Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
Diabetes adalah penyulit medis tersering pada kehamilan. Pasien dapat dipisahkan
menjadi mereka diketahui mengidap diabetes sebelum hamil (overt nyata) dan mereka yang
didiagnosis saat hamil (gestasional). Pada tahun 1998, total 103.691 wanita mengalami
kehamilan dengan penyulit diabetes, yang mencerminkan 2,6 % dari seluruh kelahiran hidup.
Diperkirakan bahwa 90 % dari semua kehamilan yang mengalami penyulit diabetes
disebabkan oleh diabetes gestasional. Dengan demikian, pada tahun 1998, sekitar 10.000
wanita dengan diabetes overt, dan 90.000 dengan diabetes gestasional, melahirkan janin
hidup.
Dampak diabetes pada kehamilan adalah sebagai berikut.
1. Abortus dan partus prematurus.
2. Preeklampsia.
3. Hidramnion.
4. Kelainan letak janin.
5. Insufisiensi.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) memprediksi penderita diabetes mellitus tipe 2 di
Indonesia meningkat pesat dalam 10 tahun terakhir karena pada 2000 ada 8,4 juta penderita
dan meningkat jadi 21,3 juta orang tahun 2010. Sementara itu, berdasarkan hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, tiga daerah di Indonesia memiliki tingkat prevalensi
diabetes diatas 1,5 persen yaitu Aceh, Jawa Timur dan Sulawesi Utara.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi diabetes gestasional.
2. Mengetahui etiologi terjadinya diabetes gestasional.
3. Mengetahui patologi dari diabetes gestasional.
4. Mengetahui gambaran klinik dari diabetes gestasional.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Diabetes melitus gestasional didefinisikan sebagai intoleransi karbohidrat dengan
keparahan bervariasi dan awitan atau pertama kali diketahui saat hamil. ( Cunningham, 1524
; 1524 ).
Diabetes gestasional mengisyaratkan bahwa gangguan ini dipicu oleh kehamilan,
mungkin akibat perubahan-perubahan fisiologis berlebihan pada metabolisme glukosa.
Penjelasan alternatif diabetes gestasional adalah diabetes awitan atau tipe 2 yang terungkap
atau muncul selama kehamilan. Sebagai contoh, Harris (1988) mendapatkan bahwa
prevalensi intoleransi glukosa yang tidak terdiagnosis pada wanita tidak hamil antara usia 20
dan 44 tahun hampir identik dengan prevalensi diabetes gestasional. Catalano dkk. (1999)
mengevaluasi perubahan-perubahan longitudinal dalam kepekaan terhadap insulin, respon
insulin, dan produksi glukosa endogen pada wanita dengan uji toleransi glukosa normal dan
pada mereka yang mengalami diabetes gestasional sebelum dan selama kehamilan. Mereka
mendapatkan bahwa wanita dengan diabetes gestasional mengalami kelainan-kelainan dalam
metabolisme glukosa yang khas untuk diabetes tipe 2.
2.2 Etiologi
Diabetes tipe I:
a) Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi suatu
predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I. Kecenderungan
genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA.
b) Faktor-faktor imunologi
Adanya respons autoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah
pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang
dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu aotoantibodi terhadap sel-sel pulau
Langerhans dan insulin endogen.
c) Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi
selbeta.
Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik memegang peranan dalam
proses terjadinya resistensi insulin.
Faktor-faktor risiko :
Buang air kecil akan menjadi sering jika terlalu banyak glukosa dalam darah. Jika
insulin (yakni hormon yang mengendalikan gula darah) tidak ada atau sedikit maka ginjal
tidak dapat menyaring glukosa untuk kembali ke dalam darah. Kemudian ginjal akan menarik
tambahan air dari darah untuk menghancurkan glukosa. Hal ini membuat kandung kemih
penuh dan sering buang air kecil
Karena sering buang air kecil, maka orang akan menjadi lebih sering haus. Serta
proses penghancuran glukosa yang sulit maka air di dalam darah tersedot untuk
menghancurkannya, sehingga seseorang perlu minum lebih banyak untuk menggantikan air.
3. Nafsu makan berkurang
Orang yang diabetes insulinnya bermasalah akibatnya asupan gula ke dalam sel-sel
tubuh kurang yang membuat pembentukan energi kurang. Kondisi ini membuat otak berpikir
tubuh kurang energi akibat asupan makanan yang kurang sehingga menimbulkan rasa lapar
dan perasaan ingin terus makan.
Patologi DM
Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang tinggi,
dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur, atau bahkan inkontinensia urin.
Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan, akibatnya mereka tidak bereaksi
adekuat terhadap dehidrasi. Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium
lanjut.
Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang saja yang biasa terdapat pada pasien DM
usia lanjut dapat berubah tiba-tiba, apabila pasien mengalami infeksi akut. Defisiensi insulin
yang tadinya bersifat relatif sekarang menjadi absolut dan timbul keadaan ketoasidosis
dengan gejala khas hiperventilasi dan dehidrasi, kesadaran menurun dengan hiperglikemia,
dehidrasi dan ketonemia. Gejala yang biasa terjadi pada hipoglikemia seperti rasa lapar,
menguap dan berkeringat banyak umumnya tidak ada pada DM usia lanjut. Biasanya tampak
bermanifestasi sebagai sakit kepala dan kebingungan mendadak.
Pada usia lanjut reaksi vegetatif dapat menghilang. Sedangkan gejala kebingungan
dan koma yang merupakan gangguan metabolisme serebral tampak lebih jelas.
Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM (mg/dl)
Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan :
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi insulin
jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan
klien untuk menanggulangi penyakitnya.
· Aktivitas/ Istirahat :
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
· Sirkulasi
· Integritas Ego
Stress, ansietas
· Eliminasi
· Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus, penggunaan
diuretik.
· Neurosensori
· Nyeri / Kenyamanan
· Keamanan
2. Diagnosa 2: Risiko cidera janin yang berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa
maternal akibat perubahan pada sirkulasi.
Hasil yang diharapkan:
Ibu akan menunjukan reaksi NST secara normal dan oxytoxyn challenge test dan atau tes
stress reaksi negatif.
Rencana Intervensi Rasional
Mandiri:
1 Tentukan klasifikasi white 1 Janin kurang berisiko bila klasifikasi
terhadap diabetes, jelaskan white adalah A, B, dan C dengan
klasifikasi serta makna pada ibu klasifikasi D atau di atas akan mengalami
dan pasangan. masalah ginjal atau komplikasi lainnya.
2 Kaji control diabetic sebelum 2 Kontrol ketat sebelum konsepsi
konsepsi membantu risiko mortalitas janin dan
anomaly angenital.
3 Kaji gerakan janin dan DJJ setiap 3 Terjadinya insufisiensi plasenta dan
kunjungan sesuai indikasi. ketosis maternal mungkin secara
Anjurkan untuk mencatatnya mulai negative akan memengaruhi gerakan
usia gestasi 18 minggu dan setiap janin dan DJJ.
hari mulai minggu ke-34.
4 Pantau adanya hipertensi dalam 4 Bermanfaat untuk mengidentifikasi pola
kehamilan (edema, proteinuria, dan pertumbuhan abnormal.
peningkatan TD).
5 Berikan informasi tentang efek 5 Kira-kira 12-13 dari diabetes menjadi
diabetes yang mungkin dalam gangguan hipertensi karena gangguan
pertumbuhan dan perkembangan. kardiovaskular berkenaan dengan
diabetes.
Kolaborasi:
6 Kaji HbAlc setiap 2-4 minggu 6 Pengetahuan membantu ibu membuat
sesuai indikasi. kepurusan tentang melaksanakan aturan
dan dapat meningkatkan kerja sama.
7 Dapatkan kadar serum alfa 7 Insiden bayi malformasi secara
fetoprotein (AFP) pada gestasi 14- congenital meningkat pada wanita
16 minggu. dengan kadar tinggi pada awal kehamilan
buruk.
8 Siapkan untuk USG pada usia 8 USG bermanfaat dalam memastikan
kehamilan 8, 12, 18, 28, dan 36 tanggal gestasi dan membantu
samapai 38 minggu sesuai indikasi. mengevaluasi Intra Uterine Growth
Retardation (IUGR)
9 Lakukan NST dan OCT/CST 9 Mengkaji kesejahteraan janin dan
dengan tepat keadekuatan perfusi plasenta.
3. Diagnostik3: Risiko tinggi cedera materal yang berhubungan dengan perubahan pada
kontrol diabetik, profil darah abnormal atau anemia hipoksia jaringan, dan perubahan imun.
Hasil yang diharapkan:
a. Ibu tetap normotensif.
b. Ibu tetap mempertahankan normoglikemia.
c. Ibu bebas dari komplikasi.