Vous êtes sur la page 1sur 32

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DENGAN

DIABETES MILITUS

Disusun Oleh :

STIKES MUHAMMADIYAH MANADO


PRODI S1 KEPERAWATAN
PERIODE 2012-2013
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Rasa syukur yang dalam kami sampaikan ke hadiran Tuhan Yang Maha
Pemurah karena berkat kemurahan-Nya tugas dengan judul Asuhan Keperawatan
Komunitas DM ini dapat kami selesaikan sesuai yang diharapkan.

Kami menyadari, bahwa proses penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, kami telah
berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat
selesai dengan baik dan oleh karenanya, kami dengan rendah hati dan dengan
tangan terbuka menerima masukan, saran dan usulan guna penyempurnaan makalah
ini di kemudian hari.

Kami sadari pula, bahwa dalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini kami menghaturkan rasa
hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
membantu dalam pembuatan makalah ini.

Manado, 18 Oktober 2014

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
b. Rumusan Masalah
c. Tujuan Penulisan
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Keluarga
B. Konsep Dasar DM
BAB III ASKEP KOMUNITAS
a. Pengkajian
b. Diagnosa Masalalah
c. Intervensi
d. Implementasi
e. Evaluasi
BAB V PENUTUP
a. Kesimpulan
b. Saran
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses menua adalah keadaan yang tidak dapat dihindarkan. Manusia seperti halnya
semua makhluk hidup didunia ini mempunyai batas keberadaannya dan akan
berakhir dengan kematian. Perubahan-perubahan pada usia lanjut dan kemunduran
kesehatannya kadang-kadang sukar dibedakan dari kelainan patologi yang terjadi
akibat penyakit. Dalam bidang endokrinologi hampir semua produksi dan
pengeluaran hormon dipengaruhi oleh enzim-enzim yang sangat dipengaruhi oleh
proses menjadi tua.

Diabetes mellitus yang terdapat pada usia lanjut gambaran klinisnya bervariasi luas
dari tanpa gejala sampai dengan komplikasi nyata yang kadang-kadang menyerupai
penyakit atau perubahan yang biasa ditemui pada usia lanjut.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan diabetes mellitus?

2. Bagaimana gambaran klinis diabetes mellitus?

3. Bagaimana asuhan keperawatan keluarga dengan lansia yang menderita diabetes


mellitus?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui definisi diabetes mellitus

2. Mengetahui gambaran klinis diabetes mellitus

3. Mengetahui asuhan keperawatan keluarga dengan lansia yang menderita diabetes


mellitus
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP KELUARGA
1. Pengertian keluarga
Fredman (1998) mendefinisikan bahwa keluarga adalah kumpulan dua orang atau
lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu
yang mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga.

Pakar konseling dari yogyakarta Sayekti (1994) menulis bahwa keluarga adalah
suatu ikatan atau persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa
yang berkelainan jenis hidup bersama atau seorang laki-laki atau seorang
perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri
maupun adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah tangga.

Keluarga merupakan suatu gejala yang bersifat universal dan mempunyai 4


karakteristik pada keluarga.
a. Keluarga terdiri dari orang yang bersatu karena ikatan perkawinan darah atau
adopsi.
b. Para anggota keluarga biasanya hidup bersama dalam suatu rumah membentuk
suatu rumah tangga.
c. Keluarga merupakan satu kesatuan orang yang berinteraksi dan saling
berkomunikasi yang memainkan peran suami dan isteri , bapak dan ibu , anak dan
saudara.
d. Keluarga mempertahankan suatu kebudayaan bersama yang sebagian besar bersal
dari kebudayaan umum yang lebih besar/luas.

Atas landasan keempat dari karakteristik diatas dapat disimpulkan pengertian


keluarga adalah sebagai berikut:
Keluarga merupakan kelompok orang yang dipersatukan dari ikatan perkawinan
,darah atau adopsi yang membentuk suatu rumah tangga yang saling berinteraksi
dan berkomunikasi satu sama lain dengan melalui peran masing-masing sebagai
anggota keluarga dan mempertahankan kebudayaan masyarakat yang berlaku
umum menciptakan kebudayaan sendiri.

2. Tipe-tipe keluarga
Pembagian tipe keluarga bergantung pada konteks keilmuan dan orang yang
mengelompokkan. Secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi 2 yaitu:
a. Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu,
dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.
b. Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga
lain yang masih mempunyai hubungan darah( kakek-nenek,paman-bibi).

Namun dengan berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa


individualisme, pengelompokan tipe keluarga selain kedua diatas berkembang
menjadi:
a. Keluarga bentukan kembali (dyadic family) adalah keluarga baru yang terbentuk
dari pasangan yang telah cerai atau kehilangan pasangannya.
b. Orang tua tunggal(single parent family) adalah keluarga yang terdiri dari salah
satu orang tua dengan anak-anak akibat dari perceraian atau ditinggal pasangannya.
c. Ibu dengan anak tanpa perkawinan( the unmarried teenage mother)
d. Orang dewasa (laki-laki atau perempuan) yang tinggal sendiri tanpa pernah
menikah (the single adult living alone)
e. Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (the nonmarital
heteroseksual cohabiting family) biasanya dapat dijumpai pada daerah kumuh
perkotaan tetapi pada akhirnya mereka dinikahkan oleh pemerintah daerah.
f. Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama (gay and
lesbian family)
3. Fungsi Keluarga
Secara umum fungsi keluarga (Friedman, 1998) adalah sebagai berikut:
a. Fungsi efektif ( the affective function) adalah fungsi keluarga yang utama untuk
mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan
dengan orang lain.fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan
psikososial anggota keluarga.
b. Fungsi sosial dan tepat bersosialisasi (sosialization unsocial placement function)
adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial
sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain diluar rumah.
c. Fungsi reproduksi (the reproduktive function) adalah fungsi untuk
memprtahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
d. Fungsi ekonomi (the economic function), yaitu kelurga berfungsi untuk
memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan
kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga.
e. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (the healt care function) yaitu
fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap
memiliki produktivitas tinggi.

B. KONSEP DASAR DIABETES MELITUS


1. Definisi Diabetes Melitus
Diabetes melitus merupakan kelainan metabolisme yang kronis terjadi defisiensi
insulin atau retensi insulin, di tandai dengan tingginya keadaan glukosa darah
(hiperglikemia) dan glukosa dalam urine (glukosuria) atau merupakan sindroma
klinis yang ditandai dengan hiperglikemia kronik dan gangguan metabolisme
karbohidrat, lemak dan protein sehubungan dengan kurangnya sekresi insulin
secara absolut / relatif dan atau adanya gangguan fungsi insulin.

Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh


kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Mansjoer, 2000).
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh
kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth,
2002).

Diabetes mellitus merupakan penyakit sistemis, kronis, dan multifaktorial yang


dicirikan dengan hiperglikemia dan hipoglikemia. ( Mary,2009)
2. Etiologi
Beberapa ahli berpendapat bahwa dengan bertambahnya umur, intoleransi terhadap
glukosa juga meningkat, jadi untuk golongan usia lanjut diperlukan batas glukosa
darah yang lebih tinggi daripada orang dewasa non usia lanjut.

Pada NIDDM, intoleransi glukosa pada lansia berkaitan dengan obesitas, aktivitas
fisik yang berkurang,kurangnya massa otot, penyakit penyerta, penggunaaan obat-
obatan, disamping karena pada lansia terjadi penurunan sekresi insulin dan insulin
resisten. Lebih dari 50% lansia diatas 60 tahun yang tanpa keluhan, ditemukan hasil
Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) yang abnormal. Intoleransi glukosa ini masih
belum dapat dikatakan sebagai diabetes. Pada usia lanjut terjadi penurunan maupun
kemampuan insulin terutama pada post reseptor.

Pada lansia cenderung terjadi peningkatan berat badan, bukan karena


mengkonsumsi kalori berlebih namun karena perubahan rasio lemak-otot dan
penurunan laju metabolisme basal. Hal ini dapat menjadi faktor predisposisi
terjadinya diabetes mellitus. Penyebab diabetes mellitus pada lansia secara umum
dapat digolongkan ke dalam dua besar :
a. Proses menua/kemunduran (Penurunan sensitifitas indra pengecap, penurunan
fungsi pankreas, dan penurunan kualitas insulin sehingga insulin tidak berfungsi
dengan baik).
b. Gaya hidup (life style) yang jelek (banyak makan, jarang olahraga, minum
alkohol, dan lain-lain.)
Keberadaan penyakit lain, sering menderita stress juga dapat menjadi penyebab
terjadinya diabetes mellitus.
Selain itu perubahan fungsi fisik yang menyebabkan keletihan dapat menutupi
tanda dan gejala diabetes dan menghalangi lansia untuk mencari bantuan medis.
Keletihan, perlu bangun pada malam hari untuk buang air kecil, dan infeksi yang
sering merupakan indikator diabetes yang mungkin tidak diperhatikan oleh lansia
dan anggota keluarganya karena mereka percaya bahwa hal tersebut adalah bagian
dari proses penuaan itu sendiri.

3. Klasifikasi
a. Diabetes melitus tipe I
Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut baik melalui
proses imunologik maupun idiopatik. Karakteristik Diabetes Melitus tipe I:
1. Mudah terjadi ketoasidosis
2. Pengobatan harus dengan insulin
3. Onset akut
4. Biasanya kurus
5. Biasanya terjadi pada umur yang masih muda
6. Berhubungan dengan HLA-DR3 dan DR4
7. Didapatkan antibodi sel islet
8. 10%nya ada riwayat diabetes pada keluarga

b. Diabetes melitus tipe II :


Bervariasi mulai yang predominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin
relatif sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama resistensi insulin.
Karakteristik DM tipe II :
1. Sukar terjadi ketoasidosis
2. Pengobatan tidak harus dengan insulin
3. Onset lambat
4. Gemuk atau tidak gemuk
5. Biasanya terjadi pada umur > 45 tahun
6. Tidak berhubungan dengan HLA
7. Tidak ada antibodi sel islet
8. 30%nya ada riwayat diabetes pada keluarga
9. ± 100% kembar identik terkena

4. Patofisiologi
Dalam proses metabolisme, insulin memegang peranan penting yaitu memasukkan
glukosa ke dalam sel yang digunakan sebagai bahan bakar. Insulin adalah suatu zat
atau hormon yang dihasilkan oleh sel beta di pankreas. Bila insulin tidak ada maka
glukosa tidak dapat masuk sel dengan akibat glukosa akan tetap berada di pembuluh
darah yang artinya kadar glukosa di dalam darah meningkat.

Pada Diabetes melitus tipe 1 terjadi kelainan sekresi insulin oleh sel beta pankreas.
Pasien diabetes tipe ini mewarisi kerentanan genetik yang merupakan predisposisi
untuk kerusakan autoimun sel beta pankreas. Respon autoimun dipacu oleh
aktivitas limfosit, antibodi terhadap sel pulau langerhans dan terhadap insulin itu
sendiri.

Pada diabetes melitus tipe 2 yang sering terjadi pada lansia, jumlah insulin
normal tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang
kurang sehingga glukosa yang masuk ke dalam sel sedikit dan glukosa dalam darah
menjadi meningkat

5. Manifestasi Klinis
Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada lansia
umumnya tidak ada. Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan
ambang ginjal yang tinggi, dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan
tidur, atau bahkan inkontinensia urin. Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang
dirasakan, akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi. Karena itu
tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut. Sebaliknya yang sering
mengganggu pasien adalah keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik pada
pembuluh darah dan saraf.
Pada DM lansia terdapat perubahan patofisiologi akibat proses menua, sehingga
gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai kasus dengan
komplikasi yang luas. Keluhan yang sering muncul adalah adanya gangguan
penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot
(neuropati perifer) dan luka pada tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan
lazim.

Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering


ditemukan adalah :
a. Katarak
b. Glaukoma
c. Retinopati
d. Gatal seluruh badan
e. Pruritus Vulvae
f. Infeksi bakteri kulit
g. Infeksi jamur di kulit
h. Dermatopati
i. Neuropati perifer
j. Neuropati viseral
k. Amiotropi
l. Ulkus Neurotropik
m. Penyakit ginjal
n. Penyakit pembuluh darah perifer
o. Penyakit koroner
p. Penyakit pembuluh darah otak
q. Hipertensi

6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dalam diabetes melitus terbagi menjadi 2, yakni : penatalaksanaan
secara medis dan penatalaksanaan secara keperawatan. Penatalaksanaan secara
medis adalah sebagai berikut:
a. Obat Hipoglikemik oral
1. Golongan Sulfonilurea / sulfonyl ureas
Obat ini paling banyak digunakan dan dapat dikombinasikan denagn obat golongan
lain, yaitu biguanid, inhibitor alfa glukosidase atau insulin. Obat golongan ini
mempunyai efek utama meningkatkan produksi insulin oleh sel- sel beta pankreas,
karena itu menjadi pilihan utama para penderita DM tipe II dengan berat badan
yang berlebihan. Obat – obat yang beredar dari kelompok ini adalah:
a. Glibenklamida (5mg/tablet)
b. Glibenklamida micronized (5 mg/tablet)
c. Glikasida (80 mg/tablet).
d. Glikuidon (30 mg/tablet).
2. Golongan Biguanid / Metformin
Obat ini mempunyai efek utama mengurangi glukosa hati, memperbaiki ambilan
glukosa dari jaringan (glukosa perifer). Dianjurkan sebagai obat tunggal pada
pasien dengan kelebihan berat badan.
3. Golongan Inhibitor Alfa Glukosidase
Mempunyai efek utama menghambat penyerapan gula di saluran pencernaan,
sehingga dapat menurunkan kadar gula sesudah makan. Bermanfaat untuk pasien
dengan kadar gula puasa yang masih normal.

b. Insulin
1. Indikasi insulin
Pada DM tipe I yang tergantung pada insulin biasanya digunakan Human
Monocommponent Insulin (40 UI dan 100 UI/ml injeksi), yang beredar adalah
Actrapid. Injeksi insulin juga diberikan kepada penderita DM tipe II yang
kehilangan berat badan secara drastis. Yang tidak berhasil dengan penggunaan obat
– obatan anti DM dengan dosis maksimal, atau mengalami kontraindikasi dengan
obat – obatan tersebut, bila mengalami ketoasidosis, hiperosmolar, dana sidosis
laktat, stress berat karena infeksi sistemik, pasien operasi berat, wanita hamil
dengan gejala DM gestasional yang tidak dapat dikontrol dengan pengendalian diet.
2. Jenis Insulin
a. Insulin kerja cepat Jenis – jenisnya adalah regular insulin, cristalin zink, dan
semilente.
b. Insulin kerja sedang Jenis – jenisnya adalah NPH (Netral Protamine Hagerdon)
c. Insulin kerja lambat Jenis – jenisnya adalah PZI (Protamine Zinc Insulin)

Sedangkan unuk penatalaksanaan secara keperawatan adalah sebagai berikut:


a. Diet
Salah satu pilar utama pengelolaan DM adalah perencanaan makan. Walaupun telah
mendapat tentang penyuluhan perencanaan makanan, lebih dari 50 % pasien tidak
melaksanakannya. Penderita DM sebaiknya mempertahankan menu diet seimbang,
dengan komposisi idealnya sekitar 68 % karbohidrat, 20 % lemak dan 12 % protein.
Karena itu diet yang tepat untuk mengendalikan dan mencegah agar berat badan
tidak menjadi berlebihan dengan cara : Kurangi kalori, kurangi lemak, konsumsi
karbohidrat komplek, hindari makanan yang manis, perbanyak konsumsi serat.

b. Olahraga
Olahraga selain dapat mengontrol kadar gula darah karena membuat insulin bekerja
lebih efektif. Olahraga juga membantu menurunkan berat badan, memperkuat
jantung, dan mengurangi stress. Bagi pasien DM melakukan olahraga dengan
teratur akan lebih baik, tetapi jangan melakukan olahraga yang berat – berat

7. Pemeriksaan Diagnostik
Glukosa darah sewaktu
a. Kadar glukosa darah puasa
b. Tes toleransi glukosa
Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali
pemeriksaan:
a. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
b. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
c. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl
8. Komplikasi
Komplikasi diabetes mellitus diklasifikasikan menjadi akut dan kronis. Yang
termasuk dalam komplikasi akut adalah hipoglikemia, diabetes ketoasidosis
(DKA), dan hyperglycemic hyperosmolar nonketocic coma (HHNC). Yang
termasuk dalam komplikasi kronis adalah retinopati diabetic, nefropati diabetic,
neuropati, dislipidemia, dan hipertensi.
a. Komplikasi akut
1. Diabetes ketoasidosis
Diabetes ketoasidosis adalah akibat yang berat dari deficit insulin yang berat pada
jaringan adipose, otot skeletal, dan hepar. Jaringan tersebut termasuk sangat
sensitive terhadap kekurangan insulin. DKA dapat dicetuskan oleh infeksi (
penyakit)

b. Komplikasi kronis:
1. Retinopati diabetic
Lesi paling awal yang timbul adalah mikroaneurism pada pembuluh retina.
Terdapat pula bagian iskemik, yaitu retina akibat berkurangnya aliran darah retina.
Respon terhadap iskemik retina ini adalah pembentukan pembuluh darah baru,
tetapi pembuluh darah tersebut sangat rapuh sehingga mudah pecah dan dapat
mengakibatkan perdarahan vitreous. Perdarahan ini bisa mengakibatkan ablasio
retina atau berulang yang mengakibatkan kebutaan permanen.
2. Nefropati diabetic
Lesi renal yang khas dari nefropati diabetic adalah glomerulosklerosis yang nodular
yang tersebar dikedua ginjal yang disebut sindrom Kommelstiel-Wilson.
Glomeruloskleriosis nodular dikaitkan dengan proteinuria, edema dan hipertensi.
Lesi sindrom Kommelstiel-Wilson ditemukan hanya pada DM.
3. Neuropati
Neuropati diabetic terjadi pada 60 – 70% individu DM. neuropati diabetic yang
paling sering ditemukan adalah neuropati perifer dan autonomic.
4. Displidemia
Lima puluh persen individu dengan DM mengalami dislipidemia.
5. Hipertensi
Hipertensi pada pasien dengan DM tipe 1 menunjukkan penyakit ginjal,
mikroalbuminuria, atau proteinuria. Pada pasien dengan DM tipe 2, hipertensi bisa
menjadi hipertensi esensial. Hipertensi harus secepat mungkin diketahuin dan
ditangani karena bisa memperberat retinopati, nepropati, dan penyakit
makrovaskular.
6. Kaki diabetic
Ada tiga factor yang berperan dalam kaki diabetic yaitu neuropati, iskemia, dan
sepsis. Biasanya amputasi harus dilakukan. Hilanggnya sensori pada kaki
mengakibatkan trauma dan potensial untuk ulkus. Perubahan mikrovaskuler dan
makrovaskuler dapat mengakibatkan iskemia jaringan dan sepsis. Neuropati,
iskemia, dan sepsis bisa menyebabkan gangrene dan amputasi.

7. Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah keadaan dengan kadar glukosa darah di bawah 60 mg/dl, yang
merupakan komplikasi potensial terapi insulin atau obat hipoglikemik oral.
Penyebab hipoglikemia pada pasien sedang menerima pengobatan insulin eksogen
atau hipoglikemik oral.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

Kasus :
Tn. M (65 tahun) mempunyai istri Ny. S (60 tahun). Mereka memiliki 2 orang anak,
yakni Ny. K (38 tahun) dan Tn. O (30 tahun). Ny. K yang telah menikah, tinggal
bersama suaminya di luar kota. Tn. O yang juga sudah menikah dengan Ny. J
(27 tahun) yang tinggal bersama Tn. M. Ny.S sering mengeluh banyak
minum, sering kencing serta nafsu makannya meningkat. Keadaanya terlihat lemas,
dan kurang bersemangat. 1 tahun yang lalu, Ny.S dibawa periksa kepuskesmas kota
dan didiagnosa diabetes militus (DM).
Ny. S tidak bisa kontrol teratur ke puskesmas karena yang mengantarkan tidak ada
dan keterbatasan biaya. Tn. M, Tn. O dan Ny. J bekerja sebagai buruh
pabrik. Tn. M kadang (jika ada rejeki) membeli obatnya di apotek terdekat
sesuai foto copi resep dokter. Hasil observasi jari kaki Ny. Ssebelah kiri
terdapat luka kecil sudah 3 minggu belum sembuh.

A. Pengkajian
1. Data Umum
a. Identitas Keluarga
Nama KK : Tn. M
Jenis Kelamin : Laki – laki
Umur : 65 tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Gayaman Kota Mojokerto
b. Komposisi Keluarga
Jenis Hubungan
No nama Umur Pekerjaan ket
kelamin keluarga
1. Tn.M L Suami 65 thn swasta sehat
2. Ny.S P Istri 60 thn Ibu RT DM
3. Tn.O L Anak 30 thn Swasta Sehat
4. Ny.J P Menantu 27 thn Swasta sehat

c. Genogram
d. Type Keluarga : Keluarga usia lanjut
e. Suku / Kebangsaan : Jawa
f. Agama : Islam
g. Status Sosial Ekonomi
1. Kegiatan Organisasi
Keluarga Tn. M termasuk keluarga yang aktif dalam organisasi di
masyarakat.Khususnya Ny. S, ia selalu ikut dalam kegiatan pengajian, arisan dll
walaupun dengan badan yang sudah rentan dan kaki yang terkadang terasa sakit.
2. Keadaan Ekonomi
Keluarga Tn. M termasuk keluarga prasejahtera karena keluarga hanya bisa
mendapatkan uang dari kontrakan dan dari uang gakin serta mendapatkan beras
miskin. Untuk memenuhi kebutuhann sehari-hari keluarga Tn. M hanya
mengandalkan penghasilan anak dan menantunya.
h. Aktivitas Rekreasi Keluarga
Kegiatan rekreasi keluar rumah seperti ikut pengajian namun untuk tamasya Tn.
Mtidak melakukan lagi karena tesangkut masalah biaya dan kondisi sakit yang
dialaminya dan istri. Sedangkan rekreasi di dalam rumah seperti mengobrol dengan
tetangga sebelah di beranda rumah.
2. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
a. Tahap perkembangan keluarga adalah keluarga usia lanjut
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi adalah keluarga telah
memenuhi perkembangannya.
c. Riwayat Keluarga Inti
Ny. S menderita diabetes mellitus tipe 2 setelah kontrol gula darah di puskesmas
November 2011 dan di berikan injeksi insulin.
d. Riwayat Keluarga Sebelumnya
Tidak diketahui apakah orang tua Ny. S menderita diabetes mellitus atau tidak.
Karena tidak pernah diperiksa tim medis.

3. Lingkungan
a. Kharakteristik Rumah
Rumah Tn. M merupakan rumah milik pribadi dengan ukuran kurang lebih 100 m2.
Termasuk rumah semi permanent, berdinding tembok dan juga kayu (gedek)
lantainya dari sebagian semen dan sebagian tanah. Mempunyai 1 ruang tamu, 4
kamar tidur, 1 dapur, 1 kamar mandi dan WC. Ventilasi rumah belum mencukupi
10% dari total bangunan dan lingkungannya tampak kotor.
1. Pembuangan Air Kotor
Ada septik tank dan pembuangan air limbah dengan kondisi baik dengan kedalaman
10 meter terletak di belakang rumah dan jarak dari sumber air kurang dari 10 meter.
2. Pembuangan Sampah
Keluarga mempunyai tempat pembuangan sampah sendiri yang di tempatkan di bak
sampah atau di bagor dan kemudian di ambil petugas sampah setiap 2 hari sekali.
3. Sanitasi
Lingkungan rumah Tn. M tampak sedikit kotor, pekarangan tidak dimanfaatkan
secara maksimal hanya ada beberapa tanaman saja.
4. Jamban Keluarga
Mempunyai jamban keluarga sendiri dengan bentuk leher angsa dan terletak di
dalam rumah.
5. Sumber Air Minum
Keluarga memanfaatkan air sumur yang dikelola satu perumahan.
b. Kharakteristik Tetangga dan Komunitas RW
Tetangga Tn. M termasuk tetangga yang baik, rasa kekeluargaan dan kegotong
royongan tinggi dan selalu siap membantu keluarga Tn. M.
c. Mobilitas Geografi Keluarga
Keluarga Tn. M sudah lama tinggal di rumah tersebut tidak pernah pindah sejak
oranng tuanya masih ada Tn. M tinggal di sana.
d. Sistem Pendukung Keluarga
Keluarga selalu mendapat dukungan dari tetangga dan juga dari keluarga besarnya.
Bila ada masalah kesehatan dengan salah satu anggota keluarga, Tn.
M selalumembawa ke dokter yang terdekat dengan rumah atau ke pak mantra.
Jarak Untuk Pelayanan Kesehatan Terdekat
Puskesmas : kurang lebih 2 km
Puskesmas pembantu : kurang lebih 10 km
Rumah sakit : kurang lebih 15 km
Posyandu : kurang lebih 200 meter
Fasilitas Sosial
Masjid/mushola : kurang lebih 200 km
Pasar : kurang lebih 200 km

4. Struktur Keluarga
a. Pola komunikasi keluarga
Antar anggota keluarga terbina hubungan yang harmonis, dalam menghadapi suatu
permasalahan, biasanya dilakukan musyawarah keluarga sebelum memutuskan
suatu permasalahan. Komunikasi dilakukan dengan sangat terbuka.
b. Struktur kekuatan keluarga
Keluarga merupakan keluarga inti yang terdiri dari suami, istri dan 2 orang anak
dan saling perhatian.
c. Struktur peran keluarga
Tn. M sebagai kepala keluarga bertanggung jawab dalam mengatur rumah
tangganya.
Ny. Ssebagai istri bekerja sebagai ibu rumah tangga.
Tn. O sebagai anak kedua yang telah menikah dengan Ny. J.
d. Nilai dan norma keluarga
Nilai dan norma yang berlaku dalam keluarga menyesuaikan dengan nilai dalam
agama Islam yang dianutnya serta norma masyarakat disekitarnya.

5. Fungsi Keluarga
a. Fungsi afektif
Keluarga cukup rukun dan perhatian dalam membina rumah tangga
b. Fungsi sosial
Keluarga selalu mengajarkan dan menanamkan perilaku sosial yang baik. Keluarga
juga cukup aktif bermasyarakat dengan mengikuti kegiatan yang ada di masyarakat.
c. Fungsi perawatan kesehatan
Keluarga kurang mampu mengenal masalah kesehatan tentang penyakit DM, hal
ini ditunjukkan dengan keluarga kurang menyadari dampak masalah kesehatan
akibat penyakit DM. Keluarga juga tidak tahu bahwa penyakitnya bisa di turunkan
kepada anaknya sehingga harus mendapat pengobatan yang segera dan jangka
waktu yangcukup panjang. Kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan
juga terbatas karena keluarga tidak mengetahui tentang masalah yang terjadi pada
penyakit DM. Keluarga tidak mengetahui langkah-langkah yang harus dilakukan
dalam menangani penyakitnya.
d. Fungsi reproduksi
Tn. M berusia 65 tahun dan Ny. S 60 tahun merupakan
usia lansia, keluarga tidakmenggunakan kontrasepsi pil dan suntik.
e. Fungsi ekonomi
Tn. M bekerja sebagai buruh pabrik untuk kehidupan sehari-harinya ia dibantu oleh
anak dan menantunya yang juga bekerja sebagai buruh pabrik.
6. Stress dan Koping Keluarga
a. Strategi Koping
Tn. M merasa apa yang terjadi pada istrinya merupakan kehendak Tuhan, Tn.
Mhanya bisa pasrah. Bila ada masalah tidak dibuat tegang agar tidak stress berusaha
berpikir dengan pikiran dingin dan lebih santai.
b. Status Emosi
Tn. M termasuk orang yang tidak mudah untuk stress. Ia berusaha membesarkan
hati istri dan anaknya agar tidak gampang emosi sehingga pemikiran dan
pengambilan keputusan memang benar-benar di pikirkan matang-matang.

7. Pemeriksaan Fisik
Melakukan pemeriksaan fisik pada setiap anggota keluarga terutama yang
diidentifikasi sebagai klien atau sasaran pelayanan asuhan keperawatan keluarga.
a. Pemeriksaan fisik umum
Keadaan umum Ny. S nampak lemah dan tidak bersemangat, badannya agak kurus,
banyak makan dan minum.
b. Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 180/100 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Pernapasan : 30 x/menit
Suhu : 37oC
c. Pemeriksaan fisik khusus
1. Kepala
Pada pemeriksaan kepala, tidak ditemukan kelainan, bentuk kepala normal
2. Leher
Pada leher tidak nampak adanya peningkatan tekanan vena jugularis dan arteri
carotis, tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tiroid (struma).
3. Mata
Konjungtiva tidak terlihat anemis, tidak ada katarak, penglihatan masih baik.
4. Telinga
Fungsi pendengaran baik
5. Hidung
Tidak ada kelainan yang ditemukan
6. Mulut
Tidak ada kelainan
7. Dada
Pergerakan dada terlihat simetris, suara jantung S1 dan S2 tunggal,tidak terdapat
palpitasi, suara mur-mur (-), ronchi (-), wheezing (-), nafas cuping hidung (-)
8. Abdomen
Pada pemeriksaan abdomen tidak didapatkan adanya pembesaran hepar, tidak
kembung, pergerakan peristaltik usus baik, tidak ada bekas luka operasi
9. Ekstremitas
Pada pemeriksaan ekstremitas atas dan bawah ditemukan luka kecil pada kaki kiri
dan sudah 3 minggu belum sembuh. Sehingga Ny. S sulit melakukan kegiatan
sehari hari.

8. Harapan Keluarga
Keluarga Tn. M berharap istrinya sembuh dari penyakitnya sehingga dapat
melakukan aktifitas sehari-hari dengan nyaman.

9. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1 Data Subjektif : Ketidakmampuan Ketidakefektifan
Sering BAK terutama keluarga mengenal managemen
padamalam hari masalah , regimen terapeutik
Kesemutan atau kram Ketidakmampuan keluarga
Sering lapar / nafsu makan keluarga
meningkat mengambil
Nafsu makan menurun keputusan
Mual muntah ketidakmampuan
Berat badan menurun keluarga merawat
Lemah anggota keluarga
Sering minum yang sakit,
Pengelihatan kabur ketidakmampuan
Nafas cepat keluarga
Kepala terasa ringan / pusing memanfaatkan
fasilitas kesehatan
Data Objektif :
Berat badan : 56 kg, Tinggi badan :
157 cm
Luka gangren
Nampak lesu, lemah
Tampak kurus
Kulit tidak elastis, otot lengan
dan kaki
lemah
2 Data Subjektif : Ketidakmampuan Resiko terjadinya
Kesemutan atau kram keluarga untuk luka pada kakinya
Sulit melakukan ADL memelihara
Lemah lingkungan
Pengelihatan kabur
Kepala terasa ringan / pusing

Data Objektif :
Luka gangren
Menggunakan alas kaki
Tidak menggunakan alas kaki
Lingkungan rumah kotor
10. Skala Prioritas Masalah
1. Ketidakefektifan managemen regimen terapeutik keluarga berhubungan
denganKetidakmampuan keluarga mengenal masalah, Ketidakmampuan keluarga
mengambil keputusan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang
sakit, ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan

No Kriteria Hitungan Skor Pembenaran


1. Sifat Masalah :actual Ny S mengatakan tidak
tahu kalau menderita DM,
3/3 X 1 1
tahunya di kasih tahu pak
Mantri
2. Kemungkinan masalah
dapat ½X2 1
diubah: Sebagian
3. Potensial masalah Masalah ini sudah lama,
untuk dicegah:cukup kakinya di beri obat dengan
2/3 X 1 2/3 ramuan cina dan di rendam
menggunakan air hangat
yang di kasih garam.
4. Menonjolnya Ny. S tidak mersakan
masalah: masalah sebagi masalah, sudah bias
tidak dirasakan 2/2 X 0 0 any terjadi dan biasanya di
beri ramuan dari cina
rasanyua berkurang.
Jumlah 2 2/3
2. Resiko terjadinya peningkatan ketidaknyamana berhubungan dengan
Ketidakmampuan keluarga merawat anggota yang sakit, ketidakmampuan keluarga
memanfaatkan fasilitas kesehatan.
No Kriteria Hitungan Skor Pembenaran
1. Sifat Masalah : actual Ny. S mengatakan bahwa dia
3/3 X 1 1 menderita gatal-gatal sudah 1
bulan dan tidak sembuh.
2. Kemungkinan masalah Sumber daya keluarga(keuangan)
dapat diubah:sebagian pas-pasan, tegnologi sudah maju,
½X2 1
sokongan masyarakat sangat
besar.
3. Potensial masalah Masalah ini sudah lama terjadi,
untuk dicegah: cukup biasannya menggunkan obat
2/3 X 1 2/3 cina.Biasanya berobat ke pak
Mantri namun jika obatnya habis
terasa gatal.
4. Menonjolnya masalah: Ny. S menganggap ini hal yang
Masalah tidak di ½X0 0 biasa
rasakan
Jumlah 2 2/3

B. Diagnosa prioritas:
1. Ketidakefektifan managemen regimen terapeutik keluarga berhubungan
denganketidakmampuan keluarga mengenal masalah, Ketidakmampuan keluarga
mengambil keputusan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang
sakit, ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan
2. Resiko terjadinya peningkatan ketidaknyamanan berhubungan dengan
Ketidakmampuan keluarga merawat anggota yang sakit, ketidakmampuan keluarga
memanfaatkan fasilitas kesehatan
C. Rencana Keperawatan
Diagnosa Tujuan Evaluasi
Rencana
Keperawatan Kriteri
Umum Khusus Standar Tindakan
a
Ketidakefektifan Setelah Setelah Verbal Keluarga Jelaskan dan
managemen dilakuk dilakukan 5 X memahami diskusikan
regimen an kunjungan tentang : tentang DM
terapeutik perawat keluarga dapat: - Pengertian :
keluarga an - Mengenal - Tanda dan - Pengertian
berhubungan selama masalah gejala - Tanda dan
denganketidakma 1 bulan kesehatan yang - Factor gejala
mpuan keluarga keluarg terjadi Psikom yang - Factor yang
mengenal a dapat - Memahami otor mempengar mempengar
masalah, melaku tentang penyakit uhi uhi
Ketidakmampuan kan DM - Penatalaksa - Penatalaksa
keluarga perawat - Memodifikasi Verbal naan naan
mengambil an lingkungan
keputusan terhada - Melakukan diet Lakukan
ketidakmampuan p DM Keluarga pemeriksaan
keluarga merawat anggota membawa Gula darah
anggota keluarga keluarg klien ke
yang sakit, a yang pelayanan Diet DM
ketidakmampuan sakit kesehatan
keluarga dan
memanfaatkan tidak Keluarga
fasilitas terjadi mengerti
kesehatan kompli tentang diet
kasi DM:
- Pengertian
- Tujuan dan
manfaat
- Macam-
macam yang
boleh,
segaian atau
tidak boleh
di komsumsi
Resiko terjadinya Setelah Setelah Verbal Keluarga
Jelaskan dan
peningkatan dilakuk dilakukan 5 memahami
diskusikan
ketidaknyamanan an Xkunjungan tentang :
tentang gatal
berhubungan perawat keluarga dapat: - Pengertian
yang
dengan an - Mengenal - Tanda dan
diderita:
Ketidakmampuan selama masalah gejala
- Pengertian
keluarga merawat 1 bulan kesehatan yang - Factor
- Tanda dan
anggota yang keluarg terjadi yang
gejala
sakit, a dapat - Memahami Psikom mempengar
- Factor
ketidakmampuan melaku tentang penyakit otor uhi
yang
keluarga kan gatalnya - Cara
mempengar
memanfaatkan perawat - Menggunkan pencegahan
uh
fasilitas an fasilitas - Penataksan
- Cara
kesehatan terhada kesehatanmeraw aan
pencegahan
p atyang sakit
- Penataksan
anggota - Melakukan diet
aan
keluarg untuk Membawa
a yang mengurangi keluarga
Membawa
sakit gatal yang yang sakit
keluarga
dan diderita ke
yang sakit
tidak pelayanan
ke
terjadi kesehatan
kompli pelayanan
kasi kesehatan.
Anjurakan
untuk
mengompre
s dengan air
hangat
minimal 2
kali sehari.
Anjurkan
untuk
membersihk
an luka
dengan
cairan
disinfektan
Anjurkan
untuk
mengkompr
es dengan
rivanol
Menganjura
kan untuk
menggunka
n sabun anti
septic.

D. Implementasi
Diagnosa Pelaksanaan
Ketidakefektifan 1. Mengkaji kondisi klien
managemen regimen 2. Mengkaji respon klien dengan adanya luka pada
terapeutik keluarga kakinya.
berhubungan 3. Mendiskusikan tentang apa yang membuat
denganketidakmampuan gambaran diri klien terganggu
keluarga mengenal 4. Memberi penjelasan tentang luka yang terjadi.
masalah, 5. Memberikan pengertian tentang DM
Ketidakmampuan 6. Menjelasakan efek makanan dan patofisiologi DM
keluarga mengambil 7. Menganjurkan untuk membatas pemakaian gula
keputusan 8. Menganjurkan untuk di periksakan ke pelayanan
ketidakmampuan kesehatan
keluarga merawat 9. Menganjurkan untuk jalan hati-hati agar tidak
anggota keluarga yang menimbulkan luka pada kaki.
sakit, ketidakmampuan10. Mengingatkan kembali makanan yang boleh di
keluarga memanfaatkan komsumsi dan tidak boleh di komsusmsi
fasilitas kesehatan
Resiko terjadinya 1. Mengkaji kondisi klien
peningkatan 2. Memeriksa kakinya yang terasa gatal
ketidaknyamanan 3. Menganjurkan untuk mengkompres dengan air
berhubungan dengan hangat
Ketidakmampuan 4. Menganjurkan untuk memilih makanan yang tidak
keluarga merawat menimbulkan semakin parah lukanya
anggota yang sakit, 5. Mengingatkan untuk mengkompres dengan air
ketidakmampuan hangat
keluarga memanfaatkan6. Mengingatkan untuk tidak menggaruk lukanya.
fasilitas kesehatan 7. Mengingatkan untuk mengkompres dengan air
hangat
8. Mengingatkan untuk tidak menggaruk lukanya.
9. Memberikan obat-obatan untuk merawat gatal-
gatalnya.
10. Mengajarkan dan mendemonstrasikan perawatan
gatalnya (mengajarkan pemakaian obatnya)
11. Memberitahu makanan yang boleh di komsumsi dan
yang tidak boleh di komsumsi dengan sakit gatalnya.

5. Evaluasi
Diagnosa Evaluasi
Ketidakefektifan managemen S : Ny. S mengatakan kalau kakinya tidak
regimen terapeutik keluarga sembuh-sembuh dan tersa gatal
berhubungan O : Ny. S mengatakan tidak tahu tentang kondisi
denganketidakmampuan kakinya, tidak mau berobat ke pelayanan
keluarga mengenal masalah, kesehatan, terdapat luka kering di kaki
Ketidakmampuan keluarga nyadengan warna kehitam-hitaman.
mengambil keputusan A : Masalah belum teratasi
ketidakmampuan keluarga P : Beri penguatan positif, lanjutkan intervensi.
merawat anggota keluarga yang
sakit, ketidakmampuan
keluarga memanfaatkan
fasilitas kesehatan
Resiko terjadinya peningkatan S : Ny. S mengatakan sudah lama kurang lebih 1
ketidaknyamanan berhubungan bulan menerita gatal-gatal. Ny. S akan
dengan Ketidakmampuan mengkompres kakinya dengan air hangat.
keluarga merawat anggota yangO : Kedua kaki tampak kehitam-
sakit, ketidakmampuan hitaman, Ny. Smenggaruk dan mengelus-elus
keluarga memanfaatkan A : Masalah belum teratasi
fasilitas kesehatan P : Lanjutkan intervensi
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Diabetes mellitus merupakan suatu gangguan kronis yang ditandai dengan
metabolisme karbohidrat dan lemak yang diakibatkan oleh kekurangan insulin atau
secara relatif kekurangan insulin. Klasifikasi diabetes mellitus yang utama adalah
tipe I : Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) dan tipe II : Non Insulin
Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM).
Faktor yang berkaitan dengan penyebab diabetes mellitus pada lansia adalah Umur
yang berkaitan dengan penurunan fungsi sel pankreas dan sekresi insulin, Umur
yang berkaitan dengan resistensi insulin akibat kurangnya massa otot dan
perubahan vaskuler, Obesitas, banyak makan, Aktivitas fisik yang kurang,
Penggunaan obat yang bermacam-macam, Keturunan, Keberadaan penyakit lain,
sering menderita stress.
Peran keluarga sangat penting dalam pencegahan terjadinya komplikasi lanjut pada
penderita diabetes terutama lansia.

B. Saran
1. Dengan mengetahui asuahan keperawatan pada penderita
d i a b e t e s melitus pada lansia kita dapat melakukan pencegahan agar penyakityang
timbul tidak menuju keparahan
2. Pada pasien DM pada lansia kita harus mewaspadai adanya perubahanf u n g s i f i s i o l o g i s
m a u p u n p s i k o l o g i s n ya u n t u k m e n g a n t i s i p a s i .
3. komplikasi maupun kegawat daruratan pada penderita DM
sepertihipoglikemi maupun respon stres yang timbul pada lansia tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall, 1997. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 alih
bahasa YasminAsih. Jakarta : EGC.
Doenges, Marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I Made Kariasa, Ni
Made Sumarwati. Jakarta : EGC, 1999.
Ikram, Ainal, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Diabetes Mellitus Pada Usia
Lanjut jilid I Edisi ketiga, Jakarta : FKUI, 1996.
Kushariyadi.2010.Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Jakarta : Salemba
Medika
Luecknote, Annette Geisler, Pengkajian Gerontologi alih bahasa Aniek
Maryunani.Jakarta:EGC, 1997.
Mary Baradero, Mary Wilfrid dan Yakobus Siswandi. 2009. Klien Gangguan
Endokrin: Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono,
Monica Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC, 2002.

Vous aimerez peut-être aussi