Vous êtes sur la page 1sur 36

LAPORAN PENDAHULUAN

STROKE PADA LANSIA

A. Definisi
Stroke atau Cerebro Vasculer Accident (CVA) adalah kehilangan fungsi
otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak ( Brunner dan
Suddarth, 2002 ).
Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah otak
( Elizabeth J. Corwin, 2002 ).
Stroke adalah sindrom yang awal timbulnya mendadak, progresif cepat,
berupa deficit neurologis fokal atau global yang langsung 24 jam atau lebih atau
langsung menimbulkan kematian, dan semata-mata disebabkan oleh gangguan
peredaran otak non traumatic (Mansjoer 2002)
Stroke adalah gangguan neurologik fokal yang dapat timbul sekunder dari
proses patologis pada pembuluh darah serebral, misal: Trombosis, embolis, ruptura
dinding pembuluh atau penyakit vaskuler dasar (Prince, 2002).
Stroke adalah gangguan darah di pembuluh arteri yang menuju ke otak
(Mardjono, 2002).
Menurut Lumbantobing (2002) kelainan yang terjadi akibat gangguan
peredaran darah. Stroke dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :
1. Infark Ischemik (Stroke non Hemoragi). Hal ini terjadi karena adanya
penyumbatan pembuluh darah otak. Infark iskemic terbagi menjadi dua yaitu :
stroke trombotik, yang disebabkan oleh thrombus dan stroke embolik, yang
disebabkan oleh embolus.
Harsono (2002) membagi stroke non haemoragi berdasarkan bentuk klinisnya
antara lain :
a. Serangan Iskemia sepintas atau transient ischemic Attack (TIA).
Pada bentuk ini gejala neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran
darah di otak akan menghilang dalam waktu 24 jam.
b. Defisit Neurologik Iskemia Sepintas/ Reversible Ischemic Neurologik
Defisit (RIND). Gejala neurologik timbul ± 24 jam, tidak lebih dari
seminggu.
c. Stroke Progresif (Progresive Stroke/ Stroke in evolution).
Gejala makin berkembang ke otak lebih berat.

1
d. Completed Stroke
Kelainan saraf yang sifatnya sudah menetap, tidak berkembang lagi.
2. Perdarahan (Stroke Hemoragi)
Terjadi pecahnya pembuluh darah otak.
B. Etiologi
Stroke non haemoragi merupakan penyakit yang mendominasi kelompok
usia menengah dan dewasa tua karena adanya penyempitan atau sumbatan vaskuler
otak yang berkaitan erat dengan kejadian.
1. Trombosis Serebri
Merupakan penyebab stroke yang paling sering ditemui yaitu pada 40% dari
semua kasus stroke yang telah dibuktikan oleh ahli patologis. Biasanya berkaitan
erat dengan kerusakan fokal dinding pembuluh darah akibat anterosklerosis.
2. Embolisme
Kebanyakan emboli serebri berasal dari suatu flowess dalam jantung sehingga
masalah yang dihadapi sesungguhnya merupakan perwujudan dari penyakit
jantung.
Sedangkan menurut prince (2002) mengatakan bahwa stroke haemoragi
disebabkan oleh perdarahan serebri. Perdarahan intracranial biasanya disebabkan
oleh ruptura arteria serebri. Ekstravasali darah terjadi dari daerah otak dan atau
subaracnoid, sehingga jaringan yang terletak di dekatnya akan tergeser. Perdarahan
ini dibedakan berdasarkan tempat terjadinya perdarahan.
Menurut Harsono ini dibedakan berdasarkan tempat terjadinya perdarahan
antara lain:
1. Perdarahan Sub Arachnoid (PSA)
Kira-kira ¾ harus perdarahan sub arachnoid disebabkan oleh pecahnya
seneusisma 5-6% akibat malformasi dari arteriovenosus.
2. Perdarahan Intra Serebral (PIS)
Penyebab yang paling sering adalah hipertensi, dimana tekanan diastolic pecah.
Harsono (2002) membagi factor risiko yang dapat ditemui pada klien
dengan Stroke yaitu:
1. Faktor risiko utama
a. Hipertensi
Hipertensi dapat mengakibatkan pecahnya maupun menyempitnya
pembuluh darah otak. Apabila pembuluh darah otak menyempit maka

2
aliran darah ke otak akan terganggu dan sel-sel otak akan mengalami
kematian.
b. Diabetes Mellitus
Debetes mellituas mampu ,menebalkan dinding pembuluh darah otak
yang berukuran besar. Menebalnya pembuluh darah otak akan
menyempitkan diameter pembuluh darah yang akan menggangu
kelancaran aliran darah ke otak, pada akhirnya akan menyebabkan
kematian sel- sel otak.
c. Penyakit Jantung
Beberapa Penyakit Jantung berpotensi menimbulkan strok. Dikemudian
hari seperti Penyakit jantung reumatik, Penyakit jantung koroner
dengan infark obat jantung dan gangguan irana denyut janung. Factor
resiko ini pada umumnya akan menimbulkan hambatan atau sumbatan
aliran darah ke otak karena jantung melepaskan sel- sel / jaringan-
jaringan yang telah mati ke aliran darah.
3. Transient Ischemic Attack (TIA)
TIA dapat terjadi beberapa kali dalan 24 jam/ terjadi berkali- kali dalam
seminggu. Makin sering seseorang mengalami TIA maka kemungkinan untuk
mengalami stroke semakin besar.
4. Faktor Resiko Tambahan
a. Kadar lemak darah yang tinggi termasuk Kolesterol dan Trigliserida.
Meningginya kadar kolesterol merupakan factor penting untuk terjadinya
asterosklerosis atau menebalnya dinding pembuluh darah yang diikuti
penurunan elastisitas pembuluh darah.
b. Kegemukan atau obesitas
c. Merokok
Merokok dapat meningkatkan konsentrasi fibrinogen yang akan
mempermudah terjadinya penebalan dinding pembuluh darah dan
peningkatan kekentalan darah.
d. Riwayat keluarga dengan stroke
e. Lanjut usia
Penyakit darah tertentu seperti polisitemia dan leukemia. Polisitemia dapat
menghambat kelancaran aliran darah ke otak. Sementara leukemia/ kanker
darah dapat menyebabkan terjadinya pendarahan otak.

3
f. Kadar asam urat darah tinggi
g. Penyakit paru- paru menahun.
C. Manefestasi Klinis
Stroke ini menyebabkan berbagai defisit neurologik, bergantung pada lokasi
lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak
adekuat, dan jumlah aliran darah kolateral (sekunder atau aksesori).
1. Kehilangan motorik : hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi) karena lesi pada
sesi otak yang berlawanan, hemiparesis atau kelemahan salah satu sisi tubuh.
2. Kehilangan komunikasi : disartria (kesulitan bicara), disfasia atau afasia (bicara
defektif atau kehilangan bicara), apraksia (ketidakmampuan untuk melakukan
tindakan yang dipelajari sebelumnya)
3. Gangguan persepsi: disfungsi persepsi visual, gangguan hubungan visual-
spasial, kehilangan sensori
4. Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologis
5. Disfungsi kandung kemih
Gejala - gejala CVA muncul akibat daerah tertentu tidak berfungsi yang
disebabkan oleh terganggunya aliran darah ke tempat tersebut. Gejala itu muncul
bervariasi, bergantung bagian otak yang terganggu. Gejala-gejala itu antara lain
bersifat:
1. Sementara
Timbul hanya sebentar selama beberapa menit sampai beberapa jam dan hilang
sendiri dengan atau tanpa pengobatan. Hal ini disebut Transient ischemic attack
(TIA). Serangan bisa muncul lagi dalam wujud sama, memperberat atau malah
menetap.
2. Sementara, namun lebih dari 24 jam
Gejala timbul lebih dari 24 jam dan ini dissebut reversible ischemic neurologic
defisit (RIND)
3. Gejala makin lama makin berat (progresif)
Hal ini desebabkan gangguan aliran darah makin lama makin berat yang disebut
progressing stroke atau stroke inevolution
4. Sudah menetap/permanent, (Harsono, 2003).
D. Patofisiologi
Menurut Hudak dan Gallo aliran darah di setiap otak terhambat karena
trombus atau embolus, maka terjadi kekurangan oksigen ke jaringan otot,

4
kekurangan oksigen pada awalnya mungkin akibat iskemia imun (karena henti
jantung atau hipotensi) hipoxia karena proses kesukaran bernafas suatu sumbatan
pada arteri koroner dapat mengakibatkan suatu area infark (kematian jaringan).
Berdasarkan Price SA dan Wilson Lorraine M (perdarahan intraksional) biasanya
disebabkan oleh ruptura arteri cerebri ekstravasasi darah terjadi di daerah otak atau
subarachnoid, sehingga jaringan yang terletak di dekatnya akan tertekan. Darah ini
sangat mengiritasi jaringan otak, sehingga mengakibatkan vasospasme pada arteri
di sekitar pendarahan, spasme ini dapat menyebaar ke seluruh hemisfer otak,
bekuan darah yang semua lunak akhirnya akan larut dan mengecil, otak yang
terletak di sekitar tempat bekuan dapat membengkak dan mengalami nekrosis.

5
E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosa
stroke antara lain adalah:
1. Angiografi
Arteriografi dilakukan untuk memperlihatkan penyebab dan letak gangguan.
Suatu kateter dimasukkan dengan tuntunan fluoroskopi dari arteria femoralis di
daerah inguinal menuju arterial, yang sesuai kemudian zat warna disuntikkan.
2. CT-Scan
CT-scan dapat menunjukkan adanya hematoma, infark dan perdarahan.
3. EEG (Elektro Encephalogram)
Dapat menunjukkan lokasi perdarahan, gelombang delta lebih lambat di daerah
yang mengalami gangguan.
4. Pungsi Lumbal
Menunjukan adanya tekanan normal, Tekanan meningkat dan cairan yang
mengandung darah menunjukan adanya perdarahan
5. MRI : Menunjukan daerah yang mengalami infark, hemoragik.
6. Ultrasonografi Dopler : Mengidentifikasi penyakit arteriovena
7. Sinar X Tengkorak : Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal.
(Harsono, 2003).
F. Komplikasi
Komplikasi utama pada stroke menurut Smeltzer C. Suzanne, 2002 yaitu :
1. Hipoksia Serebral
2. Penurunan darah serebral
3. Luasnya area cedera
G. Penatalaksanaan
1. Perawatan umum stroke
a. Penatalaksanaan awal selama fase akut dan mempertahankan fungsi tubuh
Mengenai penatalaksanaan umum stroke, konsensus nasional pengelolaan
stroke di Indonesia, 2001 mengemukakan hal-hal berikut:
1) Bebaskan jalan nafas dan usahakan ventilasi adekuat, bila perlu berikan
oksigen 0-2 L/menit sampai ada hasil gas darah.
2) Kandung kemih yang penuh dikosongkan, sebaiknya dengan
kateterisasi intermiten.

6
b. Penatalaksanaan tekanan darah dilakukan secara khusus.
Asia Pacific Consensus on Stroke Manajement, 2001, mengemukakan
bahwa peningkatan tekanan darah yang sedang tidak boleh diobati pada fase akut
stroke iskemik. Konsensus nasional pengelolaan stroke di Indonesia, 2002,
mengemukakan bahwa tekanan darah diturunkan pada stroke iskemik akut bila
terdapat salah satu hal berikut :
1. Tekanan sistolik > 220 mmHg pada dua kali pengukuran selang 30 menit.
2. Tekanan diastolik > 120 mmHg pada dua kali pengukuran selang 30 menit.
3. Tekanan darah arterial rata-rata > 130-140 mmHg pada dua kali pengukuran
selang 30 menit.
4. Disertai infark miokard akut/ gagal jantung atau ginjal akut.\
Pada umumnya peningkatan tekanan darah pada fase akut stroke diakibatkan
oleh:
a. Stress daripada stroke
b. Jawaban fisiologis dari otak terhadap keadaan hipoksia
c. Tekanan intrakranial yang meninggi.
d. Kandung kencing yang penuh
e. Rasa nyeri.
Tekanan darah dapat berkurang bila penderita dipindahkan ke tempat yang
tenang, kandung kemih dikosongkan, rasa nyeri dihilangkan, dan bila penderita
dibiarkan beristirahat.
5. Hiperglikemia atau hipoglikemia harus dikoreksi.
Keadaan hiperglikemia dapat dijumpai pada fase akut stroke, disebabkan
oleh stres dan peningkatan kadar katekholamin di dalam serum. Dari percobaan
pada hewan dan pengalaman klinik diketahui bahwa kadar glukosa darah yang
meningkat memperbesar ukuran infark. Oleh karena itu, kadar glukosa yang
melebihi 200 mg/ dl harus diturunkan dengan pemberian suntikan subkutan
insulin.
Konsensus nasional pengelolaan stroke di Indonesia mengemukakan
bahwa hiperglikemia ( >250 mg% ) harus dikoreksi sampai batas gula darah
sewaktu sekitar 150 mg% dengan insulin intravena secara drips kontinyu selama
2-3 hari pertama. Hipoglikemia harus diatasi segera dengan memberikan
dekstrose 40% intravena sampai normal dan diobati penyebabnya.

7
6. Suhu tubuh harus dipertahankan normal.
Suhu yang meningkat harus dicegah, misalnya dengan obat antipiretik
atau kompres. Pada penderita iskemik otak, penurunan suhu sedikit saja,
misalnya 2-3 derajat celsius, sampai tingkat 33ºC atau 34 °C memberi
perlindungan pada otak. Selain itu, pembentukan oxygen free radicals dapat
meningkat pada keadaan hipertermia. Hipotermia ringan sampai sedang
mempunyai efek baik, selama kurun waktu 2-3 jam sejak stroke terjadi, dengan
memperlebar jendela kesempatan untuk pemberian obat terapeutik.
7. Nutrisi peroral hanya boleh diberikan setelah hasil tes fungsi menelan baik, bila
terdapat gangguan menelan atau penderita dengan kesadaran menurun,
dianjurkan melalui pipa nasogastrik.
8. Keseimbangan cairan dan elektrolit dipertahankan. Pemberian cairan intravena
berupa cairan kristaloid atau koloid, hindari yang mengandung glukosa murni
atau hipotonik.
9. Bila ada dugaan trombosis vena dalam, diberikan heparin dosis rendah subkutan,
bila tidak ada kontra indikasi.
Terapi farmakologi yang dapat diberikan pada pasien stroke :
1. Antikoagulasi dapat diberikan pada stroke non haemoragic, diberikan sdalam 24
jam sejak serangan gejala-gejala dan diberikan secara intravena.
2. Obat antipletelet, obat ini untuk mengurangi pelekatan platelet. Obat ini
kontraindikasi pada stroke haemorhagic.
3. Bloker kalsium untuk mengobati vasospasme serebral, obat ini merilekskan otot
polos pembuluh darah.
4. Trental dapat digunakan untuk meningkatkan aliran darah kapiler
mikrosirkulasi, sehingga meningkatkan perfusi dan oksigenasi ke jaringan otak
yang mengalami iskemik.
a. Kebutuhan psikososial
Gangguan emosional, terutama ansietas, frustasi dan depresi
merupakan masalah umum yang dijumpai pada penderita pasca stroke.
Korban stroke dapat memperlihatkan masalah-masalah emosional dan
perilakunya mungkin berbeda dari keadaan sebelum mengalami stroke.
Emosinya dapat labil, misalnya pasien mungkin akan menangis namun pada
saat berikutnya tertawa, tanpa sebab yang jelas. Untuk itu, peran perawat

8
adalah untuk memberikan pemahaman kepada keluarga tentang perubahan
tersebut.
Hal-hal yang bisa dilakukan perawat antara lain memodifikasi
perilaku pasien seperti seperti mengendalikan simulasi di lingkungan,
memberikan waktu istirahat sepanjang siang hari untuk mencegah pasien
dari kelelahan yang berlebihan, memberikan umpan balik positif untuk
perilaku yang dapat diterima atau perilaku yang positif, serta memberikan
pengulangan ketika pasien sedang berusaha untuk belajar kembali satu
ketrampilan.
b. Rehabilitasi selama di rumah sakit
Rehabilitasi di rumah sakit memerlukan pengkajian yang sistematik
dan evaluassi dari defisit dan perbaikan fungsi pasien. Fokus perawatan
adalah langsung membantu pasien belajar kembali kehilangan keterampilan
yang dapat membentu kembali kemungkinan kemandirian pasien. Pada fase
ini pasien dimonitor secara hati-hati untuk mencegah berkembangnya
komplikasi yang lebih lanjut. Adapun intervensi yang dapat kita lakukan
adalah sebagai berikut :
1) Anjurkan pasien untuk mengerjakan sendiri ”personal Hygiene”
semampunya.
2) Ajarkan aktivitas kehidupan sehari-hari dengan menghargai cara pasien
mengkompensasi ketidakmampuan pasien.
3) Anjurkan pasien untuk latihan di tempat tidur.
4) Berikan spesial perawatan kulit.
5) Berikan privacy dengan menggunakan penutup jika ia belajar keahlian
baru seperti belajar makan sendiri.
6) Berikan support emosional.
7) Berikan empati pada perasaan klien.anjurkan keluarga untuk
berpartisipasi.
c. Perencanaan pasien pulang
Untuk mencegah kembalinya klien ke rumah sakit, diperlikan suatu
program untuk membimbing klien dan keluarga yang tercakup dalam
perencanaan pulang. Perencanaan pulang dilakukan segera setelah klien
masuk rumah sakit, yang dilakukan oleh semua anggota tim kesehatan.

9
Perencanaan pulang yang baik adalah perencanaan pulang yang
tersentralisasi, terorganisir, dan melibatkan berbagai anggota tim kesehatan.
Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan yang memberikan
pelayanan kesehatan melalui asuhan keperawatan mutlak harus mengikuti
dan berperan aktif dalam mementukan rencana pemulangan klien, sehingga
klien mendapatkan pelayanan yang holistik dan komprehensif.
Tujuan perencanaan pulang :
1) Mempersiapkan klien untk menyesuaikan diri dengan rumah dan
masyarakat.
2) Agar klien dan keluarga mempunyai pengetahuan dan ketrampilan serta
sikap dalam memperbaiki dan mempertahankan status kesehatannya.
3) Agar klien dan keluarga dapat menerima keadaan diri klien jika terdapat
gejala sisa ( cacat )
4) Membantu merujuk klien ke pelayanan kesehatan lain.
Mengingat banyaknya informasi dan pendidikan yang harus diterima oleh
klien selama perawatan maupun dalam persiapan untuk pulang, maka
prinsip belajar mengajar juga harus diperhatikan dalam proses rencana
pemulangan.
Informasi untuk klien dan keluarga :
a) Gunakan bahasa yang sederhana, jelas dan ringkas.
b) Jelaskan langkah-langkah dalam melaksanakan perawatan.
c) Perkuat penjelasan lisan dengan instruksi tertulis, jika klien bisa
membaca.
d) Motivasi klien mengikuti langkah-langkah tersebut selama perawatan
dan pengobatan.
e) Kenali tanda-tanda dan gejala komplikasi yabg harus dilaporkan kepada
tim kesehatan.
f) Anjurkan keluarga untuk berpartisipasi aktif dalam pengawasan dan
perawatan klien.
g) Berikan keluarga nomor penting yang dapat dihubungi bila klien perlu
pertolongan medis.

10
H. Diagnosa
1. Perubahan perfusi jaringan serebral b.d terputusnya aliran darah : penyakit
oklusi, perdarahan, spasme pembuluh darah serebral, edema serebral.
(Doenges, 2000).
2. Hambatan mobilitas fisik b.d kelemahan neuromuskular, ketidakmampuan
dalam persespi kognitif, kelemahan umum. (Tucker, 1998).
3. Gangguan komunikasi verbal b.d gangguan sirkulasi serebral, gangguan
neuromuskuler, kehilangan tonus otot fasial / mulut, kelemahan umum / letih.
(Carpenito, 1999).
4. Perubahan persepsi sensori b.d penerimaan perubahan sensori transmisi,
perpaduan ( trauma / penurunan neurologi), tekanan psikologis ( penyempitan
lapangan persepsi disebabkan oleh kecemasan). (Doenges, 2000).
5. Kurang perawatan diri b.d kerusakan neuromuskuler, penurunan kekuatan dan
ketahanan, kehilangan kontrol /koordinasi otot. (Tucker, 1998).
6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan pengobatan berhubungan dengan
kurang informasi, keterbatasan kognitif, kurang mengingat, tidak mengenal
sumber dan informasi. (Doenges, 2000)
7. Gangguan pemenuhan nutrisi b.d reflek menelan turun, hilang rasa ujung lidah
I. Intervensi
NO Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
1 Setelah dilakukan 1. Monitor dan catat status 1. Melihat penurunan dan
asuhan keperawatan neurologis secara teratur peningkatkan saraf
selama 3x24 jam 2. Monitor tanda-tanda vital 2. Menentukan keadaan
diharapkan dapat 3. Evaluasi pupil 9 ukuran klien
terpelihara dan bentuk kesamaan dan 3. Melihat reaksi dan
meningkatnya tingkat reaksi terhadap cahaya 0 fungsi
kesadaran, kognisi dan 4. Bantu untuk mengubah 4. Mengurangi penurunan
fungsi sensori/motorik, pandangan , misalnya penglihatan
menampakan stabilisasi pandangan kabur, 5. Mengurangi penurunan
tanda vital dengan perubahan lapang fungsi
kriteriahasil: pandang / persepsi lapang 6. Agar tidak kaku
 Kesadaran pandang 7. Untuk kenyamanan

11
mulai stabil 5. Bantu meningkatakan
 TTV stabil fungsi, termasuk bicara
jika pasien mengalami
gangguan fungsi
6. Kepala dielevasikan
perlahan lahan pada
posisi netral.
7. Pertahankan tirah baring ,
sediakan lingkungan
yang tenang , atur
kunjungan sesuai indikasi

2 Setelah dilakukan 1. Ubah posisi tiap dua jam 1. Mencegah terjadinya


asuhan keperawatan ( prone, supine, miring ) dekubitus
selama 3x24 jam 2. Mulai latihan aktif / pasif 2. Agar tidak terjadinya
diharapkan dapat Tidak rentang gerak sendi pada kekakuan
ada kontraktur, foot semua ekstremitas 3. Kenyamanan klien
drop dengan kriteria 3. Topang ekstremitas pada 4. Untuk kenyamanan
hasil: posis fungsional , 5. Untuk kenyamanan
 Adanya peningkatan gunakan foot board pada
kemampuan fungsi saat selama periode
perasaan atau paralysis flaksid.
kompensasi dari Pertahankan kepala
bagian tubuh dalam keadaan netral
 Menampakan 4. Evaluasi penggunaan alat
kemampuan bantu pengatur posisi
perilaku / teknik 5. Bantu meningkatkan
aktivitas keseimbangan duduk
sebagaimana
permulaannya
 Terpeliharanya
integritas kulit

12
3 Setelah dilakukan 1. Bantu menentukan 1. Agar tidak terjadinya
asuhan keperawatan derajat disfungsi disfungsi
selama 3x24 jam 2. Sediakan bel khusus jika 2. Mencegah
diharapkan dapat diperlukan kegawatdaruratan
Pasien mampu 3. Sediakan metode 3. Kenyamanan
memahami problem komunikasi alternative 4. Untuk kenyamanan
komunikasi dengan 4. Antisipasi dan sediakan 5. Terciptanya saling
kriteria hasil: kebutuhan pasien kepercayaan
 Pasien mampu 5. Bicara langsung kepada 6. Mencegah terjadinya
bicara pasien dengan perlahan prasanka buruk dan
 Biacara tidak pelo dan jelas mengurangi keadaan
 Bisa menulis 6. Bicara dengan nada
normal

4 Setelah dilakukan 1. Kaji patologi kondisi 1. Mencegah penurunan


asuhan keperawatan individual kesadaran
selama 3x24 jam 2. Evaluasi penurunan 2. Mencegah penurunan
diharapkan dapat visual kesadaran
mempertahakan level 3. Lakukan pendekatan dari 3. Agar pasien tidak
kesadaran dan fungsi sisi yang utuh tersinggung
persepsi pada level 4. Sederhanakan lingkungan 4. Untuk kenyamanan dan
biasanya dengan 5. Bantu pemahaman memepercepat
kriteria hasil: sensori kesembuhan
 Tidak terjadi 6. Beri stimulasi terhadap 5. Mengurangi ketidak
dimensia yang sisa-sisa rasa sentuhan reaksi saraf
berlebihan 7. Pertahankan kontak mata 6. Mengurangi kematian
 Bisa melihat saat berhubungan sel-sel saraf
7. Meningkatkan
kepercayaan

5 Setelah dilakukan 1. Kaji derajat 1. Untuk mengetahui


asuhan keperawatan ketidakmampuan dalam sejauhmana pasien
selama 2x24 jam melakukan aktivitas tidak bisa bisa
diharapkan perawatan diri (mandi, melakukan aktivitasnya

13
dapatmelakukan makan, toile training) sendiri
aktivitasnya secara 2. Lakukan perawatan kulit 2. Untuk kenyaman
mandiri dengan selama 4-5 jam, gunakan pasien
kriteria hasil: loiton yang mengandung 3. Untuk kenyaman
 Melakukan ADL minyak, inspeksi bagian pasien
sendiri di atas tulang yang 4. Untuk kenyamanan
 Keluarga mampu menonjol setiap hari pasien
melakukan untuk mengetahui adanya 5. Untuk memenuhi
perawatan pada kerusakan. kebutuhan nutri pasien
pasien stroke 3. Berikan hygiene fisik dan sebagai cadangan
 Menunjukan total, sesuai indikasi, sisi makanan
perubahan gaya rambut setiap hari,
hidup keramas setiap minggu
sesuai indikasi.
4. Lakukan oral hygiene
setiap 4-8 jam, sikat gigi,
bersihkan membran
mukosa dengan pembilas
mulut, jaga agar kuku
tetap terpotong rapi dan
bersih.
5. Kaji dan pantau status
nutrisi.

6 Setelah dilakukan 1. Diskusikan keadaan 1. Agar pasien dan


asuhan keperawatan patologis yang khusus keluarga tau
selama 1x24 jam dan kekuatan pada sejauhmana keparahan
diharapkan pasien. penyakitnya
pengetahuan keluarga 2. Diskusikan rencana untuk 2. Untuk proses
dan klien bertambah memenuhi perawatan penyembuhan pasien
dengan kriteria hasil: diri. 3. Untuk mengetahui
 Mengatakan 3. Identifikasi faktor resiko faktor penyebab dari

14
mengerti tentang (seperti hipertensi, penyakit
penyakitnya merokok, aterosklerosis, 4. Untuk mengetahui
dan lain-lain) dan tanda dan gejala yang
perubahan pola hidup mana yang harus
yang penting. ditangani terlebih
4. Identifikasi tanda dan dahulu
gejala yang memerlukan
kontrol secara menerus

7 Setelah dilakukan 1. Pantau masukan makanan 1. Untuk menentukan


asuhan keperawatan setiap hari intake dan output
selama 1x24 jam 2. Ukur BB setiap hari 2. Melihat penuruna BB
diharapkan pasien sesuai indikasi 3. Menjaga keseimbangan
dapat berpartisipasi 3. Dorong pasien untuk BB
dalam intervensi makan diit tinggi kalori 4. Untuk kenyamanan
spesifik untuk kaya nutrien sesuai 5. Melihat output
merangsang nafsu program
makan dengan kriteria 4. Kontrol faktor
hasil: lingkungan (bau, bising),
 BB stabil hindari makanan terlalu
 Pasien manis,berlemak dan
mengungkapkan pedas. Ciptakan suasana
pemasukan adekuat makan yang
menyenangkan
5. Identifikasi pasien yang
mengalami mual muntah

15
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. K DENGAN STROKE DI PANTI
JOMPO WELAS ASIH Kp. PENGKOLAN RT 05/ RW 01 DS.
CIKADONGDONG
KEC. SINGAPARNA KAB. TASIKMALAYA

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
a. Nama : Ny. K
b. Umur : 76 tahun
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Suku : Sunda
e. Agama : Islam
f. Pendidikan : SD
g. Status Perkawinan : Janda
h. Tanggal Pengkajian :19 Maret 2017
i. Tanggal Masuk Panti : 18 Juli 2015
j. Alamat : Singaparna

2. Status Kesehatan Saat ini


Ny. K mengeluh pusing sejak semalam. Sakit kepalanya berdenyut-
denyut. Pusing semakin dirasakan jika Ny. K banyak bergerak dan berkurang
jika istirahat. Kadang Ny. K merasakan nyeri pada kaki sebelah kanannya. Ny.
K mengatakan kurang tidur dan kurang paham mengenai penyakit stroke yang
dialaminya saat ini. Dalam pergerakannya Ny. K sebagian di bantu oleh
pengurus panti yang ada disitu karena kaki Ny. K yang sebelah kanan lemas saat
berjalan.
2. Riwayat Kesehatan Dahulu
Ny. K mengatakan 1 tahun yang lalu pernah mengalami sakit Stroke
Ringan yang mengakibatkan kesehatan fisiknya jadi terganggu.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ny. K mengatakan di keluarganya tidak ada yang menderita penyakit
keturunan seperti Hipertensi, DM, Jantung. Serta tidak ada penyakit menular
seprti TBC, Hepatitis, dan HIV AIDS.

16
5. Pemeriksaan Tanda-tanda Vital
a. Tekanan darah : 170/90 mmHg
b. Nadi : 80 kali/menit
c. Suhu : 36oC
d. Respirasi : 22 kali/menit
e. Berat badan : 58 kg
6. Tinjauan System
a. Keadaan umum
Keadaan Ny. K tampak sedikit lemah. Ketika berjalan di bantu oleh
pengurus panti dan teman yang lainnya yang masih sehat yang berada
disekitarnya karena kakinya kaku untuk berjalan dan digerakkan di takutkan
akan jatuh.
b. Kepala, wajah, mata, leher
1) Kepala tampak bulat, tidak ada lesi dan benjolan, rambut tampak beruban
dan sedikit botak di bagian kanan, kulit tidak sianosis, turgor kulit baik.
Suhu teraba 36 0 C.
2) Sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis, pupil isokor
3) Tidak teraba ada pembesaran kelenjar getah bening
4) Hidung tampak simetris, tampak ada sedikit cairan.
c. Sistem pernapasan
Bentuk thorax normal, tidak tampak ada retraksi intercostal, vocal
premitus merata di semua lapang paru, perkusi terdengar sonor, auskultasi
terdengar vesikular. Pernafasan 22 kali / menit. Tidak terdapat cuping hidung.
d. Sistem kardiovaskuler
Auskultasi tidak terdengar murmur , Tekanan darah 130 / 90 mmHg, Nadi 80
kali / menit, CRT kembali kurang dari 2 detik.
e. Sistem urinaria
Ny. K BAK 2-4 kali/hari, tidak sakit saat BAK dan lancar. Warna kuning
jernih dan berbau.
f. Sistem muskulosceletal
Kedua kaki Ny. K tampak sejajar dan sama besar dan panjang. Tidak tampak
adanya kifosis dan scoliosis. Kemampuan untuk mengubah posisi kurang baik,

17
kekuatan otot tangan pada saat meremas agak lemah. Dan untuk berjalan juga
kedua kakinya tampak lemah dan ketika berjalan di bantu.
g. Sistem syaraf pusat
1) Nervus I (Olfactorius) : Ny. K dapat membedakan bau dari minyak kayu
putih dan minyak wangi/parfum.
2) Nervus II (Opticus) : Ny. K masih bisa melihat jauh tulisan, orang dan
benda-benda yang kecil tanpa bantuan kacamata.
3) Nervus III, IV, V (Oculomotoris, Trochlearis, Abdusen)
Untuk pergerakan bola matanya masih bagus, berkedip secara spontan. Bola
matanya mampu digerakan ke atas bawah, samping dan memutar ditambah
abduksi bola matanya masih bagus.
4) Nervus V (Trigeminus)
Sensasi sensorik kulit wajah klien baik, dapat merasakan goresan kapas
pada pipi kanan.
5) Nervus VII (Facialis)
Ny. K dapat menggerakan alis dan mengerutkan dahi, senyumnya tidak
simetris.
6) Nervus VIII (Vestibulococlear)
Fungsi keseimbangan baik dan pendengarannya masih jelas.
7) Nervus IX, X (Glasopharingeus, Vagus)
Reflek menelan baik, makan satu porsi habis, 1/3 lidah belakangnya mampu
merasakan sensasi rasa dengan baik. Volume suaranya kurang kencang dan
suaranya kurang jelas ketika berbicara.
8) Nervus XI (Accesorius)
Ny. K dapat menggerakkan kedua bahunya dan menggerakkan kepalanya,
serta menggerakan lehernya.
9) Nervus XII ( Hipoglosus )
Ny. K dapat berbicara tetapi kurang jelas (pelo), diakibatkan penyakit
strokenya dan lidah berfungsi baik.
h. Sistem endokrin
Ny. K mengatakan tidak mempunyai penyakit DM dan gondok.
a. Sistem reproduksi
Tidak terkaji

18
b. Sistem integument
Kulit tampak sedikit keriput dan kering, warna kulit sawo matang, tidak tampak
ada lesi, elastisitas kulit berkurang.
7. Pengkajian Psikososial dan Spiritual
a. Psikososial Ny. K mengatakan kurang bisa bersosialisasi dengan penghuni
panti lainnya, cukup ramah terhadap penghuni panti, mengaku kurang puas
dalam bersosialisasi karena keterbatasan ruang gerak yang di akibatkan oleh
penyakit strokenya.
b. Emosi Ny. K mengatakan susah tidur, kadang merasa gelisah, stabil dan
kurang kooperatif saat diajak bicara.
c. Spiritual Ny. K mengatakan jarang melaksanakan solat dan berdo’a, tapi
beliau yakin terhadap kekuasaan Alloh SWT.
8. Pengkajian Fungsional Klien
a. Katz index
No. Kegiatan Mandiri Bantuan Bantuan
Sebagian Penuh
1 Mandi B
2 Berpakaian B
3 Ke Kamar Kecil B
4 Berpindah Tempat B
5 BAK/BAB B
6 Makan/Minum A
Ny. K tidak dapat beraktivitas secara mandiri tanpa pengawasan,
pengarahan, atau bantuan aktif dari orang lain. Namun sebagian pergerakannya di
bantu oleh temannya.
b. Barthel index
No. Kegiatan Dengan Mandiri
Bantuan
1 Makan/Minum 5
2 Berpindah dari kursi roda ke tempat 7
tidur/sebaliknya
3 Kebersihan diri (cuci muka, gosok gigi, 5
menyisir rambut)

19
4 Keluara masuk kamar mandi (menyeka 0
tubuh, menyiram, mencuci baju)
5 Mandi 5
6 Jalan-jalan di permukaan datar 0
7 Naik turun tangga 5
8 Memakai baju 5
9 Kontrol BAK 5
10 Kontrol BAB 5
Jumlah 42
Keterangan: Jumlah skor 100 = mandiri. Jumlah skor 50-95 =
ketergantungan sebagian Jumlah skor kurang dari 45 = ketergantungan total
Jumlahnya 42 artinya Ny. K ketergantungan total.
9. Pengkajian Status Mental Short Portable Mental Status Questioner (SPSMQ)
Benar Salah No. Pertanyaan
 1 Tanggal berapa hari ini?
 2 Hari apa sekarang?
 3 Apa nama tempat ini?
 4 Dimana alamat anda?
 5 Berapa umur anda?
 6 Kapan anda lahir?
 7 Siapa presiden Indonesia sekarang?
 8 Siapa presiden Indonesia sebelumnya?
 9 Siapa nama ibu anda?
 10 Kurangi 3 dari 20 & tetap pengurangan 3 dari setiap
angka baru, semua secara berurutan
5 5 Jumlah
Total Skor: Hasil:
1. Salah 0-3 : fungsi intelektual utuh
2. Salah 4-5 : kerusakan intelektual ringan
3. Salah 6-8 : kerusakan intelektual sedang
4. Salah 9-10 : kerusakan intelektual berat
Keterangannya salahnya terdapat 5 artinya Ny. K mengalami kerusakan
intelektual ringan.

20
10. Pengkajian Aspek Kognitif Dari Fungsi Mental
No Aspek Nilai Nilai Klien Kriteria
Kognitif Maks
1 Orientasi 5 1 Menyebutkan dengan benar
:
 Tahun
 Musim
 Tanggal
 Hari
 Bulan
2 Orientasi 5 3 Menyebutkan dengan benar
 Negara Indonesia
 Propinsi Jabar
 Kota Tasikmalaya
 Panti Jompo welas
asih
 Wisma
3 Registrasi 5 3 Pemeriksa mengatakan
nama 3 objek selama 1 detik
kemudian klien mengulang
nama objek tersebut
 Objek handuk
 Objek baju
 Objek jam tangan
4 Perhatian & 5 1 Minta klien untuk memulai
Kalkulasi dari angka 100 kemudian
dikurangi 7 sampai 5 tahap
perhitungan mulai dari 20
5. Mengingat 5 3 Minta klien untuk
menyebutkan atau

21
mengulang ketiga objek
pada no.2
 Objek handuk
 Objek baju
 Objek jam tangan

6 Bahasa 9 5 Tunjukkan pada klien suatu


benda dan tanyakan
namanya!
 Objek
Objek Minta klien untuk
mengulang kata berikut:
 Tak ada jika
 Dan
 Atau
 Tetapi (bila benar
nilai 1)
Minta klien untuk mengikuti
perintah berikut:
 Ambil kertas di
tangan anda Lipat
dua
 Taruh di lantai
Perintahkan pada klien
untuk hal berikut (bila
aktifitas sesuai perintah nilai
1
 Tutup mata anda
Perintahkan pada klien
menilai satu kalimat dan
menyalin gambar:
 Tulis satu kalimat
 Menyalin gambar

22
Total Nilai 16

Interpretasi hasil :
1. Nilai lebih dari 25 = aspek kognitif dan fungsi mental baik
2. Nilai 8-22 = kerusakan aspek fungsi mental ringan
3. Nilai kurang dari 17 = terdapat kerusakan aspek fungsi mental berat
Keterangan: totalnya ada 16 artinya Ny. K mengalami kerusakan aspek fungsi
mental ringan.
B. ANALISA DATA
NO DATA KEMUNGKINAN MASALAH
PENYEBAB
1 DS : Trombus, emboli serebral Gangguan perfusi
 Pasien mengatakan ↓ jaringan
bahwa sebagaian Sumbatan aliran darah dan O2
tubuh pasien tidak serebral
bisa digerakan ↓
 Klien mengatakan Infark jaringan serebral
kaki dan tangannya ↓
kaku untuk Gg. Perfusi jaringan
digerakkan
 Klien mengatakan
nyeri kepala, dan
susah tidur
DO :
 Aktifitas klien di
bantu oleh pengurus
panti
 TD 170/90mmHg

2 DS: Stroke Kurang


 Klien bertanya ↓ pengetahuan
tentang penyakitnya Kurang terpapar informasi

23
DO: tentang stroke
 Klien tampak ↓
kebingungan Kurang pengetahuan tentang
stroke

3 DS: Stroke Gangguan


 Klien mengatakan ↓ Mobilitas fisik
kaku untuk Hemisfer kanan
menggerakkan ↓
sebagian anggota Hemiplegi kiri
tubuhnya (tangan dan ↓
kaki kanannya) Kelemahan fisik
DO: ↓
 Klien terlihat kaku Gg. Mobilitas fisik
untuk menggerakkan
tangan dan kaki
kanannya
 Berdiri dan duduk
dibantu oleh pengurus
panti

4 DS: Trombus, emboli serebral Gangguan


 Klien mengatakan ↓ komunikasi verbal
sulit untuk bicara Sumbatan aliran darah dan O2
dengan jelas serebral
DO: ↓
 Pelo Infark jaringan serebral
 Tidak bisa menulis ↓
Hemisfer kiri

Afasia

Gg. Komunikasi verbal

24
5 DS: Stroke Kurang perawatan
 Klien mengatakan ↓ diri
kebutuhan ADL Hemisfer kiri
dibantu oleh ↓
pengurus panti Hemiplegi kanan
D0: ↓
 Klien tampak sedikit Kelemahan fisik
kotor dan bau ↓
Kurang perawatan diri

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan perfusi jaringan otak b.d perdarahan intracerebral
2. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan pengobatan berhubungan dengan
kurang informasi, keterbatasan kognitif, kurang mengingat, tidak mengenal
sumber dan informasi
3. Gangguan mobilitas fisik b.d hemiparese/hemiplagia
4. Gangguan komunikasi verbal b.d gangguan neuromuskuler, kehilangan tonus
otot fasial / mulut, kelemahan umum / letih
5. Kurang perawatan diri b.d kerusakan neuromuskuler, penurunan kekuatan dan
ketahanan, kehilangan kontrol /koordinasi otot

D. INTERVENSI KEPERAWATAN
PERENCANAAN
No Tgl Diagnosa Tujuan Dan Intervensi Rasional
dan Keperawatan Kriteria Hasil
Jam
1 19 Gangguan Setelah 1. Observasi dan 1. Mengetahui
Maret perfusi dilakukan catat tanda-tanda setiap
2017 jaringan otak tindakan vital dan kelain perubahan
Jam b.d perdarahan keperawatan tekanan yang terjadi
10.00 intracerebral 1x24 jam intrakranial tiap pada klien
diharapkan dua jam secara dini dan
perfusi 2. Ciptakan untuk

25
jaringan otak lingkungan yang penetapan
dapat tercapai tenang dan batasi tindakan yang
secara optimal pengunjung tepat.
ditandai 3. Kolaborasi 2. Rangsangan
dengan: dengan tim aktivitas yang
 Klien tidak dokter dalam meningkat
gelisah pemberian terapi dapat
 Tidak ada airan intravena meningkatkan
keluhan dan obat-obatan kenaikan TIK.
nyeri kepala sesuai program 3. Memperbaiki
 Tanda-tanda dokter. sel yang masih
vital viable dan
normal(nadi : mengobati
60- perdarahan
100x/menit, yang ada di
suhu: 36-37º otak.
C,
pernafasan
16-
20x/menit)

2 20 Kurang Setelah 1. Diskusikan 1. Agar pasien


Maret pengetahuan dilakukan keadaan umum tau
2017 mengenai asuhan pasien. sejauhmana
Jam kondisi dan keperawatan 2. Diskusikan keparahan
09.00 pengobatan selama 1x24 rencana untuk penyakitnya
berhubungan jam 3. memenuhi 2. Untuk proses
dengan kurang diharapkan perawatan diri. penyembuhan
informasi, pengetahuan 4. Identifikasi faktor pasien
keterbatasan keluarga dan resiko (seperti 3. Untuk
kognitif, klien hipertensi, mengetahui
kurang bertambah merokok, faktor
mengingat, dengan kriteria aterosklerosis, penyebab dari
tidak hasil: dan lain-lain) dan penyakit
26
mengenalsumb  Mengatakan perubahan pola 4. Untuk
er dan mengerti hidup yang mengetahui
informasi tentang penting. tanda dan
penyakitnya 5. Identifikasi tanda gejala yang
dan gejala yang mana yang
memerlukan harus
kontrol secara ditangani
menerus. terlebih dahulu

3 21 Gangguan Setelah 1. Ubah posisi tiap 1. Mencegah


Maret mobilitas fisik dilakukan dua jam terjadinya
2017 b.d asuhan 2. Mulai latihan dekubitus
Jam hemiparese/he keperawatan aktif / pasif 2. Agar tidak
10.00 miplagia selama 2x24 rentang gerak terjadinya
jam sendi pada semua kekakuan
diharapkan ekstremitas 3. Untuk
dapat Tidak 3. Bantu kenyamanan
ada kontraktur, meningkatkan
foot drop keseimbangan
dengan kriteria duduk
hasil:
 Adanya
peningkatan
kemampuan
fungsi
perasaan
atau
kompensasi
dari bagian
tubuh
 Menampak
an
kemampuan
perilaku /
27
teknik
aktivitas
sebagaiman
a
permulaann
ya
 Terpelihara
nya
integritas
kulit

4 22 Gangguan Setelah 1. Bantu 1. Agar tidak


Maret komunikasi dilakukan menentukan terjadinya
2017 verbal b.d asuhan derajat disfungsi disfungsi
Jam gangguan keperawatan 2. Bicara langsung 2. Terciptanya
09.00 neuromuskuler selama 3x24 kepada pasien saling
, kehilangan jam dengan perlahan kepercayaan
tonus otot diharapkan dan jelas 3. Mencegah
fasial / mulut, dapat Pasien 3. Bicara dengan terjadinya
kelemahan mampu nada normal prasanka
umum / letih memahami buruk dan
problem mengurangi
komunikasi keadaan
dengan kriteria
hasil:
 Pasien
mampu
bicara
 Biacara
tidak pelo
 Bisa
menulis

28
5 23 Kurang Setelah 1. Kaji derajat 1. Untuk
Maret perawatan diri dilakukan ketidakmampuan mengetahui
2017 b.d kerusakan asuhan dalam melakukan sejauhmana
Jam neuromuskular keperawatan aktivitas pasien tidak
15.30 , penurunan selama 2x24 perawatan diri bisa bisa
kekuatan dan jam (mandi, makan, melakukan
ketahanan, diharapkan toile training) aktivitasnya
kehilangan dapat 2. Lakukan sendiri
kontrol/koordi melakukan perawatan kulit 2. Untuk
nasi otot aktivitasnya selama 4-5 jam, kenyaman
secara mandiri gunakan loiton pasien
dengan kriteria yang 3. Untuk
hasil: mengandung kenyaman
 Melakukan minyak, inspeksi pasien
ADL agian di atas 4. Untuk
sendiri tulang yang kenyamanan
 Keluarga menonjol setiap pasien
mampu hari untuk
melakukan mengetahui
perawatan adanya
pada pasien kerusakan.
stroke 3. Berikan hygiene
 Menunjuka fisik total, sesuai
n indikasi, sisir
perubahan rambut setiap
gaya hidup hari, keramas
setiap minggu
sesuai indikasi.
4. Lakukan oral
hygiene setiap 4-
8 jam, sikat gigi,
bersihkan
membran mukosa

29
dengan pembilas
mulut, jaga agar
kuku tetap
terpotong rapi
dan bersih

E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No Jam/tgl Diagnosa Implementasi Hasil/respon Pelaksa
Keperawatan na/paraf
1 19 Gangguan 1. Mengobservasi dan 1. Klien bisa tidur
Maret perfusi jaringan catat tanda-tanda dengan nyenyak
2017 otak b.d vital dan kelain 2. Klien merasa
Jam perdarahan tekanan nyaman dengan
10.00 intracerebral intrakranial tiap lingkungan yang
dua jam tenang dan klien
2. Menciptakan bisa beristirahat
lingkungan yang 3. Nyeri mulai
tenang dan batasi berkurang
pengunjung
3. Melakukan
kolaborasi dengan
tim dokter dalam
pemberian terapi
cairan intravena
dan obat-obatan
sesuai program
dokter.

2 20 Kurang 1. Mendiskusikan 1. Pasien mulai


Maret pengetahuan keadaan umum mengerti
2017 mengenai pasien. seberapa parah
Jam kondisi 2. Mendiskusikan penyakitnya
09.00 danpengobatan rencana untuk 2. Menunjukan ke
berhubungan memenuhi arah proses

30
dengan kurang perawatan diri. penyembuhan
informasi, 3. Mengidentifikasi 3. Mengetahui
keterbatasan faktor resiko faktor penyebab
kognitif, kurang (seperti hipertensi, dari penyakit
mengingat, tidak merokok, 4. Mengetahui tanda
mengenal aterosklerosis, dan dan gejala yang
sumber dan lain-lain) dan mana yang harus
informasi perubahan pola ditangani terlebih
hidup yang dahulu
penting.
4. Mengidentifikasi
tanda dan gejala
yang memerlukan
kontrol secara
menerus.

3 21 Gangguan 1. Merubah posisi 1. Klien merasa


Maret mobilitas fisik tiap dua jam nyaman
2017 b.d 2. Melatih latihan 2. Tangan dan kaki
Jam hemiparese/hem aktif / pasif rentang pasien tidak
10.00 iplegia gerak sendi pada terlalu kaku
semua ekstremitas 3. Klien tidak
3. Membantu mudah terjatuh
meningkatkan dari tempat
keseimbangan duduknya
duduk

4 22 Gangguan 1. Membantu 1. Agar tidak


Maret komunikasi menentukan terjadinya
2017 verbal b.d derajat disfungsi disfungsi
Jam gangguan 2. Berbicara langsung 2. Terciptanya
09.00 neuromuskuler, kepada pasien saling
kehilangan dengan perlahan kepercayaan
tonus otot fasial dan jelas 3. Mencegah

31
/ mulut, 3. Berbicara dengan terjadinya
kelemahan nada normal prasanka buruk
umum / letih dan mengurangi
keadaan

5 23 Kurang 1. Mengkaji derajat 1. Untuk


Maret perawatan diri ketidakmampuan mengetahui
2017 b.d kerusakan dalam melakukan sejauhmana
Jam neuromuskular, aktivitas perawatan pasien tidak bisa
15.30 penurunan diri (mandi, bisa melakukan
kekuatan dan makan, toile aktivitasnya
ketahanan, training) sendiri
kehilangan 2. Melakukan 2. Untuk kenyaman
kontrol/koordina perawatan kulit pasien
si otot selama 4-5 jam, 3. Untuk kenyaman
gunakan loiton pasien
yang mengandung 4. Untuk
minyak, inspeksi kenyamanan
bagian di atas pasien
tulang yang
menonjol setiap
hari untuk
mengetahui adanya
kerusakan.
3. Memberikan
hygiene fisik total,
sesuai indikasi,
sisir rambut setiap
hari, keramas
setiap minggu
sesuai indikasi.
4. Melakukan oral
hygiene setiap 4-8

32
jam, sikat gigi,
bersihkan
membran mukosa
dengan pembilas
mulut, jaga agar
kuku tetap
terpotong rapi dan
bersih

F. EVALUASI KEPERAWATAN
No Tgl dan Diagnosa Perkembangan Pelaksana
Jam Keperawatan Pasien
1 19 Maret Gangguan perfusi S : Pasien mengatakan nyeri
2017 jaringan otak b.d kepala berkurang, mulai bisa
Jam 10.00 perdarahan tidur dengan nyenyak
intracerebral O : Tanda – tanda vital dan
K.U mulai stabil
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
dengan menyuruh pasien untuk
selalu menjaga kondisinya

2 20 Maret Kurang S : Pasien mengatakan sudah


2017 pengetahuan mulai mengerti dengan
Jam 09.00 mengenai kondisi keadaan penyakitnya
dan pengobatan O : Pasien sudah tidak tampak
berhubungan kebingungan
dengan kurang A : Masalah belum teratasi
informasi, P : Lanjutkan intervensi
keterbatasan dengan menyuruh pasien selalu
kognitif, kurang bertanya tentang penyakitnya
mengingat, tidak apabila masih ada yang belum
mengenal sumber dipahami
dan informasi
33
3 21 Maret Gangguan S : pasien mengatakan sudah
2017 mobilitas fisik b.d bisa melakukan aktifitas
Jam 10.00 hemiparese/hemipl sebagian
egia O : Pasien dibantu dengan
minimum
A : Masalah teratasi sebagian
P : tindakan dilanjutkan
dengan menganjurkan pasien
melakukan aktifitas secara
bertahap, memberi support
pada pasien dalam melakukan
aktifitas dan terus melakukan
gerakan – gerakan kecil
supaya tubuh tidak kaku

4 22 Maret Gangguan S : Pasien mengatakan sudah


2017 komunikasi verbal mulai bisa bicara dengan jelas
Jam 09.00 b.d gangguan O : Pasien mulai mau belajar
neuromuskuler, menulis kembali
kehilangan tonus A : Masalah belum teratasi
otot fasial / mulut, P : Lanjutkan intervensi
kelemahan umum / dengan terus mengajak pasien
letih berkomunikasi dan belajar
menulis
5 23 Maret Kurang perawatan S : Pasien mengatakan sudah
2017 diri b.d kerusakan bisa melakukan kegiatan ADL
Jam 15.30 neuromuskular, sebagian dan dilakukan rutin
penurunan setiap hari
kekuatan dan O : Pasien dibantu dengan
ketahanan, minimum
kehilangan A : Masalah teratasi sebagian
kontrol/koordinasi P : Lanjutkan tindakan

34
otot intervensi dengan menyuruh
pasien untuk selalu merawat
kebersihan dirinya

35
DAFTAR PUSTAKA

 Ancowitz, A. 2002. The Stroke Book. New York : William Morrow and
Company, inc.
 Chalhoon. JC. 2003. Masa Tua. Jakarta : EGC
 Depkes. 2002. Menjaga hidup sehat pada lansia. Jakarta: Salemba medika
 Elizabet, j, corwin. 2001. Seputar stroke. Jakarta: Paradigma
 Harsono. 2002. Penyakit stroke. Jakarta: Hipokrates
 Hudak Gallo. 2002. Keperawatan Kritis. Edisi VI Volume II. Jakarta : EGC.
 Hurloock. 2004. Ciri-ciri lansia. Jakarta: Djambatan
 Lumbantobing. 2002. Neurogeriatri. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
 Mansjor. 2002. Stroke. Jakarta: Binarupa aksara
 Mardjono.2002. ciri-ciri stroke. Yogyakarta: salemba medika
 Marilynn E, Doengoes, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta :
EGC.
 Pahria, Tuti, dkk. 2002. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta : EGC.
 Prayitno. 2004. Usila . Jakarta: Salemba medika
 Prince. 2002. All about stroke. New York: saddow inc
 Saparinah. 2003. Usia lanjut. Yogyakarta: Paradigma
 Smeltzer & Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth vol 3. Jakarta : EGC.
 Carpenito, L.J., 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, EGC,
Jakarta.
 Doengoes, M.E., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, EGC, Jakarta.
 Long, B.C., 1996, Perawatan Medikal Bedah, Yayasan Ikatan Alumni,
Pendidikan Keperawatan, Padjajaran, Bandung.
 Price, S.A., dan Wilson, L.M, 1995, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit, EGC, Jakarta.

36

Vous aimerez peut-être aussi