Vous êtes sur la page 1sur 4

ASMA

Definisi

Asma adalah penyakit paru obstruktif yang ditandai dengan inflamasi kronik saluran
pernafasan (di bronkus) yang menimbulkan gejala seperti, dyspnea, mengi, batuk, terutama di
malam hari dan/atau pagi hari. Gejala-gejala yang timbul biasanya berhubungan dengan
bronkokonstriksi yang reversibel secara spontan atau dengan pengobatan. Status asmatikus
adalah asma yang berat dan persisten yang tidak berespons terhadap terapi konvensional.

Penyakit ini memiliki kekhasan berupa peningkatan sensitifitas bronkus terhadap


berbagai stimulus yang menimbulkan bronkokonstriksi episodik, inflamasi dinding bronkial
dan peningkatan sekresi mukus.

Kategori

Asma dapat dikategorikan menjadi atopik (ada riwayat sensitisasi alergen, sering pada
pasien yang memiliki riwayat rinitis alergika dan eczema) dan non atopik (tidak ada riwayat
sensitisasi alergen). Namun, dalam tipe lain bronkospasm dapat dicetuskan oleh berbagai
macam mekanisme, seperti infeksi respirasi (terutama infeksi virus), paparan iritan (contoh:
asap rokok), udara dingin, stres dan olahraga.

Dengan kategori asma yang beragam, dapat dibedakan dengan peningkatan sel yang
berperan dalam patofisiologinya, apakah itu eosinofilik, neutrofilik, campuran atau pauci-
granulositik. Asma juga dapat dikategorikan berdasarkan peristiwa/zat yang mencetuskan
bronkokonstriksi, musim, olahraga, obat-obatan, okupasional dan perokok.

Kita bahas 4 kategori yang paling penting dan sering:

Atopik

Jenis asma yang paling umum, yaitu reaksi hipersensitivitas tipe I yang
dimediasi oleh IgE. Jenis ini muncul pada awalnya sejak kecil yang terstimulasi oleh
alergen lingkungan, seperti debu, bulu hewan dan makanan. Riwayat keluarga yang
memiliki asma sering ada.

Non Atopik

Jenis ini tidak memiliki riwayat tersensitisasi alergen dan hasil patch test
negatif. Riwayat keluarga yang memiliki asma lebih jarang daripada jenis asma
atopik. Infeksi virus pada saluran pernafasan (rhinovirus, parainfluenza) sering
menjadi stimulan pada asma jenis ini. Infeksi virus yang akan menginduksi inflamasi
pada mukosa saluran nafas, dapat menurunkan ambang iritan pada reseptor vagus
subepitelial. Polusi udara yang terinhalasi, seperti ozon, NO2 dapat berkontribusi pada
inflamasi kronis dan hipereaktifitas.
Obat-obatan Penginduksi Asma

Beberapa obat dapat menginduksi asma, seperti aspirin yang menghambat


jalur siklooksigenase pada metabolisme asam arakidonat, sedangkan jalur
lipooksigenase tidak terganggu, dan leukotrien yang meningkat menjadi faktor
penting bronkokonstriksi pada asma yang diinduksi aspirin.

Asma Okupasional

Asma jenis ini diinduksi oleh asap , debu organik dan kimia (kayu, katun), gas
(toluene), dan kimia lain (formaldehid, produk penisilin). Reaksi muncul setelah
eksposur berulang atau dalam hitungan menit.

Patogenesis

Faktor etiologi yang paling sering pada asma atopik adalah predisposisi genetik
terhadap hipersensitifitas I dan eksposur oleh alergen stimulan. Predisposisi genetik ini dapat
memicu reaksi kuat dari Th2 terhadap alergen yang pada orang normal tidak akan
menimbulkan gejala apapun. Th2 yang terstimulasi oleh alergen yang dipresentasikan oleh
sel dendritik akan mengeluarkan IL4, IL5 dan IL13. IL4 berperan menstimulasi sel B untuk
mensintesiskan IgE, sedangkan IL5 berperan pada pengaktifan eosinofil dan IL13 berperan
meningkatkan sekresi mukus dari kelenjar submukosa bronkus dan sedikit membantu dalam
pembentukan IgE oleh sel B.

IgE yang telah tersintesa akan menempel pada FcεRI sel mast, dan mengaktifasi sel
mast untuk mengeluarkan mediator-mediator penting dalam inflamasi, yaitu : histamin,
leukotrien, PG dan bradikinin. Proses inflamasi ini terjadi pada reaksi asma fase awal dan
lambat. Fase awal didominasi dengan bronkokonstriksi, peningkatan sekresi mukus,
vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas vaskular sehingga dapat memicu edema.
Bronkokonstriksi ini dipicu oleh stimulasi langsung pada reseptor vagus subepitelial
(parasimpatik).

Fase lambat ditandai dengan inflamasi dan rekrutmen leukosit, terutama eosinofil,
neutrofil dan sel T. Rekrutmen leukosit ini dilakukan oleh TNF dan kemokin yang
dikeluarkan oleh sel mast yang teraktifasi. Sel epitelial juga mengeluarkan sitokin yang
disebut eotaxin yang merupakan kemoatraktan poten dan aktivator eosinofil. MBP (Major
Basic Protein) dari eosinofil dapat menyebabkan kerusakan epitelial dan bronkokonstriksi
dengan cara berikatan dengan reseptor M2 pada saraf vagus sehingga terjadi gangguan fungsi
reseptor dimana terjadi pengeluaran Ach terus-menerus.

Jika eksposur alergen dan reaksi imun terjadi berulang dapat membuat perubahan
struktural dinding bronkial yang disebut airway remodelling. Perubahan berupa hipertrofi,
hiperplasi otot polos bronkial, trauma epitelial, peningkatan vaskular pernafasan, hiperplasi
dan hipertrofi kelenjar mukus subepitelial dan deposisi kolagen subepitelial.
Pada temuan histologi didapatkan spiral Curschmann yaitu gumpalan mukus
berbentuk spiral dan eosinofil yang berdegenerasi yang disebut kristal Charcot-Leyden.

Vous aimerez peut-être aussi