Vous êtes sur la page 1sur 11

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

GANGGUAN ELIMINASI

Kelompok 2:

1. Retnosari
2. Aris Nurkohilal
3. Risqi Subekti
4. Ema Atmawati
5. Rani Hadrianti
6. Rudi Ilham Jayadi
7. Dewi Susilowati
8. Nurul Istiqomah
9. Ningsih
10. Ida Bagus Putu Suwarsawan
11. Moh. Edi Fajri
12. Endang Nur Jamalia

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2017
LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN ELIMINASI

A. Definisi Eliminasi
Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa
urine dan feses. Kebuthan eliminasi dibagi menjadi dua yaitu eliminasi urine dan
eliminasi alvi (Tarwoto & Wartonah, 2010).
Eliminasi materi sampah merupakan salah satu dari proses metabolic tubuh.
Produk sampah dikeluarkan melalui paru-paru, kulit, ginjal dan pencernaan. Paru-paru
secara primer mengeluarkan karbondioksida, sebuah bentuk gas yang dibentuk selama
metabolisme pada jaringan. Hamper semua karbondioksida dibawa keparu-paru oleh
system vena dan diekskresikan melalui pernapasan. Kulit mengeluarkan air dan
natrium keringat (A.Aziz Alimul, 2013).

B. Macam–Macam Gangguan Eliminasi


Gangguan Eliminasi Fecal
1. Konstipasi
Konstipasi merupakan gejala, bukan penyakit yaitu menurunnya frekuensi
BAB disertai dengan pengeluaran feses yang sulit, keras, dan mengejang. BAB
yang keras dapat menyebabkan nyeri rektum. Kondisi ini terjadi karena feses
berada di intestinal lebih lama, sehingga banyak air diserap. Penyebabnya :
a. Kebiasaan BAB tidak teratur, seperti sibuk, bermain, pindah tempat, dan
lain-lain
b. Diet tidak sempurna/adekuat : kurang serat (daging, telur), tidak ada gigi,
makanan lemak dan cairan kurang
c. Meningkatnya stress psikologik. Kurang olahraga / aktifitas : berbaring lama.
d. Obat-obatan : kodein, morfin, anti kolinergik, zat besi. Penggunaan obat
pencahar/laksatif menyebabkan tonus otot intestinal kurang sehingga refleks
BAB hilang.
e. Usia, peristaltik menurun dan otot-otot elastisitas perut menurun sehingga
menimbulkan konstipasi.
f. Penyakit-penyakit : Obstruksi usus, paralitik ileus, kecelakaan pada spinal
cord dan tumor.
g. Impaction
Impaction merupakan akibat konstipasi yang tidak teratur, sehingga
tumpukan feses yang keras di rektum tidak bisa dikeluarkan. Impaction berat,
tumpukan feses sampai pada kolon sigmoid. Penyebabnya pasien dalam
keadaan lemah, bingung, tidak sadar, konstipasi berulang dan pemeriksaan
yang dapat menimbulkan konstipasi. Tandanya : tidak BAB, anoreksia,
kembung/kram dan nyeri rektum.
2. Diare
Diare merupakan buang air besar (BAB) sering dengan cairan dan feses yang
tidak berbentuk. Isi intestinal melewati usus halus dan kolon sangat cepat. Iritasi
di dalam kolon merupakan faktor tambahan yang menyebabkan meningkatkan
sekresi mukosa. Akibatnya feses menjadi encer sehingga pasien tidak dapat
mengontrol dan menahan buang air besar (BAB).
3. Inkontinensia fecal
Yaitu suatu keadaan tidak mampu mengontrol BAB dan udara dari anus, BAB
encer dan jumlahnya banyak. Umumnya disertai dengan gangguan fungsi spingter
anal, penyakit neuromuskuler, trauma spinal cord dan tumor spingter anal
eksternal. Pada situasi tertentu secara mental pasien sadar akan kebutuhan BAB
tapi tidak sadar secara fisik. Kebutuhan dasar pasien tergantung pada perawat.
4. Flatulens
Yaitu menumpuknya gas pada lumen intestinal, dinding usus meregang dan
distended, merasa penuh, nyeri dan kram. Biasanya gas keluar melalui mulut
(sendawa) atau anus (flatus). Hal-hal yang menyebabkan peningkatan gas di usus
adalah pemecahan makanan oleh bakteri yang menghasilkan gas metan,
pembusukan di usus yang menghasilkan CO2. Makanan penghasil gas seperti
bawang dan kembang kol.
5. Hemoroid
Yaitu dilatasi pembengkakan vena pada dinding rektum (bisa internal atau
eksternal). Hal ini terjadi pada defekasi yang keras, kehamilan, gagal jantung dan
penyakit hati menahun. Perdarahan dapat terjadi dengan mudah jika dinding
pembuluh darah teregang. Jika terjadi infla-masi dan pengerasan, maka pasien
merasa panas dan gatal. Kadang-kadang BAB dilupakan oleh pasien, karena saat
BAB menimbulkan nyeri. Akibatnya pasien mengalami konstipasi.
C. Etiologi
1. Intake cairan
Jumlah dan tipe makanan merupakan faktor utama yang mempengaruhi output
urin atau defekasi. Sepeerti protein dan sodium mempengaruhi jumlah urine
yang keluar, kopi juga meningkatkan pembentukan urin intake cairan dari
kebutuhan, akibatnya urine output lebih banyak
2. Aktivitas
Aktivitas sangat dibutuhkan untuk mempertahankan tonus otot. Eliminasi urin
membutuhkan tonus otot kandung kemih yang baik untuk tonus sfingter
internal dan eksternal.
3. Obstruksi batu ginjal, pertumbuhan jaringan abnormal, struktur uretra
4. Infeksi
5. Kehamilan
6. Operasi pada daerah abdomen bawah, kandung kemih, uretra

D. Faktor Yang Mempengaruhi Eliminasi Urin


1. Diet dan intake
Jumlah dan tipe makanana mempengaruhi output urine, seperti protein dan sodium
mempengaruhi jumlah urine yang keluar.
2. Respon keinginan awal untuk berkemih
Beberapa masyarakat mempunyai kebiasaan yang mengabaikan respon awal untuk
berkemih dan hanya pada akhir keinginan berkemih menjadi lebih kuat. Akibatnya
urine banyak tertahan dalam kandung kemih. Masyarakat ini mempunyai kapasitas
kamdung kemih yang lebih dari normal.
3. Gaya hidup
Banyak segi gaya hidup mempengaruhi seseorang dalam hal eliminasi urine.
Tersedianya fasilitas toilet atau kamar mandi dapat mempengaruhi frekuensi
eliminasi. Praktek eliminasi keluarga dapat mempengaruhi tingkah laku.
4. Stress psikologi
Meningkatnya stres seseorang dapat meningkatkan frekuensi keinginan berkemih.
Hal ini karena meningkatnya sensitif untuk keinginan berkemih dan atau
meningkatnya jumlah urine yang diproduksi.
5. Tingkat aktivitas
Aktifitas sangat dibutuhkan untuk mempertahankan tonus otot. Eliminasi urine
membutuhkan tonus otot kandung kemih yang baik untuk tonus spingter internal
dan eksternal.
6. Tingkat perkembangan
Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga akan mempengaruhi pola berkemih.
Pada wanita hamil kapasitas kandung kemihnya menurun karena adanya tekanan
dari fetus atau adanya
7. Kondisi patologis
Saat seseorang dalam keadaan sakit,produksi urinnya sedikit hal ini disebabkan
oleh keinginan untuk minum sedikit.

E. Manifestasi Klinis
1. RetensiUrine
Retensi urine merupakan penumpukan urine dalam kandung kemih akibat
ketidakmampuan kandung kemih untuk mengosongkan isinya. Ditandai denagn
ketidaknyamanan daerah pubis, distensi vesika urinaria, ketidaksanggupan untuk
berkemih dan sering berkemih saat vesika urinaria berisi sedikit urine (25-50 ml),
ketidakseimbangan jumlah urine yang dikeluarkan dengan asupannya.
2. Inkontinensia Urine
Adalah ketidakmampuan otot sfinger eksternal sementara atau menetap untuk
mengontrol ekskresi urine, ditandai dengan pasien tidak dapat menahan keinginan
BAK sebelum sampai di WC, pasien sering ngompol
3. Enuresis
Adalah ketidaksanggupan menahan kemih yang diakibatkan tidak mampu
mengontrol sfingter eksterna yang ditandai dengan kapasitas vesika urinaria lebih
besar dari kondisi normal. Vesika urinaria peka rangsang dan seterusnya tidak
dapat menampung urine dalam jumlah besar.
F. Pathway Eliminasi Urin
G. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis pada penderita dgn diberi diet TKRP RG (1 gr per
hari) makanan lunak, menjalani betres total, HT àIntake cairan di batasi, bila terjadi
anuria 5 sampai 7 hari dengan Hemodialisis, Dialisis Peritoneal.

Evaluasi yang di inginkan :

a) Kebutuhan cairan dan elektrolit klien terpenuhi.


b) Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
c) Tidak terjadi iritasi kulit pada kulit disekitar genital
d) Kecemasan keluarga hilang.
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas

Nama.

Umur

Jenis kelamin

Pekerjaan

Alamat

Suku bangsa.

Pendidikan

2. Keluhan Utama
Keluhan utama dikaji untuk mengetahui alasan mengapa klien sampai dibawa ke
Rumah sakit. Pada gangguan eliminasi urinne biasanya klien tidak bisa BAK atau
BAK yang tidak terkontrol
3. Riwayat Penyakit Sekarang

Klien datang dengan keluhan sulit berkemih, kalau berkemih harus mengejan
dengan kuat, walau minum banyak tapi klien BAK tetap sedikit.

4. Riwayat Penyakit Masa Lalu

Riwayat Penyakit masa lalu dikaji untuk mengetahui apakah klien pernah
mempunyai penyakit yang sama atau apakah klien pernah mempunyai riwayat
alergi, gangguan absorbsi dan pernah menderita riwayat penyakit akibat gizi
buruk dan Higiene Sanitasi yang buruk.

5. Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat Penyakit Keluarga dikaji untuk mengetahui apakah ada keluarga yang
pernah mempunyai Penyakit yang sama atau Penyakit yang menular/menurun.
6. Riwayat Psikososial dan spiritual
Klien dengan masalah ini biasanya mengalami konsep diri, klien merasa tidak
percaya diri dan malu pada penyakitnya, klien dalam masalah ini biasanya
kesulitan dalam beribadah
7. Pola Kebiasaan Sehari-hari

Pola aktifitas sehari-hari perlu dikaji diantaranya :

a. Makan : Makanan yang dikonsumsi individu mempengaruhi eliminasi,


intolerensi pada jenis makanan tertentu dapat mengakibatkan diare.
b. Minum : - Asupan minuman/cairan yang menurun dapat mempengaruhi pola
eliminasi .
c. Eliminasi : pasien mengalami gangguan dalam berkemih , pasien yang
mengalami retensi urine mengaku tidak bisa BAK, da pasien yang
mengalami inkontinensia mengeluh tidak dapat mengontrol pola
berkemihnya
d. Tidur : Pola istirahat tidur ikut terganggu akibat dari blas penuh karena
keinginan untuk berkemih yang terus menerus.
e. Aktifitas Lain : Kurangnya mobilisasi dapat mengakibatkan klien mengalami
gangguan pola berkemih

8. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum

Kesadaran

Dikaji untuk mengetahui keadaan umum klien pada/menurut GCS (Goslow


Coma Skala). Respon Mootorik = 6

Verbal = 5

Mata = 4

15 compos mentis

b. Tanda-tanda Vital

Tensi (tekanan darah) = 120/80 (normal)

Nadi = 100-120 x menit (anak-anak normal).

Suhu = 36 – 370 c (normal).

Respiration RUB = 23 x /menit (normal)

Status gizi : BB menurun jadi status gizi menurun


9. Pemeriksaan cepalo caudal
a. Kepala

Pada kasus gangguan pola eliminasi urine biasanya tidak mengalami


gangguan , kecuali pada kasus – kaus tertentu seperti GNA., yang bisa
mengalami edema palpebra

b. Hidung dan Telinga

Inspeksi : Bentuk hidung simetris, warna sama dengan daerah sekitarnya.

Palpasi : Biasanya tidak ada nyeri tekan, tidak ada polip

Pada Telinga

Inspeksi : Bentuk simetris, warna sama dengan daerah sekitarnya

Palpasi : Biasanya tidak ada nyeri tekan, tidak ada polip.

c. Mulut dan Lidah


Biasanya pada gangguan eliminasi Urine Mukosa mulut terlihat kering dan
lidah tidak kotor.
d. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : Yang dikaji ada tidaknya striae, ada tidaknya lesid kebersihan.
e. Anus dan Genetalia
Masanya pada gangguan eliminasi Alvi anus dan genetalia tidak mengalami
mengalami sedikit sakit karena proses mengejan.
10. Intake dan output cairan
a. Kaji intake dan output cairan dalam sehari (24 jam).
b. Kebiasaan minum di rumah.
c. Intake: cairan infuse, oral, makanan, NGT.
d. Kaji perubahan volume urin untuk mengetahui ketidakseimbangan cairan.
e. Output urin dan urinal, cateter bag, drainage ureterostomy, sistostomi.
f. Karakteristik urin : Warna, kejernihan, bau, kepekatan.

Vous aimerez peut-être aussi