Vous êtes sur la page 1sur 372
PEMERINTAH ACEH DINAS BINA MARGA FA Jn. Jenderal Sudirman No. 1 Telp. (0651) 46767, 47009 Fax 47009 Banda Aceh 23239 ADENDUM ANDAL (ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP) PENINGKATAN JALAN LADIA GALASKA UTAMA RUAS JALAN BLANGKEJEREN - PINDING - LOKOP - DI KABUPATEN ACEH TIMUR DAN KABUPATEN GAYO LUES, PROVINSI ACEH PEMERINTAH ACEH BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN Jalan Tgk. Malem No. 2 Yelp. (0651) 635721, 635722 Fax (8651) 32456 BANDA ACEH, 23121 BERITA ACARA EKSPOSE REVIEW KEGIATAN PENINGKATAN JALAN PEUREULAK-LOKOP PINDING- BLANGKESEREN DI KABUPATEN ACEH TIMUR DAN KABUPATEN GAYO LUES PROVINSE ACEH NOMOR: 005/ 1231 / XII/AMDAL/2016 HARVTANGGALIWAKTU : KAMIS/08 DESEMBER 2016/5AM : £4.36 S/D SELESAL TEMPAT ‘AULA Il, BAPEDAL ACEH PEMRAKARSA KEGIATAN DINAS BINA MARGA ACEH ALAMAT PEMRAKARSA JLN. JENDERAL SUDIRMAN NO. 1 BANDA ACEH. eee eee Hasil Ekspose Rencana kegiatan Peningkatan Jalan Peureulak - Lokop Pinding - Blangkejeren di Kabupaten Acch Timur dan Kabupaten Gayo Lues, Provinsi Aceh dapat disimpulkan, sebagai berikt : 1. Rencana kegiatan Peningkatan Jalan Peureulak - Lokop Pinding - Blangkejeren di Kabupaten Aceh Timur dan Kabupaten Gayo Lues akan menggunakan tehnologi baru yang delum terakomodir dalam dokumen lingkungan hidup (AMDAL) sebelumnya. 2. Russ jalan Peureulak — Lokop Pinding - Blangkejeren di Kabupaten Aceh Timur dan Kabupaten Gayo Lues merupakan jalan kolektor primer dengan panjang 162,12 Km dan merupakan bagian dari jalan ladia galaska, + Pelaksanaan kegiatan penyusunan dokumen lingkungan rencana Peningkatan Jalan Peureulak — Lokop Pinding - Blangkejeren di Kabupaten Aceh Timur dan Kabupaten Gayo Lues, Provinsi ‘Aceh dapat dilanjutkan, apabila laporan terkait pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup (Laporan RKL-RPL) setelah adanya putusan Mahkamah Agung berkekuatan hukum tetap (Incrah) pada tahun 2012 terhadap AMDAL jalan ladia galaska atau sepanjang tahun 2012 setelah putusan Mahkamah Agung tersebut sampai dengan tahun 2015 dapat dihadirkan sebagai bukti bahwa adendum peningkatan jalan ini dapat dilaksanakan. 4. Setelah adanya laporan terkait pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup (laporan RKL- RPL) dalam rentang waktu tahun 2012 sampei dengan tahun 2015 diserahkan kepada instansi berwenang, maka proses adendum Izin Lingkungan terhadap dokumen lingkungan hidup (AMDAL) dapat dilanjutkan pada sidang komisi Penilai Amdal Aceh. 5. Daftar hadir (terfampir) yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari berita acara ini. Demikian berita acara ini, untuk dapat dilaksanakan dengan sebaiknya dan tepat waktu. Kuasa Pengguna Anggaran /Kuasa Kepala Bidang Amdal Pengguna Barang Program Pembangunan Bapedal Aceh “falay-dan Jembatan Kegiatan { “Perenca Pembangunan Jaian dan eae eens J M in, ST. Joni, STMT NIP. 19720125 200212 1 004 NIP. 19710610 200112 1 003 nn EEE KATA PENGANTAR Dinas Bina Marga Aceh akan melakukan Peningkatan Jalan Ladia Galaska Utama Ruas Jalan Blangkejeren - Pinding - Lokop - Peureulak yang berlokasi di Kecamatan Peureulak, Kecamatan Ranto Peureulak, Kecamatan Serbajadi (Kabupaten Aceh Barat Daya), Kecamatan Pinding, Kecamatan Dabun Gelang, Kecamatan Blangkejeren ( Kabupaten Gayo Lues ), Provinsi Aceh sepanjang 169.12 km, dan juga akan membangun dinding pengelolaan longsor disepanjang jalan Peureulak - Lokop - Pinding - Blangkejeren pada titik yang longsor. ‘Menyadari bahwa rencana Peningkatan Jalan Ladia Galaska Utama Ruas Jalan Blangkejeren - Pinding - Lokop - Peureulak yang akan dilaksanakan diperkirakan menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup serta untuk mematuhi peraturan perundangan yang berlaku di bidang lingkungan hidup, maka disusun studi Adendum Andal, RKL - RPL sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan “Pasal 50 ayat (1) disebutkan bahwa Penanggung jawab Usaha dan/atau Kegiatan wajib mengejukan permohonan perubahan Izin Lingkungan, apabila Usaha dan/atau Kegiatan yang telah memperoleh Izin Lingkungan direncanakan untuk dilakukan perubshan”” Akhimya kepada semua pihak yang telah memberi masukan dan membantu dalam kami ucapkan banyak terima kasih. penyelesaian studi Kuasa Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Barang Program Pembangunan Jalan dan Jembatan Kegiatan Perencanaan Pembangunan Jalan dan Jembatan 4 Dinas Bina Marga Aceh . 2 Muhamr in, ST. MT. Penata Tk.l Nip.19720125 200212 2004 ‘Adendum Andal, RKL-RPL Peningkatan Jalan Ladia Galaska Utama Ruas Jalan Blangkejeren — Pinding ~ Lokop ~ Peureulak DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR. DAFTAR ISI.. DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR. DAFTAR LAMPIRAN.. BABI PENDAHULUAN 11. Latar Belakang. 1.2. Tujuan dan Manfaat Peningkatan Jalan Ladia Galaska Utama Ruas Jalan 1.2.2, Manfeat .. 1.3. Pelaksanaan Studi 1-3 Identitas Pemrakarsa, 1-3 Identitas Penyusun Studi AMDAI 1.4. Deskripsi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan. 1.4.1. Jenis Kegiatan Eksisting Jenis Rencana Kegiatan Tambahan Lokasi Rencana Kegiatan Kesesuaian Lokasi Rencana Kegiatan dengan Rencana Tata Ruang 1-13 Wilayah .. 1-13 1.4.5. Hubungan Lokasi Rencana Kegiatan dengan Ketersedi Daya . 1-18 1.5. Tahapan Kegiatan.. 1-18 Tahap Pra Konstruksi 1-18 Tahap Konstruk: 1-19 Tahap Operasional 1-31 Alternatif yang Dikaji Dalam Adendum Andal, RKL-RP! 1-32 Rincian Dampak yang Dikelola Sebelumnya 1-32 1.5.6. Hasil Pelaksana RKL-RPL. 1-37 16. 1-38 Proses Pelingkupar 1-38 Identifikasi Dampak Potensial. 1-38 Evaluasi Dampak Potensial. 1-51 Hasil Proses Pelingkupan 1-79 1.6.4.1. Dampak Penting Hipotetil 1.7. Batas Wilayah Studi dan Batas Waktu Kaji 1 Batas Proyek 1-82 en ‘Adendum Andal, RKL-RPL Peningkatan Jalan Ladia Galaska Uta Blangkejeren — Pinding - Lokop ~ Peureulak Batas Ekologis .. 1-82 Batas Sosial 1-82 Batas Administratif .. 1-83 Batas Wilayah Studi. 1-83 Batas Waktu Kajian.. 1-83 BAB II RONA LINGKUNGAN HIDUP 2.1, Komponen Geofisik Kimia .. ut 244. tklim . ut Fisiografi u-8 Morfologi u-9 Tatanan Litologi um Bahan Permukaan u-16 Struktur Geologi u-17 Potensi Rawan Bencana u-19 Hidrogeologi.. N-30 Hidrologi u-34 2.1.10. Transportasi -40 2.2. u-40 N-40 u-47 - u-51 2.3. Komponen Sosial, Ekonomi dan Budaya .. 1-53 Pendudul 1-53 Agama 54 .3.3. Mata Pencaharian 54 2.4. Komponen Kesehatan Masyarakat 55 2.4.1. Jumlah Kasus Penyakit.. 1-55 4.2. Sarana Kesehatan / Tenaga Medis.. W-55 2.5. Uraian Singkat Kegiatan Yang Ada Disekitar Recana Kegiatan Beserta Dampak yang Ditimbulkat N56 2.6. Analisis Data Primer .. N59 BAB III PRAKIRAAN DAMPAK PENTING 3.1. Besaran Dampak Penting yang Telah Dikaji Sebelumnya m1 m1 m-2 m-9 3.2. Tahap Pra Konstruksi m-14 3.1.1, Survey, Pe M14 3.3. Tahap Konstruksi m-15 m-15 Mm-19 ‘Adendum Andal, RKL-RPL Peningkatan Jalan Ladia Galaska Utama Ruas Jalan Blangkejeren Pinding — Lokop ~ Peureulak it m-29 m-46 . Pekerjaan Tanah... J. Pembangunan Sarana dan Prasarana, 3.4. Tahap Operasional M60 3.4.1. Operasional dan Pemeliharaan Jalan M60 BAB IV EVALUASI SECARA HOLISTIK TERHADAP DAMPAK LINGKUNGAN 4,1. Telaahan Terhadap Dampak Penting v-3 4.1.1. Tahap Pra Konstruksi v-3 4.1.2, Tahap Konstruks Vv 4,13. Tahap Operasional 4.2. Arahan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hiduy 4.2.1. Arahan Pengelolaan Lingkungan Hidup 4.2.1.1. Tahap Pra Konstruksi 4.2.1.2. Tahap Konstruksi 4.2.1.3, Tahap Operasional. 4.2.2. Arahan Pemantauan Lingkungan Hidup 4.2.2.1, Tahap Pra Konstruksi 4.2.2.2. Tahap Konstruksi. 4.2.2.3. Tahap Operasional 4.3. Pertimbangan Kriteria Kelayakan Lingkungar 4.4, Rekomendasi Penilaian Kelayakan Lingkungan DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN, ee ‘Adendum Andal, RKL-RPL Peningkatan Jalan Ladia Galaska Utama Ruas Jalan. Blangkejeren — Pinding — Lokop — Peureulak wv DAFTAR TABEL Tabel 1.1. Susunan Tim Penyusun Studi Adendum Andal, RKL-RPL. Tabel 1.2. Lokasi Rawan Longsor Dan Longsor Pada Lokasi Kegiatan. Tabel 1.3. Nama Desa yang Dilalui Trase Jalan... 1-13 Tabel 1.4. Rencana Kebutuhan Tenaga Kerja Tahap Konstruksi 1-20 Tabel 1.5. Jenis Peralatan yang Digunakar 1-21 Tabel 1.6. Jenis Material yang Digunakan 1-21 Tabel 1.7. Penggunaan Bahan Bakar dan Pelumas 1-21 Tabel 1.8. Kebutuhan Air Tahap Konstruks! 1-31 Tabel 1.9. Matrik Interaksi Komponen Kegiatan dengan Komponen Lingkungan...... 1-48 Tabel 1.10. Ringkasan Proses Pelingkupan... 1-63 Tabel 1.11. Matrik Dampak Penting Hipotetih 1-78 Tabel 1.12. Batas Waktu Kaji Tabel 2.1. Curah Hujan di Kabupaten Aceh Timur. Tabel 2.2. Hari Hujan di Kabupaten Aceh Timur WA3 u-1 Tabel 2.3. Curah Hujan di Kabupaten Gayo Lues. 3 Tabel 2.4. Hari Hujan di Kabupaten Gayo Lues.. u-5 Tabel 2.5. Hasil Analisis Kualitas Udara dan Pengukuran Kebisingan Sebelumnya....._ I~ 7 Tabel 2.6. Hasil Analisis Kualitas Udara dan Pengukuran Kebisingan . 8 Tabel 2.7. Lokasi Indikasi Potensi Longsor. . 24 Tabel 2.8. Hasil Analisis Kualitas Air Tanah u-31 Tabel 2.9. Kondisi Sungai di Lokasi Kegiatan u-34 Tabel 2.10. Hasil Analisis Kualitas Air Permukaan. u-35 Tabel 2.11. Perhitungan Air Larian (Run Off) Kondisi Eksisting... . 37 Tabel 2.12. Data Jenis Tumbuhan Pohon, Tumbuhan Anak Pohon, dan Tumbuhan Bawah Pada Masing-Masing Lokasi Pengamata n-42 Tabel 2.13. Jenis-jenis Flora di lokasi dan Sekitar Lokasi Kegiatan.. u-43 Tabel 2.14. Jenis — jenis Fauna di Lokasi dan Sekitar u-48 Tabel 2.15. Jenis - Jenis Ikan . U-51 Tabel 2.16. Plankton... W-51 Tabel 2.17. Kriteria Mutu Kualitas Perairan Plankton... 52 Tabel 2.18. Benthos N53 a E/E aU UURUEaeeRataereEnieee see ‘Adendum Andal, RKL-RPL Peningkatan Jalan Ladia Galaska Utama Ruas. Blangkejeren ~ Pinding - Lokop ~ Peureulak v SS Tabel 2.19. Kriteria Mutu Kualitas Perairan Benthos. Tabel 2.20. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk. Tabel 2.21. Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama .. Tabel 2.22, Jumlah Kasus Penyakit Tabel 2.23. Sarana Kesehatan dan Tenaga Kesehatan... . 1-53 N54 54 u-55 u-55 Tabel 2.24, Jumlah Sampel Per Kecamatan. u-60 Tabel 3.1. Faktor Emisi Menurut Standar WHO... Mm -20 Tabel 3.2. Penentuan Dispersi Arah Vertikal Sumber Garis m-21 Tabel 3.3. Kontribusi Polutan Dari Sumber Garis / Sumber Bergeral W-23 Tabel 3.4. Lokasi Rawan Longsor dan Longsor Pada Lokasi Kegiatan... . m-32 Tabel 3.5. Peningkatan Air Larian Pada Saat Konstruksi . M53 Tabel 3.6. Peningkatan Air Larian Pada Saat Operasional.. m-66 Tabel 4.1. Matrik Evaluasi Dampak Penting WV-3 Tabel 4.2. Ringkasan Analisis Dampak .. V-27 ‘Adendum Andal, RKLRPL Peningkatan Jalan Ladia Galaska Utama Ruas Jalan Blangkeleren — Pinding - Lokop — Peureulak vi DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1, Tipe Jalan Eksisting... Gambar 1.2. Gambar Teknis Jalan Gambar 1.3. Kawasan Hutan iu Gambar 1.4. PIPPIB 1-12 Gambar 1.5. Peta Lokasi Kegiatan 1-15 Gambar 1.6. RTRW Kabupaten Gayo Lues.. 1-16 Gambar 1.7. RTRW Kabupaten Aceh Timur. 1-17 Gambar 1.8. Rencana Drainase 1-22 Gambar 1.9. Penambatan Batuan Dengan Beton Semprot 1-24 Gambar 1.10. Penambatan Batuan Dengan Dinding Tipis 1-24 Gambar 1.11. Drainase Lubang Dangkal. 1-24 Gambar 1.12, Penambatan Tanah Dengan Dinding Penopang Isian Batu. 1-25 Gambar 1.13. Penambatan Batuan Dengan Tumpuan Beton. 1-25 Gambar 1.14. Penambatan Tanah Dengan Bronjon, 1-26 Gambar 1.15. Penambatan Tanah Dengan Tiang 1-26 Gambar 1.16. Penambatan Tanah Dengan Penguatan Tanah 1-26 Gambar 1.17. Penambatan Tanah Dengan Surnuran 1-26 Gambar 1.18. Penanganan Lereng Dengan Stabilisasi 1-27 Gambar 1.19. 1-27 Gambar 1.20. 1-28 Gambar 1.21. Struktur Tanah Bertulang Sistern Tulang Grid 1-28 Gambar 1.22. Struktur Tanah Bertulang Sistem Tulangan Laur... 1-29 Gambar 1.23, Metode Sumuran Dalam.. 1-29 Gambar 1.24. Konstruksi Dengan Tembok Penahan 1-30 Gambar 1.25. Struktur Tanah Bertulang Dengan Angker 1-30 Gambar 1.26. Struktur Tanah Bertulang Geoteksil 1-30 Gambar 1.27. Bagan Alir Dampak Potensial Pada Tahap Pra Konstruksi 1-49 Gambar 1.28. Bagan Alir Dampak Potensial Pada Tahap Konstruksi Gambar 1.29. Bagan Alir Dampak Potensial Pada Tahap Operasional .. 1-51 Gambar 1.30. Bagan Alir Proses Pelingkupan 1-81 Gambar 1.31. Batas Wilayah Studi 1-85 Gambar 2.1. Curah Hujan Kabupaten Aceh Timur u-2 ‘Adendum Andal, RKL-RPL Peningkatan Jalan Ladia Galaska Utama Ruas Jalan Blangkejeren ~ Pinding ~ Lokop ~ Peureulak vil enn nn eee nnn Gambar 2.2. Hari Hujan Kabupaten Aceh Timur u-3 Gambar 2.3. Curah Hujan Kabupaten Gayo Lues W-4 Gambar 2.4. Hari Hujan Kabupaten Gayo Lues.. u-s Gambar 2.5. Peta Sebaran Hari Hujan. . I-6 Gambar 2.6. Zona Fisiografi... W-9 Gambar 2.7. Peta Ketinggian.. . 12 Gambar 2.8, Peta Kemiringan Lereng u-13 Gambar 2.9. Peta Morfologi.. n-14 Gambar 2.10. Peta Susunan Litologi . -15 Gambar 2.11. Ilustrasi Kondisi Struktur Geolog ... . U-18 Gambar 2.12. Peta Kerentanan Bencana Longsor . 21 Gambar 2.13. Peta Lokasi Longsor Eksisting . u-22 Gambar 2.14, Peta Potensi Longsor Akibar Perternnuan Sesa u-24 Gambar 2.15. Peta Rawan Bencana Gerakan Tanah, u-28 Gambar 2.16. Peta Rawan Bencana Longsor. . 29 Gambar 2.17. Peta Hidrogeologi . 32 Gambar 2.18. Peta Cekungan Air Tanah u-33 Gambar 2.19. Peta DAS u-39 Gambar 2.20. Habitat Satwa. u-50 Gambar 2.21. Situasi Sekitar Aceh Timur. . 1-57 Gambar 2.22. Situasi Sekitar Gayo Lues. . 58 Gambar 2.23. Gangguan Ketertiban dan Keamanan (Kab. Aceh Timur ) 61 Gambar 2.24, Gangguan Ketertiban dan Keamanan (Kab. Gayo Lues 62 Gambar 2.25. Sistem Pembuangan Air Kotor ( Kab. Aceh Timur ) 62 Gambar 2.26. Sistem Pembuangan Air Kotor ( Kab. Gayo Lues . 63 Gambar 2.27. Cara Pengelolaan Sampah (Kab. Aceh Timur ).. . 1-63 Gambar 2.28. Cara Pengelolaan Sampah (Kab. Gayo Lues ). 64 Gambar 2.29, Jenis Gangguan Polusi ( Kab. Aceh Timur ) n-64 Gambar 2.30. Jenis Gangguan Polusi ( Kab. Gayo Lues ) 1-65 Gambar 2.31. Jenis Penyakit yang Sering Dialami 1 Tahun Terakhir (Kab. Aceh Timur). N65 Gambar 2.32. Jenis Penyakit yang Sering Dialami 1 Tahun Terakhir (Kab. Gayo Lues) Il - 66 Gambar 2.33. Minat Masyarakat Terhadap Rencana Kegiatan (Kab. Aceh Timur)... Il - 66 Gambar 2.34. Minat Masyarakat Terhadap Rencana Kegiatan ( Kab. Gayo Lues)....._ I-67 ‘Adendum Andal, RKL-RPL Peningkatan Jalan Ladia Galaska Utama Ruas Jalan. Blangkejeren ~ Pinding ~ Lokop ~ Peureulak vill ——————— Gambar 2.35. Tanggapan Masyarakat Terhadap Rencana Kegiatan (Kab. Aceh Timur) W-67 Gambar 2.36. Tanggapan Masyarakat Terhadap Rencana Kegiatan (Kab. Gayo Lues) II - 68 Gambar 2.37. Harapan Masyarakat Terhadap Rencana Kegiatan (Kab. Aceh Timur). Il - 68 Gambar 2.38. Harapan Masyarakat Terhadap Rencana Kegiatan (Kab. Gayo Lues)... II- 69 Gambar 2.39. Hal yang Dikhawatirkan Terhadap Rencana Kegiatan (Kab. Aceh Timur), . W-69 Gambar 2.40. Hal_ yang -70 Gambar 2.41. Lokasi Pengambilan Sampel u-71 Gambar 4.1. Bagan Alir Evaluasi Dampak W-2 “Adendum Andal, RKL-RPL Peningkatan Jalan Lacia Galaska Utama Ruas Jalan Blangkejeren ~ Pinding ~ Lokop ~ Peureulak x Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 DAFTAR LAMPIRAN Rekomendasi Andal, RKL-PRL Surat Penetapan Lokasi Hasil Analisis Laboratorium dan Foto Sampel Foto Lokasi Kegiatan Registrasi Penyedia Jasa Konsultan Surat Pernyataan, CV, dan Sertfikat Blangkejeren — Pinding — Lokop ~ Peureulak x Pendahuluan [ma 1. | PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu komponen penunjang pada peningkatan kesejahteraan masyarakat adalah kemudahan mobilisasi baik mobilisasi masyarakat maupun mobilisasi sarana dan prasarana kebutuhan masyarakat. Salah satu bentuk prasarana mobilisasi adalah ketersediaan jaringan jalan, yang mampu menghubungkan antara desa dan kota, antar kawasan pedesaan dan antar kawasan kota. Dengan adanya jalan sebagai penghubung tersebut diyakini dapat menurunkan kesenjangan kesejahteraan masyarakat kota dengan masyarakat desa yang pada akhirnya kesejahteraan masyarakat dapat dicapai secara optimal. Kondisi eksisting jalan. Blangkejeren - Pinding - Lokop - Peureulak 82 % dari ruas jalan sudah teraspal sedangkan 18 % sisanya merupakan ruas jalan yang masih belum teraspal, ruas jalan tersebut juga masih belum mendapatkan perkerasan dan pengupasan lereng maupun penguatan lereng pada daerah — daerah yang rawan bencana gerakan tanah longsor. Disebabkan adanya kejadian gerakan tanah/longsor di beberapa lokasi sepanjang ruas Jalan Blangkejeren - Pinding - Lokop - Peureulak maka terjadi perubahan lingkungan akibat longsor dan terdapat lokasi yang berpotensi longsor tinggi yang berada pada wilayah Serbajadi dan Pinding sehingga menyebabkan terganggunya arus transportasi barang dan jasa, mengganggu kenyamanan dan keamanan pengguna jalan, dan menimbulkan Kekhawatiran Masyarakat. Lokasi yang menjadi daerah rawan longsor ini didominasi oleh komposisi batuan vulkanik yang bersifat lepas, serta didominasi oleh perselingan batupasir dan batulempung yang memicu terjadinya longsor karena posisi kemiringan perlapisan batuan yang tinggi disebabkan oleh struktur geologi patahan minor di daerah tersebut yang terpengaruh oleh sesar major / patahan regional sesar besar Sumatera (J.A Kat 1967) yang membelah pulau sumatera dari Aceh hingga ke Lampung tepatnya didaerah jalur pegunungan bukit barisan sehingga menyebabkan sesar ~ sesar lain yang lebih kecil disekitarnya ikut bergerak dan memberikan faktor pelengkap bagi terpicunya bencana gerakan tanah tersebut. ‘Adendum Andal Peningkatan Jalan Ladia Gelaska Utama Ruas Jalan Blangkejeren — Pinding - Lokop ~ Peureulak ta Pendahuluan eee Berdasarkan uraian tersebut diatas, Dinas Bina Marga Aceh berencana akan melakukan peningkatan jalan, dimana diantaranya terdapat kegiatan penanganan longsor seperti pembuatan dinding penaha longsor serta pemindahan trase/pergeseran trase beberapa meter dari trase jalan eksisting ke sampingnya. kegiatan pernindahan trase/pergeseran trase diperkirakan akan menimbulkan dampak lingkungan hidup terutama perubahan bentang alamakibat adanya pemotongan tebing di samping trase jalan, sehingga Dinas Bina Marga Aceh berencana melakukan Adendum Andal, RKI-RPL. Dinas Bina Marga Aceh berencana akan melakukan peningkatan jalan dan akan i Amdal menempuh izin lingkungan. Dinas Bina Marga Aceh sebelumnya telah memi yang sudah disetujui oleh Gubernur Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam melalui Surat Keputusan Gubernur Nomor : 15 Tahun 2003 tanggal 2 Juni 2003, sehingga diwajibkan membuat laporan Adendum ANDAL, RKL — RPL berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan Pasal 50. Ayat 1 “Penanggung jawab Usaha dan/atau Kegiatan wajib mengajukan permohonan perubahan Izin Lingkungan, apabila Usaha dan/atau Kegiatan yang telah memperoleh Izin Lingkungan direncanakan untuk dilakukan perubahan” serta Ayat 2 point c nomor 4 dan 9 : “Perubshan sarana Usaha dar/atau Kegiatar'" dan “ Terjadi perubahan lingkungan hidup yang sangat mendasar akibat peristiwa alam atau karena akibat lain, sebelum dan pada waktu Usaha dan/atau Kegiatan yang bersangkutan dilaksanakar’. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2012 Tentang Izin Lingkungan Pasal 8 ayat 2, disebutkan bahwa “Pendekatan studi tunggel sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan apabila Pemrakarsa merencanakan untuk melakukan 1 (satu) jenis Usaha dan/atau Kegiatan yang kewenangan pembinaan dan/atau pengawasannya berada di bawah 1 (satu) kementerian, lembaga pemerintah nonkementerian, satuan kerja pemerintah provinsi, atau satuan kerja pemerintah kabupaten/kota” sehingga Dinas Bina Marga Acehakan ‘menggunakan pendekatan studi Amdal Tunggal. Berdasarkan Peraturan Menteri Negara lingkungan Hidup Nomor 08 Tahun 2013 tentang Tata Laksana Penilaian dan Pemeriksaan Dokumen Lingkungan Hidup Serta Penerbitan Izin Lingkungan, Pasal 10, jenis rencana usaha dan/atau kegiatan inding - Lokop - Peureulak merupakan kewenangan Gubernur yang penilaian Amdalnya di lakukan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi. Dikarenakan Peningkatan Jalan Ladia Galaska Peningkatan Jalan Ladia Galaska Utama Ruas Jalan Blangkejeren - ‘Adendum Andel Peningkatan Jalan Ladia Galaska Utama Ruas Jalan Blangkejeren — Pinding - Lokop ~ Peureulak 12 Pendahuluan SS —————————————— Utama Ruas Jalan Blangkejeren - Pinding - Lokop - Peureulak melintasi lebih dari satu kabupaten. 1.2, Tujuan dan Manfaat Peningkatan Jalan Ladia Galaska Utama Ruas Jalan Blangkejeren - Pinding - Lokop - Peureulak 1.2.1. Tujuan 1. Meningkatkan kondisi ruas jalan pada lokasi yang sudah tidak layak pakai dengan perbaikan struktur jalan dan kelerengan dari kedua sisi jalan. 2. Memperbaiki ruas jalan yang longsor dan berpotensi longsor sehingga dapat ‘membuat prasarana jalan yang lebih baik. 3, Mempersingkat waktu tempuh kendaraan, sehingga dapat mengurangi biaya operasional kendaraan. 1.2.2. Manfaat 1. Memperlancar pergerakan arus kendaraan sehingga tidak ada lagi prasarana yang rusak dan kurang baik seperti longsor. 2. Memperlancar pergerakan arus kendaraan yang berdampak pada meningkatnya mobilitas manusia, barang dan jasa. 3. Mendukung pengembangan wilayah, khususnya di wilayah Kabupaten Aceh ‘Timur dan Kabupaten Gayo Lues. Meningkatkan kesempatan kerja di daerah. Meningkatkan aksesibilitas wilayah. Meningkatkan kemanan dan kenyamanan pengguna jalan. Dapat menyerap tenaga kerja. Adanya multiplier effect (membantu perekonomian daerah). SNOWED 1.3. Pelaksanaan Studi 1.3.1. Identitas Pemrakarsa 1, Nama Instansi : Dinas Bina Marga Aceh + JI. Jenderal Sudirman No. 1 Banda Aceh 23239 Telepon/Fax : (0651) 46767, 47009. Fax 47009 Penanggung Jawab : Muhammad Ikhsan, ST, MT. M.Eng Alamat Kantor wR I ‘Adendum Andal Pening ian Ladia Galaska Utama Rus J Blangkejeren —Pinding ~ Lokop ~ Peureulak 13 Pendahuluan <_< ———— 5. Jabatan : Kuasa Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Barang Program Pembangunan Jalan dan Jembatan Dinas Bina Marga Aceh 6. Nama Kegiatan _: Studi AMDAL Peningkatan Jalan Ladia Galaska Utama Ruas Jalan Blangkejeren - Pinding - Lokop - Peureulak 7. Lokasi Kegiatan —-: Kabupaten Aceh Timur dan Kabupaten Gayo Lues, Provinsi Aceh 1.3.2, Identitas Penyusun Studi Amdal 1. Nama Perusahaan: PT. Intimulya Multikencana (No Registrasi Kompetens!: 0OO110/LPJ/AMDAL- VLRK/KLH, Surat Perpanjangan Nomor : S- 1130/Setjet/SLK/Set-1/9/2016) Tanggal 16 September 2016 2. Penanggung Jawab_: Ir, H. Suhardi 3. Jabatan + Direktur Utama 4. Alamat : Komplek Ujung Berung Indah Blok 7 No. 7, Bandung 5, Telepon/Fax : (022) 7803787 Susunan tim penyusun Adendum Andal, RKL - RPL Peningkatan Jalan Ladia Galaska Utama Ruas Jalan Blangkejeren - Pinding - Lokop - Peureulak adalah sebagai berikut: Tabel 1.1. Susunan Tim Penyusun Adendum Andal, RKL- RPL No Posts ‘Nama Kualifikasi Sertifikat ‘A._| Tenaga Abit 1. | Team Leader/ KirbrandiatisT Teknik Lingkungan | Amdal A. Ahli Lingkungan ‘Amdal B (Kualifikast KTPA) No:001575/SKPA-P2/LSK- INTAKINDO/XIV/2015. ‘Audit Lingkungan KLHS 2. | Co. Team Leader/Ahli_| Ferdinandus Erry Sudewo, | Teknik Sipil - Jalan Raya ST. Msi 3. | Ahil Sosial Poni Sukaesih Kurniati, | Ahi Sosial Ekonomi/Budaya Sip. MSi Ekonomi/Budaya & Sesmito Pangadi, SH ‘Anil Hukum zs 5. ‘Agus Ashari, SKM. ‘Anil Kesehatan ‘(Kualifikasi ATPA) Masyarakat No.001458/SKPA-P2/LSK- INTAKINDO/IX/2015 6._| Anli_ Geologi Rezki Fitrazaki, ST ‘Anii_Geologi - 7._| Ahli_ Biologi Drs. H. Bambang Ani Biologi Suprapto, M.M. ‘Adendum Andal Peningkaten Jalan Ladia Galaska Utama Ruas Jalan Blangkejeren ~ Pinding ~ Lokop ~ Peureulak 14 Pendahuluan el No ‘Nama Kualifikasi Sertifikat INTAKINDO/V/2015 8._| Anil Fisika/Kimia Emi Nuraini, ST ‘Anil Fisika/Kimia | - B._| Asisten Penyusun Amdal 1._ | Asisten Teknik ‘Obila Pribadi Saputra, ST | Tekinik Lingkungan | Amdal A Lingkungan ‘Amdal B 14, DeskripsiRencana Usaha dan/atau Kegiatan’ 1.4.1. _Jenis Kegiatan Eksisting Berdasarkan hasil survey, kondisi eksisting di lokasi kegiatan Jalan Blangkejeren - Pinding - Lokop - Peureulak terjadi perubahan lingkungan akibat longsor dengan potensi longsor tinggi berada pada wilayah Serbajadi dan Pinding sehingga dapat menganggu kenyamanan dan membahayakan pengemudi lalu lintas. Titik - titik koordinat rawan longsor dan sudah longsor yang teramati diantaranya adalah sebagai berikut: Tabel 1.2. Lokasi Rawan Longsor Dan Longsor Pada Lokasi Kegiatan No | _— Lokasi Koordinat Tipelongsoran, 1 | Wiayah N04 49° 29.0" Aliran Bahan Peureulak | 97° 50° 43,5" Rombakan (Mud Flow) Longsor pada tebing di bagian bawah jalan. 2 | Wilayah NO# 35 31." Tipe Pergerakan Krueng Tuan | £ 97° 41° 24,6" Falifiatuhan (Rock Fall) Ms, a Tebing —batupasir_ dengan kemiringan lereng hampir tegak, berpotenst longsor. 3 | Wilayah Br. | NOs 34 18.7~ Tipe Pergeraken Pinang E97° 37° 14.0" STide[Pergeseran (Stump) Terdapat_longsoran ~ longsoran kecil di beberapa lokasi. neces stray NIUE UTI ONIErNRTIPIlereses Tac Tadt NRE ‘Adendum Andal Peningkatan Jalan Ladia Galaska Utama Ruas Jalan Blangkejeren ~ Pinding ~ Lokop — Peureulak es Pendahuluan No | —lokasi Koordinat TipeLongsoran ‘4 | Wilayah | N04 34° 12,4" Tipe Pergerakan Serba Jadi | E97 36" 56'9" ‘loufaliran (Quick Clays) Tebing hasil lapukan batu lempung yang berpotensilongsor. _ 3 | Witeyah Now 34 07 Tipe Pergerakan Serba Jadi | E 97° 36° 52°8" Stide/Pergeseran (stump) Tebing hasil lapukan batulempung, yang berpotens longsor. 6 | Wilayeh NO# 32 572" Tipe Pergerakan Serba Jadi | 97° 36" 28°3" ie ‘STide/Pergeseran (Slump) Tebing hasil lapukan batu lempung. ng berpotensi longsor 7 | Wilayah | N0#°32 41,5" 7 Tipe Pergerakan Serba Jedi | E979 35° 44,7" i Slide/Pergeseran (Slump) Longsor @ | Wiayah | Nowsz 175" : = Tipe Pergerakan Kalapening | E 97° 34° 51.6" aad STide(Pergeseran 5 (surmp) 9 | Wilayah Pasir | N04 30° 45.6" Tipe Pergerakan Putin E 97° 31° 56.1" Side/Pergeseran (Slump) "Adendum Andal Peningkatan Jalan Ladia Gelaska Uteme Ruas Jalan Ne Blangkejeren Pinding ~ Lokop ~ Peureulak Pendahuluan No. Lokasi Koordinat Keterangan TipeLongsoran | Longsor 10 | Wilayah N 04° 30° 38,0" Tipe Pergerakan Pining E97° 31° 50,1" Slide/Pergeseran (Stump) 1 | Wilayah N 04° 25° 52,3" Tipe Pergerakan Pining, E 97° 31" 05,6" Slide/Pergeseran (Stump) 12 | Wilayah_ ‘N 04° 19° 57,9" ‘Tipe Pergerakan_ Pining E 97° 31° 43,9" Slide/Pergeseran. (Stump) 13_| Wilayah N 04° 13" 03,3" Tipe Pergerakan antara Pining | E 97° 33° 51,8” ‘Slide/Pergeseran dan (Stump) Blangkejeren 14 | Wilayah 'N 04° 10° 25,9" ‘Tipe Pergerakan antara Pining | E 97° 34° 44,1" Slide/Pergeseran dan (slump) Blangkejeren 15 | Wilayah N 04° 05" 11,0" Tipe Pergerakan Blangkejeren | E 97° 32° 39,8" Slide/Pergeseran (stump) ‘Adendum Andal Peningkatan Jalan Ladia Galaska Utama Ruas Jalan Blangkejeren — Pinding — Lokop ~ Peureulak Pendahuluan el No | Lokast Koordinat ‘Ketera 16 | Wilayah N04 04" 06,4" Tipe Pergerakan Blangkejeren | E 97° 31° 06,2" Fal/Jatuhan (Rock Fall 17_| Wilayah N04 08" 42,7" Tipe Pergerakan Blangkejeren | E 97° 30° 28.9" STidefPergeseran (Sump) 18 | Wilayah NOs 03 38.4" Tipe Pergerakan Blangkejeren | E 97° 30° 27,0" STidefPergeseran (Rock Slide) Longsor ‘Sumber: Hasil Analisis, 2016 Kondisi eksisting jalan Blangkejeren - Pinding — Lokop ~ Peureulak merupakan jalan kolektor primer dengan panjang jalan 169,12 km dan lebar yang bervariasi antara 4 meter sampai 6 meter tidak terdapat bahu jalan dan median jalan. Kondisi jalan tersebut saat ini sebagian besar 82 % dari ruas jalan sudah teraspal sedangkan 18% sisanya merupakan ruas jalan yang masih belum teraspal. [ten nig, Peoria. Bs an 3.0 $ 10 ———+ oe eee Existing Gambar 1.1. Kondisi Jalan Eksisting ‘Adendum Andal Peningkatan Jalan Ladia Galaska Utama Ruas Jalan, Blangkejeren — Pinding ~ Lokop ~ Peureulak Ls Pendahuluan —————_ 1.4.2, Jenis Rencana Kegiatan Tambahan Total rencana panjang Peningkatan Jalan Ladia Galaska Utama Ruas Jalan Blangkejeren - Pinding - Lokop - Peureulak dengan panjang jalan 169,12 km dengan bahu jalan 1,5 meter di samping kiri dan kanan serta badan jalan 6 meter. ta teknis jalan = Rencana panjang peningkatan jalan Peureulak - Batas Gayo Lues 107,30 Km = Rencana panjang peningkatan jalan Batas Gayo Lues - Blangkejeren 61,82 km. = Rencana Penanganan : 1,5 - 6 -1,5 m. Lebar Rumija (ROW) 50 m. Peningkatan Jalan Konstruksi peningkatan jalan menggunakan Laston (AC-WC) T = 4 cm, Laston (AB-BC) T = 6 cm, Agregat Base Klas A, T = 15 cm dan B, T= 20 cm, tanah timbunan pilihan T = 30 cm, pasangan batu TPT. dan pasangan batu mortar. Lebih jelasnya potongan melintang jalan eksisting dan rencana dapat dilihat pada gambar berikut: | Laon (AG 86) T= bem | gg Ba Rash T= 1509 || [a amass teen | San Exiting, Perkorsan Ag, Basc Kis | Tinbean P= 30m Pes, Satur Gambar 1.2. Gambar Teknis Jalan Pembuatan Jembatan_ Jembatan akan dibangun pada sungai yang belum memiliki jembatan, karena sebagian trase jalan telah memiliki jembatan, konstruksi pondasi jembatan rencananya ‘menggunakan tiang pancang berukuran 50 x 50 dan pondasi sumuran, jembatan yang, [== UR FT OnE RU ‘Adendum Andal Peningkatan Jalan Ladia Galaska Utama Ruas Jalan Blangkejeren — Pinding ~ Lokop ~ Peureulak 1-9 Pendahuluan ———_————————— dibangun dengan lebar 8,00 meter dimana terdapat trotar dengan lebar 1,00 disamping kanan-kiri jalan. Pemindahan/Pergeseran Trase Pemindahan/pergeseran trase jalan berpotensi dilakukan sebagai alternatif terakhir apabila dari hasil perencanaan tidak memungkinkan menggunakan teknologi dan ditinjau dari aspek ekonomis biaya konstruksi lebih besar dibandingkan dengan pengalihan trase, karena terdapat beberapa titik longsor yang menggerus badan jalan yang tidak memungkinkan untuk diurug, sehingga perlu adanya pergeseran trase dengan menggunakan lahan di samping badan jalan yang masih berupa tebing lahan tersebut masih termasuk ke dalam RUMIJIA, sehingga dalam _kegiatan pemindahan/pergeseran trase tidak adanya kegiatan pembebasan lahan. Penggunaan Lahan Dari data peta jaringan jalan Provinsi Aceh dan peta kawasan hutan, maka ruas jalan Blangkejeren - Pinding - Lokop - Peureulak, melewati : 1. STAO +000 sid 5 +110 (Areal Penggunaan Lain) 2. STAS +110 sid 124710 (Hutan Produksi) 3.STAI2+710 — s/d._ 50 +000 ~— (Areal Penggunaan Lain) 4. STA50+000 = s/d_ 85+710 —(Hutan Lindung) 5.STA85+710 sd. 169+ 120 (Areal Penggunaan Lain) Berdasarkan peta PIPPIB Nomor SK.2300/MenLHK-PKTI/IPSDH/PLA.1/5/2016 trase Peningkatan Jalan Ladia Galaska Utama Ruas Jalan Blangkejeren - Pinding - Lokop - Peureulak melewati lokasi Hutan Alam Primer pada Huta Produksi dan Areal Penggunaan Lain (APL) serta Hutan Konservasi dan Hutan Lindung. lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 1.4. Peta PIPPIB. Ne ‘Adendum Andal Peningkatan Jalan Ladia Ge Blangkejeren ~ Pinding — Lokop ~ Peureulak 110 Pendahuluan SS el 1.4.3. Lokasi Rencana Kegiatan Lokasi kegiatan berada di Jalan Blangkejeren - Pinding - Lokop - Peureulak, Kabupaten Aceh Timur dan Kabupaten Gayo Lues, Provinsi Aceh, trase peningkatan jalan ini melewati 2 (dua) Kabupaten, 8 (delapan) Kecamatan serta 38 (tiga puluh delapan) desa. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 1. Nama Desa yang Dilalui Trase Jalan No Kabupaten [No | Kecamatan 1. | Kabupaten Aceh | 1. | Peureulak Timur Desa: Paya Putih Beusa Meuranae Beusa Seberang Beuringin ‘Kebun Teumpeung | Kabu Paya Unow 'SNB Johan’ Blang Barom Pulo Blang T1._| Bhom Lama, 12. | Gampong Tampak 13. | Alue Geunteng 14, | Beurandang 15. | Seumanah Jaya 4, | Peunaron 16. | Arul Pinang 17. | Peunaron Lama: 18. | Bukit Tiga 5._| Serbajadi 19. | Bunin 20. | Arul Durien 21, | Selemak 22. | Mesir 23. | Rampah 24, | Jerin 25. | Loot 26. | Nalon 27. | Lokop. 28. | Tualang 29. | Leles Blangkejeren 30. | Kuta Lintang Dabun Gelang | 31. | Badak Pinding 32. | Gajah 33. | Uring 34, | Pepelah 35. | Pinturime 36, | Pertik 37. | Pinding 38, | Pasir Putih 2. | Peureulak Barat 3,_| Ranto Peureulak slele|s|oyels]e|y/|z1 5 ls 2 [Kabupaten Gayo Lues =]~]9) 1.4.4. Kesesuaian Lokasi Rencana Kegiatan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Berdasarkan Qanun Kabupaten Aceh Timur Nomor 10 Tahun 2013 tentang RTRW Kabupaten Aceh Timur Tahun 2012-2032 Peningkatan Jalan Ladia Galaska Utama ‘Adendum Andal Peningkatan Jalan Ladia Galaska Utama Ruas Jalan Blangkejeren ~ Pinding ~ Lokop ~ Peureulak 1-13 Pendaby ST Ruas Jalan Blangkejeren - Pinding - Lokop - Peureulak melewati kawasan wilayah “Permukiman Perkotaan, Perkebunan Rakyat, Pertanian Lahan Basah, Hutan Lindung, Perkebunan dan Kawasan Industri”. Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Gayo Lues 2013 - 2033 (QANUN No. 15 TAHUN 2013) Peningkatan Jalan Ladia Galaska Utama Ruas Jalan Blangkejeren - Pinding - Lokop - Peureulak melewati kawasan wilayah “Permukiman KAT, Ruang Terbuka Hijau dan Hutan Lindung”. se ra ‘Adendum Andal Peningkatan Jalan Ladia Galaska Utama Ruas Jalan Blangkejeren — Pinding ~ Lokop ~ Peureulak Lu Pendahuluan ———————————— 1.4.5. Hubungan Lokasi Rencana Kegiatan dengan Ketersediaan Sumber Daya 1.5. 151. Hubungan antara lokasi rencana kegiatan dengan jarak tersedianya sumber daya air, sumber energi, sumber daya manusia yang diperlukan : 1. Kebutuhan Air Bersih: direncanakan akan menggunakan sumber air tanah yang berada di lokasi kegiatan. 2. Kebutuhan Energi Listrik: Penyediaan kebutuhan aliran listrik direncanakan bersumber dari Genset. 3, Kebutuhan Sumber Daya Manusia: Kebutuhan sumber daya manusia di sekitar lokasi kegiatan dengan berbagai keahlian dan keterampilan. Tahapan Kegiatan Kegiatan Peningkatan Jalan Ladia Galaska Utama Ruas Jalan Blangkejeren - Pinding - Lokop - Peureulak meliputi tahapan yaitu tahap pra konstruksi, konstruksi dan pasca konstruksi, 1. Tahap Pra Konstruksi Survey, Perizinan dan Perencanaan 2. Tahap Konstruksi a. Penerimaan Tenaga Kerja b. Mobilisasi Alat dan Material . Pekerjaan Tanah(Pengurugan dan Penggalian Tanah) d. Pembangunan Sarana dan Prasarana e. Penggunaan Air Tahap Konstruksi 3. Tahap Operasional Operasional Jalan dan Pemeliharaan Jalan ‘Tahap Pra Konstruksi Pada tahap pra konstruksi meliputi kegiaten-kegiatan, yaitu: 1. Survey, Perizinan dan Perencanaan A. Survey Survey pendahuluan merupakan pekerjaan lapangan tahap awal dimana dihasilkan data-data awal mengenai kondisi jalan existing. Survey yang sudah dilakukan adalah survey topografi terkait dengan kegiatan peningkatan jalan dan survey awal identifikasi longsor. ‘Adendum Andal Peningkatan Jalan Ladia Galaska Utama Ruas Jalan, Blangkejeren — Pinding — Lokop — Peureulak 118 Pendahuluan ———————————_—_———————— B, Perizinan Dinas Bina Marga Aceh sebelumnya telah memiliki dokumen Amdal_ yang sudah disetujui oleh Gubernur Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam melalui Surat Keputusan Nomor :15 Tahun 2003 Tanggal 2 Juni 2003 dan akan menempuh izin pinjam pakai kawasan hutan setelah AMDAL ini selesai untuk pembangunan jalan lintas tengah Aceh atas nama Gubemur Aceh seluas + 841,93 hektar pada kawasan hutan lindung, hutan produksi terbatas, dan hutan produksi tetap di Provinsi Aceh melalui Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Republik ~— Indonesia. ©» Nomor: $K.325/Menthk/Setjen/PKTL.0/4/2016. . Perencanaan Pekerjaan perencanaan teknis jalan, diantaranya: = Melaksanakan pekerjaan penyelidikan tanah dan sumber material yang berada pada lokasi setempat. - Melakukan kegiatan perhitungan dan analisis terhadap perencanaan peningkatan jalan dan penanganan longsor. = Pembuatan gambar desair/ Engineering Design(DED) = Perhitungan volume dan analisis harga satuan. = Pembuatan standarspesifikasi teknisumum dan spesifikasi.khusus untuk perencanaan jalan dan penanganan longsor. = Pembuatan laporan. 1.5.2. Tahap Konstruksi Kegiatan pada tahap konstruksi merupakan kegiatan pembangunan fisik yang secara umum diawali dengan penerimaan tenaga kerja, mobilisasi alat dan material, pekerjaan tanah (pembersihan tanaman, pengurugan dan penggalian tanah), serta pembangunan sarana dan prasarana (pembuatan badan jalan, bahu jalan, saluran drainase, penanganan longsor disesuaikan dengan tipe longsoran dan bahan pembentuk longsoran salahsatunya dengan pembuatan dinding penahan tanah / DPT, dan teknologi penanganan longsoran lainnya, pembuatan rambu-rambu jalan serta pembangunan dan operasional base camp). Tahap konstruksi akan dilaksanakan sesuai dengan tahapan dari rencana kegiatan, sesuai dengan rencana konstruksi. 1. Penerimaan Tenaga Kerja Tenaga kerja yang diserap tergantung dari volume pekerjaan yang akan dilaksanakan. Tenaga _kerja_tahap_konstruksi berjumlah_+ 300_orang dan ‘Adendum Andal Peningkatan Blangkejeren — Pinding - Lokop ~ Peureulak 119 Pendahuluan EE diprioritaskan menggunakan penduduk di sekitar lokasi kegiatan. Lebih jelasnya tenaga kerja konstruksi dapat dilihat pada Tabel 1.4. Tabel 1.4, Rencana Kebutuhan Tenaga Kerja Tahap Konstruksi Ne Tenis Teega Kerja = eee ; a 3 Besonginetg z sista Se oa a eam H ae 4 Sgt dan perry $ sua $ [hater * ae 3 Spear sa Bera dan ver 5 —| SOM $e oe “ea 30 Sumber : Analisis Ronsultan, 2016 2. Mobilisasi Alat dan Material Mobilisasi alat berat digunakan untuk pengangkutan bahan, material dan peralatan konstruksi, maupun untuk kebutuhan pernbangunan prasarana dan sarana. Alat- alat berat yang digunakan untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi adalah Bulldozer, motor grader, wheel loader, excavator, stone crusher, vibro compactor, concrete mixer, water pump, jack hammer dan AMP. Material bangunan untuk kegiatan konstruksi terdiri Laston (AC-WC) T = 4 cm, Laston (AB-BC) T = 6 cm, Agregat Base Klas A, T = 15 cm dan B, T= 20 cm, tanah timbunan pilihan T = 30 ‘em, pasangan batu TPT, dan pasangan batu mortar, kayu, batu, besi, aspal, semen dan lainnya yang memenuhi kualitas bahan/material atau kriteria teknis. Asal material bangunan tersebut umumnya dari suplyer/materialsetempat. Pada saat pelaksanaan pengengkutan bahan bangunan dengan menggunakan truk, kontraktor akan berkoordinasi terlebih dahulu dengan instansi terkait, antara lain Dinas Perhubungan Provins! dan Kabupaten di lokasi studi dan masyarakat melalui aparat kewilayahan, sehingga kegiatan mobilisasi alat dan material dapat dilakukan dengan meminimalkan gangguan lalulintas ke lingkungan sekitarnya, Jalan yang dilalui kendaraan alat berat dan material yaitu Jalan Nasional Lintas Timur, JI. Lokop, Jalan Pinding dan Jalan Blangkejeren. ——O ‘Adendum Andal Peningkatan Jalan Ladia Galaska Ui Blangkejeren — Pinding - Lokop ~ Peureulak 1-20 Pendahuluan a Tabel 1.5. Jenis Peralatan Yang Digunakan “Jenis Peralatan Jamiah Unit Jalan yang ditalut Bulldozer 100 ~ 150 Pk ‘Motor Grader Min 100 PK ‘Wheel Loader 1,0 — 1.6 m? Excavator 80 — 140 PK ‘Stone Crusher J, Nasional Lintas Timur, ‘Vibro Compactor 4. Blangkejeren - Pinding = ‘Concrete Mixer 0.3 ~ 0.6 m™ Lokop - Peureulak ‘Water Pump 70 — 100 mm 9. Jack Hammer 2] |] refrofs] wore} 10. ‘AMP r+ Analisis Konsultan, 2016 Tabel 1.6. Jenis Material Yang Digunakan No Tenis Material Satuan [| Volume Jalan yang dial 1.__[Waston (AC-WC) T = 4 em Ton 676 2,__[ Laston (AB-BC) T = 6 cm Ton 7.016 3. Agregat Base Klas AT = 15 am__|_m? | 356.000 4. | Agregat Base Klas B. T= 20 cm | _m? | 156.000. 5. | Agregat Base KlasC.T = 20cm | m?| 156.000 JI. Nasional Lintes 6._[ Tanah Timbunan m 86.000 Timur, 7.__[ Pasengan Batu TPT im 80.000 JI. Blangkejeren - 8._| Batu Mortar im? [196.500 Pinding - Lokop - 9. | Kays im 7.200 Peureulak 10,_| Best Ton | 18.000 i. | Aspal Ton | 15.000 12, [Semen Zak | 390.000 13, | Pasir Batu m | 256.500, Sumber : Analts Konstan, 2076 Tabel 1.7. Penggunaan Bahan Bakar dan Pelumas ‘No. | #ons Sahen Cakar Kebutuhan Penanganan Sisa T._| Solar 39,000 Iter/bulan Habis terpakal 2._| Ollie 260 lter/3 bulan | Oil bekas dikirim ke pihak ke 3 yang berlin 3.__| Filter olVsolar 52 buah/tahun | Filter oll bekas dikrim ke pihak ke 3 yang berijin Sumber : Analisis Konsultan, 2016 3. Pekerjaan Tanah (Pengurugan dan Penggalian Tanah) Pekerjaan tanah meliputi pengurugan dan galian/pengupasan dilakukan pada ruas jalan dan pada lokasi longsor sepanjang rencana peningkatan jalan dengan terutama pada lokasi rencana pergeseran/pemindahan trase menggunakan alat berat. tanah hasil galian/pengupasan bukit nantinya akan digunakan kembali sebagai tanah urugan sehingga tidak ada tanah yang diangkut keluar lokasi. Pekerjaan urugan dilakukan pada bagian pelebaran RUMUA dan realinyemen vertical serta pada area yang berpotensi longsor. Realinyemen adalah perbaikan "Adendum Andal Peningkatan Jlan Ladia Geleska Uteme Ruas Jalan Blangkejeren~ Pinding ~ Lokop ~ Peureulak Pendahuluan el kelandaian jalan, timbunan pada pelebaran RUMUA dengan tanah dan timbunan pada perbaikan alinyemen dengan agregat kelas A dan B. 4. Pembangunan Sarana dan Prasarana Pembangunan sarana dan prasarana, diantaranya peningkatan badan jalan, bahu jalan, saluran drainase, penanganan longsor disesuaikan dengan tipe longsoran dan bahan pembentuk longsoran salahsatunya dengan pembuatan dinding penahan tanah / DPT, dan teknologi penanganan longsoran lainnya, serta pembangunan dan operasional base camp. Kegiatan pembangunan sarana prasarana adalah sebagai berikut: A. Pembuatan Bahu Jalan Konstruksi bahu jalan terletak di kanan - kiri jalan dengan lebar masing - masing 1,5 m dan menggunakan material urugan biasa. B, Pembuatan Saluran Drainase Untuk menghindari terjadinya genangan dibuat kemiringan saluran drainase yaitu 2% di kanan ~ kiri rencana jalan dan selanjutnya mengalir ke saluran umurv/sungei. Letak saluran drainase berada di sisi kiti dan kanan badan jalan, Konstruksi saluran drainase terbuat dari pasangan batu mortar dengan lebar 0,5 m dan kedalaman 0.5 m. Bentuk saluran drainase mempunyai penampang trapesium. PASANGAN BATU MORTAR, Gambar 1.8. _Rencana Drainase C. Perbangunan dan Operasional dan Base Camp Pembangunan Basecamp untuk menunjang kegiatan pelaksanaan konstruksi jalan umumnya dibangun disekitar lokasi kegiatan. Pembangunan basecamp en ‘Adendum Andal Peningkatan Jalan Ladia Galaska Utama Ruas Jalan. Blangkejeren — Pinding ~ Lokop — Peureulak 1-22 Pendahulu mencakup kantor proyek, gudang material, bengkel, _stonecrusher, batchingplan, stock pile, penyimpanan peralatan berat dan barak untuk pekerja. Lokasi base camp berada pada daerah Peureulak dan Blangkejeren. D. Penanganan Longsor Apabila pada suatu longsoran diyakini akan terjadi runtuhan permukaan pada lereng bagian dasar yang curam maka harus dibangun suatu dinding penahan tanah dengan menggunakan bronjong/gabion pada dasar longsoran. Penanggulangan dengan cara ini adalah mengganti material longsoran dengan bahan yang lebih ringan dan berfungsi untuk mengurangi gaya dorong. Cara anya digunakan pada longsoran jenis rotasi yang relatif kecil, Bahan ringan yang umumnya digunakan antara lain : batu apung, abu sekam, polisterin, serbuk gergaji, alwa, armco dan drum kosong. E, Pembuatan Dinding Penahan Tanah (DPT) Pembuatan dining penahan tanah menggunakan bahan material pasangan batu kali, pasir dan semen dengan tinggi dinding penahan tanah 1,80 m, lokasi dinding penahan tanah terletak pada sisi kanan dan kiri jalan yang berpotensi terjadinya longsor dan pada tanah yang landai. F, Penambatan Tanah Penambatan merupakan cara penanggulangan yang bersifat mengikat atau menahan massa tanah yang bergerak, sedangkan tindakan lain dilakukan bila penanggulangan dengan cara mengubah geometri lereng, mengendalikan air dan penambatan tidak dapat diterapkan, Penambatan tanah umumnya dilakukan dengan bangunan penahan yang berfungsi sebagai penahan terhadap massa tanah yang bergerak, sehingga \gkatkan tahanan geser. menit Bangunan penahan dapat terdiri dari beberapa macam antara lain bronjong, tembok penahan (gaya berat, semi gravitasi atau beton), sumuran, tiang (pancang, bor, turap baja), tanah bertulang dan dengan penopang isian batu (buttress). Bangunan penahan hanya digunakan untuk penanggulangan longsoran tipe gelincir (slide) dan jarang digunakan untuk tipe aliran (flow). ‘Adendum Andal Peningkatan Jalan Lada Galaska Utama Ruas Jalan Blangkejeren — Pinding ~ Lokop ~ Peureulak 1-23 Pendahuluan boty topux Beton semorot Botucn yong bersifat meturun to) Gambar 1.9. Penambatan Batuan Dengan Beton Semprot G. Penambatan Batuan Dengan Dinding Tipis Beberapa jenis batuan seperti serpih atau batu lempung sangat mudah lapuk bila tersingkap. Untuk melindungi batuan tersebut dapat dipasang di dari bata, batu atau beton pada permukaan batuan. eR Gambar 1.10. Penambatan Batuan Dengan Dinding Tipis Lubung dangkal dengan galian tanpa penyang- gah Cubung dangkal dengan enyanggahan dangkal Ke Macam sumur dangkal dari lubang dangkal Gambar 1.11. Drainase Lubang Dangkal ‘Adendum Andal Peningkatan Jolan Ladia Galeska Utama Ruos Jalan Blangkejeren ~ Pinding - Lokop ~ Peureulak Pendahuluan ————————————————————— H. _ Penambatan Tanah Dengan Dinding Penopang [sian Batu Penanggulangan dengan cara ini adalah penimbunan pada bagian kaki longsoran dengan material berbutir kasar yang dipadatkan dan berfungsi menambah tahanan geser. Penanggulangan ini dapat digunakan untuk longsoran rotasi dan transmisi. Dalam pemilihan metoda ini _harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut : = Tidak mengganggu kemantapan lereng dibawahnya. = Alas isian batu diletakkan di bawah bidang gelincir sedalam 1.50 - 3.00 meter Dinding penopang {elon datu Gambar 1.12, Penambatan Tanah Dengan Dinding Penopang Isian Batu 1. Penambatan Batuan Dengan Tumpuan Beton Batuan yang menggantung akibat tererosi atau pelapukan dapat ditanggulangi dengan dua cara yaitu meruntuhkan batuan yang menggantung atau menyangga dengan tumpuan beton, Apabila penanggulangan dengan meruntuhkan batuan yang menggantung dapat membahayakan daerah pemukiman dan/atau lalu lintas, maka untuk menghindari bahaya runtuhan dilakukan penanggulangan dengan tumpuan beton. J. Berikut merupakan contoh — contoh ilustras! penanganan pada longsor: ‘Tumpuen beton, Gambar 1.13. Penambatan Batuan Dengan Tumpuan Beton ‘Adendum Andal Peningkatan Jalan Ladia Galaska Utama Ruas Jalan Blangkejeren ~ Pinding — Lokop ~ Peureulak 1-25 Pendahuluan Gambar 1.15, Penambatan Tanah Dengan Tiang 7 Urugan cor Urugen marerict putinon ipodetkon ~ Tulangon Ponit Bicone tengsoran Sumeron Gambar 1.17. Penambatan Tanah Dengan Sumuran ‘Adendum Andal Peningkatan Jalan Ladia Galaska Utama Ruas Jalan Blangkejeren — Pinding ~ Lokop ~ Peureulak 1-26 volume yong ist abitso D. Stabitisosi Pade Bagion Koki a 2 i: ©. Stebitisos! berupe Tiong tiong Gamber 1.18. Penanganan Lereng Dengan Stabilisasi Penyoltr tour orl! pengumput Gambar 1.19. Penanggulan Longsoran Dengan Mekanisme Pengendalian Air Rembesan Ce eee ee “Adendum Andal Peningkatan Jalan Ladia Gelaska Utama Rus Jalan Blangkejeren ~ Pinding ~ Lokop ~ Peureulake 1.27 Pendahuluan Cee nen fongeor Jaton yong elternotit A citenosit 8 0: Relokasi ooh mendotor b: Raloke Gambar 1.20, Relokasi Trase (9) Taangan ogres Terenas | (6) Dining VSL rantoreed ean, Gambar 1.21. Struktur Tanah Bertulang Sistem Tulang Grid ‘Adendum Andal Peningkatan Jalan Ladia Galaska Utama Ruas Jalan Blangkejeren — Pinding ~ Lokop ~ Peureulak 1-28 Pendahuluan sy ‘Tempat galian Sumur dalain —Pemomps-n =qutup Tiang turap baja Pemompaan smukaan air tanah awal Saringan Pompa air Sarina pompa Cadangan pasir /y Permukaan air = tanah yang turun Lrg Tabung pelindung sbg. saringan Sumur dalam °°... Sumur dalam Gambar 1.23. Metode Sumuran Dalam Lvl ‘Adendum Andal Peningkatan Jalan Ladia Galaska Utama Ruas Jalan 2” I Blangkejeren ~ Pinding ~ Lokop Peureulak Pendahuluan gia (2). Tipe Gravitasi (0). Tipe Semi Gravitasi _(c). Tipe Kantilever (Q). Tipe Counterforts (@).Tipe Krib Gambar 1.26. Struktur T ‘Adendum Andal Peningkatan Jalan Ladia Galaska Utama Blangkejeren — Pinding ~ Lokop ~ Peureulak 1-30 Pendahuluan — K. Penggunaan Air Tahap Konstruksi Air bersin diperlukan di base camp untuk keperluan MCK/sanitasi pekerja. Selain untuk kegiatan domestik, air seperti untuk pengadukan semen, pasir, dsb. Kebutuhan air tersebut bisa dipenuhi dari sumber air tanah yang berada di lokasi kegiatan. Penggunaan air untuk MCK 300 pekerja saat konstruksi sebesar 30,00 m*/hari berdasarkan Kriteria Perencanaan Ditjen Cipta Karya Dinas PU, 1996 kebutuhan air untuk pekerjaa konstruksi sebesar 100 Vorang/hari dengan pertimbangan bahwa para pekerja menginap di base camp, perhitungan kebutuhan air saat konstruksi lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut; Tabel 1.8. _Kebutuhan Air Pada Tahap Konstruksi iperlukan untuk kegiatan pembangunan, Jumiah | Kebutuhan Air [Total Kebutuhan| No. | Jenis Penggunsan Air | Jumlah | “Giwva) | (Vorang/hart) | Ate (m’/har) 1 _| Pekerja Konstruksi = 300 100 30.00 2 | Campuran Konstruksi_ | i 70.000 10.00. 3 | Mencuel ban = 5 1.500 1,50 4 | Rebutuhan vain] 3.000 3.00 lainnya Total 4450 Sumber * Analisis Konsultan, 2015 1.5.3. Tahap Operasional Tahap operasional yaitu pengoprasian jalan dan pemeliharaan jalan. 1. Pengoperasian Jalan Pengoperasian jalan adalah kegiatan penggunaan jalan untuk melayani lalu lintas jalan. Untuk menjamin keselamatan pengguna jalan perlu dilengkapi dengan perlengkapan jalan. Jalan umum dioperasikan setelah ditetapkan memenuhi ppersyaratan laik fungsi jalan uum secara teknis dan administratf. Kelaikan fungsi jalan umum secara teknis bila memenuhi persyaratan: = Teknis struktur perkerasan jalan = Teknis struktur bangunan pelengkap jalan = Teknis geometri jalan = Teknis pemanfaatan bagian-ba; = Teknis penyelenggaraan manajemen dan rekayasa lalu lintas Jalan = Teknis perlengkapan jalan Kelaikan fungsi jalan umum secara administratif apabila memenuhi persyaratan: administrasi perlengkapan jalan, status jalan, kelas jalan, kepemilikan tanah ruang milik jalan, leger jalan dan dokumen Adendum Andal, RKL-RPL. cnn ‘Adendum Andal Peningkatan Jalan Ladia Galaska Utama Ruas Jalen Blangkeleren ~ Pinding - Lokop ~ Peureulak 1231 Pendahulu er 2. Pemeliharaan Jalan Sedangkan kegiatan pemeliharaan adalah lapisan perkerasan, dengan melakukan pelapisan ulang, jika terjadi kerusakan jalan. Agar prasarana jalan tersebut tetap berfungsi sebagaimana mestinya, perlu dilakukan kegiatan perneliharaan jalan dan utilitasnya sesuai dengan SOP yang berlaku, missinya pemeliharaan rutin, pemeliharaan berkala maupun perbaikan sesuai dengan waktunya. Kegiatan pemeliharan sarana dan prasarana akan terdiri dari pemeliharaan kerusakan badan jalan, saluran drainase dan DPT (Dinding Penahan Tanah) serta sarana penunjang lainnya, Pelaksanaan pemeliharaan jalan harus memperhatikan keselamatan pengguna jalan. 1.5.4, Alternatif yang Dikaji Dalam Adendum Andal, RKL- RPL Kajian AMDAL merupakan bagian dari studi kelayakan aspek lingkungan hidup, komponen rencana kegiatan pada umumnya memiliki beberapa alternatif, antara lain alternatif lokasi, desain konstruksi, atau sarana pendukung. Alternatif-alternatif yang dikaji dalam Adendum Andal, RKL - RPL dapat merupakan alternatif-alternatif yang telah direncanakan sejak semula atau yang dihasilkan selama proses kajian Amdal berlangsung. 1.5.5. Rincian Dampak yang Dikelola Sebelurnnya Rincian dampak yang dikelola pada saat eksisting sesuai dengan dokumen Amdal sebelumnya adalah sebagai berikut : ‘A. Dampak Langsung Terhadap Komponen Sosial Dampak pada saat ini dan untuk seterusnya adalah kelancaran transportasi yang berlanjut pada pertumbuhan perekonomian masyarakat dan _akhirnya meningkatkan pendapatan daerah dan masyarakat. Pengelolaan lingkungen hidupnya melalui : 1. Pendekatan Teknologi, dengan cara : tidak ada 2. Pendekatan Sosial, dengan cara : diversifikasi usaha dan jasa 3. Pendekatan Institusional, dengan cara + pembentukan kelompok usaha sejenis dan koperasi B, Dampak Langsung Terhadap Komponen Fisik Ke Biologi dan Sosial Dampak langsung terhadap komponen fisik ke biologi dan sosial adalah peningkatan kebisingan. Peningkatan kebisingan terjadi karena kendaraan yang melewati jalan ini. Dampak ini berakibat pada kehidupan satwa, sehingga satwa AUR IINnISTR REISER ITEP REE eoaseeEEEeee ‘Adendum Andal Peningkatan Jalan Ladia Galaska Utama Ruas Jalan Blangkejeren — Pinding — Lokop ~ Peureulak 1-32 Pendahuluan EEE masuk ke kawasan pemukiman dan/atau kawasan budidaya dan menimbulkan gangguan kehidupan manusia antara lain kehilangan produksi pertanian dan persepsi masyarakat. Pengelolaan lingkungan hidupnya melalui : 1. Pendekatan Teknologi, dengan cara : ~ Pemasangan rambu pada habitat /lokasi lintasan satwa Pengaturan kecepatan, maksimum 25 kmy/jam di kawasan habitat/lokasi lintasan satwa = Tidak menyembunyikan klakson dan/atau menyalakan lampu jauh/tinggi di kawasan habitat/lokasilintasan satwa 2. Pendekatan Sosial, dengan cara : - Penerbitan peraturan tentang perlindungan satwa dan ekosistem = Penyuluhan kepada pengguna jalan untuk memberi kesempatan kepada satwa yang melintas terlebih dahulu, 3. Pendekatan Institusional, dengan cara : kerjasama dengan Dinas Kehutanan dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam. C. Dampak Langsung Terhadap Komponen Fisik ke Sosial Dampak yang terjadi adalah gangguan aktifitas masyarakat sebagai dampak dari terjadinya tanah longsor. Dan pada akhirnya berdampak pada penurunan pendapatan masyarakat. Pengelolaan lingkungan hidupnya melalui : 1. Pendekatan Teknologi, dengan cara: penanganan longsor _disesuaikan dengan tipe longsoran dan bahan pembentuk longsoran salah satunya dengan pembuatan dinding penahan tanah / DPT, dan teknologi penanganan longsoran lainnya,pemasangan rambu yang membatasi kecepatan dan tonase kendaraan yang lewat sesuai dengan kelas ruas jalan 2. Pendekatan Sosial, dengan cara : tidak ada 3. Pendekatan Institusional, dengan cara : kerjasarna dengan Dinas Perhubungan D. Dampak Berantai Bidang Sosial Dampak ganda sektor perekonomian terjadi sebagai lanjutan dari dampak kelancaran transportasi, Selanjutnya dapat memicu peningkatan pendapatan daerah dan masyarakat. Pengelolaan lingkungan hidupnya melalui : 1. Pendekatan Teknologi, dengan cara: tidak ada UG AIRE EIA DRARE RO TEREE REA UEREEnRennENEie ene ‘Adendum Andal Peningkat Blangkejeren — Pinding — Lokop — Peureulak 1-33 Pendahuluan EE 2. Pendekatan Sosial, dengan cara : penyuluhan, pelatihan, dan pemberdayaan sumber daya manusia secara optimal dalam rangka meningkatkan pendapatan masyarakat dan pendapatan daerah melalui diversifikasi usaha dan jasa. 3. Pendekatan Institusional, dengan cara : kerjasama antar instansi terkait. E, Dampak Berdampak Balik Terhadap Kegiatan Dampak gangguan terhadap pengoperasian Jalan Blangkejeren - Pinding - Lokop - Peureulak bersumber dari stabi masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung. stanah dan lereng, longsor dan_persepsi Pengelolaan lingkungan hidupnya melalui : 1. Pendekatan Teknologi, dengan cara : = Pemasangan rambu pada lokasi - lokasi rawan longsor ~ Pemasangan rambu pada habitat /lokasi lintasan satwa - Pengaturan kecepatan, maksimum 25 kmyjam di kawasan habitat/lokasi lintasan satwa - Tidak menyembunyikan klakson dan/atau menyalakan lampu jauh/tinggi di kawasan habitat/lokasi lintasan satwa = Pembatasan tonase kendaraan yang melintasi jalan yang sesuai dengan kemampuan daya dukung jalan 2. Pendekatan Sosial, dengan cara : Penerbitan peraturan tentang perlindungan satwa dan ekosistern Penyuluhan kepada pengguna jalan untuk memberi kesempatan kepada satwa yang melintas terlebih dahulu. = Pemberlakuan peraturan dan perundang-undangan secara kaffah 3. Pendekatan Institusional, dengan cara : kerjasama dengan Dinas Kehutanan dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam. F, Dampak Terhadap Kegiatan Lain + Dampak Terhadap Pengembangan Wilayah Kelancaran transportasi membawa dampak terhadap perubahan penggunaan lahan (pengembangan wilayah). Pengelolaan lingkungan hidupnya melalui : 1. Pendekatan Teknologi, dengan cara : revisi dan penyempurnaan Rencana Tata Ruang Kabupaten Gayo Lues dan Aceh Timur. 2. Pendekatan Sosial, dengan cara + sosialisasi. RTRW Kabupaten Gayo Lues dan Aceh Timur yang sudah disempurnakan. ‘Adendum Andal Peningkatan Jalan Ladia Galaska Utama Ruas Jalan Blangkejeren — Pinding ~ Lokop ~ Peureulak 1634 Pendahulu SS 3. Pendekatan Institusional, dengan cara: ‘kerjasama dengan Perguruan Tinggi, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), konsultan tata ruang, dan masyarakat untuk revisi, pelaksanaan, dan pengawasan pelaksanaan tata ruang. + Dampak Terhadap Kegiatan Pertanian Kelancaran transportasi membawa dampak terhadap peningkatan produks tanaman budidaya, terutama holtikura. Pengelolaan lingkungan hidupnya melalui : 1. Pendekatan Teknologi, dengan cara 1 intensifikasi pertanian dan diversifikasi tanaman budidaya 2. Pendekatan Sosial, dengan cara +: penyuluhan dan latihan bidang budidaya tanaman 3. Pendekatan Institusional, dengan cara: _—sikerjasama_—antar__—dinas kabupaten, khusunya Dinas Pertanian, Perkebunan, Peterakan dengan bank. = Dampak Terhadap Kegiatan Perdagangan Peningkatan jenis dan volume komoditas perdagangan menjadi dampak dari pengoperasian Jalan Blangkejeren - Pinding - Lokop - Peureulakdan berlanjut pada peningkatan pendapatan masyarakat dan pendapatan daerah. pengelolaan lingkungen hidupnya melalui : 1, Pendekatan Teknologi, dengan cara. == :_—=—sppembentukan—_asosiasi perdagangan sejenis 2. Pendekatan Sosial, dengan cara : penyuluhan dan pelatihan 3. Pendekatan Institusional, dengan cara : kerjasama dengan Dinas Perdagangan Provinsi Aceh * Dampak Terhadap Kegiatan Industri Bersumber pada kelancaran transportasi membawa dampak ganda, memacu pertumbuhan industri khususnya industri pengolahan hasil pertanian, sehingga meningkatnya pendapatan masyarakat dan daerah. Pengelolaan lingkungan hidupnya melalui : 1. Pendekatan Teknologi, dengan cara: tidak ada 2. Pendekatan Sosial. dengan cara —_—_: penyuluhan dan pelatihan mengenai industri pertanian 3. Pendekatan Institusional, dengan cara : kerjasama dengan Perguruan Tinggi sO ‘Adendum Andal Peningkatan Jalan Ladia Galaska Utama Ruas Jalan Blangkejeren ~ Pinding ~ Lokop ~ Peureulak 1-35 Pendahuluan ed = Dampak Terhadap Pengelolaan Kawasan Ekosistem Leuseur Dampak yang timbul dari pengoperasian Jalan Blangkejeren - Pinding - Lokop - Peureulak adalah hambatan tethadap pelestarian Kawasan Ekosistem Leuseur (KEL), antara lain kerusakan hutan dan gangguan satwa__terhadap perikehidupan masyarakat. Pengelolaan lingkungan hidupnya melalui : 1, Pendekatan Teknologi, dengan cara + penataan ruang dalam KEL 2. Pendekatan Sosial, dengan cara : sosialisasi peraturan_ tentang pemanfaatan ruang KEL dan pengawasan pelaksanaan peraturan secara jujur, obyektif dan bertanggung jawab 3. Pendekatan Institusional, dengan cara _: penyusunan peraturan (Qanun) tentang tata ruang dan kerjasama antar petugas pelaksana hukum dalam rangka perlindungan/pengamanan hutan, khususnya dalam pelaksanaan Qanun tentang tata ruang secara kafah, + Dampak Terhadap Pelestarian Hutan Dampak yang timbul dari pengoperasian Jalan Blangkejeren - Pinding - Lokop - Peureulak adalah peningkatan kerusakan hutan, terutama oleh penebangan pohon secara ilegal untuk berbagai kepentingan. Dan berlanjut pada erosi, banjir, gangguan satwa dan pendapatan masyarakat dan daerah. Pengelolaan lingkungan hidupnya melalui : 1, Pendekatan Teknologi, dengan cara : revisi perencanaan pemanfaatan ruang melalui penyusunan RTRW Kabupaten dan/atau RTRWP 2. Pendekatan Sosial, dengan cara : Sosialisasi peraturan_ tentang pelestarian hutan dan pengawasan pelaksanaan peraturan secara jujur, obyektif dan bertanggung jawab. 3, Pendekatan Institusional, dengan cara =Penerbitan Qanun (peraturan) tentang penataan rang KabupateryPropinsi ~Kerjasama antar petugas pelaksana penegak hukum, khususnya yang berkaitan dengan penyelamatan hutan ~ Penerbitan izin pinjam pakai kawasan hutan untuk jalan. Cae ee nee ene ene eaeennIInIEIEEEEESaaeTaeEIEE ‘Adendum Andal Peningkatan Jalan Ladia Galaska Utama Ruas Jalen. Blangkejeren — Pinding - Lokop ~ Peureulak 1-36 Pendahuluan ————————————— = Dampak Terhadap Taman Nasional Gunung Leuseur Dampak langsung dari pengoperasian Jalan Jalan Blangkejeren - Pinding - Lokop - Peureulak adalah kelancaran transportasi. Karena salah satu sisi dari Taman Nasional Gunung Leuseur adalah Desa Pinding, yang memungkinkan adanya pengembangan station penelitian di dekat Desa Pinding/Ekan. Sehingga esa akan berkembang dan dituntut ketersediaan sarana perekonomian seperti penginapan, rumah makan dan lain-lain. Maka ancaman perusakan terhadap Taman Nasional Gunung Leuseur dapat dikurangi. Pengelolaan lingkungan hidupnya melalui : 1, Pendekatan Teknologi, dengan cara : pembukaan station penelitian keragaman hayati di Kawasan Taman Nasional Gunung Leuseur di dekat Desa Pinding/Ekan 2. Pendekatan Sosial, dengan cara + sosialisasi manfaat dan resiko pelestarian Taman Nasional Gunung Leuseur dan keragaman hayati Pendekatan Institusional, dengan cara : kerjasama dengan pengelola Taman Nasional Gunung Leuseur 1.5.6. Hasil Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup Hasil pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Peningkatan Jalan ini dilaksanakan dengan berorientasi dan memprioritaskan upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat pada khususnya dan pengembangan ekonomi _wilayah _kabupaten pada umumnya —serta mempertimbangkan aspek kelestarian lingkungan hidup. 2. Dalam proses pelaksanaannya belum berjalan secara efektif sesuai tahapan pembangunan dalam hal ini hanya ada beberapa Dinding Penahan Tanah yang sudah hancur akibat terjadinya longsor yang disebabkan oleh banyaknya air hujan yang meresap ke dasar dinding penahan tanah yang seharunya air hujan tersebut melewati pori-pori/saluran drainase sesuai dengan yang direncanakan pada Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) sebelumnya. 3. Untuk pengelolaan dan pemantauan lingkungan dengan hasil yang lebih baik maka diharapkan di masa mendatang beberapa komponen dari aspek pelaksanaan ‘Adendum Andal Peningkatan Jalan Ladia Galaska Utama Ruas Jalan Blangkejeren — Pinding ~ Lokop Peureulak 1-37 Pendahulu ——_———<_——_————— dapat diperbaiki/ ditingkatkan antara lain pelibatan tokoh masyarakat dan instanst terkait untuk menghasilkan kegiatan pengelolaan dan pernantauan yang lebih baik. Dampak Penting Hipotetik Proses Pelingkupan Perumusan dampak penting hipotetik ditelaah secara cermat dan mendalam pada melalui proses pelingkungan. Pelingkupan adalah proses untuk menemukan atau menetapkan dampak penting atau masalah utama dari suatu kegiatan terhadap lingkungannya. Proses pelingkupan mencakup 2 (dua) tahapan, yakni: (1) Identifikasi Dampak Potensial dan (2) Evaluasi Dampak Potensial Menjadi Dampak Penting Hipotetik. Dengan cara ini diharapkan dapat diwujudkan pengkajian yang efisien, baik dalam hal waktu, tenaga maupun biaya. 1.6.2. Identifikasi Dampak Potensial Identifikasi dampak potensial dihasilkan dari interaksi antara komponen kegiatan, rona lingkungan awal, informasi tentang kegiatan di sekitar, dan hasil konsultasi publik. Pada tahap ini pelingkupan dimaksudkan untuk mengidentifikasi dampak lingkungan (primer, sekunder, tersier) yang secara potensial dapat ditimbulkan akibat kegiatan Peningkatan Jalan Ladia Galaska Utama Ruas Jalan Blangkejeren - Pinding - Lokop - Peureulak. Pada tahap ini hanya diinventarisasi dampak potensial yang mungkin timbul tanpa memperhatikan besar/keciInya dampak atau penting tidaknya dampak. Dengan demikian pada tahap ini belum ada upaya untuk menilai apakah dampak potensial tersebut merupakan dampak penting. Identifikasi dampak potensial dilakukan melalui serangkaian hasil konsultasi dan diskusi tim studi Amdal dengan Dinas Bina Marga Aceh, instansi pemerintah yang bertanggung jawab dan masyarakat yang terkena dampak. Tanggapan masyarakat terhadap pengumuman rencana kegiatan di media massa (koran) dan pendapat langsung yang disampaikan pada saat konsultasi publik merupakan salah satu cara untuk. berdiskusi/konsultasi dengan masyarakat yang berkepentingan. Selain itu, identifikasi dampak potensial juga dilakukan melalui penelaahan pustaka, analiss isi, brainstorming, pengamatan/evaluasi terhadap masyarakat sekitar, daftar uji, matriks interaksi sederhana, bagan alir, pelapisan (overlay), dan atau pengamatan lapangan (observasi). \dentifikasi dampak potensial ini dilakukan melalui: ‘Adendum Andal Peningkatan Jalan Ladia Galaska Utama Ruas Jalan Blangkejeren ~ Pinding - Lokop ~ Peureulak 1-38 Pendahuluan Cee ne en ne A. Penelaahan Pustaka Penelaahan pustaka dilakukan guna menangkap permasalahan lingkungan yang bersifat project specific melalui penelaahan dari data - data sekunder dan kajian teknis perencanaan jalan, B._Diskusi/Brainstorming Diskusi/brainstorming dilakukan oleh anggota tim penyusun addendum andal, RKL-RPL guna memperoleh kata sepakat mengenal identifikasi dampak potensial yang perlu dicermati. Diskusi dengan anggota tim studi dilakukan secara berkesinambungan terutama untuk merumuskan jenis dan karakteristik dampak potensial yang timbul, serta sejak awal mengkaji sifat aliran dampaknya. C. Survei Pendahuluan Survei pendahuluan dilakukan guna mempertajam hasil identifikasi dampak potensial sebelumnya, sehingga diperoleh daftar dampak potensial yang sifatnya spesifik lokasi (site specifig. Untuk itu dalam surveil pendahuluan dilakukan pengumpulan data melalui: a. Penggalian informasi melalui tokoh masyarakat b. Kegiatan ini dilakukan dengan cara wawancara dengan para tokoh masyarakat. Hal ini dilakukan guna mendapatkan permasalahan setempat beik yang berkaitan langsung dengan kegiatan Peningkatan Jalan Ladia Galaska Utama Ruas Jalan Blangkejeren - Pinding - Lokop - Peureulak maupun masalah-masalah publik, ekonomi, dan budaya. Selain itu kegiatan ini juga dimaksudkan untuk menangkap hal-hal yang dianggap penting oleh tokoh masyarakat, serta kekhawatiran mereka terhadap kegiatan Peningkatan Jalan Ladia Galaska Utama Ruas Jalan Blangkejeren - Pinding - Lokop - Peureulak. © Pengumpulan data sekunder dari instansi terkait, © Jenis data sekunder yang dikumpulkan pada saat surveil pelingkupan meliputi data RTRW, provinsi dan kabupaten dalam angka, monografi kecamatan, data iklim, dan jaringan jalan, dsb. © Pengumpulan data primer Pengumpulan data primer dilakukan melalui pengamatan lapangan secara umum dan menyeluruh terhadap kondisi fisiografi dan bentuk wilayah, tanah/lahan, hidrologi/sungei, jaringan jalan dan lalu lintas, pemanfaatan lahan di sekitar lokasi kegiatan, dan aktivitas perekonomian di sekitar lokasi kegiatan. ne ‘Adendum Andal Peningkatan Jalan Ladia Galaska Utama Ruas Jalan Blangkejeren — Pinding — Lokop ~ Peureulak 1-39 Pendahulu Pemusatan merupakan proses penentuan kelompok dampak penting tertentu yang perlu dikaji lebih dalam berkaitan dengan rencana kegiatan yang akan dilakukan. Proses penentuan tersebut dilakukan dengan mengkaji keterkaitan dan tingkat besaran dan kepentingan antara dampak-dampak hipotetik. A. Tahap Pra Konstruksi Survei, Perijinan dan perencanaan Kegiatan survei, perizinan dan perencanaan peningkatan jalan diperkirakan akan menimbulkan kekhawatiran masyarakat, kekhawatiran masyarakat yang timbul diperkirakan adanya kekhawatiran mengenai dampak lingkungan seperti penurunan kualitas udara, peningkatan kebisingan, terjadinya longsor. B, Tahap Konstruksi 1. Penerimaan Tenaga Kerja Kesempatan Kerja dan Berusaha Pada tahap konstruksi meliputi kegiatan penerimaan tenaga kerja untuk kegiatan Peningkatan Jalan Ladia Galaska Utama Ruas Jalan Blangkejeren - Pinding - Lokop - Peureulak sesuai kebutuhan, Tenaga kerja tahap konstruksi berjumlah + 300 orang dan diprioritaskan menggunakan penduduk di sekitar lokasi kegiatan. Disamping itu juga berdampak pada terbukanya peluang usaha bagi masyarakat di sekitarnya. Kekhawatiran Masyarakat Kegiatan penerimaan tenaga kerja akan menimbulkan kekhawatiran masyarakat mengingat penerimaan tenaga kerja sebanyak 300 orang dimana diprioritaskan menggunakan tenaga kerja lokal. Kekhawatiran Masyarakat yang timbul karena yang tidak mendapatkan pekerjaan. 2. Mobilisasi Alat dan Material Penurunan Kualitas Udara Mobilisasi alat berat digunakan untuk pengengkutan bahan, material dan peralatan konstruksi, maupun untuk kebutuhan pembangunan prasarana dan sarana. Alat-alat berat yang digunakan untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi adalah Bulldozer, motor grader, wheel loader, excavator, stone crusher, vibro compactor, concrete mixer, water pump, jack hammer den AMP. Material bangunan untuk kegiatan konstruksi terdiri Laston (AC-WC) T = 4am, Laston (AB-BC) T = 6 em, Agregat Base Klas A, T = 15 cm dan an T = 30 cm, pasangan batu TPT, dan B, T= 20 cm, tanah timbunan pil ‘Adendum Andal Peningkatan Jalan Ladia Galaska Utama Ruas Jalan Blangkejeren — Pinding — Lokop ~ Peureulak 1-40 Pendahuluan ee pasangan batu mortar, kayu, batu, besi, aspal, semen dan Iainnya yang hal ini dapat memenuhi kualitas behan/material atau kriteria tek menimbulkan penurunan kualitas udara dan peningkatan emisi dari kendaraan alat berat dan kendaraan alat pengangkut bahan material, jalan yang dilalui oleh kendaraan alat dan material yaitu jl. Banda Aceh dan JI. Blangkejeren, JI. Nasional Lintas Timur JI. Blangkejeren - Pinding - Lokop - Peureulak = Peningkatan Kebisingan Peningkatan kebisingan yang akan terjadi diprediksi berada di atas baku tingkat kebisingan yang ditetapkan, akan mengganggu kenyamanan pendengaran dan beristirahat penduduk. = Gangguan Lalu Lintas Pada tahap konstruksi saat kegiatan mobilisasi depat terjadi gangguan arus alu lintas akibat kegiatan pengangkutan dengan kendaraan yang digunakan untuk mobilisasi peralatan. - Kekhawatiran Masyarakat Kekhawatiran Masyarakat yang timbul saat mobilisasi alat dan material diakibatkan adanya penurunan kualitas udara, peningkatan kebisingan serta gangguan lalu lintas dari kendaraan operasional pengangkut alat dan material. - Terganggunya Kesehatan Masyarakat Kegiatan mobilisasi alat dan material dapat menimbulkan dampak pada kesehatan masyarakat. Penggunaan alat transportasi akan meningkatkan pencemar berupa debu dan limbah gas polutan lainnya. hal ini terjadi terutama di jalur-jalur transportasl ke lokasi rencana kegiatan, 3. Pekerjaan Tanah + Penurunan kualitas udara Pekerjaan tanah mel pada ruas jalan dan pada lokasi longsor sepanjang rencana peningkatan jalan dengan terutama pada lokasi rencana pergeseran/pemindahan trase menggunakan alat berat. tanah hasil galian/pengupasan bukit nantinya akan digunakan kembali sebagai tanah urugan sehingga tidak ada tanah pengurugan dan galian/pengupasan dilakukan yang diangkut keluar lokasi, hal ini akan menimbulkan penurunan kualitas ‘Adendum Andal Peningkatan Jalan Ladia Galaska Utama Ruas Jalan Blangkejeren — Pinding - Lokop — Peureulak 14 Pendahuluan EE dara sebagai akibat gas buang dari penggunaan alat berat serta resuspensi debu terhadap permukiman penduduk di sekitarnya. - Peningkatan kebisingan Peningkatan kebisingan yang terjadi dari beroperasinya alat berat pada saat penyiapan lahan bisa mencapai 73-95 dBA pada jarak 15,24 m (Canter, 1977). Sehingga dampaknya disamping akan berpengaruh bagi kesehatan pendengaran pekerja, juga akan mengganggu kenyamanan beristirahat penduduk sekitar lokasi kegiatan. - Perubahan Bentang Alam Pekerjaan tanah meliputi pengurugan dan galian/pengupasan_dilakukan pada ruas jalan dan pada lokasi longsor sepanjang rencana peningkatan jalan dengan terutama pada lokasi rencana pergeseran/pemindahan trase menggunakan alat berat, pemotongan bukit diperkirakan akan terjadi perubahan bentang alam. - _ Kestabilan Tanab/Lereng Kestabilan tanah iperkirakan akan timbul akibat adanya kegiatan pekerjaan tanah yang meliputi pengurugan dan galian/pengupasan bukit, retakan-retakan tanah diperkirakan berpotensi terjadinya longsor. - Terjadinya Longsoran Saat pekerjaan tanah diperkirakan akan terjadii longsoran, longsoran terjadi merupakan dampak turunan dari adanya gangguan kestabilan tanah, retakan-retakan tanah di lokasi dapat berpotensi terjadinya longsor. Peningkatan Erosi dan Sedimentasi Pekerjaan tanah akan menimbulkan peningkatan erosi dan sedimentasi dari adanya peningkatan air larian sebesar 391.436,56 m?/tahun atau 1.771,206 mi/nari_hujan yang membawa agregat tanah menuju ke badan air penerima. - Penurunan Kualitas Air Permukaan Kegiatan pekerjaan tanah akan menimbulkan penurunan kualitas air permukaan akibat adanya air larian sebesar 391.436,56 m®/tahun atau 1,771,206 m/hari hujan yang membawa agregat tanah menuju ke badan air penerima serta adanya limbah cair dari pengoperasian base camp. Peningkatan Air Larian (Run Off} Pekerjaan tanah meliputi pengurugan dan galian/pengupasan bukit dilakukan di titik lokasi longsor sepanjang rencana peningkatan jalan ‘Adendum Andal Peningkatan Jalan Ladia Galaska Utama Ruas Jalan Blangkejeren — Pinding ~ Lokop — Peureulak 1-42 Pendahuluan. ——————————————————— dengan menggunakan alat berat, peningkatan air larian terjadi dari lahan yang kedap air, berdasarkan kondisi eksisting jalan yang sudah teraspal sekitar 82 % dan yang belum teraspal/kerikil sebesar 12 %, saat rona awal air larian sebesar sebesar 391.436,56 m’/tahun atau 1.771,206 m*/hari hujan. - Penurunan estetika lingkungan Kegiatan pekerjaan tanah akan menimbulkan penurunan_ estetika lingkungan dari adanya timbulan sampah para pekerja dan tanah bekas gelian/pengupasa bukit. ~ Berkurangnya Vegetasi Darat Pada tahap pekerjaan tanah akan menimbulkan berkurangnya vegetasi darat di sekitar lokasi kegiatan mengingat peningkatan jalan ini adanya kegiatan pemindahan/pergeseran trase pada lahan RUMUJA. ‘Terganggunya Fauna Darat (Jenis Satwa Endemik dan Dilindungi) Pada tahap pekerjaan tanah akan menimbulkan terganggunya fauna darat. Hal ini karena peningkatan jalan berada pada koridor dan habitat satwa seperti gajah. Semakin menyempitnya lahan hutan sebagai habitat hidup dari beragam satwa akibat konversi lahan menyebabkan kondisi fauna teruatama jenis-jenis dilindung yang masih terdapat di wilayah Aceh telah mengalami tekanan yang cukup berat. - Terganggunya Biota Air Kegiatan pekerjaan tanah akan menimbulkan penurunan kualitas air permukaan akibat adanya air larian sebesar 391.436,56 m’/tahun atau 1,771,206 m?/hari hujan yang membawa agregat tanah menuju ke badan alr penerima serta adanya limbah cair dari pengoperasian base camp yang berdampak lanjutan terhadap terganggunya biota air. Penurunan kesehatan masyarakat Dengan adanya kegiatan pekerjaan tanah saat konstruksi dapat menimbulkan peningkatan sebaran debu, peningkatan _kebisingan, terjadinya longsoran, serta adanya penurunan kualitas air permukaan yang dapat mengganggu masyarakat di sekitar lokasi kegiatan. [ent aercapieeeraeeeeee EIR ‘Adencum Andal Peningkatan Jalan Ladia Galaska Utama Ruas Jalan Blangkejeren — Pinding ~ Lokop ~ Peureulak 1-43 Pendahuluan 4. Pembangunan Sarana dan Prasarana Penurunan kualitas udara Pembangunan sarana dan prasarana meliputi peningkatan badan jalan, pekerjaan bahu jalan, pembuatan saluran drainase, pembuatan dinding penahan tanah (DPT) dan pembangunan dan operasional base camp menggunakan alat berat yang dapat menimbulakn penurunan kualitas udara dari adanya peningkatan debu di lokasi kegiatan serta emisi kendaraan. Peningkatan kebisingan Pembangunan sarana dan prasarana diperkirakan akan menimbulkan peningkatan kebisingan dari adanya operasional alat berat. Peningkatan Getaran Penggunaan alat Jack Hammer diperkirakan akan menimbulkan peningkatan getaran di sepanjang jalan yang akan ditingkatkan. Kestabilan Tanah/Lereng Pembangunan sarana dan prasarana menggunakan alat berat. hal ini dapat menimbulkan gangguan terhadap kestabilan tanah, retakan-retakan tanah yang terjadi diperkirakan berpotensi terjadinya longsor pada lokasi kegiatan dan sekitarnya. Peningkatan Erosi dan Sedimentasi Pembangunan sarana dan prasarana akan menimbulkan peningkatan erosi dan sedimentasi dari adanya peningkatan air larian sebesar 391.436,56 m*tahun atau 1.771.206 mi/hari hujan yang membawa agregat tanah menuju ke badan air penerima. Penurunan Kualitas Air Permukaan Kegiatan Pembangunan sarana_ dan prasarana akan _menimbulkan Penurunan kualitas air permukaan akibat adanya air larian sebesar 0391.436,56 m*/tahun atau 1.771,206 m’/hari hujan yang membawa agregat tanah menuju ke badan air penerima sehingga terjadi sedimentasi pada badan air penerima yang dapat menyebabkan kekeruhan serta adanya limbah cair dari pengoperasian base camp. Peningkatan Air Larian (Run Off} Peningkatan air larian terjadi dari lahan yang kedap air, berdasarkan kondisi eksisting jalan yang sudah teraspal sekitar 82 % dan yang belum larian sebesar sebesar teraspal/kerikil sebesar 12 %, saat rona awal Pendahuluan EEE 391.436,56 m’/tahun atau 1.771,206 m’/hari hujan, konstruksi_ dan ‘operasional diperkirakan akan meningkatkan air larian. - Penurunan estetika lingkungan Kegiatan Pembangunan sarana dan prasarana akan menimbulkan penurunan estetika lingkungan dari adanya timbulan sampah para pekerja, kayu, triplek dan berangkal. - Kekhawatiran Masyarakat Pembangunan sarana dan prasarana akan menimbulkan Kekhawatiran Masyarakat yang diakibatkan adanya penurunan kualitas udara dan peningkatan debu, kebisingan dari operasional peralatan, penurunan kualitas air permukaan. = Gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat Pekerjaan konstruksi diperkirakan akan terjadi gengguan keamanan dan ketertiban masyarakat dari adanya kesalahpahaman antara pekerja dan masyarakat sekitar. - Penurunan kesehatan masyarakat Dengan adanya keglatan konstruksi dapat menimbulkan peningkatan sebaran debu, peningkatan kebisingan, penurunan kualitas air permukaan dan penurunan estetika lingkungan, yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat sekita lokasi kegiatan. ‘ap Operasional 1. Operasional dan Pemeliharaan Jalan - Penurunan kualitas udara Tahap operasional diperkirakan akan menurunkan kualitas udara dari adanya peningkatan debu serta emisi kendaraan (CO, NOx, SO2, dan debu) operasional pengendara jalan dan pemeliharaan berupa perbaikan jalan. - Peningkatan kebisingan Operasional jalan dan pemeliharaan akan menimbulkan peningkatan kebisingan dari pengendara jalan serta pemeliharaan berupa perbaikan jalan. - _ Kestabilan Tanah/Lereng Adanya pemotongan lereng di bagian lereng bukit untuk pembangunan peningkatan jalan pada tahap operasi masih berpotensi untuk terjadi ‘Adendum Andal Peningkatan Jalan Ladia Galaska Utama Rus Jalan Blangkejeren — Pinding ~ Lokop ~ Peureulak 1-45 Pendahuluan —————————— longsor. Lokasi yang memiliki potensi tersebut diperlukan pengelolaan yang baik seperti melakukan pelandaian sudut lereng, pemasangan bronjong dan bangunan penahan lereng (retaining wall) untuk menshan runtuhan atau luncuran material bebatuan kerakal dan kerikil. Berdasarkan uraian di atas, maka dampak pernotongan lereng yang berupa penurunan stabilitas lereng selama tahap operasi_masih berpotensi terjadinya runtuhan material bebatuan, Terjadinya Longsoran Seat operasional kegiatan diperkirakan akan terjadi longsoran, longsoran tetjadi merupakan dampak turunan dari adanya gangguan kestabilan tanah, retakan-retakan tanah di lokasi dapat berpotensi terjadinya longsor. = Peningkatan air larian (run off) Lahan awal berupa jalan eksisting yang kemudian ditingkatkan/pelebaran jalan, berdasarkan kondisi eksisting jalan yang sudah teraspal sekitar 82 % dan yang belum teraspal/kerikil sebesar 12 %, saat rona awal air larian sebesar sebesar 391.436,56 m’/tahun atau 1.771,206 m’/hari hujan dan setelah operasional diperkirakan akan meningkat... - Kelancaran lalu lintas Dengan beroperasinya jalan akan memperlancar lalu lintas, gangguan lalu lintas yang terjadi karena ada gangguan samping serta beberapa pengendara yang terjadi kecelakaan. Hasil yulian FKM-UI (2008) pada kecepatan kendaraan 30 km/jam, maka 5 % korban kecelakaan (pejalan kaki) meninggal. Pada kecepata 40 kmvjam meninggal 45 %, dan pada kecepatan 50 km/jam 85 % pejalan kaki korban kecelakaan meninggal. Setiap kenaikan kecepatan kendaraan 10 km/jam, resiko kematian pejalan kaki akibat kecelakaan meningkat 3-40 %, - Berkurangnya Vegetasi Darat Pada tahap operasi terbukanya akses jalan akan semakin memudahkan masuknya masyarakat kedalam areal hutan khususnya hutan lindung dan hutan produksi di sepanjang trase jalan, hal ini akan meningkatkan pula potensi peningkatan timbulnya perambahan hutan dan illegal loging. - Terganggunya Fauna Darat (Jenis Satwa Endemik dan Dilindungi) Fauna Darat endemik dan dilindungi akan mengalami peningkatan tekanan habitat hidup, yang disebabkan semakin meningkatnya aktiftas masyarakat di sepanjang jalan serta terbukanya akses jalan yang akan semakin ‘Adendum Andal Peningkatan Jalan Ladia Galaska Utama Ruas Jalan Blangkejeren — Pinding ~ Lokop ~ Peureulak 1-46 Pendahuluan ie memudahkan bagi para pemburu untuk masuk ke dalam hutan dan melakukan perburuan satwa liar. - Kekhawatiran Masyarakat Kekhawatiran masyarakat terjadi akibat adanya penurunan kuliatas udara, peningkatan kebisingan serta lancaranya lalu lintas, lancarnya lalu lintas berpotensi bagi pengendara untuk berkecepatan tinggi, Hasil yulian FKM- UI (2008) pada kecepatan kendaraan 30 kmyjam, maka 5 % korban kecelakaan (pejalan kaki) meninggal. Pada kecepata 40 kmyjam meninggal 45 %, dan pada kecepatan 50 kmvjam 85 % pejalan kaki korban kecelakaan meninggal. Setiap kenaikan kecepatan kendaraan 10 km/jam, resiko kematian pejalan kaki akibat kecelakaan meningkat 3-40 %. = Pengembangan Wilayah Dengan adanya Peningkatan Jalan Ladia Galaska Utama Ruas Jalan Blangkejeren - Pinding - Lokop - Peureulak diperkirakan akan terjadi pengembangan wilayah di sekitar lokasi kegiatan yang dapat berupa pembukaan lahan, perambahan hutan illegal loging. + Terganggunya Kesehatan Masyarakat Terganggunya Kesehatan masyarakat terjadi akibat adanya penurunan kuliatas udara, peningkatan kebisingan serta lancaranya lalu lintas, lancarnya lalu lintas berpotens! bagi pengendara untuk berkecepatan tinggi, Hasil yulian FKM-UI (2008) pada kecepatan kendaraan 30 kmyjam, maka 5 % korban kecelakaan (pejalan kaki) meninggal. Pada kecepata 40 kmrvjam meninggal 45 %, dan pada kecepatan 50 kmvjam 85 % pejalan kaki korban kecelakaan meninggal. Setiap kenaikan kecepatan kendaraan 10 kmvjam, resiko kematian pejalan kaki akibat kecelakaan meningkat 3-40 %. Hasil pelingkupan tertuang dalam matrik interaksi yang dapat dilihat pada Tabel 1.9 dan bagan alir Gambar 1.27, 1.28 dan 1.29 Sedangkan bagan alir proses pelingkupan ditampilkan pada Gambar 1.30. Hasil identifikasi dampak potensial disajikan pada tabel matriks berikut ini: | serge ‘Adendum Andal Peningkatan Jalan Ladia Galaska Utama Ruas Jalen Blangkejeren ~ Pinding ~ Lokop ~ Peureulak 1.47 8-1 2enaunag ~ doo) - Buypurg — uasofoyBueig oqer semy ewein eRseIeD eIpeT UCTer UELeyBuIUEG JepuY LNPLEPY eS (reo 2109 jeuoysesedo uep uounBuequied ees “(yeue) ueyeued Supulp) 14a “sreureIp ens “wee! neq UErenquad “Uee/ uepeg UE}eYBUIad) euRsesEd eUEIE UBUNBUEGUIIA = (vy {uouey usednBued/eqedBuod vop urunBuod) yous, uveloneg = te pede epy ¥epLL = yeduea epy = A +: ueBueay, E E E E : = TeHRIOATEPY URTCYSTSY -] “LVSIVEVASYW NVLVH3S3N NINOdWO}| 5 : > = : YeAelim ueBuequiaBueg - E = = Weqniaiay uep ueueUIE=y -| z B : z E E : E E xT = xt = £ so z 5 —T— x x - ZB x A ~ : & x = k | - x - AT x é A = : Ro t = é B xT x E é B A & Srepn seutemy | ‘VINA — Visid NINOdWOH| eer ueereyrouisg| (4, eueseseig up | (, yeuey | reHareW uep | efssy eBoudy | uesuesuaay UEP were Uuep jeuoyseiado | eueies ueunBuequiag | uBefioxed | IY BesIIGOW!| UeEW}auEd | UeUIZHAd “AanuNS |... eB. BeIdo, BIRO BANNGOOY Big |uauodwioy ue8unyZur] usuoduioy ue3uaq UP}eay UaUodwoy 15y212)U] S{LIEW “6'1 12Q2L een enn ES et =n ‘ueninyepued, Pendahuluan Gambar 1.27. Bagan Alir Dampak Potensial Pada Tahap Pra Konstruksi | ct ‘Adendum Andal Peningkatan Jalan Ladia Galaska Utama Ruas Jalan Blangkejeren ~ Pinding ~ Lokop ~ Peureulak 1-49 os-1 2yrnaunag ~ doo) ~ Spud —uasofxBueig uefa semy ewein epeteD eIpET UeEr UeVeYBuIUEd ePUY WRPLEPY {synuysuoy deyes epeg jeIsuajog yeduieg sry UeSeg “gz"| ZeQUIED Pendahuluan { _Operasional dan | Pemeliharaan Jalen tenaron | etarmane | Santen cca | Semen | Geant ilindune) Penurunan Kualtas Peningkatan Ae Lara (Run O75 ‘Terganggunya | "Kesehatan | Masyarakat Kekhawatiran Masyarakat Gambar 1.29. Bagan Alir Dampak Potensial Pada Tahap Operasional > 1.6.3. Evaluasi Dampak Potensial Pelingkupan pada tahap ini bertujuan untuk menghilangkan atau meniadakan dampak potensial yang dianggap tidak relevan atau tidak penting, sehingga diperoleh daftar dampak penting hipotetik yang dipandang perlu dan relevan untuk ditelaah secara mendalam dalam studi Andal. Daftar dampak penting hipotetik ini disusun berdasarkan atas hal-hal yang dianggap penting oleh masyarakat di sekitar rencana kegiatan dan instansi yang bertanggung jawab. Metode yang digunakan pada tahap ini adalah interaksi kelompok (rapat dan brainstorming), survey lapangan, studi literatur, kajian studi eksisting, diskusi antar tim ——— ‘Adendum Andal Peningkatan Jalan Ladia Galaska Utama Ruas Jalan Blangkejeren — Pinding — Lokop ~ Peureulak 151 Pendahuluan —— el Amdal, dan professional judgement. Kegiatan evaluasi dampak potensial dengan _mempertimbangkan_ has jilakukan konsultasi_ dan diskusi dengan instansi_ yang bertanggung jawab serta masyarakat yang berkepentingan. A. Tahap Pra Konstruksi Survei, Perijinan dan perencanaan Kegiatan survei, perizinan dan perencanaan peningkatan jalan diperkirakan akan menimbulkan kekhawatiran masyarakat, kekhawatiran masyarakat yang timbul diperkirakan adanya kekhawatiran mengenai dampak lingkungan seperti penurunan kualitas udara, peningkatan kebisingan, terjadinya longsor. berdasarkan hasil konsultasi pul bahwa sebagian besar masyarakat sangat mendukung kegiatan peningkatan jalan ini, sehingga dampak ini menjadi dampak penting hipotetik. B. Tahap Konstruksi 1 ‘Adendum Andal Peningkatan Penerimaan Tenaga Kerja - Kesempatan Kerja dan Berusaha Pada tahap konstruksi meliputi kegiatan penerimaan tenaga kerja untuk kegiatan Peningkatan Jalan Ladia Galaska Utama Ruas Jalan Blangkejeren - Pinding - Lokop - Peureulak sesuai kebutuhan, Tenaga kerja tahap konstruksi berjumlah + 300 orang dan diprioritaskan _menggunakan penduduk di sekitar lokasi kegiatan, Disamping itu juga berdampak pada terbukanya peluang usaha bagi masyarakat di sekitarnya. Berdasarkan Kabupaten Aceh Timur Dalam Angka tahun 2014, mata pencaharian penduduk di Kecamatan Peureulak dan KecamatanSerbajadi adalah bekerja sebagai petani, buruh industry, perdagangan dan jasa, montir, dan berdasarkan Kabupaten Gayo Lues Dalam Angka tahun 2014, mata pencaharian penduduk di Kecamatan Pinding dan Blangkejeren sebagian besarbermata pencaharian sebagai petani, peternakan, perdagangan, industry (penggilingan padi, sapu ijuk, kue basah, tahu/tempe, es batu, gula merah, batu bata, penjahit, minyak) dan lainnya, sehingga dampak ini menjadi dampak penting hipotetik. - Kekhawatiran Masyarakat Kegiatan penerimaan tenaga kerja akan menimbulkan kekhawatiran masyarakat mengingat penerimaan tenaga kerja sebanyak 300 orang dimana diprioritaskan menggunakan tenaga kerja lokal. Kekhawatiran Masyarakat yang timbul karena yang tidak mendapatkan pekerjaan. Ladia Galaska Utama Ruas Jalan Blangkejeren — Pinding — Lokop ~ Peureulak 1-52 Pendahuluan sebagian besar masyarakat sangat mendukung kegiatan peningkatan jalan ini, sehingga dampak ini menjadi dampak penting hipotetik. Gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat Pekerjaan konstruksi diperkirakan akan terjadi gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat dari adanya kesalahpahaman antara pekerja dan masyarakat sekitar, berdasarkan hasil konsultasi publik, bahwa sebagian besar_masyarakat sangat mendukung kegiatan peningkatan jalan ini, sehingga dampak ini tidak menjadi dampak penting hipotetik. Penurunan Kesehatan Masyarakat Dengan adanya kegiatan konstruksi dapat menimbulkan peningkatan sebaran debu, peningkatan kebisingan, penurunan kualitas air permukaan dan penurunan estetika lingkungan, yang dapat mengganggu Kesehatan masyarakat sekita lokasi kegiatan. Berdasarkan Kabupaten Gayo Lues Dalam Angka tahun 2014, jumlah kasus penyakit yang pernah diderita masyarakat di Kabupaten Gayo Lues, khususnya Kecamatan Pinding dan Blangkejeren diantaranya penyakit pertusis, campak, ISPA, malaria, TB Paru, Kusta dan Diare, sehingga dampak ini menjadi dampak penting hipotetik. . Tahap Operasional 2. Operasional dan Pemeliharaan Jalan Penurunan kualitas udara Tehap operasional diperkirakan akan menurunkan kualitas udara dari adanya peningkatan debu serta emisi kendaraan (CO, NOx, $O2. dan debu) operasional pengendara jalan dan pemeliharaan berupa perbaikan i dampak penting hipotetik. jalan. sehingga dampak ini menj Peningkatan kebisingan Operasional jalan dan pemeliharaan akan menimbulkan peningkatan kebisingan dari pengendara jalan serta pemeliharaan berupa perbaikan jalan. sehingga dampak ini menjadi dampak penting hipotetik. Kestabilan Tanah/Lereng ‘Adanya pemotongan lereng di bagian lereng bukit untuk pembangunan peningkatan jalan pada tahap operasi masih berpotensi untuk terjadi longsor. Lokasi yang memiliki potensi tersebut diperlukan pengelolaan yang balk seperti melakukan pelandaian sudut lereng, pemasangan ‘Adendum Andal Peningkatan Jalan Ladia Galaska Utama Ruas Jalan Blangkejeren — Pinding — Lokop — Peureulak 1-59 Pendahuluan ooo bronjong dan bangunan penahan lereng (retaining wall) untuk menahan runtuhan atau luncuran material bebatuan kerakal dan kerikil. Berdasarkan uraian di atas, maka dampak pemotongan lereng yang berupa penurunan stabilitas lereng selama tahap operasi_masih berpotensi terjadinya runtuhan material bebatuan. sehingga dampak ini menjadi dampak penting hipotetik. - Terjadinya Longsoran Seat operasional kegiatan diperkirakan akan terjadi longsoran, longsoran terjadi merupakan dampak turunan dari adanya gangguen kestabilan tanah, retakan-retekan tanah di lokasi dapat berpotensi terjadinya longsor. sehingga dampak ini menjadi dampak penting hipotetik. = Peningkatan air larian (run off) Lahan awal berupa jalan eksisting yang kemudian ditingkatkan/pelebaran jalan, berdasarkan kondisi eksisting jalan yang sudah teraspal sekitar 82 % dan yang belum teraspal/kerikil sebesar 12 %, saat rona awal air larian sebesar sebesar 391.436,56 m’/tahun atau 1.771,206 m*/hari_hujan, peningkatan air larian relatif kecil karena jalan eksisting telah terbangun, sehingga dampak ini tidak menjadi dampak penting hipotetik. - Kelancaran lalu lintas Dengan beroperasinya jalan akan memperlancar lalu lintas, gangguan lalu lintas yang terjadi karena ada gangguan samping serta beberapa pengendara yang terjadi kecelakaan, Hasil yulian FKM-UI (2008) pada kecepatan kendaraan 30 km/jam, maka 5 % korban kecelakaan (pejalan kaki) meninggal. Pada kecepata 40 km/jam meninggal 45 %, dan pada kecepatan 50 km/jam 85 % pejalan kaki korban kecelakaan meninggal. Setiap kenaikan kecepatan kendaraan 10 kmrvjam, resiko kematian pejalan kaki akibat kecelakaan meningkat 3-40 %. sehingga dampak ini menjadi dampak penting hipotetik. ~ Berkurangnya Vegetasi Darat Pada tahap operasi terbukanya akses jalan akan sernakin memudahkan masuknya masyarakat kedalam areal hutan khususnya hutan lindung dan hutan produksi di sepanjang trase jalan, hal ini akan meningkatkan pula potensi peningkatan timbulnya perambehan hutan dan illegal loging. sehingga dampak ini menjadi dampak penting hipotetik. ——S S$ ———— ——————————————__———_ ‘Adendum Andal Peningkatan Jalan Ladia Galaska Utama Ruas Jalan. Blangkejeren ~ Pinding ~ Lokop ~ Peureulak 1-60 Pendahuluan ooo ‘Adendum Andal Peningkatan Jal ‘Terganggunya Fauna Darat (Jenis Satwa Endemik dan Dilindungi) Fauna Darat endemik dan dilindungi akan mengalami peningkatan tekanan habitat hidup, yang disebabkan semakin meningkatnya aktiftas masyarakat di sepanjang jalan serta terbukanya akses jalan yang akan semakin memudahkan bagi para pemburu untuk masuk ke dalam hutan dan melakukan perburuan satwa liar. sehingga dampak ini menjadi dampak penting hipotetik. Kekhawatiran Masyarakat Kekhawatiran masyarakat terjadi akibat adanya penurunan kuliatas udara, peningkatan kebisingan serta lancaranya lalu lintas, lancarnya lalu lintas berpotensi bagi pengendara untuk berkecepatan tinggi, Hasil yulian FKM- UI (2008) pada kecepatan kendaraan 30 kmvjam, maka 5 % korban kecelakaan (pejalan kaki) meninggal. Pada kecepata 40 km/jam meninggal 45 %, dan pada kecepatan 50 kmvyjam 85 % pejalan kaki korban kecelakaan meninggal. Setiap kenaikan kecepatan kendaraan 10 kmyjam, resiko kematian pejalan kaki akibat kecelakaan meningkat 3-40 %. berdasarkan hasil konsultasi publik, bahwa sebagian besar masyarakat sangat mendukung kegiatan peningkatan jalan ini, sehingga dampak ini menjadi dampak penting hipotetik. Pengembangan Wilayah Dengan adanya Peningkatan Jalan Ladia Galaska Utama Ruas Jalan Blangkejeren - Pinding - Lokop - Peureulak diperkirakan akan terjadi pengembangan wilayah di sekitar lokasi kegiatan yang dapat berupa pembukaan lahan, perambahan hutan illegal loging, namun berdasarkan pengamatan dilapangan, trase jalan eksisting sudah terbangun, kegiatan ‘legal logging diperkirakan sudah tidak akan terjadi, sehingga dampak ini tidka menjadi dampak penting hipotetik. ‘Terganggunya Kesehatan Masyarakat Terganggunya kesehatan masyarakat terjadi akibat adanya penurunan kuliatas udara, peningkatan kebisingan serta lancaranya lalu_lintas, lancarnya lalu lintas berpotensi bagi pengendara untuk berkecepatan tinggi, Hasil yulian FKM-UI (2008) pada kecepatan kendaraan 30 km/jam, maka 5 % korban kecelakaan (pejalan kaki) meninggal. Pada kecepata 40 krnvjam meninggal 45 %, dan pada kecepatan 50 km/jam 85 % pejalan kaki korban kecelakaan meninggal. Setiap kenaikan kecepatan kendaraan Ladia Galaska Utama Ruas Jalan Blangkejeren ~ Pinding ~ Lokop ~ Peureulak 1-61 Pendahuluan EEE 10 kmvjam, resiko kematian pejalan kaki akibat kecelakaan meningkat 3-40 %. Berdasarkan Kabupaten Gayo Lues Dalam Angka tahun 2014, jumlah kasus penyakit yang pernah diderita masyarakat di Kabupaten Gayo Lues, khususnya Kecamatan Pinding dan Blangkejeren diantaranya penyakit pertusis, campak, ISPA, malaria, TB Paru, Kusta dan Diare, sehingga dampak ini menjadi dampak penting hipotetik. Pertimbangan Dampak Potensial menjadi Dampak Penting Hipotetik diuraikan secara singkat dalam Tabel 1.10. dibawah ini. nm ‘Adendum Andal Peningkatan Jalan Ladia Galaska Utama Ruas Jalan Blangkejeren ~ Pinding ~ Lokop ~ Peureulak 1-62 9-1 >yeqnaunog — doyoy — Supug — uarafaSuelg tere semy ewein exseeD eIpeT Ue UBreyBuNeg feu UNPLEPY eS vwejnq, coups | pt Hag Tap Riptg oa PHP ue . uueyeifoy _yndyew _jsynuysuoy _deyer_eped ‘eyesniaq wep efiay ueredwiasay by ROLL vueing zieueres | 1 OTA, Sunued yeduep peje ty wedunp Buns ‘ny une uneunied unify Surynpue tefues yeyere/seus sesoq__ueifeqas emujeq aygnd peymsuoy yey uEpesEpIeG ~oHBUo| chuypetion ‘ueBusiqey ueleyBuued —erepn v1 2yeinaunag — doyo) — Buypuid — uasafaxBuerg ejer semy ewrern eAseI25 eIpey UeTer UEVEABuIURd repuY LNPLEPY tie niall bce a ; a eae au = 4 ed uep ad “OS “ED ueIjod seB sjoussed “e1epn seen nq evep | eng As ‘uoyeg usp 9 ewes sewn weurunusg | _wouoduoy spy rep | very sesNKGOW ‘ehepng usp owe vein yeqeseAseyy, “TR 805 eeunes | s ueinemayey | _uauoduioy spy LL “weseq omy vn{i nes “ped ueBuyi8Buad) Axsnpur ‘ueBueBepiad = ‘ueyeuiajad = “juejed —yeBeqas ueveyeruad ejeuuaquessg uelSeqasuasa(axSueig aa ‘ueuneury uni coer repsusved yedweg jsenyeng esuaiog yedureg yedueg rm oye | pris yokes | redueq Teal | ec uedea eons ny ae sae, wsfundur) | es UeIeUEUENG YP" | avec ue lwenynyepueg s9-1 yeinainag — doyoy - Supurg ~ uaiofayBueig ugrer semy ewein eYseIeD PIPE] UEIer UEVEABUIUaY TepUry WNPuaPY seu ye] ueSDeULD ueygeqahuow siBojoye seveq Buch sew voBuap tenses u ‘ye were) vusjnq | nye unyeay Jeane she ste wendBued peta fede eID. sewers | sexo senas| Hida | sesiigow_ueerBay wees ssyrusuoy deye epeg | sevuy ny je uenB8ue5 | _uaucdwoy spy 207 LL raed Fema 2rdump peta nu sedunp Snr “mel cundiuad/eepustied euleyniay 40] sep; une eAvepe eupiey pti fey “enenag Newey EYO| IP nN —MyYeG_WIGOaU! Ur uedurget‘Uemyaiod " veyereping sBojore se1eq “ynpnpued —yeyeunsuog —uep _weveBuapued veBuap » rensos ueuewekuoy nB8ueABuow ueye "uexdelayp BUeK ueq — | mee ueperBay ueBupsiqay 1exBuN Nye seIe IP pea ssyppaidip BRUINS gous | sey ampps | Haq | elie ueye Buek ueBusigey _uererdunog | ueBusigey ueexBuuag | _uouoduioy Sy 30 LL oa Bape peda fou ta reduep eEunes TeuOPU UEP ‘weareiur, emg yedueg weepioy eurouy peel RPE, IPMYs yeACIA euape | eq uejeg jeBeqas jemy @ fea weBundun | ees uryeunuana yepns | Inc tougs uauodwoy | Sue, ueBure(Bun] ueeopBuag sds Uuen|nyepued, 99-1 >yeinaanag ~ doyo7 — Burpuyd - uavafaxBuerg uejer sey eweIn eySeIe> eIPET UETEr UeVEABuTUAg JePUY WNPUaPY eee SSS Seed eau ean ‘yeue} jeleqas yequiy ueyeunsip empn | guint asid youey, seuernj ueuninuiad | __uauodwoy epexepuL | _ueetiayed wen zi ewes uueing 9 ewepes wpeekseyy ueeyssay | yexeessous Haa_| dep bore up ye HemNGOU Urey efunstuediey | ueieyosey spy xe Bunuad yedwep ypefvous ru) xeduiep eBBuys “uy weyet ‘Sunynpusu etn tMuepe veg si Wp I Pesto woyesehsoyy “yeyos geueies | sexor eines | Haga _| yes _inqun_Buek yoyesesse _uoeMeed uememeyyey | _usuoduoy spy #00 LL unifey ‘Runued repsuaiog xedwea senjeng epuaiog yedueg yedureg uoieiBoy eursuTy yedureg, PEA wpns, iureq uae] eq uejieg jeBeqas jemy noe yedoum | ed undundun | ees ueyeumuasig yepns | 9K ero eodrpunea wauodwoy | Sue, ueBumun weqORBuIg ‘enynyepuad it syemnainag - door - Suppuyg — uasoforBueig User semy ewrean eyse}eD eIpeT Weer UEVeYBuIUed jepuY wNPUEPY ————EEE———————— ee OG We : uerogasied wep . sBojoyo s010q wang | uep — ueeiiay your uae, ewes | weyo _seines | Had efunueai0 webu ueyeBuluag ida | bop ume ses sped uewnyp vesedraund eye wey | sing as =| sau _| wep ueirundued nndyeur yous ueetioyeg | Rueuog ueyeqnag | _uouodwoy “apanodiy Bupuad edurep ipefuow mu yedwep eBBuyas “ueptoy eyo s0Up4—s >rpnpued peveansyog veveuhuoy yeduep uuereqasiod wep edu siRojOY® seI¢q uerexBuniog vung | uep —ueeiiay RUD Hd ziewers | eyo sees | Hao uefumigay uewexBueg | uauoduioy 85 96. re yo ro BU Bunk Ye) pe Ye tag aaron ameodin, wey — pened yeduea penqang rpuarog yedueg | yedueg vensarywuriny | Teun em, | ms yoko |_yedwea suaye, | mq unrfeg refeqas omy | “IDM ne usfundurt | Yes wereUELANG YS | seh umd undrofuyag wauoducy | Bue, usBunxfun wooo; Buey wo 420 89-1 syejnaunag — doyoy - Buppurg — uareloyBuera uo sery ewein eAseIeD IPE Ue UeIeYBuTUag [ePUY LNPUaPY ee Se “qsiodiy Boned dup pseu eon recep Bumps Had | 5ey0] HN Ip UEMIEYP INA uRsEdNBuad eH wouny | — ewan ysis = |_avau | wep —ueBrunBued —undyeur your _ueetioyey | _uewer ay ueleyBunuag | _wauodwoy ope PIL “qnaiodiy Bupued edump peiou wu yeump NGS cues edusep uoregasied uep BO}Oy9se16q uweing | uep uoyeiiay zrewops | sexo sires | Hea | w epe xePU yeduep uuosegasiad wep sBojoye _se10q vweinq | wep ueyeBoy u zrewees | sexo sees | Had | ue Pe EPL BuoTIOTg wevenquieg yeduiep aseuyeig uenyes uerenquing rereqesiad 0p = s uueingzt | wep uererax ewers | exer seus Petar une uneriodp youn umalined ves | utero ehupeis | cave | Bupup) “laa seeuany aaacdy ‘wiurg" ae upon IPpuaiog yedweg wenyeny rRpuaied Yedueg yedueq wereoy suru moem | wns yehoun | aeduea woe | vec unog feces omy | to edog nore vetundin | yobs uryanouaia vos | g nedieg : tounducy | Rann indurder won dyysoq 61 _emainag ~ doyor - Bupuyg - vartoyBueyg eter sem ewein exseeD eIpeT Use UBTeYBUNeg PUY WRpUEPY ee Tang ae euRSUST SRGEE TeGHye UREATUE Ie FeTeNY veuTUHueT tog BoE z1 ewerss vesermed | Had | uennqumuow_ueye yeue) vectored uejeioy | sry eorg eAunBiuefie, | vauoduloy, caparodiy Bugued yedwep jpefvaws yu) Yeduiep eBBuYEs 3¢ endure] yuysuoy dye ‘uejer use(s sepuens >yeduieg wenn uewopad wweng z1 ewes Hag ep jpnasuoy uewoped wep eBBUNES -vrWeR UeNE oaendfonpepinend. Ute ‘uejexBujuad yeRuBuow wereyioy yee eng i Tep peiadon. ehubvemyog rereg | eu Horo, zi owes niga _| wenqunmu vee yur uebed deve eped| penton eusverngog | mioduoy py 2. >ynarodiy Bunuad yedurep ipefuaur uy yeduep eBBuyyes ining esednduadreyes wnGurouy Sejoq yous Uep obayed exed yedures uePa ennai eng fehtepe pep ueBumiuy eygare _ueurumued Bunun | own, SLL ieumes | er anes | Haq | vexqunou_uoye your wren’ uri | ext veunmuny | tmuoduoy spy 100. Hay wa ween on repuaiog yedwea wenyeng repusiog yedueg | yedueg umfoy eurury | Mee oven | spnis yokenm, | redwea Miutiir | feb ueqetouane; ops | -usiodieg | ON sereg wutundun | _ eles ueyeuervania vepns | 9/9 otal, uouodwoy | Bue, ueBungfun uemopeBuag | 0" oes ‘uen|nyepued, on-1 >yeynanag — doyoy ~ Sujpuid — uasatorBueig Upjer semy ewern eAse1e5 eIpeT UeTer UeVEABUNLad [ep WNPLEPY yeu jeotoyad eAuepe wep enti, yedurep ueyednout Buck wueing reyerekseyy ueyeyassy | yeyereAseu z1 ewes Hac _| er yous uestayed Ueeoyefepe UeBuog ehuniBueBie1 | ueieyasoy Spy EPL ToqRIeAse ues tongue) ep “usBusIay uejeyBuyuag “exepn seueny uweununueg -qnatodyy Suauad yedwep ypefuous 11 yedusep wep ueurum eBunyos “exeresseur ereyasoy eAunueB.od jedurep rep sehuy}nye]_—uenBueB “ueBusiqay reyedrsau rjeyBuued ep eiepn seamen ueurunued Buck eng ep (60 wyerfeeu enemeey, depeues weyereksey | yexeresseut ye ewes Hag _| ueinfuey yedweproq yeuer ueefioyed ueveisay ueemenyay | _uenemepad Spy ePUL “yuaiodiy Bupued ‘yedwep ipefuous yu yedwep eBBunyas we e019 ehuniueBia depeysa) uern(uey yedwepioq Buck use aseq weyseiedo8uad yep s}e> yequiy eAuepe uas_euuaued ye uepeq 24 nfrueu yeue yeBuns qeBaue emequiows BueA uefny WeY/ds 9OZ"ILL"L ueBuap _uerel 1eIe_UNYRI/A_OS*9EP'IGE seSaqe5_UeLE] se ay ad) wear agmod repuaiog yedweg enjoy epuateg xedueg yedumg unyojday ouroury yedureg ueyfey, ‘Bupueg umyinquiuay nojeas, | pris yotouma |_redweg suoye, | unc ungieg refegas omy | “DSS a ueduniin, | ees uexeumuasia yopns | Clee a vvouodwoy | Bue, ueBumgun uemopsuag | 2S Bdiog90 ‘uen|nyepued, ut 2peynainog — doyoy — Supurg — uanofoxBucya uejer semy ewan exsereD BIpey UCrer UeVeYBUIVEG TepuY WNPLEPY eT wereqasied Hep TRV OC ULT WIE SVEN 95°9EF IE so} S809 sesoqes eye] aye ueexBuyvad ekuepe uop wong | wep uereio4 jpeuauupas uep Ko.9 ueyeyBujued ueyMquIUOU spequoupas szeurps | sexo seines| Hac | ueye cueseseid wep eueres ueunduequieg | _uep nor uereyBunuad -smatody Supued yedurep ypefuous uy yeduep eSBunpas “eAuIIPes UEP UEEBEY sey, yeduep ped sos2uoy eAupesay jsuajodieg ueyeapyodip veregesiod yep So} 50109 wing | wep ueeiio yous, uoygeny, pe owns | sexo sepes| Had eAunBue8i0 ores ‘uejeyBuyuag haa IU) SLY +} wan _| ein ueeyfumeg | uauodwoy Spy 2p ‘ued yeduep wep euezes uereqosiod pep -ayuarody Supued yedusep ypefuou 1) veunBuequiad BOON seq >yeduiep ekBuys “ye10q yee Jeuopseiado eAuepe ees usBusIG, ung | usp uneiiox op ueBusigay ujeyBujued ueynquiuou ueye qu) AB szeumes |e) nes| naa | uereniedp sid up sues veuduequag | weBunrgy uneunag | vovedoy Spy 291. eunseserd uop eueses cwounduequiad 405 ngap uop euepn seer unsere eepn UI St wep sueses seyjemy ueurunuag | _uauoduioy Spy PLL runduequiod wearer] yedureq UmNQUTUaW Tevet | aeenbec nas ty aia vweBundun | _ yelos ueyeuruang YPNS | BOK morse wouoduoy | Sun, uefumBun uesjojaduag | ETI dig wl -yemnainag — doyo) ~ Surpurd — uasafaxBueyg Uupjer semy ewern eAse}eD wipe UeTer UELEABUILEY epuIy WNPLEPY “snag Teuopersdo Hep UeBUFIGaY “naep UeIe URE erp ueyeule29y 1p ‘Usp evepn seyreny ueununuod eduepe ueReQrIP ep jwouoye wojng | nuek ueeion Buck yeyereAseY ueMeMEpeY UONqWEDL reyesehseyy “esos szewrps | sexo seipes| aa | ueye _euesesesd _uep _sueses_uounBuequiog se Spy 9°. Ie Rc Roni oy pela eS jeunuat ep eBBuqyas exueieq usp yeidi “ake ‘weBurun yehoid seq koe ung hie we “ray emis uejrq | up ueeiox uouniniad —ueynquiuaut —Ueye wueturgun | ewig 9B szeunios |eror anres | sa | everest uep suns ueunduequog veedoy | _eqous uurunuag | uovodioy Spy PLL “ynarodiy Bupuied yeduiep ipefuaui Yepn tur yedurep eBBuyas “unduegaan yes Sunsiye eye! euaiey jpay seed UeUE| se UeIEYBUIVAd “ueLE, Ainyeg Buk wep 96 28 sere feces yoprs Buck Haa | ueje{ Bunsisy9 jypuoy uEpesepreq “ye dopa Syouns) =| va. _| Buek_veyer_vep_pefiey_ueyel_sye_ueveyBuyuad | _uewey ay werexBuivd ovo, svn seauep vee; euernet uesegosd ep weenie’ *Boer seg ae seer uejing | wep ueyesdoy ueeynunag | emry — 1514 ye ewrps | sex seas | Hada _| euereseid uep eueres ueunuequieg uererey | ay semeny ueurunuag | _uauodwioy Py 4°PLL word aqarody Bupuad yedurep ‘wep eueres: jpefuaus yu) yeduiep e&Bunyas “ewsriauad we uepeq ueunBuequied seduep Sinus rue eae enaquou Bieter es (haa) ‘ueBureBur| tet rrimiog Yeduea wer rrpumog wedueg | yeduna uso ewer ban oy ‘Uapieg pies ueaInqUajUaW aye | nus yokou, |_ rede main | sees urmueunia yeprs | _utetee seg Usdundury | ees uereUIANG WPS | aA unary eodrunea uauodwoy 2A ueBumBun wemOeBUE | OE a veoeea -yejnaunag ~ doxo7 ~ Bujpug — uavofaySueg carer semy ewein BASED eIP use URTeBUIKeg TEpUY UNpUEPY ueweHiay | SBojoH® see OD) WesIepUDy FUE ei aees mu | uep —uereBoy shugpe yep _exopn -pueng zi | sey) _sepes | Hag | uexe evened ‘eiepn senENy, uRSIeaUIed exepn | wp ast wep wuejeue22y IP yeh uopeBo4 uuging yeyeredsews unreyesay | yexereAseus yews | sexo) seins | Hao ehunsBuedia) | ueeyasoy, Spy SPL weyoseAseyy ueqneIey, ‘yesos usp ueueueay | _uauoduioy Spy CPL Seepusd We semreg vounneed “unmead ueINEMEPIDY, 7 rmpuaiog yeduuea peryeng Ieyuaiog yedueg yedueg ueweiey euury a rgeas | pms yosoum, |_redwea supe, | we weg eeqes emy | UDR feo uegindur) | yes ueyoueuan voons | nod | uednBuyag, bass athe Bduseq ‘uenjnyepuag seyyomy ueurumag | __uauodwWoy spy yepu| _revoyseedo | we ejnainad — doxor ~ Supurg — aiafeBuerg ucrer semy ewern eyseTeD eIpeT UNTer UEReYBUIUAd TepUrY WINPLEPY Enel TeuOREIBdS | SBOIOTS FG ‘WeyqeRey Uensuey eXvepe Hep ueurIM) yeduep wea doyey | uop —unreiBox Ueyednuow ypefiay uesosBu0} “ues0s8u0) rpelsey eM) As ewes | sexo seins | Higa | ueye _ueyeurpadip ueerBay jeuorseedo ees | uesosBu07 eAwpelia, | _vauodwoy J038u0} jexqeqaAuout yedwep sedep resus 1acyyouey eseqasiod wep BueA youer | ueyeusus redep epn yepns jeuowseiada | sBojoye se1eq Suaroyyeuey | —_ueygersoy | eygede yequiey yenquiou eye, | wep ueresioy wuengesoy | eww sud | uep (yous) —ueyouad ewojas | sexo) serps | Ha. ehunB@ue8ie1 | _vauodwioy | Bupup) Ida ueeseyyouiag eIng 9 dens unm veneiwewod yet weBuap yedwep mseyyoured uepnfueyp | ueregasied yuarody Sunued edurep wep “ya1ado opsiB0j0% pofuous juy sedwop esBuyes -ueje uEyoqed reuossesedo uwereiiox seieq edniaq ueeseyjaued enes ueje{ exepuaBued yes uedusigey, ees yma | wep uayerBox wep ueSusiga, uneyBujued — ueynquioW awn. spuerng zi | sexo _sepes| Hada | uexe ueeseyyowed uep _ueje{ feuorseiad | ueBusigey uerexBuueg | __uaUOdWIOy py 2p LL weIng 9 ddeuas un eye vuenequewied marodiy ueseoured ‘weBuap Bunuad yedwep ipefuow ju yedwep eSBuyyes ‘yep ven(ueyp yedwep “ueje{ uereqiad ediaq ueeseyyawed uep uetel reuoseiado ‘yeredo | vesegasiad wep erepuaBued reuosseiedo (ngep UeP “OS XON 3885 ngap uep verer ad) wearer “moe repsuaiog edureg jsenyong repuaiog yeduweg young wedueg wefey mua umgNqUIUHY mogem | pris yoona |_xedureg Tver | seq uopea edups ty ‘rimodieg | 0 08 mnguny | es woman eens | sue ue " a oo se 2yqnainag - doyoy - Supuyg- uasofoxBueig uoqersemy ewer exse}e5 eppeT Ue URIEABUINEY EpUY LINPLAPY SS Taued yeduep ipeliaw oy yedWep eBTUNS SuiBoy yeBaq uep uewny ueyequered ehunquin eduep 1ejeyZunuad pusiod end ueRexBUUaN UEye (Uy eqasied yep yo( asen Buefuedss Ip IeyNpoid uNMY UEP euoseiado | si8o}0y9 seieq kusnsnapy uEyTy |wONe WEI, yexq eye, | wep wera ABISEW_UEYOPNUU UpFEWAS eng | e013 Bojorg sures_|ee pes | nda _| wow uae! ne efuemae: geido deve wea |_ pein cfuBuemyeg | _woveduoy aqnarodiy Sunuad : tpefuou yur Yedwep oBBUNRS 96 Ofre YeABUUOU syedwiep ueseqasied sep sour) rBuoseedy | sojoye seq ye vorue5 wep uerei8o UP ALE BeyO1_ Jers sewn ayer uereouepey | _uauodwoy Spy PLL “ues ees eurynua} “youns) ueLE, yours) | ary eu 614 tuauey ay weyeyBuuag | uauodwioy spe YePLL osu} reygeqakuaul yedusep yedep weregasiod wep Buck your, wearer Tepsuayog yedweg yedweg ueyiay eusouTy cae spras yoko, supe, | we ung eogas remy | “IDI uefundup] | | yofes ueyeuruaia WORMS | Bek upon wauodwoy | Bue, ueBumur uomjyeBuag | MSL wdin590 >eynamnag ~ doyoy - Bupulg — vaotonBuerg uote semy ewe exseen epeT user UBveyBuneg fePUY WNPLOPY 8888585858560 oom] ‘Bais jeBoq] erway unBueqion yepns BUNS Hua yosou, wep =| vou. yoko ueduequiaiueg | ueBuequiaBig | soup ueBuap seupi0o%eg ehepng rep HOU eyesehseyy “19505 Hda uounemeyyay fauodwoy, PY APL >edump mic | ame teuosesedg | sBojoye 169 (Bunpuyp wep ye1eg deve | uepueertoy >yuuopua emyes squa) | euneg ojorg ewes | sexo) ampes | naa yerep euneg venue | uauodwoy trea) roo anniody wey Bugueg rmuayog yedureg yedueg ee rian APTA wpras yodoumn, | xedweg mae eg ueiBeg reBeqas yey suatoding saieg, vuefunfur) | yeas uexeuesuauia YePOS | Be uereizoy uedrouyeg wauodwoy | Bue, ueBumfun weojoe=uEg diosa, an syejnaunag ~ doyoy ~ 8uppurg — uasefeysueig uojer semy ewan exsereD epeT UejeY UEVeyBuINeY fepuY WNpLEPY ee eee ROAR Baa STNG BHAT tisa__| pets _foyetieueioy end nti |p ving | vuodog spy APL Ta Buyuad yedwep spefuaw expy yur yedwep eBBujyas “Ipefiay ueye yepy_Yepns ULxepyadip aa as aniodi mor unyey Suey reuorog yedureg panyeng repuaiog yedueg | edu mpeg eocny yedura 8-1 dyeynainag — doxo) ~ Suipurg ~ uasoforBucig ueyer semy ewReIN eASEIED eIPE] VEE UEJEYBUTUAY |ePUY WNPUEPY iS dures .2seq yeuoyseiedo uep ueunduequiad eas “(youey ueyeued BuIpUIP) L4G “aseuIeAp esnyes “uepeL Nyoq UEJeNquiad “uojef UEpeq URyeYBuRUod) eUELeSe1d eUEIeS WOUNBUEGUICA? (44 (yours uesednSuaduoyesuod up ued) your ueeLoyed: (6 aod Buguag xedweg YePHL- HAG onarodiy Bunuag yedweq: Hdd + uRBUeLOy HAG Hag HaG Hag. WHEICATEWY UPIEYOSEN -| “TVAIVEVASVN NVLVH3SIX NINOdWO}| Hag = = = ‘yeKelian ueBuequieBuad -| = Had, 5 = = Wequiaiay usp ueUeWEay -| Had Hdd Had Had Had Had qwxesekseyy ueIEMep ey | z é : : Ha : ‘earag UEP efiay UEEdUIASSY | ‘VAVGNa IWONOW “TVISOS NINOEWO}!| E Ha ay e018 Haa Hag (Bunpulig wep uapug emies sIu9y) yeIe eune, Haq Hdd 3810 eIBEDA -| 1DOTON NaNOAWOH Hag 5 E Had Seu eT Had HAG : weRuyBuT eMNeH | Hag Hag HdQL Go ung) weuer ay -| : Had Hdd eeynulied Jy seul1eny | e Had Ha We IAUNpAS Uep 013 -| Ha z Had wei6sBuo7 erUIpELaL | Hac. HAG Had ‘yeue Ueqeey - : Hag wejy BSueiwag ueyeqniog | : Haat E weie85 | Had Had Ha HaG UeBUEIGY | Ha Hag Had. Had Bren Sener | ‘VIN WaSIE NaNOAWOH! ugjer ueereyjouiad | (,, eueeseiq Uep | (, Yyeuey | jeHaIey Uep | efiay eBeuD, | UeeUEDUAIag Up ae uy tuep euopeiado | eueies ueunfuequieg | ueetioyad | eIy sesugoW | ueeuoUad | ueUZEY *ABNINS | ois om Beedo psynsUOY Jaynysuoy Big Juauodwoy ynaiodyy Sunuag yedweg EW “WL PqeL lweninyepuad Pendahuluan ———————————————————————— 1.6.4, Hasil Proses Pelingkupan Hasil proses pelingkupan mencakup dampak penting hipotetik akibat rencana kegiatan, lingkup wilayah studi yang terdiri dari batas proyek, batas ekologis, batas sosial dan batas administratf. 1.6.4.1. Dampak Penting Hipotetik Penentuan dampak hipotetik dimaksudkan untuk menentukan jenis dampak penting hipotetik dengan derajat kepentingannya akibat rencana kegiatan yang akan dikaji dalam Andal sesuai hasil pelingkupan, juga dengan melihat kegiatan lain yang sejenis. Hasil penentuan dampak hipotetik adalah sebagai berikut = ‘A. Tahap Pra Konstruksi Kekhawatiran Masyarakat B. Tahap Konstruksi Penurunan Kualitas Udara . Peningkatan Kebisingan . Terganggunya Kestabilan Tanah . Terjadinya Longsoran 5. Peningkatan Erosi dan Sedimentasi 2 3. 4. 5. 6. Penurunan Kualitas Air Permukaan 7. Penurunan Estetika Lingkungan 8. Gangguan Lalu Lintas 9. Hilangnya/Berkurangnya Keanekaan Vegetasi Darat 10, Hilangnya/Berkurangnya Fauna Darat (Jenis Satwa Endemik dan Dilindungi) 11, Terganggunya Biota Air 12, Kesempatan Kerja dan Berusaha 13, Kekhawatiran Masyarakat 14, Terganggunya Kesehatan Masyarakat C. Tahap Operasional 1. Penurunan Kualitas Udara . Peningkatan Kebisingan . Terganggunya Kestabilan Tanah . Kelancaran Lalu Lintas ilangnya/Berkurangnya Keanekaan Vegetasi Darat Hilangnya/Berkurangnya Fauna Darat (Jenis Satwa Endemik dan Dilindungi) SUI InN SERENE SUEUraenran orsoesa oa aR ‘Adendum Andal Peningkatan Jalan alaska Utama Ruas Jalan Blangkejeren — Pinding ~ Lokop ~ Peureulak 1-79 2 3. 4, Terjadinya Longsoran 5 6. Pendahuluan Ee 8. Kekhawatiran Masyarakat 9. Terganggunya Kesehatan Masyarakat ‘Adendum Andal Peningkatan Jalan Ladia Galaska Utama Ruas Jalan Blangkejeren ~ Pinding ~ Lokop ~ Peureulak 1-80 18-1 2yynaunag ~ doyor — Supurg — uanofoBueya Lerersemy eweIn exseIeD eIPET User UEE,BUNAg FEpUY WNPLEPY 5 SS ‘uednySuyjed s250ud sy UeBeg “OE"L LeqQuIeD eyesehsey urreyosay eAunBueBs0) “1, reyerekseyy usjeyasey ekunsBueBioy. “6 OYEIBASEYY URITOMEHD “S (Bunpup op usapue emaes 520) qeleg euney eAuBuey/eAuBuesnyeg “Z e1eg weiafon — ehuBuey/eduuesmuog “9 qeleg wane) waaunyy eid roa ‘on qeieq sures whiduogyyeontopag EL me seyadan “eAUBUBLIH/eAUS Suemog 6 BeraBan, ‘eAuBuelH/eAuBueIM HIG “ZL sequr] nye] uenBBueD °g seqUr] nye] ueNBBuey “| usBurBur ema ueurinog usburyBur ex ueurng OL OR YNULIaY fy SEEM USUTUNUDG “9 Wo ung) ese ayy UEIeYBUJUDE “6 SBeyuaUNpas UEP 1019 O}EyBUIUDG “Ss ueeymuuiad ay seuyemy ueurunuag 8 UsosBuoy uel “> BENUos bop Hors USyButg “2 your, uepqeysoy edunBBueSiay -¢ {we10s8u07 eAuppetio|. “9 eBupigon WIBUNES “2 your ues efunaucdio| “¢ pr setyemy ueurumiog amy mg wend > wey dove). “g using uereBunog deyesekseWy UEINEMEY!Ty ‘ueBuysiqay UeyexBujUad “7 soynugsuoy wig deye “vy BJePN seMIETrY UeUTUNUad “1 aULaLOatH DNLINGA wWantva remus de wren immense = uapuyg wep sory ewan mamny aig apd eymI9D PPE] URE UBEARUNIEG ‘uenjnyepuad, Pendahuluan eS wz 7d. Batas Wilayah Studi dan Batas Waktu Kajian Pelingkupan wilayah studi dimaksudkan untuk mengarahkan studi pada hal-hal yang menjadi pokok bahasan dengan harapan kajian yang cukup berarti sehingga didapat kejelasan mengenai lingkup studi, kedalaman dan strategi studi. Batas Proyek Batas proyek ini adalah batas lahan keseluruhan yaitu lahan yang digunakan untuk 1g - Lokop - Peningkatan Jalan Ladia Galaska Utama Ruas Jalan Blangkejeren - Pit Peureulak sepanjang 169,12 kmdengan luas lahan pada lahan yang berpotensi longsor. ‘Wilayah proyek tersebut dibatasi oleh : Sebelah Utara: Hutan Lindung, Permukiman Penduduk, Perdagangan dan Jasa, Perkebunan Sebelah Timur: Permukiman Penduduk, Perdagangan dan Jasa, Perkebunan = Sebelah Selatan : Hutan Lindung, Permukiman Penduduk, Perdagangan dan Jasa, Perkebunan = Sebelah Barat: Hutan Lindung, Permukiman Penduduk, Perdagangan dan Jasa, Perkebunan: Batas Ekologis Ruang penyebaran dampak dari rencana Peningkatan Jalan Ladia Galaska Utama Ruas Jalan Blangkejeren - Pinding - Lokop - Peureulak menurut media transportasi limbah (air dan udara), dimana proses alami yang berlangsung didalam ruang tersebut diperkirakan akan mengalami perubahan mendasar. Termasuk dalam ruang ini adalah ruang di sekitar rencana kegiatan yang secara ekologis memberi dampak terhadap aktifitas tersebut. Jadi batas wilayah ekologis dalam studi ini adalah sebagai berlkut: = Sungai yang dilewati rencana lokasi kegiatan dengan radius sampai dengan 500 m. = Sebaran gas polutan, debu serta kebisingan yang sebarannya ditentukan oleh arah angin dominan kearah barat sampai radius 200 m. Batas Sosial Batas sosial adalah ruang di sekitar rencana kegiatan yang merupakan tempat berlangsungnya berbagai interaksi sosial yang mengandung norma dan nilai tertentu yang sudah mapan (sistem dan struktur sosial) sesuai dengan proses dinamika sosial suatu kelompok masyarakat yang diperkirakan akan mengalami perubahan mendasar ihak-pihak akibat suatu rencana kegiatan. Batas wilayah sosial ini sangat penting bag EE ‘Adendum Andal Peningkat lan Ladia Galaska Utama Ruas Jalan. Blangkejeren — Pinding ~ Lokop ~ Peureulak 1-82 Pendahy —————————————————————— 17.4. 17.5. 1.7.6. Blangkejeren — Pinding — Lokop yang terlibat dalam studi Andal mengingat adanya kelompok-kelompok masyarakat yang kehidupan ekonomi dan sosial budayanya akan mengalami perubahan mendasar akibat aktifitas usaha atau kegiatan. Mengingat dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh rencana kegiatan menyebar tidak merata, maka batas wilayah sosial ditetapkan dengan membatasi batas-batas terluar dengan memperhatikan hasil identifikasi komunitas masyarakat yang terdapat dalam batas wilayah proyek, ekologis serta komunitas masyarakat yang berada di luar batas wilayah proyek dan ekologis namun berpotensi terkena dampak yang mendasar dari rencana kegiatan melalui penyerapan tenaga kerja di Kecamatan Peureulak, Ranto Peureulak, Serbajadi, Pinding dan Blangkejeren. Batas Administratif Batas wilayah administratif merupakan batas studi yang pelingkupannya ditentukan berdasarkan segi pemerintahan yang erat kaitannya dengan kelembagaan, tata nilai masyarakat, serta peraturan yang berlaku di daerah tersebut. Lokasi kegiatan terletak di Kecamatan Peureulak, Ranto Peureulak, Serbajadi, Pinding dan Blangkejeren. ‘Adapun batas wilayah administrasi dari rencana kegiatan adalah : © Sebelah Utara : Kecamatan Banda Alam © Sebelah Timur : Laut * Sebelah Selatan: Kecamatan Ranto Selatan ‘* Sebelah Barat : Kecamatan Kutapanjang Batas Wilayah Studi Dalam melakukan studi Andal Peningkatan Jalan Ladia Galaska Utama Ruas Jalan Blangkejeren - Pinding - Lokop - Peureulak, maka batas wilayah studi merupakan hasil resultante dari batas proyek, batas ekologis, batas sosial, dan batas administratif. Batas wilayah studi dapat dilihat pada Gambar 1.32. Batas Waktu Kajian Batas waktu kajian Andal ditentukan berdasarkan lamanya dampak berlangsung, artinya batas waktu kajian ditentukan berdasarkan batas waktuberlangsungnya dampak sesuai dengan tahapan kegiatan sesuai dampak penting hipotetik yaitu tahap pra konstruksi 12 (dua belas) bulan, konstruksi 24 (dua puluh empat) bulan dan ‘operasional selama kegiatan operasional berlangsung. Peureulak Pendahuluan ——EEEE ee Tabel 1.12. Batas Waktu Kajlan No Dampak Penting repotate Kegiatan ‘Waktu Kajian Dampak "TAHAP PRA KONSTRUKSI 1.__| Kekhawatiran Masyarakat [Survel, Perizinan dan Perencanaan | 12 Bulan "TAHAP KONSTRUKSI 1. ] Penurunan Kualitas Udara ~ Mobilisasi Alat dan Material 6 Bulan ‘* Pekerjaan Tanah 12 Bulan ‘¢ Pembangunan Sarana dan Prasarana_| 24 Bulan 2. | Peningkatan Keblsingan ‘> Mobilisasi Alat dan Material 6 Bulan ‘* Pekerjaen Tanah 12 Bulan ‘¢ Pernbangunan Sarana dan Prasarana_| 24 Bulan 3. _| Terganggunya Kestabilan Tanah ~ Pekerjaan Tanah 12 Bulan + Pembangunan Sarana dan Prasarana__| 24 Bulan | Terjadinya Longioran ‘ Pekerjaan Tanah 12 Bulan ‘¢ Pembangunan Sarana dan Prasarana__| 24 Bulen 3. | Peningiatan Eros! dan Sedimentasi | Pekerjaan Tanah 12 Bulan ‘¢ Pembangunan Sarana dan Prasarana_| 24 Bulan ._| Penurunan Kualltas Air Permukaan ‘Pembangunan Serana dan Prasarana | 24 bulan. 7. | Penurunan Estetika Lingkungan ‘ Pekerjaan Tanah 12 Bulan, ‘* Pembangunan Sarana dan Prasarane_| 24 Bulan | Gangguan Lalu Untas ‘Moblisasi Alat dan Material 6 Bulan '9._| Penurunan Keanekaan Vegetasi Darat | Pekerjaan Tanah 12 bulan, 10. | Gangguan Fauna Darat (lenis satwa | Pekerjaan Tanzh 12 Bulan lendemik dan dlindungl) Ti, | Terganggunya Biota Ar ~ Pekerjaan Tanah 2 Bulan 1 Pembangunan Sarana dan Prasarana__| 24 Bulan 12,_| Kesempatan Kerja dan Berusaha Penerimaan Tenaga Kerja 3 bulan 13.__| Kekhawatiran Masyarakat * Penerimaan Tenaga Kerja 3 bulan q ‘* Mobilissi Alat dan Material 6 Bulan ‘¢ Pembangunan Sarana dan Prasarana__| 24 Bulan. 14. | Terganggunya Kesehatan Masyarakat | » Mobilissi Alat dan Material 6 Bulan ‘* Pekerjaan Tanah 12 Bulan ‘¢ Perbangunan Sarana dan Prasarana_| 24 Bulan "TAHAP OPERASIONAL 1. | Penurunan Kualitas Udara ‘Operasional dan Pemelinarean Jalan | Selama Tehap 12 bulan di- rmulai saat keglatan operasi dlilanjutkan dengan pemantauan rutin setiap 6 bulan Operasional 2._| Peningkatan Keblsingan ‘Operasional dan Pemeliharean Jalan Selama Tahap 12 bulan di- ‘mulal saat kegiatan operas dilanjutkan dengan pemantauan rutin setiap 6 bbulan Operasional 3.__| Terganggunya Kestabilan Tanah Operasional dan Pemeliharaan Jalan ‘Selama Tahap Operasional 4. [Terjadinya Longsoran ‘Operasional dan Pemelihraan Jalan | Selama Tahap Operasional ‘5._| Kelancaran Laiu Lintas ‘Operasional dan Pemeliharaan Jalan ‘Selama Tahap Operasional 6. | Penurunan Keanekaan Vegetasi Darat ‘Operasional dan Pemeliharaan Jalan ‘Selama Tahap Operasional 7. Gangguan Fauna Derat (Jenis satwa | Operasonol den Pemeliaraan Jalan ‘endemik dan dilindungi) Solara Tehap Operational Z| Kekhawatran Masyarakat 9._[Terganggunya Kesehatan Mayarakat | Operasional dan Pemeliharean Jalan | Selarna Tahap Operadonal ee ‘Adendum Andal Peningkatan Jalan Ladia Gal Blangkejeren — Pinding ~ Lokop ~ Peureulak Utama Ruas Jalan 1-94 Rone Lingkungan Hidup BAB Il RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL Kegiatan Peningkatan Jalan Ladia Galaska Utama Ruas Jalan Blangkejeren - Pinding - Lokop - Peureulak ini merupakan kegiatan yang diperkirakan mempunyai dampak penting terhadap lingkungan hidup dan akan menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan_terhadap komponen lingkungan. Komponen lingkungan yang akan ditelaah ini dibagi menjadi 3 (tiga) komponen utama, yaitu komponen geofisik-kimia, komponen biologi, komponen sosekbud dan kesehatan masyarakat. 2.1. Komponen Geofisik Kimia Ili 1. Curah Hujan dan Hari Hujan Berdasarkan data dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Aceh Timur, 2014, curah hujan tertinggi di Kabupaten Aceh Timur yatu 478 mm dengan hari hujan tertinggi terjadi selama 30 hari. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel dibawah berikut: Tabel 2.1. Curah Hujan di Kabupaten Aceh Timur Bulan | Satwan | 2011 2012 2013 2014 Januari_| mm 64 263 478 206 Februari_| mm 47 30 398, 38 Maret mm 56 70, 179 62 April mm) 63 98 358 124 Mei mm 51 72 422 199 Juni mm 120 74 302, 129 dull mm 153 7 362, 155 ‘Agustus_|_ mm a1 177 736 253, September |__mm ng 187 364 311 Oktober _| mm. 147 147 298 433 November |__mm 277 277, 338 419 Desember_[_mm- 220 220, 724 408 Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Aceh Timur, 2014 Schmidt Ferguson mengkasifikasikan iklim berdasarkan ukuran bulan basah dan bulan kering. Kriteria tersebut mengacu pada jumlah curah hujan yang diterima setiap daerah. ———_—— ‘Adendum Andal Peningkatan Jalan Ladia Galaska Utama Ruas Jalan Blangkejeren ~ Pinding - Lokop — Peureulak wa Rona Lingkungan Hidup Bulan Basah (BB) : jumlah curah hujan lebih dari 100 mm/bulan. Bulan Kering (BK) : jumlah curah hujan kurang dari 60 mm/bulan Banyak Bulan Kering = Banyak Bulan Basan * 100% 5 = qx 100% = 0,11 Berdasarkan besarnya nilai Q, maka tipe iklim Schmidt Ferguson digolongkan ke dalam tipe berikut : area eri 1 co | "0,143 - 0,333 Basah 0333-06 | Agakbasah Sedang : fet 4e7 3 Kering | 3-7 [Sang keting a ekst Berdasarkan perhitungan tersebut diatas menggunakan metode Schmidt Ferguson tipe iklim di Kabupaten Aceh Timur adalah A dengan nilai Q = 0,11 yang artinya sangat basah, 52011 =2012 52013 =2014 i CORNELL Gambar 2.1. Curah Hujan Kabupaten Aceh Timur (Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Aceh Timur, 2014) ‘Adendum Andal Peningkatan Jalan Ladia Galaska Utama Ruas Jalan Blangkejeren ~ Pinding ~ Lokop ~ Peureulak We2 Rona Lingkungan Hidup ——————————————— Tabel 2.2. Hari Hujan di Kabupaten Aceh Timur Bulan | Satuan 2011 2012 2013 2014 Januari Hari 8 22 22 18, Februari_| Hari 4 21 21 12 ‘Maret, Hari 6 22 17 8 April Hari 6 21 23 24 Mei Hari 5 23 22 15, Juni Hari 12 23 21 3 Juli Hari 12 20 31 20, Agustus Hari 1 21 22 24 ‘September | Hari 3 25 22 19 ‘Oktober [Hari 13 20 23 24 November |__Hari 18 19 24 24 Desember | Hari 14 22 26 30 “Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Aceh Timur, 2014 2011 2012 52013, = 2014 (Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Aceh Timur, 2014) Berdasarkan data dari Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan Kabupaten Gayo Lues, curah hujan tertinggi Kabupaten Gayo Lues yaitu sebesar 285,5 mm dengan hari hujan tertinggi terjadi selama 24 hari. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel dibawah berikut: Tabel 2.3. Curah Hujan di Kabupaten Gayo Lues Bulan | Satuan | 2010 | 20 | 2012 | 2013 [2014 Janvari| mm | 127.0 | 112.0 | 206 i 0 Februari | mm | 85.0 | 61.5 | 1945 0 ‘Maret [mm | 447.5 | 226.5 | 3115 5 25 ‘April mm | 197.5 | 145.5 | 205 308 Mel mm | 16,5 | 59.5 168 5 264 Juni mm | 1225 | 155.5] 1215 69 Juli mm | 435 | 875 | 28.5 5 75, Cee a aan NNIITIEITr aad ‘Adendum Andal Peningkatan Jalan Ladia Galaska Utama Ruas Blangkejeren ~ Pinding ~ Lokop ~ Peureulak We3 Rone Lingkungan Hidup Bulan | Satuan | 2010 [2011 [2012 [2013 2014 ‘Agustus mm | 155.0 | 85.0_| 2945 = 232.12 September |_mm | 144.0 | 3110 | 156.5 = - ‘Oktober [mm | 286.0 | 219.5 | 85.5 = zi November | mm | 203.5 | 385.5 | 226 = Desember | __mm | 218.5 | 218 | 243.5 = Jumber : Dias Pertanian, Pefemakan den Perkanan Kabupaten Gayo Lier Bulan Basah (BB) : jurnlah curah hujan lebih dari 100 mm/bulan, Bulan Kering (BK) ; jumtah curah hujan kurang dari 60 mmn/bulan _ Banyak Bulan Kering = Banyak Bulan Basak * 100% 7 = 37% 100% = 0,19 Berdasarkan besarnya nilai Q, maka tipe iklim Schmidt Ferguson digolongkan ke dalam tipe berikut : Sai aa sie [A 43 |— Sangat basah 0143-0333 Basah 0.33306 ‘Agak basah | sedang ‘Agak kering Kering ‘Sangat kering kstrim Berdasarkan perhitungan tersebut diatas menggunakan metode Schmidt Ferguson tipe iklim di Kabupaten Gayo Lues adalah B dengan nilai Q = 0,19 yang artinya basah. Gambar 2.3. Curah Hujan Kabupaten Gayo Lues ‘Adendum Andal Peningkatan Jalan Ladia Galaska Utama Ruas Jalan Blangkejeren — Pinding ~ Lokop ~ Peureulak ue4 (umber : Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikenan Kabupaten Gayo lues) Tabel 2.4. Hari Hujan di Kabupaten Gayo Lues Bulan | Satuan | 2010 | 20 | 2012 [2013 [2014 Januari | Hari 12 10 4 - 0 Februari_| Hari 8 6 15, 5 o Maret Hari 24 14 21 5 1 April Hari 4 12 18 z 18 Mel Hart 4 15 4 : 16 Juni Hari 7 8 4 z 5 dull Hari 6 4 4 = 3 [Agustus | Hari 14 14 14 5 18 September | _Hari 2 10 10 : = ‘Oktober | Hari 20 14 14 - = November | Hari 16 16 16 : = Desember | Hart 7 14 14 = 5 Sumber : Dinas Pertanian, Petemakan den Perikanan Kabupaten Gayo Li 30 25 4 20 154 10 5 o ee ‘Adendum Andal Peningkatan. Blangkejeren ~ Pinding - Lokop ~ Peureulak Gambar 2.4. Hari Hujan Kabupaten Gayo Lues (Sumber : Dinas Pertanian, Peternekan dan Perlkanan Kabupaten Gayo Lues, 2014) 3 Ladia Galaska Utama Ruas Jalan Rona Lingkungan Hidup Rona Lingkungan Hidup 2. Kualitas Udara dan Kebisingan Berdasarkan hasil analisis laboratorium sebelumnya semua parameter masih dibawah baku mutu berdasarkan SK MENLH No. 41/MENLH/1996, parameter yang diukur diantaranya debu, kebisingan, NOx, $O2, dan CO. Tabel 2.5. Hasil Analisis Kualitas Udara dan Pengukuran Kebisingan Sebelumnya Parameter eee | ees Debu | Kebisingan [| NOx | $0, | oO 1 Blangkejeren_ 108 55, 50 53, ttd 2_[ Pinging aI 48 30. 38 td 3 Lokop 70 48 20 35, ttd 4 Peureulak 98 52 41 50. ttd Baku Mutu* 230 70 150 350 10.000 Pengukuran kualitas udara dan kebisingan dilakukan di 4 lokasi yaitu di titik KM 0 Peureulak, titik KM 84 Lokop, titik KM 126 Pinding dan titik KM 167 Blangkejeren, berdasarkan hasil analisis laboratorium semua parameter kualitas udara masih dibawah baku mutu berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara dan berdasarkan hasil_pengukuran kebisingan beberapa hasilnya telah melebihi baku mutu berdasarkan Kep- 48/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan hal ini dikarenakan adanya aktifitas penduduk serta perdagangandan jasa serta pengguna jalan/pengendara bermotor. ‘Adendum Andal Peningkatan. Blangkejeren — Pinding — Lokop Peureulak u-7 Rona Lingkungan Hidup Tabel 2.6. Hasil Analisis Kualitas Udara dan Pengukuran Kebisingan 1 PENCEMARAN UDARA. a THASIL PENGUJIAN. NO PARAMETER, satuan | suru | a 5 a a ‘METODA ACUAN KiMiA T_[ Nitrogen Diokida (NOD | ug/Nm? | 400 | ~=10 [<1 |< 10 | <10_ | Swiie-7119.2 2005 Z| Sutfur Dioksida (60,) | -yg/Nm? | 900_| 65.05 | <17.15 | 88.54 | 20.47_| SNI19-7119.7 -2005 '3__| Karbon Monoksida (CO)_|_ug/Nm* | 30.000 | 1.718 |< 1145 |< 1.145 | <1.145 Direct Reading ‘4 [ Oksidan (O,) ugyNmi | 235 | < 15.61 | 25.86 | < 15.61 | 28.64 | SNI19-7119.8 2005 FISIKA. T_|Timbal (®) rN O05_| 010 | 0.08 | 0.10 | SNI19-7119:4 -2005 2_[ Debu (TSP), ugyNm | - | 9860 | 83.60 | €7.60_| 98.60_| — SNI19-7119.3 2005 I. KEBAUAN. THASIL PENGUIIAN, NO PARAMETER saTUAN| wary | a, 5 5 eS (METODA ACUAN T_| Hidrogen sulfide (8) | ppm | 0.02 | < 0.001 | < 0.001 | < 0.001 | <0.001 TiS R108 2_[ Amonisk (NH) ppm 2 | <0,025 | <0,025 | <0,025 | <0.025 | SNI19-7019.1 -2005 UL, EBISINGAN, BAKU THASIL PENGUIIAN. No PARAMETER saTuaN | wuru | a, 5 a 5 METODA ACUAN 1_| Kebisingan ‘aA | 60 | 60,80" | 50.26 | 49.69 | 61.46" | Kep-48/MENLH/II/I996 Sumber: Data Primer dan Fasil Analisis Laboratorium, Desember 2015 Keterangan : A. Kecamatan Peureulak pada koordinat NO#*%60'06,8" & £097°53'07,1" 8 Kecamatan Lokop pada koordinat N 04°23'26.2” & E 097°31'34,7" ©. Kecamaten Pinding pada koordinat N 04°05'33.2" & E 097°35°05.0" D Kecamatan Blankejeren pada koordinat N 03°59'55,9" & E 097°2027.5" 16 11 Sampling dllakukan selame 1 jam MW Sampling dilakukan setiop 5 detikselarma 10 menit * Tidak memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan 2.1.2. Fisiografi Secara fisiografi, daerah studi termasuk kedalam zona fisiografi dataran rendah bagian timur hingga wilayah masif tengah (Gambar 2.6) yang memiliki topografi landai hingga cukup curam (pedataran — pegunungan). Batuan yang menempati daerah ini terdiri dari batuan sedimen, karbonat dan batuan terobosan yang berumur Paleozoikum sampai Tersier, sedangkan sebagian lainnya berupa batuan klastika halus — kasar dari endapan lebih muda dengan umur Holosen. ‘Adendum Andal Peningkatan Jalan Ladia Galaska Utama Ruas Jalan Blangkejeren ~ Pinding ~ Lokop ~ Peureulak u-8 Rona Lingkungan Hidup Gambar 2.6. Pembagian Zona Fisiografi Aceh (Van Bemmelen, 1949) 2.1.3. Morfologi Didasarkan atas bentuk topografi, kemiringan lereng dan beda tinggi, bentang alam (morfologi) wilayah studi dapat dibedakan menjadi: © Pedataran: Menempati bagian utara yang umumnya berupa pedataran antar perbukitan/gunung. Kemiringan lerengnya < 3 sampai 8 %, beda tinggi antara tempat tertinggi dan terendah < 50 meter, ketinggian 0-100 m dpl. © Perbukitan landai: Bentang alam ini merupakan bagian dari kaki perbukitan terbawah dengan beberapa tonjolan bukit yang memiliki punggungan landai dan torehan lembah kecil, tersebar secara setempat-setempat. Kemiringan lereng > 8 - 30 %, beda tinggi antara tempat tertinggi dan terendah kurang 100 m, ketinggian berkisar 100 - 300 m dpl. c= Foto 1.Morfologi perbukitan landai di daerah peureulak SE ‘Adendum Andal Peningkatan Jalan Ladia Galaska Utama Ruas Jalan Blangkejeren — Pinding ~ Lokop ~ Peureulak u-9 Rona Lingkungan Hidup ‘© Perbukitan bergelombang: merupakan kaki perbukitan bagian tengah (mille slope) sampai atas (upper slope), dengan ciri topografi bergelombang dan berombak, kemiringan lereng > 25 - 40%. Beda tinggi antara tempat terendah dan tertinggi umumnya lebih besar dari 200 m, lembah-lembah agak miring dan terjal. ketinggian > 200 mdpl. be Foto 2.Morfologi perbukitan bergelombang di daerah Lokop © Pegunungan: Morfologi pegunungan (Foto 1) umumnya menempati bagian tengah dengan penyebaran luas, Beda tinggi tempat terendah dan tertinggi > 300 m, kemiringan lereng >15 - 30%, >30 - 40% dan > 45%, Lembah-lembah umumnya sempit dan terjal, pola aliran sungai semi dendritik dengan jenis sungal yang mengalir umumnya termasuk sungai musiman (intermittent stream) dan sungai sepanjang musim (perennial stream) pada sungai induk. Ketinggian daerah berkisar 200 — 1700 m dpl. Foto 3. Morfologi pegunungan di daerah Pinding rn ‘Adendum Andal Peningkatan Jalan Ladia Galaska Utama Ruas: Blangkejeren — Pinding — Lokop — Peureulak 1-10 Rona Lingkungan Hidup EE ————— 2.1.4, Tatanan Litologi Berdasarkan Peta Geologi Indonesia skala 1: 250,000, tataan litologi daerah studi yang merupakan Peningkatan Jalan Ladia Galaska Utama Ruas Jalan Blangkejeren - Pinding - Lokop - Peureulak tercakup dalam dua lembar peta yaitu Lembar 0620 - Langsa (N.R Cameron, et all, 1981) dan Lembar 0520 - Takengon (N.R Cameron, et all, 1983). Susunan litologi disepanjang jalur peningkatan jalan tersebut (Gambar 2.10) diantaranya dapat diuraikan sebagai berikut: © Formasi Blangkejeren (TIvbr) yang disusun oleh batupasir, batulempung, dan batugamping. © Formasi Bampo (Tlb) yang disusun oleh batulumpur hitam gelap “euxinic” piritan, batupasir dan sisipan batulanau. ‘© Formasi Peutu (Tmp) yang disusun oleh batulumpur gampingan yang mengandung karbon dan batupasir halus. ‘© Formasi Baong (Tmb) yang disusun oleh batulumpur gampingan, batupasir, dan batupasir yang mengandung glaukonit. © Formasi Keutapang (Tuk) yang disusun oleh batupasir, batupasir mengandung karbon, batulumpur, dan sedikit konglomerat. © Formasi Seureula (Tps) yang disusun oleh perselingan batupasir dan batulumpur. © Formasi Julu Rayeu (Qtjr) yang disusun oleh perselingan batupasir, batulempung ‘mengandung lignit, dan batulumpur, © Endapan Permukaan (Qh) disusun oleh kerikil, pasir, dan batulempung. Foto 4, Singkapan batulempung menyerpih. ‘Adendum Andal Peningkatan Jalan Ladia Galaska Utama Ruas Blangkejeren ~ Pinding ~ Lokop ~ Peureulak we ona Lingkungan Hidup 2.1.5. Bahan Permukaan (Hasil Lapukan Batuan) Bahan permukaan adalah material permukaan yang terbentuk hasil pelapukan dan rombakan batuan baik secara insitu (residual) maupun yang teralihan (transported), dan atau percampuran diantara keduanya yang menutupi bagian permukaan, Bahan permukaan ini umumnya bersifat lepas (unconsolidated), tersusun oleh material berbutir halus, sedang, kasar sampai sangat kasar, Didasarkan hasil pengamatan lapangan bahan permukaan ini dapat dibedakan seperti berikut di bawah : © Lempungan Bahan permukaan ini merupakan hasil pelapukan dari batulempung, tersusun dari lempung berwarna abu-abu hingga kecoklatan, agak lunak, permeabilitas rendah, plastisitas tinggi. Tebal bahan permukaan brkisar 1,6 sampai 2 m. © Lanau pasiran Bahan permukaan ini merupakan hasil pelapukan satuan batuan konglomerat, tersusun oleh lanau pasiran mengandung komponen batuan berukuran kerikil dan kerakal dari batuan beranekaragam yang umumnya telah mengalami pelapukan lanjut, berwarna coklat muda, agak lunak — padat, gradasi sedang, permeabilitas sedang kecuali di bagian yang mengandung fraksi lempung permeabilitas rendah sampai agak kedap. Tebal bahan permukaan berkisar 0,8 sampai_ 1,7 m. Foto 5. Singkapan tanah bahan rombakan umumnya ‘menempati lereng kaki perbukitan dan lembah antar perbukitan. © Lanau kerikilan Jenis bahan permukaan ini merupakan material alihan (transpoted materials) yang terbentuk sebagai endapan termuda, terdiri dari lanau lempungan, pasir, kerikil dan kerakal berwarna abu-abu sampai abu-abu kecoklatan. Didasarkan atas ‘Adendum Andal Peningkatan Jalan La Blangkejeren — Pinding ~ Lokop ~ Peureul 16 Rona Lingkungan Hidup EE dominasi material penyusun dan persebarannya, bahan permukaan ini dapat dibedakan atas : = Lanau lempungan, berwarna abu-abu kecoklatan, lunak - padat, plastisitas rendah, permeabilitas rendah, tebal lapisan berkisar 0,70 - 1,50 m, umumnya membentuk lahan relatif datar dan halus (plate). Pasir lanauan berkerikil dan kerakal dari berbagai komponen batuan, sangat lepas, berwarna abu-abu sampai kecoklatan. Bahan permukaan dengan dominasi klastika kasar sampai sanget kasar terdapat dalam lereng bawah perbukitan dan mengisi lembah antar perbukitan, termasuk endapan undak sungai, Material ini dapat dijadikan sebagai sumber bahan baku atau material timbunan misal sebagai lapisan pengeras jalan. Tebal pasir kerikilan berkisar 0,5-<3m. Didasarkan hasil analisis lapangan bahan permukaan ini berperan penting sebagai salah satu faktor yang menjadi pemicu gerakan tanah/longsor di daerah studi, dikarenakan bersifat lepas (unconsolidated) ketika bahan permukaan ini terkena air pada musim hujan maka akan menjadi penyebab longsor pada daerah yang memiliki dominasi bahan permukaan yang bersifat lepas. 5. Struktur Geologi Struktur geologi yang terdapat di wilayah studi umumnya berupa sinklin, anti in, dan patahan atau sesar, Sesar-sesar ini berarah barat laut - tengara dan barat - timur. Pada daerah sebelah utara tapak proyek struktur geologi didominasi oleh sinklin dan antiklin, sedangkan pada zona pegunungan Bukit Barisan jenis patehan yang terdapat berupa sesar turun (normal fault) dan sesar naik (thrust fault) dan sesar geser (wrench fault), serta sesar yang diperkirakan dan kelurusan (/ineamen). Pada beberapa lokasi ditemukan adanya kemiringan perlapisan batuan yang bisa memicu longsor, ditunjukan pada foto 6. ‘Adendum Andal Peningkatan Jalan Ladia Galaska Utama Ruas Jala Blangkejeren Pinding — Lokop ~ Peureulak uea7 Rona Lingkungan Hidup Foto 6. Singkapan batulanau lempungan dengan kemiringan lapisan cukup tinggi sehingga memiliki apa yang disebut bidang longsor, umumnya terdapat pada daerah kaki perbukitan dan lembah antar perbukitan. Perlapisanmengalami erlipatannaikdan turun Fracture (kekar) dan bedding (periapisan batuan) Perubahankarakteristik Bidang perlapisan tanahvbatuan(Pelapukan || batuan menjadi mengakibatkanlongsoran || bidang longsor aliren Gambar 2.11. __Ilustrasi kondisi struktur geologi yang mempengaruhi longsor ee er ne nn ‘Adendum Andal Peningkatan Jalan Ladia Galaska Utama Ruas Jalan Blangkejeren ~ Pinding - Lokop — Peureulak Weis Rona Lingkungan Hidup —EE Didasarkan hasil analisa peta geologi regional dan pengamatan di lapangan, di sekitar tapak proyek tidak dijumpai adanya indikasi patahanbesar (major) namun ditemukan patahan-patahan minor yang merupakan implikasi dari adenya patahan besar sumatera yang berada di jalur pegunungan bukit barisan sehingga tidak menimbulkan. kerusakan masif tethadap struktur bangunan, kecuali jika adanya faktor pemicu lain misainya gempa bumi, di beberapa lokasi khususnya daerah Pining hingga Blangkejeren ada beberapa lokasi yang terindikasi dilewati patahan ~ patahan sehingga daerah tersebut merupakan daerah labil yang rawan longsor disebabkan juga oleh beberapa faktor pendukung yaitu jenis tanah hasil lapukan didaerah tersebut dan kemiringan lereng kupasan yang masih terlalu tinggi. Pengaruh patahan dan struktur mikro lainnya seperti rekahan pada batuan resisten yang ada sekarang lebih berfungsi sebagai penyalur dan penyimpan air (water retention) atau media masuknya air permukaan ke dalam tanah/batuan (recharge aree). 2.1.7. Potensi Rawan Bencana a. Rawan Bencana Longsor / Gerakan Tanah Faktor pemicu terjadinya longsoran diakibatkan oleh terganggunya stabilitas lereng baik lereng alami maupun lereng buatan yang diakibatkan oleh beberapa hal yaitu keberadaan wilayah di Indonesia terdiri dari kondisi geologi yang beragam serta telah mengalami gangguan akibat perubahan lingkungan. Hal lain yang juga sebagai pemicu terjadinya longsoran adalah adanya curah hujan yang tinggi serta terjadinya curah hujan yang terus menerus, vegetasi yang sudah hilang, serta sifat fisik tanah yang porous dan lepas, dengan demikian maka terjadinya longsoran dipicu oleh keadaan geologi batuan dasar yang mengalami perubahan karakteristik propertisnya akibat mengalami degradasi dalam kurun waktu geologi, kondi geomorfologi, kondisi topografi, kondisi geohidrologi, kondisi pola aliran, kondisi tingkat pelapukan, kondisi perubahan iklim dan kegempaan serta gunung berapi. er ‘Adendum Andal Peningkatan Ruas Jalan Blangkejeren — Pinding - Lokop — Peureulak n-19 Rona Lingkungan Hidup Foto 13. Longsor di ruas jalan Blangkejeren - Pinding - Lokop - Peureulak Seen a UnINAEINIIIITI esa ‘Adendum Andal Peningkatan Jalan Ladia Galaska Utama Ruas. Blangkejeren — Pinding ~ Lokop ~ Peureulak u-20 Rona Lingkungan Hidup Kerentanan \ Bencana Longsor N Legenda : WF Tinggi ._ Menengah I Rendah —— Jalan ‘Sumber: Peta Kerentanan Bencana Longsor, BNPB Gambar 2.12, Peta Kerentanan Bencana Longsor ‘Adendum Andal Peningkatan Jalan Ladia Galaska Utama Ruas Jalan Blangkejeren — Pinding ~ Lokop ~ Peureulak eat Rona Lingkungan Hidup Peta yang di keluarkan oleh Badan penanggulangan Bencana Nasional memberikan indikasi ruas ruas jalan sebagian besar terdapat di kawasan potensi rendah hingga menengahuntuk terjadinya longsoran. Longsor Eksisting Legenda ‘A Lokasi Longsor Eksiting — Jalan ° 1 ‘Sumber: Hasil Analisis 2016 ee Gambar 2.13. Lokasi Longsor Eksisting ‘Adendum Andal Peningkatan Jalan Ladia Galaska Utama Ruas Jalan Blangkejeren ~ Pinding ~ Lokop ~ Peureulak 22 Rona Lingkungan Hidup EE b. Rawan Bencana Berdasarkan Aspek Geologi lokasi rencana Peningkatan Jalan Ladia Galaska Utama Ruas Jalan Blangkejeren - Pinding - Lokop - Peureulak dengan potensi longsor tinggi berada pada wilayah Serbajadi,Pining hingga ke daerah Blangkejeren, disebabkan pada daerah tersebut hasil lapukan yang mendominasi adalah hasil lapukan dari Peristiwa longsor endapan sedimen dari Formasi Bampo, Formasi Baong, Formasi Keutapang, oleh Formasi Seureula, dan Formasi Julu Rayeu yang litologinya didomin. batulempung dan batupasir serta dari Formas! Blangkejeren yang merupakan endapan vulkanik seperti tufa, breksi, batupasir tufaan yang bersifat mudah lepas karena ikatan kohesinya rendab jika bahan tersebut tergerus oleh air serta satuan — satuan litologi yang didominasi oleh batuan sedimen seperti perselingan batupasir dan batulempung yang lapukannya bersifat gembur/lepas sehingga rentan tethadap gerakan pergeseran, selain dari kaitan litologi yang terdapat pada daerah tersebut, faktor kemiringan lereng juga berperan penting dalam penyebab longsor didaerah tersebut terbukti dengan data pada peta kemiringan lereng dan peta rawan gerakan tanah daerah tersebut adalah daerah dengan keriringan lereng dan zona gerakan tanah cukup tinggi hingga tinggi. Longsoran juga dipicu oleh adanya struktur geologi yang berkembang di daerah tersebut dan kondisi tanah yang berupa lapukan dari proses lapukan batuan yang mengalami degradasi baik oleh perubahan cuaca maupun akibat proses teroksidasi dan mengalami penjenuhan oleh kondisi ke-air-anyang fluktuatif. Longsor biasanya terjadi jika gaya gravitasi melebihi gaya menahan naik karena kekuatan dan kohesi bahan, friksi antara bahan dengan sekitarnya dan unsur penahan. Beberapa faktor inheren adalah keadaan struktur, sifat distribusi mineral den unsur lain, topografi, kadar air dan kelembaban, serta vegetasi. Faktor-faktor sinergis yang bersifat aktif antara getaran dan gempa bumi, pelapukan, gaya pengikis sehingga lereng curam, kelebihan beban, sebagai sumber energi untuk menggerakkan tanah, dan kenaikan kelembaban yang berpengaruh terhadap tekanan air, volume, dan kohesi bahan. Lokasi potensial longsor jenis runtuhan material batuan (kerikil - kerakal) terutama terdapat mulai dari sekitar 1,1 km arah tenggara Serbajadi pada lereng dengan kemiringan > 60° (Foto 1) hingga ke arah daerah Pinding dan Blangkejeren. Indikasi potensi longsoran berdasarkan titik temu ruas jalan dengan sesar / patahan adalah sebagai berikut : SHEET aeeTLE EEE ap nEnTterarpnenr soar eee REE “Adendum Andel Peningkaton Jalan Ledia Blangkejeren ~ nding ~ Lokop ~ Peureula u.23 Rona Lingkungan Hidup EEE Tabel 2.7. Lokasi Indikasi Potensi Longsor No ‘Nama Kecamatan 3 1 | BIANG JERANGO_ 2 [ DEBUN GELANG 3 | KUALA BATE 4 [ PINDING. S| RANTO PEUREULAK 6 7 g S| |S} uo}ro| — SERBA JADI 'SIMPANG JERNIM TERANGON’ Jumiah 1S} ~}0} | Potensi Longsor Akibat Sesar Legenda @ Titik Potensi Longsor L — eer N satan 04s 8 ‘Sumber: Hasil Analisis 2016 Gambar 2.14. Peta Potensi Longsoran Akibat Pertemuan Dengan Sesar |e ee ‘Adendum Andal Peningkatan Jalan Ladia Galaska Utama Ruas Jalen, Blangkejeren ~ Pinding - Lokop ~ Peureulak W.24 Rona Lingkungan Hidup Lokasi longsoran akibat sesar tesebar di 8 kecamatan , titik terbanyak terletak di kecamatan Serba Jadi dengan pertemuan garis sesar dengan ruas jalan sebanyak 47 . Kedua terbanyak terletak di kecamatan Pinding dengan jumlah titik lokasi 30 . Lokasi lokasi tanah selalu terjadi. Kegiatan penanganan pada ruas ini dilakukan dengan menyiapakan alat berat untuk titik titik terdekat dengan lokasi longsoran. i, merupakan lokasi yang tidak stabilm, sehingga pergerakan Foto 8.Potensi longsor didaerah Pinding yang disebabkan oleh kemiringan lereng yang curam dan kemiringan lapisan batuan yang tinggi Rawan Bencana Berdasarkan Aspek Topografi Berdasarkan tinjauan dari aspek topografi pada daerah studi, ketinggian terendah pada ruas jalan ini berada pada 18 mdpl, sedangkan ketinggian tertinggi berada di 1700 madpl, disertai kemiringan lereng terendah 3-8%, serta kemiringan lereng tertinggi 25-40%. Titik longsor yang muncul dan berpotensi longsor berada pada zona ketinggian 1000-1700 mdpl serta kemiringan lereng 25-40%, dengan ne ‘Adendum Andal Peningkatan Jalan La ska Utama Ruas J Blangkejeren — Pinding ~ Lokop ~ Peureul u-25 Rona Lingkungan Hidup i demikian aspek topografi juga memberikan pengaruh penting sebagai salah satu penyebab pemicu gerakan tanah/longsor. Foto 9. Longsor yang disebabkan oleh faktor topografi d. Rawan Bencana Berdasarkan Aspek Hidrologi dan Klimatologi Berdasarkan tinjauan Klimatologi pada daerah studi menunjukan bahwa Kabupaten Gayo Lues dan Aceh Timur memiliki iklim tropis dengan curah hujan tahunan yang relative tinggi >2500 mm per tahun. Tingginya curah hujan tersebut, merupakan salah satu pendorong terjadinya bencana longsor dan banjir. Hal ini diakibatkan karena hujan memiliki energy perusak yang dapat mendorong terjadinya erosi pada daerah dengan struktur tanah mudah lepas. Kondisi tersebut akan berlanjut pada proses terjadinya bencana tanah longsor. Setiap tahun terjadi 2(dua) puncak curah hujan maksimum yaitu pada bulan Maret dan Desember, curah hujan paling rendah terjadi pada bulan Juni/Juli. Tingginya curah hujan tersebut, merupakan salah satu pendorong terjadinya bencana longsor dan banjir. Hal ini diakibatkan karena hujan memiliki energy perusak yang dapat mendorong terjadinya erosi pada lahan yang telah mengalami kerusakan vegetasi dan ketidak sesualan peruntukan lahan. Kondisi tersebut akan berlanjut pada proses terjadinya bencana tanah longsor. Pola aliran pada daerah pegunungan vulkanik yang ada didaerah studi urnumnya berupa subradial hingga radial, sedang pada daerah disekitar mempunyai pola aliran dendritik hingga subparalel. Lembah sungai umumnya berbentuk huruf*V", ini menunjukan stadium erosi muda, erosi vertical lebih intensif dari pada erosi lateral. Sungai bentuk ini menyebabkan lembah sungai akan bertambah dalam dan nt ‘Adendum Andal Peningkatan Jalan Ladia Galaska Utama Ru Blangkejeren — Pinding Lokop ~ Peureulak 1-26 Rona Lingkungan Hidup EEE dapat mengganggu keseimbangan kaki lereng bukit yang umumnya merupakan tebing sungai dan merupakan salah satu pemicu terjadinya gerakan tanah. Pada sungai besar mempunyai lembah berbentuk huruf“U", hal ini menunjukan stadium erosi tua. Pada stadium ini erosi kesamping lebil didaerah dataran. Gerakan tanah pada sungai stadium longsoran tebing sebagai erosi lateral sungai. Foto 11. Penurunan tanah yang mulai menunjukan indikasi gerakan tanah Di daerah Pining ‘Adendum Andal Peningkatan Jalan Ladia Galaska Utama Ruas Jalan’ Blangkejeren — Pinding ~ Lokop — Peureulak 27 Rona Lingkungan Hidup — . Manajemen Bencana Pada dasamya rangkaian kegiatan penanggulangan bencana ini dapat dibagi dalam empat tahapan, yakni : = Pencegahan dan Mitigasi, dilakukan penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana (Disaster Management Plan) atau sering disebut juga Rencana Kesiapan (Disaster Preparedness Plar). = Kesiapsiagaan, dilakukan Penyusunan Rencana Kedaruratan (Emergency Response Plan) atau lebih spesifik jika untuk menghadapi suatu ancaman adalah Rencana Kontinjensi (Contingency Plan). ‘Tanggap Darurat dilakukan pengaktifan Rencana Operasi (Operation Plan) yang merupakan operasionalisasi dari Rencana Kedaruratan atau Rencana Kontinjensi. Pemulihan dilakukan Penyusunan Rencana Pemulihan (Recovery Plan) yang meliputi rencana rehabilitasi dan rekonstruksi yang dilakukan pada pasca bencana. f. Mitigasi Bencana MITIGASI adalah serangkaian upaya untuk mengurangi terjadi, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana (UU No. 24 tahun 2007 tentang bencana yang Penanggulangan Bencana). 2.1.8. Hidrogeologi Kondisi hidrogeologi daerah rencana Peningkatan Jalan Ladia Galaska Utama Ruas Jalan Blangkejeren - Pinding - Lokop - Peureulak dan sekitarnya berdasarkan data Hidrogeologi berupa Peta Hidrogeologi Wilayah Aceh dan Peta Cekungan Air Tanah Wilayah Aceh yang dterbitkan oleh (Sumber : Pusat Sumber Daya Air Tanah dan Geologi Lingkungan Bandung), terditi dari : 1, Aquifer Produktif : aquifer ini mempunyai tingkat keterusan yang beragam, muka air tanah umumnya dalam, setempat dapat dijumpai mata air dengan debit yang kecil. 2. Aquifer Rendah : aquifer ini umumnya mempunyai tingkat keterusan rendah, setempat pada daerah yang stabil air tanah dapat diperoleh, meskipun debitnya kecil. 3. Aquifer Sangat Rendah : daerah dengan kondisi aquifer seperti ini umumnya merupakan daerah dengan kondisi air tanah langka/ jarang atau dengan kata lain sulit dijumpal air tanah. ‘Adendum Andal Peningkatan Jalan Ladia Blangkejeren ~ Pinding - Lokop ~ Peureulak 1-30 Rona Lingkungan Hidup Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan dan data sekunder diketahui bahwa daerah Blangkejeren termasuk kedalam wilayah daerah air tanah rendah denganaquifer rendah, namun disebagian tempat termasuk ke dalam wilayah daerah air tanah sedang iri muka air tanah (akuifer dengan keterusan sedang biasanya dijumpai dengan 0 | 4.20 |" 3.50 3.60 SN 06-6989.14-2004 5. [Total Fostat sebagel P mg/l 3 | 0.0163 [0.0348 | 0.0203, SM 4500 -P.D** 6._|Nitrat (NO»-N) mg/L 20 1,1490_|" 0.9671 1.2974 ‘SNI6989.79:2011 7._[arsen (As)* mg/t 1 [£0,05797] <0.05797| _<0.05797 | USEPA Methode No 200.7 &._|Kobal (Coy mg/t | 0.2 | 0,02085 | 0,02032 | 0.01669 _ | USEPA Methode No 200.7 9. [Boron (6) mg/t 1 [<0,07232] <0,07232| <0.07232 | USEPA Methode No 200.7 10, [Selenium (Se)* mg/_| 0,05 [<0.01797| <0.01797 | <0.01797_| USEPA Methode No 200.7 1. Kadmium (Ca) mg/t | 0.01 _|<0,00618| <0.00618 | <0.00618__| USEPA Methode No 200.7 12. [Krom Heksavalen (Cr-VI) mg/l 1 [ Membuat lokasi_ pengamatan sebanyak 18 lokasi yang dimulai dari Jalan Simpang Tiga Peureulak Barat (Lokasi-1 = 0 Km), sampai dengan Lokasi-18 (di Blangkejeren = 169,122 Km). Jarak antara Lokasi pengamatan adalah 10 Km, kecuali antara Lokasi-17 dan Lokast- 18 berjarak 9,122 Km > Pada setiap lokasi pengamatan, dibuat petak-petak pengamatan berukuran : #10 x 50 m (masing-masing 1 petak di setiap sisi jalan) untuk pengambilan data pohon Rona Lingkungan Hidup Ce EEE EEEEEEEEEE ‘© 5.x 50 m (masing-masing 1 petak di setiap sisi jalan) untuk pengambilan data anak jalan) untuk pengambilkan data tumbuhan bawah. 1 2 3 Ruas Jalan Peureulak — Blangkejeren, 168,12 Km, Lebar jalan : 4m —_—> 3 ee 1 1 Jalur Pengamatan Vegetasi Keterangan : 1 = Petak pengambilan data pohon 2 = Petak pengambilan data anak pohon 3 = Petak pengambilan data tumbuhan bawah Kriteria yang digunakan : = Pohon| : memiliki diameter batang >10 Cm (diukur pada ketinggian lebih kurang 1,3 meter dari permukaan tanah) = Anak Pohon —_—_: memiliki diameter batang 2-10 Cm = Tumbuhan bawah : memiliki diameter batang <2Cm Melakukan pendataan secara kualitatif, yaitu mencatat nama-nama jenis tumbuhan yang ada di setiap petak pengamatan (data terlampir) Berdasarkan pengamatan menunjukkan kondisi eksisting jalan Blangkejeren ~ Pinding = Lokop ~ Peureulak sepanjang 169,12 Km berupa jalan aspal dan jalan berbatu dengan lebar jalan 6 meter. Melewati kawasan hutan, pemukiman penduduk, perkebunan (PTP), dan Perkebunan Rakyat. Pada sisi kiri dan kanan jalan tidak terdapat saluran drainasae dan trotoar. Pada umumnya sepanjang kedua —sisi jalan ini (lebih kurang selebar 2m) banyak ditumbuhi tumbuhan liar/semak. Adapun ringkasan ‘Adendum Andal Peningkatan Jalan Ladia Galaska Utama Ruas Jalan Blangkejeren — Pinding - Lokop ~ Peureulak eat hasil pendataan jenisjenis tumbuhan pohon, Rona Lingkungan Hidup bawah/semak, dapat dilihat pada tabel di bawah ini Tabel 2.12. Data Jenis Tumbuhan Pohon, Tumbuhan Anak Pohon, dan Tumbuhan Bawah Pada Masing-Masing Lokasi Pengamatan anak pohon dan tumbuhan Tokaat w No pene ee TI2Ts 41s Te17 [se [9 ho [it [ia [3 he fis Ne [7 [re Lu \(diameter batang>10Cm) 1 Durian (Durio zibethinus, Murr) ~T-T-1-]- lvl- ]- [- Jv J- J- 7- ]- [- [- d- d - Z| Nangka rhocrpusintege. Mem) Tv tv t-fet-]-]- 1 [etd 3] Manage (angifera india sept teeter eed 4 ‘Cokelat (Theobroma cacao) ~|-l-lv{- /-]- /- [- Jv ]- [- J- J- Je de de de 5 ana BW Pain pajave shot te pete te tet eet | Pepaya (Cares papayal) Ce OD 7 ‘Kelapa (Cocos nucifera) vivi-lvlv{-{-[-[- fv]- f- [- 7 ]- fe fed 3] Pisang (Mara paradiacaliy wheter tebe te eee ee ed | Pinang Caren catch, Linn) pete ye tepe tee tee ped viv 10_| Randu/Kapuk (Ceiba pentandra, Gaern |v |v |-|- |- [- [- [- |- [- ]-|-|-/-]- |. [- jv TI] Petal (Parka speciosa. Hort) TRE eee eee ee 12_| Karet/Balom (Hevea brasiliensis) -~|-|vJ- te ye te ye ye Te TT vv J Te te 13__| Meranti (Shorea, spp) ~l-[-[- [- /- te vv Iv Tv Jv fv Tv J 14_| Medang (Clnnamomumsp) SEES ee eo 15 Jelatang (Lapertea micristigma) SHEE EE ele eee 16 | Kapur (Dryobulangps aromatic) SEE eo ho oo 17 | Merawan (Michellamontana) SEE te tT 16 | Merbau_ (ntl Buss) SETS eo to fo 19_| Pinus (Casuarina cunningharnlana) SS HESS ee "20 | Pucuk Merah (Syzygium oleina) vetlel ev 21 | Puspa (hima walehil Tee ee ee 22 | Sawit ((Ebeis guineenss, Jaca) — eS 0 SF OS 23-1 Ulin (see) SER er 24 | Petat Cina (Levcaena glauca) whee let ee te 25_| Jambu Air (Eugenia aquea.Burm F) wheeled dee ee 26 [Jambu Bol (Eugenia meleccenccl) Te EEE EEE 27_| Asam (Tamarindus indica.L) vivi-l-l-l-|-|-|-/-/-[/-/-]-]-/-]- Jv 28_| ArervEnau (Arenga pinnata) wee te dete ee 35 | Sawo Daren (Chophyllum ante, Tw to t=7=]-1- 1-1-1 11 bet Linn) 30_| Belimbing Wuluh (Averhoa biimbr) [v}vt-l-1-1- 1-1-1 7 31 | Waru (Hibiscurtifaceus) wee ee te te oto 32_| Sirsak (Annona muricata,L) vivij-[-{- Je ~|-{-[-]- |v 33] Sukun (Artocerpur ali) vette T-t SESE 34 | Maja (Aggle marmelos) viet te SSS EET '35| Ceri Prunus apeala) viel-tel-t- SSE 36 | Kedondong Laut (Notopanax fruticoam, |v |v ]-|-|- |= ran an ean eae ee a Mig) 37_| abon (arthocarpur cadambay area] ator em one on neem fem om oe mel 38_| Kopt (Coffea, sp) [Ee ee 39 | Jeunjing (Paraserianthes falcataria) ~l-l-|-l- lv[-[- [- /- /- tT f- t- T- T- T - | ‘Adendum Andal Peningkatan Jalan Ladi Blangkejeren Pinding ~ Lokop ~ Peureulak Rona Lingkungan Hidup No be) TE GsTer ets eT ee Tee eT ik Anak (ameter batang 210 cm) 1 | Durian ( Durio ibethinus, Murr). * PrP PELE EE Eee 2 Nangka (Arthocarpus integra. Mets] Pv Tv ttt T- ff J-[-[-t-T- t- Tv 3 —[ Manga (Mangitera india.) 8 Oe 4—[ Cokelat (Theobroma cacao) ae 5 | Jambu Bij Psidium guajeva.) CR | Pepaya (Carica pepaye, L) viet 7 —[ Kelapa (Coco nucifera!) vivtepe te t-te | Pang (Musa paradisiacal) vive ttt Pt 9 | Pinang (Area catechu, Linn) vivi-[vi[v[v{-fvf[- [Te Jv. |e iv fe te te 10 | Randu/Kapuk (Ceiba pentandta, Gaertm tv Tv t-t-1-1-[-{-|-|-{-]-1-1- |-[- 1 Tv it | Petai (Parka speciosa. Hort vivi-pete te 12] Bambu (Bambu, =) vpvt-ty tv t=] v Sat 13 | Aren/Eneu (Arenge pinnata, Men voile ee 14 Karet/Balom (Heveo brasiliensis) ee a a 15__| Cabe (Capsicum, sp) vivi-[viv{-f- fe Te Te f/f fe fe tp 16 _| Tomat (Solanum lycopersicum. 1) vivi-[v fv fe [ete fe fe fe fe fe 17 | Koneang Panjang (Vigna sinensis Soo] Tv Tv t-tv tv ]-t-1-t--[- |---| 1-1 Ty 18 | Terong (Solanum melongena.L) ee 19—[ Singkong (Manihot esculenta) viet-pe de t-te t- tt tt fv 20| Tebu (Saccharum officinerum) vivtel- tte te 21 | Petal Cina (Leuceuna giauca, Benth) Tv Tv t-tvtvt-t-1-}-]-1-|--1- 1-1 Tv 22 —[Jagung (Zee mays) viet tet 23 | Piper (Alper aduncu) SOT ee ee oe 24 | Kembang Kertas (Bougalinvilea gab |v Tv]-Tv]¥|-1-1-]|-1-1-]- 11 11) Chotry) 25 atuk (Seuropurandhogmin Me) eo te te 26 Menghudu (MMorindscitifola, 1) viet ee ee eT 27 [Jarek (Ricinus communis) hentia) jew eat omen oon) oul n| oul oul(-at al al omley 28 | Kembang Sepatu (Hibisas rommnensta Tv |v|-ty}-1-1-1-1>1-1- 1-1-1111)” Linn) 25 | Kembang Merak (Caeslpini pukkerma. }~ | ~}-|v}=1=|-]- 1-1-1111 1 Swords) 30 Png Caen wore Brom) Pe Pet te PP Soka ([xora coccinea, Linn) whe tebe tte te Tan (lameterbatang <2 cr) Malang (Imperata cylindrical)! viviv[v [viv iv iv [viv fv tv fv tv |v iv bv | | Bebenibtn (agen coyote] vate tw te tv wo Tv Pw fw Ty Tv Pv 3 | Putri Malu (imose pudica FO 4 | Teki (Cyperus rotundus) viviviviv [viv iv iv [viv fv iv [viv iv jv “S| Keladl Huten (Colocasia esculenta) pet tee eo to Po Po PP 6 Sereh Wangi (Anropogon nardun ] Tv tv}-[--[-{-|-|-]-[- 1-1 1- viv iv tw 7 Glepangan (Eupatorium odoratum) tv Tv tvlvlvlv|v |v lv [vv lv [vv |v [viv tv @—| Pakis Ureng_(Dryoptenipreroides) See eee te ee To Tv Pv Po PP ‘9 | Harendong Bulu (Clidemia hita) SE he Pee ete Pe oo Te Po vw 410 _| Sidagwi (Sida rhombifolla) ~[-|viv iv tv iv iv iv [viv ivy iv jv iv iv | N__| Piper (Piper aduncum) ~l[-|-[- [- Iv [viv lv [viv iv dv [ve fe fe 12 Jukut Pait (Axonopus compresay) vive dete ty tv [v tv Pw vv tv Pv fv [vv 13 Rumput Kancing Ungu (Borreria aevi[v_[vtviv tv tv [v[v |v tv lv [v[v lv Iv tv tv Tv 14 | Tembelekan (Lantana camara) vivivivty tv tv tv tv tv tv tv tv tv tv tv Po Ty abel 2.13.Jenis-jenis Flora di lokasi dan Sekitar Lokasi Kegiatan Ne Nama indoneia/Nama Lokal Nama Latin T Tumbuhan Pohon (diameter batang >10cm) 1 | Durian Duro zibethinus, Mure 2 3. Tidak Tercemar 13 Tercemar Sedang 2,00 Belum Tercemar 1,80 - 2,80, Pencemaran Ringan 1,00 = 1.50 Pencemaran Sedang ‘<1,00 Pencemaran Berat Mengacu kepada Kriteria Mutu Kualitas Perairan Berdasarkan —Indeks Keanekaragaman Shannon & Wiener, organisme benthos dari sampel air Permukaan berada pada kisaran 1,00 - 1,50 hal tersebut menunjukan mutu lingkungen perairan termasuk kedalam “Pencemaran Sedang”. Komponen Sosial, Ekonomi dan Budaya Penduduk Berdasarkan Kabupaten Aceh Timur Dalam Angka tahun 2016, jumlah penduduk di Kecamatan Peureulak Barat adalah 15.108 jiwa dan luas wilayah 23,30 Km? penduduk di Kecamatan Ranto Peureulak adalah 24,710 jiwa dengan luas wilayah 1-53 Rone Lingkungan Hidup 2.3.2, 23.3. 129,00 Km?, jumlah penduduk di Kecamatan Serbajadi adalah 6.318 jiwa dengan luas wilayah 2.165,66 Km? dan jumlah penduduk di Kecamatan Peunaron adalah 9.225 jiwa dengan luas wilayah 79,74 Km?. Berdasarkan Kabupaten Gayo Lues Angka tahun 2016, jumlah penduduk di Kecamatan Pinding adalah 4.683 jiwa, dengan luas wilayan 1.350,08 Km?, Kecamatan Dabun Gelang dengan jumlah penduduk 5.721 jiwa dengan luas wilayan 444.71 Km? dan Kecamatan Blangkejeren dengan jumlah penduduk 27.936 jiwa dengan luas wilayah 166,06 Km?. Tabel 2.20. _ Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk No Kecamatan Luas Jumlah Kepadatan Jumlah ‘Wilayah Penduduk Penduduk (KK) (kr) (iwa) (iwa/k?) Kabupaten Aceh Timur 1_| Peureulak Barat, 23,30 15.108 163.68 3.486 2 _| Ranto Peureulak 129,00, 24.710, 187,72 5.588 3_| Serbajadi_ 2.165,66. 6.318 76 1.458 4 | Peunaron 79,74 9.225 Né 2.129 Kat n Gayo Lues 1_| Blangkejeren 166,06. 27.936 159,53 6.353 2__| Dabun Gelang 444,71 5.721 12,86 1.438 3_[Pinding _ 1.350,08 4.683 3,47 1.147 Sumber:Kabupaten Aceh Timur Dalam Angka, 2016 dan Kabupaten Gayo Lues Dalam Angka, 2016 Agama Berdasarkan Kabupaten Aceh Timur Dalam Angka tahun 2014, jumlah pendudukberdasarkan agama di Kecamatan Peureulak dan Kecamatan Serbajadi adalah mayoritas memeluk agama Islam. Serta terdapat beberapa sarana peribadatan diantaranya terdapat Masjid, Meunasah, Mushalla, Gereja, Pura dan Vihara. Tabel 2.21. Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama No | Kecamatan isan Katolik Protestan | Hindu |" Budha Kabupaten Aceh Timur. 1_| Peureulak Barat__[~ 15.108 = i = = 2_| Ranto Peureulak | 24.209 7 3__| Peunaron 9.225 - 5 zi 4 | Serbajadi 6.286 = 2 1 5 Sumber:Kabupaten Aceh Timur Dalam Argka, 2014 dan Kabupaten Gayo Lues Dalam Anghka, 2014 Mata Pencaharian Berdasarkan Kabupaten Aceh Timur Dalam Angka tahun 2014, mata pencaharian penduduk di Kecamatan Peureulak dan KecamatanSerbajadi adalah bekerja sebagai petani, buruh industry, perdagangan dan jasa, montir. ‘Adendum Andal Peningkatan Blangkejeren — Pinding ~ Lokop ~ Peureulak ue s4 Rona Lingkungan Hidup ee Berdasarkan Kabupaten Gayo Lues Dalam Angka tahun 2014, mata pencaharian penduduk di Kecamatan Pinding dan Blangkejeren sebagian besarbermata pencaharian sebagai petani, peternakan, perdagangan, industry (penggilingan padi, sapu ijuk, kue basah, tahu/tempe, es batu, gula merah, batu bata, penjahit, minyak) dan lainnya. 2.4. Komponen Kesehatan Masyarakat 2.4.1. Jumlah Kasus Penyakit Berdasarkan Kabupaten Gayo Lues Dalam Angka tahun 2014, jumlah kasus penyakit yang pernah diderita masyarakat di Kabupaten Gayo Lues, khususnya Kecamatan Pinding dan Blangkejeren diantaranya penyakit pertusis, campak, ISPA, malaria, TB Paru, Kusta dan Diare. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 2.22. Jumlah Kasus Penyakit Jumiah Orang No} Kecamatan’ | pertuss| Campak | SPA | Malaria | pT, | Kusta | Diare Kabupaten Aceh Timur 1 _ | Serbajaci 5 79s [88 5 zi Kabupaten Gayo Luet 1_[ Pinging 5 = [ar [4 3 7 Te 2 Blangkejeren 1 1[1152[ 109 220, “umber: Kabupaten Azoh Tar Dalam Agha, 204 dan Kabupaten Gyo Les Dalam Agha, ZF 2.4.2, Sarana Kesehatan/Tenaga Medis Berdasarkan Kabupaten Aceh Timur Dalam Angka tahun 2014, jumlah sarana kesehatan di Kecamatan Pinding dan Blangkejerenyaitu Dokter Umum, Dokter Gigi, Puskesmas, Pustu, Puskesmas Keliling, Bidan dan Poskesdes. Berdasarkan Kabupaten Gayo Lues Angka tahun 2014, jumlah sarana kesehatan di Kecamatan Pinding dan Blangkejeren diantaranya terdapat dokter umum, gokter gigi dan bidan. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di baweh ini: Tabel 2.23. Sarana Kesehatan dan Tenaga Kesehatan Tamia No} Kecamatan | Doiter | Dokter Puskesmas | Biden | Poskesdes Umum | Gigi _| Puskesmas | Pustu | Ketiting Kabupaten Aceh Timur 1_| Peureulak Barat_[ 0 [1 7 z a a 5 2 [Ranto Peureulak | 2 | 0 1 4 o 1 5 3__[ Peunaron 24 1 3 o | [2 2 | Serbajadi 5 5 1 3 1 4 Kabupaten Gayo Lue 1_| Gayo Lues Zz 3 Juriber Rebupaten Aceh Timur Dalam Angle, 20H4 dan Kabupaten Gayo Lues Dalam Angka, 2074 rn ‘Adendum Andal Peningkatan Jalan Ladia Galaska Utama Ruas Jalan Blangkejeren — Pinding ~ Lokop ~ Peureulak uss Rona Lingkungan Hidup 2.5. Uraian Singkat Kegiatan Yang Ada Di sekitar Rencana Kegiatan Beserta Dampak Yang Ditimbutkan Lokasi Peningkatan Jalan Ladia Galaska Utama Ruas Jalan Blangkejeren - Pinding — Lokop ~ Peureulak berada di Kecamatan Perulak dan Kecamatan Serbajadi (Kabupaten Aceh Timur), Kecamatan Kecamatan Pinding dan Kecamatan Blangkejeren (Kabupaten Gayo Lues). Kegiatan yang ada di sekitar lokasi kegiatan diantaranya : Permukiman penduduk Permukiman penduduk berada di wilayah Blangkejeren, Pinding, Lokop, dan Peureulak. Dampak yang ditimbulkan dari kegiatan sekitar ini diantaranya penurunan kualitas air permukaan, terganggunya biota air dan keresahan masyarakat. - Hutan Lindung Lokasi hutan lindung ini berada di wilayah Kecamatan Serbajadi dan Kecamatan Pinding. - Areal Penggunaan Lain ‘Areal penggunaan lain berada di wilayah Blangkejeren, Pinding, Lokop, dan Peureulak. = Perdagangan Jasa Lokasi perdagangan dan jasa mayoritas berada di wilayah Peureulak dan Blangkejeren. Dampak yang ditimbulkan dari kegiatan sekitar ini diantaranya gangguan lalu lintas dan keresahan masyarakat. Dampak positif dari kegiatan peningkatan jalan ini berupa adanya peluang berusaha bagi penduduk sekitar. - Home Industri Industri yang ada di sekitar lokasi adalah industri gula merah, industri sereh wangi, industri makanan dan minuman serta industri kain. Dampak positif dari kegiatan peningkatan jalan ini mempersingkat waktu tempuh kendaraan dan memperlancar pergerakan arus kendaraan yang berdampak pada meningkatnya mobilitas manusia, barang dan jasa. Kegiatan-kegiatan lain yang berada disekitarnya dapat dilihat pada Gambar 2.21 dan 2.22, ‘Adendum Andal Peningkatan Jalan Ladia Galaska Utama Ruas Jalan Blangkejeren ~ Pinding ~ Lokop — Peureulak u-56 Rona Lingkungan Hidup a 2.6. ‘Adendum Andal Peningkatan J Analisis Data Primer Untuk memperoleh gambaran tentang dampak sosial yang dirasakan warga masyarakat dari kegiatan Peningkatan Jalan Ladia Galaska Utama Ruas Jalan Blangkejeren — Pinding - Lokop — Peureulak, terlebih dahulu dilakukan survey yang berpedoman kepada kuesioner yang disediakan dan wawancara terhadap warga masyarakat di sekitar lokasi kegiatan. Survey dan wawancara tersebut bertujuan untuk memperoleh gambaran secara uum tentang kondisi sosial, ekonomi dan kesehatan masyarakat/lingkungan masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi kegiatan. Di samping untuk mengetahui konsidi tersebut, juga studi bertujuan untuk menggali tanggapan dan harapan warga masyarakat terhadap keglatan Peningkatan Jalan Ladia Galaska Utema Ruas Jalan Blangkejeren - Pinding - Lokop ~ Peureulak. Melalui survey dan langsung (people voice), dari warga masyarakat, Survey dan wawancara dilakukan terhadap warga masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi kegiatan, penduduk Kabupaten Aceh Timur dan Kabupaten Gayo Lues, Pengumpulan data sosial, ekonomi dan budaya mengacu pada Keputusan Kepala BAPEDAL Nomor Kep-299/11/1996 tentang Pedoman Teknis Kajian Aspek Sosial Dalam Penyusunan AMDAL. wawancara diharapkan bisa memperoleh informas Metode Pengumpulan Data Parameter yang diteliti dalam kajian sosial adalah: a. Demografi: struktur penduduk (menurut jenis kelamin, umur, later belakang etnik dan pendidikan), tingkat kepadatan penduduk, pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja. b. Sosial ekonomi dan budaya: sistem mata pencaharian, “pemilikan"/penguasaan lahan. Kesempatan kerja dan berusaha, perekonomi regional, serta sikap dan persepsi masyarakat terhadap rencana kegiatan. Pengumpulan data bidang sosial dilakukan dengan menggunakan tiga metode/teknik, yaitu: + wawancara mendalam (depth Interview) + Observasi Lapangan. + Pengumpulan data sekunder. Sebagaimana disebutkan di atas, walaupun telah cukup tersedia data, kajian aspek sosial melakukan wawancara secara mendalam dengan sejumlah informan yang dipilih secara purposif dan melakukan pengamatan/observasi untuk memverifikasi berbagei Ladia Galaska Utama Ruas Jalan Blangkejeren ~ Pinding ~ Lokop ~ Peureulak 59

Vous aimerez peut-être aussi