan sebelumnya, perasaan cemas dan takut
nyeri yang lalu mengubah sensitifitas ibu terhadap nyeri, selain itu keberhasilan
besar artinya karena dapat membantu ibu saat proses persalinan. Pendamping ibu
saat proses persalinan sebaiknya adalah orang yang paling peduli pada ibu dan
yang paling penting adalah orang yang diinginkan ibu untuk mendampingi ibu
mengurangi perasaan cemas dan takut akan nyeri persalinan sehingga ibu dapat
memilih berbagai tehnik atau metode latihan agar ibu dapat mengatasi
ketakutannya.
dengan berbagai variabel sosialnya, dapat meningkatkan insiden dan beratnya nyeri.
Anak yang sangat muda dan ibu yang tua mengeluh tingkat nyeri persalinan yang
lebih tinggi. Paritas dapat memengaruhi persepsi, primipara mengalami nyeri yang
tingkat nyeri setelah proses persalinan dengan penurunan cepat pada persalinan kala
dua. Telah diketahui bahwa wanita yang mempunyai pelvis kecil, berat badan lebih
tinggi dari tinggi badannya, bayi besar, atau bayi dalam presentasi abnormal
mengeluh tingkat nyeri yang lebih tinggi. Juga terbukti bahwa wanita yang
ditemukan berkaitan dengan beratnya nyeri persalinan, terutama peringkat nyeri lebih
rendah terlihat pada masa persalinan kala kedua yang terjadi malam hari (Harkness
Menurut Mander (2004) bahwa penatalaksanaan nyeri ada dua yaitu secara
1. Metode Farmakologis
menurunkan dan mengurangi rasa nyeri dan anastesi yang menghilangkan sensasi
bagian tubuh baik parsial maupun total menurut Pilliteri (2003) dalam Budiarti
(2011). Penatalaksanaan nyeri secara farmakologis pada ibu ini diupayakan dapat
menimbulkan efek yang seminimal mungkin bagi ibu, kontraksi uterus, kekuatan ibu
mendorong dan juga pada janinnya dapat mengurangi nyeri persalinan secara efektif
dengan memberikan sensasi rasa nyeri yang minimal, rasa nyaman dan rileks.
Menurut Judha, dkk (2012) untuk mengurangi rasa nyeri persalinan dengan
menggunakan metode farmakologis dapat memilih jenis obat yang digunakan antara
lain:
fentanyln)
yang bekerja terutama pada kortek serebral otak, bagian berfikir pada otak, dan sistim
limbik bagian emosional otak yang bertugas untuk melakukan komunikasi dengan
bagian tubuh lain seperti hipotalamus dan sistem saraf simpatis dan para simpatis.
mampu mengontrol fungsi vital. Kelenjar hipofisis menghasilkan hormon yang dapat
dilakukan oleh perawat antara lain dengan relaksasi, tehnik pernafasan, fokus
perhatian, latihan fisik, musik, dukungan dan informasi, stimulasi cutaneus, message,
(Yerbi, 2000). Beberapa metoda lain yang bisa dilakukan antara lain metode Dick-
Read, metoda Lamaze, metoda Bredley, effleurage, dan tekanan sakrum, hidroterapi
jet, kompres hangat atau dingin, hypnosis, yoga, biofeedback, imagery, visualisasi
metoda yang biasanya diajarkan dalam keas persiapan persalinan. Metode Dick-Read
mengajarkan tehnik mengganti rasa takut tentang hal yang tidak diketahui melalui
disamping nutrisi, hiegene dan latihan fisik. Latihan-latihan dalam Metode Dick-Read
mengajarkan tiga tehnik yaitu latihan fisik persiapan persalinan, latihan relaksasi dan
yang bersalin untuk berespon terhadaap kontraksi rahim buatan dengan pengendalian
relaksasi otot dan pernafasan sebagai ganti berteriak dan kehilangan kendali. Metoda
Bradley menekankan pada faktor lingkungan yang nyaman pada ibu bersalin juga
diajarkan tehnik kontrol pernafasan, pernafasan perut dan relaksasi seluruh tubuh
didalam ruangan yang gelap, sendiri dan suasana tenang (Bobak, Lawdermilk &
Jensen, 2004).
Metode non farmakologis dapat diberikan oleh ibu bersalin oleh sebahagian
besar pemberi asuhan kesehatan baik dokter, bidan dan perawat, metode non
farmakologis lebih mahal dan berpotensi mempunyai efek yang kurang baik, baik itu
bagi ibu maupun pada janin. Sementara metode non farmakologis bersifat murah,
simpel, efektif tanpa efek yang merugikan dan dapat meningkatkan kepuasan selama
(Maryunani, 2010).
Menurut Reeder (2011) menyatakan bahwa ada tiga sistem pereda nyeri non
farmakologis yaitu :
nyeri yang lain tidak akan efektif jika respons fight-or-flight ini tidak ditangani
namun jika ditangani akan muncul respons relaksasi fisiologis yang merupakan
2. Sistem sensori diskriminatif : menurut Hilbers dkk (1986) dalam Reeder (2011)
kemo reseptor. Ketiga reseptor disuplai oleh serabut saraf yang memiliki
menurun karena informasi sensori mencapai otak sebelum informasi nyeri. Sistem
sensori diskriminatif yang dapat dilakukan pada ibu bersalin meliputi : pengaturan
posisi pada ibu, stimulasi kutaneus, panas dan dingin, masase, effleurage, TENS
3. Sistem kognitif evaluative : menurut Turner dkk (1990) dalam Reeder (2011)
perilaku yang baru terhadap nyeri dan stress dapat memberi wanita rasa memiliki
penilaian negatif terhadap nyeri, pada akhirnya rasa ini dapat mengurangi nyeri,
penderitaan dan perilaku nyeri. sistem kognitif evaluatif ini dapat dilakukan
2.4. Hypnobirthing
Menurut Maryunani (2010) hipnosis adalah suatu proses sederhana agar diri
kita berada pada kondisi rileks, tenang, dan berfokus guna mencapai suatu hasil dan
tujuan, dimana subjek melakukan apa saja yang diperintahkan oleh penghipnosis.
pada keyakinan bahwa ibu hamil bisa mengalami persalinan dan memberikan sugesti
bahwa persalinan itu nikmat dan tanpa rasa sakit (Maryunani, 2010).
“birthing”. Hypnosis yang berasal dari kata hypnos (bahasa Yunani) adalah nama
dewa tidur. Arti tidur disini adalah pikiran yang tenang, sedangkan“birthing”(bahasa
salah satu tehnik otohipnosis (self hypnosis), upaya alami menanamkan niat
positif/sugesti ke jiwa atau pikiran bawah sadar dan menjalani masa kehamilan dan
persiapan persalinan. Dengan demikian ibu hamil dapat menikmati indahnya masa
dilakukan pada ibu hamil dengan cara mengusap bagian bawah payudaranya hingga
cara menghipnotis ibu agar tetap rileks dan nyaman. Seseorang dalam kondisi
dihipnotis tentu akan tampak seperti orang yang sedang tidur, tetapi tetap mendengar,
sehingga seluruh otot tubuhnya menjadi rileks dan pembukaan mulut rahimnya
menjadi lancar. Pada saat pembukaan lengkap, ibu dianjurkan untuk membuka
termasuk dalam metode hypnosis diri (self hypnosis) karena menggunakan diri sendiri
sebagai subjek dan objek dalam melakukan hypnosis. Hypnosis diri adalah suatu
proses sederhana agar kita berada dalam kondisi rileks, tenang dan berfokus guna
mengurangi rasa sakit dan nyeri pada waktu mau melahirkan. Beberapa rumah sakit
Hypnobirthing merupakan tehnik melahirkan yang alami dengan cara relaksasi secara
mendalam, mengatur pola nafas dengan pelan seta cara untuk melepaskan endhorfin
memiliki potensi untuk menjalani proses melahirkan secara alami, tenang, dan
nyaman (tanpa rasa sakit). Program ini mengajarkan ibu hamil untuk menyatu dengan
gerak dan ritme tubuh yang alami saat menjalani proses melahirkan, membiarkan
tubuh dan pikiran untuk bekerja, serta meyakini bahwa tubuh mampu berfungsi
membantu, bahkan sebelum hamil bisa juga melakukan latihannya. Jika secara medis
sang ibu memang tidak bisa melahirkan normal dan harus dilakukan caesar maka
latihan hypnobirthing yang dilakukan tetap dapat memberi manfaat. Sang ibu
mempunyai kepercayaan diri yang tinggi dan kesiapan diri yang lebih baik dari pada
air susu ibu (ASI) bagi ibu setelah melahirkan, menjaga agar tidak mengalami baby
blues, memiliki bayi yang sehat secara fisik dan jiwa, mengontrol emosi agar
terhindar dari stres, serta menjaga diri dari ketakutan dalam kehidupan sehari-hari
agar terhindar dari depresi. Semua itu didasari dengan pengendalian pikiran negatif
yang dapat membuat tubuh menjadi sakit serta lebih mengembangkan pikiran yang
1. Relaksasi otot : otot adalah bagian yang paling luas di tubuh manusia dan banyak
santai, lengan disamping kanan dan kiri, telapak kanan menghadap keatas. Lalu
tegangkan telapak kaki hingga merambat ke betis, pinggul, dan dada. Pundak
2. Relaksasi wajah : mencapai relaksasi wajah yang dalam sangat penting karena
akan membuat bagian tubuh yang lain lebih mudah mengikuti. Setelah menguasai
seni relaksasi wajah, rahang akan benar-benar rileks dengan mulut sedikit
3. Rileksasi pernafasan : perhatikan nafas yang keluar dan masuk lewat hidung.
Nafas yang rileks adalah nafas perut yang lambat dan teratur. Perlahan-lahan
hirup nafas yang dalam lewat hidung. Hitung 10 kali hitungan. Selanjutnya,
4. Relaksasi pikiran : karena getaran pikiran sangat ringan, pikiran perlu dilatih agar
dapat mencapai ketenangan. Maka langkah ini diwakili oleh indra mata. Setelah
mata terpejam sejenak, buka mata perlahan-lahan sambil memandang satu titik
tepat di atas mata, makin lama, kelopak mata makin rileks, berkedip, dan hitungan
kelima mata akan menutup. Jika ada pikiran yang datang, sementara biarkan saja,
Pada saat ketiga unsur jiwa (perasaan, kemauan dan pikiran) dan raga
istirahat, masukkan program positif yang akan terekam dalam alam bawah sadar.
contoh program positif, “Saya dan janin di dalam kandungan akan tumbuh sehat dan
kemungkinan dilakukan episiotomi, ibu akan lebih merasakan ikatan batin dan
kelelahan yang berlebih saat melakukan proses persalinan, bayi yang lahir tidak
2. Untuk janin : ada dua keuntungan yang dapat dirasakan oleh janin ketika ibu
hamil mengikuti proses hypnobirthing, yaitu : getaran tenang dan damai juga akan
dirasakan oleh janin yang merupakan dasar dari perkembangan jiwanya (spiritual
quotient), pertumbuhan janin lebih sehat karena keadaan tenang akan memberikan
3. Untuk suami : ada pun manfaat hypnobirthing, bagi suami adalah : menjadi lebih
tenang dalam mendampingi proses persalinan, emosi suami akan menjadi lebih
ikatan batin antara istri, suami, serta janin yang dikandung, aura positif dan
4. Untuk Bidan dan Dokter : Hypnobirthing juga mempunyai keuntungan bagi para
tenaga kesehatan terlebih bidan atau dokter, diantaranya : dapat lebih fokus dan
tenang dalam menghadapi ibu bersalin yang emosinya labil, bidan dan dokter
menjadi lebih tenang dalam membantu pertolongan proses persalinan, aura positif
dan tenang yang dimiliki oleh bidan/dokter sangat mempengaruhi aura ibu
Nyeri merupakan salah satu fungsi biologis yang memberi tanda akan
datangnya terminasi kehamilan atau persalinan pada ibu hamil. Namun nyeri yang
hebat dapat membahayakan ibu dan janin akibat respon sistem organ tubuh terhadap
nyeri. Hipnobirthing dapat mengubah respon yang sangat membahayakan ibu dan
janin tersebut menjadi bahkan menghasilkan kondisi yang menguntungkan bagi ibu
dan bayi.
menyebabkan respons stress fisiologis yang umum dan menyeluruh. Nyeri persalinan
yang berat dan lama akan mempengaruhi ventilasi, sirkulasi, metabolisme dan
aktivitas uterus. Selain menyebabkan respons stress fisiologis, nyeri juga dapat
menimbulkan respons perilaku yang dapat diamati dan divokalisasi, ekspresi wajah,
gerakan tubuh dan gangguan dalam interaksi sosial. Antara lain respon fisiologi nyeri
persalinan adalah :
1. Ventilasi
dengan frekuensi pernafasan tercatat 60 sampai 70 kali per menit. Disamping itu,
menghasilkan PH 7,5 dan di atas 7,5. Bahaya nyata alkalosis selama persalinan
2. Fungsi kardiovaskuler
Peningkatan tersebut dapat sebesar 15 sampai 20% diatas curah jantung sebelum
persalinan selama awal kala I dan sebesar 45-50% selama kala II. Diperkirakan
bahwa setiap kontraksi uterus akan meningkatkan curah jantung 20-30% lebih
diakibatkan oleh fakta bahwa setiap kontraksi, kurang lebih 250-300 ml darah
jantung dan tekanan darah sistolik yang menyertai persalinan secara umum tidak
menyebabkan bahaya yang besar bagi wanita hamil yang sehat. Namun, hal ini
akan meningkatkan resiko wanita yang menderita penyakit jantung pre-eklamsi
atau hipertensi.
3. Efek metabolik
mortalitas saluran cerna dan kandung kemih. Nyeri dan kecemasan yang
berperan dalam status asidosis metabolik yang kemudian juga akan dialami janin.
4. Efek endokrin
persalinan telah dilaporkan oleh Ledermann dkk (1997). Salah satu efek samping
adanya pola denyut jantung janin abnormal dan nilai APGAR yang rendah pada
menit 1 dan 5 setelah lahir. Ketika gawat maternal dan nafas juga terjadi secara
bersama sama atau adanya tanda-tanda gawat janin, perubahan endokrin dan
metabolic yang diinduksi oleh nyeri persalinan dapat membahayakan kesehatan
pelepasan hormon, misalnya beta endorphin, beta liprotropin, dan hormon adeno
yang berat.
6. Aktivitas uterus
perkembangan dari hipnosis. Jadi ide dasar dari hypnobirthing ini sebenarnya adalah
relaksasi. Melalui relaksasi ibu akan belajar berkonsentrasi, agar hanya memikirkan
hal-hal positif serta proses persalinan yang berjalan lancar tanpa rasa sakit, serta rasa
(termasuk zat kimia endogen) dan mempunyai konsentrasi kuat dalam sistem syaraf.
Endorfin ini berfungsi sebagai inhibitor terhadap transmisi nyeri dengan memblok
transmisi impuls dalam otak dan medulla spinalis. Sel-sel inhibitori dalam karnu
hipoksia ibu, umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, gravida lebih
kontraksi uterus dan lain-lain. 2) Faktor plasenta : plasenta yang tipis, kecil, tidak
menempel sempurna, solusio plasenta dan plasenta previa. 3) Faktor janin : prematur
(BBLR), IUGR, gemeli, tali pusat menumbung, kelainan congenital dan lain-lain.
seperti partus lama dan partus dengan tindakan. Nilai APGAR yang rendah erat
Persalinan adalah akhir kehamilan yang terdiri dari serangkaian proses dimana
terjadi kontraksi uterus dan tekanan abdominal untuk mengeluarkan fetus/janin dan
plasenta dari dalam uterus melalui jalan lahir dari tubuh wanita. Proses ini berawal
dari pembukaan dan dilatasi serviks sebagai akibat kontraksi uterus dengan frekuensi,
durasi, dan kekuatan yang teratur. Sehingga proses - proses didalam persalinan
tersebut akan menyebabkan nyeri persalinan. Nyeri merupakan salah satu fungsi
biologis yang memberi tanda akan datangnya terminasi kehamilan atau persalinan
emosional seseorang yang disertai dengan kerusakan jaringan, salah satu sakit yang
paling berat dialami oleh manusia adalah nyeri persalinan. Selama persalinan rasa
sakit yang berlebihan menyebabkan ketakutan dan kecemasan. Ini merangsang sistem
meningkatnya tekanan darah. Hal ini akan lebih memperberat rasa sakit, dan
terjadinya komplikasi pada janin meliputi posisi janin, gangguan sirkulasi oksigen ke
Menurut Judha, dkk (2012) metode yang dapat mengatasi nyeri persalinan ada
dua yaitu metode farmakologis dan metode non farmakologis. Salah satu metode non
Faktor Janin
Faktor Persalinan
Mengurangi
Nyeri Persalinan
- ILA - Tekanan
Sakrum dll
yang diteliti. Pada penelitian ini tidak semua variabel akan diteliti, tetapi peneliti
variabel dependen. Varabel independen dalam penelitian ini adalah ibu inpartu yang
Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka di atas, maka dapat diketahui
Nilai Apgar 1
Ibu hamil inpartu
Hipnobirthing
Tidak hipnobirthing Nilai Apgar 2