Vous êtes sur la page 1sur 13

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

OBAT INFLAMASI

Disusun oleh :
Intan Purnamasari
01016372

SEKOLAH TINGGI FARMASI YPIB CIREBON

PROGRAM PENDIDIKAN STRATA 1(S.1) FARMASI

CIREBON

2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Prinsip Percobaan

Inflamasi merupakan suatu respon protektif normal terhadap luka jaringan


yang disebabkan oleh trauma fisik, Zat kimia yang merusak, atau zat-zat
mikrobiologik. Iflamasi adalah usaha tubuh untuk mengaktivasi tubuh atau .
organisme yang menyerang, menghilangkan zat iritan, dan mengatur derajat perbaikan
jaringan. Jika penyembuhan lengkap,proses peradangan biasanya reda. Namun,
kadang kadang inflamasi tidak bisa dicetuskan oleh suatu zat yang tidak berbahaya
seperti tepung sari, atau oleh suatu respon imun, seperti asma atau artistis rematoid.
Pada kasus seperti ini, Reaksi pertahanan tubuh mereka sendiri mungkin
menyebabakan luka-luka jaringan progresif, dan obat-obat anti iflamasi atau
imunosupresi mungkin dipergunakan untuk memodulasi proses peradangan. Inflamasi
dicetuskan oleh pelepasan mediator kimiawi dari jaringan yang rusak dan migrasi sel.

Obat analgesic antipiretik serta obat antiinflamasi luka bakar merupakan suatu
kelompok obat yang heterogen, bahkan beberapa obat sangat berbeda secara kimia.
Walaupun demikian obat-obat ini ternyata memiliki banyak persamaan dalam efek
terapi maupun efek samping.

Efek anti inflamasi kebanyakan obat bioplacenton gel yang mengandung


neomycin sulphate, obat yang termasuk antibiotik aminoglikosida dan placenta
extract. Placenta extract atau ekstrak placenta untuk pengobatan luar digunakan untuk
mempercepat penyembuhan luka bakar, luka kronis dan cacat kulit. Zat ini bisa
bekerja dengan cara meningkatkan faktor pertumbuhan beta (TGF-beta) pada fase
awal penyembuhan luka dan peningkatan faktor pertumbuhan endotel vaskuler
(VEGF) pada fase akhir.
Bioplacenton adalah obat yang mengandung Neomycin sulfat adalah antibiotik
golongan aminoglikosida. Mekanisme kerja aminoglikosida yaitu mengikat 30S
subunit ribosom bakteri, menyebabkan salah baca pada t-RNA sehingga dapat
menghambat pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri.

Betadine (povidine iodin) atau yang dikenal sebagai salah satu senyawa kimia
yang digunakan dalam pembuatan antiseptik. Obat ini juga berguna sebagai desinfeksi
luka sayat dan luka bakar, serta efektif mengatasi serangan jamur, bakteri penyebab
pertumbuhannya suatu sel yang baru.

1.2 Tujuan Percobaan

 Setelah melakukan percobaan diharapkan mahasiswa dapat memahami prinsip


kerja dari obat antiinflamasi.
 Diharapkan mahasiswa dapat mengembangkan percobaan ini untuk
mengevaluasi obat antiinflamasi dengan memperhatikan beberapa criteria
pengamatan.
 Dapat menunjukkan beberapa kemungkinan dan batasan yang merupakan sifat
teknik percobaan.

1.3 Prinsip Percobaan

Adapun prinsip dari percobaan adalah penentuan efek anti inflamasi sedian
obat bioplacenton dan betadine yang akan menentukan efek perbaikan jaringan kulit
pada tikus dan mencit denngan pemberian extrac placenta, neomicyn sulfat serta
poviodine iodine.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Fenomena inflamasi pada tingkat bioselular masih belum dijelaskan secara


rinci. Walaupun demikian banyak hal yang telah diketahui dan disepakati. Fenomena
inflamasi ini meliputi kerusakan mikrovaskular, Meningkatnya permeabilitas kapiler
dam migrasi leukosit kejaringan radang. Gejala proses inflamasi yang sudah dikenal
adalah kalor, rubor tumor, dolor dan functio laesa. Selama berlangsungnya fenomena
inflamasi banyak mediator kimiawi yang dilepaskan secara lokal antara lain histamin,
5-hidroksitriptamin(5ht), faktor kemotaktik, bradikinin, leukotrin, dan PG. Penelitian
terakhir menunjukkan autokoid lipid PAF ( platelet activating fat) juga merupakan
mediator inflamasi. Dengan migrasi sel fagosit kedaerah ini, terjadi lisis membran
lisozin dan lepasnya enzim pemecah.

Inflamasi adalah suatu respon jaringan terhadap rangsangan fisik atau kimiawi
yang merusak. Rangsangan ini menyebabkan pembebasan mediator inflamasi seperti
histamin, serotonin, bradikinin, prostaglandin, dan lain lain yang menimbulkan reaksi
radang berupa: panas, nyeri dan bengkak dan gangguan fungsi.(Syamsul munaf, 1994)

Demikian juga kerusakan jaringan karena pembedahan akan memicu makrofag


yang telah teraktivasi sebelumnya untuk mengekspresikan mediator inflamasi
sehingga mempengaruhi respons inflamasi baik lokal maupun sistemik. Untuk
mengurangi komplikasi pascafiksasi interna, jenis tindakan (cara fiksasi) dan timing
(waktu kapan tindakan dilakukan) dapat dipertimbangkan sebagai cara pencegahan
(Astawa, P.; Bakta, M.; Budha, K., 2008).

Inflamasi

Inflamasi, dalam bahasa Indonesia sehari-hari, yaitu radang. Kita sering


mendengar misalnya, radang usus, radang otak, radang paru-paru, peradangan,
bengkak memar dan seterusnya. Penggunaan istilah ini telah dikenal secara tradisi
sejak jaman Yunani dan Tiongkok kuno, ribuan tahun yang lalu. Dari penemuan-
penemuan terakhir, para pakar berpendapat bahwa, sebetulnya inflamasi (atau radang)
bukanlah berupa penyakit itu sendiri. Inflamasi diperlukan oleh tubuh kita, karena
proses reaksi biokimia inflamasi di dalam tubuh ditujukan melawan invasi bakteri dari
luar, zat-zat yang negatif bagi sel-sel, jaringan sel, serta organ-organ, ataupun bila
terjadi luka. Dalam hubungan ini, jenis sel seperti leukocyte, neutrophil, berperan
memusnahkan invasor. Dapat kita gambarkan fungsinya seperti pasukan keamanan
dari sesuatu bahaya yang menyerang keseimbangan tubuh. Terutama neutrophil,
berperan sebagai patrol keamanan tubuh kita, begitu menemukan sesuatu yang asing
ditubuh, serta merta akan memusnahkannya. Dalam proses inflamasi, chemical
mediator (juga disebut lipd mediator karena berasal dari asam lemak AA, DHA dan
EPA) berupa leukotriene dan prostaglandins, turunan dari AA, memegang peranan
penting. Pada waktu yang bersamaan, proses pemusnahan awal terhadap invasor,
neutrophil mengeluarkan chemical mediator yang mana memberikan sinyal berikutnya
merekrut lebih banyak lagi sel neutrophil dan leukocyte untuk turut beraksi
memusnahkan invasor. Proses pemusnahan ini disebut phagocytosis (kemampuan
memakan, menelan). Dalam proses ini neutrophil mengeluarkan agent, enzyme
(reactive oxygen species, hydrolytic enzymes, dan lain-lain), yang secara umum juga
tidak baik bagi tubuh dan dapat merusak sel, jaringan sel. Pertahanan tubuh telah
menyiapkan mekanisme sedemikian rupa, pada tahap tertentu, aksi selanjutnya dari
neutrophil harus dicegah. Pencegahan tersebut terjadi di mana biosintesa chemical
mediator yang pro-inflamasi, leukotrine, distop, dan beralih ke biosintesa chemical
mediator anti-inflamasi jenis lipoxins.

Peralihan atau switch biosintesa dari mediator pro-inflamasi ke anti-inflamasi

Munculnya prostaglandins dari sel neutrophil juga mengisyaratkan secara


terprogram, nasib biosintesa mediator ini (semacam feedback) sendiri akan berakhir,
dengan meregulasi (down regulation) enzyme 15-LO yang terdapat di dalam sel
neutrophil, kemudian biosintesa beralih ke mediator yang lain, yang anti-inflamasi.
Namun hal lain yang sangat menentukan peralihan ini adalah kemampuan enzyme 5-
LO (5-Lipoxigenase. Penemuan enzyme ini dan satu lagi, COX, Cyclooxygenase,
yang membawa Samuelsson B. dan Bergstrom S. mendapatkan penghargaan Nobel
tahun 1982) mengkonversi secara reaksi enzymatic dari AA menjadi leukotriene
(LTB4), lalu beralih pada tahap berikutnya ke lipoxins. Dalam hubungan ini exzyme 5-
LO juga substrate dependent (tergantung dari kondisi mikro setempat), di mana
enzyme tersebut, satu dari sekian step proses biosintesa, dapat menggunakan dan
mengkonversi DHA, EPA menjadi grup senyawa resolvins.

Pada tingkat sel, munculnya neutrophil dan terbentuknya nanah (pustule, lihat
gambar bawah) mengisyaratkan peralihan dari mediator pro- ke anti-inflamasi, dan
pembatasan atau pencegahan pengrekrutan neutrophil berikutnya dari pembulu darah
ke lokasi kejadian. Mediator anti-inflamasi, lipoxins, resolvins, dan protectins
memobilisasi sel macrophage (monocyte) yang dapat memakan sel neutrophil, serta
membersihkan Histologi leukosit (Tan, T J, 2008).

Leukosit adalah sel darah yang mengandung inti, disebut juga sel darah putih.
Didalam darah manusia, normal didapati jumlah leukosit rata-rata 5000-900 sel/mm3,
bila jumlahnya lebih dari 12000, keadaan ini disebut leukositosis, bilakurang dari 5000
disebut leukopenia. Dilihat dalam mikroskop cahaya maka sel darah putih mempunyai
granula spesifik (granulosit), yang dalam keadaan hidup berupa tetesan setengah cair,
dalam sitoplasmanya dan mempunyai bentuk inti yang bervariasi, Yang tidak
mempunyai granula, sitoplasmanya homogen dengan inti bentuk bulat atau bentuk
ginjal. Terdapat dua jenis leukosit agranuler : linfosit sel kecil, sitoplasma sedikit;
monosit sel agak besar mengandung sitoplasma lebih banyak. Granula. Leukosit
mempunyai peranan dalam pertahanan seluler dan humora organisme terhadap zat-zat
asingan. Leukosit dapat melakukan gerakan amuboid dan melalui proses diapedesis
lekosit dapat meninggalkan kapiler dengan menerobos antara sel-sel endotel dan
menembus kedalam jaringan penyambung Jumlah leukosit per mikroliter darah, pada
orang dewasa normal adalah 4000-11000, waktu lahir 15000-25000, dan menjelang
hari ke empat turun sampai 12000, pada usia 4 tahun sesuai jumlah normal. Variasi
kuantitatif dalam sel-sel darah putih tergantung pada usia. waktu lahir, 4 tahun dan
pada usia 14 -15 tahun persentase khas dewasa tercapai. Bila memeriksa variasi
Fisiologi dan Patologi sel-sel darah tidak hanya persentase tetapi juga jumlah absolut
masing-masing jenis per unit volume darah harus diambil (Dr. Zukesti Effendi, 2007).

Bioplacenton adalah obat yang mengandung Neomycin sulfat adalah antibiotik


golongan aminoglikosida. Mekanisme kerja aminoglikosida yaitu mengikat 30S
subunit ribosom bakteri, menyebabkan salah baca pada t-RNA sehingga dapat
menghambat pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri.

Betadine (povidine iodin) atau yang dikenal sebagai salah satu senyawa kimia
yang digunakan dalam pembuatan antiseptik. Obat ini juga berguna sebagai desinfeksi
luka sayat dan luka bakar, serta efektif mengatasi serangan jamur, bakteri penyebab
pertumbuhannya suatu sel yang baru.
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum uji Inflamasi ini dilakukan di Laboratorium STF YPIB Cirebon


pada tanggal 06 Januari 2018

3.2 Alat dan Bahan

Alat

- Kandang tikus
- Timbangan tikus
- Lempeng baja
- Lampu spirtus
- Spidol
- Sarung tagan dan lap
- Pisau cukur dan gunting

Bahan

- Bioplacenton
- Betadine
- air

Hewan Uji

Tikus
3.3 Prosedur Percobaan

1. tikus di ambil dari kandang sebanyak 4 ekor


2. kemudian 4 tikus di cukur sampai terlihat kulit
3. Siapkan lempeng baja yang telah di panaskan
4. Tempelkan lempeng baja pada punggung tikus
5. Pemberian bioplacenton dan air pada punggung tikus yg terkena luka bakar
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Data Pengamatan

Hewan Bioplacenton Air Tanpa perlakuan Kontrol


Uji
Tikus 1 Kering
Tikus 2 Basah kering
Tikus 3 Luka masih basah
Tikus 4 Sedikit tumbuh
bulu halus
Ket :

Tikus 1 : Setelah tiga hari pengamatan tikus dengan menggunakan Bioplacenton luka
lebih cepat kering

Tikus 2 : Setelah tiga hari pengamatan tikus dengan menggunakan air luka masih
sedikit basah

Tikus 3 : Setelah tiga hari pengamatan tikus tanpa perlakuan luka masih basah

Tikus 4 : Setelah tiga hari pengamatan pada tikus kontrol terdapat sedikit tumbuh bulu
halus

Pembahasan :

Pada percobaaan ini dilakukan pemberian salep bioplacenton dan anti inflamasi
pada hewan coba. Hal ini dimaksud untuk melihat bagaimana pengaruh obat inflamasi
terhadap hewan coba tikus putih. Inflamai bukanlah suatu penyakit melainkan berupa
proses penyembuhan terhadap luka bakar dan sayat. Pada percobaan ini akan di buat
perbandingan pada ke empat tikus dengan perlakuan yang berbeda.
Untuk membuat agar tikus mengalami luka bakar, maka tikus di buat terbakar
dengan menggunakan lempeng baja. Sehingga kulit tikus akan mengalami proses
inflamasi, hal ini dapat terlihat pada perubahan warna pada kulit tikus.

Untuk melihat proses penyembuhan yg lebih efektif maka di buatlah


perbandingan pada ke empat tikus dengan perlakuan yg berbeda, dalam hal ini kami
menyimpulkan bahwa tikus yg di berikan Bioplacenton mengalami proses
penyembuhan lebih efektif di banding perlakuan yang lain. Hal ini dikarenakan zat
aktif yg terdapat pada kandungan bioplacenton yaitu extrac placenta dan neomycin
yang membuat proses penyembuhan kulit lebih aktif sehingga kulit menjadi normal
kembali.
BAB V

KESIMPULAN

Dari percobaan di atas dapat di simpulkan bahwa kandungan bioplacenton


adalah dua bahan aktif paling utama yakni placenta extrac 10% neomycin sulfat 0,5%
yang digunakan untuk mengobati luka bakar karena saat di gunakan akan terasa sangat
dingin di kulit. Sedangkan pada perlakuan yang lain tidak menghasilkan proses
penyembuhan yang signifikan.
DAFTAR PUSTAKA

Astawa, P.; Bakta, M.; Budha, K. (2008). Makrofag Pengekspresi IL-1β serta
Respons Inflamasi Sistemik pada Fiksasi Interna Dini Fraktur Femur
Tertutup Lebih Rendah Dibandingkan dengan yang Tertunda.

Munaf ST; Syamsul. (1994). Catatan Kuliah Farmakologi Bagian II. Staf Pengajar
Laboratorium Farmakologi-FK UNSRI. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Hal 214.

Mycek,M.J. (1995). Farmakologi Ulasan Bergambar. Edisi 2. Jakarta: Widya


Medika. Hal 404.

Neal, M.J. (2006). Farmakologi Medis At Glance. Edisi Kelima. Jakarta: Penerbit PT
Erlangga. Hal 70-71.

Tjay, T.H. (2002). Obat-Obat Penting. Edisi V. Cetakan II. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo Kelompok Gramedia. Hal 308.

Wilmana, P.F. (1995). Analgesik-Antipiretik Analgesik Anti-Inflamasi Nonsteroid


Dan Obat Pirai, dalam Farmakologi dan Terapi. Editor Sulistia G.
Ganiswara. Edisi IV. Jakarta: Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI.
Hal 207-209.

Vous aimerez peut-être aussi