Vous êtes sur la page 1sur 9

SATUAN ACARA BERMAIN

(SAB)
MENYUSUN PUZLE

Oleh:
Mahasiswa Pendidikan Profesi Ners Universitas Kadiri
Kelompok 19
1. Diana Maharani Kusuma W. (17640692)
2. Hariyadi Nugroho (17640702)
3. Hidayatul Umroh (17640704)

PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT (PKRS) IRNA IV


RSUD dr. SAIFUL ANWAR MALANG
2017
LEMBAR PENGESAHAN
SATUAN ACARA BERMAIN (SAB)
MENYUSUN PUZZLE
RSUD dr.SAIFUL ANWAR MALANG
Tanggal: 28 Desember 2017

Disusun Oleh:
MAHASISWA PENDIDIKAN PROFESI NERS UNIV.KEDIRI
KELOMPOK 19

1. Diana Maharani Kusuma W. (17640692)


2. Hariyadi Nugroho (17640702)
3. Hidayatul Umroh (17640704)

Pembimbing Institusi Pembimbing Klinik

Kepala Ruang 7A
RSUD dr. SAIFUL ANWAR
MALANG
SATUAN ACARA BERMAIN

Pokok bahasan : Terapi bermain pada anak usia 4 tahun ke atas


Sub Pokok Bahasan : Terapi bermain puzzle
Waktu : Kamis, 28 Desember 2017
Sasaran : Anak usia 4 tahun ke atas yang dirawat di IRNA IV 7B RSUD
dr. Saiful Anwar Malang
Penyaji :
Pembagian Tugas :
Alat dan sarana : Puzzle
A.TUJUAN
Tujuan intruksional umum :
Mengetahui pengaruh terapi bermain terhadap proses adaptasi / hospitalisasi anak usia todler
yang menjalani rawat inap di R 7B RSSA Malang
Tujuan intruksional khusus :
1. Mengetahui respon verbal , psikomotor dan emosional anak usia todler
2. Menghilangkan / mengurangi perasaan takut dan kecemasan
3. Mengurangi rasa sakit yang diderita
4. Memenuhi kebutuhan aktifitas bermain

B. Kriteria :
1. Anak usia todler
2. Anak dalam kondisi baik / cukup baik
3. Anak bisa / boleh berjalan
4. Anak tidak terpasang infus

C. Struktur permainan kelompok :


1. Tempat bermain : Ruang Bermain di R 7B RSSA Malang
2. Pelaksanaan: pukul 10.00 WIB
3. Lama permainan : 55 menit
4. Jumlah anggota : ..... anak
5. Alat yang di pakai : puzzle
6. Perilaku yang di harapkan dari anak :
- Dapat berinteraksi dengan teman sebayanya
- Anak senang selama / setelah bermain
- Anak menunjukkan respon terhadap rangsangan dari luar
7. Aturan bermain :
a. Anak diberikan puzzle
b. Masing –masing anak berespon terhadap benda / permainan yang ada di hadapannya
c. Anak – anak tidak boleh berebut mainan
d. Masing –masing permainan akan di gilir pada masing –masing anak
8. Deskripsi tugas :
a. Leader
- memimpin jalannya acara
- membuka pertemuan
- mengatur setting tempat
- menutup kagiatan bermain
b. Co leader
- membantu tugas dari leader
- menggantikan posisi leader bila diperlukan
c. Fasilitator
- sebagai pemandu jalannya acara
- sebagai tempat bertanya leader dan coleader tentang kegiatan yang akan dilakukan.
- memberi petunjuk dalam acara supaya berlangsung baik.
d. Observer
- mengobservasi jalannya acara
- memberi penilaian
- memberi saran dan kritik setelah acara selesai
- mengevaluasi dan umpan balik kepada leader dan coleader
D. Kegiatan terapi bermain
N TAHAP WAKTU KEGIATAN
O
1 Persiapan 10 menit 1. Menyiapkan tempat / ruangan
2. Menyiapkan puzzle.
3. Menyiapkan peserta
2 Orientasi 5 menit 1. Salam terapeutik (salam dari terapis kepada
anak)
2. Evaluasi atau validasi (menanyakan perasaan
anak saat ini)
3. Kontrak
a) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan
b) Terapis menjelaskan aturan mainnya:
Jika ada anak yang ingin meninggalkan
ruangan harus minta izin kepada terapis
3 Tahap kerja 30 menit 1. Anak diberikan kebebasan dalam memilih
gambar puzzle sesuai selera.
2. Anak diberi kesempatan menyusun rangkaian
puzzle
3. Memberikan bantuan atau arahan jika
diperlukan
4. Terminasi 5 menit 1. Terapis menanyakan perasaan anak setelah
mengikuti terapi bermain puzzle
2. Terapis memberikan pujian atas keberhasilan
anak
3. Terapis memotivasi anak untuk bermain puzzle
agar selalu merasa senang dan gembira
meskipun berada di lingkungan rumah sakit.
4. Kontrak kegiatan yang akan datang
5. Terapis membuat kontrak untuk terapi bermain
bermain puzzle yang akan datang
6. Menyepakati waktu dan tempat
5 Evaluasi 5 menit 1. Mengevaluasi kemampuan anak sesuai dengan
tujuan terapi bermain

E. Antisipasi masalah
Jika pada saat kegiatan berlangsung terjadi masalah seperti anak tiba-tiba menolak
atau tidak mau mengikuti kegiatan maka perawat akan menganjurkan kepada orang tua
anak untuk membujuk dan mau mendampingi anak pada saat dilakukan terapi bermain.

F. Evaluasi
1. Menerapkan sarana permainan terapi bermain puzzle yang tepat sehingga anak secara
proaktif dapat mengikuti program permainan dan dapat merangkai puzzle dengan
sabar dan tekun.
2. Menerapkan tempat yang tepat untuk bermain di rumah sakit, sehingga anak merasa
senang dan tidak merasa takut dengan lingkungannya.
3. Menerapkan waktu yang tepat untuk melakukan permainan sehingga anak tidak
kehilangan waktu bermain.
4. Menerapkan sosialisasi yang tepat sehingga anak butuh terhadap program terapi di
rumah sakit dan tidak merasa terisolir.

Nilai
No Indikator
1 2 3 4
1 Anak dapat merangkai gambar di
puzzle dengan sabar dan tekun

2 Anak dapat mengikuti kegiatan dengan


baik.

3 Anak merasa senang.

4 Anak tidak takut lagi dengan petugas


kesehatan atau perawat.

5 Anak kooperatif dengan tindakan


keperawatan yang diberikan

MATERI SATUAN ACARA BERMAIN


PENGERTIAN BERMAIN
Menurut Foster (1989) mengatakan bahwa bermain adalah kegiatan yang dilakukan sesuai
dengan keinginan sendiri untuk memperoleh kesenangan.
KLASIFIKASI BERMAIN
Menurut isinya, bermain terbagi menjadi;
1. Social affective play
Pada social affectif play, anak belajar memberi respon terhadap respon yang diberikan
lingkungan terhadapnya dalam bentuk permainan, misalnya orang tua berbicara atau
memanjakan dan anak tertawa senang.
2. Sense of pleasure play
Anak memperoleh kesenangan dari satu obyek yang ada di sekitarnya misalny bermain air
atau pasir.
3. Skill Play
Permainan yang memberikan kesempatan pada anak untuk memperoleh keterampilan tertentu
misalnya mengendarai sepeda..
4. Dramatic play
Anak akan berfantasi menjalankan peran tertentu, misalnya menjadi ibu, perawat atau guru.
Menurut Karakter Sosial, bermain terdiri dari:
1. Solitary Play
Dilakukan anak usia toddler dimana anak bermain sendiri walaupun ada orang lain yang
berada di sekitarnya.
2. Parallel Play
Permainan sejenis dilakukan oleh satu kelompok anak toddler atau preschool yang masing-
masing mempunyai mainan yang sama tetapi antara satu dengan yang lain tidak ada interaksi
dan tidak saling tergantung.
3. Assosiative Play
Anak bermain dalam kelompok dengan aktivitas yang sama, tetapi belum terorganisasi
dengan baik jadi belum ada pembagian tugas dan mereka bermain sesuai dengan
keinginannya.
4. Cooperative Paly
Anak bermain bersama dengan jenis permainan yang terorganisasi, terencana, dan ada aturan-
aturan tertentu yang dilakukan oleh anak usia sekolah atau adolescence.
FUNGSI BERMAIN
1. Perkembangan Sensory Mototic
Permainan yang aktif dengan menggunakan suatu obyek adalah penting untuk perkembangan
otot-otot gerak.
2. Perkembangan Kognitif
Perkembangan ini diperoleh dengan melakukan eksplorasi dan manipulasi benda-benda di
sekitarnya baik dalam hal warna bentuk, ukuran dan pentingnya benda tersebut. Anak juga
belajar bagaimana menggunakannya, menghubungkan kata-kata dengan objek atau benda
tersebut dan mengembangkan pengertian tentang konsep yang abstrak misalnya atas, bawah,
di bawah dan di atas.
3. Perkembangan kreativitas
Anak dapat melakukan percobaan tentang ide mereka dalam permainan melalui semua media.
Kreativitas terutama diperoleh sebagai hasil permainan solitary dan group.
4. Perkembangan social
Dengan bermain anak belajar berinteraksi dengan orang lain dan mempelajari peran dalam
kelompok.
5. Perkembangan Kesadaran Diri
Anak belajar memahami kemampuan dirinya, kelemahannya dan tingkah lakunya terhadap
orang lain
6. Perkembangan Moral
Dengan bermain, anak akan bertingkah laku sesuai dengan yang diharapkan, karenanya anak
akan menyesuaikan dengan aturan-aturan kelompok dan bersikap jujur terhadap kelompok
7. Terapi
Bermain memberikan kesempatan pada anak untuk mengekspresikan perasaan yang tidak
enak misalnya marah, benci, kesal atau takut.
8. komunikasi
Bermain merupakan alat komunikasi terutama anak yang belum dapat menyatakan
perasaannya secara verbal misalnya melukis, menggambar atau bermain peran

KARAKTERISTIK BERMAIN SESUAI TAHAP PERKEMBANGAN


Adapun jenis permainan yang dapat diberikan kepada anak berdasarkan tingkat usia
adalah sebagai berikut;
1. Bayi (1 bulan)
Permainan yang dapat dilihat dalam jarak dekat misalnya dengan benda yang
terang/menyolok. Berbicara dengan bayi, menyanyi, atau bercanda dapat merangsang
pendengaran. Secara tactile dilakukan denagn memeluk dan menggendong (memberi
kehangatan). Secara kinetic permainan dapat dilakukan dengan mengajak atau naik kereta
untuk jalan-jalan.
2. Bayi (2 – 3 bulan)
Permainan visual dapat dilakukan dengan memasang gambar-gambar di dinding.
Untuk merangsang auditori dapat dilakukan berbicara dengan bayi, mainan bunyi-bunyian
atau mengikutsertakan bayi dalam pertemuan keluarga. Secara tactile permainan dapat
dilakukan dengan membelai pada waktu memandikan, mengganti pakaian atau menyisir
rambut. Sedangkan secara kinetic yaitu dengan mengajak naik kereta atau gerakan-gerakan
berenang pada saat mandi.
3. Bayi (4 – 6 bulan)
Permainan visual dapat dilakukan dengan memberi cermin, mengajak nonton tv, atau
mainan yang berwarna terang. Permainan auditori dengan mengajak bicara, mengulangi
suara-suara yang dibuatnya atau memanggil nama. Secara tactile anak bdiberi mainan dengan
berbagai teksture baik lembut maupun lancer. Secara kinetic dilakukan dengan membantu
anak untuk tengkurap dan menyokong waktu duduk.
4. Bayi (6 – 9 bulan)
Permanan visual dengan bermain warna gelap, berbicara sendiri di depan kaca,
permainan cilukba atau merobek-robek kertas. Permainan auditori dapat dilakukan dengan
mengajari anak memanggil nama, diajarkan tepuk tangan. Tactile permainan dapat dilakukan
dengan cara meraba bermacam-macam teksture dan ukuran, main air yang mengalir atau
berenang.
5. Bayi (9 – 12 bulan)
Permainan visual anak diperlihatkan gambar-gambar dalam buku atau mengajak jalan-
jalan. Permainan auditori dengan menunjukkan bagian-bagian tubuh atau memperkenalkan
suara-suara binatang. Secara tactile dengan memberi makanan yang dapat dipegang atau
memperkenalakan benda dingin atau panas. Secara kinetic dapat diberikan mainan yang dapat
ditarik atau didorong.
6. Toddler (2 – 3 tahun)
Karekteristik bermain anak usia ini yaitu paralel play, sering kali bertengkar
memperebutkan mainan. Pada usia ini anak mulai menyenangi musik atau irama , melempar,
mendorong atau mengambil sesuatu.
7. Preschool (3 – 5 tahun )
Karekteristik permaiana preschool adalah assosiatif play, dramatic play dan skill play.
Anak sudah dapat melompat, berlari atau main sepeda.
8. Usia Sekolah (6 – 12 tahun)
Anak dapat bermain dengan kelompok yang berjenis kelamin sama dan dapat belajar
untuk independent, kooperatif, bersaing atau menerima orang lain dan tingkah laku yang
diterima. Karekteristik permaianannya adalah kooperatif play dan anak laki-laki sifatnya
mechanical sedangkan anak wanita mothers rool.
9. Adolescent (3 – 18 tahun)
Anak bermain dalam kelompok misalnya sepak bola, basket, badminton, mendengar
musik, nonton tv serta membaca buku.

Kesimpulan
Anak berkumpul di ruang 7B. Leader dan co leader berada diantara anak-anak yang
lain. Fasilitator membagikan permainan berupa puzzle. Observer berada diantara anak sambil
mengamati jalannya proses bermain. Dengan adanya proses bermain anak akan senang
sehingga akan mengurangi sterss hospitalisasi. Dengan adanya proses bermain juga akan
membantu kasus kesembuhan penyakit dan membantu proses tumbuh kembang anak.

Evaluasi:
Hasil permainan sesuai dengan harapan kelompok yaitu anak merasa senang dengan
terapi bermain,mengurangi sterss hospitalisasi pada balita. Walaupun dalam kondisi sakit
balita mampu beramain sesuai dengan perkembangan usia. Dari terapi bermain yang telah
dilakukan ada hasil atau pengaruhnya terhadap balita yaitu peserta terapi bermain tidak ada
yang mengalami keterlambatan perkembangan,.

Vous aimerez peut-être aussi