Vous êtes sur la page 1sur 20

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN

ASMA BRONCHIALE

Dosen pembimbing : Pepin Nahariani S.Kep., Ns., M.kep

Di Susun Kelompok 9:

Nur Aini (151001033)

Nuratri Harmiani (151001034)

Okvita Tri Susanti (151001035)

Puji Rahayu N (151001036)

PRODI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

1
(STIKES PEMKAB JOMBANG)
TAHUN AJARAN 2015-2016
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat, hidayah, inayah serta
nikmat yang telah diberikan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul ”Asuhan Keperawatan pada Pasien Asma Bronchiale”.
Penulis menyadari bahwa tanpa adanya bantuan dari semua pihak penulisan makalah
ini tidak akan berjalan dengan baik.Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan hingga
terselesainya makalah ini, khususnya kepada dosen pembimbing.
Penulis berusaha sekuat tenaga untuk menyelesaikan Makalah ini semaksimal
mungkin, akan tetapi kami juga tidak mengelak bahwa masih terdapat banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun
dari berbagai pihak senantiasa kami harapkan untuk menyempurnakan pembuatan makalah
ini dimasa mendatang.
Penulis berharap semoga Allah SWT senantiasa memberikan ridha-Nya sehingga
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak umumnya dan yang menulis khususnya.

Jombang, 10 Januari 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul………………………………………………………...…i
Kata Pengantar………………………………………………………..…ii
Daftar Isi……………………………………………………………..….iii
Bab I Pendahuluan
1.1.Latar Belakang..........................................................................1
1.2.RumusanMasalah.....................................................................1
1.3.TujuanPenulisan.......................................................................2

Bab II Pembahasan
1. Definisi dari Penyakit Asma.......................................................3
2. Etologi dari penyakit AsmaBronchiale......................................3
3. Manifestasi klinis dari penyakit AsmaBronchiale.....................5
4. Patofisiologi dari penyakit AsmaBronchiale.............................5
5. Penatalaksanaan dari penyakit AsmaBronchiale.......................7
6. Pemeriksaan Penunjang dari penyakit AsmaBronchiale...........8
7. Asuhan Keperawatan Pada Pasien AsmaBronchiale.................8

Bab III Penutup


3.1 Kesimpulan...............................................................................15
3.2 Saran.........................................................................................15

Daftar Pustaka..........................................................................................iv

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latarbelakang

Pernapasan atau respirasi adalah proses mulai dari pengambilan oksigen, pengeluaran
karbondioksida hingga penggunaan energi di dalam tubuh. Manusia dalam bernapas
menghirup oksigen dalam udara bebas dan membuang karbondioksida ke lingkungan.
Sistem pernapasan pada dasarnya dibentuk oleh jalan atau saluran napas dan paru-paru
beserta pembungkusnya (pleura) dan rongga dada yang melindunginya.
Normalnya manusia butuh kurang lebih 300 liter oksigen per hari. Dalam keadaan tubuh
bekerja berat maka oksigen atau O2 yang diperlukan pun menjadi berlipat-lipat kali dan
bisa sampai 10 hingga 15 kali lipat. Namun dalam pernapasan juga dapat mengalami
gangguan atau kelainan salah satunya yang kita kenal dengan penyakit asma.
Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronkhial dengan ciri bronkospasme
periodik(kontraksi spasme pada saluran nafas).(iman somantri, 2008). Bronkiektasis
merupakan dilatasi kronik bronkus dan bronkiolus permanen. Bronkiektasis bukan
merupakan penyakit tunggal,muncul karena berbagai penyebab dan merupakan akibat
dari beberapa keadaan yang mengenai diding bronkial, baik secara langsung maupun
tidak yang dapat mengganggu sistem pertahanan. Oleh karena itulah, kami akan
membahas masalah mengenai asma bronkhiale dan menjelaskan konsep teori serta
asuhan keperawatannya.

4
1.2 Rumusan masalah

1. Apa definisi dari Penyakit Asma Bronchiale ?


2. Apa etologi dari penyakit Asma Bronchiale ?
3. Apa Manifestasi klinis dari penyakit Asma Bronchiale ?
4. Apa Patofisiologi dari penyakit Asma Bronchiale ?
5. Apa Penatalaksanaan dari penyakit Asma Bronchiale ?
6. Apa Pemeriksaan Penunjang dari penyakit Asma Bronchiale ?
7. Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Pasien Asma Bronchiale?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui definisi dari Penyakit Asma Bronchiale


2. Mengetahui etologi dari penyakit Asma Bronchiale
3. Mengetahui Manifestasi klinis dari penyakit Asma Bronchiale
4. Mengerti Patofisiologi dari penyakit Asma Bronchiale
5. Mengerti Penatalaksanaan dari penyakit Asma Bronchiale
6. Mengetahui Pemeriksaan Penunjang dari penyakit Asma Bronchiale
7. Mengetahui penjelasan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Asma Bronchiale

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Penyakit asma berasal dari kata “Asthma” yang diambil dari bahasa yunani yang berarti
“sukar bernapas”. Penyakit asma dikenal karena adanya gejala sesak napas, batuk yang
disebabkan oleh penyempitan saluran napas. Asma juga disebut penyakit paru-paru
kronis yang menyebabkan penderita sulit bernapas. Hal ini disebabkan karena
pengencangan dari otot sekitar saluran napas, peradangan, rasa nyeri, pembengkakan dan
iritasi pada saluran napas di paru-paru. Hal lain disebut juga bahwa asma adalah penyakit
yang disebabkan oleh peningkatan respon dari trachea dan bronkus terhadap bermacam-
macam stimuli yang di tandai dengan penyempitan bronkus atau bronkiolus dan sekresi
berlebih dari kelenjar di mukosa bronkus.
Asma bronkhial adalah mengi berulang atau batuk persisten dalam keadaan di mana
asma adalah yang paling mungkin, sedangkan sebab lain yang lebih jarang telah
disingkirkan. Insidensi asma dalam kehamilan adalah sekitar o,5-1% dari seluruh
kehamilan. Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronkhial dengan ciri
bronkospasme periodik ( kontraksi spasme pada saluran nafas ).(iman somantri, 2008).
Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea dan
bronki berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu (smeltzer, suzanne c,2002).

2.2 Etiologi

6
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya serangan
asma bronkhial yaitu :
a. Faktor predisposisi
> Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui
bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi
biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena
adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial
jika terpapar dengan faktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran
pernafasannya juga bisa diturunkan.

b. Faktor presipitasi
 Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan
Contoh : debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi
2. Ingestan, yang masuk melalui mulut
Contoh : makanan dan obat-obatan
3. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit
Contoh : perhiasan, logam dan jam tangan
 Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi
asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya
serangan asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim,
seperti: musim hujan, musim kemarau.
 Stress
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu
juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala
asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami
stress/gangguan emosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah
pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya
belum bisa diobati.

7
 Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma.
Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja
di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas.
Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.
 Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat.
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan
aktifitas jasmani atau olah raga yang berat. Lari cepat paling mudah
menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya
terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.

2.3 Manifestasi klinis


Serangan asma mendadak secara klinis dapat dibagi dalam tiga stadium :
Stadium 1 : ditandai dengan batuk berkala dan kering. Batuk ini terjadi sebagai akibat
iritasi riak kental dan yang mengumpul pada stadium ini terjadi edema atau
pembengkakan dinding bronkus.
Stadium 2 : ditandai dengan batuk yang disertai riak yang jernih dan berbusa. Penderita
mulai menderita sesak nafas, berusaha bernafas lebih dalam ekspirasi
memanjang dan timbul bunyi wheezing (mendesak) pada saat
mengeluarkan nafas. Sela-sela iga tertarik kedalam. Penderita lebih senang
duduk dengan membungkuk, tangan menekan pada pinggir tempat tidur
atau kursi. Penderita tampak pucat, gelisa, warna kulit sekitar mulut mulai
membiru.
Stadium 3 : di tandai dengan hampir tidak terdengarnya suara nafas karena aliran udara
sedikit akibat penyumbatan penyempitan bronkus. Betuk hampir tidak
ditemukan. Timbul kesan seolah-olah sudah ada perbaikan, oleh karena itu
stadium ini sangat berbahaya. Pernafasan menjadi dangkal dan tidak teratur,
irama pernafasan meninggi karena asfiksia.

2.4 Patofisiologi
Asma ditandai dengan kontraksi spastik dari otot polos bronkus yang menyebabkan
sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas bronkhioulus terhadap

8
benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi
dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk
membentuk sejumlah antibody IgE abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini
menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen spesifikasinya. Pada asma,
antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial paru yang
berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup
alergen maka antibody IgE orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi
yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai
macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang
merupakan leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin.
Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan menghasilkan adema lokal pada
dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi mukus yang kental dalam lumen
bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan
saluran napas menjadi sangat meningkat.
Pada asma, diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi daripada selama
inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi paksa menekan bagian
luar bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan
selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat
terutama selama ekspirasi. Pada penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi
dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan
dispnea. Kapasitas residu fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat
selama serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini
bisa menyebabkan barrel chest.

9
2.6 Penatalaksanaan
Hindari factor pencetus seperti infeksi saluran nafas atas elrgi udara dingin, dan
factor pesikis gunakan obat local seperti aminofilin atau kortikosteroid inhalasi atau
oral pada serangan asma ringan. Obat anti asma modern umumnya tidak berpengaruh
negative terhadap janin selama di gunakan sesuai dengan anjuran dokter, kecuali
adrenalin. Adrenalin mempengaruhi pertumbuhan janin akibat penyempitan pembuluh
darah ke janin yang dapat mengganggu oksigenisasi pada janin tersebut. Namun, harus
diingat aminofilin dapat menyebabkan penurunan kontraksi uterus. Pada serangan asma
akut, penangan sama dengan wanita hamil, yaitu berikan cairan intravena, encerkan
cairan sekresi di paru, berikan O2 (setelah pengukuran PO2, PCO2) sehingga tercapai

10
PO2>60 mmHg dengan kejenuhan 95% oksigen atau normal, cek bayi,dan berikan obat
kortikosteroid.
Pada status asmatikus dengan dengan gagal nafas, jika setelah pengobatan intensif
selama 30-60 menit tidak terjadi perubahan, secepatnya lakukan intubasi. Berikan
antibiotik bila terdapat dugaan terjadi infeksi. Upayakan persalinan secara spontan.
Namun, bila pada pasien berada dalam serangan, lakukan ekstraksi vakum atau forceps.
Seksio sesarea atas indikasi asma jarang au tak pernah dilakukan. Teruskan pengobatan
regular asma selama proses kelahiran. Jangan diberikan analgesic yang mengandung
histamine, tapi pilihlah morfin atau analgesic epidural. Hati-hati pada tindakan intubasi
dan penggunaan prostaglandin E2 karena dapat menyebabkan bronkospasme. Dokter
sebaiknya memilih obat yang tidak mempengaruhi air susu. Aminofilin dapat
terkandung dalam air susu sehingga bayi mengalami gangguan pencernaan, gelisah, dan
gangguan tidur. Namun, obat antiasma lainnya dan kortikosteroid umumnya tidak
berbahaya karena kadarnya dalam air susu sangat kecil.
Ada 4 tujuan utama dari penatalaksanaan medis pada klien bronciale yaitu sebagai
berikut:
a. Menemukan dan menghilangkan masalah yang mendasari
b. Memperbaiki kebersihan secret trakeobronkial
c. Mengendalikan infeksi, khususnya pada masa eksaserbasi akut
d. Memulihkan obstruksi aliran udara pernapasan.
Pengontrolan infeksi dilakukan dengan pemberian obat anti microbial, berdasarkan
hasil uji sensitivitas kultur organisme dari sputum. Klien mungkin akan diberikan obat
antibiotic sel ama bertahun-tahun dengan tipe antibiotic yang berbeda sesuai dengan
perubahan dalam interval.
Postural drainase merupakan dasar dari rencana penatalaksanaan, dikarenakan
drainase pada area bronkiektasis dilakukan dengan menggunakan gaya gravitasi.
Bronkodilator dapat diberikan kepada orang yang juga mengalami penyakit jalan nafas
obstruktif. Intervensi bedah meskipun sering dilakukan tetapi tindakan ini hanya di
indikasikan untuk klien yang mengalami ekspektorasi sputum yang berlanjut dalam
jumlah besar dan mengalami peneomonia serta hemobtisis berulang pada klien yang
tidak berobat secara teratur.

11
2.6 Pemeriksaan Penunjang
1 Spirometer
Dilakukan sebelum dan sesudah bronkodilator hirup (nebulizer/inhaler), positif jika
peningkatan VEP/KVP > 20%.
2 Sputum : eosinofil meningkat
3 Eosinofil darah meningkat
4 Uji kulit
5 RO dada
Yaitu patologis paru/komplikasi asma
6 AGD
Terjadi pada asma berat pada fase awal terjadi hipoksemia dan hipokapnia (PCO2
turun) kemudian fase lanjut normokapnia dan hiperkapnia (PCO2 naik). Foto dada
AP dan lateral. Hiperinflasi paru, diameter anteroposterior membesar pada foto
lateral, dapat terlihat bercak konsolidasi yang tersebar.
Analisis gas darah: hiperkarbia sebagai tanda air trapping, asidosis metabolic,
atau respiratorik. Pemeriksaan deteksi cepat antigen RSV yang dapat dikerjakan
secara bedside.
2.7Asuhan Keperawatan Pada Pasien Asma
A. Pengkajian
Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien asma adalah sebagai berikut:
1. Riwayat kesehatan yang lalu:
 Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru sebelumnya.
 Kaji riwayat reaksi alergi atau sensitifitas terhadap zat/ faktor lingkungan.
 Kaji riwayat pekerjaan pasien.
2. Aktivitas
 Ketidakmampuan melakukan aktivitas karena sulit bernapas.
 Adanya penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan melakukan
3. Aktivitas sehari-hari.
 Tidur dalam posisi duduk tinggi.
4. Pernapasan
 Dipsnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan.
 Napas memburuk ketika pasien berbaring terlentang ditempat tidur.

12
 Menggunakan obat bantu pernapasan, misalnya: meninggikan bahu,
melebarkan hidung.
 Adanya bunyi napas mengi.
 Adanya batuk berulang.
5. Sirkulasi
 Adanya peningkatan tekanan darah
 Adanya peningkatan frekuensi jantung.
 Warna kulit atau membran mukosa normal/ abu-abu/ sianosis.
 Kemerahan atau berkeringat.
6. Integritas ego
 Ansietas
 Ketakutan
 Peka rangsangan
 Gelisah
7. Asupan nutrisi
 Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernapasan.
 Penurunan berat badan karena anoreksia.
8. Hubungan sosial
 Keterbatasan mobilitas fisik.
 Susah bicara atau bicara terbata-bata.
 Adanya ketergantungan pada orang lain.

B. Diagnosa yang Mungkin Muncul ( Nanda )


Diagnosa 1 : Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d bronkospasme.
Diagnosa 2 : Perubahan nutrisi b/d Ketidak mampuan asupan makan.
Diagnosa 3 : Resiko tinggi terhadap infeksi b/d tidak adekuat imunita.
( pertahanan)
Diagnosa 4 : Kurang pengetahuan b/d kurang informasi ;salah mengerti.
C. Intervensi keperawatan
Dx 1. Bersihkan jalan napas tidak efektif
Mandiri
• Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, ex: mengi.

13
• Kaji/pantau frekuensi pernafasan, catat rasio inspirasi/ekspirasi.
• Catat adanya derajat dispnea, ansietas, distress pernafasan, penggunaan obat
bantu.
• Tempatkan posisi yang nyaman pada pasien, contoh: meninggikan kepala
tempat tidur, duduk pada sandara tempat tidur
• Pertahankan polusi lingkungan minimum, contoh: debu, asap dll.
• Tingkatkan masukan cairan sampai dengan 3000 ml/ hari sesuai toleransi
jantung memberikan air hangat. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
obat sesuai dengan indikasi bronkodilator Kolaborasi.
• Berikan oksigen tambahan 2-4/menit
• Berikan obat sesuai indikasi ; Bronkodilator,kortikosteroid, mukolitik
Dx 2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
selama serangan akut
Tujuan: pola nafas efektif
Kriteria hasil:
• Sesak berkurang atau hilang
• RR 18-24x/menit
• Tidak ada retraksi otot pernapasan

Intervensi:
• Kaji tanda dan gejala ketidakefektifan pernapasan : dispnea, penggunaan otot-
otot pernapasan
• Pantau tanda- tanda vital dan gas- gas dalam arteri
• Baringkan pasien dalam posisi fowler tinggi untuk memaksimalkan ekspansi
dada
• Berikan terapi oksigen sesuai pesanan
Dx 3. Kerusakan pertukaran gas
Mandiri :
• Kaji/awasi secara rutin kulit dan membrane mukosa.
• Palpasi fremitus
• Awasi tanda vital dan irama jantung
Dx. Kep3: Malnutrisi b/d anoreksia
Intervensi :
• Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat kerusakan

14
makanan.
• Sering lakukan perawatan oral, buang sekret, berikan wadah khusus untuk
sekali pakai.
• Kolaborasi dalam pemberian oksigen tambahan selama makan sesuai indikasi.
Dx. Kep 4: Risiko tinggi terhadap infeksi b/d tidak adekuat imunitas.
Intervensi:
• Awasi suhu.
• Diskusikan kebutuhan nutrisi adekuat.
• Dapatkan specimen sputum dengan batuk atau pengisapan untuk pewarnaan
gram, kultur/sensitifitas (kolaborasi).
Dx. Kep 5: Kurang pengetahuan b/d kurang informasi ; salah mengerti.
Intervensi:
• Jelaskan tentang penyakit individu.
• Diskusikan obat pernafasan, efek samping dan reaksi yang tidak diinginkan.
• Tunjukkan teknik penggunaan inhaler.

D. Analisa Data
No Data Masalah Penyebab
1 Data Subjektif :
Klien mengatakan batuk ketika berpaparan dengan debu.
Klien mengatakan sesak napas.
Data Objektif :
- Klien tanpak berkeringat dan susah bernafas.
TTV :
- N : 80 x /i
- T : 37oC
- RR : 28 x / i
- TD : 100 / 60 mmHg
Penyebab :
Bronkos pasme
Bersihan jalan napas tidak efektif

2 Data Subjektif :
- Ibu mengatakan anaknya mengalami batuk produktif dan susah bernafas.

15
- Ibu mengatakan anaknya tanpak pucat,lemah saat batuk.
Data Objektif :
- Anak tampak lemah dan gelisah
- Tapak pucat
- Batuk produktif, kental dan sulit keluar.
- TTV
N : 80 x / i
T : 37oC
RR : 28 x /I
TD : 100/60 mmHg
Penyebab :
Imunitas
Resiko tinggi terhadap infeksi
3 Data Subjektif :
- Ibu mengatakan nafsu makan menurun sejak sakit
- Ibu mengatakan anak mengalami mual dan muntah
Data Objektif :
- Nafsu makan menurun
- Anak tidak bisa menghabiskan porsi makan
Penyebab :
- Perubahan nutrisi
- Kurangnya asupan makanan &Ketidak mampuan asupan makanan

E. Intervensi Keperawatan
Diagnosa keperawatan Tujuan Rencana tindakan Rasionalisasi. Bersihan
jalan nafas tak efektif b/d peningkatan produksi mukus yang ditandai os batuk dan
dahak sulit keluar, sputum warna putih kental,os gelisah ,Setelah diberi tindakan
perawatan selama 3x 24 jam jalan nafas pasien efektif ,
Dengan Keluhan :
-Bunyi jalan nafas bersih/jelas
-Pasien bisa batuk efektif dan mengeluarkan sekret - Auskultasi bunyi nafas
,catat adanya bunyi mengi, ronkhi
-Pantau frekuensi pernafasan.catat rasio inspirasi/ expirasi
-Beri posisi nyaman, misal:peninggian kepala tempat tidur,duduk pada sandaran

16
tempat tidur
-Ajarkan dan berikan dorongan penggunaan teknik pernafasan diafragma dan batuk
-Mengetahui tanda stress pernafasan
-Memfasilitasi pergerakan sekret.
-Mengetahui indikasi hipoksia
-Menentukan keseimbangan asam basa ,dan kebutuhan oksigen
-Menambah suplai O2 sehingga meningkatkan pertukaran gas
-Mengoptimalkan kontraksi diafragma
-Memfasilitasi pernafasan yang dalam sehingga O2 yang masuk lebih banyak
-Meningkatkan diameter jalan nafas sehingga mengurangi kerja pernafasan

-Mengetahui adekuatnya suplai O2 ke paru-paru dan jaringan


-Mempertahankan suplai O2 saat terjadi gagal nafas
dan setelah aktivitas.
-Berikan kepada pasien aktivitas sesuai kemampuannya
-Pertahankan obyek yang digunakan pasien agar mudah terjangkau
-Bantu pasien melakukan aktivitas dengan melibatkan keluarga
-Kaji tingkat cemas pasien(ringan ,sedang, berat,panik)
-Bantu pasien menggunakan koping yang efektif
F. Tindakan Keperawatan
Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan untuk menilai
keberhasilan tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Setelah melaksanakan
tindakan keperawatan maka hasil yang diharapkan sesuai dengan rencana tujuan
yaitu:
1 Bersihan jalan nafas pasien efektif
2 Pasien mengalami perbaikan dalam pertukaran gas
3 Pola nafas pasien efektif
4 Pasien menunjukkan toleransi terhadap aktivitas
5 Rasa cemas pasien berkurang.
6 Pasien tidak mengalami perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
7 Kebutuhan istirahat dan tidur pasien terpenuhi
8 Pengetahuan pasien tentang penyakitnya bertambah

17
9 Pasien tidak mengalami infeksi

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Asma adalah mengi berulang atau batuk persisten dalam keadaan di mana
asma adalah yang paling mungkin, sedangkan sebab lain yang lebih jarang telah
disingkirkan. Insidensi asma dalam kehamilan adalah sekitar o,5-1% dari seluruh
kehamilan. Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronkhial dengan ciri
bronkospasme periodik(kontraksi spasme pada saluran nafas).(iman somantri, 2008).

18
Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea dan
bronki berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu (smeltzer, suzanne c,2002).
Biasanya pada asma diagnosa yang pertama kali muncul adalah klien merasakan sesak
nafas yang berhubungan dengan proses penyakit. Sebab pada saat pengkajian pada
pasien asma ditemukan bahwa pasien merasa susah dalam bernafas, berkeringat,
anoreksia dan sulit dikeluarkan.
Adapun tindakan yang dilakukan untuk menurunkan suhu tubuh anak yaitu dengan
memberikan kompres hangat, karena bila menggunakan kompres dingin dapat
mempercepat panas tubuh. Sementara, tindakan yang dilakukan untuk mengatasi kurang
volume cairan dengan memenuhi kebutuhan cairan melalui pemberian infus ringer laktat
5% ( RL ) atau dekstrosa 5% .

3.2 SARAN
Diharapkan kepada para pembaca, dapat memahami pemberian Asuhan Keperawatan
terhadap pasien penyakit Asma Bronchiale. Semoga makalah ini dapat berfanfaat dengan
sebaik – baiknya .

19
DAFTAR PUSTAKA

Doongoes, E Marilynn.Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3.Jakarta : Buku Kedokteran


EGC
Halim Danukusantoso, Buku Saku Ilmu Penyakit Paru, Jakarta, Penerbit Hipokrates , 2000
Hudak & Gallo, Keperawatan Kritis, Edisi VI,Vol I, Jakarta, EGC, 2001
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga Jilid Kesatu. Jakarta. Media
Aesculapius.
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Edisi Kedua. Jakarta : Buku Kedokteran.
Noer, Sjaifoellah. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid Kesatu. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI.
Tucker S. Martin, Standart Perawatan Pasien, Jilid 2, Jakarta, EGC, 1998
Mulia, yuiyanti J, 20002, Perkembangan patogenesis dan pengobatan asma bronchial.
Penerbit EGC, trisakti, Jakarta
Tanjung, dudut.2003. Asuhan Keperawatan Asma Bronchial.USU Digital library.Sumatra
Utara
Adnyana, I Ketut dkk, 2008. ISO Farmakoterapi. PT.ISFI.Jakarta

20

Vous aimerez peut-être aussi