Vous êtes sur la page 1sur 14

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
Diabetes adalah penyulit medis tersering pada kehamilan. Pasien dapat dipisahkan
menjadi mereka diketahui mengidap diabetes sebelum hamil (overt nyata) dan mereka yang
didiagnosis saat hamil (gestasional). Pada tahun 1998, total 103.691 wanita mengalami
kehamilan dengan penyulit diabetes, yang mencerminkan 2,6 % dari seluruh kelahiran hidup.
Diperkirakan bahwa 90 % dari semua kehamilan yang mengalami penyulit diabetes
disebabkan oleh diabetes gestasional. Dengan demikian, pada tahun 1998, sekitar 10.000
wanita dengan diabetes overt, dan 90.000 dengan diabetes gestasional, melahirkan janin
hidup.
Dampak diabetes pada kehamilan adalah sebagai berikut.
1. Abortus dan partus prematurus.
2. Preeklampsia.
3. Hidramnion.
4. Kelainan letak janin.
5. Insufisiensi.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) memprediksi penderita diabetes mellitus tipe 2 di
Indonesia meningkat pesat dalam 10 tahun terakhir karena pada 2000 ada 8,4 juta penderita
dan meningkat jadi 21,3 juta orang tahun 2010. Sementara itu, berdasarkan hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, tiga daerah di Indonesia memiliki tingkat prevalensi
diabetes diatas 1,5 persen yaitu Aceh, Jawa Timur dan Sulawesi Utara.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud diabetes gestasional.?
2. Apa etiologi diabetes gestasional.?
3. Apa saja patologi dari diabetes.?
4. Bagaimana gambaran klinik dari diabetes.?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi diabetes gestasional.
2. Mengetahui etiologi terjadinya diabetes gestasional.
3. Mengetahui patologi dari diabetes gestasional.
4. Mengetahui gambaran klinik dari diabetes gestasional.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Diabetes melitus gestasional didefinisikan sebagai intoleransi karbohidrat dengan
keparahan bervariasi dan awitan atau pertama kali diketahui saat hamil. ( Cunningham, 1524
; 1524 ).
Diabetes gestasional mengisyaratkan bahwa gangguan ini dipicu oleh kehamilan,
mungkin akibat perubahan-perubahan fisiologis berlebihan pada metabolisme glukosa.
Penjelasan alternatif diabetes gestasional adalah diabetes awitan atau tipe 2 yang terungkap
atau muncul selama kehamilan. Sebagai contoh, Harris (1988) mendapatkan bahwa
prevalensi intoleransi glukosa yang tidak terdiagnosis pada wanita tidak hamil antara usia 20
dan 44 tahun hampir identik dengan prevalensi diabetes gestasional. Catalano dkk. (1999)
mengevaluasi perubahan-perubahan longitudinal dalam kepekaan terhadap insulin, respon
insulin, dan produksi glukosa endogen pada wanita dengan uji toleransi glukosa normal dan
pada mereka yang mengalami diabetes gestasional sebelum dan selama kehamilan. Mereka
mendapatkan bahwa wanita dengan diabetes gestasional mengalami kelainan-kelainan dalam
metabolisme glukosa yang khas untuk diabetes tipe 2.
2.2 Etiologi
Diabetes tipe I:

a) Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi suatu
predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I. Kecenderungan
genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA.

b) Faktor-faktor imunologi
Adanya respons autoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah
pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang
dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu aotoantibodi terhadap sel-sel pulau
Langerhans dan insulin endogen.

c) Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi
selbeta.
Diabetes Tipe II

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik memegang peranan dalam
proses terjadinya resistensi insulin.

Faktor-faktor risiko :

a) Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th).


b) Obesitas.
c) Riwayat keluarga.
2.3 Klasifikasi
Ada beberapa macam klasifikasi, salah satunya menurut White (1965), dalam yaitu:
1. Kelas A. Diabetes kimiawi disebut juga diabetes laten/subklinus atau diabetes kehamilan
dengan kadar gula darah normal setelah makan, tetapi terjadi peningkatan kadar glukosa 1
atau 2 jam. Ibu tidak memerlukan insulin, cukup diobati dengan pengaturan diet.
2. Kelas B. Diabetes dewasa, terjadi setelah usia 19 tahun dan berlangsung selama 10 tahun,
tidak disertai kelainan pembuluh darah.
3. Kelas C. Diabetes yang diderita pada usia 10-19 tahun dan berlangsung selama 10-19 tahun
dengan tidak disertai penyakit vascular.
4. Kelas D. Diabetes yang sudah lebih dari 20 tahun, tetapi diderita sebelum usia 10 tahun
disertai dengan kelainan pembuluh darah.
5. Kelas E. Diabetes yang disertai pengapuran pada pembuluh darah panggul termasuk arteri
uterusna.
6. Kelas F. Diabetes dengan nefropati, termasuk glomerulonefritis dan pielonefritis.
2.4 Patofisiologi
Metabolisme karbohidrat selama kehamilan karena insulin yang berlebih masih
banyak dibutuhkan sejalan dengan perkembangan kehamilan. Progesteron dan HPL
menyebabkan jaringan ibu resisten terhadap insulin dan menghasilkan enzim yang disebut
insulinase yang dihasilkan oleh plasenta, sehingga mempercepat terjadinya insulin.
Bila pangkreas tidak dapat memproduksi insulin secara adekuat, maka akan timbul
suatu keadaan yang hiperglikemia, sehingga dapat menimbulkan kondisi kompensasi tubuh
seperti meningkatkan rasa haus (polidipsi), mengeksresikan cairan(poliuri), dan mudah lapar
(polifagia).
Tanda dan Gejala Diabetes Mellitus
Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada DM umumnya
tidak ada. Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah keluhan akibat komplikasi
degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf. Pada DM lansia terdapat perubahan
patofisiologi akibat proses menua, sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa
gejala sampai kasus dengan komplikasi yang luas. Keluhan yang sering muncul adalah
adanya gangguan penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta kelemahan
otot (neuropati perifer) dan luka pada tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan lazim.

Berikut ini tanda klasik dari diabetes yaitu :


1. Sering Buang Air kecil

Buang air kecil akan menjadi sering jika terlalu banyak glukosa dalam darah. Jika
insulin (yakni hormon yang mengendalikan gula darah) tidak ada atau sedikit maka ginjal
tidak dapat menyaring glukosa untuk kembali ke dalam darah. Kemudian ginjal akan menarik
tambahan air dari darah untuk menghancurkan glukosa. Hal ini membuat kandung kemih
penuh dan sering buang air kecil

2. Sering merasa haus

Karena sering buang air kecil, maka orang akan menjadi lebih sering haus. Serta
proses penghancuran glukosa yang sulit maka air di dalam darah tersedot untuk
menghancurkannya, sehingga seseorang perlu minum lebih banyak untuk menggantikan air.
3. Nafsu makan berkurang

Orang yang diabetes insulinnya bermasalah akibatnya asupan gula ke dalam sel-sel
tubuh kurang yang membuat pembentukan energi kurang. Kondisi ini membuat otak berpikir
tubuh kurang energi akibat asupan makanan yang kurang sehingga menimbulkan rasa lapar
dan perasaan ingin terus makan.
Patologi DM

Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang tinggi,
dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur, atau bahkan inkontinensia urin.
Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan, akibatnya mereka tidak bereaksi
adekuat terhadap dehidrasi. Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium
lanjut.

Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang saja yang biasa terdapat pada pasien DM
usia lanjut dapat berubah tiba-tiba, apabila pasien mengalami infeksi akut. Defisiensi insulin
yang tadinya bersifat relatif sekarang menjadi absolut dan timbul keadaan ketoasidosis
dengan gejala khas hiperventilasi dan dehidrasi, kesadaran menurun dengan hiperglikemia,
dehidrasi dan ketonemia. Gejala yang biasa terjadi pada hipoglikemia seperti rasa lapar,
menguap dan berkeringat banyak umumnya tidak ada pada DM usia lanjut. Biasanya tampak
bermanifestasi sebagai sakit kepala dan kebingungan mendadak.

Pada usia lanjut reaksi vegetatif dapat menghilang. Sedangkan gejala kebingungan
dan koma yang merupakan gangguan metabolisme serebral tampak lebih jelas.

Pemeriksaan Penunjang Diabetes Mellitus

1) Glukosa darah sewaktu.


cek GDS

a) Kadar glukosa darah puasa

b) Tes toleransi glukosa

Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM (mg/dl)

Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan :

1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)


2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr
karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl.

2.5 Gambaran Klinis


Gambaran klinis yang dapat dirasakan berupa: polidipsi, poliuri, polifagia, penurunan
berat badan, lemah, mengantuk (somnolen), dan dapat timbul ketoasidosis.
· Pengaruh diabetes pada kehamilan adalah sebagai berikut:
1. Hiperemesis gravidarum.
2. Pemakaian glikogen bertambah.
3. Meningkatnya metabolism basal.
· Dampak diabetes pada kehamilan adalah sebagai berikut.
1. Abortus.
215 wanita dengan diabetes tipe 1 untuk perawatan prenatal sebelum 9 minggu, dan
24 % mengalami abortus spontan. Hanya wanita dengan diabetes tipe 1 dan konsentrasi
glikohemoglobin A1 di atas 12 % atau konsentrasi glukosa postprandial di atas 120 mg/dl
memperlihatkan risiko mengalami abortus.
2. Preeklampsia.
Anda akan dinyatakan terkena preklamsia jika anda mengalami hipertensi dan kadar
protein urin yang tinggi pada umur kehamilan di atas 20 minggu. Biasanya terdiagnose secara
tidak sengaja saat pemeriksaan rutin sebelum kelahiran.
3. Hidramnion.
Walaupun kehamilan dengan diabetes sering penyulit hidramnion, penyebab hal ini
belum jelas. Penjelasan yang mungkin walaupun belum terbukti adalah terjadinya poliuri
janin akibat hiperglikemia janin. Dalam suatu study yang dilakukan di parkland hospital,
mendapatkan bahwa pada wanita diabetes, indeks cairan amnion meningkat. Temuan ini
mengisyaratkan bahwa hidramnion pada diabetes terjadi akibat peningkatan konsentrasi
glukosa di dalam cairan amnion.
4. Kelainan letak janin.
5. Insufisiensi.
6. partus prematurus.
461 wanita dengan diabetes pragestasi dan mendapatkan bahwa 9 % dari para wanita
ini melahirkan secara spontan pada gestasi 34 minggu atau kurang dibandingkan dengan 4,5
% pada wanita nondiabetik selain itu, 7 % dari wanita diabetic diindikasikan menjalani
pelahiran preterm, dibandingkan hanya dengan 2 % pada wanita normal.
· Pengaruh diabetes pada bayi yang dilahirkan adalah sebagai berikut:
1. Kematian hasil konsepsi dalam kehamilan muda mengakibatkan abortus.
2. Cacat bawaan.
3. Dismaturitas.
4. Janin besar.
5. Kelainan neurologis.
2.6 Diagnosa
Diagnosa yang diberikan bertujuan untuk mencegah kemungkinan timbulnya
komplikasi pada ibu dan mempertinggi angka keselamatan bayi (salvage fetal rate).
Ada tiga tujuan utama pengobatan diabetes melitus gestasi adalah sebagai berikut.
1. Mencegah timbulnya ketosis dan hipoglikemia.
2. Mencegah hiperglikimia dan glikosuria seminimal mungkin.
3. Mencapai usia kehamilan seoptimal mungkin.
Diet ibu diabetes dalam kehamilan tidak berbeda dengan diet diabetes lainnya, kecuali
penambahan kalori total untuk mencapai penambahan berat badan 10-12 kg selama hamil dan
menjaga asupan karbohidrat tidak kurang dari 200 kg/hari. Diperhatikan diet yang teratur dan
asupan kalori total yang diselingi dengan makanan kecil (4-6 kali sehari).
Saat tidur diberikan tambahan 25 gram karbohidrat untuk mencegah ketosis pada
malam hari. Pada wanita dengan glukosa dimana GTT intoleransi glukosa tidak diberikan
insulin, tetapi memerlukan pengawasan ketat.
Komplikasi Diabetes Melitus
Komplikasi diabetes mellitus dapat dibagi menjadi dua kategori.
1. Komplikasi metabolic akut.
2. Komplikasi-komplikasi vascular jangka panjang.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN KEHAMILAN DIABETES MELITUS
3.1 Pengkajian
· Riwayat Kesehatan Keluarga

Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?

· Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya

Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi insulin
jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan
klien untuk menanggulangi penyakitnya.

· Aktivitas/ Istirahat :

Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.

· Sirkulasi

Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus


pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan darah

· Integritas Ego

Stress, ansietas

· Eliminasi

Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare

· Makanan / Cairan

Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus, penggunaan
diuretik.

· Neurosensori

Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia,gangguan


penglihatan.

· Nyeri / Kenyamanan

Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)


· Pernapasan

Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak)

· Keamanan

Kulit kering, gatal, ulkus kulit.

3.2 Diagnosis Keperawatan


1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan ketidakmampuan
mencerna dengan tepat.
2. Risiko tinggi cedera janin yang berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa maternal
sebagai perubahan pada sirkulasi.
3. Risiko tinggi cedera maternal yang berhubungan dengan perubahan kontrol diabetik, profil
darah abnormal anemia, hipoksia jaringan, dan perubahan respons imun.

3.3 Intervensi Keperawatan


1. Diagnosis 1: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan
ketidakmampuan mencerna dan menggunakan nutrient dengan tepat.
Hasil yang diharapkan:
a. Nutrisi ibu akan meningkatkan 24-30 lb pada masa prenatal atau yang tepat berat badan
sebelum kehamilan.
b. Ibu akan mempertahankan glukosa darah puasa antara 60-100 mg dl 1 jam prapartum tidak
lebih 140 mg/dl.
c. Ibu akan sering mengungkapkan pemahaman tentang aturan individu dan kebutuhan
pemantauan diri.
Rencana Intervensi Rasional
Mandiri
1 Kaji masukan kalori dan pola makan 1 Membantu dalam mengevaluasi
dalam 24 jam. pemahaman ibu tentang diet dan atau
pentingnya menaati aturan diet.
2 Tinjau ulang pentingnya makan 2 Makan sedikit dan sering menghindari
kudapan yang teratur bila hiperglikemia postprandial dan ketosis
menggunakan insulin. puasa atau kelaparan.
3 Bila terjadi hipoglikemia 3 Mual dan muntah dapat mengakibatkan
asimtomatik, atasi dengan segelas defisiensi karbohidrat yang dapat
susu sebanyak 8 oz dan ulangi tiap 15 menimbulkan metabolisme lemak dan
menit bila kadar glukosa serum tetap terjadi ketosis.
di bawah 70 mg dl.
Kolaborasi
4 Diskusikan dosis, jadwal, dan tipe 4 Penggunaan jumlah besar karbohidrat
insulin. sederhana untuk mengatasi hipoglikemia
menyebabkan nilai glukosa darah
meningkat cepat. Kombinasi karbohidrat
dengan protein mempertahankan
normoglikemia lebih lama dan membantu
mempertahankan stabilitas glukosa
sepanjang hari.
5 Sesuaikan diet atau cara pemberian 5 Pembagian dosis mempertimbangkan
insulin untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan maternal dan rasio waktu
individu. makan terhadap makanan dan
memungkinkan kebebasan dalam
penjadwalan makanan. Dosis total setiap
hari berdasarkan usia gestasi, berat badan
ibu, dan glukosa serum.
6 Rujuk pada ahli diet dan konseling 6 Kebutuhan metabolic prenatal beubah
pertanyaan mengenai diet yang setiap semester dan penyesuian ditentukan
dianjurkan. oleh penambahan berat badan dan tes
laboratorium.
Diet spesipik pada individu diperlukan
untuk mempertahankan normoglikemia
dan mendapatkan berat badan yang
diinginkan.
7 Tentukan hasil HbAlc setiap 2-4 7 Mendapatkan keakuratan gambaran rata-
minggu. rata control glukosa serum selama 60 hari

2. Diagnosa 2: Risiko cidera janin yang berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa
maternal akibat perubahan pada sirkulasi.
Hasil yang diharapkan:
Ibu akan menunjukan reaksi NST secara normal dan oxytoxyn challenge test dan atau tes
stress reaksi negatif.
Rencana Intervensi Rasional
Mandiri:
1 Tentukan klasifikasi white 1 Janin kurang berisiko bila klasifikasi
terhadap diabetes, jelaskan white adalah A, B, dan C dengan
klasifikasi serta makna pada ibu klasifikasi D atau di atas akan mengalami
dan pasangan. masalah ginjal atau komplikasi lainnya.
2 Kaji control diabetic sebelum 2 Kontrol ketat sebelum konsepsi
konsepsi membantu risiko mortalitas janin dan
anomaly angenital.
3 Kaji gerakan janin dan DJJ setiap 3 Terjadinya insufisiensi plasenta dan
kunjungan sesuai indikasi. ketosis maternal mungkin secara
Anjurkan untuk mencatatnya mulai negative akan memengaruhi gerakan
usia gestasi 18 minggu dan setiap janin dan DJJ.
hari mulai minggu ke-34.
4 Pantau adanya hipertensi dalam 4 Bermanfaat untuk mengidentifikasi pola
kehamilan (edema, proteinuria, dan pertumbuhan abnormal.
peningkatan TD).
5 Berikan informasi tentang efek 5 Kira-kira 12-13 dari diabetes menjadi
diabetes yang mungkin dalam gangguan hipertensi karena gangguan
pertumbuhan dan perkembangan. kardiovaskular berkenaan dengan
diabetes.
Kolaborasi:
6 Kaji HbAlc setiap 2-4 minggu 6 Pengetahuan membantu ibu membuat
sesuai indikasi. kepurusan tentang melaksanakan aturan
dan dapat meningkatkan kerja sama.
7 Dapatkan kadar serum alfa 7 Insiden bayi malformasi secara
fetoprotein (AFP) pada gestasi 14- congenital meningkat pada wanita
16 minggu. dengan kadar tinggi pada awal kehamilan
buruk.
8 Siapkan untuk USG pada usia 8 USG bermanfaat dalam memastikan
kehamilan 8, 12, 18, 28, dan 36 tanggal gestasi dan membantu
samapai 38 minggu sesuai indikasi. mengevaluasi Intra Uterine Growth
Retardation (IUGR)
9 Lakukan NST dan OCT/CST 9 Mengkaji kesejahteraan janin dan
dengan tepat keadekuatan perfusi plasenta.

3. Diagnostik3: Risiko tinggi cedera materal yang berhubungan dengan perubahan pada
kontrol diabetik, profil darah abnormal atau anemia hipoksia jaringan, dan perubahan imun.
Hasil yang diharapkan:
a. Ibu tetap normotensif.
b. Ibu tetap mempertahankan normoglikemia.
c. Ibu bebas dari komplikasi.

Rencana Intervensi Rasional


Mandiri:
1 Perhatikan klasifikasi white untuk 1 Ibu yang diklasifikasi memiliki
diabetes, kaji derajat control diabetes tipe D, E, dan F memiliki
diabetic. risiko mengalami komplikasi.
2 Kaji kondisi ibu terhadap 2 Perubahan vascular yang dihubungkan
perdarahan vagina dan nyeri tekan dengan diabetes menetapkan ibu pada
abdomen. risiko abrupsio plasenta.
3 Kaji adanya edema 3 Ibu diabetic cenderung kelebihan
retensi cairan dan hipertensi karena
kehamilan (HKK) akibat perubahan
vascular.
4 Tentukan tinggi fundus, periksa 4 Hidramnion terjadi dalam 6-25% ibu
adanya edema pada ekstremitas diabetic yang hamil. Hal ini terjadi
dan dispnea. kemungkinan dengan peningkatan
kontribusi janin pada cairan amnion
karena hiperglikemia meningkatkan
pengeluaran urine janin.
5 Kaji dan tinjau ulang tanda dan 5 Deteksi awal ISK dapat mencegah
gejala infeksi saluran kemih pielonefritis yang memperberat
(ISK). persalinan.
Kolaborasi:
6 Pantau kadar gula setiap 6 Mendeteksi ancaman ketoasidosis.
kunjungan.
7 Kaki Hb/Ht pada setiap kunjungan 7 Anemia mungkin ada pada ibu dengan
awal kemudian pada trimester masalah vascular.
kedua dan pada kehamilan aterm.
8 Instuksikan pemberian insulin 8 Kebutuhan insulin selama kehamilan
sesuai pemberian. tidak sama jumlahnya.
9 Dapatkan urinalisis dan kultur 9 Membantu, mencegah atau mengatasi
urine, berikan antibiotic sesuai pielonefritis.
indikasi.
10 Kumpulkan specimen untuk 10 Kemungkinan perubahan vascular
eksresi protein total, ibus, dapat merusak fungsi ginjal pada ibu
kreatrini nitrogen, urea darah, dan dengan diabetes berat.
kadar asam urat.
11 Siapkan ibu untuk melakukan 11 Ibu risiko tinggi terhadap CPD dan
USG pada usia gestasi minggu ke distosia karena makrosomia.
8, 12, 26, dan 38 kehamilan untuk
menentukan ukuran janin dengan
menggunakan diameter biparietal,
panjang femur, dan perkiraan
berat badan janin.

3.4 Implementasi keperawatan


Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah direncanakan, mencakup
tindakan mandiri dan kolaborasi.
Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan kesimpulan perawat,
dan bukan atas petunjuk petugas kesehatan lain.
Tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh hasil keputusan
bersama dengan dokter atau petugas kesehatan lain.
3.5 Evaluasi Keperawatan
Merupakan hasil perkembangan ibu dengan berpedoman kepada hasil dan tujuan yang
hendak dicapai.
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Diabetes melitus gestasional didefinisikan sebagai intoleransi karbohidrat dengan keparahan
bervariasi dan awitan atau pertama kali diketahui saat hamil.
2. Saran
Penulis berharap pembuatan makalah ini bermanfaat bagi pembaca, dan kritik yang
membangun semoga membuat penulis menjadi lebih baik dalam pembuatan makalah.
Daftar Pustaka
http://rac-cuttingsticker.blogspot.com/2012/08/tanda-tanda-orang-mulai-kena-diabetes.html.
Diakses tanggal 27 september 2012).
http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/11/06/08/lmh6cj-wew-penderita-diabetes-
di-indonesia-melonjak-pesat. Diakses tanggal 27 september 2012).
(http://nursingbegin.com/askep-dm/ diakses tanggal 26 september 2012) .
Cunningham. Dkk, 2005;1524.
Mitayani,Asuhan keperawatan maternitas.2009;48.

Vous aimerez peut-être aussi