Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
I DENGAN GANGGUAN
Oleh:
Kelompok 5
1. Warsikah (017901038)
2. Widya Saraswati Nurida (017901039)
3. Wulan Puji Astutik (017901040)
4. Trisna Kusuma D. (015901049)
BOJONEGORO
2017
LEMBAR PENGESAHAN
“LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA
Hari :
Tanggal :
Mengetahui,
Perceptor Akademik, Perceptor Klinik
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT pencipta manusia dan alam semesta.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkkan kepada Rasul Muhammad SAW.
Dari keteladanannya kita mendapatkan nilai-nilai acuan bagaimana berinteraksi
dengan secara manusia dalam kehidupan bermasyarakat.
ii
Penulisan asuhan keperawatan ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian
persyaratan guna memeneuhi tugas stase Keperawatan Jiwa program studi Ners
dan penelitiannya bertujuan untuk mengetahui, menganalisa suatu asuhan
keperawatan jiwa yang diangkat dalam penyusunan asuhan keperawatan jiwa ini
dan mengambil manfaat dari hasil kesimpulannya.
Tim penyusun
DAFTAR ISI
iii
KATA PENGANTAR ………...………………………………………… iii
BAB 1 PENDAHULUAN
iv
BAB 5 PENUTUP ……………………………………………………….. 42
LAMPIRAN
v
BAB 1
PENDAHULUAN
dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak ada (Depkes RI,
2000).
WHO tahun 2001, di dunia terdapat paling tidak satu dari empat orang di
dunia atau sekitar 450 juta orang terganggu kesehatan jiwanya (Walujani,
terbanyak usia 15-35 tahun (Hidayat, 2005). Halusinasi merupa-kan salah satu
gejala yang sering ditemukan pada pasien dengan gangguan jiwa, dimana
2009). menurut Stuart dan Sundeen (1995), 70% pasien mengalami jenis
dan penciuman. Pasien merasakan halusinasi sebagai sesuatu yang amat nyata,
menunjukkan bahwa jumlah pasien skizofrenia cukup tinggi pada tiga tahun
terakhir. Jumlah pasien skizofrenia yang dirawat inap, pada tahun 2012
sebanyak 2.230 orang, tahun 2013 meningkat menjadi 2.569 orang, dan tahun
1
2014 sebanyak 2.364 orang. Data tersebut menunjukkan bahwa jumlah pasien
halusinasi cukup tinggi. Data bulan Januari Sampai April tahun 2015 dari
proses berpikir.
keperawatan jiwa dengan judul “Asuhan Keperawatan Jiwa pada Sdr. I dengan
Surakarta?
2
1.3 Tujuan
halusinasi penglihatan.
1.4 Manfaat
3
BAB 2
(Fitria, 2009).
Sedangkan menurut Cook dan Fontaine (1987) perubahan
atau menakutkan.
4
3. Halusinasi penghidu/olfaktori: Bau busuk, amis, harum,
menjijikkan.
4. Halusinasi pengecapan/gusfaktori: Merasa sesuatu yang busuk,
amis, menjijikkan.
5. Halusinasi perabaan/tactile: Merasa/mengalami rasa sakit, tak enak,
tidurnya.
10.Halusinasi histerik: Timbul pada nerosa histerik karena konflik
emosional.
darah.
9. Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa
detik.
10. Berkonsentrasi dengan pengalaman sensori.
11. Sulit berhubungan dengan orang lain.
12. Ekspresi muka tegang.
13. Mudha tersinggung, jengkel dan marah.
14. Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat.
5
15. Tampak tremor dan berkeringat.
16. Perilaku panik, agitasi dan kataton.
17. Curiga, ketakutan dan bermusuhan.
18. Bertindak merusak diri, orang lain dan lingkungan.
19. Tidak dapat mengurus diri.
20. Biasa terdapat disorientasi waktu, tempat dan orang.
2.2.4 Faktor Presipitasi
1. Biologis: Proses pengolahan informasi berlebihan, mekanisme
lingkungan.
3. Gejala pemicu mal-adaptif: aspek kesehatan, lingkungan, sikap,
dari otak.
3. Neurotransmitten: Abnormalitas pada dopamine, serotonin, dan
glutamat.
4. Virus: Adanya paparan virus pada otak.
5. Psikologis: Ibu pencemas, over proteksi, ayah yang tidak peduli.
6
c. Tanda-tanda: tersenyum, tertawa, menggerakkan bibir tanpa
asyik sendiri.
2. Fase II: condemning, ansietas berat, menjijikkan.
a. Pengalaman sensorik menjijikkan, menakutkan, mulai lepas
realitas.
3. Fase III: controlling, ansietas berat, pengalaman sensori berkuasa.
a. Berhenti melawan/menyerah pada halusinasi. Kesepian bila
mengancam.
a. Berhenti melawan/menyerah pada halusinasi, ada perintah
kataton).
7
1. Regresi: menjadi malas beraktifitas sehari-hari.
2. Proyeksi: menjelaskan perubahan suatu persepsi dengan berusaha
stimulus nyata.
b. Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata.
c. Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus.
d. Klien merasa makan sesuatu.
e. Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya.
f. Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat dan didengar.
g. Klien ingin memukul /melempar barang-barang.
Data Obyektif:
a. Klien berbicara dan tertawa sendiri.
b. Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu.
c. Klien berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu.
d. Disorientasi.
3. Isolasi sosial: menarik diri
Data Subyektif:
8
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa,
diri sendiri.
Data Obyektif:
Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih
memperhatikan kebersihan.
lingkungan.
Tujuan Khusus:
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dasar untuk
klien.
b. Klien dapat mengenal halusinasi.
Tindakan:
1) Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap.
2) Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya: bicara
9
Tindakan:
1) Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika
beri pujian.
3) Diskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol timbulnya
halusinasi:
Katakan “saya tidak mau dengar”.
Menemui orang lain.
Membuat jadwal kegiatan sehari-hari.
Meminta keluarga/teman/perawat untuk menyapa jika klien
secara bertahap.
5) Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih.
6) Evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil.
7) Anjurkan klien mengikuti TAK, orientasi realita, stimulasi
persepsi.
d. Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol
halusinasinya.
Tindakan:
1) Anjurkan klien untuk memberitahu keluarga jika mengalami
halusinasi.
2) Diskusikan dengan keluarga (pada saat berkunjung/pada saat
kunjungan rumah):
Gejala halusinasi yang dialami klien.
Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutus
halusinasi.
Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi dirumah,
bepergian bersama.
Beri informasi waktu follow up atau kenapa perlu mendapat
merasakan manfaatnya.
3) Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat dan efek
11
ORIENTASI: ”Selamat pagi bapak, Saya Mahasiswa keperawatan
selama ini bapak dengar tetapi tak tampak wujudnya? Di mana kita
paling sering D dengar suara? Berapa kali sehari bapak alami? Pada
cara itu suara-suara itu hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara
menghardik”.
“Caranya sebagai berikut: saat suara-suara itu muncul, langsung bapak
bilang, pergi saya tidak mau dengar, … Saya tidak mau dengar. Kamu
suara palsu. Begitu diulang-ulang sampai suara itu tak terdengar lagi.
12
TERMINASI: “Bagaimana perasaan D setelah peragaan latihan
tadi?” Kalau suara-suara itu muncul lagi, silakan coba cara tersebut !
bagaimana kalu kita buat jadwal latihannya. Mau jam berapa saja
dengan cara yang kedua? Jam berapa ?Bagaimana kalau dua jam lagi?
Sesuai janji kita tadi saya akan latih cara kedua untuk mengontrol
Begitu bapak Coba bapak lakukan seperti saya tadi lakukan. Ya,
begitu. Bagus! Coba sekali lagi! Bagus! Nah, latih terus ya bapak!”
13
TERMINASI : “Bagaimana perasaan bapak setelah latihan ini? Jadi
sudah ada berapa cara yang bapak pelajari untuk mencegah suara-
suara itu? Bagus, cobalah kedua cara ini kalau bapak mengalami
Besok pagi saya akan ke mari lagi. Bagaimana kalau kita latih cara
Bagaimana kalau jam 10.00? Mau di mana/Di sini lagi? Sampai besok
dua cara yang telah kita latih ? Bagaimana hasilnya ? Bagus ! Sesuai
janji kita, hari ini kita akan belajar cara yang ketiga untuk mencegah
bicara? Baik kita duduk di ruang tamu. Berapa lama kita bicara?
kita latih dua kegiatan hari ini (latih kegiatan tersebut). Bagus sekali
14
mencegah suara tersebut muncul. Kegiatan yang lain akan kita latih
Coba sebutkan 3 cara yang telah kita latih untuk mencegah suara-
suara. Bagus sekali. Mari kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian
nanti, kita membahas cara minum obat yang baik serta guna obat. Mau
jam berapa? Bagaimana kalau jam 12.00 pagi?Di ruang makan ya!
Sampai jumpa.”
tiga cara yang telah kita latih ? Apakah jadwal kegiatannya sudah
dilaksanakan ? Apakah pagi ini sudah minum obat? Baik. Hari ini kita
saja ya bapak?”
KERJA: “Bapak adakah bedanya setelah minum obat secara teratur.
tidak muncul lagi. Berapa macam obat yang bapak minum ? (Perawat
15
menghilangkan suara-suara. Ini yang putih (THP)3 kali sehari jam nya
sama gunanya untuk rileks dan tidak kaku. Sedangkan yang merah
jambu (HP) 3 kali sehari jam nya sama gunanya untuk pikiran biar
keliru dengan obat milik orang lain. Baca nama kemasannya. Pastikan
obat diminum pada waktunya, dengan cara yang benar. Yaitu diminum
sesudah makan dan tepat jamnya bapak juga harus perhatikan berapa
jumlah obat sekali minum, dan harus cukup minum 10 gelas per hari”
TERMINASI : “Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-
cakap tentang obat? Sudah berapa cara yang kita latih untuk mencegah
lupa pada waktunya minta obat pada perawat atau pada keluarga
kalau di rumah. Nah makanan sudah datang. Besok kita ketemu lagi
jumpa.”
16
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA SDR. I DENGAN GANGGUAN
ZAINUDIN SURAKARTA
3.1 Pengkajian
Tanggal MRS : 18-10-2017
Tanggal Dirawat di Ruang : 18-10-2017
Tanggal Pengkajian : 20-11-2017
Ruang Rawat : Ruang Samba
17
masih ada. Klien sering berbicara sendiri saat sendirian di kamar, jarang
antar Pak’ne dan Mak’ne. Klien juga mengatakan saat itu bayangan
masuk ke RSJ dia kerja di Jakarta di pabrik wafer 3 bulan, lalu berhenti
dan pulang karena tidak bekerja dia di suruh pergi Mak’ne lalu klien
sekarang.
6. Riwayat Penyakit Keluarga: Klien mengatakan tidak ada keluarga
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Garis Pernikahan
: Garis Keturunan
: Satu rumah
: Garis Kedekatan
: Klien
18
Jelaskan: Klien Mengatakan dekat dengan Pak’ne. Klien juga
tuanya.
b. Pola Komunikasi: Pola komunikasi terbuka dalam keluarga.
c. Pola Pengambilan Keputusan: Klien mengatakan yang
kamar.
Diagnosa Keperawatan: Gangguan konsep diri: Harga diri rendah.
3. Hubungan Sosial:
a. Orang yang berarti/terdekat:
Klien mengatakan di rumah dekat dengan Pak’ne dan di rumah
19
Di rumah: Klien mengatakan di rumah saja, ke masjid lalu
pulang.
DI RSJD: Klien mengatakan ikut berjoget saat di rehab.
c. Hambatan dalam Berhubungan dnegan Orang Lain:
Klien mengatakan takut berkenalan dan bicara dengan orang
Motorik 6.
20
sedikit menunduk, saat berjalan, ekspresi wajah datar, kontak mata
kurang.
2. Pembicaraan:
Cara bicara lambat, sedikit gagap yakni diam sejenak sebelum
bergurau.
5. Interaksi Selama Wawancara:
Selama wawancara, klien kooperatif, kontak mata kurang, selama
21
b. Orientasi Tempat: Orientasi klien baik, klien mengatakan
perawat.
5. Istirahat dan Tidur
Tidur siang, lama: 11.00 s/d 11.30 WIB
Tidur malam, lama: 21.00 s/d 04.30 WIB.
22
Aktifitas sebelum/sesudah tidur: Nonton TV.
6. Penggunaan Obat
Bantuan minimal, dibuktikan dengan klien minum obat dibantu
perawat.
7. Pemeliharaan Kesehatan
Perawatan lanjutan: Ya, dengan system pendukung keluarga.
8. Aktifitas dalam Rumah
Klien mampu merapikan tempat tidurnya secara mandiri.
9. Aktifitas diluar Rumah
Klien mengatakan ke masjid lalu pulang lagi.
Adaptif Mal-adaptif
Bicara dengan orang lain. Minum alkohol.
Mampu menyelasaikan masalah. Reaksi lambat/berlebihan.
Teknik Relaksasi. Bekerja berlebihan.
Aktifitas konstruktif. √ Menghindar.
Olah raga. Menciderai diri.
Lain-lain. Lain-lain.
Jelaskan: Klien mengatakan jika ada masalah menghindar.
masalah.
8. Masalah lainnya, spesifiknya: tidak ada masalah.
23
3.1.12 Apex Medis
Diagnosa Medis: F20.3 (Skizofrenia tak terinci).
Terapi Medik:
1. Antasid 3x1 tab 1-1-1
2. Rimpenidon 2x3 mg 1-0-1
3. Hexyamin 2x2 mg 1-0-1
4. Clazym 1x2 mg 1-0-0
24
Klien mengatakan bisa bertemu dan berbicara dengan Waham.
orang yang dibayangkan.
DO:
- Arus pikir koheren.
- Isi pikir fantasi.
- Bentuk pikir non realistic.
- Mood klien cemas.
- Afek klien tumpul.
25
3. Klien dapat tought stoping dalam jadwal kegiatan
mengontrol harian.
halusinasinya.
4. Klien SP II:
memanfaatkan 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
obat dengan klien.
2. Melatih klien mengendalikan halusinasi
baik.
dengan cara bercakap-cakap dengan orang
lain.
3. Mengajarkan klien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian.
SP III:
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
klien.
2. Melatih klien mengendalikan halusinasi
dengan melakukan kegiatan (kegiatan
yang biasa dilakukan klien di rumah).
3. Menganjurkan klien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian.
SP IV:
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
klien.
2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang
penggunaan obat secara teratur.
3. Menganjurkan klien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian.
27
- Afek klien tumpul. realistik.
Diagnosa Keperawatan: Gangguan A: Halusinasi penglihatan masih
Persepsi Sensori: Halusinasi tampak.
Penglihatan. P: Lanjutkan SP III
Tindakan Keperawatan: - Evaluasi jadwal kegiatan
SP II harian klien.
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan - Anjurkan klien menghardik
harian klien. halusinasi dengan teknik
2. Melatih klien mengendalikan tought stoping.
halusinasi dengan cara bercakap-
cakap dengan orang lain.
3. Mengajarkan klien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian.
RTL: SP III
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian klien.
2. Melatih klien mengendalikan
halusinasi dengan melakukan
kegiatan (kegiatan yang biasa
dilakukan klien di rumah).
3. Menganjurkan klien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian.
Rabu, Data: S: Klien mengatakan masih ada
22-11- DS: Klien mengatakan melihat tapi kalau klien sendirian.
2017 bayangan dan berbicara dnegan O: Kontak mata klien kurang,
bayangan tersebut. Bayangannya klien tampak berbicara sendiri,
bernama pak Henderson muncul 2
klien sering diam dan menyendiri,
jam saat sendiri.
DO: Mood klien cemas, afek klien
- Klien tampak berbicara sendiri. tumpul, pembicaraan non
- Klien sering diam dan realistik.
menyendiri. A: Halusinasi penglihatan mulai
- Kontak mata kurang. berkurang.
- Mood klien cemas. P: Lanjutkan SP IV
- Afek klien tumpul. - Evaluasi jadwal kegiatan
Diagnosa Keperawatan: Gangguan harian klien.
Persepsi Sensori: Halusinasi Anjurkan klien menghardik
Penglihatan. halusinasi dengan teknik tought
Tindakan Keperawatan: stoping.
SP III
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian klien.
2. Melatih klien mengendalikan
halusinasi dengan melakukan
kegiatan (kegiatan yang biasa
dilakukan klien di rumah).
28
3. Menganjurkan klien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian.
RTL:
SP IV
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian klien.
2. Memberikan pendidikan kesehatan
tentang penggunaan obat secara
teratur.
3. Menganjurkan klien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian.
Kamis, Data: S: Klien mengatakan bayangan
23-11- DS: Klien mengatakan melihat datang saat klien ngelamun dan
2017 bayangan dan berbicara dnegan hilang saat saya tidak mau
bayangan tersebut. Bayangannya
melihatnya.
bernama pak Henderson muncul 2
O: Kontak mata klien membaik,
jam saat sendiri.
DO: klien tampak berbicara sendiri,
- Klien tampak berbicara sendiri. klien mulai mau berinteraksi
- Klien sering diam dan dengan orang lain, Mood klien
menyendiri. cemas, afek klien tumpul,
- Kontak mata kurang. pembicaraan non realistik.
- Mood klien cemas. A: Halusinasi penglihatan mulai
- Afek klien tumpul. berkurang
Diagnosa Keperawatan: Gangguan P: Lanjutkan SP IV
Persepsi Sensori: Halusinasi - Evaluasi jadwal kegiatan
Penglihatan. harian klien.
Tindakan Keperawatan: - Anjurkan klien menghardik
SP IV halusinasi dengan teknik
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan
tought stoping.
harian klien.
2. Memberikan pendidikan kesehatan
tentang penggunaan obat secara
teratur.
3. Menganjurkan klien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian.
RTL:
SP IV
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian klien.
2. Memberikan pendidikan kesehatan
tentang penggunaan obat secara
teratur.
3. Menganjurkan klien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian.
29
BAB 4
PEMBAHASAN
Judul Jurnal : Pengaruh Terapi Tought Stopping Terhadap Kemampuan
berat yakni psikosis sekitar 0,46% dari jumlah penduduk Indonesia sekitar
24.708.000 jiwa. Halusinasi merupakan Salah satu bentuk gangguan jiwa yang
merupakan hasil latihan atau praktek. Salah satu terapi yang digunakan untuk
”Quasi experimental pre-post test with control group”. Penetapan sampel dengan
Gresik. Variabel dalam penelitian ini adalah variabel independen: terapi thought
terstruktur. Analisa data dengan menggunakan Wilcoxon Sign Rank Test dengan
p=0,000 dan taraf signifikansi level 0,05, sehingga H0 ditolak dan Ha diterima.
Hal ini berarti bahwa terdapat pengaruh terapi thought stopping terhadap
30
bahwa terapi thought stopping mampu meningkatkan kemampuan mengontrol
untuk menilai keberhasilan dari kegiatan yang dilakukan sehingga dapat diketahui
Surakarta.
Keadaan klien sebelum dilakukan terapi atau intervensi masih
bahwa halusinasi klien muncul selama 24 jam dalam bentuk bayangan dan
saat klien sendiri. Klien belum tahu cara mengontrol halusinasi. Klien tidak
mengontrol halusinasi.
Terapi tought stoping dimasukkan dalam SP I pada poin 7 (menghardik
mengatakan stop dan mengusir halusinasi tersebut. Dasar dari teknik ini
pikiran negatif tersebut dengan pikiran lain yang lebih positif dan realistis.
31
interaksi klien diminta mencatat cara mengontrol halusinasi dalam kertas
jam dan klien tidak ingat cara mengontrol halusinasi dengan tought stoping,
halusinasi.
Pada interaksi ke 3 halusinasi klien mulai berkurang dan klien dapat
diterapkan dalam mengontrol halusinasi klien. Selain itu, teknik ini tidak
memerlukan biaya dan alat dalam melakukan terapi ini serta teknik yang tidak
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Teknik mengontrol halusinasi pada klien dapat dilakukan dengan berbagai
cara salah satunya terapi tought stoping yang memberikan cara mengontrol
halusinasi dengan beberapa tahapan yang dapat dipraktikan oleh klien dengan
32
DAFTAR PUSTAKA
Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
Salemba Medika.
Tarwoto dan Wartonah. 2009. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
33
Lampiran 1.
FORMAT ANALISA PROSES INTERAKSI
Inisial Klien : Sdr. I Nama Mahasiswa : Widya Saraswati Nurida
Status Interaksi : Pengkajian Tanggal : 20 November 2017
Lingkungan : Ruang perawatan Samba Waktu : 12.15-12.30 WIB
Deskripsi Klien : Klien tampak berbicara sendiri, Tempat/Bangsal : Ruang Samba
jarang berkomunikasi dengan orang lain.
Tujuan : Bina Hubungan Saling Percaya
KOMUNIKASI KOMUNIKASI NON ANALISA BERPUSAT ANALISA BERPUSAT
RASIONAL
VERBAL VERBAL PADA PERAWAT PADA KLIEN
P: “Assalammu’alaikum, P: Kontak mata menatap Saat awal interaksi Klien menjawab salam Pertama dengan kita
mas.” klien sambil tersenyum. perawat yakin bisa perawat. melakukan BHSP agar
K: “Wa’alaikumsalam.” K: Menatap perawat dan berinteraksi dengan klien. klien mau memberikan
tersenyum. Perawt berusaha informasi dengan mudah
mengajak ngobrol agar kepada perawat untuk
klien terbuka. dilakukan pengkajian.
P: “Perkenalkan nama P: Perawat berjabat Bersikap empati terhadap Klien menjawab dengan Memperkenalkan diri
saya widya, saya tangan. klien dan berusaha agar suara sedikitt pelan, jelas akan memberikan
praktikan dari K: Klien mau berjabat klien mau berbicara dan tenang. stimulus rasa lebih dekat
Bojonegoro. Nama mas tangan. dengan perawat. dan dapat memberikan
siapa?” kesan akrab untuk
K: “Ichsanudin, dipanggil interaksi selanjutnya.
Ichsan.”
P: “Bagaimana Kalau P: Perawat mengajak Mendorong klien agar Klien mau menceritakan Kontak mata akan
ngobrol sambil duduk di klien duduk di depan mau bercerita tentang tentang dirinya. memberikan kesan pada
sana?” kamar klien. dirinya. klien bahwa dirinya
K: “Iya, mbak.” K: Klien mengikuti dihargai, karena
perawat. pendapatnya dibutuhkan.
P: “Mas I, rumahnya P: Kontak mata menatap Memperoleh alamat dan Klien mau menjawab Menanyakan alamat
dimana?” klien sambil tersenyum. mendorong klien agar pertanyaan perawat. rumah memberikan
K: “Simo-Boyolali.” K: Diam dulu sejenak, mau bercerita tentang informasi tentang daya
menatap perawat dan dirinya. ingat dalam jangka waktu
menjawab. lama.
P: “Mas I, sudah disini P: kontak mata menatao Bersikap empati terhadaoKlien mampu mengingat Menanyakan lama dirwat
berapa hari?” klien sambil tersenyum. klien dan berusaha agar lama dia di rawat di memberkan informasi
K: “Kurang lebih 1 K: Diam dulu sejenak klien mau berbicara
RSJD. tentang orientasi waktu
bulan.” menatap perawat dan dengan perawat dan klien.
menjawab. melihat daya ingat klien.
P: “Mas I, dirumah P: Kontak mata menatap Mendorong klien untuk Klien mampu bercerita Memberikan informasi
tinggal dengan siapa?” klien sambil tersenyum. berbicara tentang tentang keluarganya. tentang latar belakang
K: “Pak’ne dan Mak’ne.” K: Menatap perawat dan keluarganya. keluarga klien.
menjawab.
P: “Punya Saudara?” P: Kontak mata menatap Mendorong klien untuk Klien mampu bercerita Memberikan informasi
K: “Punya 2, 1 klien sambil tersenyum. berbicara tentang tentang keluarganya. tentang latar belakang
perempuan sudah K: Menatap perawat dan keluarganya. keluarga klien.
menikah, 1 laki-laki menjawab.
bekerja, saya pertama.
P: “Mas, I, sudah P: Kontak mata menatap Mencari problema dari Klien menunjukkan Memberikan informasi
menikah?” klien sambil tersenyum. hubungan sosial klien. perasaan takut untuk tentang pemenuhan peran
K: “Belum, nggak berani K: Menatap perawat dan menikah. dalam usia produktif yang
mbak.” menjawab sambil biasanya sudah menikah.
menangkupkan tangan
menggelengkan kepala.
P: “Mas I, sebelum P: Kontak mata menatap Mendorong klien Klien mau bercerita Memberikan informasi
masuk sini di rumah klien sambil tersenyum. bercerita tentang dengan runtut dan jelas. tentang pemenuhan peran
bekerja?” K: Diam dulu sejenak kehidupannya sebelum dalam usia produktif yang
K: “Pernah kerja di lalu menjawab pertanyan. masuk RSJD. biasanya sudah bekrja.
Jakarta 3 bulan di pabrik
wafer terus pulang, tidak
bekerja dimarahi Mak’ne,
terus saya ke Surabaya
bekerja 3 minggu, pulang,
bantu di sawah.”
P: “Mas I, bisa masuk P: Kontak mata menatap Bersikap empati dan Klien mau bercerita tapi Mencari informasi
sini kenapa?” klien sambil tersenyum. mendorong klien mulai tidak focus. penyebab klien
K: “gara-gara tetangga K: Kepala sedikit berbicara alasan klien dimasukkan RSJD dan
yang iri karena besekkan, menunduk, mata sesekali pertama masuk RSJD. awal gangguan jiwanya.
saya dilaporkan polisi dan melihat ke bawah.
dibawa kesini. Beritahu
saya kalau saya ambil
besekan saya dibawa
kesini.”
P: “Sebelumnya sudah P: Kontak mata menatap Bersikap empati dan Klien kembali focus dan Menilik kembali riwayat
pernah kesini?” klien, sambil tersenyum. mendorong klien mau bercerita riwayatnya. gangguan jiwa yang
K: “Sudah, 7 kali, tahun K: Sudah tiadk menunduk berserita tentang riwayat dialami klien.
2013 itu pertama kali.” mata menatap perawat gangguan jiwa yang
dan menjawab. dialami.
P: “Sudah dulu ya, besok P: Kontak mata menatap Mengakhiri interaksi dan Klien mau mengakhiri Mengakhiri interaksi
ngobrol lagi.” klien dan berjabat tangan. kontrak waktu interaksi dapat membatasi interaksi
K: “Iya mbak, saya mau K: Klien mau berjabat selanjutnya. dan mencegah klien
sholat dulu.” tangan. bosan.
Kesan Perawat: Perawat menganalisis bahwa dalam pertemuan pertama berhasil mencapai BHSP dengan klien dalam interaksi pertama
ditandai dengan klien mau berkenalan dan bercerita tentang dirinya, keluarga klien, serta riwayat gangguanjiwanya. Hasil Interaksi
menunjukkan klien mengalami halusinasi penglihatan dan berbicara dengan halusinasinya.
Lampiran 2.
I. PROSES KEPERAWATAN
a. Kondisi Klien: Penampilan klien cukup, pakaian lengkap atasan dan celana
seragam RSJ (sesuai), klien duduk di kamar mendengarkan temannya
ngobrol.
b. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi
Penglihatan.
c. Tujuan Khusus: Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan
perawat.
d. Tindakan Keperawatan:
1. Membina hubungan saling percaya.
2. Mengidentifikasi jenis Halusinasi klien.
3. Mengidentifikasi waktu halusinasi klien.
4. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi klien.
5. Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi.
6. Mengidentifikasi respons klien terhadap halusinasi.
7. Mengajarkan klien menghardik halusinasi dengan teknik tought
stoping.
8. Menganjurkan klien memasukkan cara menghardik halusinasi dengan
teknik tought stoping dalam jadwal kegiatan harian.
I. PROSES KEPERAWATAN
a. Kondisi Klien: Penampilan klien cukup, pakaian lengkap atasan dan celana
seragam RSJ (sesuai), klien duduk di kamar mendengarkan temannya
ngobrol.
b. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi
Penglihatan.
c. Tujuan Khusus: Klien dapat mengenal halusinasinya.
d. Tindakan Keperawatan:
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.
2. Melatih klien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap
dengan orang lain.
3. Mengajarkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
II. STRATEGI KOMUNIKASI PELAKSANAAN TINADAKAN
KEPERAWATAN.
a. Orientasi
1. Salam terapeutik: “Assalammualaikum, bagaimana kabarnya? Masih
ingat nama saya?” “Saya widya praktikan STIKes ICsada Bojonegoro,
yang kemarin ngobrol sama mas I.”
2. Evaluasi (Pertemuan Sebelumnya): “Maaf mbak, saya lupa namane
sampean, perawatnya banyak soalnya.”
3. Kontrak:
Topik: “Boleh saya ngobrol dengan mas I?”
Waktu: “Bagaimana kalau ngobrol-ngobrol selama 15 menit?”
Tempat: “Bagaimana kalau ngobrol sambil duduk di kursi?”
b. Kerja
1. “Assalammu’alaikum bagaimana kabbarnya?” “Baik mbak.”
2. “Masih ingat nama saya?” “Maaf mbak, saya lupa namane sampean,
perawatnya banyak soalnya.”
3. “kenalan lagi, saya widya dari Bojonegoro.” “Iya mbak widay.”
4. “Mas I, sampean masih lihat bayangan?” “Iya mbak, masih
bayangannya 24 jam.”
5. “Mas I, bayangannya cerita apa?” “Dia bilang kalau rumah saya di
rusak dan dibuat bengkok.”
6. “Perasaannya sampean bagaimana?” “Cemas mbak, rumah saya dibuat
bengkok.”
7. “Bagaimana mas I mengatasi atau menghilangkan cemasnya?” “saya
buat tidur mbak.”
8. “temannya mas I ada yang bisa lihat bayangan itu?” “Ada mbak, ada
yang bisa lihat juga.”
9. “Mas I kan bisa lihat, tapi saya nggak bisa melihatnya.” “iya mbaknya
memang nggak bisa lihat karena bayangannya takut sama mbak.”
10. “Mas I bayangan itu Cuma sampan yang bisa lihat, say nggak, perawat
yang lain juga nggak bisa lihat, jadi itu tidak nyata, bisa dihilangkan.”
“Memangnya mbaknya nggak bisa lihat bayangannya.”
11. “Ya sudah, sampai sini dulu kita ngobrolnya, besok lagi ya, jam yang
sama.”
c. Terminasi
1. Evaluasi(Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan).
Subyektif: “Klien mengatakan memang mbaknya nggak bisa lihat
bayangannya.”
Obyektif: Klien mampu menceritakan isi halusinas, frekuensi dan
waktunya, kontak mata baik. Klien mampu mengikuti
obrolan sampai selesai.
2. Rencana Tindak Lanjut.
“Besok ngobrol-ngobrol lagi ya jam yang sama.”
3. Kontrak yang akan datang.
Topik: “Besok kita ngobrol tentang bayangan yang kamu lihat.”
Waktu: “Bagaimana kalau besok ngobrolnya jam 1 siang.”
Tempat: “Disini tempatnya.”